Anda di halaman 1dari 5

Program Pengendalian Pertisisda Pada Lahan Pertanian dan Lingkungan

Di Provinsi Maluku Utara

A. Analisis situasi
Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun
disebabkan oleh alam (misal gunung meletus, gas beracun akibat penggunaan
pestisida). Ilmu lingkungan biasanya membahas pencemaran yang disebabkan
perbuatan manusia yang sulit untuk dicegah, Pencemaran lingkungan tersebut
tidak dapat dihindari, yang dapat dilakukan adalah mengurangi pencemaran,
mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian
masyarakat terhadap lingkungannya agar tidak mencemari lingkungan.
FAO mendefinisi pestisa sebagai "zat atau campuran zat yang bertujuan untuk
mencegah, membunuh, atau mengendalikan hama tertentu, termasuk vektor
penyakit bagi manusia dan hewan, spesies tanaman atau hewan yang tidak
diinginkan yang dapat menyebabkan kerusakan selama produksi, pemrosesa,
penyimpanan, transprtasi, atau pemasaran bahan pertanian (termasuk hasil hutan,
hasil perikanan, dan hasil peternakan).Istilah ini juga mencakup zat yang
mengendalikan

pertumbuhan

tanaman,

merontokkan

daun,

mengeringkan

tanaman, mencegah kerontokkan buah, dan sebagainya yang berguna untuk


mengendalikan hama dan memitigasi efek dari keberadaan hama, baik sebelum
maupun setelah panen.
Pestisida dapat diklasifikasikan berdasarkan target organisme yang menjadi
sasarannya, struktur senyawanya bahan bakunya (misal organik, inorganik, sintetis,
biopestisida), dan wujud fisiknya serta cara penerapannya (misal fumigasi pada
pestisida berwujud gas). Biopestisida mencakup pestisida mikrobiologi dan

biokimia. Pestisida berbahan dasar tumbuhan saat ini telah berkembang, yaitu
piretrum, rotenon, nikotin, strychnine, dan scillirosida.
Berbagai pestisida dapat dikelompokan menjadi famili senyawa kimianya.
Famili senyawa kimia pestisida yang terkenal yaitu organoklorin, organofosfat, dan
karbamat. Famili hidrokarbon organoklorin dapat dibagi menjadi diklorodifeniletana
(DDT), senyawa siklodiena, dan lainnya. Organoklorin bekerja dengan mengganggu
keseimbangan ion kalium-natrium di dalam jaringan syaraf. Tingkat keracunan
senyawa ini dapat bervariasi, namun seluruh senyawa organoklorin bersifat
persisten dan dapat terakumulasi secara biologi. Organofosfat dan karbamat telah
menggantikan organoklorin. Keduanya menghambat kerja enzim asetilkolinesterase
yang

mengirimkan

asetilkolin

ke

jaringan

syaraf,

mampu

menyebabkan

kelumpuhan. Organofosfat secara umum beracun bagi vertebrata.


Di Indonesia, pestisida yang paling dominan banyak digunakan sejak tahun
1950an sampai akhir tahun 1960an adalah pestisida dari golongan hidrokarbon
berklor seperti DDT, endrin, aldrin, dieldrin, heptaklor dan gamma BHC.
Penggunaan pestisida-pestisida fosfat organik seperti paration, OMPA, TEPP pada
masa lampau tidak perlu dikhawatirkan, karena walaupun bahan- bahan ini sangat
beracun (racun akut), akan tetapi pestisida-pestisida tersebut sangat mudah terurai
dan tidak mempunyai efek residu yang menahun.Pada tanah-tanah pertanian yang
menggunakan bahan organik yang tinggi, residu pestisida akan sangat tinggi
karena jenis tanah tersebut di atas menyerap senyawa golongan hidrokarbon
berklor sehingga persistensinya lebih mantap. Kandungan bahan organik yang
tinggi dalam tanah akan menghambat proses penguapan pestisida. Kelembaban
tanah, kelembaban udara, suhu tanah dan porositas tanah merupakan salah satu
faktor yang juga menentukan proses penguapan pestisida.Penguapan pestisida
terjadi bersama-sama dengan proses penguapan air.
B. Rumusan Masalah
Pencemaran dan keracunan pestisida umumnya terjadi akibat kelalaian
manusia dalam penggunaannya yang berlebihan, kesalahan pencampuran dan
penanganan yang tidak sesuai prosedur. Penggunaan pestisida yang tidak
terkendali

akan

menimbulkan

bermacam-macam

masalah

kesehatan

dan

pencemaran lingkungan. Hal ini juga diperparah dengan perilaku petani dalam

menggunakan dan penanganan pestisida yang masih belum arif dan belum ramah
lingkungan.
C. Prioritas Masalah
Alsan program ini dibuat adalah
Akumulasi

residu

pestisida

dapat

mengakibatkan

pencemaran

lahan

pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida
dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat,
CAIDS (Chemically Acquired Deficiency Syndrom) dan sebagainya
Pada masa sekarang ini dan masa mendatang, orang lebih menyukai produk
pertanian yang alami dan bebas dari pengaruh pestisida walaupun produk
pertanian tersebut di dapat dengan harga yang lebih mahal dari produk pertanian
yang menggunakan pestisida. Pestisida yang paling banyak menyebabkan
kerusakan lingkungan dan mengancam kesehatan manusia adalah pestisida
sintetik, yaitu golongan organoklorin.
D. Program kapan bisa tercapai.
Program ini direncanakan mulai diterapkan pada tahiun 2017, dan target yang
ingnin di capai pada tahun 2020 semua petani dan pengguna pestisida dalam
kehgiatan lain diluar pertanian sudah memahami penggunaan pestisida yang baik
dan ramah lingkungan. Adapun kegitan yang akan dilaksanakan pada tahap awal
program ini adalah kegiataan sosialisasi penggunaan pestisida dan cara
pengendaliannya.

Rencana Kerja Anggaran


Sosisalisai Penggunaan Pestisida dan Cara Penanggulangannya

Jadwal Kegiatan
Sosisalisasi Penggunaan Pestisida dan Cara Penanggulangannya

Anda mungkin juga menyukai