TUGAS 3
Oleh
OFF : B3-13MB
Nama : Kevin Reznadya Setia Budi
NIM: 200523629265
𝑘𝑔
Timbulan sampah = 0,3 ⁄𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔. ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑥 150.000 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
= 45000 kg/hari
Jika diasumsikan densitas sampah lepas sebesar 100 kg/m3 , maka volume
sampah yang dihasilkan dalam sehari adalah 450 m3. Angka tersebut didapatkan
berdasarkan konsep hubungan antara densitas, berat, dan volume sebagai
berikut:
𝑘𝑔
Berat (kg) = densitas ( ⁄
𝑚3) : volume (𝑚 )
3
= 45000 : 100
= 450 𝑚3
Sehingga beban sampah yang dihasilkan setiap harinya sebesar 45 ton dalam
sehari atau 450 m3 sampah dalam sehari.
Sehingga dengan menggunakan persamaan di atas, didapatkan berat sampah per jenisnya
yaitu :
Sampah makanan = 45% x 45000 kg
= 20250 kg
Dengan demikian, perhitungan mass balance pada Tabel 2.1 sesuai dengan
perhitungan teoritis. Dimana sampah yang direduksi pada sumber sebanyak 30%
atau sebesar 13.500 kg dan sampah yang masuk ke TPS 3R sebanyak 70% atau
sebesar 31.500 kg.
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga tahun 2017 atau Jakstranas, pada pasal 5
disebutkan bahwa pengurangan dan penangan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis rumah tangga sebesar 30% dari angka timbulan sampah. Berdasarkan
Tabel 2.1, reduksi pada sumber diasumsikan sebesar 20% untuk sampah makanan
dan 10% untuk sampah kebun. Hal tersebut mempertimbangkan bahwa
Masyarakat Indonesia dapat mereduksi sampah mereka dengan metode
komposting. Selain itu, metode komposting tidak memerlukan biaya yang terlalu
besar dan mudah dalam pelaksanaannya.
Ada beberapa teknik mengolah sampah organik antara lain pengomposan,
pembuatan briket dan biogas. Namun, teknik yang paling mudah dilakukan pada
skala rumah tangga adalah mengubah sampah organik menjadi kompos.
Pengomposan adalah proses penguraian terkendali bahan-bahan organik menjadi
kompos yaitu bahan yang tidak merugikan lingkungan (Widiarti, 2012). Melihat
karakter sampah organik (sampah makanan dan sampah kebun) yang tinggi kadar
airnya (59,88%), C/N ratio sebesar 37,1 dan rentang ukuran sekitar 2,5 – 7,5 cm,
merupakan karakter atau nilai yang cocok untuk proses komposting skala kawasan
(Sahwan et al., 2011). Pembuatan kompos skala rumah tangga tidak memerlukan
lahan yang luas dan tidak menghasilkan bau tak sedap. Salah satu metode
pembuatan kompos yang sederhana, praktis, dan dapat diterapkan untuk skala
rumah tangga adalah metode komposting Takakura, yang dapat diaplikasikan
dalam skala individu atau rumah tangga. Selain sederhana dan relatif murah,
metode komposting Takakura tepat untuk diaplikasikan dalam skala rumah tangga
karena tidak membutuhkan lahan yang luas, portable, proses dekomposisi yang
cepat, dan tidak berbau (Warjoto et al., 2018).
Gambar 2.1 Skema Mass Balance Reduksi Sampah pada TPS 3R
=
h kebun s. kebun total−residu s. kebun
x volume sampah di gerobak x Σ
gerobak berat total
x faktor kompaksi
200
4500−2790 x 1 m3 x 23 x
=
kg 100
31.500
= 2,5 m3
Total = 7,36 + 2,5
= 9,86 m3
Sehingga sampah yang akan dicacah setiap jam adalah 7,86 m3. Dengan
demikian kebutuhan alat pencacah mekanis dan luas lahan perncacahan dapat
diperkirakan. Berikut merupakan perhitungan lahan pencacahan:
Volume sampah = 9,86 m3
Kapasitas alat pencacah = 2 m3/jam
mekanis
Jam operasi = 7 jam
Kebutuhan alat pencacah = volume sampah / kapasitas total alat
= 9,86 m3 / 2 m3/jam
= 5 alat
Dimensi alat (p x l x t) =1x2x1m
Luas penampung hasil cacahan = 1 x 1 x 1,5 m
(p x t x l)
Jarak antar alat =1m
Luas antar alat = jarak antar alat x (lebar alat + lebar
penampung hasil cacahan)
= 3,5 m2
Luas jarak antara = 20,5 m2
Luas total = luas penampung + luas alat + luas jarak antara + luas antar
alat
= (5 x 1,5 m2) + (5 x 2 m2) + 20,5 m2 + [(5 – 1) x 3,5 m2]
= 7,5 m2 + 10 m2 + 20,5 m2 + 14 m2
= 52 m2
Sehingga luas lahan pencacahan yang diperlukan adalah 52 m2 dengan
asumsi luas jarak antara adalah 20,5 m2. Luas jarak antara merupakan luas
yang memisahkan lahan pencacahan dengan lahan lain, sehingga dalam
perencanaan dapat terhitung juga perkiraan luas untuk para pekerja berlalu
lalang dalam melaksanakan pekerjaannya.
d. Perhitungan luas tempat penyimpanan bahan terpilah dan kompaksi
sampah
Lahan tempat penyimpanan bahan terpilah digunakan untuk menyimpan
sampah hasil pilahan seperti sampah plastik, logam, kain, kertas, dan karet.
Kebutuhan lahan tempat penimbunan bahan terpilah bergantung bale (sampah
yang dikompaksi) yang dihasilkan dan volume sampah yang tidak dikompaksi.
Berikut perhitungan kebutuhan lahan penyimpanan:
Spesifikasi baler yang digunakan yaitu:
Tegangan = 380 V/50Hz
Power = 13kw
Ukuran mesin = 3600 x 1000 x 1200 mm
Berat mesin = 1300 kg
Berat bale = 100-150 kg
Ukuran bale = 900 x 600 x 900mm
Luas mesin = 3600 x 1000 mm
Waktu kompaksi = 35 detik
Kebutuhan alat =1
Luas lahan = 3,6 m x 1 m + faktor keamanan 50%
= 3,6 x 1 + 1,8
= 5,4 m2
Tabel 3.2 Berat Sampah yang Dikompaksi
No Jenis sampah Berat sampah (kg)
1 HDPE 1687,5
Plastik PET 1687,5
2 Alumunium 180
Logam Non Alumunium 180
3 Kertas 1125
Kertas Karton 1125
4 Kain 225
Data berat sampah yang dikompaksi pada Tabel 3.2 berdasarkan dari
data mass balance sampah yang dapat di-recovery pada Gambar 2.1.
Diasumsikan bahwa komposisi tiap subjenis sampah adalah 50% dari
berat total jenis sampah tersebut.
Contoh perhitungan hasil kompaksi sampah plastik
PET: Berat sampah yang dapat didaur ulang = 1687,5 kg
Berat bale setelah proses kompaksi = 150 kg
Jumlah bale yang dihasilkan = berat sampah/berat bale
=1687,5 kg/150 kg
= 11,25 bale
Sehingga dengan menggunakan konsep perhitungan di atas, jumlah
bale yang dihasilkan untuk setiap jenis sampah dapat dilihat pada Tabel
3.3 berikut:
Tabel 3.3 Perhitungan Jumlah Bale yang dihasilkan
g. Bangunan pelengkap
Bangunan pelengkap pada TPS 3R digunakan untuk fasilitas penunjang
dari TPS 3R dan tenaga kerja yang bekerja di TPS 3R tersebut.
- Musholla
Untuk fasilitas musholla beserta tempat wudhu direncanakan berkapasitas
30 orang, dengan masing-masing kapasitas 15 pria dan 15 wanita. Untuk batas
pria dan wanita hanya dibatasi sekat berupa kain selambu. Untuk letak tempat
wudhu akan ditempatkan pada sisi musholla yang berbeda. Dengan masing-
masing tempat wudhu terdapat 3 sambungan hidran air. Berikut perhitungan
luas lahan untuk musholla:
Direncanakan:
Luas yang dibutuhkan untuk = 1 x 0,5 m
1 orang dalam beribadah (p x
l)
Jarak antar hidran = 0,5 m
Luas tempat wudhu (p x l) = 1 x [(3+1) x 0,5]
= 2 m2
= 2 m2 x 2
= 4 m2
Luas musholla = kapasitas musholla + luas tempat wudhu
= 30 x 0,5 m2 + 4 m2
= 19 m2
Luas jarak antara = 5 m2
Luas total musholla = 24 m2
Sehingga luas lahan yang dibutuhkan untuk musholla adalah 24 m2.
- Kantor administrasi
Untuk kantor administrasi direncanakan berkapasitas 2 orang, dengan
masing-masing orang mempunyai meja kerja. Berdasarkan Noerbambang
dan Morimura, 2005 kebutuhan area untuk 1 orang adalah 5 m 2 sehingga
luas kantor administrasi yang direncanakan adalah 10 m2.
- Toilet
Untuk fasilitas toilet berdasarkan SNI tahun 2015 tentang Sistem Plambing
pada Gedung, kebutuhan alat plambing jenis toilet untuk setiap 50 pria
dibutuhkan 1 alat plambing berupa toilet begitupula dengan wanita. Sehingga
toilet direncanakan berjumlah 2 toilet, 1 toilet wanita dan 1 toilet pria. Untuk
luas 1 toilet adalah 3 m2 dengan dimensi 2 x 1,5 m. Berikut perhitungan luas
bangunan toilet:
Luas untuk 1 toilet = 3 m2
Luas untuk 2 toilet = 6 m2
Faktor keamanan 50% = 3 m2
Luas total = Luas toilet + faktor keamanan 50%
= 6 m2 + 3 m2
= 9 m2
Sehingga luas lahan untuk toilet yang dibutuhkan adalah 9 m2.
- Pos jaga
Untuk fasilitas pos jaga direncanakan berkapasitas 2 orang, dengan asumsi
area yang dibutuhkan untuk 1 orang pekerja adalah 3 m 2. Maka luas pos jaga
sebagai berikut:
Tenaga kerja = 2 orang
Area untuk 1 orang = 3 m2
Area untuk 2 orang = 6 m2
Faktor keamanan 50% = 3 m2
Luas total pos jaga = 9 m2
Sehingga luas total pos jaga yang dibutuhkan adalah 9 m2
- Gudang peralatan
Untuk fasilitas penyimpanan alat-alat seperti garpu sampah, alat
kebersihan, dll direncanakan seluas 4 m2.
Setelah dilakukan perhitungan untuk semua fasilitas TPS 3R, maka luas
total lahan untuk TPS 3R seperti pada Tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4 Luas Total TPS 3R yang direncanakan
Fasilitas/Lahan Luas m2
lahan penerimaan sampah 46
tempat pemilahan 184
lahan pencacahan 52
tempat penyimpanan sampah terpilah dan kompaksi 28
luas lahan komposting 753
lahan pengemasan dan penyimpanan kompos 106
lahan kontainer B3 dan residu 37.5
musholla 24
kantor administrasi 10
toilet 9
pos jaga 9
gudang alat 4
luas bangunan TPS 3R 1262.5
Gambar 3.1 Denah Desain TPS 3R
Berdasarkan Gambar 3.1 luas lahan TPS 3R jika ditambah lahan untuk jalur keluar
masuk untuk truk pengangkut dan gerobak sampah selebar 4 meter, maka luas lahan
yang dibutuhkan untuk merancang desain TPS 3R dengan pelayanan sebanyak 150.000
orang menjadi 2 kali lipat atau 53,06 x 53,06 m. Jumlah pelayanan TPS 3R akan sangat
berdampak pada lahan yang dibutuhkan untuk mengolah sampah.
Untuk semua bangunan dan fasilitas pada TPS 3R dipasang atap serta TPS 3R
direncanakan dalam bentuk semi terbuka atau seperti hanggar yang tidak sepenuhnya
tertutup. Zona penyangga yang digunakan pada perencanaan TPS 3R hanya berupa
dinding pembatas dan pagar dengan pintu geser.
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, E. dan Padmi, T., 2016. Pengelolaan Sampah Terpadu. Bandung: Penerbit
ITB.
Noerbambang, S. M. & Morimura, T., 2005. Perancangan dan Pemeliharan Sistem
Plambing. 5 penyunt. Bandung: PT Pradnya Paramita.
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga tahun 2017
Kementrian PUPR, Petunjuk Teknis TPS 3R 2017
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 tentang Pengolahan Bahan Berbahaya dan
Beracun
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 Tahun 2013 tentang Tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Sahwan, F. L., Wahyono, S. & Suryanto, F., 2011. Kualitas Kompos Sampah Rumah
Tangga yang Dibuat dengan Menggunakan Komposter Aerobik. Jurnal Teknik
Lingkungan, 12(3), pp. 233-240.
Standar Negara Indonesia No. 19-2454 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Sampah
Perkotaan.
Standar Negara Indonesia No. 3242 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Pemukiman.
Standar Negara Indonesia No. 8132 Tahun 2015 tentang Sistem Plambing pada Gedung
Wardiha, M. W., Putri, P. S., Setyawati, L. M. & Muhajirin, 2013. Timbulan dan
Komposisi Sampah di Kawasan Perkantoran dan Wisma. Jurnal Presipitasi,
10(1), pp. 7-17.
Warjoto, R. E., Canti, M. & Hartani, A. T., 2018. Metode Komposting Takakura untuk
Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga di Cisauk, Tangerang. Jurnal
Perkotaan, 10(2), pp. 76-90.
Widiarti, I. W., 2012. Pengelolaan Sampah Berbasis “Zero Waste” Skala Rumah Tangga
Secara Mandiri. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, 4(2), pp. 101-113.