Anda di halaman 1dari 37

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah

Sampah yang berbahaya baik cair maupun padat dibuang pada sembarang
tempat dan dapat mencemari tanah, Sampah ini ada yang mudah membusuk dan tidak
membusuk. Sampah dalam bahasa Inggris disebut garbage, yaitu yang mudah
membusuk karena adanya aktivitas mikroorganisme. Pembusukan sampah ini
menghasilkan gas beracun bagi tubuh yaitu gas metan dan gas H 2S. Contoh sampah
yang mudah membusuk terdiri atas zat-zat organik seperti sayuran, sisa daging, daun
dan lain lain. Sampah yang tidak membusuk disebut refuse, Contoh dari sampah yang
tidak mudah membusuk yaitu plastic, kertas, karet, logam ataupun abu, bahan
bangunan bekas, dan lain lain. Sampah ini apabila memungkinkan sebaiknya didaur
ulang sehingga dapat bermanfaat baik dilakukan dengan diproses terlebih dahulu atau
secara langsung. Adapun pengertian sampah menurut para ahli :

1. Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu


yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang
dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
sendirinya (Chandra, 2006).
2. Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan
sampah adalah sisa kegiatan seharihari manusia dan/atau dari proses alam
yang berbentuk padat.
3. Juli Soemirat (1994) berpendapat bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak
dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat.
4. Azwar (1990) mengatakan yang dimaksud dengan sampah adalah sebagian
dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus
dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia
(termasuk kegiatan industri) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia
(human waste) tidak termasuk kedalamnya.
5. Manik (2003) mendefinisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak
digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh
kegiatan manusia.
6. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste)
adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau
sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi
dengan sendirinya.
7. Berdasarkan SK SNI Tahun 1990, sampah adalah limbah yang bersifat padat
terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi
dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi
investasi pembangunan
Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia
yang dibuang karena sudah tidak berguna. Dengan demikian sampah
mengandung prinsip sebagai berikut :
1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat
2.Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan
manusia. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmojo,
2003)

2.1.1 Jenis dan Karakteristik sampah

2.1.1.1 Jenis sampah

Berdasarkan bahan asalnya sampah dibagi menjadi dua jenis yaitu sampah
organik dan anorganik.

1. Sampah Organik
Sampah organik yaitu buangan sisa makanan misalnya daging, buah,
sayuran dan sebagainya. Contoh sampah dari zat organik adalah:
potongan-potongan/ pelat-pelat dari logam, berbagai jenis batu-batuan,
pecahan-pecahan gelas, tulang,belulang, dan lain-lain. Sampah jenis ini,
melihat fisiknya keras maka baik untuk peninggian tanah rendah atau
dapat pula untuk memperluas jalan setapak. Tetapi bila rajin
mengusahakannya sampah dari logam dapat kembali dilebur untuk
dijadikan barang yang berguna, batu-batuan untuk mengurung tanah yang
rendah atau memperkeras jalan setapak, pecahan gelas dapat dilebur
kembali dan dijadikan barangbarang berguna, dan tulang-belulang bila
dihaluskan (dan diproses) dapat untuk pupuk dan lain-lain.
2. Sampah anorganik
Sampah anorganik yaitu sisa material sintetis misalnya plastik, kertas,
logam, kaca, keramik dan sebagainya. Melihat proses penghancurannya
oleh jasad-jasak mikroba, maka sampah zat organik terdiri atas:
a) Zat Anorganik dari bahan plastic.
Dengan perkembangnya Ilmu Pengetahuan dan disertai
berkembangnya Industri, maka banyak barang-barang atau perkakas
dibuat dari bahan plastik. Bahan-bahan plastik termasuk zat organic.
Kita ketahui semua zat organik dapat dihancurkan oleh jasad-jasad
mikroba, akan tetapi zat plastik tidak dapat. Bila dibuang sembarangan
maka zat plastik ini hancurnya memakan waktu lama, yaitu antara 40 –
50 tahun, sehingga dikhawatirkan akan bertimbuntimbun sampah dari
plastik. Salah satu usaha yang dapat menghancurkan zat plastik adalah
sinar ultraviolet dari matahari. Ini pun akan memakan waktu yang
lama juga, dibandingkan dengan penghancuran zat organik lainnya
oleh mikroba-mikroba. Jalan tercepat menghancurkan plastik dapat
dimanfaatkan kembali bersama sampah lainnya dapat pula untuk
mengurung tanah yang lebih rendah.
b) Zat organik non-plastik
Sampah zat organik bukan dari plastik banyak sekali macamnya,
misalnya: kayu, kertas, bekas pakaian, karet, sisa-sisa daging, dana lain-
lain. Semua sampah zat organik dapat diuraikan oleh mikroba-mikroba
hingga menjadi bahan mineral. Bahan mineral-mineral hasil penguraian
ini baik sekali untuk pupuk. Buangan bahan berbahaya dan beracun (B3),
yaitu buangan yang memiliki karakteristik mudah terbakar, korosif,
reaktif, dan beracun. B3 kebanyak merupakan buangan dari industri,
namun ada juga sebagian kecil merupakan buangan dari aktifitas
masyarakat kota atau desa misalnya baterai, aki, disinfektan dan
sebagainya. Khusus untuk pengklasifikasian dan pengelolaan B3,
pemerintah menerbitkan PP RI No. 74 Tahun 2001.

2.1.1.2 Karakteristik sampah

Berdasarkan karakteristiknya, sampah digolongkan sebagai berikut :

1. Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau
sayuran dari hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang
mudah membusuk, lembab, dan mengandung sejumlah air bebas.
2. Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat
terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-
kantor, tapi yang tidak termasuk garbage.
3. Ashes (Abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah terbakar baik
dirumah, dikantor, industri.
4. “Street Sweeping” (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan
trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri
dari kertas-kertas, daun-daunan.
5. “Dead Animal” (Bangkai Binatang) yaitu bangkai-bangkai yang mati karena
alam, penyakit atau kecelakaan.
6. Houshold Refuse yaitu sampah yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes, yang
berasal dari perumahan.
7. Abandonded Vehicles (Bangkai Kendaraan) yaitu bangkai- bangkai mobil,
truk, kereta api.
8. Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri-industri,
pengolahan hasil bumi.
9. Demolition Wastes yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran gedung.
10. Construction Wastes yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan,
perbaikan dan pembaharuan gedung-gedung.
11. Sewage Solid terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat organik hasil
saringan pada pintu masuk suatu pusat pengelolahan air buangan.
12. Sampah khusus yaitu sampah
yang memerlukan penanganan khusus misalnya
kaleng-kaleng cat, zat radiokatif. (Mukono, 2006)

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi sampah

Sampah baik kuantitas maupun kualitasnya, sangat dipengaruhi oleh berbagai


kegiatan. Adapun factor yang penting antara lain:

a. Jumlah penduduk.
Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak pendududk, maka
semakin banyak pula sampah yang dihasilkan. Pengelolaan sampah ini
berpacu pada laju pertumbuhan penduduk.
b. Keadaan social ekonomi
Semakin tinggi keadaan social ekonomi kualitas sampahnya semakin banyak
yang bersifat tidak membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung
pada bahan yang tersedia. Kenaikan kesejahteraan inilah yag akan
meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan bangunan-bangunan,
transportasipun bertambah, dan produk pertanian, industry, dan lain-lain akan
bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah.
c. Kemajuan teknologi
Dengan kemajuan teknologi ini akan menambah kualitas maupun kuantitas
sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara
pengepakan dan produk manufaktur yang semakin meningkat.

2.1.3 Pengelolaan sampah padat

Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang baik,

diantaranya :

1. Tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber


Sampah yang ada dilokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel dan
sebagainya) ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini
tempat sampah. Sampah basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan
dalam tempat yang terpisah untuk memudahkan pemusnahannya. Adapun
tempat penyimpanan sementara (tempat sampah) yang digunakan harus
memenuhi persyaratan berikut ini :
a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor.
b. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan
c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke


dalam dipo (rumah sampah). Dipo ini berbentuk bak besar yang digunakan
untuk menampung sampah rumah tangga.

2. Tahap pengangkutan

Dari dipo sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau pemusnahan


sampah dengan mempergunakan truk pengangkut sampah yang disediakan
oleh Dinas Kebersihan Kota. (Chandra, 2007)
2. Tahap pemusnahan
Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang dapat
digunakan, antara lain :
a. Sanitary Landfill
Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam
metode ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun
sampah dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan
selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak berada di ruang
terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang
binatang pengerat. Sanitary landfill yang baik harus memenuhi persyatatan
yaitu tersedia tempat yang luas, tersedia tanah untuk menimbunnya,
tersedia alat-alat besar. Semua jenis sampah diangkut dan dibuang ke
suatu tempat yang jauh dari lokasi pemukiman.
b. Incenaration
Incenaration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah
dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengn menggunakan
fasilitas pabrik. Manfaat sistem ini, antara lain :
1. Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya.
2. Tidak memerlukan ruang yang luas.
3. Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap.
4. Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja
yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat penerapan metode ini, biaya
besar, lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan
penduduk. Peralatan yang digunakan dalam insenarasi, antara lain :
1. Charging apparatus
Charging apparatus adalah tempat penampungan sampah yang
berasal dari kendaraan pengangkut sampah. Di tempat ini sampah
yang terkumpul ditumpuk dan diaduk.
2. Furnace
Furnace atau tungku merupakan alat pembakar yang dilengkapi
dengan jeruji besi yang berguna untuk mengatur jumlah masuk
sampah dan untuk memisahkan abu dengan sampah yang belum
terbakar. Dengan demikian tungku tidak terlalu penuh.
3. Combustion
Combustion atau tungku pembakar kedua, memiliki nyala api yang
lebih panas dan berfungsi untuk membakar benda-benda yang tidak
terbakar pada tungku pertama.
4. Chimmey atau stalk
Chimmey atau stalk adalah cerobong asap untuk mengalirkan asap
keluar dan mengalirkan udara ke dalam
2.1.4 Hubungan Pengelolaan Sampah terhadap Masyarakat dan
Lingkungan

Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi


masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada
yang positif dan ada juga yang negatif.

2.1.4.1. Pengaruh Positif

Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang


positif terhadap masyarakat maupun lingkungannya, seperti berikut :

1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa


dan dataran rendah.
2. Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
3. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses
pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh
buruk sampah tersebut terhadap ternak.
4. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk
berkembang biak serangga dan binatang pengerat.
5. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya
dengan sampah.
6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup
masyarakat.
7. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuaan budaya
masyarakat.
8. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana
kesehatan suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk
keperluan lain (Chandra,2007)

2.1.4.2. Pengaruh Negatif

Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh


negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi
dan budaya masyarakat, seperti berikut.

1. Pengaruh terhadap kesehatan


a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah
sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat,
tikus, serangga, jamur.
b. Penyakit demam berdarah meningkatkan incidencenya disebabkan
vektor Aedes aegepty yang hidup berkembang biak di lingkungan,
pengelolaan sampahnya kurang baik (banyak kaleng, ban bekas dan
plastik dengan genangan air) (Dinas Kebersihan, 2009)
c. Penyakit sesak nafas dan penyakit mata disebabkan bau sampah yang
menyengat yang mengandung Amonia Hydrogen, Solfide dan
Metylmercaptan (Dinas Kebersihan, 2009).
d. Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera dan typus) disebabkan
banyaknya lalat yang hidup berkembang biak di sekitar lingkungan
tempat penumpukan sampah (Dinas Kebersihan, 2009)
e. Insidensi penyakit kulit meningkat karena penyebab penyakitnya
hidup dan berkembang biak di tempat pembuangan dan pengumpulan
sampah yang kurang baik. Penularan penyakit ini dapat melalui
kontak langsung ataupun melalui udara.
f. Penyakit kecacingan
g. Terjadi kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan
misalnya luka akibat benda tajam seperti kaca, besi, dan sebagainya
h. Gangguan psikomatis, misalnya insomnia, stress, dan lain-lain
(Mukono, 1995)
2. Pengaruh terhadap lingkungan
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik menyebabkan estetika
lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata misalnya
banyaknya tebaran-tebaran sampah sehingga mengganggu kesegaran
udara lingkungan masyarakat (Dinas Kebersihan, 2009).
b. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan
menyebabkan aliran air akan terganggu dan saluran air akan menjadi
dangkal (Mukono, 2006).
c. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan
gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.
d. Adanya asam organic dalam air serta kemungkinan terjadinya banjir
maka akan cepat terjadinya pengerusakan fasilitas pelayanan
masyarakat antara lain jalan, jembatan, saluran air, fasilitas jaringan
dan lain-lain (Dinas Kebersihan, 2009).
e. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan
bahaya kebakaran lebih luas.
f. Apabila musim hujan datang, sampah yeng menumpuk dapat
menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air
permukaan atau sumur dangkal.
g. Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat,
seperti jalan, jembatan, dan saluran air (Chandra, 2007).

3. Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat


a. Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial-
budaya masyarakat setempat.
b. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan
minat dan hasrat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah
tersebut (Mukono, 2006)
c. Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk
setempat dan pihak pengelola
d. Angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehigga
produktifitas masyarakat menurun.
e. Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang
besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang.
f. Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah
wisatawan yang diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat
setempat.
g. Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi
menurun dan tidak memiliki nilai ekonomis.
h. Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu
lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa
(Chandra, 2007).
2.1.5 Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari


sampah tersebut akan hidup berbagai mikro organisme penyebab penyakit
(bacteri patogen), dan juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar
penyakit (vektor). Oleh sebab itu, sampah harus dikelola dengan baik sampai
sekecil mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat
(Notoatmodjo, Soekidjo.2007).

Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi


efek yang langsung dan efek tidak langsung. Efek langsung adalah efek yang
disebabkan karena kontak langsung dengan sampah. Misalnya sampah
beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, terhadap sampah karsinogenik,
teratogenik dan lainnya. Selain itu adapula sampah yang mengandung kuman
patogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Efek tidak langsung yaitu
pengaruh yang tidak langsung dapat dirasakan oleh masyarakat akibat proses
pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah. Penyakit bawaan
sampah sangat luas dan dapat berupa penyakit menular, tidak menular seperti
bakteri, jamur cacing dan zat kimia, dapat juga berupa akibat kebakaran,
keracunan dan lain-lain. Secara keseluruhan lingkungan berperan penting
akan kesejahteraan dan kesehatan hidup manusia.

Menurut Gumbira Said, 2003 lingkungan biologis diantaranya sampah


dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan sebagian bahkan dapat
menularkan keseluruh masyarakat. Penyebarab penyakit kemasyarat dapat
terjadi melalui kontak badan, kontak udara, penyebaran melalui air, sampah
dan lain-lain. Pola dan penyebaran penyakit sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor kontak antara penyakit, media penyebaran dan individu yang rentan
terhadap penyakit. Mengingat sampah merupakan bahan yang dapat
membahayakan, maka perlu adanya perencanaan yang baik dalam
pengelolaan sampah dengan mempertimbangkan kesehatan dan keselamatan
kerja petugas yaitu dalam melaksanakan kerjanya terlindungi dari resiko
kecelakaan kerja dan terjangkitnya penyakit yang diakibatkan sampah.
Petugas pengumpul sampah dalam bekerja setiap harinya selalu terkontak
langsung dengan sampah sehingga sangat rentan terhadap gangguan
kesehatan, karena petugas dan pengangkut sampah mempunyai andil besar
dalam usaha keberhasilan pengelolaan sampah.

Dalam pengelolaan sampah kota tidak berdampak negatif terhadap


kesehatan, dapat diperkirakan efek pencemaran kronik yang lebih berbahaya
dapat dialami oleh para pengumpul sampah atau pengangkut sampah

2.1.6 Petugas Pengelola Sampah

Petugas pengelola sampah adalah orang yang melakukan pekerjaan


pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau
pembuangan dari material sampah. Material sampah yang dihasilkan dari
kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya
terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga
dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa
melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metoda dan keahlian
khusus untuk masing masing jenis zat (Wikipedia, 2010).

Pekerja pengangkut sampah sering juga disebut dengan petugas


kebersihan yang bertugas mengangkut sampah. Sampah-sampah yang
dikumpulkan oleh petugas dari tepi-tepi jalan atau tempat-tempat sampah
didepan rumah rumah penduduk menggunakan mobil sampah. Pekerja
pengangkut sampah ini melakukan tugasnya setiap hari, yaitu mengumpulkan
sampah dan dibawa ketempat pembuangan khusus. Pekerjaan ini sangat
beresiko karena berhubungan langsung dengan sampah atau berbagai macam
kotoran (Trim Sutidja, 2006).
2.2 Personal Hygiene
Yang dimaksud dengan hygiene ialah usaha kesehatan masyarakat yang
mempelajari kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya
mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan
tersebut, serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga
terjamin pemeliharaan kesehatan. Dalam pengertian ini termasuk pula
melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan manusia
(perorangan ataupun masyarakat), sedemikian rupa sehingga pelbagai faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan tersebut, tidak sampai menimbulkan
gangguan terhadap kesehatan.
Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk
memelihara sehatan mereka. Kebersihan perorangan sangat penting untuk
diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan peorangan diperlukan untuk
kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan (Potter, 2005).
Menurut Potter dan Perry (2005) macam-macam personal higiene dan
tujuannya adalah :
1. Perawatan Kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung dari
berbagai kuman atau trauma, sekresi, eksresi, pengatur temperature
dan sensasi, sehingga diperlukan perawatan yang adekuat dalam
mempertahankan fungsinya. Kulit memiliki 3 lapisan utama yaitu
epidermis, dermis, dan subkutan. Khususnya pada para pengangkut
sampah, perawatan, kulit ini sangat penting diperhatikan karena
kondisi pekerjaan mereka yang tidak bersih sehingga besar
kemungkinan akan terkena berbagai macam penyakit seperti penyakit
kulit.
2. Mandi
Mandi merupakan higiene total. Mandi dapat dikategorikan sebagai
pembersihan atau terapeutik. Tujuan mandi adalah untuk menjaga
kebersihan tubuh, mengurangi infeksi akibat kulit kotor,
memperlancar sistem peredaran darah, dan menambah kenyamanan
seseorang. Mandi dapat menghilangkan mikroorganisme dari kulit
serta sekresi tubuh, menghilangkan bau tidak enak, memperbaiki
sirkulasi darah ke kulit, dan membuat seseorang merasa rileks dan
segar. Mandi dapat dilakukan 2 kali dalam sehari.
3. Perawatan Mulut
Perawatan mulut harus dilakukan setiap hari. Gigi dan mulut
merupakan bagian penting harus dipertahankan kebersihannya sebab
melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk. Higiene mulut
membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi, dan
bibir, menggosok dan membersihkan gigi dari partikel-partikel
makanan, plak, bakteri, memasae gusi, dan mengurangi ketidak
nyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman.
Beberapa penyakit yang mungkin muncul akibat perawatan gigi dan
mulut yang buruk adalah karies, gingivitis (radang gusi), dan sariawan.
Higiene mulut yang baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya
menstimulasi nafsu makan. Tujuan perawatan higiene mulut adalah
akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik secara untuk
mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui mulut
(misalnya tifus, hepatitis), mencegah penyakit mulut, dan gigi,
meningkatkan daya tahan tubuh, mencapai rasa nyaman, memahami
praktik higiene mulut dan mampu melakukan sendiri perawatan
higiene mulut dengan benar.
4. Perawatan Mata, Hidung, dan Telinga
Perhatian khusus diberikan untuk membersihkan mata, hidung,dan
telinga, selama seseorang mandi. Secara normal tidak ada perawatan
khusus yang diperlukan untuk mata karena secara terus-menerus
dibersihkan oleh air mata. Normalnya, kelopak mata dan bulu mata
mencegah masuknya partikel asing ke dalam mata. Normalnya, telinga
tidak terlalu memerlukan pembersihan. Namun seseorang dengan
serumen yang terlalu banyak telinganya perlu dibersihkan. Higiene
telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran. Bila
benda asing berkumpul dikanal telinga luar, maka akan terganggu
kondusi suara. Hidumg berfungsi sebagai indera penciuman,
memantau temperatur dan kelembaban udara yang dihirup, serta
mencegah masuknya partikel asing ke dalam sistem pernapasan.
Tujuan perawatan mata, hidung, dan telinga adalah agar seseorang
memiliki organ sensorik berfungsi normal, mata, hidung, dan telinga,
yang bebas dari infeksi.
5. Perawatan Rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari
cara penampilan dan perawatan mengenai rambutnya. Penyakit atau
ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara perawatan
rambut sehari–hari. Menyikat, menyisir, dan bershampo adalah cara-
cara dasar higiene perawatan rambut, distribusi pola rambut dapat
menjadi indikator status kesehatan umum, perubahan hormonal, stress
emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu atau
obat- obatan dapat mempengaruhi karakteritik rambut. Rambut
merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi
serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri
dapat diidentifikasi. Penyakit atau ketidakmampuan menjadikan
seseorang tidak dapat memelihara perawatan rambut sehari – hari.
Tujuan perawatan rambut adalah agar seseorang memiliki rambut dan
kulit kepala yang bersih dan sehat agar pada saat bekerja merasa
nyaman dan tetap sehat.
6. Perawatan Kuku Kaki maupun Tangan
Kaki, tangan dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk
mencegah infeksi, bau, dan cidera pada jaringan. Tetapi seringkali
orang tidak sadar akan masalah kaki, tangan dan kuku sampai
terjadinya nyeri atau ketidak nyamanan. Menjaga kebersihan kuku
penting dalam mempertahankan personal higiene karena berbagai
kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu,
kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Begitu pula
dengan tangan, bakteri akan terikut dengan tangan saat menyentuh
sesuatu yang kotor, sampah, dan lain- lain. Dengan demikian
seseorang sebaiknya menggunakan sanitaiser yang dapat mengurangi
perpindahan bakteri tersebut. Sarung tangan plastik merupakan salah
satu solusinya. Hal tersebut yang akan mencegah perpindahan bakteri
patogen dari tangan ketubuh ataupun kulit. Perawatan dapat
digabungkan selama mandi atau pada waktu
yang terpisah.
7. Perawatan Genetalia
Perawatan genetalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Seorang
pekerja yang paling butuh perawatan genetalia yang teliti adalah
seorang pekerja yang beresiko terbesar memperoleh infeksi. Tujuan
perawatan genetalia adalah untuk mencegah terjadinya infeksi,
mempertahankan kebersihan genetalia, meningkatkan kenyamanan
serta mempertahankan personal higiene.
2.3 Penggunaan Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri (APD) merupakan suatu alat yang dipakai untuk
melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana
secara teknis dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan kerja yang
terjadi. Peralatan pelindung diri tidak menghilangkan atau pun mengurangi
bahaya yang ada. Peralatan ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya
dengan cara penempatan penghalang antara tenaga kerja dengan bahaya
(Suma’mur, 2009).

Menurut Budiono. Sugeng 2003, alat pelindung diri adalah seperangkat


alat yang digunakan tenaga kerja yang melindungi sebagian atau seluruh tubuh
dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja. Berdasarkan undang- undang
RI No. 1 Tahun 1970 bahwa pengurus atau pimpinan tempat kerja berkewajiban
menyediakan alat pelindung diri (APD/ PPE) untuk para pekerja dan para
pekerja berkewajiban memakai APD/ PPE dengan tepat dan benar. Tujuan dari
penerapan undang- undang ini adalah unuk melindungi kesehatan pekerja
tersebut dari risiko bahaya di tempat kerja. Jenis APD/ PPE yang di perlukan
dalam berbagai aktifitas kerja di industri sangat tergantung pada aktifitas yang
dilakukan dan jenis bahaya yang terpapar. Kesadaran para pekerja akan
penggunaan alat pelindung diri (APD) dalam bekerja ternyata masih sangat
rendah. Berdasarkan temuan dari survei sejak tahun 2004 sampai saat ini
banyak sakali di temukan kesalahan dan kekurangan dalam menggunakan APD
di berbagai perusahaan baik lokal maupun berskala internasional. Ada dua
faktor utama yang melatar belakangi masalah ini yaitu rendahnya tanggung
jawab management terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja dan rendahnya
tingkat kesadaran para pekerja dalam menggunakan APD.

2.3.1 Syarat Alat Pelindung Diri

Pemilihan APD yang handal secara cermat adalah merupakan persyaratan


mutlak yang sangat dasar. Pemakaian APD yang tidak tepat dapat mencelakakan
tenaga kerja yang memakainya karena mereka tidak terlindung dari bahaya potensial
yang ada di tempat mereka terpapar. Jadi, pemilihan APD harus sesuai ketentuan

seperti berikut (Budiono. Sugeng, 2003) :


1. Harus memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik
atau bahaya yang dihadapi oleh pekerja,
2. Beratnya harus seringan mungkin dan tidak menyebabkan rasa ketiknyamanan
yang berlebihan.
3. Harus dapat dipakai sacara fleksibel
4. Bentuknya harus cukup menarik
5. Tidak mudah rusak
6. Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya
7. Suku cadangnya harus mudah di peroleh sehingga pemeliharaan alat
pelindung diri dapat di lakukan dengan mudah.
8. Memenuhi ketentuan standar yang ada
9. Pemeliharaannya mudah
10. Tidak membatasi gerak, dan
11. Rasa “ tidak nyaman” tidak berlebihan “( rasa tidak nyaman” tidak mungki
hilang sama sekali, namun di harapkan masih dalam batas toleransi). Oleh
sebab itu, pemeliharaan dan kontrol terhadap alat pelindung diri penting
karena alat pelindung diri sensitif terhadap perubahan tertentu, punya masa
kerja tertentu dan APD dapat menularkan beberapa jenis penyakit jika secara
bergantian.

2.3.2 Jenis Alat Pelindung Diri

Menurut Sutarno. Alfonsus, ( 2009) tipe-tipe alat pelindung diri adalah:

1. Penggunaan alat pelindung diri adalah untuk melindungi kulit dan selaput
lendir dari mikroorganisme.
2. Tipe – tipe alat pelindung diri:
a. Sarung Tangan
b. Masker
c. Kacamata atau pelindung mata
d. Baju atau apron

Sedangkan menurut Siswanto (1991), alat pelindung diri adalah :

1. Alat Pelindung Tangan


Sarung tangan merupakan alat pelindung diri yang paling banyak
digunakan. Hal ini tidaklah mengherankan karena kecelakaan pada tangan
sering terjadi. Dalam memilih sarung tangan yang tepat, perlu
mempertimbangkan faktor – faktor antara lain :
a. Kepekaan yang di perlukan dalam melakukan suatu pekerjaan,
misalnya untuk pekerjan yang halus, pemakaian sarung tangan yang
tipis akan memberikan kepekaan (sensibilitas) yang lebih besar dari
sarung tangan yang berukuran tebal.
b. Bagian tangan yang harus di lindungi, apakah tangan saja atau tangan
dan lengan bawah.

Menurut bentuknya, sarung tangan dapat dibedakan menjadi :

1. Sarung tangan biasa


2. Gaunlets atau sarung tangan yang dilapisi plat logam
3. Mitts atau sarung tangan dimana keempat jari pemakainya dibungkus
menjadi satu kecuali ibu jari yang mempunyai pembungkus sendiri
(bentuknya seperti sarung petinju).

Macam-macam sarung tangan antara lain :

a. Sarung tangan karet


b. Sarung tangan kulit
2. Alat pelindung kaki atau sepatu boot
Sepatu keselamatan kerja (safety shoes) digunakan untuk melindungi kaki
dari bahaya tertusuk benda-benda tajam. Sepatu pelindung kaki ini terbuat
dari kulit.
3. Pakaian Kerja
Pakaian pelindung atau pakaian kerja ini digunakan untuk melindungi
pemakainya dari benda yang kotor, dan cuaca yang panas.

2.4 Sanitasi Lingkungan

Hygiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh


kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit
karena pengaruh lingkungan serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa
sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan. Kedalam pengertian ini termasuk pula
upaya melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan manusia baik
perseorangan maupun masyarakat sehingga berbagai faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan tersebut tidak sampai menimbulkan gangguan kesehatan (Azwar,
1996 ).

Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan


lingkungan yang optimum, sehingga terwujudnya status kesehatan yang optimum
pula. Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan dari waktu ke waktu
semakin berkembang, dengan perkataan lain bahwa teknologi dibidang kesehatan
lingkungan menjadi bervariasi, dari yang sederhana sampai pada yang mutakhir
(Notoatmodjo, 1997).

Menurut Kusnoputranto, (1997), sanitasi lingkungan adalah sebagai usaha


pengendalian dari semua faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin
menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan
fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia. Sanitasi adalah usaha kesehatan
masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor
lingkungan yang mempengaruhi atau mungkin yang mempengaruhi derajat kesehatan
manusia. Jadi lebih mengutamakan usaha pencegahan terhadap berbagai faktor
lingkungan, sehingga munculnya penyakit dapat dihindari. Dengan kata lain, jika
menyebutkan usaha sanitasi termasuk pula menurunkan jumlah bibit penyakit yang
terdapat dalam bahan-bahan pada lingkungan fisik manusia sedemikian rupa sehingga
derajat kesehatan manusia dapat terpelihara dengan sempurna. Bila dikaji lebih dalam
pengertian higiene dan sanitasi ini mempunyai perbedaan, yaitu higiene lebih
mengarah pada kebersihan individu, sedangkan sanitasi lebih mengarah pada
kebersihan faktor-faktor lingkungannya (Azwar, 1996).

2.4.1 Penyediaan Air Bersih

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan


masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan
(Slamet, 1996). Air bersih juga merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan
dari kegiatan masyarakat. Berbagai keperluan seperti mandi, mencuci kakus dan
wudhu membutuhkan air yang memenuhi syarat dari segi kualitas dan mencukupi
dari segi kuantitas. Untuk itu, penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan dari
segi :

a. Kualitas : Tersedia air bersih yang memenuhi syarat kesehatan (fisik, kimia
dan bakteriologis).
b. Kuantitas : Tersedia air bersih minimal 60 liter/hari.
c. Kontinuitas : Air minum dan air bersih tersedia pada setiap kegiatan yang
membutuhkan secara berkesinambungan.
2.4.2 Peranan Air Dalam Memindahkan Penyakit
Dalam memindahkan penyakit, air berperan melalui 4 (empat) cara yaitu
(Kusnoputranto, 2000) :
1. Cara Water Borne Disease
Kuman patogen dapat berada di dalam air minum untuk manusia
dan hewan. Bila air yang mengandung kuman patogen ini
terminum maka dapat terjadi penjangkitan penyakit pada yang
bersangkutan. Diantara penyakit-penyakit tersebut adalah penyakit
cholera, typoid, hepatitis infectiosa, dysentry basiler.
2. Cara Water Washed Disease
Cara penularan penyakit ini berkaitan erat dengan penggunaan air
bagi kebersihan alat-alat, terutama alat dapur, pencucian makanan
atau bahan makanan dan kebersihan perorangan. Jadi penularan
penyakit secara water washed ini sangat berkaitan dengan masalah
hygiene perorangan dan sanitasi manusia.

Kelompok penyakit yang dipengaruhi oleh penularan air melalui water


washed dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu (Kusnoputranto,
2000) :

a. Penyakit infeksi saluran pencernaan seperti diare, kolera, typhoid dan


dysentri basiler. Penyakit-penyakit diare merupakan penyakit yang
penularannya bersifat fecal-oral. Karena itu penyakit-penyakit diare
dapat ditularkan melalui beberapa jalur, diantaranya jalur yang melalui
air (water borne) dan jalur yang melalui alat-alat dapur yang dicuci
dengan air (water washed)
b. Infeksi kulit dan selaput lendir seperti, septis kulit bakterial, infeksi
fungus pada kulit dan conjunctivitis (trachoma) dan sebagainya..
Berjangkitnya penyakit ini sangat erat dengan kurangnya penyediaan
air bersih untuk hygiene perorangan (mandi, cuci). Trachoma adalah
penyakit yang disebabkan oleh Virus trachoma.
c. Penyakit-penyakit infeksi yang ditimbulkan oleh insekta parasit pada
kulit dan selaput lendir seperti sarcoptes scabieae, thypus endemic,
louse borne relapsing fever dan sebagainya. Kelompok penyakit ini
sangat ditentukan oleh tersedianya air bersih untuk hygiene
perorangan yang ditujukan untuk mencegah investasi insekta parasit
pada tubuh dan pakaian.
2.4.3 Sarana Pembuangan Kotoran (Jamban)

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan


ngumpukan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, dan tidak menjadi
penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman.
Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan terjadinya berbagai penyakit
seperti diare, kolera, disentri, ascariasis, dan sebagainya. Kotoran manusia merupakan
buangan padat, selain menimbulkan bau, mengotori lingkungan juga merupakan
media penularan penyakit pada masyarakat. Perjalanan agen penyebab penyakit
melalui cara transmisi seperti dari tangan, maupun dari peralatan yang terkontaminasi
ataupun melalui mata rantai lainnya. Dimana memungkinkan tinja atau kotoran yang
mengandung agent penyebab infeksi masuk melalui saluran pernafasan ( Dirjen P2M

& PL, 1998).

2.4.3 Sarana Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Air limbah adalah sisa air yang di buang yang berasal dari rumah tangga,
industri dan pada umumya mengandung bahan atau zat yang membahayakan. Sesuai
dengan zat yang terkandung didalam air limbah, maka limbah yang tidak diolah
terlebih dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan
hidup antara lain limbah sebagai media penyebaran penyakit (Notoadmodjo, 2003).
Keadaan saluran pembuangan air limbah yang tidak mengalir lancar, dengan bentuk
SPAL yang tidak tertutup dibanyak tempat sehingga air limbah menggenang ditempat
terbuka berpotensi sebagai tempat berkembang biak vektor dan bernilai negatif dari
aspek estetika (Soejadi, 2003).

2.5 Penyakit Kulit

Salah satu bagian tubuh yang cukup sensitif terhadap berbagai macam
penyakit adalah kulit .Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi
tubuh dari pengaruh lingkungan. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa
efek yang baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan
menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit
(Harahap, 2000).

Faktor- faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit adalah


iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya jamur,
kebersihan perorangan yang kurang baik dan faktor ekonomi yang kurang memadai
(Harahap, 2000).

Salah satu faktor yang menyebabkan penyakit kulit adalah kebersihan


perorangan yang meliputi kebersihan kulit, kebersihan rambut dan kulit kepala,
kebersihan kuku, intensitas mandi dan lain- lain (Potter, 2005). Menurut Sudoyo
(2006), penyakit kulit adalah peradangan kulit yang menimbulkan reaksi peradangan
yang terasa gatal, panas dan berwarna merah.

Penyakit kulit terjadi pada orang-orang yang kulitnya terlalu peka, kadang
kadang menunjukkan sedikit gejala dan kadang-kadang dalam kondisi yang parah.
Menurut Diana (2004), penyakit kulit adalah suatu penyakit yang berhubungan
dengan jaringan penutup permukaan tubuh dan bersifat relatif ringan. Meskipun
bersifat relatif ringan, apabila tidak ditangani secara serius, maka hal tersebut dapat
memperburuk kondisi kesehatan. Penyakit kulit menurut Ganong (2006), merupakan
peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respons terhadap faktor endogen
berupa alergi atau eksogen berasal dari bakteri dan jamur. Gambarannya polimorfi,
dalam artian berbagai macam bentuk, dari bentol-bentol, bercak-bercak merah, basah,
keropeng kering, penebalan kulit disertai lipatan kulit yang semakin jelas, serta gejala
utama adalah gatal. Dermatitis termasuk penyakit kulit yang menyebalkan, karena
kekambuhannya, serta penyebabnya yang sukar untuk dicari dan ditentukan. Sifat
dermatitis adalah residif, dalam artian bisa kambuh-kambuhan, tergantung dari
jenisnya dan faktor pencetusnya, maka kekambuhan bisa dihindari. Sebagai contoh
Dermatitis Numularis yang memiliki bentuk seperti koin-koin (uang logam) yang
basah dan gatal.

2.5.1 Penyebab Penyakit Kulit

Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit
sangat banyak antara lain :

1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan,


kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik
menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit.
Kebanyakan iritan kulit langsung merusak kulit dengan jalan :
a. Mengubah pHnya
b. Bereaksi dengan protein-proteinnya (denaturasi)
c. Mengekstrasi lemak dari lapisan luarnya
d. Merendahkan daya tahan kulit.
2. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu :
a. Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam
logam.
b. Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang
berasal dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia
karet, obat-obatan, antibiotik,kosmetik, tanam-tanaman, dan lain-lain.
c. Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak
mineral, dll.
d. Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amni benzoat,
hidrokarbon aromatik klor, pewarna akridin, dll.
3. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produk-
produknya. Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu
terjadinya penyakit kulit. Zat kimia dapat menyebabkan penyakit kulit. Zat
kimia tersbut anatar lain adalah kromium, nikel, cobalt, dan merkuri.
2.5.2 Jenis-Jenis Penyakit Kulit

1. Penyakit kulit karena infeksi bakteri adalah skrofuloderma, tuberkolosis


kutis verukosa, kusta (lepra), patek. Gangguan kulit karena infeksi bakteri
pada kulit yang paling sering adalah pioderma.

2. Penyakit kulit karena parasit dan insekta adalah scabies, pedikulosis kapitis,
pedikulosis korporis, pedikulosis pubis, creeping eruption, amebiasis kutis,
gigitan serangga, trikomoniasis.

3. Penyakit kulit karena jamur adalah Pitariasis Versikolor (panu), tinea nigra
palmaris, tinea kapitis, tinea barbae, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea
pedis,tinea manus, tinea kruris, kandidiasis, sporotrikosis, aktinomikosis,
kromomikosis, fikomikosis, misetoma. Gangguan kulit karena infeksi jamur
pada kulit yang paling sering adalah Pitariasis Versikolor (panu), penyebab
Pitariasis Versikolor (panu) adalah Malazessia furfur ini akan terlihat sebagai
spora yang bundar dengan dinding yang tebal atau dua lapis dinding,
ditemukan dalam kelompok bersama pseudohifa yang biasanya pendek seperti
gambaran spaghetti dan meatballs. Pitariasis Versikolor (panu) terjadi bila
terdapat perubahan keseimbangan hubungan antara hospes dengan ragi
sebagai flora normal kulit. Keadaan yang mempengaruhi keseimbangan antara
hospes dengan ragi tersebut diduga adalah faktor lingkungan atau faktor
suseptibilitas individual. Faktor lingkungan di antaranya adalah lingkungan
mikro pada kulit misalnya kelembaban kulit. Sedangkan faktor individual
antara lain adanya kecenderungan genetik, atau adanya penyakit yang
mendasari misalnya sindrom chusing atau malnutrisi.

Lesi Pitariasis Versikolor dijumpai di bagian atas dada dan meluas ke lengan
atas, leher dan perut atau tungkai atas/bawah. Lesi khususnya dijumpai pada
bagian yang tertutup atau mendapat tekanan pakaian, misalnya pada bagian
yang tertutup pakaian dalam. Keluhan Pitariasis Versikolor yang di alami
penderita adalah adanya bercak/ macula berwarna putih (hipopigmentasi) atau
kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa gatal ringan yang munculnya saat
berkeringat. Pada kulit hitam atau coklat umumnya berwarna putih sedang
pada kulit putih atau terang cenderung berwarna coklat atau kemerahan
(Soebono, 2001).

Gangguan kulit karena infeksi bakteri pada kulit yang paling sering
adalah dermatofitosis (kurap) (Harahap, 2000). Dermatofitosis (kurap) yang
terdiri atas tinea kapitis menyerang kulit kepala, tinea korporis pada
permukaan kulit, tinea kruris pada lipatan kulit, tinea pedis pada sela jari kaki
(athlete's foot), tinea manus pada kulit telapak tangan, tinea imbrikata berupa
sisik pada kulit di daerah tertentu, dan Tinea Ungium (pada kuku) (Wed,
2004). Umumnya berbentuk sisik kemerahan pada kulit atau sisik putih. Pada
kuku, terjadi peradangan di sekitar kuku, dan bisa menyebabkan bentuk kuku
tak rata permukaannya, berwarna kusam, atau membiru. Keluhan yang
dialami penderita tinea kapitis, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea pedis dan
tinea kruris adalah rasa gatal.

4. Penyakit kulit alergi adalah dermatitis kontak toksik, dermatitis kontak


alergik, dermatitis okupasional, dermatitis atopic, dermatitis stasis,
dermatitis numularis, dermatitis solaris, pompliks, eritema nodosum dan
lain-lain. (Harahap, 1990). Pada umumnya keluhan gangguan pada kulit
adalah rasa gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari),
muncul bintik-bintik merah/ bentolbentol/ bula-bula yang berisi cairan
bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam
(Graham, 2005). Pada infeksi jamur superfisial, yang terinfeksi adalah
kulit (epidermis), selaput lendir mulut dan genitalia, kuku, dan rambut.
Seseorang mendapat penyakit ini mungkin disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu :
a. Predisposisi
b. Pekerjaan
c. Perubahan pH kulit atau metabolisme kulit
d. Daya tahan tubuh seseorang yang menurun
e. Menderita penyakit kronik atau tumor ganas
f. Kebersihan perorangan yang kurang baik
g. Gangguan hormonal

Sumber penularan bisa dari tanah (geophilic), hewan (zoophilic), atau


manusia (antrophilic) (Harahap, 2000).

2.5.3 Patofisiologi Penyakit Kulit

Personal Hygiene yang kurang dan menurunnya daya tahan tubuh


menyebabkan bakteri, virus, jamur dan parasit mudah masuk ke dalam tubuh. Pada
penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri dan virus, infeksi dapat menyebar ke
seluruh tubuh melalui aliran darah. Sedangkan pada penyakit kulit akibat infestasi
parasit seperti sarcoptes scabiei yang hidup dirambut dan bertelur disana. Siklus
hidupnya melalui stadium telur, larva, nimfa dan dewasa. Kelainan kulit yang timbul
akibat dari garukan gatal akibat sensitisasi terhadap sekret dan exkret sarcoptes
kurang lebih sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika. Gerukan dapat menimbulkan
erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder (Ganong, 2006). Pada dermatitis
eksfoliatif terjadi pelepasan stratum korneum (lapisan kulit yang paling luar) yang
mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler, hipoproteinemia dan keseimbangan
nitrogen yang negatif. Karena dilatasi pembuluh darah kulit yang luas, sejumlah besar
panas akan hilang jadi dermatitis eksfoliatifa memberikan efek yang nyata pada
keseluruh tubuh. Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama yaitu pelepasan lapisan
tanduk dari permukaan kulit sel–sel dalam lapisan basal kulit membagi diri terlalu
cepat dan sel–sel yang baru terbentuk bergerak lebih cepat ke permukaan kulit
sehingga tampak sebagai sisik/ plak jaringan epidermis yang profus.
Menurut Ganong (2006), mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi
secara non imunologik dan imunologik (alergik), tetapi sebagian besar merupakan
reaksi imunologik. Pada mekanisme immunologik, alergi obat terjadi pada pemberian
obat kepada pasien yang sudah tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat
molekul yang rendah awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap (hapten).

Obat/metaboliknya yang berupa hapten ini harus berkonjugasi dahulu dengan


protein misalnya jaringan, serum/ protein dari membran sel untuk membentuk antigen
obat dengan berat molekul yang tinggi dapat berfungsi langsung sebagai antigen
lengkap.

2.5.4 Mikrobiologi Kulit

Kulit manusia tidak bebas hama (steril). Kulit steril hanya didapatka pada
waktu yang sangat singkat setelah lahir. Kulit manusia tidak steril karena permukaan
kulit mengandung banyak bahan makanan (nutrisi) untuk pertumbuhan organisme,
antara lain lemak, bahan-bahan yang mengandung nitrogen, mineral, dan lain-lain
yang merupakan hasil tambahan proses keratinisasi atau yang merupakan hasil
apendiks kulit. Mengenai hubungannya dengan manusia, bakteri dapat bertindak
sebagai parasit yaitu dapat menimbulkan penyakit atau sebagai komensal yang
merupakan flora normal (Djuanda, 2007).

2.5.5 Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak merupakan peradangan yang terjadi pada kulit akibat


kontak dengan bahan toksik (primary iritant) atau oleh bahan allergik (sensitizer) atau
oleh kedua-duanya. Gambaran dermatitis ini, makroskopik berupa : Erythema,
vesikulasi, eksudasi, pembentukan crusta dan desquamasi dalam berbagai kombinasi
satu sama lain, mikroskopik berupa : spongiosis dan parakeratosis.

Menurut Fregert (1988), eczema atau dermatitis merupakan nama yang


diberikan untuk suatu inflamasi khusus pada kulit, dermatitis kontak mengarah
kepada inflamasi semacam itu yang disebabkan oleh zat-zat dari luar (external
agents). Istilah eczema dan dermatitis digunakan untuk keadaan inflamasi kulit
lainnya yang bukan terjadi karena faktor-faktor eksternal melainkan terutama karena
faktor-faktor endogen. Zat kimia dapat menyebabkan peradangan kulit oleh satu dari
dua mekanisme yaitu iritasi (dermatitis kontak yang disebabkan oleh iritan/penyebab
iritasi) atau reaksi alergi (dermatitis kontak yang disebabkan oleh alergen). Pada
orang yang peka, reaksi alergi akan menimbulkan kelainan kulit yang biasanya 6-48
jam hingga beberapa hari setelah kontak dan kadangkala bisa berlangsung selama 1-2
minggu.

Dermatitis kontak (eczema kontak) bisa dibagi menjadi : dermatitis kontak


alergika tipe ”delayed”; sindroma urtikaria kontak; dermatitis kontak iritan tipe akut;
dermatitis iritan tipe kronik; dermatitis kontak fotoalergika dan reaksi fototoksis.
Dermatitis kontak sering ditemukan sebanyak 10% atau lebih diantara para penderita
yang dirawat karena penyakit kulit. Kerapkali menyerang kedua belah tangan
sehingga dapat menjadi halangan bagi penderita untuk bekerja dan cenderung untuk
menjadi kronik melalui kontak yang berulang. Pengaruh dermatitis kontak bertingkat
mulai dari yang ringan dengan bengkak yang parah dan melepuh. Seringkali pada
ruam terdapat lepuhan-lepuhan/gelembung gelembung kecil yang gatal. Daerah ruam
mungkin sangat kecil atau bisa terjadi ruam melapisi seluruh tubuh. Jika zat-zat kimia
penyebab ruam dihindari, biasanya kemerahan tersebut menghilang beberapa hari.
Lepuhan bisa berair dan menjadi lapisan kerak, tetapi akan segera mengering. Sisa-
sisa sisik, gatal dan cairan kental yang bersifat sementara pada kulit bisa berakhir
selama beberapa hari atau berminggu-minggu. Menetapkan penyebab dermatitis
kontak tidak selalu mudah dikarenakan banyak sekali kemungkinan yang ada. Selain
itu banyak yang tidak tahu atau menyadari seluruh zat-zat kimia yang bersentuhan
dengan kulit mereka. Seringkali lokasi awal ruam merupakan suatu petunjuk penting
(Harahap, 1990).
2.5.6 Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis kontak iritan adalah dermatitis kontak yang terjadi oleh karena
berkontak dengan bahan iritan. Sedang iritan adalah substansi yang pada kebanyakan
orang dapat mengakibatkan kerusakan sel bila dioleskan untuk waktu tertentu dengan
konsentrasi tertentu. Bahan iritan dapat membuat kerusakan kulit dengan cara :
menghabiskan lapisan tanduk secara bertahap, denaturasi dari keratin, dan perubahan
pada kemampuan menahan air (water holding capacity). Macam-macam dermatitis
kontak iritan (Harahap, 1990) :

a. Dermatitis Iritan Kuat


Terjadi setelah satu atau beberapa kali olesan dengan bahan iritan yang kuat
(iritan yang absolut), sehingga menyebabkan kerusakan epidermis yang
berakibat peradangan.
b. Dermatitis Iritan Kronik (Kumulatip).
Terjadi karena sering berkontak dengan bahan iritan yang tidak begitu kuat,
misalnya sabun dan/atau deterjen.

2.5.7 Dermatitis Iritan Alergik

Terjadi pada orang-orang yang telah mengalami sensitisasi dengan bahan-


bahan alergen atau suatu peradangan kulit yang terjadi karena proses imunologik
yaitu hipersensitivitas tipe lambat. Syarat-syarat dari alergen pada dermatitis kontak :

1. Asing bagi tubuh


2. Harus dapat berdifusi melalui kulit (epidermis).
3. Harus dapat mengikat diri dengan protein/asam-sama amino kuat sehingga
membentuk kompleks antigen.

2.5.8 Dermatitis Fotokontak


Dermatitis ini dapat membentuk toksis ataupun alergik tergantung pada jenis
yang berkontak. Setelah berkontak dengan zat tersebut dan disinari dengan Sinar
Ultra Violet dengan gelombang panjang (UVA) maka terjadi peradangan dengan
manifestasi ekzema.

Misal : kulit berkontak dengan Kumarin (Coumarin) yang terdapat dalam minyak
wangi, lalu disinari dengan UVA, maka akan terjadi reaksi fototoksik. Penyebab yang
paling sering terjadi dari dermatitis kontak pada berbabagai tempat di tubuh.

2.5.9 Kelainan Kulit (Dermatosis)

Dermatosis akibat kerja adalah segala kelainan kulit yang timbul pada waktu
bekerja atau disebabkan oleh pekerjaan. Istilah dermatosis lebih tepat dari pada
dermatitis, sebab kelainan kulit akibat kerja tidak usah selalu suatu peradangan,
melainkan juga tumor atau alergi. Persentasi dermatosis akibat kerja dari seluruh
penyakit-penyakit akibat kerja sekitar 50-60%, maka dari itu penyakit tersebut perlu
mendapat perhatian yang cukup (Suma’mur, 1998). Menurut WHO (1995), penyakit
kulit akibat kerja adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja. Penyakit kulit ini meliputi penyakit kulit (baru) yang timbul karena
pekerjaan atau lingkungan kerja dan penyakit kulit (lama) yang kambuh karena
pekerjaan atau lingkungan kerja.

2.5.10 Sebab-Sebab Dermatosis Akibat Kerja

Penyebab-penyebab dermatosis akibat kerja dapat digolong-golongkan


sebagai berikut :

a. Faktor Fisik, yaitu tekanan, kelembaban, panas, suhu dingin, sinar


matahari, sinar X dan sinar-sinar lainnya.
b. Bahan-bahan berasal dari tanaman, yaitu daun-daunan, ranting-ranting,
getah, akar akaran, umbi-umbian, bunga-bungaan, buah-buahan, sayur-
sayuran, debu, kayu dan lain-lain
c. Makhluk-makhluk hidup, yaitu bakteri-bakteri, virus-virus, jamur-jamur,
cacing, serangga dan kutu
d. Bahan-bahan kimia, yaitu asam-asam dan garam anorganik,
persenyawaanpersenyawaan hidrokarbon, oli, ter, bahan-bahan warna dan
lain-lain. Dari penyebab-penyebab itu bahan kimialah yang terpenting,
oleh karena bahanbahan itulah terbanyak digunakan dalam industri-
industri. Ada 2 (dua) cara bahan-bahan kimia ini menimbulkan
dermatosis, yaitu dengan jalan perangsangan atau iritasi dan dengan jalan
sensitisasi atau pemekaan kulit. Bahan-bahan yang menyebabkan iritasi
disebut perangsang primer, sedangkan penyebab sensitisasi disebut
pemeka (sentsitizer). Perangsang primer mengadakan rangsangan kepada
kulit dengan jalan melarutkan lemak kulit, dengan mengambil air dari
lapisan kulit, dengan oksidasi atau reduksi, sehingga kesetimbangan kulit
terganggu dan timbulah dermatosis. Sensitisasi biasanya disebabkan oleh
bahan-bahan organik dengan struktur molekul lebih sederhana, yang dapat
bergabung dengan putih telur tubuh membentuk antigen. Perangsang
primer yaitu bahan yang akan menimbulkan dermatosis oleh kerjanya
yang langsung kepada kulit yang normal pada tempat terjadinya kontak
dengan kulit itu dalam jumlah dan kekuatan yang cukup untuk waktu yang
cukup lama pula. Pemeka kulit adalah bahan yang tidak menimbulkan
perubahan-perubahan khas di kulit, setelah 5 atau 7 hari sejak kontak yang
pertama, maupun di tempat lain di kulit kuku.

Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit
sangat banyak antara lain :

1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan,


kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik
menyebabkan trauma mekanik, ternal atau radiasi langsung pada kulit.
Kebanyakan iritan langsung merusak kulit dengan jalan
a). mengubah pHnya;
b). Bereaksi dengan protein-proteinnya (denaturasi);
c). Mengekstraksi lemak dari lapisan luarnya atau merendahkan daya
tahan kulit.
2. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 (empat) kategori yaitu :
- Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam
logam dan lain-lain.
- Sentsitizer, berupa logam dan garam-garaman, senyawa-senyawa yang
berasal dari anilin, derivat, nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet,
obat-obatan, antibiotik, kosmetik, terpentin, tanam-tanaman dan lain-lain.
- Agen-agen aknegenik berupa naftalen dan bifenil klor, minyak, mineral
dan lain- lain.
- Photosentsitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amino benzoat,
hidrokarbon aromatik klor, pewarna akridin dan lain-lain.
3. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produk-
produknya.
Menurut Fregert (1988), zat-zat kimia yang dapat menyebabkan
penyakit kulit antara lain adalah kromium, nikel, cobalt dan mercuri.
a. Kromium, adalah suatu logam putih keras dengan titik lebur
1.890ºC. Senyawa-senyawa kromium relatif tidak stabil dan
mudah teroksidasi menjadi kromium stabil. Menurut PP No.82
tahun 2001 jumlah maksimum kromium yang diperbolehkan 0,05
mg/L.
b. b. Nikel, logam nikel bersifat alergen karena larut pada permukaan
kulit. Dalam kenyataannya logam ini merupakan penyebab utama
pada dermatitis nikel. Dermatitis nikel umumnya ditemukan akibat
penyepuhan dengan nikel, yaitu penyepuhan nikel pada permukaan
logam lain. Dermatitis nikel mempunyai kecenderungan tertentu
untuk menyebar ke seluruh lengan dan bagian tubuh yang lain.
c. Cobalt, bersifat alergenik seperti nikel, dimana kedua logam
tersebut mempunyai hubungan erat. Dalam kehidupan sehari-hari
terdapat cobalt sebagai kotoran pada logam nikel. Oksida cobalt
yang bersifat alergenik terdapat dalam pigmen yang digunakan
untuk pengecatan gambar serta keramik dan dalam pembuatan
email. Cobalt juga digunakan dalam acrylic yang terolah dingin
(cold cured acrylic) dan plastik polyster tak jenuh tetapi jarang
menimbulkan sensitisasi.
d. Mercuri, logam mercuri seperti logam nikel dan cobalt, bersifat
alergenik. Mercuri bisa menimbulkan dermatitis alergika pada
industri peralatan atau pembuatan amalgam untuk bahan penambal
gigi (amalgam yang sudah mengeras di dalam mulut tidak
menimbulkan sensitisasi). Logam mercuri juga ditemukan dalam
cream anti jerawat. Logam mercuri organik kadang menimbulkan
sensitisasi kalau digunakan sebagai pembetsa dari penyamak atau
sebagai pengawet dalam obat-obatan (Fregert, 1988).

2.5.11 Diagnosa Dermatosis

Diagnosa dermatosis harus diikuti dengan cara diagnosa penyakit-penyakit


pada umumnya. Harus jelas kapan, tepatnya dermatosis dimulai, untuk itu perlu
adanya data pemeriksaan sebelum kerja dan pemeriksaan kesehatan berkala.
Selanjutnya perlu pengetahuan tentang lingkungan kerja si penderita, apakah benar
terdapat penyebab penyakit itu berada dalam lingkungan. Bila ada, bagaimana
keterangannya tentang cara penyebab itu menimbulkan penyakit tersebut, apakah
secara infeksi, apakah perangsangan primer ataukah pemekaan. Dalam hal ini dapat
dijawab dengan memperhatikan penyebab-penyebab yang ada dalam lingkungan
kerja dan dengan uji laboratorium, ataupun klinis. Bahwa diagnosa dermatosis akibat
kerja kadang-kadang sulit, ialah membedakan apakah kelainan kulit ditangan
dermatosis akibat kerja ataukah reaksi dermatophytide, yaitu reaksi allergis terhadap
infeksi jamur kronis, yang biasanya tempat infeksi di selasela jari kaki. Untuk itu
harus dilakukan uji-uji klinis tertentu.

Demikian pula faktor psychis kadang-kadang menyulitkan, bahwa kelainan


kulit itu adalah dermatosis akibat kerja ataukah suatu kelainan yang latar belakangnya
penyakit psychosomatik. Untuk keperluan ini perlu suatu nasihat keahlian dari
seorang psychiater (Suma’mur, 1998).

2.5.12 Pengobatan dan Pencegahan

Menghadapi dermatosis pencegahan paling penting dan jauh lebih berarti dari
pada pengobatan. Satu-satunya pengobatan adalah meniadakan penyakit itu dari
lingkungan kerja si penderita atau memindahkan si penderita dari lingkungannya
yang mengandung bahan-bahan penyakit ke lingkungan kerja lain yang tidak
berbahaya bagi kulitnya. Yang perlu diperhatikan untuk pencegahan dermatosis yaitu
masalah kebersihan perseorangan dan lingkungan serta pemeliharaannya. Kebersihan
perseorangan misalnya cuci tangan, mandi sebelum pulang kerja, pakaian bersih dan
diganti tiap hari, alat-alat pelindung yang bersih dan lain-lain. Kebersihan lingkungan
dan pemeliharaan rumah tangga meliputi pembuangan air bekas dan sampah,
pembersihan debu, proses industri yang tidak menimbulkan pengotoran udara dan
lantai, cara penimbunan dan penyimpanan barang-barang dan lain-lain (Suma’mur,
1998).

Anda mungkin juga menyukai