Anda di halaman 1dari 24

1.1.

Pengertian Operasi Pengeboran

Pengeboran adalah usaha secara teknis membuat lubang dengan


aman sampai menembus lapisan formasi yang kaya akan minyak atau
gas. Lubang tersebut kemudian dilapisi dengan casing dan disemen,
dengan maksud untuk menghubungkan lapisan formasi tersebut dengan
permukaan bumi yang memungkikan penambangan minyak atau gas
secara komersial. Secara umum tujuan membuat lubang bor adalah untuk:

Membuktikan bahwa adanya minyak atau gas dalam suatu


reservoir yang ditembus.
Sarana mengalirkan minyak atau gas dari reservoir ke
permukaan bumi

1.2. PerkembanganMetode Pengeboran

Makin banyaknya permasalahan dalam operasi pengeboran menuntut


perkembangan teknologi yang lebih canggih. Pada perkembangannya
beberapa metode pengeboran telah digunakan, beberapa metode
pengeboran selama ini yang dilakukan antara lain:

1. Cable tool drilling (Bor tumbuk).

Cara membuat lubang bor dibuat dengan menumbuk numbukkan mata


bor pada lapisan tanah yang akan ditembus. Mata bor tersebut
terbuat dari semacam lonjongan pipa casing dan diikat pada cable yang
ujungnya dibuat bergigi yang kuat untuk merusak batuan, sedang
cuttingnya masuk dalam silinder yang merupakan perangkap atau trap,
kemudian diangkat kepermukaan untuk dibuang. Untuk menjaga agar
dinding lubang agar tidak runtuh maka secara bertahap casing
diturunkan. Bor tumbuk menurut sejarahnya pernah mencapai sampai
1.300 meter
Gambar. Skema Cable Tool Drilling.
2. Rotary Drilling ( Bor Putar)
Pada tahun 1903 metode putar mulai diperkenalkan dilapangan
minyak Spindel top Negara bagian Pensylvania Texas A.S. Rotary
drilling dilakukan dengan maksud membuat lubang sumur dengan
memutar rangkaian bor sampai di mata bor agar lapisan
batuan mudah dihancurkan, sedang cutting diangkat kemerkuaan
dengan sistem sirkulasi lumpur pemboran. Untuk melakukan rotary
drilling diperlukan peralatan pendukung yang lainnya agar operasi
pemboran aman. Roraty drilling dapat dilaksanakan dengan didukung
oleh lima sistem utama yang sangat penting dalam kelancaran proses
pengeboran, yaitu:
1. Sistem Tenaga ( Power System )
2. Sistem Pengangkat ( Hoisting System )
3. Sistem Putar ( Rotating System )
4. Sistem Sirkulasi ( Circulating System )
5. Sistem Pencegahan Semburan Liar ( BOP System )

1.3 Kegiatan Sebelum pengeboran


Setelah dilakukan survei oleh ahli geologi, berupa survei geologi
permukaan, bawah permukaan dan survei seismik, dapat
dinyatakanbahwa terdapat suatu perangkap di bawah permukaan. Isi
perangkapbelum dapat diketahui sebelum perangkap tersebut ditembus.
Gambarandari suatu perangkap reservoir dapat dilihat pada gambar
dibawah ini
Gambar. Perangkap Reservoir

Setelah didapatkan suatu perangkap reservoir dan di permukaan

tempat tersebut dianggap masih liar maka dengan sendirinya perlu


membuat tempat tersebut menjadi tempat yang memungkinkan
terlaksananya operasi pengeboran, selanjutnya ditentukan titik lokasi
pengeboran. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah: perizinan,
mempersiapkan lokasi, mempersiapkan jalan ke lokasi, mempersiapkan
air, mempersiapkan peralatan pengeboran, transportasi peralatan ke
lokasi dan mendirikan menara (rig) dn alat oendukung pengeboran
lainnya.
1.4 Jenis-jenis pengeboran
Berdasarkan gambaran peta bawah permukaan dapat ditentukan
titik pengeboran untuk membuktikan keberadaan minyak dan gas bumi
dalam cekungan. Setelah dilakukan penentuan titik pengeboran dan
pemetaan lokasi kemudian dilakukan pengeboran.

Gambar. Peta lokasi pengeboran

Pembagian pengeboran minyak dan gas bumi dibedakan


berdasarkan :

1.4.1. Berdasarkan Tujuan Pengeboran


Jenis pengeboran ini didasarkan pada tujuan yang akan dicapai
dalam melakukan operasi pengeboran. Berdasarkan tujuannya
pengeboran dibagi menjadi :
Pengeboran Eksplorasi
Pengeboran Deliniasi
Pengeboran Ekploitasi

1. Pengeboran Eksplorasi

Tujuan pengeboran eksplorasi ini adalah untuk membuktikan ada tidaknya


suatu cekungan mengandung minyak dan atau gas bumi. Pada
permulaan pengeboran ini, data-data pengeboran yang akurat belum
tersedia sehingga memerlukan perencanaan yang tepat dengan
memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan masalah yang terjadi
selama proses operasi pengeboran. Selain itu diperlukan pengamatan yang
teliti selama proses pengeboran dilakukan karena kedalaman lapisan
batuan yang memiliki sifat-sifat batuan berbeda yang ditembus oleh mata
bor belum diketahui, data-data sifat-sifat batuan yang diamati perlu
dicatat sesuai kedalamannya. Pada kenyataannya kedalaman akhir
(target) yang dituju dalam pengeboran masih berubah hal ini bias
diamati pada data serbuk bor serta data logging.

Gambar. Pengeboran Exprolasi

Pada gambar. terlihat bahwa pada reservoir terdapat tiga lapisan fluida
yang tersusun dari atas ke bawah sesuai dengan densitasnya yaitu gas
yang memiliki densitas paling ringan berada di atas kemudihan di
bawahnya minyak dan di bawah minyak terdapat air. Pertama kali
pengeboran menembus reservoir akan melalui zona mengandung gas dan
kemudian melalu zona minyak di bawahnya, dan akan menembus zona
air.. Secara umum dibawah lapisan minyak terdapat air sebagai batas
bawah suatu reservoir minyak. Batas-batas antara ketiga fluida reservoir
tersebut sering disebut dengan Gas Oil Contact(GOC) untuk batas antara
gas dengan minyak dan Water Oil Contact (WOC) untuk batas antara
minyak dan air. Bila pengeboran pada puncak perangkap tidak
menemukan hidrokarbon, reservoir tersebut kosong atau yang disebut
dengan dry hole.

2. Pengeboran Deliniasi

Jenis pengeboran ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran


reservoir, mencari batas-batas, serta ketebalan reservoir. Pada pengeboran
ini sudah ada data sumur dari hasil data-data pengeboran yang dilakukan
pada pengeboran eksplorasi sehingga biaya pengeboran dan
konstruksi sumur dapat diperhitungkan secara relatif.

Gambar. Pengeboran Deliniasi

Untuk menentukan batas-batas suatu reservoir maka dilakukan


beberapa pengeboran dengan jarak-jarak tertentu dari sumur yang
pertama. Pengeboran sumur yang kedua diharapkan menembus zona
minyak dengan ketebalan yang sangat tipis, dan zona air yang tebal.
Hal ini dapat dikatakan sebagai batas reservoir minyak. Namun bila
pengeboran menembus zona minyak yang tebal seperti pengeboran
pada sumur ketiga yang masih menembus minyak yang tebal dan
ketebalan air yang cukup berarti maka hal ini tidak dapat dijadikan
sebagai batasan reservoir. Untuk itu perlu dilakukan pengeboran yang
keempat pada jarak tertentu dari sumur yang kedua. Ternyata sumur
ke empat tidak menemukan minyak, hanya menemukan air yang
sangat tebal. Sehingga batas minyak dan air adalah antara sumur
ketiga dan sumur keempat. Untuk menentukan batas-batas reservoir
minyak adalah berdasarkan ketebalan minyak dari setiap sumur yang
dibor. Selanjutnya berdasarkan ketebalan-ketebalan minyak dari setiap
sumur dibuat peta isopach yang digunakan untuk menghitunng volume
batuan yang mengandung minyak.

3. Pengeboran eksploitasi

Pengeboran ini bertujuan untuk meningkatkan pengurasan terhadap


reservoir produksi sekaligus meningkatkan produksi.Pengeboran sumur
eksploitasi memerlukan biaya jauh lebih murah karena data-data sumur
sudah lengkap seperti kedalam dan ketebalan reservoir, jenis dan sifat
batuan yang ditembus mata bor dan lain-lain.

Sumur eksplorasi dapat diubah fungsinya menjadi sumur eksploitasi


dengan catatan sumur eksplorasi tersebut bernilai ekonomis untuk
diproduksiakan. Sumur-sumur yang memproduksikan minyak disebut
juga dengan sumur produksi. Jadi sumur eksploitasi yang
berhasil, juga merupakan sumur produksi.

Gambar. Pengeboran Exploitasi

1.4.2 Berdasarkan Lokasi Pengeboran

Jenis pengeboran ini didasarkan pada lokasi dimana pengeboran ini


dilakukan. Berdasarkan letak dari titik lokasi, pengeboran dibedakan
menjadi.

Pengeboran darat (Onshor)


Pengeboran lepas pantai (Offshore)
Pengeboran darat adalah semua kegiatan pengeboran yang titik lokasinya
berada di daratan. Istilah lainnya adalah Onshore Drilling. Pengeboran
lepas pantai adalah kegiatan pengeboran yang titik lokasinya berada di
laut lepas pantai samapai perairan yang dalam. Akan tetapi dapat
dimasukkan juga untuk pengeboran lepas pantai bila titik lokasinya berada
pada lingkungan yang berair, seperti pengeboran di sungai, di rawa dan di
danau namun dengan persyratan kedalam tertentu. Istilah lain untuk
pengeboran lepas pantai adalah Offshore Drilling. Gambaran dari
onshore dan offshore drilling dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar. Onshore dan Offshore drilling

1.4.3 Berdasarkan Bentuk Lubang

Jenis pengeboran ini didasarkan pada bentuk lubang yang dibuat


atau dibentuk pada operasi pengeboran yang dilakukan. Berdasarkan
bentuk lubangnya, pengeboran dibedakan menjadi :

Pengeboran tegak (straight hole drilling/vertical drilling)

Pengeboran berarah (directional dan horizontal drillin)

1. Pengeboran Lurus.
Pengeboran lurus disebut juga dengan pengeboran vertikal atau
Straight Hole Drilling. Artinya pengeboran yang dilakukan mulai dari titik
lokasi di permukaan, lubang dipertahankan lurus vertikal sampai ke titik
target. Pengeboran yang digolongan dalam pengeboran lurus atau straight
hole drilling, adalah bila memenuhi persyaratan seperti di bawah ini
(dapat dilihat pada Gambar 3.6.) :

o
Pengeboran masih dalam suatu kerucut dengan sudut 5 untuk,
ketinggian kerucut 10.000 ft. Kerucut ini dibentuk dari titik awal
pengeboran di permukaan sampai kedalaman mencapai 10.000 ft
0
dengan kemiringan kerucut sebesar 5 . Selama lubang yang dibentuk
pada operasi pengeboran yang dilakukan masih berada di dalam
lingkup kerucut tersebut maka pengeboran ini termasuk pengeboran
lurus/vertikal/straight hole
o
Lubang boleh membelok, asal dog leg maksimum adalah 3
per100 ft. Pada kenyataanya lubang tidak mungkin bisa dipertahankan
selurus mungkin, hal ini dikarenakan kondisi lapisan batuan yang
memiliki sifat-sifat yang berbeda sehingga akan berpengaruh pada
kondisi lubang pengeboran. Sehingga lubang pengeboran akan
sedikit membelok atau sering dinamakan dog leg. Hal ini
0
diperbolehkan asalkan pembelokannya tidak melebihi 3 per 100 ft dan
selama berada pada kerucut seperti penjelasan di atas.

Jika lubang sumur yang dibuat masuk ke dalam kerucut seperti


gambar 3.6, maka jenis pengeborannya termasuk kelompok straight hole
o
drilling. Apabila dog legnya lebih kecil dari 3 /100 ft, tapi lubang sumur
keluar dari kerucut seperti Gambar 3.6, maka jenis pengeborannya bukan
lagi termasuk kelompok straight hole drilling.
Gambar 3.6. Straight Hole Drilling

2. Pengeboran Berarah atau Horisontal.

Didalam melakukan pengeboran suatu formasi, selalu diharapkan


pengeboran dengan lubang yang lurus/vertikal, karena pengeboran dengan
lubang yang lurus/vertikal selain dalam operasinya lebih mudah, juga
pada umumnya biayanya menjadi lebih murah. Namun karena kondisi-
kondisi tertentu, pengeboran lurus/vertikal tidak bisa dilakukan oleh
karenanya perlu dilakukan pengeboran yang bisa diarahkan sesuai kondisi-
kondisi tersebut. Pengeboran yang dilakukan dengan cara mengarahkan
lubang biasa disebut dengan pengeboran berarah atau pengeboran
horisontal (Directional and Horizontal Drilling). Beberapa faktor-faktor
penyebab dilakukannya pengeboran berarah atau horizontal (Directional
and Horizontal Drilling) adalah geografi, geologi dan pertimbangan
ekonomi. Di bawah ini beberapa

contoh alasan dilakukannya pengeboran berarah atau horizontal


(Directional and Horizontal Drilling).

a. Inaccesible Location Drilling

Teknik ini adalah salah satu dari teknik pengeboran berarah yang paling
umum dilakukan untuk mencapai lapisan yang tidak dapat dicapai dengan
cara yang biasa, sebagai contoh reservoir yang terletak di bawah kota, di
bawah lahan pertanian/perkebunan, dll. Gambar 3.7. memperlihatkan
formasi yang berada di bawah perkotaan sehingga dilakukan pengeboran
berarah atau horizontal (Directional and Horizontal Drilling).
Gambar 3.7. Formasi di Bawah Kota

b. Multiple Well Drilling


Bila suatu lokasi pengeboran memiliki keterbatasan area pada permukaan
sehingga tidak mungkin dilakukan pengeboran banyak sumur dengan letak
yang berbeda. Hal ini bisa diatasi dengan melakukan pengeboran multiple
well. Yakni mengebor pada satu lokasi dengan banyak sumur yang
dibuat.

Gambar. Multiple well drilling

c. Salt Dome Drilling


Pada daerah yang didapati kubah garam (salt dome) yang letaknya berada
di atas reservoir minyak, pengeboran lurus/vertical tidak mungkin
dilakukan. Karena bila pengeboran menembus kubah garam (salt dome)
akan mengakibatkan masalah yang serius terutama akan terjadinya blow out
sehingga perlu dilakukan pengeboran berarah atau horizontal (Directional
and Horizontal Drilling) yangakan mengarah langsung ke reservoir
minyak.
Gambar 3.9. Formasi dibawah Kubah Garam

d. Side Tracking atau Straightening

Kadangkala dalam melakukan operasi pengeboran lurus/vertika terjadi


pembelokan yang sangat parah sehingga menjauh dari target, sehingga
perlu untuk meluruskan kembali lubang sumur tersebut. Untuk itu
dilakukan side tracking dengan melakukan pengeburan berarah. Atau pada
kejadian dimana fish yang tidak dapat diangkat dan terkubur dilubang bor,
pengeboran harus menghindari fish tersebut agar peralatan pengeboran
tidak rusak maka dilakukan side tracking.

Gambar. side trackig

e. Relief Well Drilling

Pada kejadian sumur yang blow out, salah satu cara untuk
menanggulanginya adalah dengan mengebor atau membuat relief well.
Relief well merupakan sumur yang dibuat di dekat sumur yang blow out
dengan tujuan untuk mengalirkan fluida yang mengakibatkan blow out
sehingga dapat dikendalikan.

Gambar. Relief Well

1.5 Steering a well

1.5.1 Downhole Drilling Motor (DHDM)


DHDM adalah motor yang digunakan untuk menggerakkan bit.
Penggunaan motor ini mempunyai keuntungan, antara lain ; mengurangi
penggunaan daya di permukaan, mengurangi ketergantungan operator
terhadap karakteristik mekanis drill string, penggunaanya Belative
ekonomis dibandingkan dengan pemboran konvensional.
Penggerak utama dari motor ini adalah aliran fluida lumpur pemboran
yang dipompakan dari permukaan menuju motor melalui drill string.
Lumpur tersebut menggerakkan motor. Berdasarkan mekanisme motor
penggeraknya, DHDM dibagi menjadi dua jenis, yaitu ; turbine motor dan
positive displacement motor (PDM).
a. Turbine Motor
Terdiri dari rangkaian sudu-sudu yang dipasang 45 50 derajad
dari arah rotasi. Sudu-sudu tersebut menghasilkan gaya centrifugal
hasil dari energi mekanik fluida. Karena diameter turbin cukup kecil,
motor harus berputar dengan kecepatan tinggi, sehingga motor ini
cocok untuk dipasang dengan diamond bit.
Gambar. Down Hole Motor Turbodrill

B. Positive Displacement Motor


PDM digerakkan oleh pompa moineau dengan rotor berbentuk
helicoidal yang berperan sebagai rotor tersekat di dalam stator. Jika
fluida dialirkan, rotor akan berputar untuk memberikan jalan kepada
fluida untuk mengalir. Rotor bergerak karena ada perbedaan tekanan di
dalam motor yang dihasilkan oleh lumpur.

Gambar. Sperry Drill PDM

1.5.2 Rotary Steerable System

Steerable system adalah sistem pemboran yang dapat dikontrol arah


pemborannya secara langsung ketika melakukan pemboran. Sistem ini
meliputi bit, bent-housing, DHDM, MWD, dan stabilizer yang sudah
merupakan kombinasi dari BHA. Pemboran dengan steerable system dapat
menggunakan dua cara yaitu ; Sliding Mode, Rotary Mode.
Sliding mode adalah membor dengan menggunakan DHDM sebagai
penggerak bit. Cara ini dilakukan jika akan melakukan perubahan arah
pemboran. Rotary mode adalah membor dengan menggunakan DHDM dan
rotary table, untuk menggerakkan bit. Cara ini dilakukan jika akan membor
lubang dengan arah tidak berubah.

Gambar. Rotary Steerable System

1.6 Pengujian Selama Pemboran


Dalam kegiatan eksplorasi panas bumi, sample tidak hanya diambil
pada saat eksplorasi pendahuluan hingga eksplorasi rinci, tetapi saat sudah
dilakukan pemboran juga tetap dilakukan pengambilan sample. Sample saat
pemboran terdiri dari sample core, cutting, uap, dan fluida hidrothermal.

1 Pengambilan Inti (core)


Suatu inti (coring) harus di ambil untuk dideskripsi secara detil oleh
well-site geologist. Pengujian meliputi semua karakteristik litologi
yang terlihat seperti warna, mineralogi, ukuran dan bentuk kristal,
sorting, alterasi hidrothermal yang terlihat dan lain sebagainya, serta
sifat lain seperti densitas dan induration.

Terdapat dua macam cara pengambilan coring, yaitu :

- Bottom coring
Merupakan coring yang dilakukan bersamaan dengan pemboran.
Sesuai dengan alat yang digunakan, maka bottom core dibedakan
menjadi :
a Conventional coring
Yaitu coring yang menggunakan core bit biasa atau diamond.
Ukuran core yang didapat memiliki diameter antara 3 5 inch.

b Wire-line retrievable coring


Pengambilan samplenya dengan cara menurunkan suatu alat ke
dasar sumur tanpa mengangkat drill string. Ukuran core yang
diperoleh dengan cara ini lebih kecil, yaitu 1 1/8 1 inch.

- Sidewall coring
Yaitu coring yang dilakukan setelah pemboran, umumnya
digunakan untuk mengambil sample pada interval tertentu

2 Pengujian Cutting
Pengujian cutting berguna untuk menentukan permukaan batas
formasi, dimana terdapat perubahan yang tajam pada ukuran cutting.

3 Wireline Logging

Pengujian Wireline Logging adalah teknik untuk mengambil


data-data dari formasi dan lubang sumur dengan menggunakan
instrumen khusus. Pekerjaan yang dapat dilakukan
meliputi pengukuran data-
data properti elektrikal (resistivitas dan konduktivitasada berbagai frek
uensi), data nuklir secara aktif dan pasif, ukuran lubang sumur.

Gambar. Wireline logging


pengambilan sampel fluida formasi, pengukuran tekanan forma
si, pengambilan material formasi (coring)dari dinding sumur, dsb.
Logging tool (peralatan utamalogging, berbentuk pipa pejal berisi alat
pengirim dan sensor penerima sinyal) diturunkan ke dalam sumur
melalui tali baja berisi kabel listrik ke kedalaman yang diinginkan.
Biasanya pengukuran dilakukan pada saat logging tool ini ditarik ke
atas. Logging tool akan mengirim sesuatu sinyal (gelombang suara,
aruslistrik, tegangan listrik, medan magnet, partikel nuklir, dsb.) ke
dalam formasilewat dinding sumur. Sinyal tersebut akan dipantulkan
oleh berbagai macam material di dalam formasi dan juga material
dinding sumur. Pantulan sinyalkemudian ditangkap oleh sensor
penerima di dalam logging tool lalu dikonversimenjadi data digital
dan ditransmisikan lewat kabel logging ke unit di permukaan. Sinyal
digital tersebut lalu diolah oleh seperangkat komputer menjadi
berbagaimacam grafik dan tabulasi data yang diprint pada continuos
paper yang dinamakan log . Kemudian log tersebut akan
diintepretasikan dan dievaluasi olehgeologis dan ahli geofisika.
Hasilnya sangat penting untuk pengambilan keputusan baik pada saat
pemboran ataupun untuk tahap produk

4 Logging While Drilling


(LWD) adalah pengerjaan logging yang dilakukan bersamaan pada
saat membor. Alatnya dipasang di dekat mata bor. Datadikirimkan
melalui pulsa tekanan lewat lumpur pemboran ke sensor di
permukaan. Setelah diolah lewat serangkaian komputer, hasilnya juga
berupagrafik log di atas kertas.
Gambar. Logging While Drilling

LWD berguna untuk memberi informasi formasi (resistivitas,


porositas, sonic dan gammaray) sedini mungkin pada saat pemboran.
Mud logging adalah pekerjaan mengumpulkan, menganalisis dan
merekam semuainformasi dari partikel solid, cairan dan gas yang
terbawa ke permukaan olehlumpur pada saat pemboran. Tujuan
utamanya adalah untuk mengetahui berbagai parameter pemboran dan
formasi sumur yang sedang dibor.

5 Measurement While Drilling (MWD)


MWD adalah suatu sistem pengukuran data lubang bor yang
diletakkan di dekat pahat dan mengirimkan data tersebut ke
permukaan secara langsung (real time) ketika proses pengeboran
sedang berlangsung. Peralatan ini dikembangkan oleh The Analyst
Schlumberger, dipasang dalam suatu non magnetic drill collar dekat
pahat. Dilengkapi dengan turbin alternator yang akan berputar dan
menghasilkan arus listrik apabila dilalui aliran lumpur.
Gambar. Measurement While Drilling (MWD)

Informasi sekitar pahat akan dikirimkan ke permukaan melalui kolom


lumpur yang ada di dalam rangkaian pengeboran sebagai gelombang
tekanan modulasi (modulated pressure wave). Sinyal akan didetksi
oleh sensor tekanan yang dipasang pada pipa tegak (stand pipe), untuk
diteruskan ke komputer

6 Drill Steam Test


Drillstem test atau sering disebut DST merupakan suatu prosedur
mengenai produktivitas formasi dimana memisahkan dan menguji dari
permeabilitas, tekanan, dan kemampuan produksi dari formasi geologi
selama proses pemboran berlangsung. DST membutuhkan waktu yang
singkat agar dapat diketahui dampak dari fluida pemboran yang
mempengaruhi formasi. Uji DST sangat penting untuk mengukur
tekanan pada drill stem dan sangat beguna untuk mendapatkan
informasi mengenai fluida formasi. Selain itu, DST juga berfungsi
sebagai penentuan kandungan reservoir hidrokarbon, serta
karakteristik dari reservoir tersebut seperti permeabilitas, demage ratio
dan faktor skin. Uji DST ini sangat membantu para geologist dalam
mengetahui kondisi sebuah formasi batuan yang sangat menunjang
pekerjaan pada geologi minyak bumi dan gas (geomigas).
Gambar. Drill Steam Test

Cara melakukan uji DST yaitu dengan menghentikan pemboran dan


kemudian memproduksikan fluida formasi melalui pipa bor. Uji DST
ini biasanya dilakukan dengan dua periode. Periode pertama berupa
pengaliran dimana terdiri dari uji alir pertama dan kedua. Sedangkan
periode kedua yaitu dua kali penutupan (tutup pertama dan kedua).
Analisa pressure build up metode Horner pada kedua penutupan
sumur dapat dipakai sehingga mendapatkan besaran produktivitas dan
karakteristik formasi. Untuk pengembangan lebih lanjut, dibutuhkan
interpretasi dini dari karakterisasi reservoir.

Gambar. Teknik Closed Chamber DST

Teknik closed chamber DST objek dari fluida yang masuk ke dalam
drill pipe pada saat initial flowing period, bisa berupa gas, minyak
atau air. Teknik ini memiliki fungsi untuk memperkirakan berapa
produksinya. Teknik closed chamber DST menggunakan peralatan
DSF dan peralatan permukaan yang biasa tetapi dipakai alat untuk
menutup drill pipe, agar terdapat shut-in pressure, dan alat pengukur
tekanan.

1.7 Data-data yang diambil


Data yang diukur berupa data geologi dan data teknis lubang bor
(tergantung dari susunan sensor yang dipasang pada peralatan bawah
tanah), yang meliputi :

a. Formation Radioactivity (Gamma Ray)


Diukur dengan bantuan ruggedized scintillation detector setiap 27 detik
pada pengeboran biasa dan 54 detik dengan downhole motor.

b. Formation Resistivity (Short Normal)


Dengan memasang electrode short normal 16 inci dan mengukur setiap 27
detik.

c. Annular Temperature
Sensor yang dipasang di bagian luar MWD akan mengukur suhu lumpur
yang melalui sensor tersebut setiap 54 detik.

d. Downhole Weight on Bit (DWOB)


Mengukur gaya aksial yang terjadi pada pahat. Hasil pengukuran
dikirimkan setiap 27 detik dan dapat diperbandingkan dengan beban pahat
di permukaan (Surface Weight on Bit = SWOB).

e. Borehole Deviation / Azimuth


Kemiringan dan arah lubang bor dapat diukur dengan sistem
magnetometer dan accelerometer setiap saat selama aliran lumpur
berlangsung.

f. Tool Face Angle


Arah dari bent-sub dapat diketahui dengan magnetometer dan
accelerometer.

Gambar. Grafik dari pengujian.

perekaman karakteristik dari suatu formasi batuan yang diperoleh melalui


pengukuran pada sumur bor Data yang dihasilkandisebut sebagai well log.
Setelah diolah lewat serangkaian komputer, hasilnya juga berupagrafik log.
diatas kertas. Berguna untuk memberikan informasi (resistivitas,
porositas, sonic dan gammaray) sedini mungkin pada saat pemboran
sehingga diketahui keadaan, struktur formasi, maupun kandungan yang ada
disekitar titik bor tersebut.

1.8 Proses Penyemenan

Penyemenan sumur digolongkan menjadi dua bagian : Pertama,


primary cementing, yaitu penyemenan pada saat sumur sedang dibuat.
Sebelum penyemenan ini dilakukan, casing dipasang dulu sepanjang lubang
sumur.Campuran semen (semen + air + aditif) dipompakan ke dalam
annulus (ruang/celah antara dua tubular yang berbeda ukuran, bisa casing
dengan lubangsumur, bisa casing dengan casing ). Fungsi utamanya untuk
pengisolasian berbagai macam lapisan formasi sepanjang sumur agar tidak
saling berkomunikasi. Fungsi lainnya menahan beban aksial casing dengan
casing berikutnya, menyokong casing dan menyokong lubang sumur
(borehole).

Kedua remedial cementing, yaitu penyemenan pada saat sumurnya


sudah jadi. Tujuannya bermacam macam, bisa untuk mereparasi primary
cementing yang kurangsempurna, bisa untuk menutup berbagai macam
lubang di dinding sumur yangtidak dikehendaki (misalnya lubang perforasi
yang akan disumbat, kebocoran dicasing, dsb.), dapat juga untuk
menyumbat lubang sumur seluruhnya. Semen yangdigunakan adalah semen
jenis Portland biasa. Dengan mencampurkannya denganair, jadilah bubur
semen (cement slurry). Ditambah dengan berbagai macam aditif, properti
semen dapat divariasikan dan dikontrol sesuai yang dikehendaki. Semen,air
dan bahan aditif dicampur di permukaan dengan memakai peralatan
khusus.Sesudah menjadi bubur semen, lalu dipompakan ke dalam sumur
melewati casing.Kemudian bubur semen ini didorong dengan cara
memompakan fluida lainnya,seringnya lumpur atau air, terus sampai ke
dasar sumur, keluar dari ujung casingmasuk lewat annulus untuk naik
kembali ke permukaan. Diharapkan seluruh atausebagian dari annulus ini
akan terisi oleh bubur semen. Setelah beberapa waktudan semen sudah
mengeras, pemboran bagian sumur yang lebih dalam dapatdilanjutkan.

Gambar. Proses penyemenan


1.9 Proses Perforating

Perforasi (perforating) adalah proses pelubangan dinding sumur


(casing danlapisan semen) sehinggabsumur dapat berkomunikasi dengan
formasi. Minyak atau gas bumi dapat mengalir ke dalam sumur melalui
lubang perforasi ini.

Perforating gun yang berisi beberapa shaped-charges diturunkan ke


dalam sumur sampai ke kedalaman formasi yang dituju.Shaped-charges ini
kemudian diledakan dan menghasilkan semacam semburan jet campuran
fluida cair dan gasdari bahan metal bertekanan tinggi (jutaan psi) dan
kecepatan tinggi (7000 m/s)yang mampu menembus casing baja dan lapisan
semen. Semua proses ini terjadidalam waktu yang sangat singkat (17s).
Perforasi dapat dilakukan secaraelektrikal dengan menggunakan peralatan
logging atau juga secara mekanikallewat tubing (TCP-Tubing Conveyed
Perforations)

Gambar. Proses Perforating

(A) Perforating gun berisi shaped-charges diturunkan ke dalam sumur


sampai ke formasiyang dituju.

(B) Shaped-charges diledakan membuat beberapa lubang di casing dan


lapisan semen.

(C) Fluida formasi mengalir melalui lubang perforasi ini naik ke permukaan.
(gambar dari A Primer of Oilwell Drilling

Anda mungkin juga menyukai