Anda di halaman 1dari 30

TUGAS

PROPOSAL PENELITIAN
STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA KELURAHAN KALI
RUNGKUT KECAMATAN RUNGKUT DALAM UPAYA SUSTAINABLE CITY
SURABAYA

Disusun Oleh :
Umi Fauziyah (18041010125)
Kiki Darmakasih (18041010128)
Monica Dwipi Salam (18041010132)
Arthemevia Indhawati (18041010136)
Adita Nurshabrina (18041010158)
Saffa Indah salsabila (18041010170)

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik


Ilmu Administrasi Negara
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
2019
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN ………………………………………………………………... 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………... 1


1.2 Perumusan Masalah ………………………………………………………………... 8
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………………... 8
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………………………... 8
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ………………………………………………………………... 9
2.1 Penelitian Terdahulu ………………………………………………………………... 9
2.2 Landasan Teori .……………………………………………………………… 14
2.2.1 Sampah ……………………………………………………………….. 14
2.2.2.1 Pengertian Sampah …………………………………………………………… 14
2.2.2.2 Sampah Rumah Tangga ………………………………………………………. 15
2.2.2.3 Pengelolaan Sampah ………………………………………………………….. 18
2.2.2.4 Kegiatan Pengelolaan Sampah ……………………………………………….. 20
2.2.2.5 Keuntungan Pengelolaan Sampah ……………………………………………. 20
2.2.2 Sustainable City ……………………………………………………………….. 21
BAB III : METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ……………………………………………………………….. 24
3.2 Fokus Penelitian ……………………………………………………………….. 25
3.3 Lokasi Penelitian ……………………………………………………………….. 26
3.4 Sumber Data ……………………………………………………………….. 26
3.5 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………………….. 27
3.6 Analisa Data ……………………………………………………………….. 28
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Surabaya merupakan kota metropolitan kedua di Indonesia setelah Ibu Kota Jakarta.
Hal ini menyebabkan Kota Surabaya menjadi pusat berbagai aktivitas bisnis,ekonomi, politik
dan budaya dari kota atau daerah sekitarnya, yang salah satunya ditandai dengan tingginya
densitas penduduk dan kencangnya kecepatan dan percepatan finansial. Dari sisi lingkungan,
tingginya densitas penduduk berdampak pada tingginya produksi sampah perkotaan. Sampah
adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat. Sekitar
2.913,18 ton sampah diproduksi oleh Kota Surabaya per harinya (Dinas Kebersihan dan Ruang
Terbuka Hijau Pemkot Surabaya, 2017). Jumlah itu terus bertambah dari tahun ke tahun. Laju
produksi sampah terus meningkat, tidak saja sejajar dengan laju pertumbuhan penduduk tetapi
juga sejalan dengan meningkatnya pola konsumsi masyarakat. Di sisi lain kapasitas penanganan
sampah yang dilakukan masyarakat maupun pemerintah daerah belum optimal. Sampah yang
tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat
sekitarnya.

Kota Surabaya adalah salah satu kota yang memiliki penduduk sebanyak 2.765.487
dengan laju pertumbuhan penduduk 0,63%. Kawasan Surabaya Timur merupakan kawasan
dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup pesat yang dapat menyebabkan peningkatan
timbulan sampah. Kawasan Surabaya Timur terbagi atas 7 Kecamatan dan dihuni 787.207 jiwa.
Salah satu Kecamatan yang berada di Surabaya Timur adalah Kecamatan Rungkut. Kecamatan
Rungkut dihuni oleh 102.208 jiwa dengan luas wilayah 21,08 km² terdiri dari 6 kelurahan yaitu
Kelurahan KaliRungkut, Kelurahan Rungkut Kidul, Kelurahan Penjaringan, Kelurahan Medokan
Ayu, Kelurahan Wonorejo, dan Kelurahan Kedung Baruk . Sampah menjadi permasalahan jika
kemudian tidak diolah dengan baik dan tidak dimanfaatkan. Pengolahan sampah yang tidak
efektif akan menimbulkan masalah pada kesehatan manusia dan kerusakan alam. Upaya
pengolahan sampah mulai dari pengangkutan hingga pengolahan perlu terus menerus
ditingkatkan seiring meningkatnya timbulan sampah.
Sampah merupakan sisa pakai dari kemanfaatan yang digunakan oleh kebutuhan
manusia. Sampah seringkali dipandang sebagai sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Sampah
dipersepsikan sebagai sesuatu yang tidak mempunyai nilai. Secara umum, manusia menganggap
sampah adalah barang sisa dari aktifitas manusia dan keberadaannya mengganggu estetika
lingkungan.

Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh
pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola dengan
prosedur yang benar. Secara terbatas yang dimaksud dengan sampah adalah tumpukan bahan
bekas dan sisa tanaman daun, sisa sayuran, sisa buangan lain, atau sisa kotoran hewan atau
benda-benda lain yang dibuang. Dalam pengertian yang luas, sampah diartikan sebagai benda
yang dibuang, baik yang berasal dari alam ataupun dari hasil proses teknologi. Menurut Wasito
sampah ialah segala zat padat atau semi padat yang terbuang atau yang sudah tidak berguna, baik
yang dapat membusuk atau yang tidak dapat membusuk kecuali zat-zat buangan atau kotoran
yang keluar dari tubuh manusia (kotoran atau najis manusia). Sudarso menyatakan, bahwa yang
dimaksud dengan sampah ialah bahan buangan sebagai akibat aktifitas manusia dan binatang,
yang merupakan bahan yang sudah tidak penting lagi sehingga dibuang sebagai barang yang
sudah tidak berguna lagi. Sedangkan menurut Murtadho, sampah organik meliputi sampah semi
basah berupa bahan-bahan organik yang umumnya berasal dari sektor pertanian dan makanan
misalnya sisa dapur, sisa makanan, sampah sayuran dan kulit buah yang kesemuanya mudah
membusuk.

Berdasarkan SK SNI tahun 1990, Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari
zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Pada umumnya paradigma
masyarakat terhadap sampah dengan sifat padat yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga atau
industri, adalah benda yang yang tidak lagi diinginkan atau tidak bernilai ekonomis.

Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 memberikan penjelasan bahwa sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan pengelolaan
sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah. Berdasarkan sifat fisik dan kimianya sampah dapat
digolongkan menjadi: 1) sampah ada yang mudah membusuk terdiri atas sampah organik seperti
sisa sayuran, sisa daging, daun dan lain-lain; 2) sampah yang tidak mudah membusuk seperti
plastik, kertas, karet, logam, sisa bahan bangunan dan lain-lain; 3) sampah yang berupa
debu/abu; dan 4) sampah yang berbahaya (B3) bagi kesehatan, seperti sampah berasal dari
industri dan rumah sakit yang mengandung zat-zat kimia dan agen penyakit yang berbahaya.
Timbunan sampah pada rempat pembuangan sampah sementara maupun tempat pembuangan
akhir sampah akan menghasilkan lindi. Leachate/lindi adalah limbah cair yang timbul akibat
masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi
terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Dari sana dapat
diramalkan bahwa kuantitas dan kualitas lindi akan sangat bervariasi dan berfluktuasi.
Leachate/lindi yang tidak ditangani dengan baik yaitu tanpa melalui pengolahan dapat
memberikan dampak negative pada lingkungan antara lain timbulnya bau sehingga menguranggi
estetika, timbulnya penyakit karena leachate/lindi merupakan sarang atau tempat vector
(pembawa) penyakit. Vektor atau pembawa penyakit yang ditimbulkan dari tempat sampah
adalah thypus, disentri dengan vector pembawa penyakit adalah lalat, kecoa, tikus dan lain
sebagainya.

Sampah Rumah Tangga seperti sampah hasil dari penggunaan keluarga baik organik
maupun anorganik. Maka, menurut Widyadmoko (2002), sampah menurut kelompoknya maka
dapat dibagi dalam jenisnya, antara lain: Pertama, sampah basah atau sampah yang terdiri dari
bahan-bahan organik yang mudah membusuk dimana sebagian besar sampah ini berasal dari
sisa-sisa makanan, potongan hewan, dan lain-lain sebagainya. Kedua, sampah kering yaitu
sampah yang terdiri dari logam seperti besi tua, kaleng bekas, dan sampah kering non logam,
misalnya kertas, kaca, keramik, batu-batuan, dan sisa kain. Ketiga, sampah lembut, misalnya
debu yang berasal dari penyapuan lantai rumah, gedung dan penggergajian kayu. Keempat,
sampah besar, sampah yang berasal dari bangunan rumah tangga yang besar, seperti meja, kursi,
kulkas, radio dan peralatan lain sebagai pendukung rumah tangga.

Meningkatnya nilai konsumsi masyarakat perkotaan dalam memenuhi kebutuhan


hidupnya, menjadi penyumbang dari semakin banyaknya sampah yang harus dibuang. Sampah
rumah tangga tidak dapat dianggap kecil dalam kapasitas penyumbang sampah bagi lingkungan.
Pertumbuhan manusia yang setiap tahun meningkat, tidak luput dari penyumbang sampah
terbesar di berbagai daerah. Hal itu dipengaruhi oleh lingkungan dan karakter masyarakat yang
menjadi problem penting dalam memahami dan mengimplementasikan penanganan sampah bagi
suatu daerah. Bertambahnya sampah sejalan dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur
dan meningkatnya pertumbuhan manusia tanpa diimbangi dengan pola penanganan dan
pengelolaan sampah dengan sarana dan prasaran yang memadai.

Perilaku masyarakat yang terkadang acuh terhadap sampah menjadi masalah lingkungan
yang terus berlanjut. Seperti perilaku membuang sampah yang tidak pada tempatnya dengan
membuang sampah di lingkungan sekitar hingga membuang ke sungai yang mengakibatkan
sungai tercemar dan menjadi resiko bencana banjir oleh masyarakat. Hasil observasi sederhana
pada bulan April 2016 menunjukan bahwa 7 dari 10 orang di Surabaya membuang sampah tidak
pada tempatnya. Perilaku inilah yang menyebabkan sampah menumpuk di beberapa ruas kota,
termasuk di sungai juga.

Kegiatan pembuangan sampah adalah kegiatan yang tidak mempunyai titik akhir,
sehingga diperlukan penanganan dan pengelolaan secara konkrit dan sistematis. Hal itu karena
dampak yang ditimbulkan oleh sampah menjadi permasalahan yang sangat berpengaruh terhadap
lingkungan, kesehatan dan kehidupan social masyarakat. Propaganda bencana seringkali
mengingatkan bagi kehidupan masyarakat. Terutama bencana banjir setiap tahun menghiasi
“dinding” masyarakat perkotaan. Pengolahan sampah menjadi sangat penting karena sangat
berpengaruh pada biaya pengolahan. Sampah yang tercampur akan membutuhkan biaya
pengolahan yang lebih mahal. Sistem pengelolaan persampahan terutama untuk daerah
perkotaan, harus dilaksanakan secara tepat dan sistemastis. Kegiatan pengelolaan persampahan
akan melibatkan penggunaan dan pemanfaatan berbagai prasarana dan sarana persampahan yang
meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan maupun
pembuangan akhir. Masalah sampah berkaitan erat dengan dengan pola hidup serta budaya
masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu penanggulangan sampah bukan hanya urusan pemerintah
semata akan tetapi penanganannya membutuhkan partisipasi masyarakat secara luas.

Secara definisi, pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi


keperluan hidup manusia kini dengan tanpa mengabaikan keperluan hidup manusia masa datang.
Bila dikaitkan dengan lingkungan maka pembangunan berkelanjutan dapat juga didefinisikan
sebagai kemajuan yang dihasilkan dari interaksi aspek lingkungan hidup, dimensi ekonomi dan
aspek sosial politik sedemikian rupa, masing-masing terhadap pola perubahan yang terjadi pada
kegiatan manusia dapat menjamin kehidupan manusia yang hidup pada masa kini dan masa
mendatang dan disertai akses pembangunan sosial ekonomi tanpa melampaui batas ambang
lingkungan.

Menurut Brundtland (1987) kota berkelanjutan (sustainable city) adalah kota yang
mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi mendatang.
Dalam perkembangan konsep selanjutnya, kota berkelanjutan (sustainable city) dielaborasi oleh
Stern, Whitney & While sebagai suatu interaksi antara sistem biologis dan sumberdaya, sistem
ekonomi dan sistem sosial. Meskipun dalam kelengkapan konsep berkelanjutan yang ada yaitu
Ekologi-EkonomiSosial tersebut akan semakin menyulitkan pelaksanaannya, namun jelas lebih
bermakna dan gayut dengan masalah khususnya negara berkembang. Sebagai contoh, dengan
masuknya tolok ukur sosial, sasaran keberlanjutan menjadi lebih jelas dan terarah, antara lain
dikaitkan dengan upaya pemerataan sosial, penanggulangan dan penghapusan kemiskinan,
keadilan spasial dan lain-lain. Dengan demikian, maka konsep kota berkelanjutan (sustainable
city) berkembang lebih jauh, tidak lagi terpaku pada konsep awal yang lebih terfokus pada
pemikiran kelestarian keseimbangan lingkungan semata-mata.

Jika kita simpulkan secara ringkas mengenai batasan pengertiannya maka kota
berkelanjutan (sustainable city) adalah “Kota yang dalam perkembangan dan pembangunannya
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini, mampu berkompetisi dalam ekonomi global
dengan mempertahankan keserasian lingkungan, vitalitas sosial, budaya, politik, dan pertahanan
keamanannya, tanpa mengabaikan atau mengurangi kemampuan generasi mendatang dalam
pemenuhan kebutuhan mereka”. Secara umum pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) langsung berintegrasi dengan lingkungan, ekonomi, dan sosial. Integrasi dari nilai
lingkungan, nilai ekonomi, dan nilai sosial yang diharapkan menghasilkan kehidupan yang
sejahtera bagi manusia. Dalam aplikasi pembangunan berkelanjutan, ketiga elemen tersebut
harus berjalan simultan dan seimbang. Ketidakseimbangan pembangunan yang terjadi akan
menyebabkan ketimpangan dalam pelaksanaan pembangunannya.

Kalirungkut merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kota Surabaya. Kalirungkut
adalah salah satu perumahan yang memiliki kepadatan yang cukup tinggi. Tingginya kepadatan
di Kalirungkut umumnya disebabkan oleh banyaknya mahasiswa yang tinggal sementara di
rumah penduduk setempat (indekos). Selain itu di juga terdapat aktivitas yang beragam dan
timbulan sampahnya cukup tinggi. Jika sampah-sampah tersebut dibiarkan saja, maka akan
beresiko memunculkan masalah lain terutama dari segi kebersihan dan kesehatan. Untuk
menghindari masalah- masalah yang muncul terkait persampahan, dibutuhkan upaya pengelolaan
sampah. Pengelolaan sampah yang ada harus melibatkan peran masyarakat supaya dapat berjalan
dengan efektif. Maka dari itu pada makalah ini akan dibahas mengenai strategi dari pengelolaan
sampah rumah tangga untuk menangani permasalahan sampah di Kalirungkut yang merupakan
salah satu permasalahan perkotaan yang sudah ada sejak dahulu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini maka dapat dinyatakan perumusan masalah
yang dapat dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut : “ Bagaimana strategi pengelolaan sampah
rumah tangga Kelurahan Kali Rungkut Kecamatan Rungkut dalam upaya sustainable city
Surabaya ? “

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan diatas, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pengelolaan sampah rumah
tangga Kelurahan Kali Rungkut Kecamatan Rungkut dalam upaya sustainable city Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian

 Menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai penerapan teori yang telah
didapat dari mata kuliah yang telah diterima kedalam penelitian yang sebenarnya.

 Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan sistem stategi pengelolaan


sampah rumah tangga di surabaya.

 Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sarana diagnosis dalam mencari sebab masalah
atau kerusakan lingkungan dari dampak yang terjadi di dalam sistem pengelolaan sampah.

 Dengan demikian akan memudahkan pencarian alternatif pemecahan masalah-masalah


tersebut.

 Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyusun strategi pengelolaan
sampah rumah tangga di surabaya dengan baik.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah di lakukan oleh pihak lain yang dapat di gunakan
sebagai bahan pengkajian yang terkait dengan penelitian ini, yaitu :

1. Sri Subekti 2008. “ PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 3R BERBASIS


MASYARAKAT” Fakultas Teknik, Teknik Lingkungan Universitas Pandanaran
Semarang.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana membangun karakter peduli
lingkungan pada masyarakat.dan untuk melakukan pelatihan, study banding dan memperlihatkan
contoh – contoh program yang sukses dan lain – lain. Pada saat ini terutama di kota-kota besar
peningkatan laju timbulan sampah perkotaan (2 – 4 % / tahun) yang tidak diikuti dengan
ketersediaan prasarana dan sarana persampahan yang memadai, berdampak pada pencemaran
lingkungan yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Dengan selalu mengandalkan pola
kumpul-angkut-buang, maka beban pencemaran akan selalu menumpuk di lokasi TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) yang pada kondisi sekarang sudah mulai penuh dan pengelolaan sampahnya
tidak memenuhi standard yang telah dipersyaratkan. penelitian dilakukan dengan sumber
literatur ( libraly research ) di lokasi penelitian guna memperoleh gambaran tentang stategi
pengelolaan sampah rumah tangga guna menciptakan lingkungan sehat dan ramah lingkungan.
Selanjutnya data yang di peroleh dianalis dengan metode kuantitatif deskriptif. Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa Kebiasaan membakar sampah secara bebas memang sudah
membudaya di masyarakat baik itu di perdesaan maupun di perkotaan. Kebiasaan membakar
sampah ini sudah membudaya sehingga sangat sulit untuk menghentikannya. Mereka belum
menyadari bahwa jenis sampah saat ini berbeda dengan sampah jaman dulu. Jenis-jenis sampah
saat ini cenderung didominasi oleh sampah sintetis kimia seperti plastik, karet, styrofoam, logam,
kaca dan sebagainya. Apabila sampah-sampah tersebut dibakar maka akan mengeluarkan gas-gas
beracun yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat yang menghirupnya dan
memperburuk kualitas lingkungan udara. Misalnya hasil pembakaran sampah plastik
menghasilkan gas dioxin yang mempunyai daya racun 350 kali dibandingkan asap rokok. Dioxin
termasuk super racun dan bersifat karsinogenik bila masuk kedalam jaringan tubuh manusia
terutama saraf dan paru-paru, sehingga dapat mengganggu sistem saraf dan pernafasan termasuk
penyebab kanker. Pembakaran styrofoam akan menghasilkan CFC yang dapat merusak lapisan
ozon dan berbahaya bagi manusia. Timbunan sampah pada rempat pembuangan sampah
sementara maupun tempat pembuangan akhir sampah akan menghasilkan lindi. Leachate/lindi
adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah,
melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses
dekomposisi biologis. Dari sana dapat diramalkan bahwa kuantitas dan kualitas lindi akan sangat
bervariasi dan berfluktuasi. Leachate/lindi yang tidak ditangani dengan baik yaitu tanpa melalui
pengolahan dapat memberikan dampak negative pada lingkungan antara lain timbulnya bau
sehingga menguranggi estetika, timbulnya penyakit karena leachate/lindi merupakan sarang atau
tempat vector (pembawa) penyakit. Vektor atau pembawa penyakit yang ditimbulkan dari tempat
sampah adalah thypus, disentri dengan vector pembawa penyakit adalah lalat, kecoa, tikus dan
lain sebagainya. Dalam hal ini perlunya partisipasi masyarakat untuk berperan aktif dalam
mengelola sampahnya dan dapat dimulai dari rumah tangga dengan cara pemilahan sampah
organic, sampah anorganik mapun sampah B3 sehingga nantinya yang terangkut ke TPA hanya
sisanya saja. Dengan pemilahan sampah tersebut maka sampah organic dapat diolah kembali
menjadi kompos sedankan sampah anorganik dapat dirubah menjadi bentuk lain sehingga
bernilai ekonomis. Dan Perlunya pengawasan yang berkelanjutan dari instansi terkait untuk
memantau keberhasilan dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

2. Hayat, Hasan Zayadi 2018. “MODEL INOVASI PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH


TANGGA”. Jurnal Ketahanan Pangan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Islam
Malang, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Malang.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara mengelola sampah
rumah tangga yang baik dan benar. Oleh karena itu, tujuan dari pengabdian ini adalah ada 2
(dua), yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Pada tujuan jangka pendek target yang ingin
dicapai adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat melalui model pengelolaan sampah
yang baik dan benar, sehingga masyarakat memahami pentingnya menjaga lingkungan dan
memanfaatkan sampah keluarga yang hampir setiap hari ada, yaitu dengan cara memberikan
pemahaman secara konseptual melalui model pemilihan dan pemilihan terhadap sampah rumah
tangga organik maupun non-organik. Sedangkan pada target jangka panjangnya diharapkan ada
alat pengelolaan sampah melalui recycle drum yang dapat menghasilkan pupuk organik dan
pemberdayaan kepada mitra. Serta dapat dimanfaatkan oleh mitra untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kebersihan dilingkungan RT 03 dan 04 RW 01 Cemorokandang. Disamping
itu, dapat dijadikan sebagai ikon baru bagi Pemerintah Daerah Kota Malang dalam penanganan
dan pengelolaan sampah menjadi pupuk cair organik serta menjadi percontohan bagi Pemerintah
Provinsi Jawa Timur sebagai lingkungan bebas sampah dengan menjadikan sentra pupuk cair
organik. penelitian dilakukan dengan sumber literatur ( libraly research ) guna mengetahui
lingkungan dalam keadaan yang kurang baik sehingga bisa di evaluasi. Selanjutnya data yang di
peroleh dianalis dengan metode kuantitatif deskriptif. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
Pengelolaan sampah rumah tangga bisa dilakukan dengan baik dan menjadi solusi alternative
untuk membantu pemerintah melakukan penanganan terhadap sampah. Di samping itu, dengan
model inovasi pengelolaan sampah rumah tangga dapat memberikan nilai positif bagi
masyarakat untuk melakukan pemberdayaan secara mandiri dan dapat memanfaatkan ruangruang
public dari sampah rumah tangga agar dapat bernilai tinggi. Tentu paradigma masyarakat terus
ditanamkan sebagai langkah awal membangun mindset terhadap sampah rumah tangga agar
dapat berjalan dengan baik. Selain itu, diperlukan sinergai antara pemerintah, masyarakat dan
akademisi dalam memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan
sampah dan dampak yang timbulkan. Melalui inovasi model pengelolaan sampah ini, diharapkan
masyarakat dapat mengimplementasikan minimal sampah rumah tangga yang setiap hari
seringkali ditemukan.

3. Ketut Putri Naritari, dkk. 2018. “STRATEGI PENGOLAHAN SAMPAH KEPUTIH


GANG 1 DALAM UPAYA SUSTAINABLE CITY SURABAYA”. Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan Institut Sepuluh
November Surabaya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara bagaimana menangani Kota
Surabaya yang merupakan kota metropolitan kedua di Indonesia setelah Ibu Kota Jakarta. Hal
ini menyebabkan Kota Surabaya menjadi pusat berbagai aktivitas bisnis, ekonomi, politik dan
budaya dari kota atau daerah sekitarnya, yang salah satunya ditandai dengan tingginya densitas
penduduk dan kencangnya kecepatan dan percepatan finansial. Dari sisi lingkungan, tingginya
densitas penduduk berdampak pada tingginya produksi sampah perkotaan. Sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat (Suyoto, 2008).
Sekitar 2.913,18 ton sampah diproduksi oleh Kota Surabaya per harinya (Dinas Kebersihan dan
Ruang Terbuka Hijau Pemkot Surabaya, 2017). Pada tahun 2017 Dispendukcapil Surabaya
mencatat jumlah penduduk Kota Surabaya mencapai 3.020.305 jiwa. Jumlah itu terus bertambah
dari tahun ke tahun. Laju produksi sampah terus meningkat, tidak saja sejajar dengan laju
pertumbuhan penduduk tetapi juga sejalan dengan meningkatnya pola konsumsi masyarakat. Di
sisi lain kapasitas penanganan sampah yang dilakukan masyarakat maupun pemerintah daerah
belum optimal. Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh terhadap lingkungan
dan kesehatan masyarakat sekitarnya.
Sistem pengelolaan persampahan terutama untuk daerah perkotaan, harus dilaksanakan secara
tepat dan sistemastis. Kegiatan pengelolaan persampahan akan melibatkan penggunaan dan
pemanfaatan berbagai prasarana dan sarana persampahan yang meliputi pewadahan,
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan maupun pembuangan akhir. Masalah
sampah berkaitan erat dengan dengan pola hidup serta budaya masyarakat itu sendiri. Oleh
karena itu penanggulangan sampah bukan hanya urusan pemerintah semata akan tetapi
penanganannya membutuhkan partisipasi masyarakat secara luas.
Sistem persampahan Kota Surabaya bermuara pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang
berada di Benowo dengan luas total 37 hektar. Di TPA inilah sampah yang dihasilkan penduduk
Kota Surabaya dikumpulkan. Dari luas total yang ada, 30 hektarnya digunakan sebagai tempat
pengolahan sampah, dan 7 hektar sisanya digunakan untuk keperluan lain seperti saluran lindi,
bangunan, dan lain-lain. TPA beroperasi setiap hari dengan volume sampah yang ditampung
rata-rata dari 46 compactor dan 30 dump truck. Lahan efektif seluas 30 hektar sudah tidak
mampu untuk menampung jumlah sampah yang menumpuk setiap harinya. Hal ini dikarenakan
jumlah sampah yang dikelola tidak sebanding dengan jumlah sampah yang datang. penelitian
dilakukan dengan sumber literatur ( libraly research ) guna mengetahui perkembangan
pengelolaan sampah dengan program green city dan Selanjutnya data yang di peroleh dianalis
dengan metode kuantitatif deskriptif. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Keputih Gang I
merupakan salah satu wilayah di Kota Surabaya yang memiliki kepadatan yang cukup tinggi,
umumnya disebabkan oleh urbanisasi penduduk yang tinggi, Adanya produksi sampah berlebih
diebabkan oleh aktivitas keseharian sehingga menimbulkan tumpukan sampah. Selain itu masih
banyak warga penduduk lokal yang suka membuang sampah sembarangan di sungai dan di
pinggir jalan. Sehingga kesadaran warga atas kebersihan masih minim. Masih belum adanya
pengelolaan sampah lebih lanjut terkait dengan sampah yang telah dikumpulkan di TPA, Adanya
kebijakan pemerintah mengenai program untuk mengatasi permasalahan terkait sampah serta
fasilitasi pengelolaan sampah yang berkelanjutan berpotensi dalam mengatasi permasalahan
persampahan di Keputih Gang I dan Di Keputih Gang I juga masyarakat juga sudah memiliki
program pengolaan sampah, yaitu bank sampah yang terletak di Keputih gang I D-E;

4. Winda Yuni Aisah, Agus Prastyawan, S.Sos., M.Si “ANALISIS PENGELOLAAN


SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN (DKP) KOTA
SURABAYA”

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana rendahnya kesadaran
masyarakat akan pengelolaan sampah dari sumbernya membuat pengelolaan sampah di Kota
Surabaya belum maksimal, keterbatasan lahan TPA dan buruknya sistem pengumpulan dan
pengangkutan sampah yang kurang hygenis dan belum terpisah antara sampah organik dan
anorganik di masyarakat. Untuk itu perlu dianalisis pengelolaan sampah yang dilakukan oleh
DKP Kota Surabaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis
pengelolaan sampah oleh DKP Kota Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini berfokus pada pengelolaan sampah oleh DKP Kota
Surabaya menurut Aboejoewono. Informan yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah
pegawai instansi, kader lingkungan dan masyarakat yang mengelolah sampah. Proses
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode observasi,
interview, dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa DKP Kota Surabaya telah menerapkan pengelolaan sampah kota ideal menurut
Aboejoewono, dengan menerapkan kelima indikator sistem pengelolaan sampah kota ideal yang
meliputi penerapan teknologi tepat guna dilakukan dengan menerapan teknologi di Surabaya
yang ramah lingkungan “zero waste” melalui pemisahan sampah organik dan anorganik, peran
serta masyarakat dalam pengelolaan sampah yang dilakukan adalah mengelolah sampah mandiri
(rumah tangga) dan daur ulang sampah anorganik, mekanisme keuntungan dalam pengelolaan
sampah seperti kegiatan dan program pengelolaan sampah organik dan anorganik berupa kompos
rumah tangga dengan Keranjang Takakura dan mendaur ulang sampah menjadi produk daur
ulang yang bisa dijual, optimalisasi TPA sampah yang sudah di kelola oleh swasta, dan sistem
kelembagaan pengelolaan sampah yang terintegrasi melalui RT/RW dan Kader Lingkungan.
Dalam hal ini DKP Kota Surabaya diharapakan lebih mengoptimalkan peran kualitas dan
kuantitas kader lingkungan. Selain itu, pengelolaan sampah sebaiknya dimulai di masing-masing
rumah tangga dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan melalui daur ulang dan
kompos. Diharapkan lebih memotivasi masyarakat untuk mengoptimalkan pemanfaatan sampah,
sehingga bisa mendatangkan keuntungan melalui produk-produk daur ulang.
2.2 Landasan Teori

2.2.1. Sampah

2.2.2.1 Pengertian Sampah

Sampah merupakan sisa pakai dari kemanfaatan yang digunakan oleh kebutuhan manusia.
Sampah seringkali dipandang sebagai sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Sampah dipersepsikan
sebagai sesuatu yang tidak mempunyai nilai. Secara umum, manusia menganggap sampah adalah
barang sisa dari aktifitas manusia dan keberadaannya mengganggu estetika lingkungan.
(Mohamad Satori, Reni Amarani, Dewi Shofi, 2010:151)

Menurut definisi World Health Organization (WHO), sampah adalah sesuatu yang tidak
digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. (Ramon and Afriyanto 2017). Undang-Undang
Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 memberikan penjelasan, Sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. (Azwar, 1995:6) dalam
(Nariratih et al. 2018) Sampah adalah segala sesuatu yang tidak terpakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia,
termasuk yang dilakukan industry tetapi yang bukan biologis karena human wastes tidak
termasuk di dalamnya dan umumnya bersifat padat, karena air bekas tidak termasuk di
dalamnya.

Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste) adalah sesuatu
yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal
dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dari batasan ini jelas bahwa sampah
adalah hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna. Dengan demikian
sampah mengandung prinsip adanya sesuatu benda atau bahan padat, adanya hubungan
langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia, dan benda atau bahan tersebut tidak dipakai
lagi (Notoatmojo, 2003) dalam (Hayat and Zayadi 2018). Manik (2003) Mendefinisikan sampah
sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang
dihasilkan oleh kegiatan manusia. Juli Soemirat (1994) berpendapat bahwa sampah adalah
sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat.

Kegiatan pembuangan sampah adalah kegiatan yang tidak mempunyai titik akhir, sehingga
diperlukan penanganan dan pengelolaan secara konkrit dan sistematis. (Lilis Sulistyorini,
2005:78). Hal itu karena dampak yang ditimbulkan oleh sampah menjadi permasalahan yang
sangat berpengaruh terhadap lingkungan, kesehatan dan kehidupan social masyarakat.
Propaganda bencana seringkali mengingatkan bagi kehidupan masyarakat. Terutama bencana
banjir setiap tahun menghiasi “dinding” masyarakat perkotaan. Diperlukan sebuah penanganan
strategis terhadap pengelolaan sampah.

Berdasarkan SK SNI tahun 1990, Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat
organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Pada umumnya paradigma
masyarakat terhadap sampah dengan sifat padat yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga atau
industri, adalah benda yang yang tidak lagi diinginkan atau tidak bernilai ekonomis.

2.2.2.2 Sampah Rumah Tangga

Peraturan Walikota Surabaya Nomor 64 Pasal 1 Tahun 2018 menyatakan Sampah rumah
tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak
termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah rumah
tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum,
fasilitas sosial, dan/atau fasilitas lainnya. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah.

Sampah hasil dari penggunaan keluarga baik organik maupun anorganik, maka, menurut
Widyadmoko (2002), sampah menurut kelompoknya maka dapat dibagi dalam jenisnya, antara
lain:
Pertama, sampah basah atau sampah yang terdiri dari bahan-bahan organik yang mudah
membusuk dimana sebagian besar sampah ini berasal dari sisa-sisa makanan, potongan hewan,
dan lain-lain sebagainya, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.

Gambar 2.1 Sampah Basah


Sumber : nudiefoods.ie
Kedua, sampah kering yaitu sampah yang terdiri dari logam seperti besi tua, kaleng bekas,
dan sampah kering non logam, misalnya kertas, koran, karton, kaca, keramik, batu-batuan, dan
sisa kain.

Gambar 2.2 Sampah kering


Sumber: https://i1.wp.com/www.siapbisnis.net/wp-content/uploads/2014/11/Peluang-Usaha-
Modal-Kecil-Untung-Besar-Pengepulan-Limbah-Kertas.jpg?resize=696%2C464&ssl=1
Ketiga, sampah lembut, misalnya debu yang berasal dari penyapuan lantai rumah, gedung
dan penggergajian kayu.

Gambar 2.3 Sampah lembut


Sumber: http://beritapenajam.net/5-macam-penyakit-akibat-pencemaran-partikel-debu-di-
udara/

Keempat, sampah besar, sampah yang berasal dari bangunan rumah tangga yang besar,
seperti meja, kursi, kulkas, radio dan peralatan lain sebagai pendukung rumah tangga.

Gambar 2.4 Sampah Besar

Sumber : https://gorodz.info/news/25160
2.2.2.3 Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang menyeluruh, dan berkesinambungan yang


pengurangan, dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah juga dapat diartikan sebagai seluruh
kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak awal ditimbulkan sampai dengan
pembuangan akhir. Pengolahan sampah dapat melalui beberapa kegiatan diantaranya yaitu
pengumpulan, pengangkutan, pemerosesan, pendaur ulangan, atau pembuagan dari material
sampah (TPST- 3R Kertalangu, 2014). Menurut Reksosoebroto (1985) dalam Efrianof (2001)
pengelolaan sampah sangat penting untuk mencapai kualitas lingkungan yang bersih dan sehat,
dengan demikian sampah harus dikelola dengan sebaik-baiknya sedemikian rupa sehingga hal-
hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi.

Techobanoglous (1977) dalam Maulana (1998) mengatakan pengelolaan sampah adalah


suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan
(sementara), pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan
sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat,
ekonomi, teknik (engineering), perlindungan alam (conservation), keindahan dan pertimbangan
lingkungan lainnya dan juga mempertimbangkan sikap masyarakat. Yudhastuti (2004)
mengatakan bahwa ukuran yang sering digunakan dalam pengelolaan sampah adalah ukuran
berat dan ukuran volume.

Menurut Subarna (2014) sistem pengelolaan sampah dibagi menjadi lima metode yaitu
sebagai berikut :

1. Metode Daur Ulang

Metode daur ulang merupakan suatu proses pengambilan kembali barang yang masih
memiliki nilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan untuk digunakan kembali sebagaimana yang
diinginkan oleh pengolahnya. Umumnya metode daur ulang ini digunakan untuk mengambil
bahan baku dari sampah untuk diproses kembali atau mengambil kalori dari bahan-bahan yang
masih berfungsi dari sampah tersebut dan bermanfaat untuk proses produksi produk baru
lainnya.

2. Metode Pengolahan Kembali


Metode pengolahan sampah kembali secara fisik hanya melakukan kegiatan pembersihan
ataupun memanfaatkan kembali sampah tersebut sebagaimana fungsinya sebelumnya.

3. Metode Pengolahan Biologis Metode

Metode pengolahan biologis yang dimaksud yaitu sampah yang dapat dimanfaatkan hanya
sampah dengan jenis organik dan sampah non-organik yang tidak dapat dimanfaatkan dengan
metode daur ulang maupun berbagai pengolahan kembali secara fisik, dapat menggunakan
sistem penimbunan secara alami dengan media tanah dan menunggu waktu untuk dapat terurai.

4. Metode Pemulihan Energi

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara
menjadikannya bahan bakar atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi bahan
bakar tipe lain dan daur ulang melalui cara perlaukan panas.

5. Metode Penghindaran dan Pengurangan

Kegiatan penghindaran dan pengurangan sampah meliputi penggunaan kembali barang


bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk agar dapat diisi ulang atau
digunakan kembali dan mendesain produk menggunakan bahan yang lebih sedikit dengan fungi
yang sama.

Ada beberapa faktor kendala pengelolaan sampah yang mempengaruhinya, yaitu:

(1) pesatnya perkembangan teknologi, lebih cepat dari kemampuan masyarakat untuk
mengelola dan memahami masalah persampahan; (2) meningkatnya tingkat hidup masyarakat
yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan; (3) meningkatnya
biaya operasi, pengelolaan dan konstruksi di segala bidang termasuk bidang persampahan; (4)
kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan pencemaran air,
udara dan tanah, sehingga juga memperbanyak populasi vector pembawa penyakit seperti lalat
dan tikus; (5) kegagalan dalam daur ulang maupun pemanfaatan kembali barang bekas juga
ketidakmampuan masyarakat dalam memelihara barangnya sehingga cepat rusak, Ataupun
produk manufaktur yang sangat rendah mutunya, sehingga cepat menjadi sampah; (6) semakin
sulitnya mendapatkan lahan sebagai Tempat Tembuangan Akhir (TPA) sampah, selain tanah
serta formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan sampah juga terjadi kompetisi yang
semakin rumit akan penggunaan tanah.

2.2.2.4. Kegiatan Pengelolaan Sampah

Mekanisme pengelolaan sampah dalam Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang


Pengelolaan Sampah meliputi, kegiatan– kegiatan berikut:

1) Pengurangan sampah, yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah sejak dari
produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya), menggunakan ulang sampah dari
sumbernya dan/atau di tempat pengolahan, dan daur ulang sampah di sumbernya dan atau
di tempat pengolahan. Pengurangan sampah akan diatur dalam Peraturan Menteri
tersendiri, kegiatan yang termasuk dalam pengurangan sampah ini adalah:
a) Menetapkan sasaran pengurangan sampah
b) Mengembangkan Teknologi bersih dan label produk
c) Menggunakan bahan produksi yang dapat di daur ulang atau diguna ulang
d) Fasilitas kegiatan guna atau daur ulang
e) Mengembangkan kesadaran program guna ulang atau daur ulang
2) Penanganan sampah, yaitu rangkaian kegiatan penaganan sampah yang mencakup
pemilahan (pengelompokan dan pemisahan sampah menurut jenis dan sifatnya),
pengumpulan (memindahkan sampah dari sumber sampah ke TPS atau tempat
pengolahan sampah terpadu), pengangkutan (kegiatan memindahkan sampah dari
sumber, TPS atua tempat pengolahan sampah terpadu, pengolahan hasil akhir (mengubah
bentuk, komposisi, karateristik dan jumlah sampah agar diproses lebih lanjut,
dimanfaatkan atau dikembalikan alam dan pemprosesan aktif kegiatan pengolahan
sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya agar dapat dikembalikan ke media
lingkungan.

2.2.2.5. Keuntungan Pengelolaan Sampah

1. Lingkungan akan menjadi bersih dan sehat karena semua sampah dapat termanfaatkan.
Masyarakat akan mendapatkan keuntungan secara tidak langsung dari penurunan biaya
pengobatan anggota keluarganya yang sakit akibat sanitasi lingkungan yang buruk. Selain
itu kehidupan masyarakat yang sehat akan memberikan dampak-dampak lainnya yang
menguntungkan.
2. Jumlah sampah yang harus diangkut menuju ke TPA menjadi berkurang hal ini akan
dapat memperpanjang umur TPA. Dengan demikian pemerintah tidak lagi dipusingkan
untuk mencari lahan TPA yang baru.
3. Selain umur TPA yang lebih panjang, pengurangan sampah yang diangkut menuju TPA
juga memberikan keuntungan bagi pemerintah kota/kab dalam biaya operasional
pengangkutan dari TPS menuju TPA. Jika beban pemkot/pemkab dalam penanganan
sampah berkurang, maka akan dapat dialokasikan untuk kegiatan pembangunan lain.
4. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dan adanya organisasi pengelola
sampah akan memberikan dampak social yang positif. Adanya interaksi antar individu
dalam masyarakat akan memberikan pengaruh positif bagi kehidupan bermasyarakat.
Selain itu juga adanya peningkatan pengetahuan dan kapasitas masyarakat dalam
mengelola lingkungan.
5. Dampak lainnya yang dapat memberikan motivasi tambahan bagi masyarakat dalam
mengelola sampah adalah aspek ekonomi. Pendapatan dari penjualan kompos serta dari
penjualan sampah anorganik yang dapat dijual kembali akan dapat menambah pendapatan
kelompok. Dana tersebut tentunya dapat dikembalikan pada individu maupun dikelola
kelompok untuk pembangunan sarana dan prasarana di kampung.

2.2.2.6. Sustainable City

Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development) :

1. Keberlanjutan Ekonomi

Keberlanjutan ekonomi dari perspektif pembangunan memiliki dua hal utama, keduanya
mempunyai keterkaitan yang erat dengan tujuan aspek keberlanjutan lainnya. Tiga elemen utama
untuk keberlanjutan ekonomi makro yaitu efisiensi ekonomi, kesejahteraan ekonomi yang
berkesinambungan, dan meningkatkan pemerataan dan distribusi kemakmuran. Hal tersebut
diatas dapat dicapai melalui kebijaksanaan makro ekonomi mencakup reformasi fiskal,
meningkatkan efisiensi sektor publik, mobilisasi tabungan domestik, pengelolaan nilai tukar,
reformasi kelembagaan, kekuatan pasar yang tepat guna, ukuran sosial untuk pengembangan
sumberdaya manusia dan peningkatan distribusi pendapatan dan aset.

2. Keberlanjutan Sosial

Secara menyeluruh keberlanjutan sosial dinyatakan dalam keadilan sosial, harga diri
manusia dan peningkatan kualitas hidup seluruh manusia. Keberlanjutan manusia dan
peningkatan kualitas hidup seluruh manusia.

Keberlanjutan sosial mempunyai sasaran antara lain :

• Negara sebagai badan sosial konstitusional seharusnya menetapkan dan menjunjung tinggi
derajat manusia dan perkembangan karakter manusia secara bebas untuk sekarang dan masa
depan, untuk menjaga kedamaian sosial.

• Setiap anggota masyarakat mendapat manfaat dari masyarakat sesuai dengan kontribusinya
untuk sistem jaminan sosial dan juga jika kurang mampu.

• Potensi produktivitas seluruh masyarakat dan cabangnya seharusnya tetap dilangsungkan juga
untuk generasi masa depan.

3. Keberlanjutan Ekologi

Keberlanjutan ekologis adalah prasyarat untuk pembangunan dan keberlanjutan kehidupan.


Keberlanjutan ekologis akan menjamin keberlanjutan ekosistem bumi. Untuk menjamin
keberlanjutan ekologis harus diupayakan hal-hal sebagai berikut :

• Pemakaian sumber daya yang dapat diperbaharui seharusnya tidak melebihi kemampuan
regenerasi sumber daya tersebut. Ini berhubungan dengan kebutuhan performa ekologi yang
berkelanjutan, contohnya keberlanjutan kapital ekologis yang ditentukan oleh fungsinya.

• Emisi untuk lingkungan seharusnya tidak melebihi kapasitas ekosistem-ekosistem individu.

• Kurun waktu dampak antropogenik untuk lingkungan harus seimbang dengan kurun waktu
kemampuan proses alami dalam lingkungan yang berkaitan untuk bereaksi.
Menurut Brundtland (1987) kota berkelanjutan (sustainable city) adalah kota yang mampu
memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi mendatang. Dalam
perkembangan konsep selanjutnya, kota berkelanjutan (sustainable city) dielaborasi oleh Stern,
Whitney & While (1992) sebagai suatu interaksi antara sistem biologis dan sumberdaya, sistem
ekonomi dan sistem sosial., meskipun dalam kelengkapan konsep berkelanjutan yang ada yaitu
Ekologi-Ekonomi-Sosial tersebut akan semakin menyulitkan pelaksanaannya, namun jelas lebih
bermakna dan gayut dengan masalah khususnya negara berkembang.

Sebagai contoh, dengan masuknya tolok ukur sosial, sasaran keberlanjutan menjadi lebih
jelas dan terarah, antara lain dikaitkan dengan upaya pemerataan sosial, penanggulangan dan
penghapusan kemiskinan, keadilan spasial dan lain-lain.

Jika kita simpulkan secara ringkas mengenai batasan pengertiannya maka kota berkelanjutan
(sustainable city) adalah: “Kota yang dalam perkembangan dan pembangunannya mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini, mampu berkompetisi dalam ekonomi global dengan
mempertahankan keserasian lingkungan, vitalitas sosial, budaya, politik, dan pertahanan
keamanannya, tanpa mengabaikan atau mengurangi kemampuan generasi mendatang dalam
pemenuhan kebutuhan mereka”.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Dalam sutu penelitian ilmiah, sangat diperlukan suatu metode penelitian yang sesuai
dengan pokok pemasalahan dan tujuan yang akan diteliti, dengan maksud agar diperoleh data
yang relevan dengan permasalahan penelitian tersebut. Metode penelitian atau metode ilmiah
adalah prosedur atau langkah-langkah dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah ataupun ilmu
jadi. Metode penelitian adaalah cara sistematis guna menyusun ilmu peengetahuan . Oleh karena
itu, metode penelitian mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan arah dan
aktivitas penelitian sehingga tujuan yang diinginkan oleh penulis dapat tercapai dengan
maksimal.

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Karena
guna memperoleh gambaran yang mendalam tentang Strategi Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga Kelurahan Kali Rungkut Kecamatan Rungkut Dalam Upaya Sustainable City Surabaya.
Dalam Sugiyono (2011:8) metode penelitiaan kualitatif sering disebut sebagai metode penelitian
naturalistik karena pada penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting).
Disebut sebagai metode kualitatif,karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat
kualitatif.

Menurut Williams sebagaimana dikutip oleh Moleong (2011:5) penelitian kualitatif


adalah pengumpulan data pada suatu latar belakang ilmiah, dengan menggunakan metode ilmiah
dan dilakukaan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara ilmiah.

Definisi tersebut memberi suatu gambaran bahwa penulis ini menggunakan latar
belakang alamiah. Metode alamiah dan dilakukan oleh orang yang mempunyai perhatian
alamiah.Daari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh seorang
penulis unyuk mengumpulkan data pada suatu latar belakang ilmiah yang tertarik secara alamiah
untuk menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dan untuk
menyajikan dunia sosial yang dilihat dari segi konsep,perilaku,persepsi dan persoalan tentang
manusia yang diteliti.

3.2. Fokus Penelitian

Dikutip oleh Meolong (2007:94), menyatakan bahwa ada dua maksud tertentu yang ingin
dicapai dalam merumuskan penelitian dengan jalan memanfaatkan fokus. Pertama, fokus dapat
membatasi studi, jadi dalam hal ini fokus akan membtasi bidang inkluri sehingga peneliti tidak
perlu kesana kemari untuk mencapai subjek penelitian. Kedua, penetapan fokus itu berfungsi
untuk memenuhi kriteria inklusi – inklusi atau kriteria masuk – keluar suatu informasi yang baru
diperoleh dilapangan. Jadi, dengan penetapan yaang jelas dan mantap, seorang peneliti dapat
membuat keputisan yang tepat tentang data yang dikumpulkan dan mana yang tidak perlu
dijamah atau mana yang akan dibuang.

Sesuai dengan perumusan masalah penelitian, maka fokus penelitian ini akan ditujukan untuk
mengetahui Strategi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Kelurahan Kali Rungkut Kecamatan
Rungkut Dalam Upaya Sustainable City Surabaya sesuai dengan Undang – undang Nomor 81
Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga, adapun penelitian ini menggunakan teori pendekatan strategi model George C. Edward
III yang meliputi :

a. Komunikasi : Proses penyaluran komunikasi petugas Surabaya kepada warga yang


bertempat tinggal di kelurahan KaliRungkut yang membuang sampah sembarang untuk
mejaga kelestarian lingkungannya dengan cara dilakukannya pengelolaan sampah,
dengan hal tersebut petugas sampah Surabaya melakukan sosialisasi kepada masyarakat
yang bertujuan untuk menanamkan suatu nilai, norma, peran, dan pola perilaku dari para
warga agar senantiasa mejaga kelestarian lingkungannya dengan cara salah satunya yaitu
mengelola sampah.
b. Sumber Daya : Dalam strategi pengelolaan sampah, dari jumlah pelaksana pengelolaan
sampah sudah memadai, selain itu dalam melakukan sosialisasi terhadap para warga yang
membuang sampah sembarang dan fasilitas sarana prasarana sebagai pendukung
penyelenggaraan strategi pengelolaan sampah oleh petugas sampah.
c. Disposisi : Sikap petugas tukang pengelolaan sampah Surabaya dalam memberikan
tindakan berupa pemberian peringatan kepada para masyarakat yang melakukan
pelanggaran.
d. Struktur Birokrasi : Bentuk kerja sama petugas pengelolaan sampah terhadap instansi
serta masyarakat yang berkaitan dengan strategi pengeloaan sampah rumah tangga serta
bentuk koordinasi lainnya yang dibuat oleh pemerintah dalam memberikan perubahan
pada masyarakat di Surabaya

3.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh penulis untuk mendapatkan
keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna memperoleh data akurat. Agar dapat data yang
akurat mendekati kebenaran yang sesuai dengan fokus penelitian, maka penulis memilih dan
menetapkan lokasi penelitian ini diadakan TPA Benowo Kota Surabaya, Jawa Timur. Hal ini
dilaksanakan karena dalam pelaksanaan pengelolaan sampah rumah tangga di Surabaya
mendapatkan pujian dari Dunia.

Pemilihan lokasi penelitian ini dimaksudkan agar penulis dapat lebih memahami tentang
pengelolaan sampah rumah tangga di Surabaya yakni dengan salah satu contoh kota di Indonesia
yang memiliki inovasi banyak terhadap pengelolaan sampah. Kunci pengelolaan sampah yang
baik itu adalah pemilahan dari sumber, terutama dari rumah tangga. Dan memang Surabaya
sudah berhasil menerapkan itu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah ( Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 69 Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4851) yang mengaturnya.

3.4. Sumber Data

Sumber data merupakan asal darimana data tersebut diperoleh atau didapatkan. Sumber
data utama dalam penelitian penelitian kualitatif menurut Lofland dalam Moleong (2011:157)
ialah berupa kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-
lain. Keberadaan data tersebut digunakan untuk disajikan sebagai sumber informasi yang di
sajikan sebagi pokok kajian atau sebagai bahan untuk dapat diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti menentukan sumber-sumber data yang terbagi menjadi dua
bagian. Adapun sumber data dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua jenis data yaitu :

a) Kata-kata dan tindakan


Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancara merupakan
sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui
perekaman video atau rekaman serta pengambian foto.

b) Sumber tertulis
Sumber tertulis disini dapat berupa buku dan majalah ilmiah sebagai bahan tambahan
dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip,
dokumen pribadi dan dokumen resmi yang sewaktu penelitian sedang berjalan,
barangkali penelitian meminta kepada subyeknya untuk menulis tentang pengalaman
konkritnya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan


dalam rangka mencapai tujuan penelitian, karena tujuan utama dari peneliti adalah mendapatkan
data yang nantinya akan diinterprestasikan dan dianalisis dalam penelitian kebijakan
pengumpulan data diperlukan suatu teknis pengumpulan data lapangan. Tanpa mengetahui
teknik pengumpulan data, maka penulis tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar
data yang ditetapkan.

Dalam pengumpulan data, terdapat tiga proses kegiatan yang dilakukan dalm penelitan
ini, yaitu:

1. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau
responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide/panduan wawancara
(Moh. Nazir, 1988:234)
Wawancara bisa juga disebut teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan beberapa
pertanyaan kepada sumber berita atau pihak yang dapat memberikan informasi yang dapat
memudahkan pewawancara untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian in yang
diwawancarai adalah Dinas lingkungan hidup dan masyarakat. Karena yang terlibat dalam
penlitian tentang strategi pengelolaan sampah rumah tangga kelurahan kalirungkut kecamatan
rungkut dalam upaya sutainable city surabaya

2. Pengamatan dan Observasi


Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengungkapkan dan memperoleh deskripsi
secara utuh dan pengamatan langsung ke lokasi tempat dimana petugas Dinas lingkungan
hidup dan masyarakat dalam strategi pengelolaan sampah rumah tangga kelurahan
kalirungkut kecamatan rungkut dalam upaya sutainable city surabaya

3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapat data sekunder yang dilaksanakan
dengan cara mengumpulkan data pada petugas Dinas lingkungan hidup dan masyarakat
dalam strategi pengelolaan sampah rumah tangga kelurahan kalirungkut kecamatan
rungkut dalam upaya sutainable city surabaya

3.6 Analisa Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada sat pengumpulan data
berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Sugiyono (2011:245)
menyatakan bahwa analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika
mungkin teori yang “grounded”. Namun dalm penelitian kualitatif, analisis dat lebih difokuskan
pada proses pada saat dilapangan bersamaan denan pengumpulan data. Teknik analis data yang
dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman
dalm Sugiyono (2015:246), yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data (Data Collection)


Data dikumpulkan melalui berbagai macam teknik seperti wawancara
observasi, dan dokumentasi kemudian diproses melaui pencatatan, pengetikan,
pengelompokan dan sebagainya.

2. Kondensasi Data (Data Collection)


Data yang mengacu pada proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.

3. Tampilan Data (Data Display)


Data-data yang telah direduksi kemudian disajikan melalui penyajian data. Penyajian data
dapat berupa grafik, bagan dan bentuk lainnya sehingga akn semakin mudah dipahami.
4. Penarikan kesimpulan/ verivikasi (Conclusin drawing or verification)
Kesimpulan yangdikemukakan pada tahp awal dikung oleh bukti-bukti yang kuat dalam arti
konsisten dengan kondisi yang ditemukan saat peneliti kembali ke lapangan maka
kesimpulan yang diperoleh merupakn kesimpulan yang kredibel.

DAFTAR PUSTAKA

Kota, M. (2018). Strategi Pengolahan Sampah.


Zayadi, H. (2018). Model inovasi pengelolaan sampah rumah tangga, 2, 131–141.
Sri Subekti. (2008). pengelolaan sampah rumah tangga 3R berbasis masyarakat, 1–6.

Anda mungkin juga menyukai