Sampah merupakan komponen yang tidak berguna dan berfungsi sehingga perlu
adanya pengelolaan secara tepat dan terpadu. Tanpa adanya pengelolaan yang baik terhadap
sampah maka akan berakibat negatif kepada beberapa aspek kehidupan diantaranya
llingkungan dan kesehatan manusia Menurut Sudrajat (2006:4) :
2.1.2 Sampah
Sampah merupakan limbah yang bersifat padatm terdiri atas zat atau bahan organic
dan an organicmyang dianggap sudah tidak memiliki mamfaat lagi dan harus dikelola dengan
baik sehingga tidak membahayakan lingkungan. Dalam masyarakat perkotaan sampah
dihasilkan oleh setiap rumah tangga sebagai bagian dari kehidupan sehari.
Sampah memang memilik makna yang relative berbeda tergantung dari sudut
pandang mana orang-orang memaknai keberadaan sampah mungkin bagi sebagian orang
sampah adalah suatu barang yang tidak ada gunanya lagi dan hanya menimnulkan masalah
akan tetapi bagi sebagian orang, pemulung misalnya sampah adalah mata pencaharian
mereka, dengan mencari barang-barang yang masih layak dipakai ditumpukan sampah
mereka dapat mendapatkan penghasilan.
Menurut Kuncoro Sejati (2009:12) mengartikan bahwa “sampah adalah suatu bahan
yang terbuang atau dibuang, merupakan hasil aktifitas manusia maupun alam yang tidak
digunakan lagi karena sudah diambil unsure atau fungsi utamanya”
1. Human erecta
Human erecta merupakan istilah bagi bahan buangan yang dikeluarkan
oleh tubuh manusia sebagai hasil pencernaan. Tinja (faeces) dan air seni
(urine) adalah hasilnya. Sampah manusia ini dapat berbahaya bagi
kesehatan karena bisa menjadi faktir penyakit yang disebabkan oleh
bakteri dan virus. Artinya ini merupakan sisa kotoran manusia namun ini
bisa dimamfaatkan juga sebgai bahan pembuat pupuk.
2. Sewage
Air limbah buangan rumah tangga maupun pabrik termasuk dalam sewage.
Limbah cair rumah tangga umumnya dialirkan ke got tanpa proses
penyaringan, seperti sisa air mandi, bekas cucian dan limbah dapur.
Sementara itu, limbah pabrik perlu diolah secara khusus sebelum dilepas
ke alam bebas agar lebih aman. Namun tidak jarang limbah berbahaya ini
disalurkan kesungai atau laut tanpa penyaringan.
3. Refuse
Refuse diartikan sebagai bahan sisa proses industri atau hasil sampingan
kegiatan rumah tangga. Refuse inilah yang populer disebut sampah dalam
pengertian masyarakat sehari-hari. Sampah ini dibagi menjadi garbage
(sampah lapuk) dan rubbish (sampah tidak mudah lapuk dan sampah tidak
lapuk).
Sampah lapuk ialah sampah sisa-sisa pengolahan rumah tangga (limbah
rumah tangga) atau hasil sampingan kegiatan pasar dan makanan, seperti
sayur mayur. Sementara itu sampah tidak lapuk merupakan sejenis sampah
yang tidak bisa lapuk sama sekali, seperti mika, kaca, dan plastik. Sampah
tidak mudah lapuk merupakan sampah yang sangat sulit terurai, tetapi bisa
hancur dalam jangka waktu lama. Sampah jenis ini ada yang dapat
terbakar (kertas dan kayu) dan tidak terbakar (kaleng dan kawat).
4. Industrial waste
Industrial waste ini umumnya dihasilkan dalam skala besar dan merupakan
bahan-bahan buangan dari sisa-sisa proses industri.
Volume tumpukan sampah memiliki nilai sebanding dengan tingkat konsumsi masyarakat
terhadap material yang digunakan dalam kehidupan sehar-hari. Output jenis sampah sendiri
sangat tergantung pada jenis material yang dikonsumsi. Secara umum bisa ditarik kesimpulan
Dalam pengelolaan sampah rumah tangga ada tiga cara mudah dan aman untuk
mengatasi masalah sampah. Cara ini dikenal dengan konsep 3R (reuse, reduce, recycle)
konsep ini bisa menjadi pedoman sederhana untuk membantu mengurngi sampah rumah
tangga.
Mengetahui sumber dan jenis sampah juga posisi sampah merupakan elemen penting dalam
merancang dan melaksanakan pengelolaan sampah. Dilihat dari sumbernya, sampah dapat
diklafikasikan atas sampah yang berasal dari :
sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah kebun, pertanian
dan lainnya,
sampah yang tidak membusuk, seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam dan lainnya,
sampah yang berupa debu dan abu,
sampah yang berbahaya terhadap kesehatan manusia seperti sampah-sampah zat-zat
kimia maupun zat fisis berbahaya.
Kehadiran sampah dalam kehidupan sehari-hari tidak dikehendaki, karena telah mengganggu
kenyamanan, estetika serta membahayakan kesehatan sering menimbulkan berbagai masalah
yang kompleks. Jumlah dan macam macam sampah yang dihasilkan dapat beraneka ragam,
hal ini pada umumnya tergantung oleh:
Secara teori, teknik pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode sebagai berikut:
1. pengomposan (composting)
adalah suatu cara pengelolaan sampah organik dengan memamfaatkan aktivitas
bakteri untuk mengubah sampah menjadi kompos (proses pematangan)
2. pembakaran sampah
pembakaran sampah dapat dilakukan pada suatu tempat, misalnya lapangan yang jauh
dari segala kegiatan agar tidak mengganggu. Namun demikian pembakaran ini sulit
dikendaklikan bila terdapat angin kencangm sampah, arang, abu, debu, dan asap akan
terbawa ke tempat-tempat sekitarnya yang akhirnya menimbulkan gangguan.
Pembakaran yang paling baik dilakukan disuatu instansi pembakaran, yaitu dengan
menggunakan insinerator, namun pembakaran menggunakan inisinerator memerlukan
biaya yang mahal dan menimbulkan pencemaran udara
3. replace
mengganti barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih
tahan lama. Misalnya, mengganti kantong plastik dengan keranjang bila berbelanja,
dan jangan menggunakan styrofoam karena dua ini bahan tidak bisa didegradasi
secara alami
2.2 Tinjauan Normatif Yang Relavan dengan Fenomena
Prinsip otonomi nyata menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah suatu
prinsip, bahhwa untuk menangani urusan Pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas,
wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup,
dan berkembang sesuai dengan potensi daerah masing-masing. Dengan demikian menurut
penjelasan undang-undang ini, isi, dan jenis otonomi dibagi tiap daerah tidak selalu sama
dengan daerah lain.
Hal yang sama juga dijelaskan dalam Undang-Undang 23 Tahun 2014 pada pasal 6
yang mana bahwa Pemerintahan Daerah berhak mengatur dan mengurus Pemerintahannya
sendiri. Namun untuk saat ini Undang-Undang yang berlaku masih Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004
“ 1. Jakstrada memuat :
2.2.4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang pedoman
pengelolaan sampah
Peraturan menteri dalam negeri nomor 33 tahun 2010 menjelaskan tata cara pedoman
pengelolaan sampah dimana pengelolaan ini meliputi bagian perencanaan, pelaksanaan,
lembaga pengelola, insentif dan disinsentif, kerja sama dan kemitraan, retribusi pelayanan
peersampahan, kompensasi, peran masyarakat, pengawasan dan pembinaan, pembiayaan dan
lain-lain yang tercantum dalam peraturan menteri dalam negeri nomor 33 tahun 2010.