PENDAHULUAN
Page 1
Allah berfirman “Beranak cuculah dan bertambah banyak;penuhilah bumi
dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan ikan di laut dan burung burung di
udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi” melalui ayat ini jelaslah
bahwa memang benar Allah telah memberikan hak dan kewenangan bagi manusia
untuk mengolah bumi dan sumber daya di dalamnya untuk memenuhi kebutuhan.
Tetapi Allah menempatkan manusia bukan hanya untuk mengusahakan sumber
daya yang ada di bumi, melainkan juga memeliharanya. Hal inilah yang tidak
diperhatikan oleh umat manusia. Manusia hanya tahu menggunakan dan
mengeksploitasi lingkungan. Tetapi di lain sisi manusia malah lupa akan tugasnya
untuk menjaga dan memelihara lingkungan ini.
Hal tersebutlah yang melatar belakangi penulisan makalah ini. Dengan
tujuan untuk mengingatkan kembali manusia terutama umat Kristen akan tugas
dan kewajibannya untuk memelihara lingkungan. Maka dibuatlah suatu makalah
dengan judul “ TINJAUAN ETIS KRISTEN TENTANG LINGKUNGAN
HIDUP”. Dengan harapan melalui makalah ini dapat kembali mengingatkan para
pembaca akan tugas dan kewajibannya untuk memelihara lingkungan dan bukan
hanya menggunakannya untuk kepentingan pribadi semata.
Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
Page 3
Konservasi Lingkungan Versus Kepentingan Komersial
ANALISA Minggu, 29 Juni 2014 | Dibaca 222 kali
Oleh: Hadhe Panji Ks. Masalah lingkungan yang tidak kalah serius adalah benturan
kepentingan konservasi dengan kepentingan komersial. Bahkan isu pemanasan global
yang mendunia pun sebenarnya bila ditelisik berakar pada kepentingan komersial. Gejala
perubahan iklim dan meningkatnya suhu bumi akibat menipisnya lapisan ozon, bisa dilihat
sebagai korban kepentingan komersial.
Secara teori, penyebab pemanasan global merupakan dampak dari eksploitasi energi
secara besar-besaran yang sebagian besar dimanfaatkan sebagai penunjang kegiatan
ekonomi. Aktivitas ekonomi menghasilkan polusi kendaraan, polusi cerobong pabrik dan
efek rumah kaca. Selain itu, eksplorasi kekayaan alam yang tak terkendali, di antaranya
penggundulan hutan tidak sesuai aturan atau secara liar, mengakibatkan kerusakan
lingkungan. Hutan dengan produksi aksigen (O2) yang berfungsi sebagai penyangga
penting bagi lapisan Ozon di atmosfir, sudah banyak yang gundul untuk kepentingan
kegiatan komersial.
Dalam skala lebih sempit, permasalahan lingkungan di perkotaan atau daerah, bila ditelisik
mendalam, tidak terlepas dari benturan antara kepentingan konservasi (pelestarian)
lingkungan dengan kepentingan komersial.
Bencana tanah longsor di perbukitan atau banjir di dataran rendah pemukiman perkotaan,
tidak semata-mata dilihat sebagai dampak perilaku manusia yang kurang peduli terhadap
lingkungan. Permasalahan lingkungan harus dilihat lebih kompleks dan menuntut
pertanggungjawban kolektif antara masyarakat termasuk pelaku ekonomi, pemerintah
dan aparat penegak hukum.
Demikian pula ketika bencana longsor atau banjir bandang dari hulu sungai, lagi-lagi
masyarakat tidak luput menerima tudingan sebagai pihak yang seolah-olah kurang peduli
merawat lingkungan karena menggunduli bukit untuk berladang atau tudingan-tudingan
lain. Boleh jadi tudingan itu ada benarnya, namun masyarakat bukan satu-satunya
penyebab masalah lingkungan.
Masalah lingkungan adalah tanggungjawab kolektif, sehingga tidak melulu dibebankan
kepada masyarakat. Masalah lingkungan tidak sekadar menuntut pertanggungjawaban
moral, namun juga menuntut pertanggungjawaban para pemangku kebijakan, bahkan
menuntut pertanggungjawaban aparat penegak hokum, mana kala masuk ke ranah
pidana.
Adakah ketika terjadi musibah banjir perkotaan, pihak-pihak berwenang telah benar-benar
melakukan evaluasi secara jujur dan sportif terhadap kebijakan-kebijakan yang mereka
jalankan menyangkut pemanfaatan tata ruang dan tata kelola lingkungan? Bagaimana
dengan kebijakan regulasi terkait maraknya pembangunan komersial yang menimbun
kawasan-kawasan resapan air perkotaan tanpa menimbang aspek dampak lingkungan?
Bagaimana dengan penegakan aturan terhadap pelanggaran pengelolaan limbah industri
dan bangunan yang menutupi parit atau melanggar jalur hijau dan menyebabkan
penyempitan sungai untuk kepentingan komersial?
Demikian pula dengan penegakan hukum terhadap pelaku penebangan pohon secara liar
dan pemanfaatan hutan yang tidak sesuai aturan. Dalam sebuah kasus banjir bandang
yang menelan ratusan korban jiwa di salah satu daerah di Sumatera Utara beberapa tahun
lalu, ditemukan bukti-bukti otentik terjadinya pembalakan hutan di hulu sungai yang
merupakan kawasan konservasi. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya kayu gelondongan
bekas dipotong chainsaw yang ditemukan hanyut bersama banjir, namun pengusutan
secara hukum tidak jelas. Peristiwa banjir bandang atau longsor, seakan dimaklumi
semata-mata dilihat sebagai kasus bencana alam.
Di luar banjir dan longsor, masih banyak konflik masalah lingkungan yang mengambang.
Barangkali kita sering mendengar keluhan masyarakat yang disampaikan melalui media
massa terkait protes pencemaran lingkungan oleh asap pabrik, limbah peternakan atau
kegiatan pertambangan. Sering kali persoalan tidak dituntaskan sesuai prosedur yang
seharusnya.
Page 4
Sikap Materialisme dan Eksploitasi Lingkungan Hidup
ANALISA Minggu, 15 Juni 2014 | Dibaca 296 kali
Oleh Fransiska Triana. Pemahaman terhadap ekosistem bagi manusia sangat penting dalam
upaya pengelolaan lingkungan hidup karena pertimbangan sosial sangat erat kaitannya
dengan proses politik dan pengambilan keputusan dalam pengembangan pengetahuan
lingkungan hidup. Lebih lanjut lagi, fakta yang didapat dalam kehidupan masyarakat
ternyata didominasi materialisme, yaitu pandangan terhadap kehidupan lebih baik untuk
mengubah peradaban manusia yang pada akhirnya mengarah pada terciptanya krisis
lingkungan hidup.
Sebagai contoh terjadinya permasalahan lingkungan hidup dan konflik sosial di India yang
disebabkan pembangunan dengan tidak disertai pengaturan lingkungan hidup, yaitu konflik
antara keperluan ekonomi dan tuntutan pelestarian lingkungan hidup. Dalam kasus ini,
investasi pada tambak udang yang dilakukan harus dibayar mahal terhadap perubahan
lingkungan hidup yang merugikan masyarakat dan negara.
Dari berbagai kasus yang terjadi sampai saat ini, secara empiris diperoleh bahwa telah
banyak pencemaran lingkungan hidup yang terjadi di berbagai negara di seluruh dunia yang
bersumber dari kurangnya perhatian masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan hidup.
Pencemaran lingkungan hidup yang dianggap sebagai pencemaran global seperti yang
terjadi di Brazil tahun 2000, telah mengakibatkan masalah lingkungan hidup karena
tumpahan minyak sebanyak 1,3 juta tom dari perusahaan minyak milik pemerintah di
pantai Rio de Janiero. Dalam usaha mengurangi dampak negatif akibat pengelolaan
lingkungan hidup yang tidak benar, maka diperlukan suatu peraturan yang mengikat dan
dipatuhi oleh komponen negara.
Pemberlakuan undang-undang mengenai lingkungan hidup yang telah dilakukan di Amerika
Serikat, yang lebih dikenal dengan United State Enviromental Protection Agency
merupakan salah satu usaha dalam pelestarian lingkungan hidup, pencemaran air,
pencemaran udara dan limbah secara efektif dalam pengawasan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
Sangat Efektif
Untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, ditingkat internasional telah disetujui
pemberlakuan Undang-Undang Lingkungan Hidup yang berlaku dan dipatuhi oleh negara
dan masyarakat di seluruh dunia. Berbagai undang-undang telah diterbitkan untuk
pengawasan dan pengelolaan lingkungan hidup. Beberapa di antaranya adalah undang-
undang untuk penyelamatan lingkungan laut, pengawasan penggunaan air, pengawasan
kualitas suara dan lain sebagainya. Pemberlakuan Undang-Undang Lingkungan Hidup
sangat efektif dalam peningkatan kualitas lingkungan hidup suatu negara.
Masalah pengawasan menjadi salah satu faktor yang sangat menentukan dalam
keberhasilan kelestarian lingkungan hidup. Berbagai komponen dilibatkan, seperti
pemerintah, wakil rakyat, anggota perdagangan, masyarakat dan organisasi non
pemerintah sebagai lembaga atau institusi yang sepatutnya secara bersama-sama
mempunyai komitmen terhadap kelestarian lingkungan hidup. Pemerintah harus berperan
terhadap pemahaman dari upaya untuk memberikan pengelolaan lingkungan yang
berwawasan lingkungan.
Terdapat berbagai cara yang digunakan dalam meningkatkan pengelolaan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Sebagian besar mempunyai pendekatan
berdasarkan masalah-masalah tertentu seperti pencemaran udara, air, sampah dan
sebagainya. Namun terdapat juga pendekatan yang lebih luas dan menyeluruh melalui
ekonomi dan juga sumber ekologi.
Nah, nampaknya pendekatan ekonomi ini ada baiknya dipikirkan di Indonesia. Pasalnya, di
tengah sikap materialisme dan eksploitasi lingkungan hidup yang sudah semakin parah,
perlu dipikirkan pendekatan yang dapat menjangkau motivasi banyak orang agar tidak
melakukan kerusakan lingkungan. Jadi jangan hanya dilihat dari cara memberikan hukum
atau sanksi semata, tetapi dibutuhkan pendekatan lain seperti pendekatan ekonomi.
Page 5
Dilema Industri pada Lingkungan Hidup
ANALISA Minggu, 1 Juni 2014 | Dibaca 471 kali
BUTUH RTH : Pemukiman penduduk kawasan Kecamatan Medan Tuntungan diabadikan dari udara.
Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam pembangunan pemukiman
penduduk di perkotaan.
Page 6
Alih Fungsi Lahan Makin tak Terbendung
ANALISA Minggu, 28 September 2014 | Dibaca 23 kali
Oleh: James P. Pardede
Pola hidup manusia sekarang yang terbilang konsumtif menjadi salah satu penyebab semakin
rusaknya lingkungan di sekitar kita. Bumi tempat kita berpijak saat ini pun sudah mengalami banyak
kerusakan. Sepanjang perjalanan dari Medan ke Berastagi, lihatlah ke kanan dan ke kiri, banyak bukit yang
dulunya ditumbuhi tumbuhan sekarang telah diratakan dengan alat berat. Perubahan fungsi lahan atau
alih fungsi lahan di negeri ini seakan tak terbendung lagi.
Perubahan fungsi lahan telah mengakibatkan tanah longsor, bukit-bukit yang diratakan sepanjang
jalan menuju kota wisata Berastagi dikhawatirkan beberapa tahun ke depan akan memberi dampak
terhadap lingkungan di sekitarnya. Bukit yang dulunya sudah lestari terpaksa dipangkas dan diratakan
untuk menimbun jurang dibawahnya. Dinamisnya pergerakan tanah dan pengaruh iklim dan curah hujan
akan menimbulkan longsor di sekitarnya.
Menurut salah seorang warga kota Medan, Ramalan Ritonga yang melintasi kawasan jalan
Medan-Berastagi menyampaikan keluh kesahnya tentang, makin rusaknya alam di sekitar kita.
Seharusnya, sebelum melakukan perataan atau alih fungsi lahan, beberapa hal penting perlu
dipertimbangkan. Mulai dari aspek lingkungan sampai kepada aspek habitat yang ada di sekelilingnya
apakah akan terganggu atau tidak.
Permasalahan alih fungsi lahan ini semakin mencuat dan mengemuka karena semakin
bertambahnya jumlah penduduk yang pada akhirnya membutuhkan tempat tinggal. Luas lahan yang
beralih fungsi sangat luas dan bergerak terus setiap saat. Faktor kebutuhan dan kurangnya kesadaran
masyarakat akan upaya pelestarian lingkungan membuat alih fungsi lahan semakin mengkhawatirkan.
Kita pasti menyadari, bahwa segala sesuatu tak memiliki arti apa-apa kalau sesuatu itu tidak memberikan
keuntungan bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Padahal, tanpa kita sadari tanah yang dulunya masih
lestari dan bisa ditanami dengan berbagai macam tumbuhan sejujurnya sangat memberi arti bagi kita.
Paling tidak, dengan tumbuhnya beberapa jenis pohon atau tanaman di sekitar kita telah berkontribusi
menghasilkan Oksigen untuk kebutuhan kita bernafas.
Kita harus menyadari bahwa bumi tempat kita berpijak telah banyak memberi pelajaran hidup
bagi semua mahluk hidup. Akan tetapi, apakah kita pernah sadar dan berapa banyak dari kita yang telah
mengotori bumi, merusak bumi, dan membuat bumi ini menjadi tidak indah lagi ? Kadang-kadang kita
tidak sadar bahwa perbuatan kita sangat merusak bumi dan terkesan tidak berterima kasih pada bumi
yang telah berjasa banyak pada kita..
Hal-hal kecil yang dapat kita lakukan adalah membuang sampah pada tempatnya, melakukan
penghematan listrik, menghemat Bahan Bakar Minyak (BBM) dan masih banyak lagi. Mungkin kita sudah
bosan dengan kata-kata "Buanglah Sampah pada Tempatnya". Kita mendengar kata-kata itu sejak kita
kecil sampai dewasa. Tetapi apakah kita sudah melakukan hal yang kita anggap sederhana tersebut?
Mungkin ya, mungkin tidak. Kadang-kadang untuk sampah yang besar kita ingat, tetapi jika sampahnya
kecil seperti sobekan kertas, plastik, atau bungkus snack, kita membuangnya begirtu saja. Jika kita ada di
kelas, maka kita taruh sampah tersebut dikolong meja. jika ada diangkot maka ditaruh di bawah tempat
duduk. Usia tidak berpengaruh pada sikap seseorang. Yang paling berpengaruh adalah kesadaran. Itu yang
paling penting.
Begitu juga dengan penggunaan listrik dan air.Kita selalu menganggap bahwa lebih banyak orang
yang menggunakan air lebih banyak dari diri kita sendiri sehingga kita berpikir kalaupun kita menghemat,
tetap saja tidak akan berguna. Itu adalah pemikiran yang salah. Jika semua orang berfikir itu, maka tidak
akan ada yang berhemat bukan? Kita harus menanamkan pikiran segala sesuatu hal yang baik itu harus
dimulai dari diri kita sendiri. Jangan menunggu orang lain untuik berbuat hal kebaikan.
Oleh karena itu, untuk menjaga lingkungan di sekitar kita, lakukanlah suatu hal yang kecil karena sesuatu
yang besar itu tidak ada sebelum ada hal yang kecil. Jika hal kecil itu dilakukan oleh banyak orang, maka
hal kecil itu akan menjadi hal yang besar.
Tidak hanya masalah lingkungan, bumi tempat kita berpijak saat ini sudah terkena yang namanya
pemanasan global. Di mana curah hujan dan panas matahari makin tak menentu. Kampanye tentang
“Jangan Lagi Merusak Bumi” harus disosialisasikan ke sekolah-seklah sampai ke kalangan masyarakat yang
tinggal di daerah pedesaan dan perkotaan. Semoga mulai hari ini kita tidak lagi merusak bumi tapi
menyelamatkan bumi dari kerusakan. Menahan kehendak untuk mengubah fungsi lahan yang dianggap
masih produktif.
Page 7
Laju Penduduk Kota Meningkat, Memburuknya Keadaan
Lingkungan
ANALISASelasa, 12 Agustus 2014 | Dibaca 131 kali
(Infografik: Damayanti) Sumber: Badan Pusat Statistik Sumut
Medan, (Analisa).
Data persentase penduduk miskin menurut Kota di Sumatera
Utara (Sumut) 2012 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan
Gunung Sitoli dan Tanjung Balai menjadi kota dengan jumlah penduduk
miskin terbanyak di Sumut. Sementara untuk Kota Medan, persentase
penduduk miskinnya masuk dalam kategori sedang. Meski persentase
kemiskinan cenderung berkurang, jumlah penduduk Kota Medan terus
meningkat.
Berdasarkan sensus penduduk yang dilalukan BPS pada 2009, jumlah
penduduk Kota Medan mencapai 2.121.053, melonjak dari 2.036.185 dari
tahun 2005. Jika dihitung, per tahunnya penambahan penduduk kira-kira
mencapai 22.000 jiwa, sehingga pada tahun 2014, diperkirakan total
penduduk Medan mencapai 2.231.053 jiwa.
Pertambahan penduduk yang drastis juga terjadi di beberapa kota lainnya
di Sumut. Selain akibat angka kelahiran yang tinggi, tingkat urbanisasi pun
ikut mendorong pertambahan penduduk kota.
Beragam Masalah
Pesatnya pertambahan penduduk memicu beragam masalah.
Human Development Report menyebutkan, lonjakan penduduk akan
memicu angka pengangguran yang tinggi dan menimbulkan kemiskinan.
Kemiskinan menyebabkan masalah sosial ekonomi seperti kelaparan,
penurunan kualitas hidup, kemacetan, masalah lingkungan, dan masalah
sosial seperti kejahatan dan lainnya. Itulah tantangan yang dihadapi setiap
kota, terlebih Kota Medan yang tingkat kepadatan penduduknya paling
tinggi di Sumut.
Bukti nyata dapat kita lihat di lingkungan kota Medan yang
semakin pesat . pertumbuhan penduduknya. Keadaan lingkungan semakin
memburuk dan pencemaran terjadi di mana mana akibat dari banyaknya
penduduk dengan kepentingan masing masing.
Page 8
Pentingnya Menjaga Kebersihan Pasar
ANALISA Minggu, 10 Agustus 2014
Oleh Alda Muhsi.
Pasar merupakan tempat orang berjual beli, di mana segala
kebutuhan primer maupun sekunder bisa didapatkan di sana. Oleh
karenanya pasar memiliki pengaruh penting bagi kehidupan manusia.
Kenyamanan pengunjung saat berbelanja di pasar patut
dipertanyakan. Pasalnya, persoalan yang kerap terjadi adalah
kebersihan pasar yang ada saat ini. Misalnya Pasar Pringgan,
Sikambing, Meranti Baru, dan Pasar Sukaramai.
Penulis sering melintasi pasar-pasar tersebut dan melihat
kebersihannya sangat memprihatinkan. Sampah berserakan di mana-
mana, bau bercampur dari parit yang penuh sampah. Lokasi
pedagang yang tidak beraturan, juga menyebabkan terjadinya
kemacatan. Itu yang baru terlihat, mungkin masih banyak pasar lain
yang keadaannya juga seperti itu.
Masalah kebersihan ini mungkin termasuk salah satu pemicu
mengapa orang mulai enggan berbelanja ke pasar.
Kerugian yang ditimbulkan dari tidak terawatnya tatanan
kebersihan di lingkungan pasar sangatlah banyak, terlebih apabila
sistem drainase sudah tertimbun sampah pasar, bukan tidak mungkin
banjir akan datang menggenangi pasar tersebut dalam waktu singkat.
Padahal pemerintah telah memberikan bak tempat sampah yang
sangat besar, tapi memang minimnya kesadaran para pedagang akan
membuang sampah pada tempatnya semakin memperburuk keadaan.
Selain itu, lemahnya fungsi pengawasan yang dilakukan Dinas
Pengelola Pasar, menjadikan kebersihan lingkungan di kawasan pasar
terlihat tidak terawat. Padahal semua orang telah mengetahui bahwa
lingkungan yang kotor mendtangkan penyakit.
Demi meningkatkan kesadaran para pedagang, tampaknya harus
dilakukan himbauan dan sosialisasi agar mereka mau menjaga
kebersihan lingkungan pasar. Bisa juga dengan menempatkan
beberapa petugas kebersihan, dan menambah tempat sampah yang
lebih besar di kawasan tersebut.
Memang semuanya kembali lagi pada para pedagang. Buat
apa pemerintah menggalakkan program menjaga kebersihan
lingkungan pasar secara terus-menerus tanpa ada respon positif dari
para pedagang. Untuk menjaga kebersihan lingkungan harus ada
kerja sama yang baik. Pemerintah selaku pembuat program harus
disambut baik oleh pedagang yang di sini bertugas menjalankan
program.
Pemerintah juga harus mengerahkan tim pengawas secara
rutin, dan dapat bertindak tegas terhadap pedagang yang
membangkang, yang tidak mau membuang sampah pada tempatnya.
Jika tingkat kebersihan pasar sudah tinggi, mungkin akan semakin
banyak pengunjung yang akan berbelanja di sana.
Page 9
Pelopor Lingkungan Diharapkan Tingkatkan Kualitas
ANALISA Jumat, 26 September 2014 | Dibaca 30 kali
Page 10
Cegah Banjir dari Hal Kecil
Minggu, 14 September 2014 | Dibaca 241 kali
Oleh: Annisa Tri Sari.
Musim hujan tiba lagi. Tentu kita sudah paham apa dampak yang
akan ditimbulkannya. Ya, tepat sekali: banjir. Mungkin sudah
banyak wacana yang beredar mengenai penanganan masalah
banjir, tapi tak berbuah apa-apa, banjir tetap datang dengan
sendrinya tanpa diundang, dijemput, dan juga tanpa dipaksa.
Banjir merupakan permasalahan kompleks di berbagai daerah.
Penanganannya pun harus dilakukan dengan serius, tidak
setengah-setengah. Program yang dirancang juga harus diterapkan
secara rutin.
Apa lagi sekarang sedang banyak proyek penggalian jalan. Baik itu
pembuatan pipa gas, kabel telkom, ataupun sambungan listrik.
Belum lagi pembangunan perumahan di atas daerah yang
dasarnya adalah drainase. Ditambah pula dengan sampah yang
berserakan di kali/sungai buatan. Lengkaplah sudah.
Alhasil, dari proyek penggalian tersebut tak jarang lumpur
bertaburan di jalan tak lama setelah hujan tiba. Jalanan semakin
tampak kumuh. Genangan air juga dengan mudah terjadi. Hujan
sebentar saja langsung menyisakan genangan air. Tidak ada
tempat air mengalir. Begitulah yang terjadi di jalan Brigjen
Katamso Medan, tepat di depan kantor PPKS.
Ini bukanlah masalah pribadi, pemerintah, atau hanya masalah
pemilik rumah. Jelas bukan. Masalah ini adalah masalah bersama
yang mesti dipecahkan bersama juga.
Pertama adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran dari dalam
diri. Bagaimana mengubah perilaku suka membuang sampah
sembarangan menjadi perilaku tak tahan melihat sampah
berserakan di depan mata.
Kesadaran untuk mematuhi setiap peraturan yang dibuat sangat
penting. Misalnya jangan buang sampah sembarangan. Kesadaran
dalam menjaga fungsi drainase juga tak kalah penting.
Sebenarnya dari hal kecil seperti itu sudah membuahkan hasil yang
sangat baik. Dari langkah pertama tersebut sudah pasti ke
depannya akan lebih baik. Memang kuncinya adalah kesadaran
yang dimiliki setiap insan. Kalau sudah sadar tentu akan terus
mengarah menuju yang lebih baik.
Setelah menumbuhkan kesadaran di dalam diri masing-masing,
langkah berikutnya yang dapat dilakukan adalah menjadi pelopor
atau penggerak program kebersihan lingkungan setiap hari, atau
paling tidak seminggu sekali, di daerah masing-masing.
Mari gotong-royong membersihkan parit, mengangkat sampah
yang ada di dalamnya agar air terus mengalir. Menanam pohon di
tiap sudut jalan, yang akan berfungsi sebagai peresap air hujan.
Semoga semuanya dapat tersadar dari segala hal yang menutupi
keindahan negeri ini. Dua hal kecil yang dapat dimulai dari
sekarang, yang ke depannya akan mengubah dunia. Ingatlah,
kuncinya adalah kesadaran. Mari jalankan!
Page 11
KLH: Masyarakat Diharapkan Semakin Peduli Lingkungan
ANALISA Senin, 2 Juni 2014 | Dibaca 609 kali
Page 12
Komitmen Masyarakat, Kunci Menyelamatkan
Lingkungan
ANALISA Minggu, 22 Juni 2014 | Dibaca 325 kali
Oleh: Ir. Fadmin Prihatin Malau. Semua negara memeringatinya
Hari Lingkungan Hidup se-Dunia setiap tahun, termasuk Indonesia
yang memiliki fungsi global dalam menyelamatkan lingkungan
dunia. Peran pemerintah Indonesia sangat strategis karena berada
pada posisi khatulistiwa sehingga menjadi perhatian khusus negara-
negara di dunia.
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia mengambil
tema tahun ini, “Satukan Langkah, Lindungi Ekosistem Pesisir dari
Dampak Perubahan Iklim.” Sedangkan tema Hari Lingkungan Hidup
se-Dunia tahun ini, temanya, “Global World Environment Day.”
Setiap negara di dunia ini dalam memeringati Hari Lingkungan
Hidup se-Dunia mengusung tema berdasarkan kondisi lingkungan
dari negara tersebut yang mengarah kepada tema Hari Lingkungan
Hidup se-Dunia..
Tepat Buat Negara Indonesia
Tema Hari Lingkungan Hidup Republik Indonesia, “Satukan Langkah,
Lindungi Ekosistem Pesisir dari Dampak Perubahan Iklim.” Sangat
tepat buat Negara Indonesia sebab Negara Indonesia merupakan
negara kepulauan dengan memiliki ribuan pulau yang terdiri dari
pulau besar dan kecil. Kehadiran ribuan pulau besar dan kecil ini
menunjukkan bahwa anatomi lingkungan hidup Indonesia meminta
komitmen yang jelas, tegas dari masyarakat Indonesia karena
manusia Indonesia hidup dan berkembang pada ribuan pulau besar
dan kecil itu.
Tidak mudah untuk menyelamatkan lingkungan bila tidak didasari
komitmen yang kuat, jelas dan tegas akan menyelamatkan
lingkungan hidup Indonesia. Dalam skala global tentunya ribuan
pulau besar dan kecil milik Indonesia ini memberikan kontribusi
yang besar terhadap kondisi lingkungan hidup dunia yang kini
dikenal dengan global warming..
Komitmen Semua Anak Bangsa
Lingkungan hidup tempat semua makhluk hidup untuk hidup,
termasuk manusia maka tidak ada pihak yang bisa lepas tangan,
lepas tanggungjawab terhadap lingkungannya masing-masing.
Menciptakan lingkungan hidup yang sehat dan nyaman adalah
tugas semua manusia Indonesia dimanapun berada. Setiap warga
masyarakat harus memiliki rasa kepedulian yang dalam tentang
lingkungan hidup.
Menumbuhkan kepedulian atau komitmen masyarakat akan
lingkungannya sangat sulit diimplementasikan sehingga kondisi
lingkungan Indonesia sangat ditentukan oleh semua elemen
masyarakat Indonesia tanpa terkecuali, Hal ini dinilai sangat sulit
akan tetapi bila semua elemen anak bangsa berkomitmen untuk
menyelamatkan lingkungan hal itu akan terwujud.
Page 13
Membumikan “Gerakan Hijau” dengan Cara Sederhana
ANALISA Minggu, 1 Juni 2014 | Dibaca 214 kali
Oleh: Adela Eka Putra Marza.
Masalah lingkungan di Indonesia menjadi agenda utama yang mendapat banyak
perhatian dari berbagai pihak beberapa tahun terakhir. Mulai dari komitmen pemerintah
yang menggalakkan gerakan menanam sejuta pohon melalui jajaran birokrasi dan bekerja
sama dengan kalangan masyarakat, hingga pihak swasta yang juga melibatkan kelompok-
kelompok masyarakat dalam membumikan “gerakan hijau”.
Jumlah hutan yang semakin berkurang hingga persoalan sampah yang tidak terselesaikan,
menjadi beberapa alasan utama sehingga agenda pelestarian lingkungan menjadi sangat
penting belakangan ini. Efek negatifnya bisa kita rasakan bersama saat ini, seperti bumi
yang semakin panas akibat suhu yang terus naik, hingga masalah bencana alam terutama
banjir akibat curah hujan dan iklim bumi yang tidak terkontrol.
Belum lagi soal ruang terbuka hijau yang semakin minim di banyak kota besar di
Indonesia, juga menjadi penyebab terancamnya kelestarian lingkungan hidup. Bahkan, hal
ini juga mulai menular ke wilayah perdesa-an. Pembangunan terus berkembang tanpa
perencanaan yang matang, sehingga lahan-lahan kosong yang seharusnya bisa
“dihijaukan”, malah tumbuh menjadi “hutan beton” yang membuat bumi semakin panas
dan ganas.
Dampak Kerusakan Lingkungan
Persoalan sampah dan minimnya lahan hijau ini mengakibatkan pemanasan global yang
menjadi banyak pembicaraan saat ini. Fenomena ini begitu nyata dengan adanya
peningkatan suhu atmosfer bumi. Dampak lebih besar tentunya berupa bencana alam,
seperti longsor hingga banjir. Bencana banjir menjadi sesuatu yang semakin lumrah dalam
beberapa tahun terakhir, dimana banyak terjadi banjir besar di berbagai negara.
Butuh Dukungan Bersama
Pelestarian lingkungan seharusnya memang tidak hanya menjadi tanggung jawab dunia
internasional, pemerintah, dan pihak swasta saja, tetapi juga merupakan kewajiban bagi
semua orang. Berbagai elemen harus ikut dan terus bergerak untuk mendorong dan
menggalang usaha bersama demi menjaga kelestarian alam.
Dengan dukungan dari semua masyarakat, maka agenda pelestarian lingkungan sebagai
bentuk “gerakan hijau” tidak hanya akan menjadi sebuah gerakan simbolis semata, tetapi
diharapkan bisa memberikan hasil yang nyata bagi lingkungan untuk masa depan bumi
dan demi kualitas kehidupan yang lebih baik. Tentunya pula, gerakan ini harus
berkelanjutan, sehingga memberikan hasil yang terus-menerus hingga waktu yang
panjang.
Mulai dari Rumah
“Gerakan hijau” bisa diartikan sebagai suatu proses untuk mencapai kondisi “hijau”
melalui gaya hidup setiap manusia.Gerakan pola konsumsi vegetarian dan gerakan hemat
energi bisa menjadi beberapa contoh gerakan kecil yang sederhana, namun hasilnya jelas
bisa terasa. Mengganti pola konsumsi daging yang selama ini menjadi salah satu
penyumbang emisi terbesar di dunia melalui gas metana yang dihasilkannya, hingga
menghemat penggunaan listrik dan bahan bakar minyak, tentulah tidak sulit untuk
dilakukan sehari-hari.
Kebun rumah juga bisa menjadi hal sederhana yang bisa dilakukan untuk mendukung
“gerakan hijau”. Menanam sayur-sayuran di depan atau belakang rumah, atau berupa
tanaman vertikal yang digantung di tempat-tempat kosong di sekitar rumah, tidak hanya
akan berguna untuk menjaga keberlangsungan bumi, tetapi juga bermanfaat untuk
keluarga sebagai bahan makanan organik yang ramah lingkungan. Yang terpenting,
mulailah dari sekarang!
Page 14
2.2 RANGKUMAN ARTIKEL
Tidak ada manusia yang dapat hidup tanpa lingkungan hidup. Karena
lingkungan hidup memberikan kebutuhan manusia, dan manusia mempengaruhi
kelestarian lingkungan hidup. Hubungan timbal balik ini mengharuskan seorang
manusia untuk menjaga lingkungan sebagai sumber kebutuhannya agar tetap
lestari.
Eksploitasi yang berlebihan telah dilakukan oleh pihak pihak yang bersifat
materialisme. Manusia manusia inilah yang melakukan eksploitasi secara
berlebihan dengan cara cara yang salah demi memenuhi keinginan pribadi.
Penebangan hutan secara ilegal adalah bentuk eksploitasi paling sering terjadi
terutama di lingkungan tropis. Dampaknya adalah bencana bencana yang timbul
tanpa pemberitahuan. Banjir, longsor dan rusaknya tanah adalah akibat yang
disebabkan keserakahan oknum oknum tertentu.
Bukan hanya eksploitasi yang berlebihan. Lebih dari pada itu masalah
yang lebih besar adalah laju pertumbuhan penduduk yang tak terkendali. Keadaan
ini mengharuskan perubahan fungsi lahan. Lahan lahan yang masih hijau
dihancurkan untuk mendirikan pemukiman bagi penduduk. Ditambah lagi
kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya alam bagi kehidupan
membuat tidak adanya rasa hutang budi pada alam yang selama ini telah
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pola hidup yang konsumtif telah membuat
manusia melupakan tugas untuk melestarikan dan berbalik menghancurkan planet
ini. Manusia tidak sadar bahwa pada saatnya bumi akan mencapai batas
kerusakannya dan disana manusia pun tak dapat lagi memperbaikinya.
Untuk itu penting sekali untuk merubah pola hidup dan cara berpikir.
Selama ini orang orang tidak pernah berpikir atau membayangkan bagaimana jika
semua energi habis dan pencemaran mencapai tingkat tinggi. Maka perlulah untuk
mengubah tingkah laku dari mulai hal hal kecil.
Banjir adalah satu masalah kecil yang menjadi besar. Pada dasarnya banjir
tidak akan terjadi jika drainase lancar dan tidak tersumbat. Untuk mencapai hal ini
bukanlah hal yang sulit karena sejak dulu manusia sudah biasa melakukan gotong
royong dalam pembersihan lingkungan. Budidaya ini harus dibangkitkan kembali
jika orang orang mau menyelamatkan dunia ini.
Page 15
Peduli lingkungan adalah kunci untuk menyelamatkan lingkungan. Jangan
lagi merusak bumi ini. Kita tidak harus melakukan hal-hal besar untuk
menyelamatkan lingkungan. Karena semuanya berawal dari hal-hal kecil. Sebagai
contoh, membuang sampah pada tempatnya, melakukan kegiatan kebersihan
bukan hanya pada saat adanya acara acara, menanamkan rasa cinta pada
lingkungan, menahan ego dalam diri untuk tidak mengeksploitasi bumi secara
tidak wajar.
Hemat energi adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan. Pemborosan
energi saat ini yang dilakukan oleh segala lapisan masyarakat. Masyarakat harus
menanamkan pikiran bahwa tidak akan terjadi krisis energi jika semua orang
menggunakan energi dengan sewajarnya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa penebangan hutan telah merusak paru paru
dunia namun untuk menghadapi itu kita bisa membumikan GERAKAN HIJAU
yaitu gerakan penghijauan, penanaman kembali tumbuh-tumbuhan. Dengan
melakukan hal hal ini tentu dapat mengatasi dampak kerusakan lingkungan hidup.
Page 16
2.3. TINJAUAN ETIS KRISTEN
Nyatanya manusia pada era ini tidak lagi perduli arti dari menguasai dan
memelihara sebagai hak dan kewajibannya. Manusia hanya tahu bahwa keegoisan
mereka dapat membawa manusia kepada hidup yang menyenangkan. R.P Borrong
dalam bukunya “Etika Bumi Baru” menyatakan bahwa saat ini Planet bumi ini
sedang menderita sakit,kurus dan terancam kematian inilah masalah besar dan
krisis ekologis yang dialami saat ini.
Page 17
Alkitab mencatat secara khusus adanya "keinginan" dalam diri manusia untuk
menjadi sama seperti Allah dan karena keinginan itu ia "melanggar" amanat Allah
(Kej. 3:5-6). Tindakan melanggar amanat Allah membawa dampak bukan hanya
rusaknya hubungan manusia dengan Allah, tetapi juga dengan sesamanya dan
dengan alam. Manusia menghadapi alam tidak lagi dalam konteks "sesama
ciptaan", tetapi mengarah pada hubungan "tuan dengan miliknya". Manusia
memperlakukan alam sebagai objek yang semata-mata berguna untuk dimiliki dan
dikonsumsi. Alam diperhatikan hanya dalam konteks kegunaan (utilistik-
materialistik). Manusia hanya memerhatikan tugas menguasai, tetapi tidak
memerhatikan tugas memelihara. Dengan demikian, manusia gagal melaksanakan
tugas kepemimpinannya atas alam.
Akar perlakuan buruk manusia terhadap alam terungkap dalam istilah seperti:
"tanah yang terkutuk", "susah payah kerja", dan "semak duri dan rumput duri
yang akan dihasilkan bumi" (Kej. 3:17-19). Manusia selalu dibayangi oleh rasa
kuatir akan hari esok yang mendorongnya cenderung rakus dan materialistik (baca
Mat. 6:19-25 par.). Secara teologis, dapat dikatakan bahwa akar kerusakan
lingkungan alam dewasa ini terletak dalam sikap rakus manusia yang dirumuskan
oleh John Stott sebagai "economic gain by environmental loss". Manusia berdosa
menghadapi alam tidak lagi sekadar untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi
sekaligus untuk memenuhi keserakahannya. Dengan kata lain, manusia berdosa
adalah manusia yang hakikatnya berubah dari "a needy being" menjadi "a greedy
being". Kegagalan dalam melaksanakan tugas kepemimpinan atas alam
merupakan pula kegagalan manusia dalam mengendalikan dirinya, khususnya
keinginan- keinginannya
Page 18
pertobatan dan pengendalian diri. Dilihat dari sudut pandang Kristen, maka tugas
pelestarian lingkungan hidup yang pertama dan utama adalah mempraktikkan pola
hidup baru, hidup yang penuh pertobatan dan pengendalian diri, sehingga hidup
kita tidak dikendalikan dosa dan keinginannya, tetapi dikendalikan oleh cinta
kasih.
Kita harus mengingatkan diri kita bahwa alam semesta khususnya yang
menjadi lingkungan hidup kita, tidak milik kita dan bukan tak bertuan.
Lingkungan hidup kita itu ciptaan Tuhan dan bukan diperuntukkan bagi kita saja
tetapi juga untuk generasi berikutnya. Karenanya kita berkewajiban
memeliharanya bahkan memulihkan yang sudah rusak. *)
Page 19
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Alam atau lingkungan hidup telah dikaruniakan oleh Tuhan kepada kita untuk
digunakan dan dimanfaatkan demi kesejahteraan manusia. Manusia dapat
menggunakan alam untuk menopang hidupnya. Dengan kata lain, alam diciptakan
oleh Tuhan dengan fungsi ekonomis, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Tetapi bukan hanya kebutuhan manusia menjadi alasan penciptaan.
Alam ini dibutuhkan pula oleh makhluk hidup lainnya bahkan oleh seluruh sistem
kehidupan atau ekosistem. Alam ini berfungsi ekumenis (untuk didiami) oleh
seluruh ciptaan lainnya. Alam ini rumah kita. Kata-kata "ekonomi", "ekumene",
dan "ekologi" berakar dalam kata Yunani "oikos" yang artinya rumah. "Ekonomi"
berarti menata rumah; itulah tugas pengelolaan kebutuhan hidup. "Ekumene"
berarti mendiami rumah; itulah tugas penataan kehidupan yang harmonis.
"Ekologi" berarti mengetahui/menyelidiki rumah; itulah tugas memahami
tanggung jawab terhadap alam.
Manusia adalah penata dalam rumah bersama ini. Pertama, ia adalah pengelola
ekonomi, tetapi ia lebih dikuasai oleh kerakusan. Karena itu, diperlukan
pembaruan/pertobatan dan pengendalian diri supaya timbul sikap respek dan
tindakan penuh tanggung jawab terhadap lingkungan. Maka tanggung jawab
Kristen dalam memelihara kelestarian lingkungan kiranya dapat pula dirumuskan
dalam pola 4R -- "repent", "restraint", "respect", "responsible" (atau bertobat,
menahan diri, menghormati, dan bertanggung jawab). Ibadah yang sejati adalah
ibadah yang dapat diimplementasikan secara bertanggung jawab dalam hidup
yang nyata.
Dalam menata kehidupan bersama, umat Kristen harus bermitra dengan semua
orang, bahkan dengan semua makhluk. "Ekumene" berarti bekerja bersama
membangun kehidupan di atas planet ini. Tugas itu adalah tugas bersama semua
orang dan seluruh ciptaan. Maka tugas orang Kristen adalah memberi
kontribusinya sesuai dengan iman dan pengharapan kepada Allah, memperkaya
dan mengoptimalkan ibadahnya dengan terus-menerus menjaga dan memelihara
kehidupan yang diberikan Tuhan kepadanya sebagai ungkapan syukur kepada
Tuhan.
Page 20
3.2. SARAN
Setelah mengetahui hal hal ini hendaklah kita merenungkan kembali apa yang
kita lakukan terhadap alam. Dan mengingat kembali tugas dan tanggung jawab
kita untuk menjaga dan memelihara alam dan lingkungan ini.
Dan kepada semua masyarakat agar kita sadar bahwa semua perubahan
diawali dari hal hal kecil. Jika kita ingin terjadi perubahan besar marilah kita
masing masing memulainya dari kita sendiri. Dengan pola hidup baru untuk
menjaga alam dan lingkungan yang telah diberikan Allah sebagai tanggung jawab
kita.
Page 21
DAFTAR PUSTAKA
Borrong, R.P. Etika Bumi Baru. Akses Etika dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Jakarta: BPK Gunung Mulia ,2000.
http://analisadaily.com/news/read/semua-orang-butuhlingkungan-
hidup/51401/2014/08/03
http://analisadaily.com/news/read/lingkungan-versus-komersial/28875/2014/05/11
http://analisadaily.com/news/read/sikap-materialisme-dan-eksploitasi-lingkungan-
hidup/38432/2014/06/15
http://analisadaily.com/news/read/dilema-industri-pada-lingkungan-
hidup/34079/2014/06/01
http://analisadaily.com/news/read/alih-fungsi-lahan-makin-tak-
terbendung/67863/2014/09/28
http://analisadaily.com/news/read/pentingnya-menjaga-kebersihan-
pasar/53486/2014/08/10
http://analisadaily.com/news/read/laju-penduduk-kota-meningkat-beragam-tantangan-
muncul/54008/2014/08/12
http://analisadaily.com/news/read/pelopor-lingkungan-diharapkan-tingkatkan-
kualitas/67268/2014/09/26
http://analisadaily.com/news/read/cegah-banjir-dari-hal-kecil/63752/2014/09/14
http://analisadaily.com/news/read/klh-masyarakat-diharapkan-semakin-peduli-
lingkungan/34442/2014/06/02
http://analisadaily.com/news/read/komitmen-masyarakat-kunci-menyelamatkan-
lingkungan/40496/2014/06/22
http://analisadaily.com/news/read/membumikan-gerakan-hijau-dengan-cara-
sederhana/34077/2014/06/01
Page 22