Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kebersihan pangkal kesehatan, kata-kata ini sudah tidak asing bagi kita.Di
suatu lingkungn kampus seringkali sebuah kampus mengalami permasalahan tentang
kebersihan.Hal ini di sebabkan oleh para mahasiswa/i yang membuang limbah
sembarangan.
Limbah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia.
Tidak hanya di Negara-negara berkembang, tetapi juga di Negara-negara maju, limbah
selalu menjadi masalah. Rata-rata setiap harinya kota-kota besar di Indonesia
menghasilkan puluhan ton limbah. Limbah-limbah itu diangkut oleh truk-truk khusus
dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah disediakan tanpa diapaapakan lagi. Dari hari ke hari limbah itu terus menumpuk dan terjadilah bukit limbah
seperti yang sering kita lihat.
limbah yang menumpuk itu, sudah tentu akan mengganggu penduduk di
sekitarnya. Selain baunya yang tidak sedap, limbah sering dihinggapi lalat. Dan juga
dapat mendatangkan wabah penyakit. Walaupun terbukti limbah itu dapat merugikan,
tetapi ada sisi manfaatnya. Hal ini karena selain dapat mendatangkan bencana bagi
masyarakat, limbah juga dapat diubah menjadi barang yang bermanfaat. Kemanfaatan
limbah ini tidak terlepas dari penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
menanganinya.

1.2 Identifikasi Masalah


berdasarkan latar belakang di atas,maka dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut:
1.Bagaimana cara mengatasi limbah di sekitar kita ?
2. Bagaimana cara mengelola limbah tersebut ?
3. Bagaimana agar limbah tersebut dapat di manfaatkan dalam kehidupa sehari-hari ?

1.3. Tujuan Penelitian

1
`

Tujuan penelitian merupakan hal yang hendak di capai dalam pedoman untuk
melakukan suatu kegiatan yang telah di rumuskan.Adapun tujuan di adakannya
penelitian ini adalah:
1.Untuk membangkitkan kesadaran kita untuk tidak membuang limbah sembarangan.
2. Untuk memberikan pengarahan bahwa membuang limbah pada tempatnya itu sangat
penting.
3. Untuk mengetahui pengaruh limbah dalam kehidupan sehari-hari.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis limbah
5. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang limbah
6. Untuk mengetahui cara mengolah limbah
7. Mencoba menganalisis dan memecahkan masalah tentang limbah.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Penelitian ini dapat membuka wawasan kita tentang kondisi lingkungan di sekitar
kita.
2. Menambah pengetahuan bagi peneliti dan pembaca serta memperkenalkan manfaat
pengolahan limbah.
3. Hasil penelitian ini di harapkan menjadi sumbangan bagi mahasiswa khususnya
penulis mengenai latar belakang pengolahan limbah.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Limbah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Limbah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya,
dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya
produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung.

2
`

Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka
Limbah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.

2.2 Jenis-jenis Limbah


Berdasarkan sumbernya
1.

Limbah alam

2.

Limbah manusia

3.

Limbah konsumsi

4.

Limbah nuklir

5.

Limbah industri

Berdasarkan sifatnya
1.

Limbah organik - dapat diurai (degradable)

2.

Limbah anorganik - tidak terurai (undegradable)

Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi
menjadi:
1.

Biodegradable: yaitu limbah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses
biologi baik aerob atau anaerob, seperti: limbah dapur, sisa-sisa hewan, limbah
pertanian dan perkebunan.

2.

Non-biodegradable: yaitu limbah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi.
Dapat dibagi lagi menjadi:
o

Recyclable: limbah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki
nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.

Non-recyclable: limbah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat
diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan
lain-lain.

2.3 Limbah Berdasarkan Bentuknya


3
`

a.Limbah Padat
Limbah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan limbah
cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal,
gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah
organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari
barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan,
kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan
ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.
Adapun Limbah padat yang berasal dari Hasil Buangan Industri Berupa Padatan,
Lumpur Atau Bubur Yang Berasal Dari Suatu Proses Pengolahan (Daryanto, 1995).
Sumber Limbah Padat:

Pabrik Gula

Pulpen

Kertas

Rayon

Plywood

Limbah Nuklir

Pengawetan Buah, Ikan, Daging

Secara Garis Besar, Limbah Padat Terdiri Dari:

Limbah Padat Yang Mudah Terbakar

Limbah Padat Yang Sukar Terbakar

Limbah Padat Yang Mudah Membusuk

Lumpur

Limbah Yang Dapat Di Daur Ulang

Limbah Radioaktif

Bongkaran Bangunan

4
`

Dampak Pencemaran Limbah Padat


Dengan adanya limbah padat dalam lingkungan, maka akan timbul:
[1]. Gas beracun seperti:

Asam Sulfida (H2S)

Amoniak (NH3)

Methan (CH4)

CO2

CO

Gas ini akan timbul, bila limbah padat ditimbun dan membusuk karena adanya
mikroorganisme. Dengan adanya musim hujan dan kemarau, akan terjadi proses
pemecahan bahan organik oleh bakteri penghancur dalam suasana aerob/anaerob.
[2]. Penurunan kualitas udara
Dalam sampah yang ditumpuk akan terjadi reaksi kimia seperti gas H2S, NH3
methane yang bila melebihi Nilai Ambang Batas akan merugikan manusia, di mana
kadar H2S sebesar 50 ppm akan membawa mabuk dan pusing.
[3]. Penurunan kualitas air
Karena limbah padat biasanya langsung dibuang dalam perairan/bersama-sama air
limbah, maka akan menyebabkan air menjadi keruh dan rasanya berubah.

[4]. Kerusakan permukaan tanah

b.Limbah Cair
Macam Macam Limbah Cair Limbah cair adalah segala jenis limbah yang berwujud
cairan, berupa air beserta bahan-bahan buanga lain yang tercampur (tersuspensi)
maupun terlarut dalam air. Limbah cair dapat diklasifikasikan dalam 4 kelompok yaitu :
1.

Limbar cair domestic

5
`

Yaitu limbah cair hasil buangan dari perumahan (rumah tangga), bangunan
perdagangan, perkantoran dan sarana sejenis. Contoh limbah cair domestic adalah
air deterjen sisa cucian, air sabun, dan air tinja.
2. Limbah cair industri
Yaitu limbah cair hasil buangan industri. Contoh limbah cair industri adalah air
sisa cucian daging, buah, atau sayur dari industri pengolahan makanan dan dari
sisa pewarnaan kain/bahan dari industri tekstil.
3. Rembesan dan Luapan
Yaitu limbah cair yang berasal dari berbagai sumber memasuki saluran
pembuangan limbah cair melalui rembesan kedalam tanah atau melalui luapan
dari permukaan. Air limbah dapat merembes ke dalam saluran pembuangan
melalui pipa yang rusak, pecah, atau bocor sedangkan luapan dapat terjadi
melalui bagian saluran yang membuka atau terhubung ke permukaan. Contoh
limbah cair yang dapat merembes dan meluap ke dalam saluran pembuangan
limbah cair adalah air buangan dari talang atap, pendingin ruangan (AC), tempat
parker, halaman, bangunan perdagangan dan industri, serta pertanian atau
perkebunan.
4. Air Hujan
Yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas permukaan tanah.
Aliran air hujan di permukaan tanah dapat melewati dan membawa partikelpartikel buangan padat atau cair sehingg dapat disebut sebagai limbah cair.
.
Dalam air limbah terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan
kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit
disentri, tipus, kolera dsb.
Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan
kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran.
Oleh karena itu merupakan satu kesadaran dari masing-masing individu untuk
mengurangi dampak limbah air itu.Dalam kehidupan manusia, limbah dalam jumlah
besar datang dari aktivitas industri ,misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi.
Hampir semua produk industri akan menjadi limbah pada suatu waktu, dengan jumlah
limbah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.
6
`

untuk mencegah limbah cair adalah pabrik pabrik tidak membuang limbah
sembarangan misalnya membuang ke selokan, sungai dan jenis aliran air lainnya.
c. Limbah Gas
Limbah Gas adalah Limbah zat (zat buangan) yang berwujud gas,Limbah gas dapat
dilihat dalam bentuk asap, Limbah gas selalu bergerak sehingga penyebarannya sangat
luas. Contoh limbah gas adalah pembuangan kendaraan bermotor.pembuatan bahan
bakar minyak juga menghasilkan gas buangan yang berbahaya bagi lingkungan.
d. Limbah B3
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) menurut PP No.18 tahun 1999,yang di
maksud dengan Limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya atau beracun karena sifat,atau konsentrasinya juga bisa karena jumlah
kandungannya.
Baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan lingkungan hidup
dan atau membahayakan lingkungan hidup,kesehatan,kelangsungan hidup
Manusia serta makhluk hidup lain.adapun contoh dari Limbah B3 dapat pula berasal
dari bahan baku berbahaya dan beracun yang tidak bisa di gunakan lagi karena rusak
,sisa kemasan,sisa proses,oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolaan
khusus ,bahan kimia kadaluarsa ,tumpahan,bekas kemasan dan buangan produk yang
tidak memenuhi spesifikasi.Struktur kandungan dari Limbah B3 kebanyakan terdiri dari
karbon,hydrogen dan oksigen, Dapat juga mengandung halogen,sulfur,nitrogen dan
logam berat
Adapun karakteristik dari Limbah B3 yaitu : mudah meledak,mudah terbakar,bersifat
reaktif,beracun,menyebabkan infeksi,bersifat korosif

2.4 PENANGANAN LIMBAH PADAT


1.

Penimbunan Terbuka
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode

penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode
penimbunan terbuka, . Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan kuman
penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh
7
`

pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau
busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengan sampah dapat merembes ke
tanah dan mencemari tanah serta air.
2.

Sanitary Landfill
Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi

lapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah.
Pada landfill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem Iapisan ganda (plastik
lempung plastik lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta
gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian
dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
3.

insinerasi
Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu alat

yang disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah
berkurang sangat banyak (bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses insinerasi
menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau untuk
pemanas ruangan.
4.

Pembuatan kompos padat dan cair


metode ini adalah dengan mengolah sampah organic seperti sayuran, daun-daun

kering, kotoran hewan melalui proses penguraian oleh mikroorganisme tertentu.


Pembuatan kompos adalah salah satu cara terbaik dalam penanganan sampah organic.
Berdasarkan bentuknya kompos ada yang berbentuk padat dan cair. Pembuatannya
dapat dilakukan dengan menggunakan kultur mikroorganisme, yakni menggunakan
kompos yang sudah jadi dan bisa didapatkan di pasaran seperti EMA efectif
microorganism 4.EMA merupakan kultur campuran mikroorganisme yang dapat
meningkatkan degaradasi limbah atau sampah organic.
5.

Daur Ulang
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru

dengan tujuan mencegah adanya limbah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang
berguna,

mengurangi

penggunaan

bahan

baku

yang

baru,

mengurangi

penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika
8
`

dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu
strategi pengelolaan limbah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan,
pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas pakai, dan
komponen utama dalam manajemen limbah modern dan bagian ketiga adalam proses
hierarki sampah3R (Reuse, Reduce, and Recycle).
Material-material yang dapat didaur ulang dan prosesnya diantaranya adalah:
a. Bahan bangunan
Material

bangunan

bekas

yang

telah

dikumpulkan

dihancurkan

dengan mesin penghancur, kadang-kadang bersamaan dengan aspal, batu bata, tanah,
dan batu. Hasil yang lebih kasar bisa dipakai menjadi pelapis jalan semacam aspal dan
hasil yang lebih halus bisa dipakai untuk membuat bahan bangunan baru semacam bata.
b. Baterai
Banyaknya variasi dan ukuran baterai membuat proses daur ulang bahan ini relatif sulit.
Mereka harus disortir terlebih dahulu, dan tiap jenis memiliki perhatian khusus dalam
pemprosesanya.Misalnya, baterai jenis lama masih mengandung merkuri dan kadmium,
harus ditangani secara lebih serius demi mencegah kerusakan lingkungan
dan kesehatan manusia. Baterai mobil umumnya jauh lebih mudah dan lebih murah
untuk didaur ulang.
c. Barang Elektronik
Barang elektronik yang populer seperti komputer dan handphone umumnya tidak
didaur ulang karena belum jelas perhitungan manfaat ekonominya. Material yang dapat
didaur ulang dari barang elektronik misalnya adalah logam yang terdapat pada barang
elektronik tersebut (emas, besi, baja, silikon, dll) ataupun bagian-bagian yang masih
dapat dipakai (microchip, processor, kabel, resistor, plastik, dll). Namun tujuan utama
dari proses daur ulang, yaitu kelestarian lingkungan, sudah jelas dapat menjadi tujuan
diterapkannya proses daur ulang pada bahan ini meski manfaat ekonominya masih
belum jelas.
d. Logam
Besi dan baja adalah jenis logam yang paling banyak didaur ulang di dunia. Termasuk
salah satu yang termudah karena mereka dapat dipisahkan dari sampah lainnya
9
`

dengan magnet. Daur ulang meliputi proses logam pada umumnya; peleburan dan
pencetakan kembali. Hasil yang didapat tidak mengurangi kualitas logam tersebut.
Contoh lainnya adalah alumunium, yang merupakan bahan daur ulang paling efisien di
dunia. Namun pada umumnya, semua jenis logam dapat didaur ulang tanpa mengurangi
kualitas logam tersebut, menjadikan logam sebagai bahan yang dapat didaur ulang
dengan tidak terbatas.
e. Bahan Lainnya
Kaca dapat juga didaur ulang. Kaca yang didapat dari botol dan lain sebagainya
dibersihkan
dair bahan kontaminan, lalu dilelehkan bersama-sama dengan material kaca baru. Dapat
juga dipakai sebagai bahan bangunan dan jalan. Sudah ada Glassphalt, yaitu bahan
pelapis

jalan

dengan

menggunakan

30%

material

kaca

daur

ulang.

Kertas juga dapat didaur ulang dengan mencampurkan kertas bekas yang telah
dijadikan pulp dengan material kertas baru. Namun kertas akan selalu mengalami
penurunan kualitas jika terus didaur ulang. Hal ini menjadikan kertas harus didaur
ulang dengan mencampurkannya dengan material baru, atau mendaur ulangnya menjadi
bahan yang berkualitas lebih rendah.
Plastik dapat didaur ulang sama halnya seperti mendaur ulang logam. Hanya saja,
terdapat berbagai jenis plastik di dunia ini. Saat ini di berbagai produk plastik terdapat
kode

mengenai

jenis

plastik

yang

membentuk

material

tersebut

sehingga

mempermudah untuk mendaur ulang. Suatu kode di kemasan yang berbentuk segitiga
3R dengan kode angka di tengah-tengahnya adalah contohnya. Suatu angka tertentu
menunjukkan jenis plastik tertentu, dan kadang-kadang diikuti dengan singkatan,
misalnya LDPE untuk Low Density Poly Etilene, PS untuk Polistirena, dan lain-lain,
sehingga mempermudah proses daur ulang.

2.5 Penanganan Limbah Cair


Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan
sangat beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan
akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses- proses pengolahan
10
`

tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses


atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai
dengan kebutuhan atau faktor finansial.
1.

Pengolahan Primer (Primary Treatment)

Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan
secara fisika.
A.

Penyaringa (Screening)

Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring


menggunakan jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan. Metode penyaringan
merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat
berukuran besar dari air limbah.
B.

Pengolahan Awal (Pretreatment)

Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau bak
yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang
berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan
cara kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel
partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk
proses selanjutnya.
C.

Pengendapan

Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke tangki atau
bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan
yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair. Di
tangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel partikel padat yang
tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Enadapn partikel
tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air limbah
ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain metode pengendapan, dikenal
juga metode pengapungan (Floation).
D.

Pengapungan (Floation)

Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau
lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat
menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil ( 30 120 mikron).
Gelembung udara tersebut akan membawa partikel partikel minyak dan lemak
ke permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.

11
`

Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan
melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses
pengolahan primer tersebut dapat langsung dibuang kelingkungan (perairan).
Namun, bila limbah tersebut juga mengandung polutan yang lain yang sulit
dihilangkan melalui proses tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau
senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke
proses pengolahan selanjutnya.
2.

Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)

Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu


dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi bahan
organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.
Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu metode
penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif (activated sludge),
dan metode kolam perlakuan (treatment ponds / lagoons) .
a.

Metode Trickling Filter

Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan
organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa
serpihan batu atau plastik, dengan dengan ketebalan 1 3 m. limbah cair
kemudian disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes melewati
media tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung
dalam limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke
dasar lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampung dan
kemudian disalurkan ke tangki pengendapan.
Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses pengendapan
untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah.
Endapan yang terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut,
sedangkan air limbah akan dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses
pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan
b.

Metode Activated Sludge

Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke sebuah
tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan bakteri
aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama beberapa
jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian oksigen).
Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah.
12
`

Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami proses


pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan kembali ke
tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah melalui
proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih
dperlukan.
c.

Metode Treatment ponds/ Lagoons

Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang


murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair
ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan
kolam akan berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian
digunakan oleh bakteri aero untuk proses penguraian/degradasi bahan organik
dalam limbah. Pada metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses
degradasi di kolam, limbah juga akan mengalami proses pengendapan. Setelah
limbah terdegradasi dan terbentuk endapan didasar kolam, air limbah dapat
disalurka untuk dibuang ke lingkungan atau diolah lebih lanjut.
3.

. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)

Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih
terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau
masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini disesuaikan
dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair / air limbah. Umunya zat yang
tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan primer maupun
sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan garam- garaman.
Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced treatment).
Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh metode
pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan pasir, saringan
multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan dengan karbon aktif,
pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik.
Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah. Hal
ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan tersier
cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.
4.

Desinfeksi (Desinfection)

Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau mengurangi


mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair. Meknisme desinfeksi dapat
secara kimia, yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu, atau dengan perlakuan
13
`

fisik. Dalam menentukan senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat


beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

Daya racun zat

Waktu kontak yang diperlukan

Efektivitas zat

Kadar dosis yang digunakan

Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan

Tahan terhadap air

Biayanya murah

Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin (klorinasi),
penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (O).
Proses desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan
limbah selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah
dibuang ke lingkungan.
5.

Pengolahan Lumpur (Slude Treatment)

Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier, akan
menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat dibuang
secara langsung, melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil pengolahan
limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob (anaerob
digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke
lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar (incinerated)

2.6 Penanganan Limbah Gas


Pengolah limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat bantu yang
dapat mengurangi pencemaran udara. Pencemaran udara sebenarnya dapat berasal dari
limbah berupa gas atau materi partikulat yang terbawah bersama gas tersebut. Berikut akan
dijelaskan beberapa cara menangani pencemaran udara oleh limbah gas dan materi partikulat
yang terbawah bersamanya.
1. Mengontrol Emisi Gas Buang

Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan

hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas sulfur oksida

14
`

dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar dengan


cara desulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber).

Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan

berikutnya, yaitu mengenai metode menghilangkan materi partikulat, karena filter basah juga
digunakan untuk menghilangkan materi partikulat.

Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dengan

cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas karbon monoksida dan hidrokarbon dari
hasil pembakaran kendaraan bermotor dapat dikurangi dengan cara memasang alat pengubah
katalitik (catalytic converter) untuk menyempurnakan pembakaran.

Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang jugadapat dikurangi kegiatan

pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan sumber bahan bakar alternatif yang lebih
sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan polutan.

2.

Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan

a.

Filter Udara

Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack, agar tidak ikut
terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja yang keluar dari cerobong.
Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh
(sudah penuh dengan abu/ debu) harus segera diganti dengan yang baru.
Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas buangan yang keluar dari proses
industri, apakah berdebu banyak, apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan lain
sebagainya

b.

Pengendap Siklon

15
`

Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang ikut dalam gas
buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah
pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan melalui
tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang relatif berat akan jatuh ke bawah.
Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5 u 40 u.
Makin besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan.
c.

Filter Basah

Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip kerja filter basah
adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alt,
sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak
dengan air, maka debu akan ikut semprotkan air turun ke bawah.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip kerja pengendap siklon dan filter
basah digabungkan menjadi satu. Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut
menghasilkan suatu alat penangkap debu yang dinamakan.
d.

Pegendap Sistem Gravitasi

Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang ukuran
partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 u atau lebih. Cara kerja alat ini sederhana sekali,
yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian rupa
sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba (speed drop), zarah akan
jatuh terkumpul di bawah akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan pengendapan
tergantung pada dimensi alatnya.

e.

Pengendap Elektrostatik

Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang kotor dalam jumlah
(volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat
membersihkan udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini sudah relatif bersih.
Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai tegangan
antara 25 100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung silinder di mana dindingnya diberi
muatan positif, sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar
16
`

dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan yang cukup besar akan
menimbulkan corona discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara
kotor seolah olah mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan udara
bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran
yang menjadi ion negatif akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan
berada di tengah-tengah silinder dan kemudian terhembus keluar.
Penanganan Limbah B3
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun,
dibakar atau dibuang ke lingkungan , karena mengandung bahan yang dapat membahayakan
manusia dan makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara penanganan yang lebih
khusus dibanding limbah yang bukan B3. Limbah B3 perlu diolah, baik secara fisik, biologi,
maupun kimia sehingga menjadi tidak berbahaya atau berkurang daya racunnya. Setelah
diolah limbah B3 masih memerlukan metode pembuangan yang khusus untuk mencegah
resiko terjadi pencemaran. Beberapa metode penanganan limbah B3 yang umumnya
diterapkan adalah sebagai berikut.
1.

Metode pengolahan secara kimia, fisik dan biologi

Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara kimia, fisik, atau biologi. Proses
pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik yang umumnya dilakukan adalah stabilisasi/
solidifikasi . stabilisasi/solidifikasi adalah proses pengubahan bentuk fisik dan sifat kimia
dengan menambahkan bahan peningkat atau senyawa pereaksi tertentu untuk memperkecil
atau membatasi pelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah, sebelum dibuang.
Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur
(CaOH2), dan bahan termoplastik.
Metode insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk memperkecil volume B3 namun saat
melakukan pembakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar gas beracun hasil
pembakaran tidak mencemari udara.
Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukup berkembang saat ini dikenal
dengan istilah bioremediasi dan viktoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan
mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah B3, sedangkan Vitoremediasi
adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun
dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3
17
`

dan biaya yang diperlukan lebih muran dibandingkan dengan metode Kimia atau Fisik.
Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses Bioremediasi dan Vitoremediasi
merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk
membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu, karena menggunakan
makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa senyawa-senyawa beracun ke
dalam rantai makanan di ekosistem.

2.

Metode Pembuangan Limbah B3

a.

Sumur dalam/ Sumur Injeksi (deep well injection)


Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah

dengan cara memompakan limbah tersebut melalui pipa kelapisan batuan yang dalam, di
bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori, limbah B3 ini
akan terperangkap dilapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah maupun air. Namun,
sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadinya kebocoran atau korosi pipa atau pecahnya
lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah merembes kelapisan tanah.
b.

Kolam penyimpanan (surface impoundments)

limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang memang dibuat untuk limbah B3.
Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah perembesan limbah. Ketika
air limbah menguap, senyawa B3 akan terkosentrasi dan mengendap di dasar. Kelemahan
metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan semakin tertimbun dalam kolam, ada
kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama air
limbah sehingga mencemari udara.
c.

Landfill untuk limbah B3 (secure landfils)


limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus pengamanan tinggi. Pada

metode pembuangan secure landfills, limbah B3 ditempatkan dalam drum atau tong-tong,
kemudian dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran limbah
B3. Landffill ini harus dilengkapi peralatan moditoring yang lengkap untuk mengontrol
kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat
menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif. Namun, metode secure landfill merupakan

18
`

metode yang memliki biaya operasi tinggi, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan
tidak memberikan solusi jangka panjang karena limbah akan semakin menumpuk.

2.7 Pengelolaan limbah


Pengelolaan llimbah adalah pengumpulan , pengangkutan , pemrosesan , pendaurulangan , atau pembuangan dari material limbah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material
limbah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi
dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga
dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam . Pengelolaan limbah bisa melibatkan zat
padat , cair , gas , atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing
jenis zat.
Praktek pengelolaan limbah

berbeda beda antara Negara maju dan negara

berkembang , berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan , berbeda juga
antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan limbah yg tidak berbahaya
dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah, sedangkan untuk limbah dari area komersial dan industri biasanya
ditangani oleh perusahaan pengolah limbah.
Metode pengelolaan limbah berbeda beda tergantung banyak hal , diantaranya tipe zat
limbah , tanah yg digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area.
Pengolahan Limbah Padat
Menurut sifatnya pengolahan limbah padat dibagi menjadi 2 cara, yaitu: Limbah padat tanpa
pengolahan dan limbah padat dengan pengolahan
Limbah padat tanpa pengolahan:
Limbah padat yang tidak mengandung unsur kimia yang beracun dan berbahaya, bisa
langsung dibuang ke tempat tertentu seperti TPA.
Limbah padat dengan pengolahan:
Limbah padat yang mengandung unsur kimia yang beracun dan berbahaya, harus diolah
dahulu sebelum dibuang ke tempat tertentu.

19
`

Mekanisme pengolahan limbah


Faktor-Faktor Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Mengolah Limbah Padat
1. Jumlah limbah
sedikit: mudah ditangani sendiri
banyak: membutuhkan penanganan khusus (tempat dan sarana pembuangan)

2. Sifat fisik dan Kimia Limbah

20
`

Sifat fisik: mempengaruhi pilihan tempat pembuangan, sarana pengangkutan dan pilihan
pengolahan.
Sifat kimia dari limbah padat akan merusak dan mencemari lingkungan dengan cara
membentuk senyawa baru.
3. Kemungkinan Pencemaran Dan kerusakan Lingkungan Karena Lingkungan ada yang
peka / tidak peka terhadap pencemaran, maka perlu diperhatikan :
Tempat pembuangan akhir (TPA)Unsur yang akan terkena
Tingkat pencemaran yang akan timbul

4.Tujuan akhir dari pengolahan


Tujuan pengelolaan yang bersifat ekonomis: Meningkatkan efisiensi pabrik secara
menyeluruh dan mengambil kembali bahan yang masih berguna untuk didaur
ulang/dimanfaatkan lain.
Tujuan pengelolaan yang bersifat non-ekonomis: Untuk mencegah pencemaran dan
kerusakan lingkungan.

2.8 Metoda Pembuangan


A. Penimbunan darat
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk
membuang limbah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini
biasanya dilakukan di tanah yg ditinggalkan , lubang bekas pertambangan , atau lubang
lubang dalam. Sebuah situs penimbunan darat yg di desain dan di kelola dengan baik akan
menjadi tempat penimbunan limbah yang hiegenis dan murah. Sedankan penimbunan darat
yg tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah
lingkungan , diantaranya angin berbau limbah , menarik berkumpulnya Hama , dan adanya
genangan air limbah. Efek samping lain dari limbah adalah gas methan dan karbon dioksida
yang juga sangat berbahaya. (di bandung kandungan gas methan ini meledak dan
melongsorkan gunung limbah)
21
`

Karakter desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya adalah metode
pengumpulan air limbah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik.Sampah biasanya
dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya , dan ditutup untuk tidak menarik
hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan limbah mempunyai sistem pengekstrasi gas
yang terpasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar
dari tempat penimbunan dan dibakar di menara pemabakar atau dibakar di mesin berbahan
bakar gas untuk membangkitkan listrik.
B.Pembakaran/pengkremasian
Pembakaran adalah metode yang melibatkan pembakaran zat limbah. Pengkremasian
dan pengelolaan limbah lain yg melibatkan temperatur tinggi biasa disebut "Perlakuan
panas". kremasi merubah limbah menjadi panas, gas, uap dan abu.
Pengkremasian dilakukan oleh perorangan atau oleh industri dalam skala besar. Hal
ini bisa dilakukan untuk limbah padat , cari maupun gas. Pengkremasian dikenal sebagai cara
yang praktis untuk membuang beberapa jenis sampah berbahaya, contohnya limbah medis
(limbah biologis). Pengkremasian adalah metode yang kontroversial karena menghasilkan
polusi udara.
Pengkremasian biasa dilakukan dinegara seperti jepang dimana tanah begitu
terbatas ,karena fasilitas ini tidak membutuhkan lahan seluas penimbunan darat.Limbah
menjadi energi (waste-to-energy) Limbah menjadi energi atau energi dari limbah adalah
terminologi untuk

menjelaskan

limbah

yang dibakar dalam tungku dan boiler guna

menghasilkan panas/uap/listrik.Pembakaran pada alat kremasi tidaklah selalu sempurna , ada


keluhan adanya polusi mikro dari emisi gas yang keluar cerobongnya. Perhatian lebih
diarahkan pada zat dioxin yang kemungkinan dihasilkan di dalam pembakaran dan
mencemari lingkungan sekitar pembakaran. Dilain pihak , pengkremasian seperti ini
dianggap positif karena menghasilkan listrik , contoh di Indonesia adalah rencana PLTSa
Gede Bage di sekitar kota Bandung.

2.9 Metode Daur-ulang


Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari limbah untuk digunakan
kembali disebut sebagai daur ulang.Ada beberapa cara daur ulang , pertama adalah
22
`

mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa
dibakar utnuk membangkitkan listik. Metode metode baru dari daur ulang terus ditemukan
dan akan dijelaskan dibawah.
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang , yaitu mengumpulkan dan
menggunakan kembali limbah yang dibuang , contohnya botol bekas pakai yang
dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari limbah
yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan limbah khusus), atau dari limbah
yang sudah tercampur.
Limbah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum , kaleng baja
makanan/minuman, Botol HDPE dan PET , botol kaca , kertas karton, koran, majalah, dan
kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang.Daur
ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau mobil lebih susah, karena harus
bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut jenis bahannya.

2.10 Pengolahan biologis


Material limbah organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas , bisa diolah dengan
menggunakan

proses

biologis

untuk

kompos,

atau

dikenal

dengan

istilah

pengkomposan.Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana
yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.Contoh dari pengelolaan limbah
menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program (program tong hijau) di
Toronto, Kanada, dimana sampah organik rumah tangga , seperti sampah dapur dan potongan
tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan.

2.11 Pemulihan energi


Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara
menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menajdi
bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara "perlakuan panas" bervariasi mulai dari
menggunakannya sebakai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya
untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa
dan gasifikasi adalah dua bentuk perlakukan panas yang berhubungan , dimana sampah
dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan
di wadah tertutup pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari limbah padat mengubah limbah menjadi
produk berzat padat , gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan
23
`

energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan
menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi dan Gasifikasi busur plasma yang canggih
digunakan untuk mengkonversi material organik langsung menjadi Gas sintetis (campuran
antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian dibakar untuk menghasilkan
listrik dan uap.

2.12 Konsep pengelolaan sampah


Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan limbah yang berbeda dalam penggunaannya,
antara negara-negara atau daerah. Beberapa yang paling umum, banyak-konsep yang
digunakan adalah:

Diagram dari hirarki limbah.

Hirarki limbah - hirarki limbah merujuk kepada " 3 M " mengurangi limbah,
menggunakan kembali limbah dan daur ulang, yang mengklasifikasikan strategi
pengelolaan sampah sesuai dengan keinginan dari segi minimalisasi limbah. Hirarki
limbah yang tetap menjadi dasar dari sebagian besar strategi minimalisasi limbah.
Tujuan limbah hirarki adalah untuk mengambil keuntungan maksimum dari produkproduk praktis dan untuk menghasilkan jumlah minimum limbah.

Perpanjangan tanggungjawab penghasil sampah / Extended Producer Responsibility


(EPR).(EPR) adalah suatu strategi yang dirancang untuk mempromosikan integrasi
semua biaya yang berkaitan dengan produk-produk mereka di seluruh siklus hidup
(termasuk akhir-of-pembuangan biaya hidup) ke dalam pasar harga produk. Tanggung
jawab produser diperpanjang dimaksudkan untuk menentukan akuntabilitas atas
seluruh Lifecycle produk dan kemasan diperkenalkan ke pasar. Ini berarti perusahaan
yang manufaktur, impor dan / atau menjual produk diminta untuk bertanggung jawab
atas produk mereka berguna setelah kehidupan serta selama manufaktur.

prinsip pengotor membayar - prinsip pengotor membayar adalah prinsip di mana


pihak pencemar membayar dampak akibatnya ke lingkungan. Sehubungan dengan

24
`

pengelolaan limbah, ini umumnya merujuk kepada penghasil limbah untuk membayar
sesuai dari pembuangan
Pendidikan dan Kesadaran
Pendidikan dan kesadaran di bidang pengelolaan limbah yang semakin penting dari
perspektif global dari manajemen sumber daya. Pernyataan yang Talloires merupakan
deklarasi untuk kesinambungan khawatir dengan skala dan belum pernah terjadi sebelumnya
kecepatan dan degradasi lingkungan, dan penipisan sumber daya alam. Lokal, regional, dan
global polusi udara; akumulasi dan distribusi limbah beracun, penipisan dan kerusakan hutan,
tanah, dan air; dari penipisan lapisan ozon dan emisi dari "rumah hijau" gas mengancam
kelangsungan hidup manusia dan ribuan lainnya hidup spesies, integritas bumi dan
keanekaragaman hayati, keamanan negara, dan warisan dari generasi masa depan. Beberapa
perguruan tinggi telah menerapkan Talloires oleh Deklarasi pembentukan pengelolaan
lingkungan hidup dan program pengelolaan sampah, misalnya pengelolaan sampah di
universitas proyek. Universitas pendidikan kejuruan dan dipromosikan oleh berbagai
organisasi, misalnya WAMITAB Chartered dan Lembaga Manajemen dari limbah.

2.13 Manfaat pengelolaan sampah


1. Penghematan sumber daya alam
2. Penghematan energi
3. Penghematan lahan TPA
4. Lingkungan asri (bersih, sehat, nyaman)
5. Meningkatkan Kualitas Lingkungan dan Perairan (Pantai, Sungai, dan Air Tanah)
6. Meningkatkan Citra Lingkungan daerah baik di Daerah maupun nasional
7. Mempermudah pemantauan kualitas lingkungan
8. Sarana pendidikan, penelitian, dan pariwisata
9. Untuk rumah/ perumahan baru tidak perlu membangun septic tank baru
10. Tidak khawatir adanya rembesan septic tank pada sumur tetangga
25
`

11. Terhindar dari sumber penyakit disentri dan muntabaer


12. Saluran air hujan/ drainase dan lingkungan sekitar menjadi lebih bersih, karena semua
air limbah disalurkan melalui saluran tertutup
13. Udara bersih terbebas dari polusi
14. Mencegah pencemaran lingkungan

2.14 Dampak pengelolahan sampah yang tidak dikelola dengan baik


1. Longsor tumpukan limbah
2. Sumber penyakit
3. Pencemaran lingkungan
4. Merusak pandangan
5. Banjir
6. Penipisan lapisan ozon (limbah gas)
7. Merusak struktur tanah
8. Pencemaran air
9. Pengendapan zat berbahaya
10. Pencemaran udara

26
`

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Limbah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu
proses. Limbah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada
sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak.
Limbah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan
dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai
emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri
(dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi.
Hampir semua produk industri akan menjadi limbah pada suatu waktu, dengan jumlah
sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. Upaya yang dilakukan pemerintah
dalam usaha mengatasi masalah limbah yang saat ini mendapatkan tanggapan pro dan kontra
dari masyarakat adalah pemberian pajak lingkungan yang dikenakan pada setiap produk
industri yang akhirnya akan menjadi limbah. Industri yang menghasilkan produk dengan
kemasan, tentu akan memberikan limbah berupa kemasan setelah dikonsumsi oleh konsumen.
Industri diwajibkan membayar biaya pengolahan limbah untuk setiap produk yang dihasilkan,
untuk penanganan limbah dari produk tersebut. Dana yang terhimpun harus dibayarkan pada
pemerintah selaku pengelola IPS untuk mengolah sampah kemasan yang dihasilkan. Pajak
lingkungan ini dikenal sebagai Polluters Pay Principle. Solusi yang diterapkan dalam hal
sistem penanganan sampah sangat memerlukan dukungan dan komitmen pemerintah. Tanpa
kedua hal tersebut, sistem penanganan sampah tidak akan lagi berkesinambungan.
Tetapi dalam pelaksanaannya banyak terdapat benturan, di satu sisi, pemerintah
memiliki keterbatasan pembiayaan dalam sistem penanganan limbah. Namun di sisi lain,
27
`

masyarakat akan membayar biaya sosial yang tinggi akibat rendahnya kinerja sistem
penanganan sampah. Sebagai contoh, akibat tidak tertanganinya limbah selama beberapa hari
di suatu Kota , tentu dapat dihitung berapa besar biaya pengelolaan lingkungan yang harus
dikeluarkan akibat pencemaran udara ( akibat bau ) dan air limbah, berapa besar biaya
pengobatan masyarakat karena penyakit bawaan limbah ( municipal solid waste borne
disease), hingga menurunnya tingkat produktifitas masyarakat akibat gangguan bau
limbah/sampah.

3.2 Saran Saran


Cara pengendalian limbah yang paling sederhana adalah dengan menumbuhkan
kesadaran dari dalam diri untuk tidak merusak lingkungan dengan limbah. Selain itu
diperlukan juga kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih menghargai lingkungan,
walaupun kadang harus dihadapkan pada mitos tertentu. Peraturan yang tegas dari pemerintah
juga sangat diharapkan karena jika tidak maka para perusak lingkungan akan terus merusak
sumber daya.Keberadaan Undang-Undang persampahan dirasa sangat perlukan. UndangUndang ini akan mengatur hak, kewajiban, wewenang, fungsi dan sanksi masing-masing
pihak. UU juga akan mengatur soal kelembagaan yang terlibat dalam penanganan limbah.
Menurut dia, tidak mungkin konsep pengelolaan limbah berjalan baik di lapangan jika secara
infrastruktur tidak didukung oleh departemen-departemen yang ada dalam pemerintahan.
Demikian pula pengembangan sumber daya manusia (SDM). Mengubah budaya masyarakat
soal sampah bukan hal gampang. Tanpa ada transformasi pengetahuan, pemahaman,
kampanye yang kencang. Ini tak bisa dilakukan oleh pejabat setingkat Kepala Dinas seperti
terjadi sekarang. Itu harus melibatkan dinas pendidikan dan kebudayaan, departemen agama,
dan mungkin Depkominfo
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah
http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah
Hadiwijoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Penerbit Yayasan Idayu. Jakarta
Djuwendah, E., A. Anwar, J. Winoto, K. Mudikdjo. 1998.
Analisis Keragaan Ekonomi dan Kelembagaan Penanganan Sampah Perkotaan, Kasus di Kotamadya
DT II Bandung Provinsi Jawa Barat.
Tesis Program Pascasarjana IPB. Tidak diterbitkan.

28
`

Anda mungkin juga menyukai