Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu UTS Mata Kuliah Hukum Perbankan
Disusun oleh:
Kelas V-A
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
FAKULTAS HUKUM
LHOKSEUMAWE
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.1
Bank dalam menghimpun dana dari masyarakat dan mengembalikan lagi dana
tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit adalah keinginan yang wajar dari
bank maupun dari debitur dalam menjalankan kredit yang akan berjalan sesuai
dengan yang direncanakan, yaitu pinjaman melalui kredit menjadi produktif
sehingga kedua belah pihak, baik pihak perbankan maupun pihak pengusaha yang
mendapat pinjaman dari bank masing-masing mendapat keuntungan yang
diharapkan.
Peningkatan modal bank merupakan salah satu upaya untuk memperkuat
sistem perbankan. Dengan permodalan yang kuat bank dapat mengemban risiko
yang tinggi. Itulah sebabnya kecukupan modal tetap merupakan fokus utama
regulator dalam menciptakan bank yang sehat dan aman. Setidaknya ada empat
alasan mengapa regulator berupaya meningkatkan, memaksakan dan menekankan
pentingnya kecukupan modal bagi bank. Pertama, modal dapat menyerap
kerugian yang timbul tidak terduga. Kedua, modal melindungi kreditur yang tidak
dijamin bila terjadi insolvensi dan kemungkinan terjadinya likuidasi. Ketiga,
modal melindungi dana lembaga penjamin simpanan dan dana pembayar pajak.
Keempat, modal memungkinkan bank melakukan investasi untuk keperluan
memperlancar arus jasa.2
Modal bank-bank di Indonesia tergolong rendah jika dibandingkan dengan
modal bank di negara tetangga padahal bank dikenal sebagai usaha padat modal
dan berisiko tinggi. Rata-rata modal inti bank umum di Indonesia adalah
Rp.1.347,4 milyar sedangkan di Malaysia Rp5.503,62 milyar, Thailand
Rp8.919,36 milyar, Philipina Rp1.961,32 milyar dan Singapura Rp34,976.88
milyar. Tidak satupun bank di Indonesia termasuk dalam 200 besar tingkat dunia
bandingkan dengan Singapura yang memiliki tiga, Thailand satu, India dua dan
Korea Selatan tujuh. Dari 131 bank di Indonesia hanya sembilan bank yang
tercatat masuk dalam peringkat 1000 dunia. Bank Mandiri sebagai bank terbesar
dari sisi aset hanya menduduki peringkat ke 251 dunia. 3
Untuk meningkatkan permodalan bank, Bank Indonesia menetapkan
ketentuan agar bank umum meningkatkan modal inti menjadi minimal Rp.80
milyar pada Desember 2007 dan minimal Rp100 milyar pada Desember 2010.
Dengan kewajiban untuk meningkatkan modal tersebut diharapkan akan terjadi
merger dan akuisisi sehingga struktur kepemilikan bank menjadi lebih sehat.
Sejalan dengan kebijakan peningkatan modal BI juga mengeluarkan ketentuan
yang dikenal dengan kebijakan Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Nasional
atau populer dengan single presence policy. Ketentuan ini menetapkan, setiap
pihak, perorangan atau korporasi, hanya boleh menjadi pemegang saham
1
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1992 tentang Perbankan
pengendali pada satu bank. Tujuannya adalah untuk mendorong konsolidasi
perbankan dan mendukung efektivitas pengawasan bank.4
Ketentuan tentang Single Presense Policy dimaksud tentunya berimplikasi
pada pihak-pihak yang sudah menjadi Pemegang Saham Pengendali di dua atau
lebih bank. Untuk itu kepada mereka diberikan tiga pilihan agar kepemilikannya
pada bank sejalan dengan ketentuan Single Presense Policy. Pertama, melepas
kepemilikannya sehingga hanya menjadi pemegang saham pengendali pada satu
bank. Kedua, menggabungkan (merger) bank yang dimiliki. Ketiga,
membentuk/mendirikan bank holding company (BHC) dan mengalihkan
kepemilikan bank kepada BHC. Ketentuan Single Presense Policy dikecualikan
bagi kantor cabang bank asing dan bank campuran. Pengecualian juga berlaku
bagi pemegang saham pengendali yang mengendalikan dua bank yang masing-
masing melakukan kegiatan usaha dengan prinsip berbeda yakni secara
konvensional dan berdasarkan prinsip syariah. 5
Merger memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kondisi mikro
yaitu internal perusahaan tersebut maupun terhadap kondisi makro ekonomi.
Pelaksanaan merger memiliki konsekuensi terhadap para stakeholder, baik
perusahaan yang terlibat maupun pihak-pihak lainnya. Dampak internal yang
muncul adalah tercapainya tujuan perusahaan sesuai dengan apa yang diharapkan
jika melakukan Merger, terutama peningkatan modal. Merger dilakukan dengan
pertimbangan bahwa Merger merupakan satu langkah yang optimal dan efisien
dalam upaya peningkatan suatu perusahaan. Dengan adanya Merger diharapkan
dapat menghasilkan perusahaan yang kuat dan kokoh sehingga mampu
mewujudkan perekonomian nasional yang baik. 6
Tindakan perusahaan dominan untuk melakukan Merger dengan perusahaan
target tentunya memberikan pengaruh yang sangat signifikan bagi perusahaan
yang akan melakukan tindakan tersebut. Kegiatan Merger diupayakan tidak
memberikan pengaruh merugikan bagi seluruh elemen perusahaan. Apabila
Merger tetap harus dilakukan maka setiap pengambil keputusan hendaknya wajib
memperhatikan perlindungan hukum.7 Bagi seluruh elemen perusahaan. Adapun
unsur pemberian perlindungan hukum hendaknya diberikan kepada beberapa
komponen yang memiliki kategori pihak yang lemah, yaitu: Pihak yang lemah
seacra struktural hukum di Indonesia, menentukan bahwa kedudukan para pekerja
di perusahaan lebih lemah dari pada kedudukan pihak lain seperti pemegang
saham (shareholders), komisaris dan direktur, hal ini karena para pekerja sama
sekali tidak dilibatkan dalam hal penentuan policy operasional perusahaan,
termasuk rencana untuk melakukan Merger.
2
http://zulsitompul.wordpress.com/2008/07/09/merger-akuisisi-dan-konsolidasi perbankan (“Merger,
Akuisisi dan Konsolidasi Perbankan Relevansinya dengan Kebijakan Single Presence Policy’),/ terakhir
kali diakses pada tanggal 31 Januari 2009.
4
Ibid
5
Ibid
6
Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006), hal.81.
7
Ibid., hal. 81
1.2 Rumusan Masalah
10
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, (St. Paul Minnesota, 1991), hal. 988
11
Alexander H. Frey et.al., Cases and Materials on Corporations, (Canada: Little, Brown & Company
(Canada) Limited , 1997) hal. 42.
Abdul .R. Salim, 2005, Hukum Bisnis untuk Perusahaan, Kencana Prenadamedia
Group, Jakarta.
________ , dan Budi Sutrisno, 2012, Hukum Perusahaan dan Kepailitan, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Kencana Predana Media Group,
Jakarta.
Black, Henry Campbell, Black’s Law Dictionary, St. Paul Minnesota, 1991.
Frey, Alexander H. et.al., Cases and Materials on Corporations, Canada: Little, Brown
& Company Limited , 1997.