Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sampah
Sampah pada dasarnya mencakup banyak pengertian. Sampah
merupakan semua zat/benda yang tidak dapat dipakai lagi, baik yang berasal
dari rumah tangga maupun sisa hasil produksi. Pandangan mengenai
sampah telah mengalami pergeseran, di mana pada saat ini telah
berkembang dari persampahan yang semula sebagai “waste” sekarang
menjadi pandangan sebagai komoditas yang bernilai ekonomis.
Pandangan tersebut dikembangkan dalam upaya menangani persampahan
sehingga mendorong pelaksanaan pengelolaan sampah secara menyeluruh
atau secara holistik. Pengembangan tersebut diwujudkan dalam model 3R
yaitu : Reduction, Re - use, dan Re - Cycle. Model pengembangan tersebut
menjadi landasan strategi pengelolaan sampah perkotaan.(6)
Penggolongan sampah dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat)
kelompok yaitu :
1. Human Excreta, merupakan bahan buangan yang dikeluarkan dari
tubuh manusia yang meliputi tinja dan air seni.
2. Sewage, merupakan air limbah yang dibuang oleh pabrik
maupun rumah tangga/pemukiman. Contohnya air bekas cucian
yang masih mengandung detergen.
3. Refuse, merupakan bahan sisa proses industri atau hasil samping kegiatan
rumah tangga. Pengertian sehari - hari refuse ini sering kali disebut
sebagai sampah. Contohnya adalah botol bekas, kertas bekas
pembungkus bumbu dapur, sisa sayuran, daun tanaman, kertas bekas,
dan lain sebagainya.
4. Industrial waste, merupakan bahan buangan sisa proses industri.(7)
22

Ahli Kesehatan Masyarakat Amerika memberi batasan bahwa sampah


(waste)merupakan sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang sudah dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Batasan ini sampah
merupakan hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak
berguna.
Laju timbulan sampah adalah jumlah sampah yang dihasilkan
dari buangan domestik dan non domestik. Jadi timbulan sampah adalah
jumlah sampah yang dihasilkan m3 per hari dalam satu periode. Negara
- Negara berkembang seperti Indonesia faktor musim sangat besar
pengaruhnya terhadap berat sampah. Dalam hal ini musim yang dimaksud
adalah penghujan dan kemarau. Disamping hal tersebut berat sampah
juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya lainnya. Penggunaan besaran
timbulan sampah dalam perencanaan sebaiknya berdasarkan sumber
sampah, bukan berdasarkan jenis kotanya.
Pengolahan sampah yang paling banyak digunakan antara lain adalah:
1. Open Dumping
Cara open dumping merupakan cara yang paling mudah dan
murah dilakukan namun banyak menimbulkan dampak pencemaran.
Setelah sampah di lokasi TPA sampah dibuang begitu saja. Dampak
yang ditimbulkan dari cara ini antara lain bau yang tidak sedap,
sampah berserakan, dan dimungkinkannya menjadi sarang bibit
penyakit dan tempat berkembang biak vektor penyakit seperti kecoa,
lalat dan tikus.
2. Incineration
Metode incineration merupakan metode pembakaran sampah yang
perlu diawasi dengan baik, metode ini sangat sederhana dan biaya yang
murah. Pada metode ini zat padat yang tersisa berupa abu yang jumlahnya
relatif lebih kecil dibandingkan volume semula. Demikian juga bau
32

busuk dan berkembangbiaknya vektor penyakit seperti tikus, lalat dan


kecoa dapat diminimalisasi.
3. Sanitary Landfill
Metode sanitary landfill merupakan metode yang dianjurkan. Pada
metode ini sampah dibuang, ditutup dengan tanah dan bersamaan
dengan ini dipadatkan dengan alat berat agar menjadi lebih mampat.
Lapisan di atasnya dituangkan sampah berikut tanah secara berlapis
dan demikian seterusnya sampai akhirnya rata dengan permukaan
tanah.(8)
B. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
Prinsip dari pembuangan akhir sampah adalah untuk
memusnahkan sampah domestik atau yang diklasifikasikan sejenis, ke
suatu pembuangan akhir dengan cara sedemikian rupa, sehingga tidak
atau seminimal mungkin menimbulkan gangguan terhadap lingkungan di
sekitarnya, baik setelah dilakukan pengolahan maupun tanpa diolah
terlebih dahulu.(9)
Pada dasarnya kegiatan operasional akhir merupakan kegiatan
yang dapat mengubah bentuk lahan. Kegiatan ini dapat
menimbulkan kerusakan serta kemerosotan sumber daya lahan, air,
dan udara. Lokasi pembuangan akhir sampah sebaiknya sudah tercakup
dalam perencanaan tata ruang kota. Tahapan selanjutnya adalah membuat
konsep perencanaan penataan kembali lokasi pembuangan akhir sampah
yang telah habis masa pakainya.
C. Logam Berat
Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria - kriteria
yang sama dengan logam-logam yang lain. Perbedaan terletak pada dari
pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini masuk atau diberikan ke
dalam tubuh organisme hidup.(10)
42

Semua logam berat dapat dikatakan sebagai bahan beracun yang


akan meracuni makhluk hidup. Sebagai contoh logam berat air raksa (Hg),
kadmium (Cd), timbal (Pb), dan krom (Cr). Namun demikian, meskipun
semua logam berat dapat mengakibatkan keracunan atas makhluk hidup,
sebagian dari logam - logam berat tersebut dibutuhkan oleh makhluk
hidup. Kebutuhan tersebut dalam jumlah yang sangat kecil/sedikit.
Tetapi apabila kebutuhan yang sangat kecil tersebut tidak terpenuhi dapat
berakibat fatal terhadap kelangsungan makhluk hidup. Karena tingkat
kebutuhan yang sangat dipentingkan maka logam - logam tersebut juga
dinamakan sebagai logam - logam esensial tubuh. Bila logam - logam
esensial yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang berlebihan,
maka berubah fungsi menjadi racun. Contoh dari logam berat esensial ini
adalah tembaga (Cu), seng (Zn), dan nikel (Ni).(11)
D. Risiko Pencemaran dan Toksisitas
Risiko toksisitas berarti besarnya kemungkinan zat kimia untuk
menimbulkan keracunan. Hal ini tergantung dari besarnya dosis, konsentrasi,
lama dan seringnya pemaparan, juga cara masuk dalam tubuh, (12) serta
gejala keracunan antara lain disebabkan oleh adanya pencemaran/polusi.
Pencemaran merupakan keadaan yang berubah menjadi lebih buruk,
keadaan yang berubah karena akibat masuknya bahan - bahan pencemar.
Bahan pencemar umumnya mempunyai sifat toksik (racun) yang
berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan
itulah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya pencemaran.(11)
Akibat yang ditimbulkan dari pencemaran adalah terganggunya
aktivitas kehidupan makhluk hidup, terlebih apabila organisme
tersebut tidak mampu mendegradasi bahan pencemar tersebut, sehingga
bahan tersebut terakumulasi dalam tubuhnya. Peristiwa tersebut akan
mengakibatkan terjadinya biomagnifikasi dari organisme satu ke
organisme yang lain yang mempunyai tingkatan yang lebih tinggi.(13)
52

Risiko apabila mengkonsumsi pakan mengandung bahan toksik setiap


harinya adalah akumulasi bahan toksik tersebut sehingga konsentrasi dalam
tubuh hewan lebih tinggi dari pada konsentrasi yang terkandung dalam
pakan yang dikonsumsi. Bila seekor hewan mengandung bahan toksik
dikonsumsi hewan lainnya maka hewan kedua memiliki konsentrasi
bahan toksik lebih tinggi dari hewan pertama, demikian juga hewan
ketiga yang memakan hewan kedua, rangkaian proses tersebut disebut
”food chain”.(14)
E. Air Lindi (Leachate)
a. Pengertian Umum Air Lindi (leachate)
Air lindi adalah cairan yang dihasilkan dari tumpukan sampah, dan
merupakan salah satu bentuk pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari
timbunan sampah. Sampah yang tertimbun di Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) mengandung zat – zat organik, jika hujan turun maka air hujan
akan merembes masuk ke timbunan sampah dan menghasilkan air lindi
dengan kandungan mineral dan zat organik yang tinggi.(15)
Air lindi yang berada pada permukaan tanah dapat mencemari air
tanah dan air permukaan. Air permukaan yang tercemar oleh air lindi
dengan kandungan zat organik yang tinggi, pada saat proses penguraian
secara biologis dapat menghabiskan kandungan oksigen yang berada
dalalm air dan dapat mengganggu kehidupan biota perairan. Air tanah
yang tercemar oleh air lindi dengan konsentrasi yang tinggi, maka polutan
tersebut akan tetap berada pada air tanah dalam jangka waktu yang lama,
hal tersebut dikarenakan terbatasnya oksigen terlarut sehingga sumber air
yang berasal dari air tanah kualitasnya tidak sesuai untuk air bersih.(15)
b. Karakteristik Air Lindi
Karakteristik yang terdapat pada air lindi sangat bervariasi tergantung
dari proses yang terjadi pada landfill. Proses yang terjadi meliputi proses
fisik, kimia, dan biologis. Faktor – faktor yang mempengaruhi proses yang
62

terjadi pada landfill antara lain yaitu lokasi landfill, jenis sampah, sistem
pengoperasian, hidrogeologi. Faktor tersebut sangat bervariasi antara suatu
tempat pembuangan dengan tempat pembuangan lainnya, begitu juga
aktivitas biologis serta proses aerob dan anaerob yang terjadi pada
timbunan sampah. Dengan adanya faktor tersebut maka akan berpengaruh
terhadap produk yang dihasilkan akibat dari proses dokomposisi seperti
kuantitas dan kualitas air lindi serta gas yang dihasilkan. Sebagai contoh
adalah TPS yang menimbun sampah dengan sampah organik lebih banyak
maka karakteristik air lindi yang dihasilkan akan mengandung zat organik
yang tinggi.(15)
Air lindi yang dihasilkan dari timbunan sampah yang masih baru
memiliki kandungan asam lemak volatile dan rasio BOD dan COD yang
tinggi, sementara untuk air lindi yang dihasilkan dari timbunan sampah
yang sudah lama kandungan BOD, COD, dan konsentrasi pencemar lebih
rendah. Hal tersebut dapat disebabkan karena timbunan sampah yang
masih baru proses biodegradasi berlangsung dengan cepat serta ditandai
engan adanya kenaikan produksi asam dan penurunan pH pada air lindi
yang menyebabkan kemampuan pelarutan bahan – bahan pada sampah
menjadi tinggi. Terdapat tiga fase utama aktivitas biologis yang terjadi
yaitu dekomposisi aerobic dengan menggunkan oksigen yang terdapat
pada landfill, dekomposisi anaerobic yang dilakukan oleh organisme
anaerobic dan fakultatif serta menghasilkan komponen yang lebih
sederhana dan dapat larut, serta bakteri methanogenic yang mengkonsumsi
komponen yang lebih sederhana dan menghasilkan methan serta CO2.(!5)
Fase I berlangsung singkat hanya dalam waktu beberapa minggu. Pada
fase ini sering menyebabkan kenaikan temperature dengan cepat pada
landfill.(15)
Fase II pada tahun pertama terjadi proses anaerobic. Temperatur turun
secara berangsur – angsur dikarenakan organisme anaerobic yang
72

menghasilkan panas menjadi lebih sedikit. Pada fase ini air lindi yang
dihasilkan mengandung asam lemak yang tinggi, berbau, pH rendah,
konsentrasi BOD tinggi, dan rasio BOD/ COD tinggi. Selain hal tersebut,
air lindi juga memiliki konsentrasi amoniak, N-organik, logam berat, Mn,
Ca, Fe, K, Cl, Na, Mg yang cukup tinggi.(15)
Fase III merupakan fase bakteri Methanogenik menghasilkan removal
komponen organik yang terlarut dari air lindi. Removal komponen organik
tersebut terutama asam karboksilat yang menyebabkan kondisi menjadi
asam, berbau, dan memiliki kandungan BOD yang tinggi.(15)
F. Kadmium (Cd)
Kadmium adalah logam berwarna putih perak, lunak, mngkilap, tidak
larut dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan Kadmium Oksida bila
dipanaskan. Kadmium biasanya terdapat dalam kombinasi dengan klor (Cd
klorida) atau belerang (Cd sulfit). Kadmium (Cd) memiliki nomor atom 40,
berat atom 112,4, titik didih 767oC, titik leleh 321oC dan memiliki masa jenis
8,65 gr/cm3. Kadmium (Cd) dapat membentuk Cd2+ yang memiliki sifat tidak
stabil.(16)
Logam kadmium (Cd) memiliki karakteristik berwarna putih
keperakan mirip seperti logam aluminium, tahan terhadap panas, dan tahan
korosi. Kadmium dapat digunakan untuk elektrolisis, bahan pigmen untuk
industry enamel, cat, dan plastic. Kadmium biasanya dalam bentuk bercampur
dengan logam lain terutama dengan timah hitam dan seng.(17)
Persebaran logam kadmium sangat luat di alam. Berdsarkan sifat fisik
yang dimiliki, kadmium merupakan logam yang lunak dan memiliki warna
putih keperakan. Logam ini dapat menglami kerusakan apabila terkena uap
amoniak (NH3) dan sulfur hidroksida (SO2). Berdasarkan sifat kimia yang
dimilikinya, logam kadmium memiliki bilangan valensi 2+ sangat sedikit
logam kadmium yang memiliki valensi 1+. Bila dimasukkan kedalam larutan
82

yang mengandung ion OH, maka ion – ion Cd2+ akan mengalami
pengendapan.(18)
Logam kadmium (Cd) dapat mengalami proses biotransformasi dan
bioakumulasi didalam tubuh organisme hidup (manusia, hewan, dan
tumbuhan). Dalam tubuh biota perairan jumlah logam kadmium (Cd) yang
terakumulasi akan terus mengalami peningkatan (biomagnifikasi) dan didalam
rantai makanan biota yang tertinggi akan mengalami proses bioakumulasi
yang lebih banyak.(18)
G. Dampak Kadmium (Cd) terhadap Kesehatan
Kadmium (Cd) dalam tubuh akan terakumulasi pada hati dan terikat
sebagai metalotionein yang mengandung unsur sistein, dimana kadmium
terikat dalam gugus sufhidril yang terdapat pada enzim seperti karboksil
sisteinil, hidroksil, histidil, dan fosfat dari protein purin. Pengaruh toksisitas
kadmium disebabkan oleh interaksi antara kadmium dan protein tersebut,
sehingga dapat menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim dalam
tubuh.(20)
Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya
dikarenakan elemennya berisiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium
berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu yang panjang dan dapat
terakumulasi pada hati dan ginjal.(18)
Gejala keracunan kadmium dapat terjadi secara akut dan kronis.
Gejala akut keracunan kadmium yaitu sesak dada, nafas pendek, sakit kepala,
menggigil, nafas terengah – engah, distress, kerongkongan kering, dan
kematian. Sementara gejala kronis keracunan kadmium yaitu nafas pendek,
kemampuan mencium bau menurun, berat badan turun, gigi terasa ngilu dan
gigi berwarna kuning keemasan.(19)
Menurut Palar (2004), efek kronis akibat keracunan kadmium pada
manusia dapat dikelompokkan sebagai berikut : (18)
a. Efek kadmium terhadap ginjal
92

Kadmium dapat menyebabkan gangguan dan kerusakan pada ginjal.


Kerusakan yang terjadi pada sistem ginjal dapat dideteksi dari tingkat
jumlah kandungan protein yang terdapat dalam urine. Tanda yang dapat
terjadi apabila ginjal mengalami kerusakan yaitu terjadinya asam
amniouria dan glikosuria, serta ketidaknormalan kandungan asam urat
kalsium dan fosfor dalam urine.
b. Efek kadmium terhadap tulang
Keracunan kadmium dapat berefek pada kerapuhan tulang. Gejala rasa
sakit pada tulang dapat menyebabkan sulit untuk berjalan. Hal tersebut
pernah terjadi pada pekerja industry yang menggunakan kadmium.
Penyakit tersebut dinamakai “itai – itai”.
c. Efek kadmiun terhadap paru
Keracunan kadmium melalui terhirupnya uap dan atau debu kadmium
dapat mengakibatkan kerusakan terhadap organ respirasi paru – paru.
Kerusakan paru – paru tersebut dapat terjadi sebagai akibat dari keracunan
kronis yang disebabkan oleh kadmium.
d. Efek kadmium terhadap organ reproduksi
Daya racun yang dimiliki oleh kadmium dapat mempengaruhi sistem
reproduksi beserta organ – organnya. Pada konsentrasi tertentu kadmium
dapat mematikan sel – sel sperma pada laki – laki. Hal tersebut yang
menjadi dasar bahwa terpapar oleh uap kadmium dapat mengakibatkan
impotensi.
H. Zeolit
Zeolite terdapat secara alami didaerah batuan sedimen yang berada di
sekitar daerah gunung api atau mengendap sebagai batuan sedimen.
Komposisi kimia zeolite alam ini banyak tergantung pada kondisi hidrotermal
lingkungan, seperti suhu, komposisi air, dan tekanan uap air setempat. Hal ini
yang menyebabkan zeolite alam dari suatu lokasi memiliki warna dan tekstur
yang sama namun berbeda dalam komposisi kimia.(21)
102

Zeolite tidak mengalami perubahan struktur yang berarti bila


dipanaskan pada suhu tinggi serta tahan terhadap oksidasi dan reduksi. Pada
pemanasan 6000C, sebagian zeolite tidak memberikan perubahan posisi ion
dalam Kristal, serta tidak menyebabkan perubahan struktur. Beberapa jenis
zeolite tahan terhadap perlakuan kimia pada pH < 3 dan pH > 12.(22)
Penggunaan zeolite dalam bidang industri, akan memerlukan
modifikasi struktur untuk endapan zeolite dengan kualitas yang baik.
Impuritis mineral (kalsit dan felspar) yang terdapat pada zeolite alam harus
dipiskan dengan menggunakan perlakuan secara kimia. Beberapa tahapan
perlakuan secara kimia dapat dilakukan antara lain yaitu pencucian dengan air
bebas mineral secara reflux untuk melarutkan impuritis garam anorganik dan
kalsit, serta perlakuan dengan HCL, NaCl, KCl dan sebagainya untuk
membentuk unikation zeolite, misalnya H – zeolite, Na – zeolite atau K –
zeolite.(23)
Penggunaan zeolite dalam pengolahan limbah industri sangat ideal
karena mencakup proses pengolahan limbah cair, proses immobilisasi limbah
dan sebagai bahan pengisi (backfill material) pada sistem penyimpanan
limbah. Limbah industri merupakan salah satu pencemar air sungai yang
memberikan kontribusi cukup besar disamping limbah domestik rumah tangga
dan pertanian. Zeolite klinoptilolit dan mordernit dapat digunakan untuk
menyerap logam berat salah satunya adalah kadmium (Cd).(23)
112

Anda mungkin juga menyukai