Anda di halaman 1dari 17

TUGAS 3

ETIKA
Dahmir Dahlan, Prof.Dr.Ir.M.Sc.H

Disusun oleh :
Nama

: Ahmad Fakhri

Nim

: 13210006

Jurusan

: Teknik Mesin S-1

JURUSAN TEKNIK MESIN S-1


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2015

Soal :
Anda diminta untuk membuat paper dengan Judul "Korupsi" dengan tema "Korupsi di Kalangan
Mahasiswa". Garis besar isi paper yang diinginkan adalah sebagai berikut:
1. Latar Belakang (Kenapa anda menulis dgn tema tsb? ...tentu saja selain karena ditugaskan
dosen!)
2. Kajian Pustaka (pada bab ini anda "boleh nyontek" karena menyalin secara legal pendapat
orang lain.)
3. Analisis ( pada bab ini tempatnya anda mengeluarkan pendapat anda sendiri, meliputi jawaban
"apa, siapa, kapan, kenapa, dan bagaimana "
4. Kesimpulan ( kesimpulan ditarik dan tidak keluar dari apa yang sudah dianalisis pada bab 3.)
5. Daftar Pustaka
CATATAN :
1. BUATLAH PAPER INI SEBAIK MUNGKIN KARENA WAKTU YANG DIBERIKA
CUKUP PANJANG
2. ANDA HANYA DIBOLEHKAN MENYALIN PENDAPAT ORANG LAIN (PAKAR)
DENGAN KATA LAIN "NYONTEK " PADA BAB 2, OK !!!

Jawab :

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG

Kartono (1983) mendefinisikan korupsi sebagai

tingkah laku individu yang

menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan


kepentingan umum dan negara. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa korupsi
merupakan perilaku menyimpang sosial tingkat tinggi. Sebab cenderung merugikan kepentingan
umum dan negara. Meskipun hal ini sangatlah terkait dengan seberapa besar dampak sosialnya.
Namun bagaimana menghilangakan budaya korupsi?. Mengupayakan pembasmian korupsi dari
akar rumput mungkin menjadi sangat relevan untuk digalakkan . Tentunya kita harus
mengupayakan dari yang terkecil. Dari diri kita yang mengaku mahasiswa . Dari diri kita yang
mengaku sebagai agen perubahan, dari benih-benih korupsi yang terjadi disekitar kita
Dalam dunia kampus tidak dipungkiri bahwa mahasiswa pun sebagai corong perubahan
tidak luput dari perilaku menyimpang, seperti halnya korupsi . Perilaku anti korupsi yang
seharusnya tertanam dalam diri mahasiswa masih jauh dari kata cukup. Faktanya, masih banyak
budaya-budaya korupsi yang kerap dilakukan mahasiswa di dunia kampus, sebut saja
menyontek , proposal yang tak lazim, kwitansi bodong dan uang pelicin sebagai bentuk lain dari
gratifikasi dsb. Jikalau ditelisik dari hati nurani, sebenarnya mahasiswa sangat sadar bahwa halhal seperti itu merupakan riak-riak korupsi. Namun sayangnya, mahasiswa terkadang
menganggap biasa atau memandang sebagai hal yang lumrah

1.2

RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan Korupsi ?
2. Bagaimanakah budaya korupsi di kalangan mahasiswa?
3. Cara menanggulangi budaya korupsi di kalangan mahasiswa

1.3

TUJUAN PENULIS
1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang korupsi
2. Untuk mengetahui budaya korupsi di kalangan mahasiswa
3. Dapat menganggulangi masalah korupsi di kalangan mahasiswa

BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1

Pengertian Korupsi

Korupsi dalam Bahasa Latin artinya corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan
Mahasiswa, pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang
terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalah gunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan
sepihak(id.wikipedia.org).
Korupsi berdasarkan pemahaman pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang
diubahmenjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Korupsi merupaka tindakan
melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri/orang lain (perseorangan atau sebuah
korporasi). Korupsi yang biasanya kita ketahui ialah kegiatan yang secara langsung
maupun tidak langsung merugikan keuangan atau prekonomian negara, yang dari segi
materil perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai
keadilan masyarakat. Akan tetapi korupsi bukan hanya terjadi di kalangan petinggipetinggi Negara namun juga sering terjadi di kalangan mahasiswa.

2.2

Koruspi Dikalangan Mahasiswa


Seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan pembangunan di Indonesia
dalam segala bidang berkembang pesat pula. Tidak terkecuali pembangunan dalam
bidang pendidikan. Hal ini merupakan upaya yang sungguh-sungguh dari rakyat untuk
mencapai kehidupan yang dicita-citakan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan yang dimaksut dengan pendidikan,
tercantum dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang berbunyi:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.

Amanat UU No 20 Tahun 2003 tersebut sangat jelas bahwa, pendidikan pada


hakekatnya adalah mengembangkan potensi diri peserta didik dengan dilandasi
oleh kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan. Dengan demikian, pendidikan mempunyai peran yang strategis
dalam membangun karakter mahasiswa. Tujuan pendidikan bukan hanya untuk
mengembangkan intelegensi akademik mahasiswa, tapi juga membentuk mahasiswa yang
berbudaya jujur.
Namun permasalahan yang hingga saat ini masih menjadi fenomena dikalangan
mahasiswa yaitu, budaya ketidakjujuran mahasiswa. Fakta menunjukkan bahwa, budaya
ketidakjujuran kian menggejala di kalangan mahasiswa. Bahkan akar dari masalah
korupsi, kolusi dan nepotisme di Indonesia adalah murni dari faktor ketidakjujuran pada
waktu menjadi mahasiswa. Saya masih mahasiswa, dan saya melihat bahkan merasakan
itu semua, bagaimana budaya ketidakjujuran mahasiswa sangat sistemik dan menjadi hal
yang lumrah terjadi

2.3

Contoh Budaya Korupsi Dikalangan Mahasiswa


Pertama, contoh budaya ketidakjujuran mahasiswa adalah perilaku mencontek,
maka teman yang di contek tentunya telah terampas keadilan dan kemampuannya.
Ketika mahasiswa yang di contek belajar siang malam, tetapi penyontek yang suka hurahura dengan gampangnya mencuri hasil kerja keras temannya. Mencontek akan
menghilangkan rasa percaya diri mahasiswa. Bila kebiasaan tersebut berlanjut maka
percaya diri akan kemampuan diri menjadi luntur, sehingga semangat belajar jadi hilang,
mahasiswa akan terkungkung oleh pendapatnya sendiri, yang merasuki alam pikirnya
bahwa untuk pintar tidak harus dengan belajar, tapi mencontek.
Kedua, perilaku ketidakjujuran mahasiswa adalah fenomena plagiasi (penjiplakan
karya tulis) yang selalu menjadi momok bagi pendidikan di Indonesia. Terungkapnya
kasus plagiasi di bebarapa perguruan tinggi, menjadi tolok ukur bagi kualitas pendidikan.
Tindakancopy paste seakan menjadi ritual wajib dalam memenuhi tugas dari dosen.
Mahasiswa bahkan peneliti ditengarai banyak yang melakukan tindakan plagiat.
Dengan diterbitkannya Permendiknas nomor 17 tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Penanggulangan plagiat di perguruan tinggi, diharapkan dapat meredam maraknya

plagiarisme. Tapi lagi-lagi berita mengejutkan datang dari dunia perguruan tinggi, setelah
guru besar Universitas Katolik Parahyangan Prof. AABP melakukan plagiat, dan kini
disusul rekan sejawatnya, sesama guru besar dari Universitas Riau. Guru besar
Universitas Riau, Prof. II, terbukti melakukan plagiarisme dalam membuat buku berjudul
Sejarah

Maritim

yang

merupakan jiplakan

dari

buku

Budaya

Bahari

karya

Mayor Jenderal (Marinir) Joko Pramono terbitan Gramedia tahun 2005 (Kompas, 2011).
Hebohnya lagi yang bersangkutan pada tahun 2008 menerima piagam dari Museum
Rekor Indonesia (MURI) atas karyanya menerbitkan 66 buku dalam tempo lima tahun,
dan buku Sejarah Maritim merupakan salah satu dari 66 buku yang masuk rekor tersebut.
Kemudian pada awal Maret 2012, tampaknya menjadi hari kelabu bagi dunia
pendidikan di Indonesia. Kasus plagiat doktor dan calon guru besar mulai merebak di
Universitas Pendidikan Indonesia. Yang pada akhirnya Senat Akademik UPI pada Jumat
pekan lalu, 2 Maret 2012, menjatuhkan sanksi kepada tiga dosen pelaku. Hukumannya
berupa penurunan pangkat dan jabatan serta menggugurkan kenaikan promosi guru besar
mereka. Guru besar merupakan sosok yang diharapkan sebagai teladan bagi mahasiswa
dan sesama dosen, sosok yang dipandang sangat tinggi oleh masyarakat. Sangat
mengherankan jika guru besar yang notabene adalah orang pintar dengan bekal keilmuan
dan profesionalitas yang lebih tetapi melakukan tindakan plagiat.
Ketiga, perilaku ketidakjujuran mahasiswa adalah titip absensi, absensi yang
ditandatangani mahasiswa sering disalahgunakan. Tandatangan fiktif pun mewarnai
absensi, padahal dalam satu pertemuan adakalanya jumlah kehadiran mahasiswa tidak
sebanding dengan tandatangan yang hadir. Mahasiswa yang hadir terlihat tidak banyak
tapi tandatangan di absensi penuh dan mahasiswa hadir semua.
Perilaku

mencontek,

plagiasi

dan

titip

absen

merupakan

manifestasi

ketidakjujuran, yang pada akhirnya memunculkan perilaku korupsi. Kejujuran merupakan


barang langka di Indonesia. Banyak orang pintar yang lulus perguruan tinggi, tapi sangat
langka orang pintar yang jujur, sehingga berakibat sulitnya mengukur kadar kesuksesan
proses belajar-mengajar.
Persoalan ketidakjujuran tersebut merupakan suatu hal yang mengkhawatirkan
dan perlu perhatian serius. Sebab, bagaimana mungkin institusi pendidikan, justru
menjadi sarang korupsi. Ini jelas berbanding terbalik dengan hakekat pendidikan yang

benar, yakni ingin menciptakan manusia yang berilmu dan bermoral. Dan apabila budaya
ketidakjujuran mahasiswa seperti mencontek, plagiasi, titip absen, dll tidak segera
diberantas, maka perguruan tinggi akan menjadi bagian dari pembibitan moral yang
dekstruktif di Indonesia.

2.4

Menumbuhkan Budaya Jujur Mahasiswa Sebagai Paradigma Baru


Pemberantasan Korupsi
Untuk dapat berperan secara optimal dalam pemberantasan korupsi, maka harus
dilakukan pembenahan terhadap mahasiswa dan kampusnya. Dengan kata lain,
mahasiswa harus mendemonstrasikan bahwa diri dan kampusnya harus bersih dan jauh
dari perbuatan korupsi. Selanjutnya adalah pada proses perkuliahan. Dalam masa ini,
perlu penekanan terhadap moralitas mahasiswa dalam berkompetisi untuk memperoleh
nilai yang setinggi-tingginya, tanpa melalui cara-cara yang curang.
Guna menciptakan strategi untuk memberantas korupsi di indonesia, maka
paradigma yang harus dibangun terlebih dahulu adalah, dengan menumbuhkan budaya
jujur dikalangan mahasiswa. Karena memang ketidakjujuran dikalangan mahasiswa di
negeri ini sudah sistemik dan tidak cukup hanya dituntaskan lewat penambahan pelajaran
budi pekerti. Dan upaya untuk menumbuhkan budaya jujur mahasiswa, dapat dilakukan
melalui :
1. Pendidikan Integritas.
Ketidakjujuran selalu dapat dihubungkan dengan setiap gejala kerusakan dimensi
kehidupan seseorang. Perilaku korupsi misalnya, yang ditengarai akibat ketidakjujuran
pejabat semakin bobrok. Begitu pula perilaku tidak jujur mahasiswa, ditengarai karena
mahasiswa tidak mempunyai integritas. Integritas bukan kata atau istilah Indonesia, tetapi
berasal dari bahasa inggris yang berarti the quality of being honest and of always having
high moral principles. Yang pasti integritas menyangkut seluruh aspek kehidupan
manusia yang luhur dan berbudi. Integritas bertalian dengan moral yang bersih, kejujuran
serta ketulusan terhadap sesama dan Tuhan YME. Integritas berlaku pada segala atau
semua bidang kehidupan, misalnya bidang hukum, sosial, politik, ekonomi, dll.

Pendidikan integritas adalah pendidikan yang mengedepankan pembangunan


karakter. Pendidikan seperti ini tidak hanya mengandalkan terori, tapi mahasiswa juga
harus bisa mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu Pendidikan
Integritas muncul sebagai suatu kebutuhan terhadap tantangan yang dihadapi mahasiswa,
sebab tanpa prinsip dasar integritas tidaklah mungkin tercapai tingkat efektifitas yang
tinggi untuk menegakkan kejujuran mahasiswa.
Sistem pendidikan harus dibangun dengan menekankan pada prinsip-prinsip
pendidikan integritas, dapat ditegaskan bahwa yang terpenting dalam pendidikan
integritas adalah, bagaimana menciptakan faktor kondisional yang dapat mengundang
dan memfasilitasi mahasiswa untuk selalu berbuat secara jujur, moral dan beretika, dalam
ujian (tidak menyontek, melakukan plagiat, titip absen, dll) maka strateginya adalah
mengkondisikan faktor penyebab ketidakjujuran mahasiswa ke arah yang mendukung,
yaitu sebagai berikut:
Tabel. Upaya Membangun Budaya Jujur Mahasiswa
No. Aspek
1.

Pribadi

Upaya yang Dilakukan

Membangkitkan rasa percaya diri mahasiswa


Arahkan self consept mahasiswa ke arah yang lebih

proporsional
membiasakan mahasiswa berpikir lebih realistis dan
tidak ambisius.

2.

Lingkungan dan

Kelompok
3.

4.

Sistem Evaluasi

Guru/ Dosen

Meniptakan kesadaran disiplin dan kode etik kelompok


yang sarat dengan pertimbangan moral.

Membuat instrumen evaluasi yang valid dan reliable

(yang tepat dan tetap)


Menerapkan cara pemberian skor yang benar-benar

objektif
Melakukan pengawasan yang ketat

Berlaku objektif dan terbuka dalam pemberian nilai.

menunjukkan keteladanan dalam perilaku moral.


memberikan umpan balik atas setiap penugasan.

Pendidikan integritas terhadap mahasiswa adalah sebagai paradigma baru dan


upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar mahasiswa dapat secara efektif mengembangkan potensi dirinya, baik aspek kognisi,
afeksi dan sikomotoriknya sesuai dengan nilai-nilai integritas (keutuhan moralitas). Dan
pendidikan Integritas dapat dilaksanakan dengan cara :

Memesukkan pendidikan integritas di institusi perguruan tinggi dan di harapkan


pelajaran integritas ini bisa diterapkan sehingga dapat mewujudkan efektifitas yang
tinggi untuk pemberantasan korupsi. Pendidikan integritas ini merupakan salah satu
upaya mencetak mahasiswa yang bermoral. Dalam proses pendidikan integritas ini,
para mahasiswa akan dikenalkan dengan berbagai praktek-praktek penyimpangan
misalnya, korupsi secara menyeluruh, maksutnya mahasiswa akan dikenalkan apa itu
korupsi, dampaknya, serta modus-modusnya, sehingga dengan demikian mereka akan
mengenal hinanya perbuatan korupsi pada akhirnya mahasiswa tidak mau

melakukannya.
Dengan cara menguji pengetahuan (kognisi), sikap (afeksi), dan tindakan
(psikomotorik) para mahasiswa terkait dengan sejumlah masalah-masalah kejahatan
korupsi.

2. Pendidikan Karakter
Universitas sebagai lembaga pendidikan tinggi adalah salah satu sumber daya
yang penting. Sambil mengevaluasi tujuan kita, sangatlah penting untuk menyusun
kurikulum yang secara jelas memuat pendidikan karakter. Sedangkan yang dimaksut
dengan karakter adalah:
Character determines someones private thoughts and someones actions done. Good
character is the inward motivation to do what is right, according to the highest standard
of behaviour, in every situation.

Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang


membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan
bernegara

dan

membantu

mereka

untuk

membuat

keputusan

yang

dapat

dipertanggungjawabkan. Karakter yang menjadi acuan seperti yang terdapat dalamThe


Six Pillars of Character yang dikeluarkan oleh Character Counts! Coalition (a project of
The Joseph Institute of Ethics). Enam jenis karakter yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
a. Trustworthiness, bentuk karakter yang membuat seseorang menjadi: berintegritas,
jujur, dan loyal.
b. Fairness, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki pemikiran terbuka serta
tidak suka memanfaatkan orang lain.
c. Caring, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki sikap peduli dan
perhatian terhadap orang lain maupun kondisi sosial lingkungan sekitar.
d. Respect, bentuk karakter yang membuat seseorang selalu menghargai dan
menghormati orang lain.
e. Citizenship, bentuk karakter yang membuat seseorang sadar hukum dan peraturan
serta peduli terhadap lingkungan alam.
f.

Responsibility, bentuk karakter yang membuat seseorang bertanggung jawab,


disiplin, dan selalu melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin.
Pendidikan karakter penting bagi pertumbuhan individu menjadi manusia yang

seutuhnya dan sebaiknya dilakukan sejak dini. Namun bukan berarti jika pendidikan
dasar belum mengakomodasi pendidikan karakter, perguruan tinggi juga merasa tidak
perlu untuk menyelenggarakannya. Penting bagi perguruan tinggi untuk tidak hanya
memperhatikan kebutuhan kompetensi akademis mahasiswa, tapi juga pembinaan
karakternya agar lulusan menjadi lulusan yang siap secara akademis dan berkarakter baik.
Secara rinci nilai-nilai karakter yang terkandung melalui kegiatan tersebut dapat dilihat
pada table berikut :

Tabel. Nilai-nilai Karakter yang Dibangun


No.

Kegiatan

1.

Succes skill (Orientasi studi, Kejujuran, tanggungjawab, kerjasama, kepedulian,

2.

Nilai-nilai Karakter

ESQ, dll)

visioner, disiplin.

Tutorial Pendidikan Agama

Keimanan, kepatuhan, kejujuran, komitmen,


tanggungjawab, dan disiplin, dsb.

3.

Pengembangan Kreativitas

Kreatif, motivasi, inovatif, kritis, berani tampil beda,


dsb.

4.

Pelatihan Kepemimpinan

Tanggungjawab, disiplin, keteladanan, kejujuran,


keberanian, dsb.

5.

Kewirausahaan

keuletan, kecermatan, kejujuran kemandirian,


pantang menyerah, dsb.

BAB 3
ANALISIS
3.1

Nilai-nilai Yang Perlu Ditingkatkan Dalam Budaya Anti Korupsi


1.

Kejujuran

Kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong, dan tidak curang, jujur
adalah salah satu sifat yang sangat penting bagi kehidupan manusia, tanpa sifat jujur
seorang individu tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya. Nilai kejujuran di
dalam dapat diwujudkan dalam bentuk tidak melakukan kecurangan akademik. Misalnya
tidak mencontek, dan tidak memalsukan nilai. Nilai kejujuran juga dapat diwujudkan

dalam kegiatan Organisasi. Misalnya membuat laporan keuangan kegiatan kepanitiaan


dengan jujur.
2. Bertanggung Jawab
Menurut kamus besar bahasa indonesia bertanggung jawab adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya. Bertanggung jawab juga berarti berani mengakui
kesalahan dan siap atas segala akibat yang ditimbulkan, contoh lain tanggung jawab ialah
bertanggung jawab terhadap diri sendiri seperti menjaga kesehatan, dan mengejar cita
cita. Untuk melatih tanggung jawab seorang individu harus berlatih untuk melakukan hal
hal kecil seperti :
a.

Patuh, patuhilah segala aturan yang diterapkan di di rumah di tempat umum yang
tertulis maupun yang tak tertulis, seperti jangan buang sampah sembarangan. Dan
berikutnya patuhilah nasihat orang tua atau dosen jika melakukan kesalahan.

b.

Mengerjakan setiap tugas yang diberikan orang tua, dosen, ataupun tugas dari teman
teman yang dipercayakan kepada diri kita, jangan menunda pekerjaan dan mencari
kambing hitam jika melakukan kesalahan dalam mengerjakian tugas, karena inti dari
tanggung jawab yang sebenarnya yaitu harus bersifat amanah.

c.

Amanah terhadap jabatan yang diberikan kepada kita seperti menjadi Presiden
Mahasiswa, ketua kelas bahkan ketua DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) memiliki
kewajiban yang sama yaitu menjalankan tugasnya dengan sebaik baiknya, dan
bertanggung jawab atas bawahannya dan tentunya tugasnya sendiri.

Dalam menjalankan tugas kita tidak bisa lari dari tanggung jawab, karena kelak
diakhirat manusia akan dimintai pertanggung jawaban atas seluruh hal yang telah
dilakukan selama masih hidup.

3.

Kedisiplinan

Definisi kata disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan. Dalam mengatur
kehidupan baik akademik maupun sosial mahasiswa perlu hidup disiplin. Hidup disiplin
bagi mahasiswa adalah dapat mengatur dan mengelola waktu yang ada untuk

dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas baik dalam lingkup


akademik maupun sosial . Manfaat dari hidup yang disiplin adalah mahasiswa dapat
mencapai tujuan hidupnya dengan waktu yang lebih efisien. Disiplin juga membuat orang
lain percaya dalam mengelola suatu kepercayaan. Disiplin adalah kunci kesuksesan
seorang pemimpin. Disiplin bukanlah hal yang mudah namun dengan latihan yang terus
menerus dan komitmen dari diri sendiri terhadap perencanaan yang dibuat, maka akan
menimbulkan kebiasaan agar konsisten mengikuti perencanaan yang telah dibuat. Belajar
disiplin dapat dimulai dari hal hal yang sederhana yaitu mentaati jadwal ibadah.
4.

Sederhana

Gaya hidup sederhana sebaiknya perlu dikembangkan sejak mahasiswa mengenyam masa
pendidikannya. Dengan gaya hidup sederhana, setiap mahasiswa dibiasakan untuk tidak
hidup boros. Pola hidup sederhana bukan berarti indentik dengan kemiskinan. Sederhana
berarti tidak berlebihan dalam menjalani hidup.
Di Indonesia pola hidup yang beroirentasi pada materi kini amat mewabah. Kalangan
remaja merupakan sasaran empuk untuk terjebak dalam pola hidup yang berorientasi
pada materi. Kita sering melihat tayangn di televisi berupa senetron dan iklan, hampir
sebagian besar memberikan panutan hidup mewah. Hal ini tentunya berimbas para remaja
menjadi tidak pede untuk tampil sederhana atau menjadi diri sendiri. Hidup sederhana
bisa dimulai dari diri sendiri dalam penerapan nya dalam kehidupan sehari hari.
Yang menjadi masalah sekarang adalah kita sering diberi anjuran atau pembelajaran
untuk hidup sederhana tapi tidak diberikan panutan. Kita sering melihat tindakan pejabat
yang hanya bicara menghibau masyarakat untuk hidup sederhana sementara mereka tetap
menjalani hidup mewah, bahkan mereka terus berlomba untuk menambah harta mereka
dengan jalan korupsi. Jika hal ini terus berlangsung maka tujuan awal untuk menanamkan
nilai budaya hidup anti korupsi akan sulit di implementasikan.
5.

Kerja keras

Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Didalam kata kemauan terkandung
ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian, keberanian, ketabahan,

keteguhan dan pantang mundur.Bekerja keras merupakan hal yang penting guna
tercapainya hasil yang sesuai dengan target.
Akhir akhir ini kit sering melihat berita bunuh diri, penyebabnya macam macam
namun secara umum mereka melakukan nya karena tidak kuat menanggung beban hidup.
Apakah manusia jaman sekarang semakin lemah dalam menjalani hidup ? mereka
mengganggap rintangan hidup adalah penghalang, mereka juga belum menyadari bahwa
untuk mencapai tujuan hidup kekuatan yang kita butuhkan ada dalam diri kita masing
masing, bukan karena keadaan kita gagal namun karena kurang nya kerja keras dan
kemauan dalam diri kita.
6. Mandiri
Kondisi mandiri bagi mahasiswa dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri yaitu
dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan tugas dan bertanggung
jawab.
Zaman telah berubah, setidaknya itulah yang dikatakan orang tua. Sekarang banyak orang
tua yang memberikan fasilitas yang berlabihan kepada anaknya sehingga membuat
anaknya bergantung kepada orang tua. Ke sekolah saja harus diantar, bahkan untuk
mengerjakan sesuatu yang mudah masih menyuruh orang lain untuk mengerjakannya
seperti tugas dari guru.
Sifat mandiri dapat dilatih sejak sekarang dan berlahan, dimulai dengan mengerjakan
tugas sendiri, menyelesaikan masalah tanpa melibatkan orang tua. Mulailah menentukan
langkah untuk masa depan, jangan biarkan orang lain yang menentukan masa depan kita.
7.

Adil

Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak.
Bagi mahasiswa karakter adil ini perlu sekali dibina sejak kecil agar dapat belajar
mempertimbangkan dan mengambil keputusan secara adil dan benar. Adil tidak harus
menyamaratakan segala hal, tetapi adil yaitu meletakan dan menyikapi segala susuatu
pada tempat yang semestinya.
8.

Berani

Jangan takut untuk menjadi berani. mahasiswa memerlukan keberanian untuk mencapai
kesuksesan. Tentu saja keberanian mahasiswa akan semakin matang jika diiringi dengan
keyakinannya. Keyakinan akan kuat jika pengetahuannya juga kuat. Berani mengambil
resiko untuk mengerjakan sesuatu tentunya juga harus dibarengi dengan tanggung jawab.
9. Peduli
Sebagai calon pemimpin masa depan, seorang mahasiswa perlu memiliki rasa kepedulian
terhadap lingkungannya, baik lingkungan di dalam maupun di luar kampus. mahasiswa
dituntut untuk peduli terhadap proses belajar mengajar di kampus, terhadap pengelolalaan
sumber daya di kampus, serta berbagai hal yang berkembang di dalam kampus. Sebagai
wujud nilai kepedulian yaitu jika ada teman yang membutuhkan bantuan seperti
mengerjakan tugas hendaklah dibantu, tapi jangan sampai kita yang kerjakan tugas nya
karena itu sama saja kita tidak peduli dia mengerti atau tidak, jadi sebaiknya ajarkan dia
cara menyelesaikan tugasnya dengan baik.

3.2

Strategi Pencegah Terjadinya Korupsi


1. Stategi preventif
Hal ini berupa strategi pencegahan agar korupsi tidak berkembang dikalangan
Mahasiswa. Semisal ketika ujian semester berlangsung. Perlu adanya bahu membahu
antara pihak kampus yang mengatur sistem agar tidak terjadi kecurangan sedangkan
mahasiswa sebagai obyek ketika ujian berlangsung, harus mengupayakan diri agar
men(jauh)kan

dari

moral-moral

hazard

dan

menanamkan

sikap

transparansi,akuntabilitas dan kejujuran


2.Strategi investigative
Strategi ini sangatlah berkaitan erat dengan upaya penegakan hukum. Pihak kampus
seharusnya mengupayakan penindakan yang tegas atas perilaku- perilaku mahasiswa.
Berupa penelusuran-penelusuran yang nyata. Sebab disinyalir selama ini masih banyak

terjadi kongkalikong antara pihak-pihak yang berkepentingan. Sedangkan mahasiswa


yang dibangun dalam sekup organisasi. Setidaknya perlu diarahkan untuk ikut
berpartisipasi dalam melaporkan tindak korupsi yang terjadi di kalangan kampus.
3.strategi edukatif
Berupa penanaman nilai-nilai luhur dikalangan kampus. Pihak kampus setidaknya perlu
mencontoh salah satu universitas di Jakarta. Yang mana, telah menjadikan pendidikan
anti korupsi sebagai matakuliah wajib bagi mahasiswanya. Pun demikian halnya
mahasiswa, perlu ikut menggaungkan budaya anti korupsi dengan menerapkan apa yang
diperolehnya di bangku kuliah dan organisasi.

BAB 4
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Akar dari masalah korupsi di Indonesia adalah murni dari faktor ketidakjujuran
pada waktu menjadi mahasiswa. Saya masih mahasiswa, dan saya melihat bahkan
merasakan

itu

semua,

bagaimana

budaya ketidakjujuran

mahasiswa

sangat

sistemik. Semangat inovasi dan etos kerja para mahasiswa menunjukkan grafik yang
menghawatirkan.

Indikatornya

sederhana, terdapat

beberapa

contoh

budaya

ketidakjujuran mahasiswa misalnya, mencontek,plagiasi (penjiplakan karya tulis)


dan titip absen.
Orientasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi adalah hanya untuk mendapatkan
nilai tinggi dan gelar, artinya lebih banyak kemampuan kognitif daripada afektif dan

psikomotorik, inilah yang membuat mahasiswa mengambil jalan pintas atau melakukan
praktek ketidakjujuran.
Korupsi memang tidak bisa diberangus total. Namun setidaknya , korupsi dapat
diminimalisasi sedikit demi sedikit. Setapak demi setapak. Untuk Itu mari ikut berupaya
menggalakkan budaya anti korupsi di kalangan kampus. Dari diri kita yang mengaku
beragama. Dari diri kita yang mengaku mahasiswa. Ingatlah Pesan bung Hatta
mahasiswa jangan hanya berteriak di jalanan, cobalah teriakkan di hati masing-masing .

4.2

Saran
1. perguruan tinggi harus memperhatikan kebutuhan kompetensi akademis mahasiswa,
tapi juga pembinaan karakternya agar lulusan menjadi lulusan yang siap secara
akademis dan berkarakter baik.
2. perguruan tinggi harus lebih gencar melancarkan kampanye budaya jujur di kalangan
mahasiswa dan dosen.

DAFTAR PUSTAKA
Herminarto Sofyan, Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Kemahasiswaan,
Makalah Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Wanda Chrisiana, Upaya Penerapan Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa (Studi Kasus Di
Jurusan Teknik Industri Uk Petra), Makalah pada Fakultas Teknologi Industri,
Jurusan Teknik Industri, Universitas Kristen Petra Surabaya.
http://www.lutfichakim.com/2012/05/menumbuhkan-budaya-jujur-mahasiswa.html
http://tomcat-48.blogspot.co.id/2014/01/budaya-anti-korupsi-bagi-siswa.html
http://musaddadsemangat.blogspot.co.id/2012/12/menilik-budaya-korupsi-di-kalangan_12.html

Anda mungkin juga menyukai