Anda di halaman 1dari 21

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Peningkatan jumlah penduduk telah menjadikan terkonsentrasinya penduduk pada lokasilokasi tertentu yang kemudian membentuk sistem masyarakat dengan penduduk padat atau masyarakat kota. Terbentuknya sistem masyarakat ini telah melahirkan berbagai masalah yang sulit dihindarkan, salah satunya adalah sampah (Abas Sato dkk, 2009, Nahda Ulmiati) Saat ini, dengan meningkatnya populasi penduduk dan perkembangan industri yang pesat, serta terjadinya urbanisasi secara besar-besaran yang memberikan perubahan yang luar biasa bagi tatanan kota, sistem pengelolaan sampah konvensional sudah tidak sesuai lagi. Timbunan sampah kota diperkirakan akan meningkat lima kali lipat tahun 2020. Peningkatan sampah itu tidak hanya dari segi jumlah atau volume tetapi juga meningkat keragaman bentuk, jenis, dan komposisinya (August Sinaga dkk, 2010, Arie Azhari) Dewasa ini telah terjadi peningkatan jumlah produksi sampah dari tahun ke tahun yang disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk. Sebagian besar sampah masih terkumpul di tempat pembuangan akhir dan tidak dilakukan pengolahan. Sampah dalam jumlah yang sangat banyak akan membutuhkan cara tersendiri dalam penanganannya, yang kemudian menimbulkan masalah biaya. Masalah sampah ini dapat dikurangi jika masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam penanganan sampah. (Abas Sato dkk, 2009, Nahda Ulmiati) Pada zaman global saat ini energi merupakan persoalan yang krusial di berbagai belahan dunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk, menipisnya sumber cadangan minyak serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil. (Sirin Fairus dkk, 2011, Suci Amirah) Oleh sebab itu, timbul perhatian dalam pencarian dan penggunaan sumber energi alternatif. Salah satu jalan untuk melakukan penghematan bahan bakar minyak adalah mencari sumber alternatif terutama yang dapat diperbaharui (renewable). Biogas merupakan salah satu sumber energi alternatif yang telah banyak dikembangkan. Gas ini dapat dibuat dari berbagai macam limbah organik dibuat melalui proses anaerobic digestion. Biogas ini berpeluang besar untuk menghasilkan energy alternatif. Sehingga akan mengurangi dampak penggunaan bahan bakar fosil. (Abas Sato dkk, 2009, Nahda Ulmiati)

Pengolahan Limbah Padat

Semakin tingginya volume sampah juga akan memperpendek masa pakai TPA. Sehingga diperlukan langkah-langkah yang akan menjamin optimalnya umur pakai TPA yang sudah ada. Salah satu cara untuk membantu mengurangi permasalahan sampah kota selain dengan cara merubah sampah organik menjadi biogas juga dapat melakukan upaya daur ulang sampah dengan penekanan pada proses pengomposan. Proses pengomposan menjadi penting karena 5080% sampah kota merupakan bahan organik yang dapat dijadikan kompos (August Sinaga dkk, 2010, Arie Azhari) Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan masyarakat dalam pengolahan sampah dari yang sederhana hingga yang menggunakan teknologi tepat guna. Beberapa upaya umum yang dilakukan oleh masyarakat adalah dengan penumpukan, pembakaran, sanitary landfill dan pengomposan. Pengolahan sampah dengan cara pengomposan yang merupakan cara sederhana dan tidak menimbulkan efek samping bagi lingkungan, tetapi memberi nilai tambah bagi sampah khususnya sampah organik. (Lukas, 2011, Muh. Taslim) Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana sampah organik yang menjadi masalah masyarakat menjadi salah satu sumber energi pengganti bahan bakar fosil serta menjadi kompos yang bermanfaat bagi masyarakat terutama lingkungan.

B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini berkaitan dengan pengolahan sampah organik yaitu : 1. Apa itu sampah Organik ? 2. Jelaskan jenis-jenis sampah Organik ? 3. Jelaskan bagaimana pengolahan sampah organik menjadi kompos ? 4. Jelaskan pengolahan sampah organik menjadi biogas ?

C. TUJUAN Adapun tujuan dari makalah ini yaitu : 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui masalah yang berkaitan dengan pengelolaan sampah organik. 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui apa itu sampah organik.
Pengolahan Limbah Padat 2

Untuk mengetahui jenis-jenis sampah oerganik. Untuk mengetahui bagaimanapengolahan sampah organik menjadi kompos. Untuk mengetahui bagaimana pengolahan sampah organik menjadi biogas.

Pengolahan Limbah Padat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN SAMPAH Dalam Undang-undang RI No 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah bisa digolongkan menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah anorganik seperti plastik dan logam tidak dapat diolah dengan cara memanfaatkan aktifitas organisme hidup lainnya. Sehingga sampah anorganik juga disebut sebagai non-biodegradable waste. Beberapa jenis sampah yang termasuk organik atau biodegradable waste adalah sisa makanan, tumbuhan, hewan, kertas, dan anure. Sumber sampah yang terbanyak dari

pemukiman dan pasar tradisional. Sampah pasar seperti sayur mayur, buah-buahan, ikan, dan lainlain, sebagian besar (95%) berupa sampah organic sehingga lebih mudah untuk ditangani dan bisa diurai oleh mikroba. Sedangkan sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik (Sirin Fairus dkk, 2011, Suci Amirah) B. JENIS-JENIS SAMPAH 1) Berdasarkan Sifatnya Berdasarkan sifatnya sampah dapat digolongkan sebagai berikut : a. Sampah organik - dapat diurai (degradable) Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos b. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable) Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. 2) Berdasarkan Sumbernya Menurut sumbernya sampah dapat digolongkan sebagai berikut : a. Sampah alam b. Sampah manusia c. Sampah konsumsi
Pengolahan Limbah Padat 4

d. Sampah nuklir e. Sampah industri f. Sampah pertambangan. 3) Berdasarkan Bentuknya Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang. Menurut bentuknya sampah dapat dibagi menjadi : a. Sampah Padat Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya. Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka sampah dapat dibagi lagi menjadi: Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi lagi menjadi: a) Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lainlain. b) Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain. b. Sampah Cair Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.

Pengolahan Limbah Padat

Sampah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet dan industri. Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya. Sampah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen. Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya

pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. Untuk mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik tidak membuang limbah sembarangan misalnya membuang ke selokan. c. Sampah alam Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daundaun kering di lingkungan pemukiman. d. Sampah manusia Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit. Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. e. Limbah radioaktif Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidupdan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan). C. PENGARUH SAMPAH TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP
Pengolahan Limbah Padat 6

Sampah-sampah yang tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh besar terhadap lingkungan hidup yang berada disekitarnya, dimana sampah akan menimbulkan beberapa dampak negatif dan bencana seperti : 1. Dampak Terhadap Kesehatan Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut: a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai. b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit). c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah. d. Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator. 2. Rusaknya Lingkungan Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak. 3. Terjadinya Banjir Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di
Pengolahan Limbah Padat 7

suatu tempat akibat akibat hujan besar dan peluapan air sungai. Sampah yang dibuang ke dalam got/saluran air yang menyebabakan manpat adalah faktor utama yang belum disentuh, berton-ton sampah masuk aliran sungai dan memampatkan aliran dan menyebabkan polusi sampah di muara pantai,sungai dan danau. Banjir dan sampah, keduanya dipandang oleh sebagian golongan sangat

berhubungan dengan sebab-akibat. Dimana sampah mengakibatkan banjir dan banjir mengakibatkan sampah. bukan semata masalah perilaku, namun lebih dalam dari itu adalah masalah kesejahteraan. Sampah sungai berasal dari sampah rumah tangga dari warga yang bertempat tinggal dipinggiran sungai, mereka tidak mempunyai tempat pembuangan sampah resmi yang dikoordinir lingkungannya. Ini berkaitan juga dengan kebiasaan warga/penduduk yang tidak mempunyai kesadaran artinya polusi, tenggang rasa serta kebiasaan mau enaknya sendiri. Ini berkaitan budaya masyarakat yang kurang pembinaan tentang artinya kebersihan lingkungan dan cara mengatasi. 4. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi Dampak dyang apat ditimbulkan sampah terhadap keadaan sosial ekonomi adalah : a) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana. b) Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan. c) Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas). d) Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain. e) Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang

Pengolahan Limbah Padat

sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki. D. UPAYA-UPAYA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam . Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat , cair , gas , atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat. Pengelolaan sampah memiliki tujuan untuk mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis dan juga untuk mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup. Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal , diantaranya tipe zat sampah , tanah yg digunakan untuk mengolah, dan ketersediaan area. Upaya-upaya dalam pengelolaan sampah, dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa metode atau cara sebagai berikut : 1. Melakuakan Metode Pembuangan dan Penimbunan Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg tidak terpakai, lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan darat yg dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan , diantaranya angin berbau sampah , menarik berkumpulnya Hama , dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya.Karakteristik desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya adalah metode pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik. Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya , dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar
Pengolahan Limbah Padat 9

dari tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik. 2. Melakukan Metode Daur-ulang Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali disebut sebagai Daul-ulang. Ada beberapa cara daur ulang yaitu pengampilan bahan sampah untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik. Metode baru dari Daur-Ulang yaitu : A. Pengolahan kembali secara fisik Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang telah dibuang contohnya kaleng minum alumunium, kaleg baja makanan / minuman, botol bekas, kertas karton, koran, majalah dan kardus . Pengumpulan biasanya dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah / kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur. Jenis sampah plastik lain yang dapat digunakan seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang.Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau mobil lebih susah, karena bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut jenis bahannya.

B.Pengolahan kembali secara biologis Material sampah (organik), seperti zat makanan, sisa makanan / kertas, bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos atau dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk dan gas yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik. Metode ini menggunakan sistem dasar pendegradasian ba han-bahan organik secara terkontrol menjadi pupuk dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Aktivitas mikroorganisme bisa dioptimalisasi pertumbuhannya dengan pengkondisian sampah dalam keadaan basah (nitrogen), suhu dan kelembaban udara (tidak terlalu basah dan atau kering), dan aerasi yang baik (kandungan oksigen). Secara umum, metode ini bagus karena menghasilkan pupuk organik yang ekologis (pembenah lahan) dan tidak merusak lingkungan. Serta sangat memungknkan melibatkan langsung masyarakat sebagai pengelola (basis komunal) dengan pola manajemen sentralisasi desentralisasi (seDesentralisasi) atau metode Inti (Pemerintah/Swasta)-Plasma (kelompok usaha di
Pengolahan Limbah Padat 10

masyarakat). Hal ini pula akan berdampak pasti terhadap penanggulangan pengangguran. Metode ini yang perlu mendapat perhatian serius/penuh oleh pemerintah daerah (kab/kota) Proses pembuatan kompos adalah dengan menggunakan aktivator EM-4, yaitu proses pengkomposan dengan menggunakan bahan tambahan berupa mikroorganisme dalam media cair yang berfungsi untuk mempercepat pengkomposan dan memperkaya mikroba. Bahan-bahan yang digunakan adalah : Bahan Baku Utama berupa sampah organik, Kotoran Ternak, EM4, Molase dan Air. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah : Sekop, Cakar, Gembor, Keranjang, Termometer, Alat pencacah, Mesin giling kompos dan Ayakan. Contoh dari pengolahan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program (program tong hijau) di toronto, kanada dimana sampah organik rumah tangga seperti sampah dapur dn potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan. C. Pemulihan energi Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara perlakuan panas bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan borlaer untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan Gusifikasi adalah dua bentuk perlakuan panas yang berhubungan, dimana sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup pada tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk berzat padat, gas dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi busure plasma yang canggih digunakan untuk mengonversi material organik langsung menjadi gas sintetis (campuran antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap.

Pengolahan Limbah Padat

11

3. Melakukan Metode Penghindaran dan Pengurangan Sebuah metode yang penting pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah bentuk, atau dikenal juga dengan Penguangan sampah metode pencegahan termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali, mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai, mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama.

Pengolahan Limbah Padat

12

BAB III PEMBAHASAN A. Sampah Organik Sampah Organik adalah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar. Organik adalah proses yang kokoh dan relatif cepat, maka tanda apa yang kita punya untuk menyatakan bahwa bahan-bahan pokok kehidupan, sebutlah molekul organik, dan planet-planet sejenis, ada juga di suatu tempat di jagad raya? sekali lagi beberapa penemuan baru memberikan rasa optimis yang cukup penting. Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau. B. Jenis-jenis sampah organic Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi :
a.

Sampah organik basah, Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran.

b.

Sampah organik kering, Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering di antaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering

C. Pengolahan sampah organik menjadi kompos Kesadaran masyarakat akan pengelolaan lingkungan sampai saat ini juga masih minim terbukti masih terlihat banyak sampah yang dibuang tidak pada tempatnya. Seringkali dijumpai sampah sayuran, botol-botol plastik hingga limbah mengambang di aliran sungai atau berserakan di pinggir jalan. Sampah yang terus bertambah tentu saja membuat tempat pembuangan akhir (TPA) cepat penuh, dengan demikian pemerintah kota pun harus mencari lokasi lain untuk membuang sampah. (Lukas, 2011, Muh. Taslim) Salah satu cara untuk membantu mengurangi permasalahan sampah kota adalah melakukan upaya daur ulang sampah dengan penekanan pada proses pengomposan. Proses pengomposan menjadi penting karena 5080% sampah kota merupakan bahan organik yang dapat dijadikan kompos. (August Sinaga dkk, 2010, Arie Azhari)

Pengolahan Limbah Padat

13

Pengolahan sampah dengan cara pengomposan yang merupakan cara sederhana dan tidak menimbulkan efek samping bagi lingkungan, tetapi memberi nilai tambah bagi sampah khususnya sampah organik. Pengolahan sampah dengan cara pengomposan atau mengubahnya menjadi pupuk merupakan alternatif terbaik terutama pupuk organik. (Lukas, 2011, Muh. Taslim) Metode Pemisahan dan Proses Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos Sebelum diolah sampah terlebih dahulu dipisahkan antara sampah organic dan anorganik. Proses Pemilahan sampah dilakukan :
a. Pemilahan, dimana sampah organik dan non-organik dipisah dari tingkat rumah tangga,

maupun tempat-tempat seperti pasar sekolah dll. disediakan 2 (dua) keranjang sampah untuk memudahkan memisahkan sampah organik dan non organik. Sampah organik yang disarankan seperti sayuran, dedaunan, buah-buahan dan sapuan jalan. Selanjutnya sampah organik ini akan di bawah ke unit pembuatan kompos. Sedangkan sampah nonorganik biasanya dimanfaatkan atau diambil oleh para pemulung untuk dijual atau didaur ulang untuk dimanfaatkan, selanjutnya yang tidak bisa dimanfaatkan di kirim ke TPS kemudian dilanjutkan ke TPA. (Lukas, 2011, Muh. Taslim) b. Pemilahan di unit kompos, yaitu sampah non organik yang bisa dimanfaatkan oleh para pemulung, atau langsung dibuang ke TPA (Tempat pembuangan Akhir), sampah anorganik yang masih terbawa, kemudian dipilah kembali di unit kompos. Selanjutnya dilakukan pencacahan untuk mempercepat proses pengomposan hingga ukuran berkisar 2 10 cm. Proses pengomposan berlangsung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o - 60o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan
Pengolahan Limbah Padat 14

panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 20 30% dari volume/bobot awal bahan. Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. (Lukas, 2011, Muh. Taslim) D. Pengolahan sampah organik menjadi biogas Dengan melihat permasalahan sampah dan penyediaan energy di Indonesia maka dapat dipertimbangkan usaha pengolahan sampah menjadi biogas. Usaha ini akan memerlukan biaya yang rendah dan memiliki nilai ekonomi serta dapat melibatkan masyarakat secara langsung. Potensi pengolahan sampah untuk menghasilkan biogas sampah sangat besar mengingat sampah dapat diperoleh dari timbunan sampah di tempat pembuangan akhir atau sampah yang dikumpulkan dari rumah tangga. Konversi sampah menjadi biogas akan dapat mengurangi beban pemerintah untuk subsidi bahan bakar minyak. (Abas Sato dkk, 2009, Nahda Ulmiati) Salah satu energi terbarukan yang dapat dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang relatif lebih sederhana adalah energi biogas dengan memproses limbah biomassa di dalam alat kedap udara yang disebut digester. Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik oleh bakteribakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara) termasuk diantaranya kotoran manusia dan hewan, limbah. (Sirin Fairus dkk, 2011, Suci Amirah) Dalam makalah ini akan dibahas usaha untuk memproduksi biogas dari sampah kota dengan memodifikasi proses fermentasi untuk menghasilkan biogas dengan menambah kadar air dalam digester dan dengan mencampurkan dengan kotoran sapi sebagai starter penumbuh bakteri. Padatan dalam sampah selain sebagai nutrient juga sebagai media tempat tumbuh bakteri penghasil gas metana, sehingga diharapkan produksi gas akan semakin besar. Proses fermentasi akan dilakukan dalam digester skala pilot diharapkan dengan ukuran yang lebih besar maka perilaku dinamika fluida akan sama dengan volume skala

Pengolahan Limbah Padat

15

pabrik sehingga akan dapat diterapkan secara langsung untuk skala yang lebih besar. (Abas Sato dkk, 2009, Nahda Ulmiati) Prinsip dasar pembentukan biogas dari bahan organik. Pengolahan limbah secara biologis bertujuan menurunkan kandungan bahan organik dalam suatu air buangan dengan memanfaatkan aktifitas mikroorganisme pengguna bahan organic sebagai sumber makanan dengan mengkonversi sebagian karbon menjadi CO2 dan sisanya menjadi sel baru. (Abas Sato dkk, 2009, Nahda Ulmiati) Pengolahan limbah secara biologis dibedakan menjadi dua proses yaitu proses aerobik dan anaerobik. Pada proses aerobik berlangsungnya proses sangat tergantung dari adanya oksigen, sedangkan dalam proses anaerobik justru sebaliknya karena oksigen akan menghambat jalannya proses. (Abas Sato dkk, 2009, Nahda Ulmiati) Proses aerobik dilakukan oleh mikroorganisme dengan bekerja bersama-sama menguraikan bahan organik sedangkan pada proses anaerobik dilakukan menurut tahapan rekasi yang dilakukan oleh mikroorganisme yang berbeda. (Abas Sato dkk, 2009, Nahda Ulmiati) Gas methan (CH4) dapat terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik oleh bakteri anaerobik dan bakteri biogas yang mengurangi sampah-sampah yang banyak mengandung bahan organik sehingga terbentuk gas methan yang apabila dibakar dapat menghasilkan energi panas. Secara umum kandungan senyawa karbon yang termasuk dalam Volatile Solid (VS) dalam sampah organik dapat dikonversi menjadi biogas (gas metan dan karbon dioksida), sedangkan kandungan bahan organic lain dapat digunakan sebagai pupuk organik. (Sirin Fairus dkk, 2011, Suci Amirah) Proses anaerobic digester ini berlangsung dalam empat tahap sebagai Berikut (Sidik, 2008 dan Sudradjat, 2006). 1. Proses hydrolysis, yaitu dekomposisi bahan organik polimer seperti protein, karbohidrat, dan lemak menjadi monomer yang mudah larut seperti glukosa, asam lemak, dan asam amino yang dilakukan oleh sekelompok bakteri fakultatif seperti lipolytic bacteria, cellulolytic bacteria, dan proteolytic bacteria. 2. Proses acidogenesis, yaitu dekomposisi monomer organik menjadi asamasam organik dan alkohol. Pada proses ini, monomer organik diuraikan lebih lanjut oleh acidogenic

Pengolahan Limbah Padat

16

bacteria menjadi asam-asam organik seperti asam format, asetat, butirat, propionat, laktat, ammonia, serta dihasilkan juga CO2, H2, dan etanol. 3. Proses acetogenesis, yaitu perubahan asam organik dan alkohol menjadi asam asetat. Pada proses ini senyawa asam organik dan etanol diuraikan acetogenic bacteria menjadi asam format, asetat, CO2, dan H2. 4. Proses methanogenesis, yaitu perubahan dari asam asetat menjadi methan. (Sirin Fairus dkk, 2011, Suci Amirah) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Fermentasi Anaerobik Beberapa faktor seperti umpan dan lingkungan sangat mempengaruhi perolehan biogas yang dihasilkan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: a. Komposisi umpan Umpan yang digunakan biasanya memiliki kandungan nutrisi utama yang dibutuhkan mikroorganisme yang terlibat dalam proses, yaitu: karbon, berfungsi sebagai sumber energi dan unsur pembangun tubuh mikroorganisme , nitrogen, berfungsi sebagai komponen pembangun tubuh mikroorganisme (protein dan asam lemak) dan menciptakan stabilisasi kondisi lingkungan yang optimum bagi pertumbuhan mikroba, dan posfat berfungsi sebagai komponen pembangun tubuh mikroorganisme dan sebagai makromineral serta menjaga kondisi lingkungan yang optimum bagi pertumbuhan mikroorganisme. Garam-garam organik dalam jumlah kecil, berfungsi untuk mengontrol tekanan osmotik internal. b. Kadar Air Agar dapat beraktifitas secara normal, mikroba penghasil biogas memerlukan substrat dengan kadar air 90% dan kadar padatan 8 10% (Sidik, 2008). c. Ukuran dan Densitas Umpan Semakin kecil ukuran bahan baku yang digunakan, proses dekomposisi akan semakin cepat karena bidang permukaan bahan yang kontak dengan mikroorganisme semakin luas. Sebaliknya, untuk bahan baku yang berukuran besar (Sudradjat, 2006). d. Derajat Keasaman (pH) Terdapat perbedaan antara pH yang diperlukan oleh acidogenic bacteria dengan methanogenic bacteria. Acidogenic bacteria memerlukan pH berkisar 4,5 7. Sementara itu, methanogenic bacteria bekerja pada kisaran pH 6,2 7,8
Pengolahan Limbah Padat 17

e. Temperatur Umumnya digester yang digunakan untuk mengolah sampah kota (municipal digester) didesain untuk beroperasi pada rentang meshofilik. Secara alami rentang temperature E01-4 mesofilik (30-35C) dapat dicapai oleh proses dekomposisi anaerobik secara normal. . (Sirin Fairus dkk, 2011, Suci Amirah)

Pengolahan Limbah Padat

18

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Sampah Organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau. 2. Jenis-jenis sampah Organik : a. Sampah organik basah, Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran. b. Sampah organik kering, Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering di antaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering. 3. Pengolahan sampah organik menjadi kompos : a. Sebelum diolah sampah terlebih dahulu dipisahkan antara sampah organic dan anorganik. Selanjutnya dilakukan pencacahan untuk mempercepat proses pengomposan hingga ukuran berkisar 2 10 cm. b. Proses pengomposan berlangsung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. c. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o - 60o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikrobamikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. 4. Pengolahan sampah organik menjadi biogas :
Pengolahan Limbah Padat 19

c.

Proses hydrolysis, yaitu dekomposisi bahan organik polimer seperti protein, karbohidrat, dan lemak menjadi monomer yang mudah larut seperti glukosa, asam lemak, dan asam amino yang dilakukan oleh sekelompok bakteri fakultatif seperti lipolytic bacteria, cellulolytic bacteria, dan proteolytic bacteria.

d.

Proses acidogenesis, yaitu dekomposisi monomer organik menjadi asamasam organik dan alkohol. Pada proses ini, monomer organik diuraikan lebih lanjut oleh acidogenic bacteria menjadi asam-asam organik seperti asam format, asetat, butirat, propionat, laktat, ammonia, serta dihasilkan juga CO2, H2, dan etanol.

e.

Proses acetogenesis, yaitu perubahan asam organik dan alkohol menjadi asam asetat. Pada proses ini senyawa asam organik dan etanol diuraikan acetogenic bacteria menjadi asam format, asetat, CO2, dan H2.

f.

Proses methanogenesis, yaitu perubahan dari asam asetat menjadi methan.

B. SARAN Melalui makalah ini diharapkan agar masyarakat dapat menjadi agen terbentuknya kemandirian pengelolaan sampah disetiap kelurahan/desa dan regionalisasi pengelolaan persampahan. Diharapkan pula untuk lebih mengutamakan pegolahan sampah yang berbasis ramah lingkungan seperti pengolahan sampah organik menjadi kompos maupun biogas, serta metode-metode lain.

Pengolahan Limbah Padat

20

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Nurcholis dkk. 2012. Penanggulangan Sampah Organik Di Kota Delta Mas. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2013 dari http://kimirochimi.blogspot.com/2012/07/makalahsampah-organik-kota-delta-mas.html Anonim. 2013. Sampah Organik. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2013 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah_organik Fairus, Sirin., dkk. 2011. Pemanfaatan Sampah Organik Secara Terpadu Menjadi Alternatif Energi : Biogas dan Precursor Briket. Institut Tegnologi Nasional, Bandung, ISSN 1693 4393. Muhammad Fitriansyah. 2013. Pengolahan Sampah. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2013 dari http://muhammadfitriansyahmakalahsampah.blogspot.com/ Lukas. 2011. Studi Pengolahan Sampah Organik di IPSO Pasar Cisarua Kabupaten Bogor. Universitas Kristen Palangka Raya, Volume 3 Nomor 1, April 2011 ISSN 2085-3548. Sato, Abas., dkk. 2009. Pengolahan Sampah Organik Secara Anaerobik Untuk Memperoduksi Biogas Sebagai Energi Terbarukan. Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, ISSN 1693 4393. Sinaga, August., dkk. 2010. Perencanaan Pengomposan Sebagai Alternatif Pengolahan Sampah Organik (Studi Kasus: TPA Putri Cempo Mojosongo). Universitas Diponegoro, Semarang, Vol. 7 No.1 Maret 2010, ISSN 1907-187X.

Pengolahan Limbah Padat

21

Anda mungkin juga menyukai