Anggota
(1204105001)
(1204105010)
(1204105022)
(1204105038)
I.
Pengertian Sampah
Menurut Kamus Istilah Lingkungan sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai
atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian
barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau
ditolak atau buangan. Sedangkan Dr. Tandjung, M.Sc. mengatakan bahwa sampah
adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula.
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah
cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal,
gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah
organik dan sampah anorganik.
Secara umum sampah didapat dari pemukiman penduduk, tempat umum dan tempat
perdagangan, sarana layanan masyarakat milik pemerintah, industri berat dan ringan serta
pertanian.
II.
Jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam, ada yang berasal dari rumah
tangga, sampah industri, sampah dari pasar, sampah rumah sakit, sampah pertanian,
perkebunan dan peternakan serta sampah dari institusi/kantor/sekolah dll.
Berdasarkan komposisi/ asalnya sampah dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Sampah organik
Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang
dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan
mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar
merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari
dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain ketas, karet dan plastik), tepung,
sayuran, kulit buah, daun dan ranting.
sampah plastik,
sampah kertas,
sampah deterjen,
dll.
Sebagian
zat
anorganik
secara
keseluruhan
tidak
dapat
diurai
oleh
III.
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia
pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah sampah sebanding dengan tingkat
konsumsi kita terhadap barang (material) yang kita gunakan sehari-hari. Jenis sampah
pun sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Persoalan lingkungan yang
selalu menjadi isu besar di hampir seluruh wilayah perkotaan adalah masalah sampah
(Febrianie dalam Kompas 10 Januari 2004).
Arif Rahmanullah dalam Kompas, 13 Agustus 2003 mengatakan bahwa laju
pertumbuhan ekonomi di kota dimungkinkan menjadi daya tarik luar biasa bagi
penduduk untuk hijrah ke kota (urbanisasi). Akibatnya jumlah penduduk semakin
membengkak, konsumsi masyarakat perkotaan melonjak, yang pada akhirnya akan
mengakibatkan jumlah sampah juga meningkat. Pertambahan jumlah sampah yang tidak
diimbangi dengan pengelolaan yang ramah lingkungan akan menyebabkan terjadinya
perusakan dan pencemaran lingkungan (Tuti Kustiah, 2005:1). Lebih jauh lagi,
penanganan sampah yang tidak komprehensif akan memicu terjadinya masalah sosial,
seperti amuk massa, bentrok antar warga, pemblokiran fasilitas TPA (Hadi, 2004).
Secara teoritik, untuk mengatasi persoalan sampah mengharuskan dilakukannya
pergeseran pendekatan dari pendekatan ujung-pipa (end-pipe of solution) ke pendekatan
sumber. Dengan pendekatan sumber, maka sampah ditangani pada hulu sebelum sampah
itu sampai ke tempat pengolahan akhir (Syafrudin, 2004:1).
Pada prinsipnya, pendekatan sumber menghendaki dikuranginya produk sampah yang
akan dikirim ke tempat pengolahan akhir. Cara yang dapat ditempuh untuk mengurangi
sampah antara lain pemilahan sampah dan penerapan prinsip 3R(Reduce, Reuse,
Recycle) atau pengurangan, penggunaan kembali dan mendaur ulang sampah
(Syafruddin, 2004:1).
Sistem pengelolaan sampah adalah proses pengelolaan sampah yang meliputi 5 (lima)
aspek/komponen yang saling mendukung dimana antara satu dengan yang lainnya saling
berinteraksi untuk mencapai tujuan (Dept. Pekerjaan Umum, SNI 19-2454-2002). Kelima
aspek tersebut meliputi: aspek teknis operasional , aspek organisasi dan manajemen,
aspek hukum dan peraturan, aspek bembiayaan, aspek peran serta masyarakat.
Aspek Teknis Operasional merupakan komponen yang paling dekat dengan obyek
persampahan. Menurut Hartoyo (1998:6), perencanaan sistem persampahan memerlukan
suatu pola standar spesifikasi sebagai landasan yang jelas. Spesifikasi yang digunakan
adalah Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 19-2454-2002 tentang Tata Cara
Pengelolaan Sampah di Permukiman. Teknik operasional pengelolaan sampah bersifat
integral dan terpadu secara berantai dengan urutan yang berkesinambungan yaitu:
penampungan/pewadahan,
pengumpulan,
pemindahan,
pengangkutan,
pembuangan/pengolahan.
Aspek Teknik Operasional merupakan salah satu upaya dalam mengontrol pertumbuhan
sampah, namun pelaksanaannya tetap harus disesuaikan dengan pertimbangan kesehatan,
ekonomi,
teknik,
konservasi,
estetika
dan
pertimbangan
lingkungan
(Tchobanoglous,1997:363).
Proses awal dalam penanganan sampah terkait langsung dengan sumber sampah adalah
penampungan. Penampungan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sebelum
dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke TPA. Tujuannya adalah
menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga tidak menggangu lingkungan.
Faktor yang paling mempengaruhi efektifitas tingkat pelayanan adalah kapasitas
peralatan, pola penampungan, jenis dan sifat bahan dan lokasi penempatan (SNI 192454-2002).
Pengumpulan sampah adalah cara proses pengambilan sampah mulai dari tempat
penampungan sampah sampai ke tempat pembuangan sementara. Pola pengumpulan
sampah pada dasarnya dikempokkan dalam 2 (dua) yaitu pola individual dan pola
komunal (SNI 19-2454-2002).
Proses pemindahan sampah adalah memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam
alat pengangkutan untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Tempat yang digunakan
untuk pemindahan sampah adalah depo pemindahan sampah yang dilengkapi dengan
container pengangkut dan atau ram dan atau kantor, bengkel (SNI 19-2454-2002).
Pemindahan sampah yang telah terpilah dari sumbernya diusahakan jangan sampai
sampah tersebut bercampur kembali (Widyatmoko dan Sintorini Moerdjoko, 2002:29).
Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan di tempat
penampungan sementara atau dari tempat sumber sampah ke tempat pembuangan akhir.
Berhasil tidaknya penanganan sampah juga tergantung pada sistem pengangkutan yang
diterapkan. Pengangkutan sampah yang ideal adalah dengan truck container tertentu
yang dilengkapi alat pengepres, sehingga sampah dapat dipadatkan 2-4 kali lipat
(Widyatmoko dan Sintorini Moerdjoko, 2002:29). Tujuan pengangkutan sampah adalah
menjauhkan sampah dari perkotaan ke tempat pembuangan akhir yang biasanya jauh dari
kawasan perkotaan dan permukiman.
Pembuangan akhir merupakan tempat yang disediakan untuk membuang sampah dari
semua hasil pengangkutan sampah untuk diolah lebih lanjut. Prinsip pembuang akhir
sampah adalah memusnahkan sampah domestik di suatu lokasi pembuangan akhir. Jadi
tempat pembuangan akhir merupakan tempat pengolahan sampah. Menurut SNI 192454-2002 tentang Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, secara umum
teknologi pengolahan sampah dibedakan menjadi 3 metode yaitu
a. Metode Open Dumping
Teknik open dumping adalah cara pembuangan sampah yang sederhana, yaitu
sampah dihamparkan disuatu lokasi dan dibiarkan terbuka begitu saja. Setelah
lokasi penuh dengan sampah, maka ditinggalkan.
Teknik ini sering menimbulkan masalah berupa munculnya bau busuk,
menimbulkan pemandangan tidak indah, menjadi tempat bersarangnya tikus,
lalat, dan berbagai kutu lainnya, menimbulkan bahaya kebakaran, bahkan sering
juga menimbulkan masalah pencemaran air.
Controlled Landfill adalah sistem open dumping yang diperbaiki yang merupakan
sistem pengalihan open dumping dan sanitary landfill yaitu dengan penutupan
sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPA penuh yang dipadatkan atau
setelah mencapai periode tertentu.
Prosedur
Ada dua metode yaitu area method dan trench method. Metode trench
disebut sebagai metode pemotongan dan pengisian.
Sebuah trench (Parit) digali di bawah permukaan tanah dan sampah ditempatkan
dalam parit dan ditutup. Cara lain yaitu dua buah parit digali sekaligus, sampah
diisikan pada salah satu parit dan lumpur dari salah satu lubang galian digunakan
sebagai material penutup.
Jika lokasi landfill yang direncanakan terletak di bawah tanjakan seperti lembah
atau ngarai, metode area digunakan. Lokasi landfill lebih tinggi dari tempat lain
yang ada disekitarnya, maka metode pengisian area landfill digunakan.
Suatu hal yang perlu dipertimbangkan suatu sanitary landfill adalah struktur
geologi dan topografi serta permeabilitas dari tanah. Pertimbangan lain adalah
kedalaman air tanah, lapisan tanah sampai lapisan batuan. Lokasi landfill akan
menimbulkan efek yang merugikan bagi air permukaan dan air tanah yang
terletak di bawah dasar landfill. Dalam keadaan demikian, maka tanah dapat
diberikan beberapa renovasi untuk menghadapi leachate. Dengan cara demikian
dapat ditingkatkan kualitasnya sebelum dipisahkan dengan air permukaan atau air
tanah, aliran dari tanah ini dapat membentuk suatu materiil penutup. Sehingga
dapat menciptakan suatu renovasi yang optimum menghadapi leachate.
Lokasi landfill harus dipilih secara teliti dari lokasi yang tersedia yaitu basah dan
berlumpur dapat digunakan sebagai tempat yang baik dan cukup luas bagi santary
landfill.
Ketika sebuah sanitary landfill ditempatkan pada area yang tersebar dekat dengan
suplay air bersih, hal yang perlu diperhatikan adalah kedalaman dari tempat
bebatuan dan air tanah.
Mekanisme dari formasi leachate tak diketahui secara pasti, penelitian terakhir
yang dilakukan oleh Fungaroli dan Stuiner (1969). Bahwa leachate sebagian besar
merupakan akibat dari sanitary landfill. Metode hidrologi menunjukkan dengan
sedikit air hujan maka leachate akan terbentuk, maka sanitary landfill dipikirkan
keberadaannya sebagai sumber polusi.
Culham (1969), Stone dan Courad (1969) menyelidiki suatu jenis landfill yang
lebih besar diperoleh suatu peralatan tambah untuk mengerjakan hal-hal tertentu,
alat pengikis yang cepat untuk mengangkut dan menyingkirkan material yang
menutupinya, sebuah alat penyiram pengontrol/debu, jenis peralatan tanah yang
langsung dioperasikan, traktor, bulldozer.
Sanitary landfill mempunyai potensi untuk dimanfaatkan tanah-tanah yang
sebelumnya tidak dapat dipakai. Sehingga besar dimanfaatkan kembali, sehingga
menambah nilai ekonomis.
Aktifitas biologi
Dari sisi kehidupan sebuah sanitary landfill akan mengalami, proses dekomposisi,
secara aerob maupun anaerob ketika pertama kali material diletakkan dalam
pengisian, maka proses dekomposisi mengarah pada peristiwa aerob, ketika
komponen oksigen dikonsumsi, maka landfill dianggap mengalami kondisi
anaerob, lamanya tergantung pada suhu dan oksigen yang tersedia. Periode
dekomposisi aerob lebih cepat dibanding dengan periode anaerob dalam proses
ini.
Hasil yang diperoleh dari dekomposisi aerob adalah asam dan alkohol, yang
dikonsumsi oleh mikroorganisme yang akan menghasilkan methana dan karbon
dioksida. Gas methana menyebabkan kondisi gas masuk ke rumah. Fist (1967)
Bentuk peran serta masyarakat dalam penanganan atau pembuangan sampah antara lain:
pengetahuan tentang sampah/kebersihan, rutinitas pembayaran retribusi sampah, adanya
iuran sampah RT/RW/Kelurahan, kegiatan kerja bakti, penyediaan tempat sampah.
M Gempur Adnan, Deputi II Bidang Pengendalian Pencemaran Kementerian Negara
Lingkungan Hidup, mengatakan sebagai pengganti sistem penumpukan sampah di tempat
pembuangan akhir yang banyak diprotes masyarakat, pemerintah kini mendorong
penerapan pengelolaan sampah dengan sistem 3R (reuse, reduce, dan recycle) pada skala
kota.
Program pengelolaan sampah terpadu dengan prinsip pengunaan kembali, daur ulang dan
pengurangan (reuse, recycle, reduce/3R) ini bermanfaat untuk menjaga kelestarian
lingkungan. Dengan prinsip tersebut, jumlah sampah yang dibuang ke TPA tinggal 35
persen sehingga meringankan beban TPA sekaligus memperpanjang masa pemakaiannya.
Undang-undang RI nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menegaskan
bahwa pengelolaan sampah harus dilakukan secara komprehensif sejak hulu sampai hilir.
Pada tingkat perumahan atau kelurahan, dilakukan kegiatan pengurangan sampah melalui
program 3R.
Dalam pengelolaan menuju zero waste, proses pemilahan dan pengolahan harus
dilaksanakan di sumber sampah, baik bersamaan maupun secara berurutan dengan
pewadahan sampah. Pengelolaan sampah diawali dari lokasi timbulan sampah atau
produsen sampah. Sampah dipisah antara sampah organik dan sampah anorganik, dan
ditempatkan pada wadah sampah yang berbeda.
Sampah organik untuk diproses menjadi kompos, sedangkan sampah anorganik biasanya
dimanfaatkan untuk didaur ulang maupun dimanfaatkan kembali. Proses selanjutnya baik
pengumpulan, pemindahan maupun pengangkutan sampah yang telah terpilah diusahakan
jangan tercampur kembali. Upaya ini untuk meningkatkan efisiensi pengolahan sampah.
Pengolahan-pengolahan sampah padat lainnya antara lain :
a. Insinerasi
Pembakaran sampah dengan menggunakan incenerator adalah salah satu cara
pengolahan sampah padat. Didalam incenerator, sampah dibakar secara terkendali
dan berubah menjadi gas (asap) dan abu. Dalam proses pembuangan sampah, cara ini
bukan merupakan proses akhir. Abu dan gas yang dihasilkan masih memerlukan
penanganan lebih lanjut untuk dibersihkan dari zat-zat pencemar yang terbawa,
sehingga cara ini masih merupakan intermediate treatment (Sidik et al.,1985).
Salah satu kelebihan incenerator menurut Salvato (1982) adalah dapat
mencegah pencemaran udara dengan syarat incenerator harus beroperasi secara
berkesinambungan selama enam atau tujuh hari dalam seminggu dengan kondisi
temperatur yang dikontrol dengan baik dan adanya alat pengendali polusi udara
hingga mencapai tingkat efisiensi, serta mencegah terjadinya pencemaran udara dan
bau.
Kelebihan incenerator sebagai alat pengolah sampah juga dikemukakan oleh
Sidik et al. (1985), yaitu meskipun incenerator masih belum sempurna sebagai
sarana pembuangan sampah, akan tetapi terdapat beberapa keuntungan sebagai
berikut :
Terjadi pengurangan volume sampah yang cukup besar, sekitar 75% hingga 80%
ialah :
Membutuhkan biaya oprasi yang tinggi, selain itu menghasilkan asap
buangan yang dapat mencemari udara serta abu yang dihasilkan memungkinkan
mengandung senyawa kimia yang berbahaya.
b. Pembuatan kompos
Kelebihan dari pembuatan kompos merupakan salah satu cara terbaik untuk
mengurangi timbunan sampah organik. Cara ini sangat cocok diterapkan di
indonesia, karena cara pembuatannya relatif mudah dan tidak membutuhkan biaya
yang besar. Selain itu, kompos dapat dijual sehingga dapat memberikan pemasukan
tambahan atau bahkan menjadi alternatif mata pencaharian.
Kelemahan dari teknik pengolahan limbah dengan metode pembuatan
kompos ialah terbatasnya limbah padat yang digunakan berupa limbah organik saja,
padahal limbah anorganik seperti plastic juga memerlukan pengolahan yang lebih
baik.
c. Daur ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk
digunakan kembali disebut sebagai Daur-ulang. Ada beberapa cara daur ulang yaitu
pengambilan bahan sampah untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan
yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik.
IV.
3. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini
sebelumnya masuk ke dalam pencernaaan binatang ternak melalui makanannya
yang berupa sisa makanan/sampah.
Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air.
Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal
ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang
dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti
metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
Macam pencemarann perairan yang ditimbulkan oleh sampah misalnya terjadinya
perubahan warna dan bau pada air sungai, penyebaran bahan kimia dan mikroorganisme
yang terbawa air hujan dan meresapnya bahan-bahan berbahaya sehingga mencemari
sumur dan sumber air. Bahan-bahan pencemar yang masuk kedalam air tanah dapat
muncul
ke
permukaan
tanah
melalui
air
sumur
penduduk
dan
mata
air.
Jika bahan pencemar itu berupa B3 (bahan berbahaya dan beracun) misalnya air raksa
(merkuri), chrom, timbale, cadmium, maka akan berbahaya bagi manusia, karena dapat
menyebabkan gangguan pada syaraf, cacat pada bayi, kerusakan sel-sel hati atau ginjal.
Baterai bekas (untuk senter, kamera, sepatu menyala, jam tangan) mengandung merkuri