Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sampah
a. Definisi
Apapun yang bukan bagian bagian dari tubuh manusia, dibuang, tidak
lagi digunakan, tidak lagi diinginkan, tidak terpakai, maupun tidak lagi
disenangi, dan berasal dari aktivitas manusia adalah definisi sampah oleh
American Public Health Association. Menurut undang-undang nomor 18
Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan manusia sehari-hari atau proses
alam yang berbentuk padat.12
Standar nasional Indonesia mendefinisikan sampah sebagai limbah yang
teridiri dari komponen organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna
dan dapat merusak lingkungan jika tidak ditngani dengan baik.13
White et al (1995) menyebutkan bahwa sampah sebagai sisa-sisa hasil
kegiatan manusia yang secara fisik mengandung zat yang sama dengan
yang terdapat pada produk yang masih dapat digunakan.14 Basu (2009)
mendefinisikan sampah sebagai setiap produk atau bahan apapun yang tidak
berguna lagi bagi produsen.15 Sedangkan menurut Dijkema et al (2000),
sampah merupakan bahan yang ingin dibuang oleh setiap orang, meskipun
ada biaya untuk membuangnya.16
b. Timbulan Sampah
Timbulan sampah didefinisikan sebagai jumlah sampah yang dihasilkan
oleh suatu kota. Timbulan sampah rumah tangga dapat dicari berdasarkan
jumlah penduduk kota. Pada saat yang sama, sampah kota dapat dicari
berdasarkan sampah rumah tangga mereka. Besar sampel representatif
digunakan untuk mendapatkan sampel penduduk, dimana untuk mencari
hasil timbulan sampah per orang per hari berdasarkan karakteristik sosial
ekonominya. Semakin tinggi sosial ekonomi maka akan semakin banyak
sampah yang dihasilkan.5

1
2

Timbulan sampah juga didefinisikan sebagai jumlah sampah yang


dihasilkan oleh masyarakat dalam volume atau berat per orang per hari, atau
perpanjangan jalan, atau luas bangunan.13 Faktor-faktor berikut adalah faktor
yang mempengaruhi timbulan sampah:17
1. Geografi
Kondisi geografis mempengaruhi timbulan sampah, misalnya timbulan
sampah di daerah pegunungan akan berbeda dengan timbulan sampah
yang berada di daerah pesisir.
2. Sumber
Sampah yang dihasilkan dari daerah pemukiman mengahasilkan
timbulan sampah yang berbeda dibanding sampah yang berasal dari
laboratorium atau rumah sakit.
3. Kepadatan
Lebih banyak sampah yang dihasilkan di daerah padat penduduk
daripada di daerah jarang berpenduduk.
4. Musim dan Iklim
Di negara dengan empat musim, produksi sampah musim gugur berbeda
dengan sampah musim dingin. Selain itu, saat musim panen, saat hari
raya, sampah lebih banyak dari sebelumnya.
5. Teknologi
Kehadiran teknologi dapat mempengaruhi produksi sampah. Inovasi
teknis seperti pembakaran dapat mengurangi jumlah sampah.
6. Kebudayaan dan Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi dan budaya yang berlaku di masyarakat juga
mempengaruhi taraf hidup, kebiasaan, selera dan tingkat pendidikan
yang dapat mempengaruhi produksi sampah.
c. Jenis Sampah
Jenis sampah dibagi menurut sifatnya menjadi sampah organik dan
sampah anorganik:17
1. Sampah Organik
3

Sampah organik merupakan sampah yang tidak tahan lama dan mudah
terurai. Sampah ini berasal dari makhluk hidup, misalnya buah-buahan,
sayur-sayuran, daun-daunan, sisa nasi. Mikroorganisme dapat
menguraikan limbah ini, namun jika tidak ditangani dengan baik dapat
menimbulkan bau yang tidak sedap. Daur ulang sampah oraganik dapat
diubah menjadi kompos atau pupuk cair, pakan ternak atau juga sebagai
biogas.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang bertahan lama dan tidak mudah
terurai. Contohnya adalah plastik, kaca, karet, logam dan kaleng. Limbah
ini tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme tanah. Penggunaan dan
penanganan yang tidak tepat dapat mencemari lingkungan. Namun jika
diolah dengan benar, dapat diubah menjadi produk yang bermanfaat,
seperti vas bunga yang terbuat dari botol plastik, eco-brick, campuran
aspal.
Jenis-jenis sampah juga dibedakan sebagai berikut:17
1. Sampah Basah (Garbage)
Jenis sampah dari bahan biodegradable seperti buah-buahan, sayuran,
sisa makanan, serta dari rumah tangga, pasar, pertanian dan restoran.
2. Sampah Kering (Rubbish)
Terdiri dari sampah yang mudah terbakar, sebagian besar bahan organik
seperti kayu, kertas, karton dan karet. Dan sebagian besar sampah yang
tidak dapat dibakar terdiri dari bahan anorganik seperti kaca, kaleng, dan
logam, yang berasal dari perkantoran, rumah, dan pusat perbelanjaan.
3. Sampah Jalanan
Bisa berupa daun, plastik atau kertas.
4. Abu (Ashes)
Berasal dari sisa pembakaran atau bahan yang mudah terbakar. Sumber
dapat berasal dari kantor, rumah, pabrik dan industri.
5. Bangkai Hewan
4

Berasal dari hewan yang mati karena penyakit, kecelakaan atau


penyebab alami.
6. Sampah Campuran
Berasal dari daerah pemukiman dan terdiri dari sampah basah, abu, serta
sampah kering.
7. Sampah Industri
Sampah padat dari industri, pengolahan hasil pertanian atau timbunan
industri lainnya.
8. Sampah dari Daerah Pembangunan
Berasal dari sisa-sisa konstruksi bangunan, seperti batu bata, asbes,
beton, papan dan bahan lainnya.
9. Sampah Puing-Puing dari Bangunan yang Hancur
Berasal dari renovasi atau pembongkaran bangunan maupun gedung.
10. Sampah Khusus
Sampah yang membutuhkan penanganan secara khusus. Contohnya
adalah sampah radioaktif, sampah beracun dan berbahaya, sampah
infeksius seperti kaleng, cat.
d. Sumber Sampah
Sampah dapat bersumber dari:17
1. Pemukiman penduduk
Sampah yang berasal dari lingkup rumah tangga seperti hasil dari
pengolahan makanan, halaman rumah, dan lain sebagainya.
2. Tempat Perdagangan
Sampah yang berasal dari pasar atau tempat perdagangan lainnya dapat
berupa sampah kardus, kertas, dan lainnya.
3. Industri
Bisa berasal dari sisa-sisa pembangunan industry atau berasal dari
proses pengolahan yang terjadi di industry tersebut.
4. Pertanian atau Perkebunan
Sampah yang dihasilkan dapat berupa sampah dedaunan, jerami, sayur-
sayuran atau buah-buahan yang sudah membusuk.
5

5. Fasilitas Umum
Sampah fasilitas umum dapat berasal dari sekolahan, tempat hiburan,
tempat ibadah.
e. Zero Waste
Dirancang untuk meminimalkan terjadinya sampah dari awal produksi
hingga akhir proses produksi. Konsep zero waste menjadi dasar berbagai
upaya pengurangan limbah dan optimalisasi proses produksi. Konsep zero
waste, salah satunya adalah penerapan prinsip 3R (Reduce, Reuse,
Recycle), dan prinsip bahwa pengolahan dilakukan sedekat mungkin dengan
sumber sampah untuk mengurangi beban pengangkutan. Jika suatu proses
berdasarkan konsep zero waste, berarti tidak ada material yang tidak
berguna atau limbah yang dihasilkan saat proses dilakukan, sehingga
pengolahan material dapat dilakukan dengan lebih efisien. Jika residu tetap
ada, residu ini dapat didaur ulang dalam proses lainnya.5 
Pengelolaan sampah konsep zero waste berpedoman pada sistem
pengelolaan terpadu, daur ulang sampah plastik dan kertas, pengomposan,
insenator, pengolahan sampah organik menjadi pakan ternak, penerapan
teknologi tempat pembuangan akhir sampah (TPA), partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan sampah, pengolahan sampah kota, dan peluang serta
tantangan usaha daur ulang.5
Pengelolaan sampah 3R merupakan konsep pengolahan melalui reduce
(mengurangi), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (mendaur ulang).
Prinsip dari reduce, dilakukan dengan cara meminimalisasi barang atau
bahan yang digunakan, karena semakin banyak bahan yang digunakan maka
semakin banyak pula limbah yang dihasilkan; Prinsip reuse,
diimplementasikan dengan memilih objek yang dapat digunakan kembali dan
menghindari penggunaan objek yang hanya dapat digunakan satu kali. Hal
tersebut bertujuan untuk memperpanjang masa manfaat barang sebelum
menjadi limbah; Prinsip recycle yaitu mendaur ulang benda-benda yang tidak
berguna agar dapat digunakan kembali.5
6

Berikut upaya-upaya yang dapat dilakukan untk menerapkan 3R di


ligkungan rumah maupun fasilitas sosial:5
1. Reduce
Dapat dilakukan dengan cara menghindari penggunaan serta pembelian
produk yang nantinya dapat menghasilkan limbah dalam jumlah besar,
menggunakan produk isi ulang, dan mengurangi penggunaan bahan
sekali pakai.
2. Reuse
Dilakukan dengan penggunaan kembali wadah atau kemasan untuk
fungsi yang sama atau berbeda, penggunaan tas yang dapat digunakan
kembali, dan penggunaan baterai yang dapat diisi ulang.
3. Recycle
Dapat dilakukan dengan memilih produk atau kemasan yang dapat didaur
ulang atau mudah terdegradasi, mengubah sampah organik menjadi
kompos dan sampah anorganik menjadi barang yang berguna.
Di ruang publik, implementasi 3R adalah sebagai berikut:5
1. Reduce
Menulis di kedua sisi kertas, menggunakan pena isi ulang,
menyampaikan informasi secara elektronik dan menggunakan perangkat
penyimpanan elektronik.
2. Reuse
menggunakan alat perkantoran yang dapat digunakan berkali-kali dan
menggunakan media elektronik untuk menyimpan informasi yang dapat
dihapus dan ditulis ulang.
3. Recycle
Hal ini dilakukan dengan cara mendaur ulang sampah kertas menjadi
kertas kembali atau mengolah sampah organik menjadi kompos.
Dari uraian 3R di atas, proses pemilahan sampah menjadi penting karena
jika pemilahan dilakukan di TPA akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit
untuk mendukung sarana dan prasarana. Pemilahan sebaiknya dilakukan
pada sumber sampah seperti sekolah, perkantoran, rumah sakit, terminal,
7

pasar dan tempat keramaian lainnya. Arti pemilahan yaitu upaya


memisahkan sesuatu yang heterogen menjadi beberapa kelompok yang
heterogen menurut sifatnya.5
Pemilahan sampah dapat dilakukan dengan memilah sampah menjadi
dua jenis, yaiu sampah basah (organik) dan sampah kering (anorganik).
Akan lebih baik lagi jika pemilahan dilakukan lebih spesifik seperti pemilahan
sampah kertas, gelas, plastik, metal, maupun sampah yang mudah
membusuk.18
Di dalam proses pemilahan sampah tidak hanya diperlukan peran serta
dari masyarakat, akan tetapi sarana dan prasarana yang memadai juga
sangat diperlukan. Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa sarana fisik
berupa peralatan maupun sarana non fisik yang dapat berupa penyuluhan,
pemantauan, pengawasan, dan peraturan yang berjalan dengan baik.18
Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Badan Pengkaji dan
Penerapan Teknologi, terbukti bahwa peran serta masyarakat dalam
pengelolaan sampah khusunya saat tahap pemilahan harus ditunjang
dengan adanya sarana yang juga sudah terpilah, misalnya seperti adanya
tempat sampah terpilah, gerobak terpilah, adanya jadwal pengangkut yang
berbeda serta adanya konsistensi. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa
masyarakat akan memberikan peran serta yang baik apabila ada peran serta
yang baik pula dari pihak pengelola kebersihan.18
f. Faktor Pengolahan Sampah
Keberhasilan program pengolahan sampah tidak terlepas dari faktor-
faktor disekitar yang berpengaruh. Eun-Hi (2022), pada penelitiannya
mengenai faktor yang mempengaruhi perilaku zero-waste pada Mahasiswa,
didapatkan hasil bahwa dari 196 mahasiswa korea yang diteliti faktor
keluarga dan penggunaan barang sekali pakai sangat berpengaruh terhadap
perilaku pengelolaan sampah berbasis zero-waste.9
Widad (2022), penelitian yang dilakukan kepada 338 rumah tangga di
Kota Bharu Malaysia untuk mengetahui praktik dan persepsi pengelolaan
sampah padat rumah tangga di antara penduduk pantai timur Malaysia,
8

didapatkan hasil bahwa faktor usia, status perkawinan, dan tipe rumah
berpengaruh positif terhadap pengeloaan sampah yang belum tepat.19
Penelitian mengenai faktor yang berpengaruh terhadap praktik
pengelolaan sampah juga pernah dilakukan oleh Widiyanto (2020). Pada
penelitian yang dilakukan kepada 102 warga Desa Ketenger Banyumas,
didapatkan hasil bahwa sikap, sarana prasarana, dan keterpaparan informasi
berpengaruh terhadap rendahnya praktik pengelolaan sampah.10
B. Pengetahuan
a. Pengertian
Menurut Notoadmodjo (2012), pengetahuan merupakan hasil dari
“mengetahui” dan terjadi setelah individu tersebut melakukan pengindraan
melalui panca indra manusia yaitu indra pendengaran, penglihatan,
penciuman, raba dan rasa terhadap objek tertentu. Melaui mata dan telinga
sebagian besar pengetahuan diperoleh. 20
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan dalam domain kognitif memiliki 6 tingkatan, yaitu:20
1. Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat kembali materi yang bersifat spesifik dan
adanya penerimaan seluruh bahan materi yang telah dipelajari. Tahu
termasuk kedalam tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk dapat
mengukur sejauh mana individu mengetahui apa yang sedang
dipelajarinya, individu tersebut mampu untuk menguraikan, menyebutkan,
menyatakan, dan mendefinisikan.
2. Memahami (Comprehention)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan secara benar objek atau materi yang diketahui.
Individu yang telah memahami akan materi atupun objek, diharuskan
untuk dapat menjelaskan, menyimpulkan, menyebutkan contohnya, dan
meramalkan objek yang sedang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
9

Diartikan sebagai kemampuan untuk dapat menggunakan materi yang


telah dipelajari di kondisi ataupun situasi nyata. Aplikasi ini diartikan
sebagai penggunaan rumus, hukum, prinsip, metode dalam situasi atau
konteks lain.
4. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk dapat menjabarkan materi atau objek kedalam
komponen yang masih saling berkaitan antara satu dengan yang lain.
Tahap analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
mengelompokkan, membedah, memisahkan, dan menggambarkan.
5. Sintesis (Synthesis)
Merupakan kemampuan untuk dapat menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, atau dapat diartikan juga
sebagai kemampuan untuk membentuk formulasi baru dari formulasi
yang telah ada sebelumnya.
6. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk dapat menilai suatu objek atau
materi. Penilaian tersebut dapat didasarkan pada kriteria yang telah
ditentukan sendiri atau dapat menggunakan kriteria yang telah ada
sebelumnya.
Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
individu akan kesadaran kesehatan, dikelompokkan menjadi:20
1. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit
 Penyebab timbulnya penyakit
 Tanda atau gejala yang muncul pada diri individu
 Bagaimana cara mengobati penyakit tersebut
 Bagaimana cara penyakit tersebut bisa menular
 Bagaimana cara mencegah agar tidak tertular
2. Pengetahuan cara pemeliharaan kesehatan dan cara untuk hidup sehat
 Jenis makanan yang bergizi
 Manfaat dari mengkonsumsi makanan bergizi
 Pentingnya olahraga untuk kesehatan
10

 Penyakit yang disebabkan oleh bahaya merokok, narkoba, minum-


minuman keras, dan lain sebagainya.
 Pentingnya akan istirahat yang cukup
3. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
 Manfaat dari air yang bersih
 Cara pembuangan limbah yang benar
 Manfaat dari pencahayaan dalam rumah
 Akibat yang ditimbulkan oleh polusi (air, tanah, udara) bagi
kesehatan.
c. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Mubarak (2007)
adalah sebagai berikut:21
1. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah
seseorang untuk menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan
yang diperoleh akan semakin banyak.
2. Pekerjaan
Lingkuan pekerjaan akan membantu seseorang untuk memperoleh
pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
3. Umur
Bertambahnya umur akan berdampak terhadap perubahan fisik dan
psikologis (mental). Perubahan fisik yang terjadi diantaranya adalah :
perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri – ciri lama, dan
timbulnya ciri – ciri baru. Sedangkan, perubahan psikologis dapat
menyebabkan taraf berfikir seseorang menjadi semakin matang dan
dewasa.
4. Minat
Sebagai kecenderungan ataupun keinginan yang kuat terhadap sesuatu.
5. Pengalaman
11

Suatu kejadian yang pernah dialami oleh seseorang dalam berinteraksi


dengan lingkungannya.
6. Kebudayaan di lingkungan sekitar
Lingkungan akan berpengaruh dalam membentuk pribadi atau sikap
seseorang.
7. Informasi
Kemudahan dalam memperoleh informasi dapat mempercepat dalam
memperoleh pengetahuan baru.
C. Sikap
Pengertian
Newcomb, seorang ahli psikologi sosial menyebutkan sikap sebagai
suatu kesiapan atau kesediaan dalam bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan akan motif tertentu. Sikap masih berupa predisposisi tindakan
suatu perilaku dan masih berupa reaksi tertutup. Sikap juga merupakan
kesiapan untuk dapat bereaksi secara langsung terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai penghayatan akan objek20.
Menurut Sunaryo sikap didefinisikan sebagai respon tertutup seseorang
terhadap stimulus atau objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern
sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, namun hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara realitas
menunjukkan adanya kesesuaian antara respon dengan stimulus tertentu.22
Sikap juga didefinisikan adanya hubungan antara komponen-komponen
kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami,
merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek.23 Menurut Mubarak sikap
adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang akan bersifat
permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya.24
Tingkatan Sikap
Terdapat 4 tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2012), yaitu:20
1. Menerima, dapat diartikan bahwa individu (subjek) mau untuk
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
12

2. Merespon, seperti jika ditanya dapat memberikan jawaban, serta


mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Indikasi seorang
individu menerima ide yaitu adanya suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan terlepas benar
salahnya pekerjaan tersebut.
3. Menghargai, mengajak individu lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu permasalahan.
4. Bertanggung jawab, bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dipilihnya dengan segala risiko yang menyertai merupakan sikap yang
paling tinggi.
Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat sikap individu
akan kesadaran kesehatan, dikelompokkan menjadi:20
1. Sikap terhadap sakit dan penyakit
Yaitu pendapat atau penilaian individu akan gejala ataupun tanda
penyakit, penyebab timbunya penyakit, bagaimana cara penyakit tersebut
menular, dan bagaimana cara untuk mencegah penyakit tersebut.
2. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
Penilaian atau pendapat individu mengenai cara untuk memelihara dan
cara untuk berperilaku hidup sehat. Dengan artian lain penilaian atau
pendapat akan makanan, minuman, relaksasi, olahraga, atau istirahat.
3. Sikap terhadap kesehatan lingkungan
Penilaian atau pendapat akan masalah lingkungan dan pengaruhnya
terhadap kesehatan. Dengan kata lain, pendapat atau penilaian akan
limbah, air bersih, serta polusi.
Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Azwar (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
sikap adalah:23
1. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi berperan dalam membentuk dan mempengaruhi
apresiasi sosial. Untuk menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi harus memberikan kesan yang kuat.
13

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting


Seseorang yang dianggap penting memiliki pengaruh yang besar
terhadap pembentukan sikap.
3. Pengaruh budaya
Kebudayaan mengacu pada budaya dan norma-norma yang berlaku
dalam suatu masyarakat.
4. Media massa
Dalam komunikasi, media massa membawa pesan-pesan yang berisi
saran-saran yang dapat mempengaruhi opini. Dengan adanya informasi
baru maka akan memberikan landasan kognitif baru bagi pembentukan
sikap.
5. Institusi pendidikan dan keagamaan
Sebagai suatu sistem, hal itu mempengaruhi pembentukan sikap, karena
keduanya membentuk pemahaman dasar dan nilai-nilai individu.
6. Pengaruh faktor emosional
Selain ditentukan oleh lingkungan, sikap yaitu pernyataan emosional
yang didasari oleh emosi yang memiliki fungsi sebagai penyaluran rasa
frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
D. Praktik
a. Pengertian
Sikap optimis dapat diwujudkan dalam suatu tindakan atau praktik (overt
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan yang nyata
diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, seperti
tersedianya fasilitas. Disamping tersedianya fasilitas, faktor dukungan dari
pihak lain juga diperlukan.20
b. Tingkatan Praktik
Menurut Notoatmodjo (2012), praktik memiliki tiga tingkatan, yaitu:20
1. Respon terpimpin, yaitu dapat melakukan sesuai sesuai dengan apa
yang telah di contohkan dan dapat melakukannya sesuai dengan urutan
yang benar.
14

2. Mekanisme, apabila individu dapat melakukan suatu dengan benar


secara otomatis, atau dapat diartikan sebagai kebiasaan.
3. Adopsi, merupakan suatu tindakan atau pratik yang sudah mengalami
perkembangan dengan baik. Dapat diartikan juga bahwa tindakan sudah
dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran akan tindakan tersebut.
Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkatan praktik
individu akan kesadaran kesehatan, dikelompokkan menjadi:20
1. Praktik yang berhubungan dengan penyakit
Tindakan atau praktik ini mencakup pencegahan penyakit dan
penyembuhan akan penyakit tersebut.
2. Praktik peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
Praktik ini mencakup konsumsi makanan bergizi seimbang, melakukan
olahraga secara teratur, tidak merokok, tidak mengkonsumsiminum-
minuman keras dan tidak menggunkan narkoba.
3. Praktik kesehatan lingkungan
Praktik ini mencakup pembuangan air besar di jamban, membuang
sampah pada tempat yang telah tersedia, dan penggunaan air bersih
untuk kebutuhan sehari-hari.
c. Faktor yang Mempengaruhi Praktik
Terdapat tiga faktor utama penentu praktik:6
1. Faktor Predisposisi
Faktor yang mempermudah terjadinya perilaku pada individu atau
kelompok yaitu pengetahuan dan sikap. Pengetahuan adalah hasil dari
pengenalan objek serta persepsi tersebut muncul dari melihat dan
mendengar. Sementara itu sikap adalah keterikatan yang bisa positif atau
negatif dalam hubungannya dengan objek psikologis.
2. Faktor Pemungkin
Faktor pemungkin atau pendorong dapat berupa fasilitas, sarana dan
prasarana yang mendukung untuk mempermudah terjadinya perilaku
pada individu atau kelompok. Pengetahuan dan sikap tidak menjamin
terjadinya suatu perilaku pada individu, untuk itu diperlukan sarana dan
15

prasana pendukung. Menurut Notoadmojo (2010), kendala utama


penerapan pola hidup sehat di masyarakat adalah faktor pendukung. Dari
pemantauan WHO menunjukkan bahwa meskipun pengetahuan dan
sikap sudah baik, praktik masyarakat masih lemah karena kurangnya
sarana dan prasarana untuk mendukung praktik tersebut.
3. Faktor Penguat
Pada individu maupun di masyarakat seringkali ditemukan bahwa mereka
sudah mengetahui manfaat dari hidup bersih dan sehat dan ada sarana
dan prasarana untuk mendukungnya, tetapi masih enggan melakukannya
karena orang yang mereka segani belum melakukan secara maksimal.
Faktor penguat ini dapat berupa adanya dukungan sosial, adanya
pengaruh informasi dan umpan balik dari petugas kesehatan atau orang
yang individu tersebut segani.
E. Sarana dan Prasarana
Pengkajian yang pernah dilakukan WHO pada Negara-negara berkembang
ditemukan masih banyak sarana dan prasarana yang belum memadai untuk
menujang masyarakat dalam berperilaku hidup sehat. Dari beberapa penelitian
yang ada, ditemukan bahwa meskipun pengetahuan serta kesadaran individu
atau kelompok masyarakat akan masalah kesehatan sudah tinggi, namun tidak
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai maka akan sulit untuk
melaksanakan perilaku ataupun praktik tersebut.6
Sarana dan prasarana didefinisikan sebagai fasilitas yang dapat menunjang
proses pengelolaan sampah.25 Sarana dan prasarana dapat berupa sarana fisik
berupa peralatan maupun sarana non fisik yang dapat berupa penyuluhan,
pemantauan, pengawasan, dan peraturan yang berjalan dengan baik.18
Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Badan Pengkaji dan Penerapan
Teknologi, terbukti bahwa peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah
khusunya saat tahap pemilahan harus ditunjang dengan adanya sarana yang
juga sudah terpilah, misalnya seperti adanya tempat sampah terpilah, gerobak
terpilah, adanya jadwal pengangkut yang berbeda serta adanya konsistensi. Dari
hal tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat akan memberikan peran serta
16

yang baik apabila ada peran serta yang baik pula dari pihak pengelola
kebersihan.18
F. Dukungan Sosial
Oleh beberapa ahli seperti Taylor, Peplau, dan Sears, dukungan sosial
didefinisikan sebagai pertukaran hubungan antar pribadi dimana individu
memberi bantuan kepada orang lain. Hubungan antar pribadi memiliki maksud
yaitu hubungan yang bersifat timbal balik di dalam memberikan bantuan secara
informasi, instrumental, dan emosional. Shebilske dan Worchel mendefinisikan
dukungan sosial sebagai suatu jaringan sosial dimana terdapat sekumpulan
orang yang individu tersebut percayai pada saat individu mengalami kesulitan.
Sementara itu Sarafino mendeskripsikan sebagai bentuk kenyamanan,
penghargaan, perhatian, ataupun bantuan yang diterima individu dari kelompok
maupun seseorang yang berarti baginya.26
Menurut Shinta, dukungan sosial merupakan pemberian informasi baik
secara verbal maupun non verbal, pemberian bantuan tingkah laku atau materi
yang dapat membuat individu tersebut merasa bahwa dirinya diperhatikan,
dicintai, dan bernilai sehingga dapat memberikan kesejahteraan bagi individu
yang menerimanya. Defini tersebut juga sejalan dengan definisi yang dinyatakan
oleh Gotlieb dimana dukungan sosial merupakan dukungan yang terdiri atas
informasi atau nasehat secara verbal dan non-verbal, tindakan, atau bantuan
nyata yang diberikan diberikan dan memiliki manfaat emosional bagi individu
yang menerima. Dukungan sosial juga dapat berupa dukungan informasi,
dimana dukungan informasi dapat berupa sasaran, umpan balik, dan
pengarahan mengenai bagaimana memecahkan permasalahan. 26
17

G. Kerangka Teori

Faktor Faktor Faktor


Predisposisi Pemungkin Penguat

Pengetahuan Sarana Dukungan


Sikap Prasarana Sosial

Praktik penerapan
pengelolaan sampah
berdasarkan konsep zero-
waste

Pengolahan Sampah 3R
Sumber sampah
(Reduce, Reuse, Recycle)

Timbulan sampah Zero-waste

Gambar 2.1 Kerangka Teori


18

Anda mungkin juga menyukai