Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SAMPAH
2. 1 Pengertian Sampah

Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh
pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola
dengan prosedur yang benar.(Panji Nugroho, 2013).

Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal
dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Undang-
Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah sisa
kegiatan seharihari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.

Azwar (1990) mengatakan yang dimaksud dengan sampah adalah sebagian dari
sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang
umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri)
tetapi bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak termasuk kedalamnya.
Manik (2003) mendefinisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau
tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.

Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste) adalah
sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang,
yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dari batasan ini
jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak
berguna. Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut :

1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat


2. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia
3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmojo, 2003)

2. 2 Jenis –jenis sampah

Menurut Panji Nugroho dalam buku Panduan Membuat Pupuk Kompos cair
(2013), jenis-jenis sampah dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain :

1. Berdasarkan Sumbernya
a) Sampah alam
Yaitu sampah yang ada oleh proses alam yang dapat di daur
ulang alami, seperti halnya daun-daunan kering di hutan yang
terurai menjaditanah . Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini
dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan
pemukiman
b) Sampah manusia
Sampah manusia (human waste) adalah istilah yang biasa
digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses
dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi
kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana
perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah
satu perkembangan dalam mengurangi penularan penyakit melalui
sampah manusia dengan cara hidup yang higenis dan sanitasi.
Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa
(plumbing).
c) Sampah konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh
manusia(pengguna barang), dengan kata lain adalah sampah hasil
konsumsi sehari-hari. Ini adalah sampah yang umum, namun
meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini masih jauh lebih
kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses
pertambangan dan industri.
d) Sampah Industri
Sampah industri adalah bahan sisa yang dikeluarkan akibat
proses proses industri. Sampah yang dikeluarkan dari sebuah
industri dangan jumlah yang besar dapat dikatakan sebagai limbah.
Berikut adalah gambaran dari limbah yang berasal dari beberapa
industri, yaitu:
1) Limbah industri pangan (makanan), sebagai contoh yaitu
hasil ampas makanan sisa produksi yang dibuang dapat
menimbulkan bau dan polusi jika pembuangannya tidak
diberi perlakuan yang tepat.
2) Limbah Industri kimia dan bahan bangunan, sebagai
contoh industri pembuat minyak pelumas (OLI) dalam
proses pembuatannya membutuhkan air skala besar,
mengakibatkan pula besarnya limbah cair yang
dikeluarkan ke lingkungan sekitarnya. air hasil produksi
ini mengandung zat kimia yang tidak baik bagi tubuh
yang dapat berbahaya bagi kesehatan.
3) Limbah industri logam dan elektronika, bahan buangan
seperti serbuk besi, debu dan asap dapat mencemari udara
sekitar jika tidak ditangani dengan cara yang tepat.
2. Berdasarkan Sifatnya
a) Sampah organik
Sampah organik, yaitu sampah yang mudah membusuk
seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya.
Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.
b) Sampah anorganik
Sampah anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah
membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas,
plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan
sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau
sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya.
Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah
pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng,
kaca, dan kertas.
3. Berdasarkan Bentuknya
a) Sampah Padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran
manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah dapur,
sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut
bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan
sampah anorganik.
Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam
(biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi:
a. Biodegradable
Yaitu sampah yang dapat diuraikan secara
sempurna oleh proses biologi baik aerob (menggunakan
udara/terbuka) atau anaerob (tidak menggunakan
udara/tertutup), seperti sampah dapur, sisa-sisa hewan,
sampah pertanian dan perkebunan.
b. Non-biodegradable
Yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh
proses biolog, yang dapat dibagi lagi menjadi:
a) Recyclable yaitu sampah yang dapat diolah dan
digunakan kembali karena memiliki nilai secara
ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-
lain.
b) Non-recyclable yaitu sampah yang tidak memiliki
nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah
kembali seperti tetra packs(kemasan pengganti
kaleng), carbon paper, thermo coal dan lain-lain.
b) Sampah Cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan
tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan
sampah
1) Limbah hitam yaitu sampah cair yang dihasilkan dari
toilet. Sampah ini mengandung patogen yang
berbahaya.
2) Limbah rumah tangga seperti sampah cair yang
dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian.
Sampah ini mungkin mengandung patogen.

2. 3 Metode Pengolahan Sampah


2.3.1 Penerapan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R
Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penanganan sampah misalnya
dengan menerapkan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah
konsep penanganan sampah dengan cara Reduce (mengurangi), Reuse
(menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang sampah), sedangkan 4-R
ditambah Replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain 4
prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan Replant (menanam kembali).
Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka
pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga
diharapkan dapat mengurangi biaya pengelolaan sampah.
Gambar 2.1. 3R (Reduce, Reuse dan Recycle)
a. Reduce
Prinsip Reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin melakukan
minimalisasi barang atau material yang digunakan. Semakin banyak kita
menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan
program reduce:
- Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah
dalam jumlah besar
- Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi
lain
- Gunakan baterai yang dapat di charge kembali
- Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan
- Ubah pola makan (pola makan sehat : mengkonsumsi makanan segar,
kurangi makanan kaleng/instan)
- Membeli barang dalam kemasan besar (versus kemasan sachet)
- Membeli barang dengan kemasan yang dapat di daur ulang (kertas,
daun dan lainlain)
- Bawa kantong/tas belanja sendiri ketika berbelanja
- Tolak penggunaan kantong plastik
- Gunakan rantang untuk tempat membeli makanan
- Pakai serbet/saputangan kain pengganti tisu
- Kembali kepemakaian popok kain bagi para ibu
b. Reuse
Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin memilih barang-barang
yang bisa dipakai kembali. Dan juga menghindari pemakaian barang-barang
yang hanya sekali pakai. Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang
sebelum ia menjadi sampah.
Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan
program reuse:
- Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang
- Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill)
- Kurangi penggunaan bahan sekali pakai - Plastik kresek digunakan
untuk tempat sampah
- Kaleng/baskom besar digunakan untuk pot bunga atau tempat sampah
- Gelas atau botol plastik untuk pot bibit, dan macam-macam kerajinan
- Bekas kemasan plastik tebal isi ulang digunakan sebagai tas
- Styrofoam digunakan untuk alas pot atau lem
- Potongan kain/baju bekas untuk lap, keset, dan lain-lain
- Majalah atau buku untuk perpustakaan Kertas koran digunakan untuk
pembungkus
c. Recycle
Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barang-barang yang
sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur
ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah
tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan
program recycle:
- Mengubah sampah plastik menjadi souvenir
- Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos
- Mengubah sampah kertas menjadi lukisan atau mainan miniatur
d. Replace
Prinsip replace dilakukan dengan cara lebih memperhatikan barang yang
digunakan sehari-hari. Dan juga mengganti barang-barang yang hanya bisa
dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Prinsip ini
mengedepankan penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan seperti
mengganti kantong plastik dengan keranjang saat berbelanja, atau hindari
penggunaan styrofoam karena banyak mengandung zat kimia berbahaya.
e. Replant
Prinsip replant dapat dilakukan dengan cara membuat hijau lingkungan
sekitar baik lingkungan rumah, perkantoran, pertokoan, lahan kosong dan lain-
lain. Penanaman kembali ini sebagian menggunakan barang atau bahan yang
diolah dari sampah.

2.3.2 Pengomposan
Kompos merupakan hasil fermentasi dari bahan-bahan organik sehingga
berubah bentuk, berwarna kehitam-hitaman dan tidak berbau. Pengomposan
merupakan proses penguraian bahan-bahan organik dalam suhu yang tinggi
sehingga mikroorganisme dapat aktif menguraikan bahan-bahan organik
sehingga dapat dihasilkan bahan yang dapat digunakan tanah tanpa merugikan
lingkungan (Santoso, 2009).

Usaha pengomposan sampah kota memiliki beberapa manfaat yang dapat


ditinjau baik dari segi teknologi, ekonomi, lingkungan maupun kesehatan.

Dari segi teknologi manfaat pembuatan kompos antara lain :

1. Teknik pembuatan kompos sangat beragam, mulai dari proses yang mudah
dengan menggunakan peralatan yang sederhana sampai dengan proses
yang canggih dengan peralatan modern
2. Secara teknis, pembuatan kompos dapat dilakukan secara manual sehingga
modal yang dibutuhkan relatif murah atau secara masinal (padat modal)
untuk mengejar skala produksi yang tinggi

Dari segi ekonomi, pembuatan kompos dapat memberikan manfaat secara


ekonomis, yaitu :

1. Pengomposan dapat mengurangi jumlah sampah sehingga akan


mengurangi biayaoperasinal pemusnahan sampah
2. Tempat pengumpulan sampah akhir dapat digunakan dalam waktu yang
lebih lama, karena sampah yang dikumpulkan berkurang. Dengan
demikian akan mengurangi investasi lahan TPA
3. Kompos dapat memperbaiki kondisi tanah dan dibutuhkan oleh tanaman.
Hal ini berarti kompos memiliki nilai kompetitif dan ekonomis yang
berarti kompos dapat dijual
4. Penggunaan pupuk anorganik dapat ditekan sehingga dapat meningkatkan
efisiensi penggunaannya
Dari segi kesehatan, manfaat kesehatan yang diperoleh dari proses
pembuatan kompos adalah :
1. Pengurangan tumpukan sampah akan menciptakan lingkungan yang
bersih dan sehat
2. Proses pengomposan berjalan pada suhu yang tinggi sehingga dapat
mematikan berbagai macam sumber bibit penyakit yang ada pada sampah
(Santoso, 2009).
2.3.3 Lubang Resapan Biopori (LBR)

Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke
dalam tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman sekitar 100 cm, atau dalam kasus
tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi kedalaman muka air
tanah. Lubang diisi dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori. Biopori
adalah pori-pori berbentuk lubang (terowongan kecil) yang dibuat oleh aktivitas fauna
tanah atau akar tanaman (Tim Biopori IPB, 2011).

Gambar 2.2. Diagram lubang resapan biopori

Gambar 2.3. Lubang biopori yang siap pakai (dilihat dari atas)

Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk
mengatasi banjir dengan cara :

1. Meningkatkan daya resapan air


Lubang resapan biopori secara langsung akan menambah bidang resapan
air, setidaknya sebesar luas kolom/dinding lubang. Sebagai contoh bila lubang
dibuat dengan diameter 10 cm dan dalam 100 cm maka luas bidang resapan akan
bertambah sebanyak 3140 cm2 atau hampir 1/3 m2 . Dengan kata lain suatu
permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diamater 10 cm, yang semula
mempunyai bidang resapan 78.5 cm2 setelah dibuat lubang resapan biopori
dengan kedalaman 100 cm, luas bidang resapannya menjadi 3218 cm2 .
Dengan adanya aktivitas fauna tanah pada lubang resapan maka biopori
akan terbentuk dan senantiasa terpelihara keberadaannya. Oleh karena itu bidang
resapan ini akan selalu terjaga kemampuannya dalam meresapkan air. Dengan
demikian kombinasi antara luas bidang resapan dengan kehadiran biopori secara
bersama-sama akan meningkatkan kemampuan dalam meresapkan air.
2. Mengubah sampah organik menjadi kompos
Lubang resapan biopori "diaktifkan" dengan memberikan sampah organik
kedalamnya. Sampah ini akan dijadikan sebagai sumber energi bagi organisme
tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses dekomposisi. Sampah yang
telah didekomposisi ini dikenal sebagai kompos. Melalui proses tersebut maka
lubang resapan biopori selain berfungsi sebagai bidang peresap air juga sekaligus
berfungsi sebagai "pabrik" pembuat kompos. Kompos dapat dipanen pada setiap
periode tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada berbagai
jenis tanaman, seperti tanaman hias, sayuran, dan jenis tanaman lainnya. Bagi
mereka yang senang dengan budidaya tanaman/sayuran organik maka kompos dari
LRB adalah alternatif yang dapat digunakan sebagai pupuk sayurannya.
3. Memanfaatkan fauna tanah dan atau akar tanaman
Seperti disebutkan di atas lubang resapan biopori diaktifkan oleh
organisme tanah, khususnya fauna tanah dan perakaran tanaman. Aktivitas
merekalah yang selanjutnya akan menciptakan rongga-rongga atau liang-liang di
dalam tanah yang akan dijadikan "saluran" air untuk meresap ke dalam tubuh
tanah. Dengan memanfaatkan aktivitas mereka maka rongga-rongga atau liang-
liang tersebut akan senantiasa terpelihara dan terjaga keberadaannya sehingga
kemampuan peresapannya akan tetap terjaga tanpa campur tangan langsung dari
manusia untuk pemeliharaannya. Hal ini tentunya akan sangat menghemat tenaga
dan biaya.
Kewajiban faktor manusia dalam hal ini adalah memberikan pakan kepada
mereka berupa sampah organik pada periode tertentu. Sampah organik yang
dimasukkan ke dalam lubang akan menjadi humus dan tubuh biota dalam tanah,
tidak cepat diemisikan ke atmosfir sebagai gas rumah kaca; berarti mengurangi
pemanasan global dan memelihara biodiversitas dalam tanah.
Dengan hadirnya lubang-lubang resapan biopori dapat dicegah adanya
genangan air, sehingga berbagai masalah yang diakibatkannya seperti
mewabahnya penyakit malaria, demam berdarah dan kaki gajah (filariasis) akan
dapat dihindari (Tim Biopori IPB, 2011).

2.3.4. Hambatan Pengolahan Sampah

Menurut Slamet (2004) masalah pengelolaan sampah di Indonesia merupakan


masalah yang rumit karena :

1. Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan masyarakat


untuk mengelola dan memahami persoalan persampahan
2. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan
pengetahuan tentang persampahan
3. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien menimbulkan pencemaran
udara, tanah dan air, gangguan estetika dan memperbanyak populasi lalat dan tikus
4. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai tempat pembuangan akhir sampah,
selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan sampah, juga
terjadi kompetisi yang semakin rumit akan penggunaan tanah.
5. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya dipakai
tempat pembuangan sampah
6. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan
7. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca yang
panas.
8. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya
dan memelihara kebersihan.
9. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini kebanyakan
sampah dikelola oleh jawatan pemerintah.
10. Pengelolaan sampah dimasa lalu dan saat ini kurang memperhatikan faktor non
teknis seperti partisipasi masyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat dan
bersih.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa faktor yang lebih dominan
menimbulkan hambatan dalam pengelolaan sampah adalah kurangnya
pengetahuan, tentang pengelolaan sampah, kebiasaan pengelolaan sampah yang
kurang baik dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah
(Rohani, 2007).
B. HIPERTENSI
3.1 Pengertian Hipertensi

Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik

lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat

menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner)

dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan

yang memadai.

3.2 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolic (Smeltzer,et al,2012)

Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah Diastolik

(mmHg) (mmHg)
Normal <120 mmHg <80 mmHg
Prehipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 160 mmHg 100 mmHg

Klasifikasi berdasarkan tekanan darah pada orang dewasa (Triyanto,2014)

Kategori Tekanan darah sistolik (mmHg) Tekanan darah Diastolik (mmHg)

Normal <130 mmHg < 85 mmHg


Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 (Ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 (Sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3 (Berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4 (Maligna) 210 mmHg 120 mmHg

3.3 Penyebab Hipertensi

Penyebab hipertensi sesuai dengan tipe masing-masing hipertensi, yaitu :


1) Hipertensi esensial atau primer

Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui,sementara penyebab


sekunder dari hipertensi esensial jugatidak ditemukan. Pada hipertensi esensial tidak
ditemukan penyakit renivaskuler, gagal ginjal maupun penyakit lainnya,genetik serta
ras menjadi bagian dari penyebab timbulnya hipertensi esensial termasuk stress, intake
alkohol moderat, merokok, lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014)

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti kelainan pembuluh darah


ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), hiperaldosteronisme, penyakit parenkimal
(Buss & Labus, 2013).

3.3 Faktor Resiko Hipertensi


1) Faktor resiko yang tidak bisa dirubah

a) Usia

Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang berpengaruh terhadap hipertensi
karena dengan bertambahnya usia maka semakin tinggi pula resiko mendapatkan
hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia, hal ini
disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi pembuluh darah,
hormon serta jantung(Triyanto, 2014).

b) Jenis Kelamin

Pria memiliki prevalensi sedikit lebih tinggi menderita hipertensi bila dibandingkan
wanita Hal itu berlaku untuk umur dibawah 50 tahun, karena bila sudah memasuki umur
50 tahun, wanita memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami hipertensi daripada
pria, yang disebabkan karena menurunnya hormone estrogen yang berperan didalam
memberikan perlindungan terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk
tekanan darah tinggi. ( WHO, 2014).

c). Riwayat Keluarga (Genetik)

Faktor genetik ternyata juga memiliki peran terhadap angka kejadian hipertensi.
Penderita hipertensi esensial sekitar 70-80 % lebih banyak pada kembar monozigot (satu
telur) dari pada heterozigot (beda telur). Riwayat keluarga yang menderita hipertensi
juga menjadi pemicu seseorang menderita hipertensi, oleh sebab itu hipertensi disebut
penyakit turunan (Triyanto, 2014). Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan
menyebabkan keluarga tersebut mempunyai risiko menderita hipertensi. Hipertensi
dikaitkan pula dengan faktor riwayat keluarga dimana bila ayah atau ibu mempunyai
penyakit hipertensi besar kemungkinan akan menurun kepada anak-anaknya dengan
perkiraan sebesar 30% dan bila baik ayah maupun ibu menderita hipertensi maka anak-
anaknya berisiko terkena hipertensi sebesar 50%. Risiko menderita hipertensi essensial
semakin tinggi bila baik /ayah maupun ibu mengidap penyakit sebelumnya
(Widyningtyas,2009).

2. Factor resiko yang dapat diubah

a. Obesitas

Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah kegemukan atau obesitas.
Perenderita obesitas dengan hipertensi memiliki daya pompa jantung dan sirkulasi
volume darah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita yang memiliki berat
badan normal Timbulnya berbagai penyakit seperti obesitas biasanya diikuti oleh
keadaan antara lain hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung seperti arterioklerosis,
jantung coroner Berat badan berlebihan merupakan suatu bahaya terhadap kesehatan.
(Triyanto,2014)

b) Lingkungan (stres)

Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh terhadap hipertensi. Hubungan
antara stress dengan hipertensi melalui saraf simpatis, dengan adanya peningkatan
aktivitas saraf simpatis akan meningkatkan tekanan darah secara intermitten (Triyanto,
2014).

c) Rokok

Rokok dapat menjadi pemicu terjadinya hipertensi karena bahan aktif nikotin yang
terdapat di dalam rokok begitu terhisap masuk ke darah maka akan segera mencapai
otak. Akibat adanya nikotin ini akan merangsang kelenjar adrenal mengeluarkan hormon
adrenalin, akibat dari adanya hormon adrenalin inilah dapat menyebabkan penyempitan
pembuluh darah. Adanya tar pada rokok yang terhisap dapat menimbulkan plak pada
pembuluh darah, sehingga pembuluh darah menjadi lebih sempit, mudah menimbun
lemak yang pada akhirnya dapat mnyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi
(Ardiansyah,2012).

d) Alkohol
Alkohol adalah suatu zat yang dosis rendah mempunyai efek mengguntungkan misal
menurunkan kejadian infark miokard, strok, batu kantong empedu dan kemungkinan
penyakit Alzheimer, akan tetapi bila konsumsi lebih dari dua gelas standar sehari dapat
menyebabkan problem kesehatan pada beberapa sistem, pemakain 3 gelas atau lebih
dapat perhari akan menimbulkan kenaikan tekana darah tergantung dosis etanolnya.
Konsumsi dalam jumlah besar dan berulang-ulang seperti pada penyalahgunaan alkohol
dapat memperpendek harapan hidup baik laiki-laki maupun perempuan, pada semua
kelompok kultur dan tingkat social ekonomi (Budiman, 2009)

e). Aktivitas Fisik

Berapa penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah
karena aktivitas fisik yang teratur dapat melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan
darah menjadi normal. Semakin ringan aktivitas fisik semakin meningkat risiko
terjadinya hipertensi (Aripin,2015).

Orang yang kurang berolahraga atau kurang aktif bergerak dan yang kurang bugar,
memiliki risiko menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi meningkat 20-50%
dibandingkan mereka yang aktif dan bugar (Windyningtyas,2009)

f) Konsumsi Makanan Asin

Garam memiliki sifat mengikat cairan sehingga mengkonsumsi garam dalam jumlah
yang berlebihan secara terus-menerus dapat berpengaruh secara langsung terhadap
peningkatan tekanan darah. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi
natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat, untuk menormalkannya cairan
intraseluler ditarik keluar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat
menyebabkan meningkatnya volume darah kemudian berdampak timbulnya hipertensi.

C. Merokok

4.1 Definisi merokok

Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari


tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau
sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan
(Heryani, 2014).
4.2 Definisi Perokok

Perokok adalah seseorang yang suka merokok, disebut perokok aktif bila
orang tersebut yang merokok secara aktif, dan disebut perokok pasif bila orang
tersebut hanya menerima asap rokok saja, bukan melakukan aktivitas merokok
sendiri (KBBI, 2012).

Definisi lain dari perokok adalah mereka yang merokok setiap hari untuk
jangka waktu minimal enam bulan selama hidupnya masih merokok saat survei
dilakukan (Octafrida, 2011).

4.3 Klasifikasi Perokok


Menurut Bustan (2007), membagi perokok dibagi atas tiga kategori,
yaitu ringan (1- 10 batang perhari), sedang (11-20 batang perhari) dan berat
(lebih dari 20 batang perhari). Klasifikasi perokok juga dapat ditentukan
oleh Indeks Brinkman (IB) dengan rumus: jumlah rata-rata konsumsi rokok
perhari (batang) x lama merokok (tahun), dengan hasil ringan (0-199),
sedang (200- 599) dan berat (>600).

4.4 Tipe Kondisi Perokok


Menurut Syafiie (2009) ada empat perilaku merokok, yaitu:
 Kondisi perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif Terdapat tiga
sub tipe perokok yang menjadikan rokok sebagai penambah kenikmatan
yang sudah didapat, seperti merokok setelah makan atau minum kopi,
merokok untuk sekedar menyenangkan perasaan, dan suatu kenikmatan
seorang perokok saat memegang rokoknya.
 Kondisi merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif Perokok
merokok saat marah, cemas dan gelisah. Rokok dianggap sebagai
penyelamat.
 Kondisi merokok yang adiktif Mereka yang sudah adiksi, akan
menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari
rokok yang dihisapnya berkurang.
 Kondisi merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan
rokok bukan karena untuk mengendalikan perasaan, tetapi karena benar-
benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Ia menghidupkan api rokoknya
bila rokok yang sebelumnya telah benar benar habis.

4.5 Dampak Rokok


Bahaya merokok bagi kesehatan menurut Tandra (2003) dalam
Poltekkes Depkes Jakarta I (2012) adalah dapat menimbulkan berbagai
penyakit. Banyak penyakit telah terbukti menjad akibat buruk dari merkok,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Rokok memiliki 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan,
diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat
karsinogenik. Rokok memang hanya memiliki 8-20mg nikotin,yang setelah
dibakar 25 persennya akan masuk kedalam darah. Namun, jumlah
kecilinihanya membutuhkan waktu 15detik untuk sampai keotak.
Dengan merokok mengurangi jumlah sel-sel berfilia (rambut getar),
menambah sel lendir sehingga menghambat oksigen ke paru-paru sampai
resiko delapan kali lebih besar terkena kanker dibandingkan mereka yang
hidup sehat tanpa rokok (Zulkifli, 2008).
Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh kebiasaan menghisap
rokokyang mungkinsaja tidak terjadi dalam waktu singkat namun
memberikan perokok potensi yang lebih besar. Beberapa diantaranya antara
lain:
1. Impotensi
Merokok dapat menyebabkan penurunan seksual karena aliran
darah ke penis berkurang sehingga tidak terjadi ereksi.
2. Osteoporosis
Karbon monoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya
angkut oksigen darah perokok sebesar 15 persen, mengakibatkan
kerapuhan tulang sehingga lebih mudah patah dan membutuhkan waktu
80 persen lebih lama untuk penyembuhan.

3. Pada Kehamilan
Merokok selama kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin
lambat dan dapat meningkatkan resiko Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR). Resiko
keguguran pada wanita perokok 2-3 kali lebih sering karena karbon
monoksida dalam asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen.

4. Jantung koroner
Penyakit jantung adalahs alah satu penyebab kematian utama di
indonesia. Sekitar 40 persen kematian disebabkan oleh gangguan sirkulasi
darah, dimana 2,5 juta adalah penyakit jantung koroner. Perlu diketahui
bahwa resiko kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang hingga
50% pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan. Akibat penggumpalan
(trombosit) dan pengapuran dinding pembuluh darah (aterosklerosis),
merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer. Penyakit pembuluh
Darah Perifer (PPDP) yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di
tungkai bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok
berat, biasanya akan berakhir dengan amputasi (Poltekkes Depkes Jakarta I,
2012).

5. Sistem Pernapasan
Kerugian jangka pendek sistem pernapasan akibat rokok adalah
kemampuan rokok untuk membunuh selrambut getar (silia) disaluran
pernapasan. Ini adalah awal dari bronkitis, iritasi, batuk. Sedangkan untuk
jangka panjang berupa kanker paru, emphycema atau hilangnya elasitas
paru-paru, dan bronkitis kronis

Anda mungkin juga menyukai