PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia.
Tidak hanya di Negara-negara berkembang, tetapi juga di Negara-negara maju,
sampah selalu menjadi masalah. Rata-rata setiap harinya kota-kota besar di Indonesia
menghasilkan puluhan ton sampah. Sampah-sampah itu diangkut oleh truk-truk
khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah disediakan tanpa
diapa-apakan lagi. Dari hari ke hari sampah itu terus menumpuk dan terjadilah bukit
sampah seperti yang sering kita lihat.
Sampah yang menumpuk itu, sudah tentu akan mengganggu penduduk di
sekitarnya. Selain baunya yang tidak sedap, sampah sering dihinggapi lalat. Dan juga
dapat mendatangkan wabah penyakit. Walaupun terbukti sampah itu dapat merugikan,
tetapi ada sisi manfaatnya. Hal ini karena selain dapat mendatangkan bencana bagi
masyarakat, sampah juga dapat diubah menjadi barang yang bermanfaat.
Kemanfaatan sampah ini tidak terlepas dari penggunaan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam menanganinya.
Berdasarkan hal diatas penyusun akan membahas tentang “pemanfaatan
limbah organik untuk pembuatan bahan bakar alternatif”, alasannya karna pengolahan
limbah organik yang masih kurang, sedangkan harga gas elpiji di pasaran sangat
mahal dan mulai langka akhir akhir ini, dengan melihat kandungan gas metan (CH 4)
yang terdapat dalam sampah organik bisa dimanfaatkan menjadi Biogas dan
pembangkit listrik jika di produksi dalam skala besar.
B. Tujuan Makalah
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui ;
1. Pengertian Sampah
2. Sumber – sumber sampah
3. Karekteristik sampah
4. Jenis – jenis sampah
5. Metode pembuangan sampah
6. Dampak sampah
7. Upaya pengurangan sampah
8. Sampah organik menjadi biogas
BAB II
ISI
A. Pengertian Sampah
Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara didalam UU No 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari
manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik
atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah
tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan.
Selain itu, Sampah adalah sumber daya yang tidak siap pakai (Radyastuti, W.
Prof.Ir. 1996) dan menurut Basriyanta, MT, sampah merupakan barang yang dianggap
sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa
dimanfaatkan kalau dikelola dengan prosedur yang benar.
Sudradjat (2006) mengatakan bahwa sampah adalah material sisa yang tidak
diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan
konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di dalam proses-proses alam tidak dikenal
adanya sampah, yang ada hanyalah produk-produk tidak bergerak. Sampah bagi setiap
orang memang memiliki pengertian relative berbeda dan subjektif. Sampah bagi
kalangan tertentu bisa saja menjadi harta berharga. Hal ini cukup wajar mengingat
setiap orang memiliki standar hidup dan kebutuhan tidak sama.
Basriyanta (2006) menjelaskan bahwa Sampah, sebuah kata yang sering kita
dengar. Sampah, sesuatu yang bisa kita lihat kapan dan di mana pun kita berada.
Namun, apakah arti sebenarnya dari sampah itu? Ada banyak pengertian
tentang sampah yang dilontarkan oleh para ahli dan pakar. Namun, yang pasti, hingga
saat ini masih beredar anggapan bahwa sampah merupakan barang sisa yang sudah
tidak berguna lagi dan harus dibuang. Padahal sebetulnya sampah merupakan
“mutiara terpendam” yang akan memancarkan kilaunya kalau dikelola secara tepat.
Inilah definisi atau arti dari sampah menurut para ahli.
1. Kamus Lingkungan (1994), sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai
atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam produksi
atau pemakaian; barang atau cacat selama manufaktur; atau materi
berkelebihan atau buangan.
2. Istilah Lingkungan untuk Manajemen, Ecolink (1996), sampah adalah suatu
bahan yang tebuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun
proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.
3. Tanjung, Dr. M.Sc., sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang
oleh pemiliknya atau pemakai semula.
4. Radyastuti, W. Prof. Ir. (1996), sampah adalah sumber daya yang tidak siap
pakai.
5. Basriyanta, sampah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai
dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai
kalau dikelola dengan prosedur yang benar.
6. Prie g. S, Sampah adalah barang yang kita miliki tetapi sama sekali tidak
pernah ada gunanya
7. Ecolink (1996), Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari
sumber hasil aktivitas manusia meupun proses alam yang belum memiliki nilai
ekonomis
8. Setyo purwendro, Sampah merupakan bahan padat buangan dari kegiatan
rumah tangga, pasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan,
industri ataupun aktivitas manusia lainnya sehingga dengan kata lain, sampah
merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah tidak terpakai
9. Wijaya jati, Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia.
Setiap altivitas manusia pasti menghasilkan sampah
10. Darmadi, Sampah merupakan produk buangan yang pada umumnya berbentuk
benda padat, dengan komposisi bahan organis dan anorganik
Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai,
tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007).
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sampah barang bekas
pakai yang masih dapat dimanfaatkan. Jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup
beraneka ragam, ada yang berasal dari rumah tangga, sampah industri, sampah dari
pasar, sampah rumah sakit, sampah pertanian, perkebunan dan peternakan serta
sampah dari institusi/kantor/sekolah dll.
Sampah merupakan material sisa yang tidak di gunalan lagi, atau suatu bahan
yang terbuang atau di buang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang
belum memiliki nilai ekonomis. Sampah juga bisa di katakana limbah atau kototan
yang di hasilkan karena pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Bisa
berada dalam setiap fase materi, yaitu padat, cair, gas. sam Bentuk sampah Sampah
dapat membawa kondisi buruk bagi kehidupan manusia ,apa bila sambah di buang
sacara sembarangan atau di tumpuk tanpa ada pengolaan lain, maka akan timbul
penyakit-penyakit yang menyerang warga sekitar.
C. Karakteristik Sampah
Selain komposisi, maka karakteristik lain yang biasa ditampilkan dalam
penanganan sampah adalah karakteritik fisika dan kimia. Karakteristik tersebut sangat
bervariasi, tergantung pada komponen-komponen sampah. Kekhasan sampah dari
berbagai tempat/daerah serta jenisnya yang berbeda-beda memungkinkan sifat-sifat
yang berbeda pula. Sampah kota di negara-negara yang sedang berkembang akan
berbeda susunannya dengan sampah kota di negara-negara maju.
1. Karakteristik sampah dapat dikelompokkan menurut sifat-sifatnya, seperti:
2. Karakteristik fisika: yang paling penting adalah densitas, kadar air, kadar
volatil, kadar abu, nilai kalor, distribusi ukuran.
3. Karakteristik kimia: khususnya yang menggambarkan susunan kimia
sampah tersebut yang terdiri dari unsur C, N, O, P, H, S, dsb.
Menurut pengamatan di lapangan, maka densitas sampah akan tergantung
pada sarana pengumpul dan pengangkut yang digunakan, biasanya untuk kebutuhan
desain digunakan angka:
Sampah di wadah sampah rumah: 0,01 – 0,20 ton/m3
Sampah di gerobak sampah: 0,20 – 0,35 ton/m3
Sampah di truk terbuka: 0,25 – 0,40 ton/m 3
Sampah di TPA dengan pemadaran konvensional = 0,50 – 0,60 ton/m3
Informasi mengenai komposisi sampah diperlukan untuk memilih dan
menentukan cara pengoperasian setiap peralatan dan fasilitas-fasilitas lainnya dan
untuk memperkirakan kelayakan pemanfaatan kembali sumberdaya dan energi dalam
sampah, serta untuk perencanaan fasilitas pemerosesan akhir.
Karakteristik sampah adalah sifat-sifat sampah yang meliputi sifat fisik, kimia,
dan biologi. Karakteristik sampah sangat penting dalam pengembangan dan desain
sistem manajemen persampahan. Karakteristik sampah dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya yaitu pendapatan masyarakat (low, medium, dan high income),
pertumbuhan penduduk, produksi pertanian, pertumbuhan industri dan konsumsi serta
perubahan musim (Tchobanoglous, 1993).
1. Karakteristik Fisika
a. Berat Jenis
Berat jenis merupakan berat material per unit volume (satuan lb/ft3,
lb/yd3 atau kg/m3). Data ini diperlukan untuk menghitung beban massa dan
volume total sampah yang harus dikelola.
Berat jenis ini dipengaruhi oleh:
Komposisi sampah;
Musim;
Lamanya penyimpanan.[/LIST]
b. Kelembapan
Menentukan kelembapan dalam sampah dapat digunakan dua cara
yaitu dengan ukuran berat basah dan berat kering. Ukuran kelembapan yang
umum digunakan dalam manajemen persampahan adalah % berat basah (wet
weight). Data kelembapan sampah berguna dalam perencanaan bahan
wadah, periodisasi pengumpulan, dan desain sistem pengolahan.
Kelembapan sampah dipengaruhi oleh:
Komposisi sampah;
Musim;
Kadar humus;
Curah hujan.
c. Ukuran dan distribusi partikel
Penentuan ukuran dan distribusi partikel sampah digunakan untuk
menentukan jenis fasilitas pengolahan sampah, terutama untuk memisahkan
partikel besar dengan partikel kecil. Ukuran komponen rata-rata yang
ditemukan dalam sampah kota berkisar antara 7-8 inchi.
d. Field Capacity
Field capacity adalah jumlah kelembapan yang dapat ditahan dalam
sampah akibat gaya gravitasi. Field capacity sangat penting dalam
menentukan aliran leachate dalam landfill. Biasanya field capacity sebesar
30% dari volume sampah total.
e. Permeabilitas sampah yang dipadatkan
Permeabilitas sampah yang dipadatkan diperlukan untuk mengetahui
gerakan cairan dan gas dalam landfill.
2. Karakteristik Kimia
Karakteristik kimia sampah diperlukan untuk mengevaluasi alternatif
suatu proses dan sistem recovery pengolahan sampah.
a. Proximate Analysis
Proximate analysis terhadap komponen Municipal Solid Waste (MSW)
mudah terbakar meliputi (Tchobanoglous, 1993):
Kelembapan (kadar air berkurang pada suhu 105C, t = 1 jam);
Volatile combustible matter (berat sampah yang berkurang pada
pemanasan 950C);
Fixed carbon (sisa material setelah volatil hilang);
Ash (sisa pembakaran).
b. Titik Lebur Abu
Titik lebur abu merupakan titik temperatur saat pembakaran
menghasilkan abu, berkisar antara 1100 – 1200'C (2000-2200'F).
c. Ultimate Analysis
Ultimate Analysis meliputi penentuan unsur Karbon (C), Hidrogen
(H), Oksigen (O), Nitrogen (N), dan Sulfur (S) sampah. Berdasarkan nilai C
dan N ini dapat ditentukan rasio C/N sampah (Tchobanoglous, 1993).
Ultimate Analysis masing-masing komponen dalam sampah domestik dapat
dilihat pada Tabel 2.2, dimana kadar karbon tertinggi dimiliki oleh
komponen karet (78 %), kadar hidrogen tertinggi dimiliki oleh sampah
karet (10 %), kadar oksigen tertinggi dimiliki oleh sampah kertas (44 %),
kadar nitrogen tertinggi dimiliki oleh sampah kulit (10 %) dan kadar sulfur
tertinggi dimiliki oleh sampah makanan dan kulit ( 0,4 %).
d. Kandungan Energi Komponen Sampah
Kandungan energi yang terdapat di dalam sampah dapat dihitung
dengan cara menggunakan alat calorimeter atau bomb calorimeter, dan
dengan perhitungan.
3. Karakteristik Biologi
Penentuan karakteristik biologi digunakan untuk menentukan karakteristik
sampah organik di luar plastik, karet dan kulit.
Parameter-parameter yang umumnya dianalisis untuk menentukan
karakteristik biologi sampah organik terdiri atas (Tchobanoglous, 1993):
Parameter yang larut dalam air terdiri atas gula, zat tepung, asam amino,
dan lain-lain;
Hemiselulosa yaitu hasil kondensasi gula dan karbon;
Selulosa yaitu hasil kondensasi gula dan karbon;
Lemak, minyak, lilin;
Lignin yaitu senyawa polimer dengan cincin aromatik;
Lignoselulosa merupakan kombinasi lignin dengan selulosa; dan
Protein terdiri atas rantai asam amino.
Parameter-parameter di atas bertujuan untuk menentukan:
1. Biodegrabilitas Komponen Organik. Fraksi biodegrabilitas dapat
ditentukan dari kandungan lignin dari sampah. Pengukuran
biodegrabilitas dipengaruhi oleh pembakaran volatile solid pada suhu
5500C, jika nilai volatile solid besar maka biodegrabilitas sampah
tersebut kecil.
2. Bau. Bau dapat timbul jika sampah disimpan dalam jangka waktu lama
di tempat pengumpulan, transfer station, dan di landfill. Bau dipengaruhi
oleh iklim panas. Bau terbentuk sebagai hasil dari proses dekomposisi
senyawa organik yang terdapat pada sampah kota secara anaerob.
3. Perkembangan Lalat. Pada musim panas, perkembangbiakan lalat perlu
mendapat perhatian yang khusus. Lalat dapat berkembang biak pada
tempat pengumpulan sampah dalam waktu kurang dari dua minggu.
D. Jenis – Jenis Sampah
Sampah terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Sampah Organik (degradable), yaitu sampah yang mudah membusuk
seperti isa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya.
Sampah ini dapat di olah menjadi kompos.
2. Sampah anorganik (undegradable), yaitu sampah yang tidak mudah
membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik
minuman, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya.
F. Dampak Sampah
1. Dampak sampah terhadap kesehatan
Bahaya kesehata yang dapat di timbulkan adalah sebagai berikut;
a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat dapat bercampur
dengan air minum.
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
c. Penyakit yang dapat menyabar melalui rantai makanan. Salah satu
contohmya adalah suatu penyakit yang di jangkitkan oleh cacing
pita(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatng
ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
Dampak terhadap kesehatan pembuangan sampah yang tidak terkontrol
dengan baik merupakan tempat cocok bagi beberapa organism dan menarik bagi
berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.
2. Dampak sampah terhadap lingkungan
Dampak terhadap lingkungan, cairan terhadap rembesan sampah yang masuk
kedalaman drainase atau sungai akan mencamari air. Berbagai organisme
termasuh ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap dan dan hal ini
mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.
a. Pencemaran Udara
Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut
merupakan sumber bau tidak sedap yang memberikan efek
buruk bagi daerah sensitif sekitarnya seperti permukiman,
perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah
seringkali terjadi pada sumber dan lokasi pengumpulan
terutama bila terjadi penundaan proses pengangkutan sehingga
menyebabkan kapasitas tempat terlampaui. Asap yang timbul
sangat potensial menimbulkan gangguan bagi lingkungan
sekitarnya.
Sarana pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik
juga sangat berpotensi menimbulkan masalah bau di sepanjang
jalur yang dilalui, terutama akibat bercecerannya air lindi dari
bak kendaraan. Proses dekomposisi sampah di TPA secara
kontinu akan berlangsung dan dalam hal ini akan dihasilkan
berbagai gas seperti CO, CO2, CH4, H2S, dan lain-lain yang
secara langsung akan mengganggu komposisi gas alamiah di
udara, mendorong terjadinya pemanasan global, disamping efek
yang merugikan terhadap kesehatan manusia di sekitarnya.
Pembongkaran sampah dengan volume yang besar
dalam lokasi pengolahan berpotensi menimbulkan gangguan
bau. Disamping itu juga sangat mungkin terjadi pencemaran
berupa asap bila sampah dibakar pada instalasi yang tidak
memenuhi syarat teknis. Seperti halnya perkembangan populasi
lalat, bau tak sedap di TPA juga timbul akibat penutupan
sampah yang tidak dilaksanakan dengan baik. Asap juga
seringkali timbul di TPA akibat terbakarnya tumpukan sampah
baik secara sengaja maupun tidak. Produksi gas metan yang
cukup besar dalam tumpukan sampah menyebabkan api sulit
dipadamkan sehingga asap yang dihasilkan akan sangat
mengganggu daerah sekitarnya.
b. Pencemaran Air
Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat
potensial menghasilkan lindi terutama pada saat turun hujan.
Aliran lindi ke saluran atau tanah sekitarnya akan menyebabkan
terjadinya pencemaran. Instalasi pengolahan berskala besar
menampung sampah dalam jumlah yang cukup besar pula
sehingga potensi lindi yang dihasilkan di instalasi juga cukup
potensial untuk menimbulkan pencemaran air dan tanah di
sekitarnya.
Lindi yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari
lingkungan sekitarnya baik berupa rembesan dari dasar TPA
yang mencemari air tanah di bawahnya. Pada lahan yang
terletak di kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan cukup
tinggi sehingga dimungkinkan terjadi cemaran terhadap sumur
penduduk yang trerletak pada elevasi yang lebih rendah.
c. Pencemaran Tanah
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik
misalnya di lahan kosong atau TPA yang dioperasikan secara
sembarangan akan menyebabkan lahan setempat mengalami
pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin
juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini
terjadi maka akan diperlukan waktu yang sangat lama sampai
sampah terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut. Selama
waktu itu lahan setempat berpotensi menimbulkan pengaruh
buruk terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.
d. Gangguan Estetika
Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan
menimbulkan kesan pandangan yang sangat buruk sehingga
mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat
terjadi baik di lingkungan permukiman atau juga lahan
pembuangan sampah lainnya. Proses pembongkaran dan
pemuatan sampah di sekitar lokasi pengumpulan sangat
mungkin menimbulkan tumpahan sampah yang bila tidak
segera diatasi akan menyebabkan gangguan lingkungan.
Demikian pula dengan ceceran sampah dari kendaraan
pengangkut sering terjadi bila kendaraan tidak dilengkapi
dengan penutup yang memadai.
Di TPA ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan
pembongkaran yang tertiup angin atau ceceran dari kendaraan
pengangkut. Pembongkaran sampah di dalam area pengolahan
maupun ceceran sampah dari truk pengangkut akan mengurangi
estetika lingkungan sekitarnya. Lokasi TPA umumnya
didominasi oleh ceceran sampah baik akibat pengangkutan
yang kurang baik, aktivitas pemulung maupun tiupan angin
pada lokasi yang sedang dioperasikan. Hal ini menimbulkan
pandangan yang tidak menyenangkan bagi masyarakat yang
melintasi / tinggal berdekatan dengan lokasi tersebut.
e. Kemacetan Lalu lintas
Lokasi penempatan sarana/prasarana pengumpulan
sampah yang biasanya berdekatan dengan sumber potensial
seperti pasar, pertokoan, dan lain-lain serta kegiatan bongkar
muat sampah berpotensi menimbulkan gangguan terhadap arus
lalu lintas. Arus lalu lintas angkutan sampah terutama pada
lokasi tertentu seperti transfer station atau TPA berpotensi
menjadi gerakan kendaraan berat yang dapat mengganggu lalu
lintas lain; terutama bila tidak dilakukan upaya-upaya khusus
untuk mengantisipasinya. Arus kendaraan pengangkut sampah
masuk dan keluar dari lokasi pengolahan akan berpotensi
menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas di sekitarnya
terutama berupa kemacetan pada jam-jam kedatangan.
3. Dampak sampah terhadap sosial dan ekonomi
a. Pengelola sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang
kurang menyenangkan bagi masyarakat.
b. Memberikan dampak terhadap kepariwisataan
c. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat.
d. Pembuangan sampah padat ke bada air dapat menyababkan banjir dan akan
memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan,
jembatan ,drainase, dan lain-lain.
e. Infrastruktur lain dapat juga di pengaruhi oleh pengelolaan sampah yang
tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pegelolan air.
2. Sampah Organik
1. Membuat kompos
Pengomposan merupakan salah satu pengolahan yang dapat dilakukan
untuk mengolah sampah organik (daun dan sisa makanan). Pengolahan
kompos yang dapat dilakukan adalah metode windrow composting atau
metode gundukan. Metode ini merupakan salah satu metode termudah dalam
pengolahan sampah, sampah organik ditumpuk diatas lorong udara sampai
ketinggian 1,5 m membentuk lajur-lajur dengan panjang sesuai rencana.
Kompos akan terbentuk sekitar 5 sampai 6 minggu. Kadar air yang optimum
untuk membuat kompos adalah 50-60% (Sutanto, 2002). Menurut T.Haug
(1993) rasio C/N yang optimum untuk proses pengomposan berkisar 30-35:1.
Maka dari itu, untuk menaikkan rasio C/N dibutuhkan penambahan bahan-
bahan kompos yang bisa menaikkan unsur karbon, di antaranya adalah
penambahan jerami, batang tebu, dan daun-daunan agar sampah yang akan
diolah memiliki rasio C/N yang efektif dalam proses pengomposan. Selain itu
analisa karakteristik sampah dapat digunakan untuk menghitung rumus kimia
penyusun sampah (C,H,O,N,S) sehingga dapat dihitung berapa kadar C atau
N yang perlu ditambahkan pada sampah yang akan digunakan sebagai bahan
kompos.
2. Membuat Briket
Salah satu bentuk energi terbarukan adalah pengolahan sampah
dengan cara pembuatan briket (Krizan, 2011). Briket adalah proses
pengolahan sampah yang paling sering dilakukan dan teknologi ini sangat
dipengaruhi oleh pemadatan bahan. Teknologi ini menggunakan sifat
mekanik dan kimia dari bahan-bahan untuk memadatkan bahan ke dalam
bentuk yang kompak (briket) dalam tekanan tinggi (Krizan 2008). Pembuatan
bioarang cukup sederhana, tidak memerlukan biaya yang besar, potensi
kebutuhan bioarang semakin menigkat sebagai bahan bakar alternatif dan
terbarukan, serta dapat memberikan keuntungan apabila dipasarkan. Briket
bioarang berbeda dengan arang kayu biasa karena briket bioarang memiliki
masa bakar jauh lebih lama dan lebih aman karena api menyala ditengah.Pada
dasarnya pembuatan bioarang cukup sedernaha, terdapat 5 proses utama
pembuatan biorang yaitu pembakaran, penumbukan, penambahan kanji,
pencetakan, dan pengeringan. Pembuatan bioarang memerlukan tempat
pembakaran sampah tertutup atau pirolisis untuk proses pengarangan.
Selanjutnya arang ditumbuk halus dan ditambahkan kanji sebagai perekat.
Kemudian dicetak dan dijemur. Pengeringan briket dengan matahari
membutuhkan waktu 2-3 hari hingga siap dikemas
H. Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah / limbah yang berasal dari sisa-sisa makhluk
hidup yang ada di alam ini. Semua sampah yang berasal dari tumbuhan (flora) dan
hewan (fauna) serta segala macam produk olahannya merupakan jenis sampah
organik. Jenis sampah ini dapat terurai secara alami oleh mikroba tanpa perlu
tambahan bahan kimia apapun.
Dari pengertian sampah organik tsb sudah jelas bahwa sampah organik
merupakan jenis sampah yang ramah lingkungan. Walaupun dapat terurai dengan
sendirinya namun bila penanganan sampah ini tidak dilakukan dengan baik maka
dapat juga menimbulkan masalah yang baru loh. Sampah yang membusuk selain
berbau juga berpotensi menyebarkan aneka penyakit dan gangguan kesehatan lainnya.
Untuk penanganan sampah organik biasanya dijadikan pupuk kompos, pakan
ternak, dan sumber energi biogas.
Berbagai macam cara untuk mengolah sampah organik menjadi biogas, yaitu
dengan cara :
1. Cara ke-1
Biogas dimanfaatkan sebagai pengganti elpiji dan bahkan dapat
dijadikan sebagai sumber pembangkit listrik untuk skala besar.
Penggunaan biogas lebih murah dibandingkan jika menggunakan bahan
bakar minyak, hanya saja Anda harus dapat mengolah bahan-bahan
organik untuk menghasilkan biogas tersebut.
Bahan organik yang dapat dijadikan biogas sangat beragam. Banyak
biogas yang dibuat dengan sampah organik yang dapat membusuk seperti
sisa sayuran mentah, kulit buah, daun-daunan, jerami, dan sebagainya.
Selain itu ada juga yang membuatnya dari kotoran ternak seperti kotoran
sapi, kerbau, kambing, kuda, dan sebagainya.
2. Cara ke-2
Tercatat dalam data kementrian lingkungan hidup RI 2015 bahwa
setiap harinya penduduk menghasilkan sekitar 2kg sampah dalam ukuran
sebuah kota besar. Jakarta misalnya, kota jakarta dalam waktu sebulan
kota ini harus membersihkan sampah sampai 580.000 ton, banyangkan
saja begitu besarnya jumlah sampah saat ini dan hanya 0,5% yang dikelola
oleh masyarakat.
Dari sekian banyak sampah, 60% nya adalah sampah yang berasal
dari rumah tangga yaitu seperti nasi, sayuran dan lainnya. Sampah yang
dihasilkan dari rumah tangga ini termasuk dalam kategori sampah
organik.
Sampah organik inilah merupakan sumber yang sangat penting
yang nantinya di gunakan untuk pembuatan biogas. Pembuatan biogas
dari sampah ini memang sangat berguna untuk mengurangi
ketergantungan bahan bakar yang telah disediakan pemerintah.
Biogas dihasilkan yaitu dari proses fermentasi, yang terdiri dari
metana 60%, karbon dioksida 38% dan 2%nya O2, H2, dan H2S. Biogas
ini tidak kalahnya dari gas elpiji bahkan dalam skala yang besar biogas ini
bisa dijadikan sebagai pembangkit tenaga listrik.
Dalam proses utama hal tersebut disebut sebagai fermentasi. Kita
sendiri sebenarnya telah banyak mengkonsumsi atau menggunakan
makanan misalnya yang telah difermentasi.
Misalnya, buah-buahan yang telah difermentasi menjadi cuka.
Perlu kita ketahui bahwa cara membuat biogas dari sampah memang tidak
semudah membuat cuka.
3. Cara ke-3
Pembuatan biogas dari sampah rumah tangga ini, memang perlu
digalakan. Kenapa? Saat ini sampah rumah tangga menjadi salah satu
masalah bagai kelestarian alam. Tercatat dalam data kementerian
Lingkungan Hidup RI 20013, rata-rata setiap penduduk menghasilkan
sekitar 2kg sampah per hari. Dalam ukuran sebuah kota besar, seperti
Jakarta, dalam sebulan kota ini harus membersihkan sampah sampai
572.000 ton per bulan. Selama ini jumlah sampah yang begitu besarnya,
hanya sekitar 0,5% yang dikelola langsung oleh masyarakat. Dari sekian
banyak sampah, 60% nya adalah sampah rumah tangga seperti sisa nasi,
sayuran dan lainnya. Sampah seperti ini masuk dalam kategori sampah
organik.
Sampah-sampah organik nyatanya merupakan sumber penting
dalam membuat biogas. Dari sampah organik bisa dihasilkan gas yang
mudah terbakar. Pembuatan biogas dari sampah orgnaik rumah tangga ini
bisa menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar
yang disediakan oleh pemerintah.
Biogas timbul dari hasil proses fermentasi sampah organik rumah
tangga oleh bakteri anaerob yang hidup tanpa udara. Biogas antara lain
terdiri dari: Metana sebesar 60%, karbondioksida 38%, dan 2%nya O2,
H2, N2 dan H2S. Biogas ini dapat terbakar seperti gas elpiji, bahkan
dalam skala besar bisa digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik.
Fermentasi adalah proses utama dalam pembuatan biogas. Kita
sendiri sebenarnya telah banyak menggunakan teknologi fermentasi untuk
berbagai macam makanan. Misalnya, buah-buahan yang difermentasi
menjadi cuka, atau ketan dan singkong yang difermentasi menjadi tape.
Untuk membuat biogas dari sampah rumah tangga memang tidak
semudah membuat tape. Secara umum gambaran cara membuat biogas
yaitu:
1) Sampah organik dan kotoran sapi dikumpulkan dulu dalam
satu tempat, yang biasanya disebut digester. Digester
biasanya terbuat dari Fiberglass.
2) Sampah yang telah terkumpul ini dicampur dengan bakteri
anaerob pembangkit metan.
3) fermentasi akan berlangsung dalam waktu tertentu
sehingga menghasilkan biogas.
4) Biogas yang dihasilkan kemudian dialirkan ke dalam
tabung khusus dan terpisah dari hasil gas sampingan.
5) Proses diatas berlangsung terus menerus dengan
menambah sampah organik serta bakteri anaerob setelah
kurun waktu tertentu.
Awalnya, reaktor biogas dibuat dengan beton model sumur dengan
ukuran cukup besar. Hal ini tentunya akan membutuhkan biaya yang
tinggi. Tahun 2000-an, telah mulai dikembangkan reaktor biogas (digister)
skala kecil dan dengan konstruksi sederhana yang terbuat dari plastik
(fiberglass) dengan harga relatif lebih murah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika
dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat
dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.
Daur ulang sampah menciptakan lebih banyak pekerjaan, perton sampah
dibandingkan dengan kegiatan lain dan menghasilkan suatu aliran material yang dapat
mensuplai industry. Salah satu contoh sukses adalah Zabbaleen di Kairo, yang telah
berhasil membuat suatu system pengumpulan daur ulang sampah yang mampu
mengubah/memanfaatkan 85% sampah yang terkumpul dan mempekerjakan 40.000
orang.
Melalui proses dekomposisi terjadi proses daur ulang unsure hara secara alamiah.
Hara yang terkandung dalam bahan atau benda-benda organik yang telah mati, dengan
bantuan mikroba (jasad renik), seperti bakteri dan jamur, akan terurai menjadi hara
yang lebih sederhana dengan bantuan manusia maka produk akhirnya adalah kompos.
Namun demikian, perkembangan tekhnologi industry telah menciptakan
ketergantungan pertanian terhadap pupuk kimia buatan pabrik sehingga membuat
orang melupakan kompos. Padahal kompos memiliki keunggulan –keunggulan lain
yang tidak dapat digantikan oleh pupuk kimiawi, yaitu kompos mampu : Mengurangi
kepekatan dan kepadatan tanah sehingga memudahkan perkembangan akar dan
kemampuannya dalam penyerapan hara. Meningkatkan kemampuan tanah dalam
mengikat air sehingga tanah dapat menyimpan air lebih ama dan mencegah terjadinya
kekeringan pada tanah. Menahan erosi tanah sehingga mengurangi pencucian hara.
Menciptakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan jasad penghuni tanah seperti
cacing dan mikroba tanah yang sangat berguna bagi kesuburan tanah.