Anda di halaman 1dari 16

KLIPING KIMIA

KELOMPOK 3
NASWA WANDA
TRISYAH M SUITELA

THOMAS ISAYAS TINGGIN


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akibat dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas lainnya maka bertambah
pula buangan/limbah yang dihasilkan. Limbah/buangan yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi
masyarakat sering disebut limbah domestik atau sampah. Limbah tersebut menjadi permasalahan
lingkungan karena kuantitas maupun tingkat bahayanya mengganggu kehidupan makhluk hidup lainnya.
Selain itu aktifitas industri yang kian meningkat tidak terlepas dari isu lingkungan. Industri selain
menghasilkan produk juga menghasilkan limbah. Dan bila limbah industri ini dibuang langsung ke
lingkungan akan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan.

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik
(rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah) atau juga dapat dihasilkan oleh alam yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki
nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik.

Kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah penanganan limbah ini tentunya tidak hanya
sekedar mengolahnya/ mendaur ulangnya langsung tanpa memperhatikan jenis limbah dan cara
penangannanya klarena dari setiap limbah yang ada mempunyai ciri berbeda terhadap dampak yang
ditimbulkanya.

B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan pengertian Limbah

2. Menjelaskan karakteristik limbah industri kimia

3. Mengklasifikasikan limbah industri kimia

4. Menjelaskan Dampak penggunaan pestisida

5. Menjelaskan Dampak Limbah Industri

6. Menjelaskan Penanganan Limbah

C. Tujuan

1. Dapat membedakan berbagai jenis limbah

2. Untuk mengetahui karakteristik limbah

3. Untuk mengetahui klasifikasikan limbah

4. Untuk mengetahui Dampak penggunaan pestisida

5. Untuk mengetahui Dampak Limbah

6. Untuk mengetahui penanganan limbah


D. Manfaat

1. Dapat mengetahui pengertian limbah

2. Dapat mengetahui karakteristik

3. Dapat mengetahui klasifikasi limbah

4. Dapat mengetahui Dampak penggunaan pestisida

5. Dapat mengetahui dampak limbah

6. Dapat mengetahui penanganan limbah


BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Limbah

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik
(rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah) atau juga dapat dihasilkan oleh alam yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki
nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik.

2. Karakteristik Limbah Industri Kimia

Limbah mempunyai karakteristik sebagai berikut :

a. Berukuran mikro

Karekteristik ini merupakan karakterisik pada besar kecilnya limbah/ volumenya. Contoh dari limbah
yang berukuran mikro atau kecil atau bahkan tidak bias terlihat adalah limbah industri berupa bahan
kimia yang tidak terpakai yang di buang tidak sesuai dengan prosedur pembuangan yang dianjurkan.

b. Dinamis

pencemarannya yang tidak dalam waktu singkat menyebar dan mengakibatkan pencermaran. Biasanya
limbah dalam menyerbar di perlukan waktu yang cukup lama dan tidak diketahui dengan hanya melihat
saja. Hal ini dikarenakan ukuran limbah yang tidak dapat dilihat.

c. Berdampak luas (penyebarannya)

Luasnya dampak yang di timbulkan oleh limbah ini merupakan efek dari karakteristik limbah yang
berukuran mikro yang tak dapat dilihat dengan mata telanjang. Contoh dari besarnya dampak yang
ditimbulkan yaitu adanya istilah “Minamata disease” atau keracunan raksa (Hg) di Jepang yang
mengakibatkan nelayan-nelayan mengidap paralis (hilangnya kemampuan untuk bergerak karena
kerusakan pada saraf). Kejadian ini terajadi di Teluk Minamata dan Sungai Jintsu karena pencemaran
oleh raksa (Hg).

d. Berdampak jangka panjang (antar generasi)

Dampak yang ditimbulkan limbah terutama limbah kimia biasanya tidak sekedar berdampak pada orang
yang terkena tetapi dapat mengakibatkan turunannya mengalami hal serupa

3. Klasifkasi Limbah Industri Kimia

Limbah dapat di klasifikasikan sebagai berikut

A. Jika didasarkan asalnya, limbah dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

1. Limbah Organik

Limbah ini terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik seperti dari kegiatan rumah tangga, kegiatan
industri. Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami. Limbah pertanian
berupa sisa tumpahan atau penyemprotan yang berlebihan, misalnya dari pestisida dan herbisida,
begitu pula dengan pemupukan yang berlebihan. Limbah ini mempunyai sifat kimia yang setabil
sehingga zat tersebut akan mengendap kedalam tanah, dasar sungai, danau, serta laut dan selanjutnya
akan mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya. Sedangkan limbah rumah tangga dapat berupa
padatan seperti kertas, plastik dan lain-lain, dan berupa cairan seperti air cucian, minyak goreng
bekasdan lain-lain. Limbah tersebut ada yang mempunyai daya racun yang tinggi misalnya : sisa obat,
baterai bekas, dan air aki. Limbah tersebut tergolong (B3) yaitu bahan berbahaya dan beracun,
sedangkan limbah air cucian, limbah kamar mandi, dapat mengandung bibit-bibit penyakit atau
pencemar biologis seperti bakteri, jamur, virus dan sebagainya.

2. Limbah Anorganik

Limbah ini terdiri atas limbah industri atau limbah pertambangan. Limbah anorganik berasal dari sumber
daya alamyang tidak dapat di uraikan dan tidak dapat diperbaharui. Air limbah industri dapat
mengandung berbagai jenis bahan anorganik, zat-zat tersebut adalah :

 Garam anorganik seperti magnesium sulfat, magnesium klorida yang berasal dari kegiatan
pertambangan dan industri.

 Asam anorganik seperti asam sulfat yang berasal dari industri pengolahan biji logam dan bahan
bakar fosil.

 Adapula limbah anorganik yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti botol plastik, botol
kaca, tas plastik, kaleng dan aluminium.

B. Jika berdasarkan sumbernya limbah dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

1. Limbah Pabrik

Limbah ini bisa dikategorikan sebagai limbah yang berbahaya karena limbah ini mempunyai kadar
gasyang beracun, pada umumnya limbah ini dibuang di sungai-sungai disekitar tempat tinggal
masyarakat dan tidak jarang warga masyarakat mempergunakan sungai untuk kegiatan sehari-hari,
misalnya MCK (Mandi, Cuci, Kakus) dan secara langsung gas yang dihasilkan oleh limbah pabrik tersebut
dikonsumsi dan dipakai oleh masyarakat.

2. Limbah Rumah Tangga

Limbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga limbah ini bisa berupa
sisa-sisa sayuran seperti wortel, kol, bayam, slada dan lain-lain bisa juga berupa kertas, kardus atau
karton. Limbah ini juga memiliki daya racun tinggi jika berasal dari sisa obat dan aki.

3. Limbah Industri

Limbah ini dihasilkan atau berasal dari hasil produksi oleh pabrik atau perusahaan tertentu. Limbah ini
mengandung zat yang berbahaya diantaranya asam anorganik dan senyawa orgaik, zat-zat tersebut jika
masuk ke perairan maka akan menimbulkan pencemaran yang dapat membahayakan makluk hidup
pengguna air tersebut misalnya, ikan, bebek dan makluk hidup lainnya termasuk juga manusia

C. Jika didasarkan Wujudnya, limbah di kelompokkan sebagai berikut:

1) Limbah Cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn 2001). Jenis-
jenis limbah cair dapat digolongkan berdasarkan pada :

 Sifat Fisika dan Sifat Agregat . Keasaman sebagai salah satu contoh sifat limbah dapat diukur
dengan menggunakan metoda Titrimetrik

 Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA

 Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda Biru Indofenol

 Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD)

 Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN

 Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan metoda Titrimetrik

 Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA

2) Limbah padat

Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk
limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian
serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik,
metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll

3) Limbah gas dan partikel

Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah) yang mengandung
partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi),
karbon monoksida dan timah.

4) Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat
dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan
lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah
bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan,
tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus.
Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah
meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain,
yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.

D. Berdasarkan polimer penyusun mudah dan tidak terdegradasinya menurut Nusa Idaman Said,
2011, limbah dibagi menjadi dua golongan besar:

1) Limbah yang dapat mengalami perubahan secara alami (degradable waste = mudah terurai),
yaitu limbah yang dapat mengalami dekomposisi oleh bakteri dan jamur, seperti daun-daun, sisa
makanan, kotoran, dan lain-lain.

2) Limbah yang tidak atau sangat lambat mengalami perubahan secara alami (nondegradable
waste = tidak mudah terurai), misanya plastic, kaca, kaleng, dan sampah sejenisnya.
E. Berdasarkan sifatnya menurut A. K. Haghi, 2011, limbah terdiri atas enam jenis, yaitu:

1) Limbah mudah meledak, limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui proses kimia dapat
menghasilkan gas dengan suhu tekanan tinggi serta dapat merusak lingkungan.

2) Limbah mudah terbakar, bahan limbah yang mudah terbakar adalah limbah yang mengandung
bahan yang menghasilkan gesekan atau percikan api jika berdekatan dengan api.

3) Limbah reaktif, limbah reaktif adalah limbah yang memiliki sifat mudah bereaksi dengan oksigen
atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi dan dapat menyebabkan kebakaran.

4) Limbah beracun, limbah beracun atau limbah B3 adalah limbah yang mengandung racun
berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah ini mengakibatkan kematian jika masuk ke dalam laut.

5) Limbah korosif adalah limbah yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan dapat membuat
logam berkarat.

4. Dampak Pengunaan pestisida rama lingkungan

Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan
jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia. Dalam sejarah peradaban manusia, pestisida
telah cukup lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan dan bidang pertanian. Di bidang
kesehatan, pestisida merupakan sarana yang penting. Terutama digunakan dalam melindungi manusia
dari gangguan secara langsung oleh jasad tertentu maupun tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit
menular. Berbagai serangga vektor yang menularkan penyakit berbahaya bagi manusia, telah berhasil
dikendalikan dengan bantuan pestisida. Dan berkat pestisida, manusia telah dapat dibebaskan dari
ancaman berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam berdarah, penyakit kaki gajah,
tiphus dan lain-lain.

Dampak Negatif Pestisida

1. Dampak pestisida terhadap ekosistem sungai, ekosistem kolam, ekosistem rawa/danau dan
ekosistem perairan.

a. Dampak pestisida terhadap ekosistem sungai dan kolam

Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum, meracuni makanan
hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan
sebagainya. Pestisida juga dapat mengubah perilaku dan morfologi pada hewan. Selain itu dapat
meracuni dan membunuh biota laut seperti fitoplankton. Matinya fitoplankton berpengaruh pada rantai
makanan sehingga menyebabkan ekosistem air terganggu. Selain itu juga dapat menyebabkan kematian
pada ikan.

Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian) telah menyebabkan
pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi berlebihan). Ledakan pertumbuhan ini
menyebabkan oksigen, yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi
berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisi mereka menyedot lebih banyak oksigen.
Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan aktivitas bakteri menurun. Pencemaran air oleh pestisida dapat
berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum, meracuni makanan hewan,
ketidakseimbangan ekosistem sungai, danau dan dapat mempengaruhi kualitas air.
Yang dimaksud bahan-bahan beracun disini adalah semua senyawa, unsure maupun ion-ion yang secara
langsung dalam jumlah tertentu dapat berakibat mematikan bagi organisme hidup pada semua
tingkatan tropik. Digolongkan dalam kelompok ini adalah pestisida dan limbah industri. Pestisida dan
limbah industri yang masuk ke dalam ekosistem perairan akan mengalami biokonsentrasi, bioakumulasi
dan biomagnifikasi.

Sebagai contoh adalah fitolpankton yang setiap hari menyerap ion-ion anorganik dari

perairan laut (termasuk ion-ion logam berat). Kalau di dalam perairan terdapat 1 ppb Hg maka dalam
fitoplankton misalnya akan menjadi 5 ppb (biokonsentrasi). Zooplankton memakan 10 fitoplankton
maka zooplankton akan mengakumulasi 10 X 5 ppb = 50 ppb. Selama masa hidup zooplankton (± 60
hari) maka selama hidupnya zooplankton akan 40 mengakumulasi Hg dalam tubuhnya sebesar 60 X 50
ppb = 3.000 ppb = 3 ppm. Hal ini berlaku bagi tingkatan tropik lebih tinggi termasuk ikan kerang sampai
dengan manusia. Artinya, organisme dengan tingkat tropik paling tinggi merupakan organisme yang
potensial beresiko mengakumulasi paling banyak. Meningkatnya jumlah senyawa ataupun ion-ion toksik
seiring dengan meningkatnya tingkatan tripik disebut sebagaibiomagnifikasi (biological magnification).

Ada tiga senyawa kimia (bahan aktif pestisida) yang potensial toksik bagi lingkungan. Bahan aktif
tersebut adalah organokhlorin, organofosfat dan karbamat. Ketiga bahan aktif ini mewakili generasi
pestisida dalam kurun waktu yang berbeda. Organokhlorin merupakan bahan aktif dari pestisida yang
beredar dengan nama dagang DDT, Endrin, Dieldrin dll. Di alam senyawa ini memiliki waktu paruh yang
sangat lama (± 100 th), artinya dalam kurun waktu 100 tahun, di dalam lingkungan senyawa ini akan
meluruh setengahnya. Senyawa organokhlorin tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak, akibatnya
residu pestisida ini akan terdeposit di dalam lemak jaringan tubuh organisme dan bersifat karsinogenik.
Penggunaan pestisida ini dalam rumah tangga maupun pertanian lambat laun sebagian akan terdeposit
dalam ekosistem perairan laut. Residu organokhlorin akan terakumulasi di dalam jaringan lemak
berbagai organism perairan seperti plankton, kerang, ikan dan organisme perairan lainnya yang pada
akhirnya sampai pada manusia.

Organofosfat merupakan bahan aktif pestisida yang diproduksi sebagai pengganti senyawa
organokhlorin. Organofosfat merupakan bahan aktif dengan waktu paruh dalam lingkungan lebih
pendek (beberapa hari sampai beberapa bulan), larut dalam air dan bersifat sistemik. Pestisida ini
diproduksi dengan nama dagang sangat banyak antara lain adalah Diazinon, Malation, Monokrotofos,
Dursban dll. Dalam jumlah tertentu senyawa ini dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf
bahkan menyebabkan kematian. Sedangkan senyawa karbamat merupakan generasi pestisida setelah
organofosfat dan memiliki waktu tinggal di dalam lingkungan lebih pendek (beberapa hari) dan larut di
dalam air, sehingga efek jangka panjang pestisida ini dalam rantai makanan ekosistem perairan tidak
begitu nyata.

b. Dampak pestisida terhadap ekosistem rawa atau danau dan perairan

Pencemaran pestisida yang diaplikasikan di sawah beririgasi sebahagian besar menyebar di dalam air
pengairan, dan terus ke sungai dan akhirnya ke laut. Memang di dalam air terjadi pengenceran,
sebahagian ada yang terurai dan sebahagian lagi tetap persisten. Meskipun konsentrasi residu mengecil,
tetapi masih tetap mengandung resiko mencemarkan lingkungan. Sebagian besar pestisida yang jatuh ke
tanah yang dituju akan terbawa oleh aliran air irigasi.
Kegiatan dalam bidang pertanian, secara langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan kualitas
perairan danau menjadi menurun. Hal ini disebabkan karena residu dari penggunaan pupuk dan
pestisida akan mengalir ke badan air danau. Residu pestisida yang masuk ke perairan, proporsi utama
adalah terserap pada partikel tersuspensi dan partikel yang diam atau terpisah ke dalam substrat
organik.

Residu tersebut umumnya mempunyai sifat afinitas yang kuat terhadap komponen lipid dan bahan
organik yang hidup. Bahan aktif pestisida sukar dihilangkan setelah masuk ke badan perairan, karena
memiliki tingkat kestabilan yang cukup tinggi. Bahan aktif tersebut tidak mudah larut dalam air, tetapi
larut dalam lemak serta menempel pada partikel-partikel halus. Akibatnya residu pestisida akan
terkumpul dan terakumulasi dalam perairan, sehingga menyebabkan perairan menjadi tercemar dan
merusak ekosistem di dalamnya.

Dampak negatif dari penggunaan pestisida dalam bidang pertanian adalah berupa timbulnya
pencemaran terhadap lingkungan, baik lingkungan perairan, tanah dan udara maupun mahluk hidup
yang bukan sasaran. Pestisida masuk ke badan air melalui banyak jalur, misalnya limpasan dari daerah
pertanian, aliran dari persawahan, buangan limbah domestik, limbah perkotaan dan industri. Dalam
badan air, proporsi utama pestisida adalah terserap pada partikel tersuspensi dan partikel yang diam
atau terpisah ke dalam subtrat organik. Pestisida memperlihatkan afinitas yang kuat untuk komponen
lipid dan bahan organik. Jumlah pestisida yang tercakup tergantung pada karakteristik kimiawi dan
kelarutan pestisida serta karakteristik sedimen.

Pestisida dalam air dan tanah mengalami degradasi baik secara fisik maupun biologis. Jenis-jenis
pestisida persisten praktis tidak mengalami degradasi dalam air dan tanah, tetapi akan terakumulasi. Di
dalam badan air pestisida dapat mengakibatkan pemekatan biologis terutama pestisida yang persisten.
Pada saat pestisida memasuki suatu perairan, pestisida tersebut akan segera diserap oleh plankton,
hewan-hewan vertebrata akuatik, tanaman akuatik, ikan dan sebagian mengendap di sedimen.

Kadar pestisida yang tinggi dapat menimbulkan kematian organism akuatik secara langsung (keracunan
akut) yaitu kontak langsung atau melalui jasad lainnya seperti plankton, perifiton dan bentos, sedangkan
kadar rendah dalam badan air kemungkinan besar menyebabkan kematian organisme dalam waktu yang
lama yaitu akibat akumulasi pestisida dalam organ tubuhnya. Pada umumnya pestisida memperlihatkan
sifat lebih toksik terhadap zooplankton dan bentos dengan tingkat toksisitasnya bervariasi sangat luas,
tergantung jenis pestisida dan tingkat stadia komunitas yang bersangkutan.

2. Dampak pestisida terhadap ekosistem lahan sayuran horticultural dan ekosistem tanaman
perkebunan perakaran dangkal (kakao, kapas dan lada).

a. Dampak pestisida terhadap ekosistem lahan sayuran horticultural

Secara tidak sengaja, pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternak melalui mulut, kulit, dan
pernafasan. Sering tanpa disadari bahan kimia beracun tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa
menimbulkan rasa sakit yang mendadak dan mengakibatkan keracunan kronis. Seseorang yang
menderita keracunan kronis, ketahuan setelah selang waktu yang lama, setelah berbulan atau bertahun.
Keracunan kronis akibat pestisida saat ini paling ditakuti, karena efek racun dapat bersifat karsiogenic
(pembentukan jaringan kanker pada tubuh), mutagenic (kerusakan genetik untuk generasi yang akan
datang), dan teratogenic (kelahiran anak cacad dari ibu yang keracunan).
Selain keracunan langsung, dampak negatif pestisida bisa mempengaruhi kesehatan orang awam yang
bukan petani, atau orang yang sama sekali tidak berhubungan dengan pestisida. Kemungkinan ini bisa
terjadi akibat sisa racun (residu) pestisida yang ada didalam tanaman atau bagian tanaman yang
dikonsumsi manusia sebagai bahan makanan. Konsumen yang mengkonsumsi produk tersebut, tanpa
sadar telah kemasukan racun pestisida melalui hidangan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Apabila
jenis pestisida mempunyai residu terlalu tinggi pada tanaman, maka akan membahayakan manusia atau
ternak yang mengkonsumsi tanaman tersebut. Makin tinggi residu, makin berbahaya bagi konsumen.

Dewasa ini, residu pestisida di dalam makanan dan lingkungan semakin menakutkan manusia. Masalah
residu ini, terutama terdapat pada tanaman sayur-sayuran seperti kubis, tomat, petsai, bawang, cabai,
anggur dan lain-lainnya. Sebab jenis-jenis tersebut umumnya disemprot secara rutin dengan frekuensi
penyemprotan yang tinggi, bisa sepuluh sampai lima belas kali dalam semusim. Bahkan beberapa hari
menjelang panenpun, masih dilakukan aplikasi pestisida. Publikasi ilmiah pernah melaporkan dalam
jaringan tubuh bayi yang dilahirkan seorang Ibu yang secara rutin mengkonsumsi sayuran yang
disemprot pestisida, terdapat kelainan genetik yang berpotensi menyebabkan bayi tersebut cacat tubuh
sekaligus cacat mental.

Penggunaan pestisida dalam produksi buah dan sayur tidak dapat dihindarkan. Hal ini dilakukan agar
gagal panen dapat direduksi dan petani tetap meraih keuntungan maksimal. Dampak negatip dari
aktivitas ini adalah

• buah dan sayur masih mengandung pestisida, pertanian dengan input luar rendah dan system
sangat efektif.

• ekosistem di lahan pertanian tercemar,

• ekosistem perairan di danau Buyan tercemar

Proses bioremediasi secara ex situ untuk lahan yang luas menjadi kendala, kendala utama adalah tidak
mungkin mengangkut tanah dalam jumlah ratusan ton ke laboratorium, sehingga pemberian kompos ke
lahan lebih memungkinkan. Hasil yang ditargetkan adalah model proses bioremediasi menggunakan
kompos untuk menurunkan tingkat pencemaran lahan pertanian yang disemprot pestisida Dithane M-25
sebagai upaya mempertahankan sistem pertanian organic berkelanjutan (sustainable organic farming
system) dan hortikultura yang berkualitas Pemupukan lahan pertanian menggunakan kompos menurut
Reijntjes et al. (1999) merupakan pengembangan system Penyemprotan pestisida pada tanaman
hortikultura sawi, wortel, tomat, stroberi dan cabai pada lahan tidak dipupuk kompos menunjukkan
bahwa residu lebih lambat teremediasi dibandingkan dengan residu pestisida pada lahan yang dipupuk
dengan kompos.

b. Dampak pestisida pada ekosistem tanaman perkebunan perakaran dangkal (kakao, kapas dan
lada).

Hortikultura merupakan komoditas unggulan, khususnya dipulau Jawa karena ditunjang oleh kondisi
lingkungan(lahan dan iklim) yang menunjang dibeberapa lokasi, sebagian masyarakat yang sudah
mengenalnya dengan baik, potensi sumberdaya manusia yang belum dimanfaatkan secara optimal serta
peluang pasar domestic dan internasional yang sangat besar.
Usaha agribisnis hortikultura (buah-buahan, sayuran, florikultura dan tanaman obat) merupakan sumber
pendapatan tunai bagi masyarakat dan petani skala kecil, menengah dan besar dengan keunggulan
berupa: nilai jualnya yang tinggi, jenisnya beragam, tersedianya sumber daya lahan dan teknologi,
sertapotensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat Karakteristik lahan
di sentra produksi hortikultura umumnya:

• Jenis tanah bersifat gembur, drainase baik, mudah diolah tetapi cenderung mudah tererosi

• Pengelolaan hortikultura dilakukan dari tingkat rendah hingga intensif

• Pengolahan lahan dilakukan intensif sehingga cenderung meningkatkan tingkat erosi

• Pemupukkan dan pestisida dilakukan secara intensif karena mengejar produktivitas yang tinggi
sehingga cenderung tidak berimbang dan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Namun
apabila input seadanya, maka produksi dan kualitas menjadi rendah.

• Efisiensi pemupukkan rendah

Kadang-kadang para petani atau pekerja perkebunan, kurang menyadari daya racun pestisida, sehingga
dalam melakukan penyimpanan dan penggunaannya tidak memperhatikan segi-segi keselamatan.
Pestisida sering ditempatkan sembarangan, dan saat menyemprot sering tidak menggunakan pelindung,
misalnya tanpa kaos tangan dari plastik, tanpa baju lengan panjang, dan tidak mengenakan masker
penutup mulut dan hidung. Juga cara penyemprotannya sering tidak memperhatikan arah angin,
sehingga cairan semprot mengenai tubuhnya. Bahkan kadang-kadang wadah tempat pestisida
digunakan sebagai tempat minum, atau dibuang di sembarang tempat. Kecerobohan yang lain,
penggunaan dosis aplikasi sering tidak sesuai anjuran. Dosis dan konsentrasi yang dipakai kadang-
kadang ditingkatkan hingga melampaui batas yang disarankan, dengan alasan dosis yang rendah tidak
mampu lagi mengendalikan hama dan penyakit tanaman.

3. Dampak pestisida terhadap kesehatan manusia

Pada umumnya pestisida, terutama pestisida sintesis adalah biosida yang tidak saja bersifat racun
terhadap jasad pengganggu sasaran. Tetapi juga dapat bersifat racun terhadap manusia dan jasad bukan
target termasuk tanaman, ternak dan organisme berguna lainnya.

Apabila penggunaan pestisida tanpa diimbangi dengan perlindungan dan perawatan kesehatan, orang
yang sering berhubungan dengan pestisida, secara lambat laun akan mempengaruhi kesehatannya.
Pestisida meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan, tetapi juga saat
mempersiapkan, atau sesudah melakukan penyemprotan.

Kecelakaan akibat pestisida pada manusia sering terjadi, terutama dialami oleh orang yang langsung
melaksanakan penyemprotan. Mereka dapat mengalami pusing-pusing ketika sedang menyemprot
maupun sesudahnya, atau muntah-muntah, mulas, mata berair, kulit terasa gatal-gatal dan menjadi
luka, kejang-kejang, pingsan, dan tidak sedikit kasus berakhir dengan kematian. Kejadian tersebut
umumnya disebabkan kurangnya perhatian atas keselamatan kerja dan kurangnya kesadaran bahwa
pestisida adalah racun

Kadang-kadang para petani atau pekerja perkebunan, kurang menyadari daya racun pestisida, sehingga
dalam melakukan penyimpanan dan penggunaannya tidak memperhatikan segi-segi keselamatan.
Pestisida sering ditempatkan sembarangan, dan saat menyemprot sering tidak menggunakan pelindung,
misalnya tanpa kaos tangan dari plastik, tanpa baju lengan panjang, dan tidak mengenakan masker
penutup mulut dan hidung. Juga cara penyemprotannya sering tidak memperhatikan arah angin,
sehingga cairan semprot mengenai tubuhnya. Bahkan kadang-kadang wadah tempat pestisida
digunakan sebagai tempat minum, atau dibuang di sembarang tempat. Kecerobohan yang lain,
penggunaan dosis aplikasi sering tidak sesuai anjuran. Dosis dan konsentrasi yang dipakai kadang-
kadang ditingkatkan hingga melampaui batas yang disarankan, dengan alasan dosis yang rendah tidak
mampu lagi mengendalikan hama dan penyakit tanaman.

Secara tidak sengaja, pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternak melalui mulut, kulit, dan
pernafasan. Sering tanpa disadari bahan kimia beracun tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa
menimbulkan rasa sakit yang mendadak dan mengakibatkan keracunan kronis. Seseorang yang
menderita keracunan kronis, ketahuan setelah selang waktu yang lama, setelah berbulan atau bertahun.
Keracunan kronis akibat pestisida saat ini paling ditakuti, karena efek racun dapat bersifat karsiogenic
(pembentukan jaringan kanker pada tubuh), mutagenic (kerusakan genetik untuk generasi yang akan
datang), dan teratogenic (kelahiran anak cacad dari ibu yang keracunan).

Pestisida dalam bentuk gas merupakan pestisida yang paling berbahaya bagi pernafasan, sedangkan
yang berbentuk cairan sangat berbahaya bagi kulit, karena dapat masuk ke dalam jaringan tubuh melalui
ruang pori kulit. Menurut World Health Organization (WHO), paling tidak 20.000 orang per tahun, mati
akibat keracunan pestisida. Diperkirakan 5.000 – 10.000 orang per tahun mengalami dampak yang
sangat fatal, seperti mengalami penyakit kanker, cacat tubuh, kemandulan dan penyakit liver. Tragedi
Bhopal di India pada bulan Desember 1984 merupakan peringatan keras untuk produksi pestisida
sintesis. Saat itu, bahan kimia metil isosianat telah bocor dari pabrik Union Carbide yang memproduksi
pestisida sintesis (Sevin). Tragedi itu menewaskan lebih dari 2.000 orang dan mengakibatkan lebih dari
50.000 orang dirawat akibat keracunan. Kejadian ini merupakan musibah terburuk dalam sejarah
produksi pestisida sintesis.

Selain keracunan langsung, dampak negatif pestisida bisa mempengaruhi kesehatan orang awam yang
bukan petani, atau orang yang sama sekali tidak berhubungan dengan pestisida. Kemungkinan ini bisa
terjadi akibat sisa racun (residu) pestisida yang ada didalam tanaman atau bagian tanaman yang
dikonsumsi manusia sebagai bahan makanan. Konsumen yang mengkonsumsi produk tersebut, tanpa
sadar telah kemasukan racun pestisida melalui hidangan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Apabila
jenis pestisida mempunyai residu terlalu tinggi pada tanaman, maka akan membahayakan manusia atau
ternak yang mengkonsumsi tanaman tersebut. Makin tinggi residu, makin berbahaya bagi konsumen.

Pestisida sebagai bahan beracun, termasuk bahan pencemar yang berbahaya bagi lingkungan dan
kesehatan manusia. Pencemaran dapat terjadi karena pestisida menyebar melalui angin, melalui aliran
air dan terbawa melalui tubuh organisme yang dikenainya. Residu pestisida sintesis sangat sulit terurai
secara alami. Bahkan untuk beberapa jenis pestisida, residunya dapat bertahan hingga puluhan tahun.
Dari beberapa hasil monitoring residu yang dilaksanakan, diketahui bahwa saat ini residu pestisida
hampir ditemukan di setiap tempat lingkungan sekitar kita. Kondisi ini secara tidak langsung dapat
menyebabkan pengaruh negatif terhadap organisma bukan sasaran. Oleh karena sifatnya yang beracun
serta relatif persisten di lingkungan, maka residu yang ditinggalkan pada lingkungan menjadi masalah.

Efek racun bahan kimia atas organ-organ tertentu dan sistem tubuh:
• Paru-paru dan sistem pernafasan

Efek jangka panjang terutama disebabkan iritasi (menyebabkan bronkhitis atau pneumonitis). Pada
kejadian luka bakar, bahan kimia dalam paru-paru yang dapat menyebabkan udema pulmoner (paru-
paru berisi air), dan dapat berakibat fatal. Sebagian bahan kimia dapat mensensitisasi atau menimbulkan
reaksi alergik dalam saluran nafas yang selanjutnya dapat menimbulkan bunyi sewaktu menarik nafas,
dan nafas pendek. Kondisi jangka panjang (kronis) akan terjadi penimbunan debu bahan kimia pada
jaringan paru-paru sehingga akan terjadi fibrosis atau pneumokoniosis.

• Hati

Bahan kimia yang dapat mempengaruhi hati disebut hipotoksik. Kebanyakan bahan kimia menggalami
metabolisme dalam hati dan olehkarenanya maka banyak bahan kimia yang berpotensi merusak sel-sel
hati. Efek bahan kimia jangka pendek terhadap hati dapat menyebabkan inflamasi sel-sel (hepatitis
kimia), nekrosis (kematian sel), dan penyakit kuning. Sedangkan efek jangka panjang berupa sirosis hati
dari kankerhati.

• Ginjal dan saluran kencing

Bahan kimia yang dapat merusak ginjal disebut nefrotoksin. Efek bahan kimia terhadap ginjal meliputi
gagal ginjal sekonyong-konyong (gagal ginjal akut), gagal ginjal kronik dan kanker ginjal atau kanker
kandung kemih.

• Sistem syaraf

Bahan kimia yang dapat menyerang syaraf disebut neurotoksin. Pemaparan terhadap bahan kimia
tertentu dapat memperlambat fungsi otak. Gejala-gejala yang diperoleh adalah mengantuk dari
hilangnya kewaspadaan yang akhirnya diikuti oleh hilangnya kesadaran karena bahan kimia tersebut
menekan sistem syaraf pusat. Bahan kimia yang dapat meracuni sistem enzim yang menuju ke syaraf
adalah pestisida. Akibat dari efek toksik pestisida ini dapat menimbulkan kejang otot dan paralisis
(lurnpuh). Di samping itu ada bahan kimia lain yang dapat secaraperlahan meracuni syaraf yang tangan
dan kaki serta mengakibatkan mati rasa dan kelelahan.

• Darah dan sumsum tulang

Sejumlah bahan kimia seperti arsin, benzen dapat merusak sel-seld arah merah yang menyebabkan
anemia hemolitik. Bahan kimia lain dapat merusak sumsum tulang dan organ lain tempat pembuatan
sel-sel darah atau dapat menimbulkan kanker darah.

• Jantung dan pembuluh darah (sistem kardiovaskuler)

Sejumlah pelarut seperti trikloroetilena dan gas yang dapat menyebabkan gangguan fatal terhadap
ritme jantung. Bahan kimia lain seperti karbon disulfida dapat menyebabkan peningkatan penyakit
pembuluh darah yang dapat menimbulkan serangan jantung.

• Kulit

Banyak bahan kimia bersifat iritan yang dapat menyebabkan dermatitis atau dapat menyebabkan
sensitisasi kulit dan alergi. Bahan kimia lain dapat menimbulkan jerawat, hilangnya pigmen (vitiligo),
mengakibatkan kepekaan terhadap sinar matahari atau kanker kulit.
• Sistem reproduksi

Banyak bahan kimia bersifat teratogenik dan mutagenik terhadap sel kuman dalam percobaan.
Disamping itu ada beberapa bahan kimia yang secara langsung dapat mempengaruhi ovarium dan testis
yang mengakibatkan gangguan menstruasi dan fungsi seksual.

• Sistem yang lain

Bahan kimia dapat pula menyerang sistem kekebalan, tulang, otot dan kelenjar tertentu seperti kelenjar
tiroid. Petani yang terpapar pestisida akan mengakibatkan peningkatan fungsi hati sebagai salah satu
tanda toksisitas, terjadinya kelainan hematologik, meningkatkan kadar SGOT dan SGPT dalam darah juga
dapat meningkatkan kadar ureum dalam darah.

4. Dampak pestisida terhadap keadaan populasi hama, populasi patogen dan populasi musuh
alami pada ekosistem pertanian

a. Dampak pestisida terhadap keadaan populasi hama

Penggunaan pestisida dan pupuk kimia menjadi hal yang penting dalam dunia pertanian saat ini, namun
ternyata penggunaan yang berlangsung secara terus menerus dan dalam dosis yang tinggi akhirnya
penggunaan bahan kimia tidak lagi memberikan solusi peningkatan hasil-hasil pertanian. Hal ini
disebabkan karena hama dan penyebab penyakit justru menjadi lebih tahan ( resisten ) terhadap
penggunaan bahan kimia tersebut

Penerapan konsep revolusi hijau (”Green revolution”) yang pada awalnya, usaha ini dapat memberikan
hasil pertanian yang memuaskan, namun beberapa beberapa saat kemudian justru terlihat gejala-gejala
negatif mempengaruhi konsep pertanian tersebut. Konsep revolusi hijau memang menawarkan
penggunaan Varietas Hybrida yang berpotensi hasil tinggi dan lebih genjah dibandingkan varietas
lokal,namun disayangkan penggunaan varietas ini, perlu diiringi dengan penggunaan pupuk kimia
dengan dosis tinggi demikian juga ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit relatif
lebih lemah sehingga diperlukan tehnik pengendalian hama yang lebih intensif pula . Secara umum Efek
negatif dari pestisida ,saat ini telah terasa antara lain berupa :

• Resistensi/kekebalan, hama dan penyakit

• Timbulnya hama hama baru,yang awalnya bukan merupakan hama utama sehingga
menyebabkan terjadinya peningkatan populasi hama dan patogen sekunder

5. Dampak Limbah Industri Kimia

a. Dampak terhadap kesehatan

Dampaknya yaitu dapat menebabkan atau menimbulkan panyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat
ditimbulkan adalah sebagai berikut:

1) Penyakit diare dan tikus, penyakit ini terjadi karena virus yang berasal dari sampah dengan
pengelolaan yang tidak tepat

2) Penyakit kulit misalnya kudis dan kurap

b. Dampak terhadap lingkungan


Cairan dari limbah–limbah yang masuk ke sungai akan mencemarkan airnya sehingga mengandung
virus-virus penyakit. Berbagai ikan dapat mati sehingga mungkin lama kelamaan akan punah. Tidak
jarang manusia juga mengkonsumsi atau menggunakan air untuk kegiatan sehari-hari, sehingga menusia
akan terkena dampak limbah baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain mencemari, air
lingkungan juga menimbulkan banjir karena banyak orang-orang yang membuang limbah rumah
tanggake sungai, sehingga pintu air mampet dan pada waktu musim hujan air tidak dapat mengalir dan
air naik menggenangi rumah-rumah penduduk, sehingga dapat meresahkan para penduduk.

6. Penanganan Limbah Industri

a) Pencegahan dan Pengurangan Sampah dari Sumbernya,

Kegiatan ini dimulai dengan kegiatan pemilahan atau pemisahan sampah organik dan anorganik dengan
menyediakan tempat sampah organik dan anorganik disetiap kawasan.

b) Pemanfaatan Kembali

 Kegiatan pemanfaatan sampah kembali seperti composting (pengomposan). Sampah yang


mudah membusuk dapat diubah menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan untuk melestarikan
lingkungan.

 Pemanfaatan sampah anorganik, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pemanfaatan kembali secara langsung, misalnya pembuatan kerajinan yang berbahan baku dari barang
bekas, atau kertas daur ulang. Sedangkan pemanfaatan kembali secara tidak langsung, misalnya menjual
barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas dan botol air minum dalam
kemasan.

c. Tempat Pembuangan Sampah Akhir

Sisa sampah yang tidak dapat dimanfaatkan secara ekonomis baik dari kegiatan composting maupun
pemanfaatan sampah anorganik, jumlahnya mencapai ± 10%, harus dibuang ke Tempat Pembuangan
Sampah Akhir (TPA).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari permasalahan di atas dapat di simpulkan bahwa sisa hasil produksi pengolahan baik dari industri
maupun dosmetik yang tidak dapat di gunakan lagi dapat berakibat limbah atau sampah sehingga dapat
merusak lngkungan sekitar juga berakibat bagi kesehatan manusia.

Sedangkan dari segi ekonmis ternyata limbah masih dapat digunakan kembali atau di daur ulang sebagai
bahan baku untuk keperluan domestik.

Anda mungkin juga menyukai