Anda di halaman 1dari 10

BAB 2

TEORI YANG DIGUNAKAN

2.1 Tinjauan teori yang relevan dengan fenomena

2.1.1 Penanganan dan Pengelolaan

Sampah merupakan komponen yang tidak berguna dan berfungsi sehingga perlu
adanya pengelolaan secara tepat dan terpadu. Tanpa adanya pengelolaan yang baik terhadap
sampah maka akan berakibat negatif kepada beberapa aspek kehidupan diantaranya
llingkungan dan kesehatan manusia Menurut Sudrajat (2006:4) :

Pengelolaan sampah “ adalah semua kegiatan yang dilakukan menangani sampah


sejak ditimbulkan sampai denga pembuatan akhir”. Secara garis besar kegiatan dalam
pengelolaan sampah meliputi pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengelolaan dan
pembuangan akhir”

Kuncoro Sejati (2009:24) mendefenisikan “ pengelolaan smpah yakni merupakan kegiatan


yang dilakukan untuk menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan
akhir”.

Pengelolaan sampah menurut Thobanoglous dalam Soekmana Soma (2010:1) adalah:

“ sebuah upaya komprehensif menangani sampah-sampah yang dihasilkan dari berbagai


aktifitas manusia, dikelompokkan menjadi enam elemen terpisah yaitu pengendalian
bangkitan ( control of generation) kedua penyimpangan (storage) ketiga pengumpulan
(collection) keempat pemindahan dan pengangkutan (transfer and transport) kelima
pemrosesan (processing) dan keenam yaitu pembuangan (disposal)”

Pengelolaan sampah dengan keenam elemen tersebut harus dilaksanakan dengan


prinsip-prinsip yang menjamin kesehatan masyarakat serta dilaksanakan menurut kaidah
ekonomis, teknis, konservasi, estetika dan pertimbangan lainnya.

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-


ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada
material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk
mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah
juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan
zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metode dan keahlian khusus untuk masing masing
jenis zat.

2.1.2 Sampah

Sampah merupakan limbah yang bersifat padatm terdiri atas zat atau bahan organic
dan an organicmyang dianggap sudah tidak memiliki mamfaat lagi dan harus dikelola dengan
baik sehingga tidak membahayakan lingkungan. Dalam masyarakat perkotaan sampah
dihasilkan oleh setiap rumah tangga sebagai bagian dari kehidupan sehari.

Sampah memang memilik makna yang relative berbeda tergantung dari sudut
pandang mana orang-orang memaknai keberadaan sampah mungkin bagi sebagian orang
sampah adalah suatu barang yang tidak ada gunanya lagi dan hanya menimnulkan masalah
akan tetapi bagi sebagian orang, pemulung misalnya sampah adalah mata pencaharian
mereka, dengan mencari barang-barang yang masih layak dipakai ditumpukan sampah
mereka dapat mendapatkan penghasilan.

Menurut Soemirat Slamet (1996:152) menjelaskan bahwa “sampah adalah segala


sesuatu yang tidak lagi lagi dikehendaki oleh yang punya bersifat padat. Sampah ini ada yang
mudah membusuk dan ada pula yang tidak mudah mebusuk”.

Definisi sampah menurut Thobagglous dalan Soekmana Soma(2010:11) adalah “


semoa adalah jenis bahan buangan baik yang berasal dari manusia atau binatang biasanya
berbentuk padat. Umumnya bahan-bahan tersebut dibuang karena dirasakan oleh pemiliknya
sebgai barang yang tidak berguna, tidak bernilai, dan tidak diinginkan”

Menurut Kuncoro Sejati (2009:12) mengartikan bahwa “sampah adalah suatu bahan
yang terbuang atau dibuang, merupakan hasil aktifitas manusia maupun alam yang tidak
digunakan lagi karena sudah diambil unsure atau fungsi utamanya”

Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sampah merupakan hasil


pemakaian sumber daya oleh manusia yang sudah tidak dapat dimamfaatkan dan tidak dapat
digunakan lagi.
Secara sederhana, jenis sampah dapat dibagi berdasarkan sifatnya. Sampah dipilah
menjadi sampah organik dan sampah an organik. Sampah organik atau sampah basah ialah
sampah yang berasal dari mahluk hidup, seperti dedaunan dan sampah dapur. Sampah sejenis
ini mudah terurai secara alami (degradable). Sementara itu, sampah an organik atau sampah
kering ialah sampah yang tidak dapat terurai (undegradable). Karet, plastik, kaleng, dan
logam termasuk dalam sampah organik.

Jika diurai lebih rinci, sampah dapat dibagi sebagai berikut:

1. Human erecta
Human erecta merupakan istilah bagi bahan buangan yang dikeluarkan
oleh tubuh manusia sebagai hasil pencernaan. Tinja (faeces) dan air seni
(urine) adalah hasilnya. Sampah manusia ini dapat berbahaya bagi
kesehatan karena bisa menjadi faktir penyakit yang disebabkan oleh
bakteri dan virus. Artinya ini merupakan sisa kotoran manusia namun ini
bisa dimamfaatkan juga sebgai bahan pembuat pupuk.
2. Sewage

Air limbah buangan rumah tangga maupun pabrik termasuk dalam sewage.
Limbah cair rumah tangga umumnya dialirkan ke got tanpa proses
penyaringan, seperti sisa air mandi, bekas cucian dan limbah dapur.
Sementara itu, limbah pabrik perlu diolah secara khusus sebelum dilepas
ke alam bebas agar lebih aman. Namun tidak jarang limbah berbahaya ini
disalurkan kesungai atau laut tanpa penyaringan.

3. Refuse
Refuse diartikan sebagai bahan sisa proses industri atau hasil sampingan
kegiatan rumah tangga. Refuse inilah yang populer disebut sampah dalam
pengertian masyarakat sehari-hari. Sampah ini dibagi menjadi garbage
(sampah lapuk) dan rubbish (sampah tidak mudah lapuk dan sampah tidak
lapuk).
Sampah lapuk ialah sampah sisa-sisa pengolahan rumah tangga (limbah
rumah tangga) atau hasil sampingan kegiatan pasar dan makanan, seperti
sayur mayur. Sementara itu sampah tidak lapuk merupakan sejenis sampah
yang tidak bisa lapuk sama sekali, seperti mika, kaca, dan plastik. Sampah
tidak mudah lapuk merupakan sampah yang sangat sulit terurai, tetapi bisa
hancur dalam jangka waktu lama. Sampah jenis ini ada yang dapat
terbakar (kertas dan kayu) dan tidak terbakar (kaleng dan kawat).
4. Industrial waste
Industrial waste ini umumnya dihasilkan dalam skala besar dan merupakan
bahan-bahan buangan dari sisa-sisa proses industri.

Volume tumpukan sampah memiliki nilai sebanding dengan tingkat konsumsi masyarakat
terhadap material yang digunakan dalam kehidupan sehar-hari. Output jenis sampah sendiri
sangat tergantung pada jenis material yang dikonsumsi. Secara umum bisa ditarik kesimpulan

Dalam pengelolaan sampah rumah tangga ada tiga cara mudah dan aman untuk
mengatasi masalah sampah. Cara ini dikenal dengan konsep 3R (reuse, reduce, recycle)
konsep ini bisa menjadi pedoman sederhana untuk membantu mengurngi sampah rumah
tangga.

a. Reuse ( menggunakan kembali)


Barang yang dianggap sampah dari kegiatan yang pertama, sebenarnya bisa
berguna untuk kegiatan berikutnya baik untuk fungsi yang sama maupun yang
berbeda. Misalnya menggunakan lagi kertas bekas untuk membungkus kado atau
membuat amplop.
Hal ini dapat memperpanjang umur dan waktu pemakaian barang sebelum ke
tempat sampah.
b. Reduce (mengurangi)
Sebisa mungkin kit amengurangi penggunaan barang, antara lain menghindari
pembelian barang yang berpotensi menghasilkan barang sampah, menghindari
barang sekali pakai, menggunakan produk yang bisa diisi ulang (Refill) atau
mengurangi pemakain plastik dengan membawa tas sendiri saat berbelanja.
c. Recycle (mendaur ulang)
Usaha ini dilakukan dengan mengubah barang bekas menjadi benda lain yang
lebih berguna dan layak pakai. Misalnya mengubah botol, gelas plasitk, dan
kaleng biskuit menjadi vas bunga.
2.1.3. Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu
yang dimaksud dengan pengelolaan sampah adalah suatu upaya penanganan sampah
secara keseluruhan, baik sifat teknis, maupun non teknis seperti pengatura sebagainya, dari
mulai dihasilkannya sampai pada pemprosesan akhir agar tidak mengganggu kesehatan,
lingkungan dan estetika. Adapun tujuan dari pengelolaan sampah yaitu:

1. untuk mengurangi tempat berkembang biaknya serangga dan binatang pengerat


sebagai wabah penyakit.
2. untuk mengurangi insiden penyakit yang berhubungan dengan sampah.
3. untuk membina estetika lingkungan.
4. untuk mewujudkan suatu keadaan lingkungan yang baik dan bersih, sehingga
dapat menghemat pengeluaran devisa.
5. untuk pemamfaatan/ daur ulang sampah yang secara kualitas dan kuantitas
mengalami peningkatan.

Mengetahui sumber dan jenis sampah juga posisi sampah merupakan elemen penting dalam
merancang dan melaksanakan pengelolaan sampah. Dilihat dari sumbernya, sampah dapat
diklafikasikan atas sampah yang berasal dari :

 rumah tinggal/perumahan dan perkarangan


 kantor, sekolah, gedung-gedung umum dan instansi lain,
 pasar, perkantoran,
 pabrik atau perindustrian,
 jalan, taman, tempat-tempat umum,
 kandang hewan, pemotongan hewan dan lain sebagainya.

Berdasarkan sifat-sifat biologis dan kimianya, sampah dibedakan atas:

 sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah kebun, pertanian
dan lainnya,
 sampah yang tidak membusuk, seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam dan lainnya,
 sampah yang berupa debu dan abu,
 sampah yang berbahaya terhadap kesehatan manusia seperti sampah-sampah zat-zat
kimia maupun zat fisis berbahaya.
Kehadiran sampah dalam kehidupan sehari-hari tidak dikehendaki, karena telah mengganggu
kenyamanan, estetika serta membahayakan kesehatan sering menimbulkan berbagai masalah
yang kompleks. Jumlah dan macam macam sampah yang dihasilkan dapat beraneka ragam,
hal ini pada umumnya tergantung oleh:

 kebiasaan hidup masyarakat,


 musim atau waktu,
 standar hidup,
 macam masyarakat,
 cara pengelolaan sampah.

Secara teori, teknik pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode sebagai berikut:

1. pengomposan (composting)
adalah suatu cara pengelolaan sampah organik dengan memamfaatkan aktivitas
bakteri untuk mengubah sampah menjadi kompos (proses pematangan)
2. pembakaran sampah
pembakaran sampah dapat dilakukan pada suatu tempat, misalnya lapangan yang jauh
dari segala kegiatan agar tidak mengganggu. Namun demikian pembakaran ini sulit
dikendaklikan bila terdapat angin kencangm sampah, arang, abu, debu, dan asap akan
terbawa ke tempat-tempat sekitarnya yang akhirnya menimbulkan gangguan.
Pembakaran yang paling baik dilakukan disuatu instansi pembakaran, yaitu dengan
menggunakan insinerator, namun pembakaran menggunakan inisinerator memerlukan
biaya yang mahal dan menimbulkan pencemaran udara
3. replace
mengganti barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih
tahan lama. Misalnya, mengganti kantong plastik dengan keranjang bila berbelanja,
dan jangan menggunakan styrofoam karena dua ini bahan tidak bisa didegradasi
secara alami
2.2 Tinjauan Normatif Yang Relavan dengan Fenomena

2.2.1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menggunakan


prinsip Otonomi seluas-luasnya dan prinsip ekonomi nyata bertanggung jawab. Prinsip
otonomi daerah seluas-luasnya dimaknakan daerah otonom diberikan kewenangan mengatur
dan mengurus semua urusan pemerintahan diluar yang menjadu urusan Pemerintah. Daerah
memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk membuat kebijakan Daerah untuk
memberikan pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat
yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Prinsip otonomi nyata menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah suatu
prinsip, bahhwa untuk menangani urusan Pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas,
wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup,
dan berkembang sesuai dengan potensi daerah masing-masing. Dengan demikian menurut
penjelasan undang-undang ini, isi, dan jenis otonomi dibagi tiap daerah tidak selalu sama
dengan daerah lain.

Hal yang sama juga dijelaskan dalam Undang-Undang 23 Tahun 2014 pada pasal 6
yang mana bahwa Pemerintahan Daerah berhak mengatur dan mengurus Pemerintahannya
sendiri. Namun untuk saat ini Undang-Undang yang berlaku masih Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004

2.2.2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2018 tentang Pengeloaan Sampah

Pengelolaan sampah diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2018 Tentang


Pengelolaan Sampah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2018 bahwa pengertian
sampah dan pengelolaan sampah tercantum dalam pasal 2 yakni:

“ 1. Jakstrada memuat :

a. arah kebijakan penguran dan penanganan Sampah Rumah Tangga dan


Sampah Senejis Sampah Rumah Tangga; dan
b. strategi, Program, dan target pengurangan dan penanganan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
2. Jastrada sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam periode waktu
tahun 2018 sampai 2025.

Tujuan pengelolaan sampah berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2018


tentang pengelolaan sampah dituangkan dalam pasal 5 bahwa :

1. target pengurangan dan penanganan Sampah Rumpah Tangga dan penanganan


Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Ruamh Tangga sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf b melipu:
a. pengurangan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
sebesar 30% (tiga puluh persen) dari angka ditimbulkan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga sebelum adanya kebijakan dan strategi
daerah pengurangan smpah rumah tangga dan sampah jenis rumah tangga ditahun
2025; dan
b. penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari angka timbulan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga sebelum adanya kebijakan dan strategi
daerah penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tanga ditahun 2025.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2018 tentang Pengelolaan


Sampah, pasal 8 menyebutka tugas Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sampah
meliputi :
1. dalam penyelenggaraan Jakstrada, Bupati bertugas :
a. menyusun dan melaksanakan Jakstrada;
b. melaksanakan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan Jakstrada;
c. menyampaikan hasil pelaksanaan Jakstrada kepada Gubernur Riau paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;
d. menyampaikan hasil pelaksanaan Jakstrada kepada Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan RI paling sedikit 1 (satu) kal dalam 1(satu) tahun;
2. Bupati bertanggung jawab dalam pengadaan tanah, sarana, dan prasarana
pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.2.3 Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah
tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga

Di dalam peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 dijelaskan tentang pengelolaan


sampah ruma tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dimana sampah rumah tangga
adalah sampah yang berasal dari rumah tangga komersil, kawasan industri, kawasan khusus
fasilitas social, fasilitas umum atau fasilitas lainnya. Pengaturan pengelolaan sampah ini
bertujuan untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat dan
menjadikan sampah sebagai sumber daya.

2.2.4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang pedoman
pengelolaan sampah

Peraturan menteri dalam negeri nomor 33 tahun 2010 menjelaskan tata cara pedoman
pengelolaan sampah dimana pengelolaan ini meliputi bagian perencanaan, pelaksanaan,
lembaga pengelola, insentif dan disinsentif, kerja sama dan kemitraan, retribusi pelayanan
peersampahan, kompensasi, peran masyarakat, pengawasan dan pembinaan, pembiayaan dan
lain-lain yang tercantum dalam peraturan menteri dalam negeri nomor 33 tahun 2010.

2.2.5 Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 40 Tahun 2018 tentang


Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga dan
Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 3 Tahun 2009 tentang Sususan
Organisasi Perangkat Daerah

Untuk Mendukung regulasi Pemrintah Pusat tersebut maka dikeluarkan Peraturan


Daerah Kabupaten Kampar Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah dan Peraturan
Daerah Kabupaten Kampar Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Susunan
Organisasi perangkat Daerah Kabupaten Kampar.

Pengelolaan persampahan perkotaan memerlukan penanganan yang sungguh-sungguh


dan dipandang perlu ditangani oleh satu institusi yang bertanggung jawab untuk pelaksanaan
tersebut. Sejalan dengan itu pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007
Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, pembentukan Dinas Lingkungan Hidup
merupakan salah satu satuan kerja perangkat daerah pemerintahan Kabupaten Kampar, yang
berperan dalam menangani kegiatan pengelolaan Ruang terbuka Hijau (RTH) dan
persampahan/kebersihan di Kabupaten Kampar.
Pembentukan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kampar Nomor 3 Tahun 2009
tentang Susunan Organisasi perangkat Daerah dimana dalam kedudukannya merupakan
Perangkat Daerah Pemerintahan Kabupaten Kampar.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kampar mempunyai tugas pokok dala


melaksanakan sebagian kewanangan Pemerintah Daerah dalam urusan rumah tangga Daerah
dan Pembantuan dalam menjalankan pelayanan publik dibidang Lingkungan hidup.

Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Dinas Lingkungan hidup, mempunyai fungsi :

a. Merumuskan kebijakan Pemerintah Daerah dibidang pengendalian dampak


lingkungan, limbah, konservasi, rehabilitasi dan pelestarian sumber daya alam
serta bina lingkungan hidup
b. Melaksanakan penyusunan dan pengandalian AMDAL dan pembinaan lingkungan
hidup
c. Melakukan penelitian dan analisa mengenai dampak lingkungan dan pembinaan
lingkungan sesuai dengan standar baku mutu lingkungan
d. Memberikan rekomendasi dan atu ramah lingkungan terhadap pihak yang lain
membutuhkan
e. Melakukan penyuluhan dan sosialisai lingkungan hidup
f. Penyusunan rencana kerja
g. Pengelolaan persampahan
h. Memberikan pelayanan umum dan teknis lingkungan hidup

Anda mungkin juga menyukai