Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI

“MODEL PENYUSUNAN ANGGARAN PERUSAHAAN BERBASIS


KINERJA (TOP DOWN DAN BOTTOM UP)”

Disusun Oleh :

Novita Nawang Wulan (20023000056)


Elsa Welmince Suitela (20023000061)

S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Model Penyusunan Anggaran Perusahaan Berbasis Kinerja
(Top Down Dan Bottom Up)” dapat tersusun sampai selesai. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi persyaratan tugas mata kuliah Seminar Akuntansi Manajemen di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis jurusan Akuntansi Universitas Merdeka Malang.
Kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Dra. Suprapti, MM. selaku dosen
mata kuliah Seminar Akuntansi Manajemen. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah
wawasan kami berkaitan dengan topik yang diberikan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna serta
kesalahan yang kami yakin diluar batas kemampuan kami. Oleh karena itu kami memohon maaf
atas kesalahan dan tidak kesempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Kami juga
mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah
ini.

Malang, 19 Maret 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penyusunan anggaran merupakan salah satu tugas penting dalam manajemen
keuangan perusahaan. Anggaran yang baik dan akurat dapat membantu perusahaan dalam
mengelola keuangan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Namun, penyusunan
anggaran yang kurang tepat dapat berdampak buruk pada keuangan perusahaan dan dapat
menghambat pencapaian tujuan perusahaan.
Masalah yang sering dihadapi dalam penyusunan anggaran adalah kesenjangan
antara anggaran yang disusun dengan target yang sebenarnya. Kesalahan dalam
menyusun anggaran dapat terjadi karena kurangnya partisipasi karyawan atau kurangnya
pengalaman dalam menyusun anggaran. Oleh karena itu, diperlukan model penyusunan
anggaran perusahaan yang dapat mengurangi kesalahan dalam penyusunan anggaran dan
dapat memperbaiki partisipasi karyawan dalam penyusunan anggaran.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara penyusunan anggaran perusahaan yang dapat mengurangi kesalahan
dan meningkatkan partisipasi karyawan?
2. Bagaimana perusahaan dapat mengkombinasikan pendekatan top-down dan bottom-
up dalam penyusunan anggaran perusahaan?
3. Apa manfaat dari penggunaan model penyusunan anggaran perusahaan berbasis
kinerja top-down dan bottom-up?

C. Tujuan
1. Menjelaskan cara penyusunan anggaran perusahaan yang dapat mengurangi
kesalahan dan meningkatkan partisipasi karyawan.
2. Mengidentifikasi bagaimana perusahaan dapat mengkombinasikan pendekatan top-
down dan bottom-up dalam penyusunan anggaran perusahaan.
3. Menjelaskan manfaat dari penggunaan model penyusunan anggaran perusahaan
berbasis kinerja top-down dan bottom-up.

D. Manfaat
1. Meningkatkan akurasi anggaran perusahaan karena melibatkan partisipasi karyawan.
2. Meningkatkan kesesuaian anggaran dengan tujuan perusahaan.
3. Meningkatkan kepuasan karyawan karena mereka merasa terlibat dalam proses
penyusunan anggaran.
4. Meningkatkan efisiensi pengelolaan keuangan perusahaan.
5. Meningkatkan keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Masalah
Penyusunan anggaran perusahaan berbasis kinerja top-down dapat memiliki
beberapa masalah, di antaranya:
1. Kesenjangan antara target dan realitas: Penyusunan anggaran top-down cenderung
berfokus pada target yang diinginkan oleh manajemen, tanpa mempertimbangkan
faktor-faktor di lapangan yang mungkin mempengaruhi kinerja perusahaan. Hal ini
dapat menyebabkan kesenjangan antara target dan realitas yang sulit untuk dicapai.
2. Kurangnya partisipasi dan motivasi karyawan: Dalam penyusunan anggaran top-
down, manajemen seringkali menetapkan target tanpa melibatkan karyawan di
bawahnya. Hal ini dapat mengurangi motivasi karyawan karena mereka tidak merasa
memiliki tanggung jawab dalam mencapai target.
3. Kurang fleksibilitas: Anggaran top-down cenderung lebih kaku dan sulit untuk
disesuaikan dengan perubahan kondisi di lapangan. Hal ini dapat menyebabkan
perusahaan sulit menyesuaikan diri dengan perubahan pasar atau kondisi ekonomi.
4. Risiko kesalahan yang lebih tinggi: Penyusunan anggaran top-down dapat
menyebabkan kesalahan dalam perencanaan dan penganggaran. Hal ini dapat
berdampak negatif pada kinerja perusahaan, terutama jika anggaran tidak realistis.
Untuk mengatasi masalah-masalah ini, perusahaan dapat mencoba pendekatan
yang lebih partisipatif dalam penyusunan anggaran, seperti penggunaan metode bottom-
up. Dalam metode ini, manajemen meminta masukan dari karyawan di seluruh organisasi
dalam menentukan target dan anggaran. Pendekatan ini dapat meningkatkan partisipasi
karyawan dan membantu memastikan bahwa anggaran lebih realistis dan dapat
disesuaikan dengan perubahan kondisi pasar.

B. Kelebihan dan Kelemahan


Penyusunan anggaran perusahaan merupakan salah satu aspek penting dalam
manajemen keuangan. Ada dua pendekatan utama dalam penyusunan anggaran, yaitu
top-down dan bottom-up. Berikut ini pembahasan tentang kedua model penyusunan
anggaran berbasis kinerja tersebut.
1. Top-Down
Pendekatan top-down adalah suatu metode di mana anggaran dibuat
berdasarkan dari pandangan puncak perusahaan dan kemudian diturunkan ke bawah
pada bagian-bagian yang lebih kecil. Dalam hal ini, manajemen perusahaan membuat
anggaran berdasarkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Kemudian, anggaran
tersebut disusun dan diputuskan oleh manajemen puncak perusahaan. Setelah itu,
anggaran tersebut diturunkan ke bawah pada unit-unit bisnis yang lebih kecil.
Keuntungan dari pendekatan top-down adalah bahwa dapat memberikan
pandangan yang jelas tentang tujuan dan sasaran perusahaan secara keseluruhan.
Karena anggaran dibuat berdasarkan pandangan puncak perusahaan, maka unit bisnis
yang lebih kecil akan mengarahkan tujuan mereka pada pencapaian tujuan yang sama
dengan perusahaan secara keseluruhan. Selain itu, pendekatan ini juga lebih efisien
dalam pengelolaan waktu dan sumber daya.
Model penyusunan anggaran perusahaan berbasis kinerja top down memiliki
beberapa kelebihan, antara lain:
 Fokus pada tujuan strategis perusahaan: Model ini memastikan bahwa anggaran
yang disusun selaras dengan tujuan strategis perusahaan. Dalam model ini, tujuan
strategis perusahaan ditetapkan terlebih dahulu dan kemudian diuraikan ke dalam
tujuan departemen, sehingga anggaran yang disusun akan mendukung pencapaian
tujuan strategis perusahaan.
 Penghematan waktu dan biaya: Karena model ini mengikuti pendekatan yang
terpusat, waktu yang dibutuhkan untuk menyusun anggaran dapat lebih cepat dan
efisien. Model ini meminimalkan proses tawar-menawar di antara departemen dan
memungkinkan perusahaan untuk menghemat biaya yang diperlukan dalam proses
penyusunan anggaran.
 Memungkinkan evaluasi kinerja: Model top down memungkinkan perusahaan
untuk memonitor dan mengevaluasi kinerja departemen dengan lebih efektif.
Karena tujuan departemen ditetapkan terlebih dahulu, manajemen dapat
mengevaluasi apakah departemen telah mencapai tujuan mereka dengan melihat
apakah mereka telah memenuhi anggaran yang telah ditetapkan.
 Meningkatkan transparansi: Model ini memastikan bahwa anggaran disusun
secara transparan dan jelas. Karena tujuan departemen ditetapkan terlebih dahulu,
anggaran yang disusun akan terlihat lebih terperinci dan jelas, sehingga
memudahkan manajemen untuk memantau dan mengontrol pengeluaran.
 Mendorong pengambilan keputusan yang lebih baik: Model top down
memungkinkan manajemen untuk membuat keputusan yang lebih baik dengan
melihat gambaran keseluruhan perusahaan dan tujuan strategisnya. Hal ini
memungkinkan manajemen untuk membuat keputusan yang berdasarkan data dan
fakta, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional
perusahaan.
Kelemahan model penyusunan anggaran perusahaan berbasis kinerja top down
ada beberapa kelemahan yang mungkin terjadi pada model penyusunan anggaran
perusahaan berbasis kinerja top-down, di antaranya:
 Kurangnya partisipasi karyawan: Model top-down biasanya didasarkan pada
keputusan manajemen senior tanpa banyak melibatkan karyawan dan manajer
yang lebih rendah. Hal ini dapat mengurangi motivasi karyawan, karena mereka
merasa tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan kurang memiliki
tanggung jawab dalam mencapai target anggaran.
 Kurangnya fleksibilitas: Model top-down mungkin tidak memberikan fleksibilitas
yang cukup untuk mengatasi situasi bisnis yang berubah dengan cepat. Karyawan
atau manajer yang lebih rendah dapat merasa terbatas dalam kemampuan mereka
untuk menyesuaikan rencana anggaran dengan keadaan yang berubah.
 Perencanaan yang terlalu ambisius: Manajemen senior dapat menetapkan target
yang terlalu tinggi dan tidak realistis, sehingga menyebabkan stres dan tekanan
pada karyawan dan manajer yang lebih rendah. Jika target yang ditetapkan tidak
dapat dicapai, hal ini dapat menyebabkan frustrasi dan kekecewaan pada
karyawan dan manajer, dan dapat mengganggu hubungan kerja di dalam
perusahaan.
 Kurangnya akuntabilitas: Model top-down mungkin mengurangi akuntabilitas
karena karyawan dan manajer yang lebih rendah tidak memiliki kontrol yang
cukup dalam proses penyusunan anggaran. Hal ini dapat membuat mereka merasa
kurang bertanggung jawab atas pencapaian target anggaran dan dapat mengurangi
rasa kepemilikan mereka terhadap keberhasilan perusahaan secara keseluruhan.

2. Bottom Up
Pendekatan bottom-up adalah sebuah metode atau strategi yang dimulai dari
level paling dasar atau komponen-komponen terkecil, kemudian diproses dan
digabungkan menjadi suatu kesatuan yang lebih besar dan kompleks. Dalam konteks
yang lebih umum, pendekatan bottom-up dapat merujuk pada pendekatan yang
dimulai dari data dan fakta untuk mengembangkan sebuah teori atau konsep
Keuntungan dari pendekatan bottom up keuntungan dari pendekatan bottom-up
memberikan banyak keuntungan dalam memecahkan masalah yang kompleks dan
membangun sistem yang rumit. Namun, pendekatan ini juga dapat memakan waktu
dan biaya yang lebih tinggi karena perlu mempertimbangkan detil-detil yang lebih
kecil dan kompleks.
Kelebihan model penyusunan anggaran perusahaan berbasis kinerja bottom up
model penyusunan anggaran perusahaan berbasis kinerja bottom-up memiliki
beberapa kelebihan, di antaranya:
 Meningkatkan partisipasi karyawan: Dalam model ini, anggaran disusun oleh tim
atau unit kerja di tingkat operasional. Hal ini dapat meningkatkan partisipasi
karyawan dalam menyusun anggaran dan mempertimbangkan masukan mereka
dalam proses penyusunan anggaran.
 Mengurangi kesalahan: Karena anggaran disusun oleh orang yang terlibat
langsung dalam operasi perusahaan, maka model bottom-up memungkinkan lebih
banyak perhatian terhadap detail dan dapat mengurangi kesalahan dalam
penyusunan anggaran.
 Lebih akurat: Model bottom-up memungkinkan tim atau unit kerja di tingkat
operasional untuk menyusun anggaran yang lebih akurat, karena mereka lebih
mengenal situasi yang dihadapi di lapangan. Dengan demikian, perusahaan dapat
memperoleh anggaran yang lebih realistis dan akurat.
 Mendorong inovasi: Model bottom-up dapat mendorong inovasi karena karyawan
yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran dapat memberikan ide-ide baru
yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan.
 Meningkatkan tanggung jawab: Dalam model bottom-up, tim atau unit kerja di
tingkat operasional bertanggung jawab atas pencapaian tujuan dan anggaran yang
mereka susun. Dengan demikian, model ini dapat meningkatkan tanggung jawab
karyawan dan mengurangi konflik di antara unit kerja.
 Meningkatkan transparansi: Model bottom-up memungkinkan informasi yang
lebih transparan dan terbuka dalam penyusunan anggaran. Hal ini dapat
membantu manajemen untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang
aktivitas operasional di perusahaan dan mengambil keputusan yang lebih baik.

Kelemahan model penyusunan anggaran perusahaan berbasis kinerja top down


ada beberapa kelemahan yang mungkin terjadi pada model penyusunan anggaran
perusahaan berbasis kinerja bottom up antara lain:
 Waktu dan biaya yang tinggi: Proses penyusunan anggaran bottom-up
membutuhkan waktu dan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan model
lainnya. Karyawan harus diberi pelatihan untuk memahami proses penyusunan
anggaran dan tugas-tugas yang terkait, dan manajer harus mengambil waktu untuk
mengumpulkan dan menganalisis semua perkiraan kinerja dari karyawan mereka.
 Kesulitan dalam koordinasi: Dalam model bottom-up, banyak departemen yang
terlibat dalam penyusunan anggaran, yang dapat menyebabkan kesulitan dalam
koordinasi dan pengintegrasian anggaran. Koordinasi yang buruk dapat
mengakibatkan anggaran yang tidak terkoordinasi dengan baik dan tidak
memenuhi tujuan organisasi secara keseluruhan.
 Kekurangan visi jangka panjang: Karyawan dan manajer mungkin fokus pada
tujuan jangka pendek atau tujuan departemen mereka saja, sehingga dapat
mengabaikan visi jangka panjang perusahaan. Ini dapat mengarah pada
kesenjangan antara tujuan departemen dan tujuan perusahaan secara keseluruhan.
 Potensi bias: Ada potensi bahwa beberapa karyawan atau manajer mungkin
memperkirakan kinerja mereka dengan cara yang tidak realistis atau
memperkirakan angka-angka yang tidak realistis untuk mengejar tujuan pribadi
mereka. Hal ini dapat menyebabkan anggaran yang tidak akurat dan
mengakibatkan kinerja yang lebih buruk daripada yang diharapkan.
 Kesulitan dalam perencanaan dan penganggaran di masa depan: Model bottom-up
dapat menjadi kurang efektif dalam merencanakan dan menganggarkan proyek
baru atau produk baru yang belum pernah ada sebelumnya. Karyawan mungkin
kesulitan memperkirakan biaya dan sumber daya yang diperlukan untuk
mengembangkan dan meluncurkan produk baru.

C. Anggaran
BAB III
KESIMPULAN

Model penyusunan anggaran perusahaan berbasis kinerja top down dan bottom up adalah
dua pendekatan yang berbeda untuk menyusun anggaran perusahaan.
Pendekatan top down melibatkan manajemen puncak yang menentukan target kinerja dan
anggaran perusahaan secara keseluruhan, yang kemudian diturunkan ke setiap departemen dan
divisi dalam perusahaan. Pendekatan ini memungkinkan manajemen puncak untuk memastikan
bahwa anggaran perusahaan sesuai dengan tujuan strategis perusahaan, namun dapat
mengabaikan pengetahuan dan pengalaman departemen dan divisi.
Pendekatan bottom up melibatkan departemen dan divisi dalam perusahaan yang
menyusun anggaran mereka sendiri berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka. Anggaran
ini kemudian dikumpulkan dan disesuaikan dengan anggaran perusahaan secara keseluruhan.
Pendekatan ini memungkinkan untuk mempertimbangkan perspektif dari berbagai divisi dan
departemen, namun mungkin tidak sesuai dengan tujuan strategis perusahaan secara keseluruhan.
Dalam kesimpulannya, tidak ada pendekatan yang benar atau salah dalam penyusunan
anggaran perusahaan. Pilihan antara pendekatan top down dan bottom up harus dipertimbangkan
berdasarkan karakteristik dan tujuan perusahaan. Jika perusahaan memiliki tujuan strategis yang
jelas dan ingin memastikan keselarasan anggaran dengan tujuan tersebut, maka pendekatan top
down mungkin lebih tepat. Namun, jika perusahaan menghargai perspektif dari berbagai divisi
dan departemen dalam menyusun anggaran, maka pendekatan bottom up mungkin lebih sesuai.
Perusahaan juga dapat mempertimbangkan penggabungan kedua pendekatan untuk
menghasilkan anggaran yang terbaik untuk perusahaan secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA

Maharani, E., & Kurniawan, A. (2017). Perancangan anggaran berbasis kinerja pada PT X.
Jurnal Akuntansi, 21(1), 1-14.
Setyawan, B., & Basuki, R. S. (2017). Analisis perencanaan anggaran dengan pendekatan top-
down dan bottom-up pada perusahaan manufaktur.
Handoko, T. H. (2017). Manajemen keuangan. BPFE-Yogyakarta.
Widjaja, S. B. (2018). Manajemen strategis. Pustaka Setia
http://komputerisasi-akuntansi-d3.stekom.ac.id/informasi/baca/PENDEKATAN-ANGGARAN-
TOP-DOWN-DAN-BOTTOM-UP/
https://cerdasco.com/penganggaran-top-down/

Anda mungkin juga menyukai