Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah merupakan salah satu masalah terbesar yang sampai saat ini belum dapat
diatasi oleh pemerintah Indonesia. Salah satu penyebab dari permasalahan ini
diantaranya adalah volume sampah terus meningkat setiap harinya, namun upaya
untuk mengurangi sampah tersebut sangat minim.
Selama ini pemerintah Indonesia menyediakan tempat pembuangan akhir (TPA)
yang hanya berfungsi sebagai tempat pengumpulan sampah dan kurang
menghiraukan dampak jangka panjang yang ditimbulkan dari penimbunan sampah
tersebut. Hal ini memberikan pengaruh buruk terhadap lingkungan, seperti halnya
berkembangnya sarang penyakit, terutama pada beberapa TPA yang dekat dengan
pemikiman yang dapat mengganggu kesehatan warga di sekitar TPA tersebut.
Berdasarkan sifatnya, limbah atau sampah dibedakan menjadi dua yaitu sampah
organik dan anorganik. Komposisi sampah organik dalam masyarakat lebih
banyak dibandingkan dengan sampah anorganik yaitu 60-70 % dari total volume
sampah. Karena pada dasarnya sampah organik merupakan sampah alam dari sisa
pemenuhan kebutuhan manusia. Beberapa produsen penghasil sampah terbesar
diantaranya: industri, pasar, pemukiman padat penduduk, termasuk diantaranya
adalah pondok pesantren, dll.
Sebagai pemukiman padat penduduk, pondok pesantren memberikan sumbangan
pemasukan sampah organik (limbah sayuran) yang cukup besar, namun dalam
kenyataannya, sampah tersebut hanya dibuang begitu saja tanpa ada inisiatif untuk
memanfaatkannya menjadi barang berguna.
Sebenarnya, pengolahan sampah rumah tangga bisa diupayakan untuk
meminimalisir permasalahn ini. Karena pada dasarnya sampah organik dapat
diuraikan yang akan memberikan nilai tambah untuk masyarakat dan lingkungan
khususnya di sektor pertanian.
2

Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara agraris dengan mata
pencaharian utama penduduknya sebagai petani. Namun beberapa tahun
belakangan ini telah terjadi degradasi kesuburan tanah yang diindifikasikan
dengan rendahnya kandungan bahan organik dalam tanah. Komponen C-organik
dari 65 % tanah persawahan di Indonesia di bawah 1 %, yang seharusnya di atas
2 %. Artinya tanah itu sudah sangat rusak dan kelelahan. Hal itu disebabkan oleh
kesuburan tanah yang semakin menurun yang salah satu faktornya adalah,
pemberian pupuk kimia secara terus menerus dengan jumlah melebihi dosis.
Selain itu dampak dari pemakaian bahan-bahan kimia tersebut banyak berimbas
pada kesehatan manusia.
Disisi lain, biaya produksi pertanian kian hari kian meningkat akibat semakin
mahalnya harga sarana produksi khususnya pupuk dan obat-obatan pertanian. Hal
ini semakin menambah deretan daftar permasalahan dalam sektor ini.
Pemanfaatan limbah pesantren sebagai pupuk organik cair merupakan salah satu
alternatif tawaran solusi dari permasalahan tersebut. Dengan cara mengolah
limbah yang selama ini dianggap menimbulkan banyak masalah menjadi bahan
organik yang bermanfaat bagi sektor pertanian. Pada perspektif yang lebih luas,
upaya ini diharapkan dapat berkontribusi dalam mendukung upaya pemerintah
demi terwujudnya pertanian organik guna meningkatkan kualitas kesejahteraan
petani dan kesehatan masyarakat.
Oleh sebab itu, berdasarkan uraian di atas, dipandang perlu untuk diadakan kajian
tentang pemanfaatan limbah pesantren menjadi pupuk organik cair.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, di buat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana teknik pengolahan pemanfaatan limbah pesantren sebagai pupuk
organik cair (POC) ?
2. Bagaimana kandungan unsur hara dari pengolahan pemanfaatan limbah
pesantren sebagai pupuk organik cair (POC) ?
3. Bagaimana manfaat dari pengolahan pemanfaatan limbah pesantren sebagai
pupuk organik cair (POC) ?
3

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui teknik pengolahan pemanfaatan limbah pesantren sebagai
pupuk organik cair (POC).
2. Untuk mengetahui kandungan unsur hara dari pengolahan pemanfaatan limbah
pesantren sebagai pupuk organik cair (POC).
3. Untuk mengetahui manfaat dari pengolahan pemanfaatan limbah pesantren
sebagai pupuk organik cair (POC).



















4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah
Limbah merupakan suatu bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan
proses produksi, baik dalam industri maupun domestik (rumah tangga). Bentuk
limbah dapat berupa cair, padat maupun gas (debu).
Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Pada umumnya,
komponen pencemaran air terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan
organik, dan bahan buangan anorganik.

Gambar 1. Limbah Cair
Berdasarkan kemampuan proses penguraian oleh alam (biodegradability), maka
limbah cair dapat dibagi menjadi :
1. Biodegradable yaitu limbah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses
biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan,
sampah pertanian dan perkebunan.
2. Non-biodegradable yaitu limbah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi.
Limbah cair non-biodegradable dapat dibagi lagi menjadi :
a. Recyclable : sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena
memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
5

b. Non-recyclable : sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat
diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal
dan lain-lain.
Macam-macam limbah cair meliputi :
1. Limbah hitam yaitu limbah cair yang dihasilkan dari toilet. Limbah ini
mengandung patogen yang berbahaya.
2. Limbah rumah tangga yaitu sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar
mandi dan tempat cucian.
Limbah yang memiliki jumlah besar, didominasi oleh aktifitas industri. Hampir
semua produk industri akan menjadi limbah pada suatu waktu, dengan jumlah
sampah yang akan sama dengan jumlah konsumsi. Pencegahan limbah cair pada
pabrik-pabrik dapat dilakukan dengan cara tidak membuang limbah sembarangan
misalnya pembuangan dilakukan di dalam selokan.
Limbah gas bersumber dari cemaran aktivitas manusia (antropogenik) seperti :
kendaraan bermotor, pabrik, instalasi atau aktivitas yang mengemisikan cemaran
udara primer ke atmosfer. Katagori sumber antropogenik meliputi :
1. sumber tetap (stationery source) seperti : pembangkit energi listrik dengan
bakar fosil, pabrik, rumah tangga, jasa, dan lain-lain.
2. sumber bergerak (mobile source) seperti : truk, bus, pesawat terbang dan kereta
api. Proses pencemaran udara semua spesies kimia yang dimasukkan atau
masuk ke atmosfer yang bersih disebut kontaminan. Kontaminan pada
konsentrasi yang cukup tinggi dapat mengakibatkan efek negatif terhadap
penerima (receptor), bila ini terjadi, kontaminan disebut cemaran (pollutant).

Gambar 2. Limbah Gas
6

Menurut cara pencemaran masuk atau dimasukkan ke atmosfer, cemaran dibagi
menjadi 2 katagori yaitu:
1. Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari sumber
cemaran. Cemaran primer yang secara total memberikan lebih dari 90%
pencemaran udara global meliputi : Karbon monoksida (CO), Nitrogen oksida
(Nox), Hidrokarbon (HC), Sulfur oksida (SOx), dan Partikulat.
2. Cemaran sekunder adalah cemaran yang memberikan dampak sekunder
terhadap komponen lingkungan ataupun cemaran yang dihasilkan akibat
transformasi cemaran primer menjadi bentuk cemaran yang berbeda. CO
(karbon monoksida), Cemaran asap kabut atau smog (smoke fog), Hujan
asam, CFC (Chloro-Fluoro-Carbon/Freon), dan CH
4
(metana) merupakan
cemaran sekunder yang dapat mengakibatkan dampak penting baik lokal,
regional maupun global.
Limbah yang beracun dan berbahaya dikenal sebagai limbah B3 (Limbah
Berbahaya dan Beracun). Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 apabila
mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya dapat
merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan
manusia. Limbah B3 meliputi bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak
digunakan kembali karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli
bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan
tersebut termasuk limbah B3 apabila bersifat mudah meledak, mudah terbakar,
bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain
sebagainya.

Gambar 3. Sampah Dapur (Limbah Padat)
7

Sedangkan pada limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali
menjadi permasalahan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Sampah di bedakan
menjadi dua yaitu sampah domestik dan sampah bukan domestik. Sampah
domestik merupakan bahan-bahan buangan dari rumah atau dapur. Contohnya
sayur-sayuran serta sisa-sisa makanan. sedangkan sampah bukan domestik
merupakan bahan-bahan buangan yang dihasilkan dari industri. Setiap harinya
70% sampah yang dihasilkan merupakan sampah rumah tangga.
Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Sampah organik (basah)
Contoh : Sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah atau
sisa buah yang dapat mengalami pembusukan secara alami.
2. Sampah anorganik (kering)
Contoh : logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol yang tidak dapat mengalami
pembusukan secara alami.
3. Sampah berbahaya
Contoh : Baterai, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas.
Limbah memiliki konsentrasi dan kuantitas tertentu sehingga berdampak negatif
terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia. Tingkat bahaya keracunan
yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah,
yaitu : berukuran mikro, dinamis, berdampak luas (penyebarannya), dan
berdampak jangka panjang (antar generasi). Limbah padat banyak ditemui di
daerah industri, pertambangan serta pemukiman. Seperti halnya pada pondok
pesantren sebagai tempat pemukiman yang menghasilkan banyak sampah.
2.2 Pupuk Organik Cair (POC)
Definisi pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk
menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan suatu tanaman. Sedangkan
pupuk organik merupakan pupuk yang dibuat dari bahan-bahan alami seperti
sampah, kotoran sapi, kotoran kambing dan juga dari mahluk hidup yang telah
mati. Sehingga dapat di simpulkan bahwa Larutan MOL (Mikroorganisme Lokal)
adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya
8

yang tersedia baik dari tumbuhan maupun hewan. Larutan MOL mengandung
unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi
sebagai perombak bahan organik dalam tanah, perangsang pertumbuhan pada
tanaman, dan sebagai agen pengendali hama dan penyakit tanaman. Pupuk
organik, dapat dibedakan menjadi dua yaitu pupuk padat dan cair. pupuk cair
merupakan larutan yang membawa beberapa unsur yang dibutuhkan oleh
tanaman.
Fungsi dari bioreaktor yang telah teridentifikasi antara lain adalah penyuplai
nutrisi melalui mekanisme eksudat, kontrol mikroba sesuai kebutuhan tanaman,
menjaga stabilitas kondisi tanah menuju kondisi yang ideal bagi pertumbuhan
tanaman, bahkan kontrol terhadap penyakit yang dapat menyerang tanaman
(Purwasasmita, 2009).
Menurut Hadinata (2008), secara terperinci bahan utama dalam MOL terdiri dari 3
jenis komponen antara lain :
a. Karbohidrat
Karbohidrat dapat diperoleh dari air cucian beras, nasi basi, limbah singkong,
kentang atau gandum dan lain-lain yang mengandung konsentrasi karbohidrat
tinggi.
b. Glukosa
Larutan gula pasir, gula merah dan gula batu merupakan larutan yang
mengandung konsentrasi glukosa yang tinggi. Glukosa juga bisa diperoleh dari
air kelapa.
c. Bakteri
Bakteri bisa diperoleh dari limbah sayur-sayuran yang sudah membusuk atau
bahan-bahan yang lainnya yang mengandung bakteri yang berguna untuk
tanaman dan kesuburan tanah seperti pada limbah sayur-sayuran mengandung
bakteri Saccharomyces sp., azospirillum sp., azotobacter sp., bacillus sp. dan
bakteri pelarut phospat.



9

1. Saccharomyces sp
Saccharomyces adalah genus dalam kerajaan jamur yang meliputi banyak spesies
ragi. Banyak anggota genus ini dianggap sangat penting dalam produksi makanan.
Salah satu contohnya adalah saccharumyces cerevisiae , yang digunakan dalam
pembuatan anggur, roti dan bir. Anggota lain dari genus ini termasuk bayanus
saccharomyces, digunakan dalam pembuatan anggur, dan boulardii
saccharomyces, digunakan dalam pengobatan




Gambar 4. Saccharomyces sp
2. Azospirillum sp.
Azospirillum sp merupakan bakteri tanah penambat nitrogen nonsimbiotik.
Azospirillum sp dapat digunakan sebagai biofertilizer karena mampu menambat
nitrogen (N
2
) 40-80 % dari total nitrogen dalam rotan dan 30 % nitrogen pada
tanaman jagung (Eckert at al, 2001). Bakteri tersebut juga menghasilkan hormon
pertumbuhan hingga 285,51 mg/liter dari total medium kultur, sehingga dapat
meningkatkan efisiensi pemupukan (Akbari at al, 2007).

Gambar 5. Azospirillum sp

10

3. Azotobacter sp.
Azotobacter adalah genus bakteri yang biasanya memiliki ciri-ciri motil, oval atau
bulat yang membentuk kista berdinding tebal dan dapat menghasilkan dalam
jumlah besar lendir kapsuler. Mereka adalah aerobik, mikroba tanah yang hidup
bebas yang memainkan peran penting dalam siklus nitrogen di alam, mengikat
nitrogen atmosfer, yang tidak bisa diakses untuk tanaman, dan melepaskannya
dalam bentuk ion amonium dalam tanah. Perwakilan pertama dari genus,
Azotobacter chroococcum, ditemukan dan dijelaskan pada 1901 oleh ahli botani
Belanda dan mikrobiologi Martinus Beijerinck. Azotobacter adalah bakteri Gram-
negatif. Mereka ditemukan di tanah netral dan alkali, dalam air dan dalam
hubungannya dengan beberapa tanaman.
.
Gambar 6. Azotobacter sp
4. Bacillus sp.
Bacillus adalah genus dari Gram-positif berbentuk batang bakteri dan anggota dari
divisi Firmicutes. spesies Bacillus dapat obligat aerob atau anaerob fakultatif, dan
tes positif untuk enzim katalase. Ubiquitous di alam, Bacillus dapat hidup bebas
dan merupakan spesies patogen. Dalam kondisi lingkungan stres, sel-sel
memproduksi oval endospora yang dapat tetap aktif untuk waktu yang lama.
Karakteristik ini awalnya didefinisikan genus, tetapi tidak semua spesies tersebut
terkait erat, dan telah banyak dipindahkan ke marga lain. Banyak spesies
Bacillus dapat mengeluarkan dalam jumlah besar enzim.
11


Gambar 7. Bacillus sp
















12

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengolahan Limbah Pesantren Menjadi Pupuk Organik Cair (POC)
Tidak bisa dipungkiri bahwa limbah pesantren menimbulkan banyak masalah.
Pencemaran lingkungan merupakan salah satu yang terkena dampaknya.
Lingkungan menjadi rusak dan kelihatan kumuh jika sampah-sampah dibiarkan
menumpuk dan tidak ada upaya pengolahanya. Terutama sampah organik seperti
limbah dapur dari pesantren. Jika setiap orang membuang sampah organik
sebanyak 100 gram/hari sehingga bisa dikatakan bahwa setiap pesantren besar
yang rata-rata jumlah santrinya tidak kurang dari 2000 orang maka pesantren
tersebut membuang sampah organik sebanyak 200 kg/hari. Hal ini tentu saja
sangat mengkhawatirkan bagi keseimbangan ekosistem dan kesehatan lingkungan.
Tumpukan sampah organik tersebut akan terurai dan menghasilkan gas yang
berbau busuk. Selain itu, tumpukan sampah tersebut dapat menjadi sarang
penyakit karena kuman dan bakteri dapat berkembang biak dengan baik di tempat
seperti ini.
Oleh karena itu, pengolahan sampah-sampah organik menjadi bahan berguna
harus segera dilakukan, mengingat volume sampah terus bertambah yang
diakibatkan karena pertumbuhan penduduk Indonesia yang cenderung cepat.
Pengolahan sampah tersebut tidak hanya dapat menyelesikan persoalan
penumpukan sampahnya saja tetapi juga dapat menghasilkan produk yang
bermanfaat juga ramah lingkungan.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengolah sampah organik menjadi
sesuatu yang bermanfaat, salah satunya dengan menimbun sampah-sampah
organik tersebut di dalam tanah dalam kurun waktu yang sangat lama. Sehingga
dari proses tersebut, sampah akan mengurai dan dapat menghasilkan tanah humus.
Namun cara seperti ini sama sekali tidak efektif karena proses penguraian tersebut
membutuhkan waktu yang sangat lama. Salah satu cara pengolahan sampah
organik adalah dengan mengubah sampah organik menjadi pupuk organik cair.
13

Pupuk organik cair (POC) merupakan pupuk organik yang berbentuk cair yang
dibuat dari bahan-bahan alami seperti sampah, kotoran sapi, kotoran kambing dan
juga dari mahluk hidup yang telah mati . POC bisa diperoleh dari pembuatan
mikroorganisme lokal (MOL). Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang
berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia baik dari tumbuhan
maupun hewan. Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga
mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik dalam
tanah, perangsang pertumbuhan pada tanaman, dan sebagai zat pengendali hama
dan penyakit tanaman.
Pembuatan MOL dapat dilakukan dengan pengolahan terhadap zat-zat organik.
Dari proses-proses pengolahan tersebut akan diperoleh organisme-organisme non
patogen yang berbeda-beda sesuai dengan zat organik yang diolah.
Tabel 1. Jenis-jenis Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL) dan Peranannya
No Jenis MOL Peranan dan Aplikasi
1 Limbah dapur
Memperbaiki struktur fisika, biologi dan kimia tanah,
aplikasinya umur 0 hari atau saat pengolahan tanah
2 Buah-buahan
Untuk membantu pengisian malai (bulir padi) agar
lebih berisi
3
Daun gamal /
klereside
Untuk penyubur daun tanaman, aplikasinya umur 30
HST
4 Sayuran Merangsang tumbuhnya malai (bulir padi)
5 Rebung
Merangsang pertumbuhan tanaman, aplikasinya umur
15 HST
6 Protein
Sebagai nutrisi tambahan bagi tanaman, aplikasinya
umur 15 HST
7 Bonggol pisang
Zat pengurai (dekomposer) pada saat pembuatan
kompos, aplikasinya umur 10, 20, 30 dan 40 HST
8
Mimbo dan
kemangi
Untuk mencegah penyakit tanaman
Sumber : Hersanti dan Entun Santosa, 2009.
14

Prinsip kerja mikroorganisme lokal (MOL) adalah organisme-organisme di dalam
MOL tersebut berfungsi sebagai bakteri penyubur tanah dan juga mengandung
hormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT) untuk lebih memacu
perkembangan sel-sel tanaman, seperti : Giberellin, Sitokinin dan Auksin. Peran
MOL juga sebagai komponen bioreaktor yang dapat menjaga proses tumbuh
tanaman secara optimal. Fungsi bioreaktor diantaranya adalah penyuplai nutrisi
melalui mekanisme eksudat, kontrol mikroba yang dibutuhkan tanaman, menjaga
stabilitas kondisi tanah yang ideal bagi pertumbuhan tanaman bahkan kontrol
terhadap penyakit yang menyerang tanaman (Purwasasmita, 2009).
Kelebihan dari penerapan mikroorganisme lokal (MOL) pada pertanian
diantaranya adalah :
1. Pupuk organik yang dihasilkan oleh mikroorganisme lokal (MOL)
mengandung unsur hara yang komplek dan mikroba yang bermanfaat.
2. Mengandung Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) berupa hormon Giberellin, Sitokinin
dan hormon Auksin.
3. Pupuk yang ramah lingkungan.
4. Dapat melindungi biota tanah.
5. Dapat memperbaiki kualitas tanah dan hasil panen.
Hormon Giberellin, Sitokinin dan hormon Auksin sangat bermanfaat untuk
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, seperti penjelasan dalam tabel berikut
ini.

15

Tabel 2. Jenis-Jenis Hormon Tumbuhan dan Pengaruhnya pada Tumbuhan
Hormon
Pengaruh
Auksin, misalnya IAA
Mendorong pemanjangan batang, pertumbuhan akar,
diferensiasi sel dan percabangan, pertumbuhan buah,
dominansi apikal, fototropisme dan geotropisme
Sitokinin, misalnya
zeatin
Mempengaruhi pertumbuhan akar dan diferensiasi
akar; mendorong pembelahan, pertumbuhan sel,
perkecambahan dan pembungaan; menghambat
penuaan
Giberelin, misalnya GA
3
Mendorong perkecambahan biji dan tunas,
pemanjangan batang, pertumbuhan daun;
mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar
Sumber : Pratiwi, D.A., Sri Maryati, Srikini, Suharno, Bambang S, 2006.
Konsep dasar yang diterapkan pada pembuatan mikroorganisme lokal ini adalah
merujuk pada konsep zero waste yakni pengolahan terlebih dahulu terhadap
sampah sebelum dibuang. Namun, dengan adanya pembuatan mikroorganisme
lokal (MOL) ini, sampah organik tidak akan menjadi barang buangan saja
melainkan menjadi pupuk organik.





Bagan 1. Prinsip Kerja Bahan Organik
16

Dalam proses pembuatan mikroorganisme lokal (MOL) akan diperoleh dua hasil
sekaligus. Pertama, pembuatan MOL akan menghasilkan ampas yang dapat
digunakan sebagi pupuk kompos. Kedua, pada proses pembuatan MOL juga akan
diperoleh sarinya yang mana dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair
(POC).
Adapun langkah-langkah serta ketentuan pada pengolahan limbah organik
pesantren menjadi pupuk organik cair (POC) berbasis MOL adalah sebagai
berikut :
1. Alat dan bahan
- 100 kg limbah sayuran
- Garam 5 % dari berat bahan (5 kg)
- Gula merah 2 % dari cairan setelah diproses selama 24 hari
- Drum plastik ukuran 200 liter
- Plastik transparan
- Tali rafia
- 10 liter air cucian beras
2. Cara pembuatan
- Limbah sayuran diiris-iris hingga menjadi potongan kecil dan dimasukkan
ke dalam drum plastik
- Setiap lapisan setebal 20 cm ditaburkan garam sampai merata, kemudian
dilanjutkan dengan berlapis-lapis sampai kedua bahan habis
- Tambahkan air cucian beras sebanyak 10 liter
- Drum ditutup rapat dengan plastik dan diatasnya diberi air sehingga
tampak plastik cekung yang terisi air
- Setelah 3-4 minggu drum bisa dibuka, dan akan tampak cairan berwarna
kuning kecoklatan dan mempunyai pH 3-5
- Tambahkan gula sebanyak 2 ons dan diaduk hingga merata.



17









Gambar 8. Proses pembuatan MOL
3. Cara penggunaan
a. Pengomposan
Berfungsi untuk mempercepat proses peleburan bahan organik. Berikut
merupakan proses pengomposan dengan menggunakan larutan MOL :
- Campurkan 1 liter larutan MOL yang telah dibuat sebelumnya dengan 10
liter air tawar
- Tambahkan 2 ons gula
- Siramkan larutan pada bahan organik yang akan dikomposkan
b. Pupuk
- Campurkan 400 cc larutan MOL dengan 14 liter air tawar dan kemudian
aduk sampai merata
- Berikan pada tanaman padi setiap pagi atau sore hari pada hari ke-10, 20,
30 dan 40 masa tanam.





Gambar 9. Penyemprotan MOL pada Tanaman Padi (Oryza sativa)
18

Upaya pembuatan pupuk organik cair (POC) berbasis mikroorganisme lokal
(MOL) dari limbah pondok pesantren seperti uraian diatas memberikan manfaat
ganda, disatu sisi menyelesaikan problem penumpukan volume sampah dan disisi
lain sebagai wujud sumbangsih nyata pondok pesantren dalam mendorong
terwujudnya pertanian organik di Indonesia yakni berupa pupuk organik yang
ramah lingkungan.
3.2 Hasil dari Pemanfaatan Limbah Pesantren Sebagai Pupuk Organik Cair
(POC)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hersanti dan Entun
Santosa pada tahun 2009 di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
menunujukkan bahwa larutan pupuk organik cair berbahan dasar MOL yang
dibuat dengan bahan dari limbah dapur yang berupa sayuran mempunyai
kandungan unsur hara yang sangat baik. Berikut merupakan tabel hasil analisis
unsur hara pada larutan MOL sayuran.
Tabel 3. Hasil Analisis Unsur Hara POC
Larutan MOL
% Ppm
pH C N PO
5
KO S C/N Fe Zn
Sayuran 3,45 22,77 1,23 0,18 0,21 0,31 19 7,67 3,07
Sumber : Hersanti dan Entun Santosa, 2009.

Pupuk organik cair berbahan dasar MOL dari limbah sayuran ini dapat berfungsi
untuk memperbaiki struktur fisika, biologi dan kimia tanah serta dapat
merangsang tumbuhnya malai (bulir padi) pada tanaman padi. Hal ini disebabkan
karena didalamnya terkandung berbagai unsur hara esensial dan juga mengandung
bakteri penyubur tanah serta juga mengandung hormon yang berfungsi sebagai zat
pengatur tumbuh (ZPT) untuk lebih memacu perkembangan sel-sel tanaman,
seperti : Giberellin, Sitokinin dan Auksin. Peran kandungan MOL-nya juga dapat
19

menjadi komponen bioreaktor yang dapat menjaga proses tumbuh tanaman secara
optimal.
Sebagai bahan perbandingan, berikut ini kami tambahkan tabel hasil analisis
unsur hara 6 jenis pupuk organik cair berbahan dasar MOL lainnya.
Tabel 4. Hasil Analisis Unsur Hara 6 Jenis Pupuk Organik Cair
Berbahan Dasar MOL lainnya
Larutan MOL
% Ppm
pH C N PO
5
KO S C/N Fe Zn
Buah papaya 4,01 24,55 1,16 0,05 0,07 0,62 21 3,18 1,27
Daun klereside 4,6 28,86 2,43 0,04 0,05 0,32 12 8,71 3,48
Bonggol pisang 3,69 26,82 1,73 0,10 0,13 0,34 16 3,30 1,32
Nasi 4,41 24,92 1,04 0,12 0,13 0,20 24 2,09 0,84
Ikan asin 3,66 23,47 1,66 0,32 0,36 0,23 14 3,49 1,40
Rebung 3,64 24,92 1,62 0,08 0,09 0,32 15 2,70 1,08
Sumber : Hersanti dan Entun Santosa, 2009.







20

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Limbah dapur pesantren dapat diolah menjadi Pupuk Organik Cair (POC)
berbasis MOL (mikro organisme lokal) melalui sistem pengolahan sampah
organik dan pendiaman selama 3-4 minggu untuk proses fermentasi.
2. Pupuk Organik Cair (POC) berbasis MOL (mikro organisme lokal) yang
dihasilkan mengandung berbagai unsur hara esensial (C 22.77%, N 1.23%,
PO
5
0.18%, KO 0.21%, S 0.31%, Fe 7.67% dan Zn 3.07%. Pupuk ini juga
mengandung bakteri penyubur tanah serta juga mengandung hormon yang
berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT) yakni Giberellin, Sitokinin dan
Auksin.
3. Pemanfaatan limbah pesantren sebagai Pupuk Organik Cair (POC)
memberikan banyak keuntungan, selain dapat mengurangi volume sampah
organik, pemanfaatan limbah ini juga dapat mendukung upaya pemerintah
demi terwujudnya pertanian organik guna meningkatkan kualitas
kesejahteraan petani dan kesehatan masyarakat.
4.2 Saran
Berdasarkan penelitian dan pembahasan mengenai sistem kolam pola bakteri,
maka masih perlu:
1. Dukungan dari pemerintah untuk mensosialisasikan dan memperluas
pemanfaatan sampah organik sebagai Pupuk Organik Cair (POC).
2. Pembinaan secara rutin untuk menjamin pengetahuan dan ketrampilan para
petani agar mereka mampu memanfaatkan sampah organik sebagai Pupuk
Organik Cair (POC).
3. Sosialisasi mengenai pemanfaatan sampah organik sebagai Pupuk Organik
Cair (POC) dikalangan pelajar sebagai generasi penerus bangsa.

21

DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, D.A., Sri Maryati, Srikini, Suharno, Bambang S. 2006. BIOLOGI untuk
SMA kelas XII. Jakarta: Erlangga. (10 Agustus 2011)
Hadisuwito, Sukamto. 2007. Membuat Pupuk Organic Cair. Jakarta: Agro Media.
(10 Agustus 2011)
Training of Trainer (TOT) System of Rice Intensification (SRI) Jombang 2009.
(10 Agustus 2011)
htpp://id.wikipedia.org/wiki/Limbah (12 Agustus 2011)
htpp://gbioscience05.wordpress.com/2008/04/22/masalah-sampah-di-indonesia-
dan-solusinya/ (12 Agustus 2011)
htpp://id.wikipedia.org/wiki/Sampah (12 Agustus 2011)
http://en.wikipedia.org/wiki/ Saccharomyces sp (12 Agustus 2011)
http://en.wikipedia.org/wiki/Azotobacter (12 Agustus 2011)
http://en.wikipedia.org/wiki/Bacillus (12 Agustus 2011)
htpp://en.wikipedia.org/wiki/Rhizobium (12 Agustus 2011)
htpp://en.wikipedia.org/wiki/Azospirilium (12 Agustus 2011)
http://pertanianorganik-yuliusbari.blogspot.com/2011/02/pupuk-organik-cair-
mol.html (12 Agustus 2011)
http://www.scribd.com/doc/16652801/PENGERTIAN-LIMBAH (12 Agustus
2011)
http://www.jakartabersih.com/articles/29/pemanfaatan-sampah-rumah-tangga-
menjadi-pupuk-organik/ (12 Agustus 2011)


22

Lampiran 1 :
BIODATA PESERTA

Nama Lengkap : Masrul Hidayatullah
Tempat, tanggal lahir : Jombang, 25 Pebruari 1994
Jenis kelamin : laki - laki
Kelas : XII IPA
Sekolah : SMA Islam Terpadu Misykat AlAnwar Jombang
Nama orang tua : Sartono
Email : beone_dayat@yahoo.com















23

BIODATA PESERTA

Nama Lengkap : Aty Roudloh
Tempat, tanggal lahir : Jombang, 3 Pebruari 1994
Jenis kelamin : Perempuan
Kelas : XII IPA
Sekolah : SMA Islam Terpadu Misykat AlAnwar Jombang
Nama orang tua : Imam Ghozali
Email : atymar45@yahoo.co.id














24

BIODATA PESERTA

Nama Lengkap : Azzah Fauziyah Cholis
Tempat, tanggal lahir : Nganjuk, 2 September 1994
Jenis kelamin : Perempuan
Kelas : XII IPA
Sekolah : SMA Islam Terpadu Misykat Al Anwar Jombang
Nama orang tua : H.Moh. Nur Cholis
Email : azzowrhe@ymail.com













25

Lampiran 2 :
BIODATA PEMBIMBING

Nama : Ahmad Faqih,S.P.
Tempat dan tanggal lahir : Bojonegoro, 12 Mei 1979
Alamat : Dusun Sukomulyo Desa Blimbing Kecamatan
Gudo Jombang Jawa Timur
Email : faqih_undar@yahoo.com
Nomor HP : 08155214090
Hasil Karya Tulis Ilmiah :
1. Kajian fluktuasi harga cabai di Jawa Timur tahun 1990-1998
2. Penyusunan human development index Kab. Jombang tahun 2005 sd.
2010
3. Kajian pembuatan lubang biopori (lubang barokah) di Kecamatan
Wonosalam Kab. Jombang tahun 2011

Anda mungkin juga menyukai