Anda di halaman 1dari 3

1.

Definisi Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004) tentang SDA


DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan
anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan yang
berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan. Sub DAS adalah bagian dari DAS yang menerima air hujan
dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama. Setiap DAS terbagi habis ke
dalam Sub DAS-Sub DAS.

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu sistem ekologi yang tersusun atas
komponen-komponen biofosik dan sosial (human systems) yang dipandang sebagai satu
kesatuan yang tak terpisahkan satu sama lain (Dharmawan et al. 2005). Menurut Manan
(1976) sebagaimana dikutip Dharmawan et al. (2005), DAS didefinisikan sebagai bentang
lahan yang dibatasi oleh topografi pemisah aliran (topographic divide), yaitu punggung
bukit atau gunung yang menangkap curah hujan, menyimpan dan kemudian
mengalirkannya melalui saluran-saluran pengaliran ke suatu titik (outlet) yang umumnya
berada di muara sungai biasa atau danau. Menurut Kartodihardjo et al. (2004), definisi
DAS dari sudut pandang institusi bukan menunjuk pada hak-hak terhadap sumberdaya di
dalam DAS, batas yurisdiksi pihak-pihak yang berada dalam DAS maupun bentuk-bentuk
aturan perwakilan yang diperlukan dalam pengambilan keputusan seputar caracara yang
digunakan (teknologi), melainkan bagaimana para pihak mempunyai kapasitas dan
kemampuan untuk mewujudkan aturan main diantara mereka, termasuk kesepakatan
dalam penggunaan teknologi itu sendiri, sehingga masing-masing pihak mempunyai
kepastian hubungan yang sejalan dengan tujuan yang telah ditetapkan

Daerah aliran sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi oleh punggungpunggung
gunung atau pegunungan dimana air hujan yang jatuh di daerah tersebut akan mengalir
menuju sungai utama pada suatu titik (stasiun) yang ditinjau. Daerah aliran sungai
ditentukan dengan menggunakan peta topografi yang dilengkapi garisgaris kontur.
(Bambang Triatmodjo, 2010)
2. Definisi permasalahan Kesehatan
Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari berbagai
masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Datangnya
penyakit merupakan hal yang tidak bisa dihindari, meskipun kadang bisa dicegah.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada
faktor-faktor di luar kenyataan klinis yang mempengaruhi terutama faktor sosial
budaya. Jadi, sangat penting menumbuhkan pengertian yang benar pada masyarakat
tentang konsep sehat dan sakit karena dengan konsep yang benar, maka masyarakat
dapat menyelesaikan masalah kesehatannya dengan baik. (Foster, 2006)
Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil (dampak) dari
berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.
Datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak, meskipun kadang bisa
dicegah atau dihindari (Notoatmodjo, 2007)

3. Faktor Risiko Permasalahan Kesehatan Di Daerah Aliran Sungai

Sumber permasalahan kesehatan adalah titik yang secara konstan mengeluarkan atau
paparan agent penyakit. Agent penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat
menimbulkan gangguan penyakit melalui kontak secara langsung atau melalui media
perantara (yang juga komponen lingkungan). Faktor resiko kesehatan akibat lingkungan
salah satu contohnya daerah aliran sungai (DAS) sebagai berikut:

 Pemanfaatan air daerah aliran sungai yang kurang optimal


 Kurangnya pemanfaatan limbah industri dan limbah domestik sehingga
masyarakat membuang ke sungai
 Kurangnya kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi pada pengelolaan DAS

Permasalahan utama dalam pembangunan pengelolaan DAS adalah belum mantapnya


institusi dan lemahnya sistem perencanaan yang komprehensif. Meskipun upaya-upaya
pengelolaan DAS di Indonesia telah cukup lama dilaksanakan, namun karena
kompleksitas masalah yang dihadapi hasilnya belum mencapai yang diinginkan, terutama
yang berkaitan dengan pembangunan sumberdaya manusia dan kelembagan masyarakat.
Kemiskinan sering dianggap sebagai salah satu penyebab kemerosotan lingkungan dan
dampak negatif dari pembangunan. Sebaliknya kemerosotan daya dukung lingkungan
dapat menjadi penyebab muncul dan berkembangnya kemiskinan. Untuk mengatasi
kemiskinan, pendekatan harus dapat dilekatkan dalam berbagai program pembangunan,
maupun sebagai program yang khusus dan eksplisit. (sudaryono,2002)

Sumber :

Manan, S. 1976. Silvikultur. Diktat Kuliah. Lembaga Kerjasama Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Kartodihardjo, H et al. 2004. Institusi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Konsep dan
Pengantar Analisis Kebijakan. Bogor; Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Triatmodjo, B. 2010. Perencanaan Pelabuhan. Penerbit BETA OFFSET, Edisi Pertama,
Yogyakarta.
Foster, G. M., dan Anderson, B.G.(2006).Antropologi Kesehatan.(P.P.Suryadarma dan M.F
Swasono, Eds).Jakarta : UI.Press.

Pemerintah Indonesia. 2004. Undang undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2004
tentang sumber daya Air. Jakarta

Trisna,yonar.2018.Kualitas Air Dan Keluhan Kesehatan Masyarakat Di Sekitar Pabrik Gula


Watoetoelis.jurnal kesehatan lingkungan.10,220-232.

Notoatmodjo S. 2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Rineka cipta : Jakarta.

Sudaryono. 2002. Pengelolaan Daerah Aliran Ssungai (DAS) Terpadu,Konsep Pembangunan


Berkelanjutan. Jurnal Teknologi Lingkungan vol. 3, No. 2.

Anda mungkin juga menyukai