TINJAUAN PUSTAKA
Sampah yang berbahaya baik cair maupun padat dibuang pada sembarang
tempat dan dapat mencemari tanah, Sampah ini ada yang mudah membusuk dan tidak
membusuk. Sampah dalam bahasa Inggris disebut garbage, yaitu yang mudah
membusuk karena adanya aktivitas mikroorganisme. Pembusukan sampah ini
menghasilkan gas beracun bagi tubuh yaitu gas metan dan gas H 2S. Contoh sampah
yang mudah membusuk terdiri atas zat-zat organik seperti sayuran, sisa daging, daun
dan lain lain. Sampah yang tidak membusuk disebut refuse, Contoh dari sampah yang
tidak mudah membusuk yaitu plastic, kertas, karet, logam ataupun abu, bahan
bangunan bekas, dan lain lain. Sampah ini apabila memungkinkan sebaiknya didaur
ulang sehingga dapat bermanfaat baik dilakukan dengan diproses terlebih dahulu atau
secara langsung. Adapun pengertian sampah menurut para ahli :
Berdasarkan bahan asalnya sampah dibagi menjadi dua jenis yaitu sampah
organik dan anorganik.
1. Sampah Organik
Sampah organik yaitu buangan sisa makanan misalnya daging, buah,
sayuran dan sebagainya. Contoh sampah dari zat organik adalah:
potongan-potongan/ pelat-pelat dari logam, berbagai jenis batu-batuan,
pecahan-pecahan gelas, tulang,belulang, dan lain-lain. Sampah jenis ini,
melihat fisiknya keras maka baik untuk peninggian tanah rendah atau
dapat pula untuk memperluas jalan setapak. Tetapi bila rajin
mengusahakannya sampah dari logam dapat kembali dilebur untuk
dijadikan barang yang berguna, batu-batuan untuk mengurung tanah yang
rendah atau memperkeras jalan setapak, pecahan gelas dapat dilebur
kembali dan dijadikan barangbarang berguna, dan tulang-belulang bila
dihaluskan (dan diproses) dapat untuk pupuk dan lain-lain.
2. Sampah anorganik
Sampah anorganik yaitu sisa material sintetis misalnya plastik, kertas,
logam, kaca, keramik dan sebagainya. Melihat proses penghancurannya
oleh jasad-jasak mikroba, maka sampah zat organik terdiri atas:
a) Zat Anorganik dari bahan plastic.
Dengan perkembangnya Ilmu Pengetahuan dan disertai
berkembangnya Industri, maka banyak barang-barang atau perkakas
dibuat dari bahan plastik. Bahan-bahan plastik termasuk zat organic.
Kita ketahui semua zat organik dapat dihancurkan oleh jasad-jasad
mikroba, akan tetapi zat plastik tidak dapat. Bila dibuang sembarangan
maka zat plastik ini hancurnya memakan waktu lama, yaitu antara 40 –
50 tahun, sehingga dikhawatirkan akan bertimbuntimbun sampah dari
plastik. Salah satu usaha yang dapat menghancurkan zat plastik adalah
sinar ultraviolet dari matahari. Ini pun akan memakan waktu yang
lama juga, dibandingkan dengan penghancuran zat organik lainnya
oleh mikroba-mikroba. Jalan tercepat menghancurkan plastik dapat
dimanfaatkan kembali bersama sampah lainnya dapat pula untuk
mengurung tanah yang lebih rendah.
b) Zat organik non-plastik
Sampah zat organik bukan dari plastik banyak sekali macamnya,
misalnya: kayu, kertas, bekas pakaian, karet, sisa-sisa daging, dana lain-
lain. Semua sampah zat organik dapat diuraikan oleh mikroba-mikroba
hingga menjadi bahan mineral. Bahan mineral-mineral hasil penguraian
ini baik sekali untuk pupuk. Buangan bahan berbahaya dan beracun (B3),
yaitu buangan yang memiliki karakteristik mudah terbakar, korosif,
reaktif, dan beracun. B3 kebanyak merupakan buangan dari industri,
namun ada juga sebagian kecil merupakan buangan dari aktifitas
masyarakat kota atau desa misalnya baterai, aki, disinfektan dan
sebagainya. Khusus untuk pengklasifikasian dan pengelolaan B3,
pemerintah menerbitkan PP RI No. 74 Tahun 2001.
1. Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau
sayuran dari hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang
mudah membusuk, lembab, dan mengandung sejumlah air bebas.
2. Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat
terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-
kantor, tapi yang tidak termasuk garbage.
3. Ashes (Abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah terbakar baik
dirumah, dikantor, industri.
4. “Street Sweeping” (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan
trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri
dari kertas-kertas, daun-daunan.
5. “Dead Animal” (Bangkai Binatang) yaitu bangkai-bangkai yang mati karena
alam, penyakit atau kecelakaan.
6. Houshold Refuse yaitu sampah yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes, yang
berasal dari perumahan.
7. Abandonded Vehicles (Bangkai Kendaraan) yaitu bangkai- bangkai mobil,
truk, kereta api.
8. Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri-industri,
pengolahan hasil bumi.
9. Demolition Wastes yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran gedung.
10. Construction Wastes yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan,
perbaikan dan pembaharuan gedung-gedung.
11. Sewage Solid terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat organik hasil
saringan pada pintu masuk suatu pusat pengelolahan air buangan.
12. Sampah khusus yaitu sampah
yang memerlukan penanganan khusus misalnya
kaleng-kaleng cat, zat radiokatif. (Mukono, 2006)
a. Jumlah penduduk.
Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak pendududk, maka
semakin banyak pula sampah yang dihasilkan. Pengelolaan sampah ini
berpacu pada laju pertumbuhan penduduk.
b. Keadaan social ekonomi
Semakin tinggi keadaan social ekonomi kualitas sampahnya semakin banyak
yang bersifat tidak membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung
pada bahan yang tersedia. Kenaikan kesejahteraan inilah yag akan
meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan bangunan-bangunan,
transportasipun bertambah, dan produk pertanian, industry, dan lain-lain akan
bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah.
c. Kemajuan teknologi
Dengan kemajuan teknologi ini akan menambah kualitas maupun kuantitas
sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara
pengepakan dan produk manufaktur yang semakin meningkat.
diantaranya :
2. Tahap pengangkutan
Alat pelindung diri (APD) merupakan suatu alat yang dipakai untuk
melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana
secara teknis dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan kerja yang
terjadi. Peralatan pelindung diri tidak menghilangkan atau pun mengurangi
bahaya yang ada. Peralatan ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya
dengan cara penempatan penghalang antara tenaga kerja dengan bahaya
(Suma’mur, 2009).
1. Penggunaan alat pelindung diri adalah untuk melindungi kulit dan selaput
lendir dari mikroorganisme.
2. Tipe – tipe alat pelindung diri:
a. Sarung Tangan
b. Masker
c. Kacamata atau pelindung mata
d. Baju atau apron
a. Kualitas : Tersedia air bersih yang memenuhi syarat kesehatan (fisik, kimia
dan bakteriologis).
b. Kuantitas : Tersedia air bersih minimal 60 liter/hari.
c. Kontinuitas : Air minum dan air bersih tersedia pada setiap kegiatan yang
membutuhkan secara berkesinambungan.
2.4.2 Peranan Air Dalam Memindahkan Penyakit
Dalam memindahkan penyakit, air berperan melalui 4 (empat) cara yaitu
(Kusnoputranto, 2000) :
1. Cara Water Borne Disease
Kuman patogen dapat berada di dalam air minum untuk manusia
dan hewan. Bila air yang mengandung kuman patogen ini
terminum maka dapat terjadi penjangkitan penyakit pada yang
bersangkutan. Diantara penyakit-penyakit tersebut adalah penyakit
cholera, typoid, hepatitis infectiosa, dysentry basiler.
2. Cara Water Washed Disease
Cara penularan penyakit ini berkaitan erat dengan penggunaan air
bagi kebersihan alat-alat, terutama alat dapur, pencucian makanan
atau bahan makanan dan kebersihan perorangan. Jadi penularan
penyakit secara water washed ini sangat berkaitan dengan masalah
hygiene perorangan dan sanitasi manusia.
Air limbah adalah sisa air yang di buang yang berasal dari rumah tangga,
industri dan pada umumya mengandung bahan atau zat yang membahayakan. Sesuai
dengan zat yang terkandung didalam air limbah, maka limbah yang tidak diolah
terlebih dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan
hidup antara lain limbah sebagai media penyebaran penyakit (Notoadmodjo, 2003).
Keadaan saluran pembuangan air limbah yang tidak mengalir lancar, dengan bentuk
SPAL yang tidak tertutup dibanyak tempat sehingga air limbah menggenang ditempat
terbuka berpotensi sebagai tempat berkembang biak vektor dan bernilai negatif dari
aspek estetika (Soejadi, 2003).
Salah satu bagian tubuh yang cukup sensitif terhadap berbagai macam
penyakit adalah kulit .Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi
tubuh dari pengaruh lingkungan. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa
efek yang baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan
menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit
(Harahap, 2000).
Penyakit kulit terjadi pada orang-orang yang kulitnya terlalu peka, kadang
kadang menunjukkan sedikit gejala dan kadang-kadang dalam kondisi yang parah.
Menurut Diana (2004), penyakit kulit adalah suatu penyakit yang berhubungan
dengan jaringan penutup permukaan tubuh dan bersifat relatif ringan. Meskipun
bersifat relatif ringan, apabila tidak ditangani secara serius, maka hal tersebut dapat
memperburuk kondisi kesehatan. Penyakit kulit menurut Ganong (2006), merupakan
peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respons terhadap faktor endogen
berupa alergi atau eksogen berasal dari bakteri dan jamur. Gambarannya polimorfi,
dalam artian berbagai macam bentuk, dari bentol-bentol, bercak-bercak merah, basah,
keropeng kering, penebalan kulit disertai lipatan kulit yang semakin jelas, serta gejala
utama adalah gatal. Dermatitis termasuk penyakit kulit yang menyebalkan, karena
kekambuhannya, serta penyebabnya yang sukar untuk dicari dan ditentukan. Sifat
dermatitis adalah residif, dalam artian bisa kambuh-kambuhan, tergantung dari
jenisnya dan faktor pencetusnya, maka kekambuhan bisa dihindari. Sebagai contoh
Dermatitis Numularis yang memiliki bentuk seperti koin-koin (uang logam) yang
basah dan gatal.
Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit
sangat banyak antara lain :
2. Penyakit kulit karena parasit dan insekta adalah scabies, pedikulosis kapitis,
pedikulosis korporis, pedikulosis pubis, creeping eruption, amebiasis kutis,
gigitan serangga, trikomoniasis.
3. Penyakit kulit karena jamur adalah Pitariasis Versikolor (panu), tinea nigra
palmaris, tinea kapitis, tinea barbae, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea
pedis,tinea manus, tinea kruris, kandidiasis, sporotrikosis, aktinomikosis,
kromomikosis, fikomikosis, misetoma. Gangguan kulit karena infeksi jamur
pada kulit yang paling sering adalah Pitariasis Versikolor (panu), penyebab
Pitariasis Versikolor (panu) adalah Malazessia furfur ini akan terlihat sebagai
spora yang bundar dengan dinding yang tebal atau dua lapis dinding,
ditemukan dalam kelompok bersama pseudohifa yang biasanya pendek seperti
gambaran spaghetti dan meatballs. Pitariasis Versikolor (panu) terjadi bila
terdapat perubahan keseimbangan hubungan antara hospes dengan ragi
sebagai flora normal kulit. Keadaan yang mempengaruhi keseimbangan antara
hospes dengan ragi tersebut diduga adalah faktor lingkungan atau faktor
suseptibilitas individual. Faktor lingkungan di antaranya adalah lingkungan
mikro pada kulit misalnya kelembaban kulit. Sedangkan faktor individual
antara lain adanya kecenderungan genetik, atau adanya penyakit yang
mendasari misalnya sindrom chusing atau malnutrisi.
Lesi Pitariasis Versikolor dijumpai di bagian atas dada dan meluas ke lengan
atas, leher dan perut atau tungkai atas/bawah. Lesi khususnya dijumpai pada
bagian yang tertutup atau mendapat tekanan pakaian, misalnya pada bagian
yang tertutup pakaian dalam. Keluhan Pitariasis Versikolor yang di alami
penderita adalah adanya bercak/ macula berwarna putih (hipopigmentasi) atau
kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa gatal ringan yang munculnya saat
berkeringat. Pada kulit hitam atau coklat umumnya berwarna putih sedang
pada kulit putih atau terang cenderung berwarna coklat atau kemerahan
(Soebono, 2001).
Gangguan kulit karena infeksi bakteri pada kulit yang paling sering
adalah dermatofitosis (kurap) (Harahap, 2000). Dermatofitosis (kurap) yang
terdiri atas tinea kapitis menyerang kulit kepala, tinea korporis pada
permukaan kulit, tinea kruris pada lipatan kulit, tinea pedis pada sela jari kaki
(athlete's foot), tinea manus pada kulit telapak tangan, tinea imbrikata berupa
sisik pada kulit di daerah tertentu, dan Tinea Ungium (pada kuku) (Wed,
2004). Umumnya berbentuk sisik kemerahan pada kulit atau sisik putih. Pada
kuku, terjadi peradangan di sekitar kuku, dan bisa menyebabkan bentuk kuku
tak rata permukaannya, berwarna kusam, atau membiru. Keluhan yang
dialami penderita tinea kapitis, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea pedis dan
tinea kruris adalah rasa gatal.
Kulit manusia tidak bebas hama (steril). Kulit steril hanya didapatka pada
waktu yang sangat singkat setelah lahir. Kulit manusia tidak steril karena permukaan
kulit mengandung banyak bahan makanan (nutrisi) untuk pertumbuhan organisme,
antara lain lemak, bahan-bahan yang mengandung nitrogen, mineral, dan lain-lain
yang merupakan hasil tambahan proses keratinisasi atau yang merupakan hasil
apendiks kulit. Mengenai hubungannya dengan manusia, bakteri dapat bertindak
sebagai parasit yaitu dapat menimbulkan penyakit atau sebagai komensal yang
merupakan flora normal (Djuanda, 2007).
Dermatitis kontak iritan adalah dermatitis kontak yang terjadi oleh karena
berkontak dengan bahan iritan. Sedang iritan adalah substansi yang pada kebanyakan
orang dapat mengakibatkan kerusakan sel bila dioleskan untuk waktu tertentu dengan
konsentrasi tertentu. Bahan iritan dapat membuat kerusakan kulit dengan cara :
menghabiskan lapisan tanduk secara bertahap, denaturasi dari keratin, dan perubahan
pada kemampuan menahan air (water holding capacity). Macam-macam dermatitis
kontak iritan (Harahap, 1990) :
Misal : kulit berkontak dengan Kumarin (Coumarin) yang terdapat dalam minyak
wangi, lalu disinari dengan UVA, maka akan terjadi reaksi fototoksik. Penyebab yang
paling sering terjadi dari dermatitis kontak pada berbabagai tempat di tubuh.
Dermatosis akibat kerja adalah segala kelainan kulit yang timbul pada waktu
bekerja atau disebabkan oleh pekerjaan. Istilah dermatosis lebih tepat dari pada
dermatitis, sebab kelainan kulit akibat kerja tidak usah selalu suatu peradangan,
melainkan juga tumor atau alergi. Persentasi dermatosis akibat kerja dari seluruh
penyakit-penyakit akibat kerja sekitar 50-60%, maka dari itu penyakit tersebut perlu
mendapat perhatian yang cukup (Suma’mur, 1998). Menurut WHO (1995), penyakit
kulit akibat kerja adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja. Penyakit kulit ini meliputi penyakit kulit (baru) yang timbul karena
pekerjaan atau lingkungan kerja dan penyakit kulit (lama) yang kambuh karena
pekerjaan atau lingkungan kerja.
Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit
sangat banyak antara lain :
Menghadapi dermatosis pencegahan paling penting dan jauh lebih berarti dari
pada pengobatan. Satu-satunya pengobatan adalah meniadakan penyakit itu dari
lingkungan kerja si penderita atau memindahkan si penderita dari lingkungannya
yang mengandung bahan-bahan penyakit ke lingkungan kerja lain yang tidak
berbahaya bagi kulitnya. Yang perlu diperhatikan untuk pencegahan dermatosis yaitu
masalah kebersihan perseorangan dan lingkungan serta pemeliharaannya. Kebersihan
perseorangan misalnya cuci tangan, mandi sebelum pulang kerja, pakaian bersih dan
diganti tiap hari, alat-alat pelindung yang bersih dan lain-lain. Kebersihan lingkungan
dan pemeliharaan rumah tangga meliputi pembuangan air bekas dan sampah,
pembersihan debu, proses industri yang tidak menimbulkan pengotoran udara dan
lantai, cara penimbunan dan penyimpanan barang-barang dan lain-lain (Suma’mur,
1998).