Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Permasalahan lingkungan merupakan isu yang tidak dapat dihindarkan,
salah satunya adalah masalah lingkungan yang berkaitan dengan limbah dan
sampah. Limbah dan sampah telah lama menjadi permasalahan serius di
Indonesia. Maraknya industri yang berdiri serta masyarakat yang tidak peduli
terhadap lingkungan menimbulkan banyaknya timbunan limbah atau sampah
yang tidak dibuang sebagaimana mestinya. Hal ini berakibat pada kehidupan
masyarakat itu sendiri. Lingkungan menjadi tidak sehat, sehingga menurunkan
kualitas hidup dan juga lingkungan sekitar.
Selain memiliki dampak negatif, pada dasarnya sampah dan limbah
dapat dimanfaatkan kembali sebelum dibuang ke dalam lingkungan. Sampah
dapat diolah menjadi pupuk kompos atau pun biogas, sedangkan limbah
industri yang berbahaya dapat diolah terlebih dahulu sebelum dilepaskan ke
dalam lingkungan agar limbah ini tidak merusak lingkungan.
Kita sebagai generasi muda penerus bangsa mempunyai tugas untuk
menjaga lingkungan ini, agar lingkungan ini tidak menjadi lebih buruk dan
alangkah lebih baiknya jika kita dapat memperbaiki lingkungan ini, salah
satunya adalah dengan mengolah limbah dan sampah yang ada. Oleh karena
itu, kami akan membahas permasalahan mengenai sampah dan limbah ini
dalam makalah yang berjudul “Limbah Padat Organik dan Anorganik”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian limbah?
2. Apa itu limbah padat organik dan anorganik dan apa saja jenis limbah
organik?
3. Bagaimana proses pengolahan limbah padat organik dan anorganik?
4. Apa itu B3 dan apa saja jenis limbah B3?
5. Bagaimana proses pengolahan limbah B3?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian limbah.
2. Untuk mengetahui apa itu limbah padat organik dan anorganik.
3. Untuk mengetahui jenis limbah organik.
4. Untuk mengetahui bagaimana pengolahan limbah padat organik dan
anorganik.
5. Untuk mengetahui jenis limbah B3.
6. Untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan limbah B3.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
a. Dapat menambah pengetahuan mengenai limbah, limbah padat
organik dan limbah padat anorganik, serta limbah B3.
b. Dapat menambah pengetahuan mengenai bagaimana pengolahan
limbah padat organik dan anorganik, serta limbah B3.
2. Bagi Pembaca
a. Dapat menambah pengetahuan mengenai limbah, limbah padat
organik dan limbah padat anorganik, dan limbah B3.
b. Dapat menjadi kajian bagi penulisan makalah di masa yang akan
datang.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Limbah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Limbah adalah
buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai
jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada
air buangan dari berbagai aktivitas domestic lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal dengan sebagai sampah, dan seringkali
diabaikan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Limbah padat terdiri dari
senyawa organik dan senyawa anorganik. Dengan kuantitas dan konsentrasi
tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan dan
kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan oleh limbah dapat tergantung pada
jenis dan karakteristik limbah.
2.2 Pengertian Limbah Padat Organik dan Anorganik
2.2.1 Limbah Organik
Limbah Organik adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan
dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa digunakan
apabila dikelola dengan prosedur yang benar. Organik adalah bahan-bahan
pokok kehidupan atau hal-hal yang berkaitan dengan makhluk hidup.
Sedangkan sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan
(dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau
atau biasa disebut kompos. Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-
bahan organik seperti dedaunan, jerami, rumput, sisa makanan, bangkai
makhluk hidup, dan sejenisnya.

Jenis-jenis Sampah Organik

Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan,


maupun tumbuhan. Sampah organik dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

3
a. Sampah organik basah
Istilah sampah organik basah dimaksudkan pada sampah yang
memounyai kandungan air yang tinggi. Contohnya: kulit buah dan
sisa sayuran.
b. Sampah organik kering
Yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik yang
kandungan airnya lebih sedikit. Contohnya kertas, kayu, atau
ranting pohon.

2.2.2 Limbah Anorganik


Limbah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan
non-hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi
pengolahan bahan tambang atau sumber daya alam yang tidak dapat
diuraikan oleh alam. Contohnya logam, berbagai jenis batu-batuan,
pecahan-pecahan kaca, kaleng bekas, dan sejenisnya.
2.3 Pengolahan Limbah Organik dan Anorganik

Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah,


kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi
limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan
limbah ini dapat dibedakan menjadi pengolahan limbah organik, pengolahan limbah
anorganik, dan pengolahan limbah B3.

2.3.1 Pengolahan Limbah Organik


Limbah organik dapat diolah dan dimanfaatkan menjadi suatu hal yang
lebih bermanfaat daripada dibuang begitu saja tanpa diolah. Bentuk-bentuk
pengolahan limbah organik antara lain adalah sebagai berikut.
a. Makanan Ternak
Di beberapa negara, sampah organik yang berasal dari restoran biasa
dijadikan sebagai makanan ternak seperti babi dan unggas. Sedangkan di
Indonesia sampah berupa kulit buah dan sisa sayuran biasa dijadikan pakan

4
untuk kelinci, kambing, ayam, itik, atau ikan. Hal ini menyebabkan manfaat
sampah yang sudah tidak bergunan diubah menjadi sampah yang bergunan
bagi hewan-hewan ternak.
b. Pupuk Kompos
Selain merupakan salah satu upaya pengolahan sampah organik,
komposting atau proses membuat kompos juga dapat membuat tanah subur
dan dapat membuat tanaman memiliki pertumbuhan yang baik. Prinsip
komposting mengubah bahan organik sisa makanan menjadi bahan
anorganik dengan memanfaatkan mikroorganisme. Selain itu juga kompos
dapat dijual dan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi daripada menjual
sampah tanpa mengolah terlebih dahulu. Selain itu juga keuntungan dari
komposting ini antara lain.
- Kompos tidak merusak lingkungan
- Tidak perlu membeli bahan baku kompos karena sudah
tersedia
- Dapat dibuat dengan mudah tanpa menggunakan peralatan
dan instalasi yang mahal.
- Unsur hara yang terkandung dalam kompos lebih tahan
lama jika dibandingkan dengan pupuk buatan.
c. Biogas
Selain digunakan sebagai bahan bakar, pembuatan biogas juga dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat karena dengan adanya biogas dapat
mengurangi pengeluaran masyarakat dalam hal bahan bakar untuk
memasak. Biogas sendiri adalah gas-gas yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah organik atau
campuran dari sampah organik. Biogas dapat dibuat dengan cara
mencampurkan sampah organik dengan air kemudian dimasukkan ke dalam
tempat yang kedap suara. Selanjutnya dibiarkan selama dua minggu.
Kelebihan biogas antara lain.
- Mengurangi jumlah sampah

5
- Merupakan sumber energi yang ramah lingkungan
- Nyala api dari biogas ini terang dan bersih serta tidak
berasap
- Membuat dapur tetap bersih
- Residunya dapat digunakan sebagai pupuk
d. Biokonversi Sampah Organik Menjadi Silase Ransum Komplit
Selain diberikan secara langsung kepada hewan ternak, sampah organik
juga dapat diolah menjadi pakan ternak yang lebih bergizi, berkualitas dan
memiliki nilai ekonomi yang tinggi yaitu dengan cara
biokonversi/fermentasi. Pengolahan sampah organik denga teknik ini
dilakukan dengan menambahkan konsentrat pada sampah organik sehingga
terjadi fermentasi. Biokonversi memiliki dua kontribusi positif antara lain
kontribusi terhadap permasalahan sampah yaitu dengan mengeliminasi
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh sampah karena semua sampah
organik dapat diserap dalam jumlah yang besar. Yang kedua adalah
memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian dan membangun
masyarakat sehat.
e. Daur Ulang
Secara tradisional masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan untuk
mengolah sampah, misalnya dengan mengumpulkan sampah dan
menjualnya kepada tukang loak atau menjadi pemuling sampah. Daur ulang
merupakan suatu cara untuk mengolah sampah organik menjadi sesuatu
yang bermanfaat. Daur ulang memiliki potensi yang besar untuk
mengurangi timbunan, biaya pengolahan,, dan tempat pembuangan akhir
sampah. Manfaat dari daur ulang antara lain adalah sebagai berikut.
1. Menghindari pencemaran atau kerusakan lingkungan.
2. Melestarikan kehidupan makhluk hidup di suatu lingkungan.
3. Mendapatkan produk hasil yang berguna.
4. Memperoleh tambahan penghasilan.

6
Daur ulang diperoleh melalui tahapan berikut ini

1. Pemisahan bahan organik dan anorganik.


2. Menyimpan bahan bahan dari sampah tumbuhan dan hewan yang dapat
dijadikan kompos dan biogas.
3. Penjualan kepada konsumen.

Salah satu sampah yang dapat di saur ulang antara lain kertas yang dapat
didaur ulang menjadi tempat surat, keranjang sampah, tas, tempat buku, rak
kecil, dan hal-hal lain yang mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Ampas tahu dapat dijadikan sebagai bahan ternak yang akan menambah
kualitas dari pakan ternak. Eceng gondok dapat diolah menjadi kerajinan
seperti tas, sepatu, dan tempat kosmetik.

2.3.2 Pengolahan Sampah Anorganik


Sebelum dibuang ke tempat pembuangan sampah, limbah anorganik
terlebih dahulu dapat dipilah dan dipilih karena limbah-limbah ini memiliki
kemungkinan untuk dimanfaatkan ulang maupun untuk didaur ulang.
Sebenarnya cara pengolahan limbah anorganik ini tidak hanya dengan cara
didaur ulang saja, dewasa ini cara pengolahan limbah anorganik berkembang
dengan sangat pesat terutama di luar negeri. Cara pengolahan limbah anorganik
antara lain adalah sebagai berikut.
a. Dijual ke pasar loak

Limbah anorganik tertentu dapat dijual ke pasar loak untuk nantinya


diolah kembali oleh para penadah. Limbah anorganik yang biasa dijual ke
pasar loak antara lain adalah barang – barang bekas seperti botol – botol
kaca, botol – botol plastik, koran bekas dan lain sebagainya.

Dengan cara ini, selain dapat mengurangi sampah yang akan menuju ke
TPA (Tempat Pembuangan Akhir) cara ini juga mampu memberikan

7
dampak positif pada perekonomian. Hasil penjualan barang bekas dapat
digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan.

b. Sanitary Landfill

Sanitary Landfill merupakan salah satu metode pengolahan sampah


terkontrol dengan sistem sanitasi yang baik. Sampah dibuang ke TPA kemudian
sampah dipadatkan dengan traktor lalu ditutup dengan tanah.

Di dasar tempat sampah terdapat beberapa pipa. Pipa pertama


digunakan untuk menyalurkan limbah cair dari sampah. Melalui pipa – pipa
tersebut limbah cair diolah sebelum akhirnya dialirkan ke suangai. Selain pipa
untuk limbah cair, ada juga pipa untuk gas.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam metode ini. Antara
lain:

1. Landfill adalah warisan untuk generasi mendatang


2. Landfill memerlukan lahan yang luas
3. Pemilihan dan penyediaan lokasi harus memerhatikan dampak
lingkungan.
4. Aspek sosial harus diperhatikan
5. Harus adainstalasi drainase dan sistem pengumpulan gas
6. Kebocoran ke sumber air tidak dapat ditoleransi
7. Pemantauan harus dilakuakn terus - menerus
c. Incinerator

Incenerator atau bisa disebut juga Destruksi Termal adalah salah satu
treatment yang dilakukan untuk mengurangi sampah yang beredar di
lingkungan. Insinerator adalah tungku pembakaran untuk mengolah limbah
padat yang mengkonversi materi padat menjad gas dan abu. Sampah yang
diolah menggunakan insinerator adalah sampah padat yang mudah
dihancurkan dan tidak dapat di daur ulang lagi.

8
Insinerator membunuh virus, bakteri, dan kimia toksik. Temperatur
yang digunakan dalam insinerator ini adalah lebih dari 800ºC.

Insinerator memiliki 2 ruang bakaran. Ruang pertama dinamai Primary


Chamber yang kedua dinamai Seconday Chamber.

Primary Chamber digunakan untuk pembakaran limbah. Di dalam


tempat ini bukan hanya dilakukan proses pembakaran, akan tetapi terjadi
juga reaksi pirolasi. Suhu yang digunakan pada alat ini sekitar 600ºC sampai
800ºC.

Secondary Chamber gas hasil bakaran dan pirolasi dari proses


sebelumnya harus dibakar kembali. Hal ini dilakukan guna mengurangi
pencemaran lingkungan. Gas dibakar akan berhasil jika tejadi pencampuran
udara dan hasil pirolasi serta waktu tinggal yang tepat. Udara dalam proses
ini disuply oleh blower. Setelah terjadi pencampuran dilanjutkan dengan
proses pembakaran dengan suhu 800ºC sampai 100ºC. Suhu tersebut
digunakan agar gas – gasseperti metana, etana, dan zat hidrokarbon lainnya
dapat terurai menjadi CO2 dan H2O.

d. MRF (Material Recovery Facility)

Plant Material Recovery Facility adalah salah satu cara pengolahan


limbah anorganik. Pengolahan ini bertujuan untuk membuat sampah
menjadi bernilai jual dan siap dijadikan bahan baku industri atau suatu
produk untuk masyarakat.

Proses dari MRF sendiri adalah sebagai berikut.

1. Ruang penerimaan

9
Diruang penerimaan, semua sampah dari berbagai penjuru
dikumpulkan. Setelah semua sampah yang diperlukan terkumpul,
giliran conveyor melakukan pemilihan.

2. Pemilihan

Pemilihan merupakan tahap penting. Pemilihan dilakukan secra


manual dengan bantuan Conveyor Belt sepanjang 10 meter. Sampah
dipilah menjadi berbagai jenis yaitu:

1. Plastik HDPE keras


2. Plastik HDPE lembaran
3. Plastik PET
4. PP
5. Other
6. Gelas / kaca
7. Kaleng / logam
8. Kertas

Setelah dipilih dan dipilah, sampah dimasukan kedalam bin sampah


beroda kemudian didistribusikan ke tempat yang sesuai.

3. Pencacahan

Pencacahan adalah proses memperkecil ukuran. Misalnya yang


asalnya berupa lembaran dijadikan potongan – potongan kecil. Output
dari mesin pencacahan ini menuju ke bak pencucuian.

4. Pencucian

Setelah melalui proses pencacahan, plastik direndam kedalam


larutan detergen.

5. Pengeringan

10
Setelah proses pencucuian selesai, plastik masuk ke dryer box untuk
dikeringkan.

6. Daur ulang

Plastik jenis other didaur ulang menjadi tali tambang plastik


menggunakan mesin

7. Pembuatan briket

Plastik HDPE lembaran dimanfaatkan sebagai briket. HDPE ini


dicampur dengan sisa kompos yang tidak lolos kedalam proses pirolasi.

8. Pemadatan

Pemadatan di proses ini dilakukan untuk memadatkan sampah


kertas, plastik jenis kemasan refill, dan kaleng. Alat yang digunakan
adalah vertical baler.

9. Pengemasan

Untuk plastik hasil cacahan, briket, botol kaca/gelas ikemas untuk


mempermudah penjualan. Biasanya dikemas dengan karung lalu dijahit
menggunakan mesin.

10. Penyimpanan

Setelah dikemas dengan rapi, karung – karung berisi disimpan di


sebuah tempat sebelum sampai ke pasaran.

e. Daur Ulang
Daur ulang merupakan salah satu cara pengolahan limbah anorganik.
Daur ulang digunakan untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk ke
TPA.
Proses daur ulang dilakukan dengan cara memanfaatkan barang yang
sudah terbuang (limbah) untuk bahan baku sebuah produk baru yang
nantinya mempunyai nilai pakai dan bahkan nilai jual.

11
Limbah anorganik yang biasanya didaur ulang antara lain adalah barang
yang awalnya digunakan sebagai sebuah kemasan, baik untuk makanan atau
produk lainnya.
Limbah anorganik yang dapat didaur ulang antara lain:
1. Beling

Beling atau botol kaca adalah sampah anorganik yang susah diurai
dengan proses sederhana. Bekas beling atau botol kaca dapat
dimanfaatkan kembali dengan cara mendaur ulang.

Ada beberapa cara untuk mendaur ulang limbah beling. Salah


satunya didaur ulang di sebuah pabrik pembuatan gelas kaca berbahan
limbah kaca. Limbah – limbah yang berasal dari kemasan beling di
proses menggunakan mesin – mesin canggih untuk menghasilkan
produk berbahan dasar kaca. Produk yang dihasilkan biasanya
kualitasnya lebih rendah dari bahan dasarnya. Produk yang dihasilkan
bisa berupa kemasan atau barang.

Selain diolah di pabrik, limbah kaca juga dapat dijadikan kerajinan


– kerajinan yang memiliki nilai seni dan nilai jual yang tinggi. Sebagai
contoh adalah miniatur Menara Eifel dan juga Twin Tower. Dari limbah
yang asalnya tidak terpakai dapat menjadi pundi – pundi rezeki.

2. Logam

Sampah atau limbah berbahan dasar logam seperti timah, tembaga,


besi, kaleng, dan alumunium sangat sering kita jumpai di sekitar kita.
Sampah dari bahan dasar logam ini dapat dikurangi dengan cara daur
ulang.

Sama halnya dengan limbah kaca, limbah kaleng juga dapa didaur
ulang untuk dijadikan bahan dasar pembuatan logam baru namun
pastinya dengan kualitas yang lebih rendah dari sebelumnya.

12
Kaleng – kaleng samph ini diolah dengan sebuah mesin besar di
pabrik tertentu dan kemudian menghasilkan sebuah produk. Produk
tersebut bisa berupa kemasan lagi atau berupa logam setengah jadi.

Selain dengan cara mengolahnya di pabrik, limbah kaleng juga tentu


dapat dijadikan sebuah bahan dasar mrmbuat kerjinan tangan yang
nantinya dijual ke pasaran dan jadi penambah penghasilan.

Untuk dijadikan kerjinan sampah kaleng ini dicuci dengan bersih


lalu dipotong sesuai kebutuhan. Contoh hasil kerajinan berbahan dasar
kaleng antara lain miniatur mobil dan kendaraan umum lainnya.

Limbah tidak selalu menjadi sampah. Barang yang awalnya dibuang


dan dianggap tidak berguna bisa diubah menjadi barang yang memiliki
nilai guna dengan cara melakukan daur ulang.

2.4 Limbah B3
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah suatu sisa usaha
dan atau kegiatan yang mengandung B3. Menurut Undang Undang No.
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, B3 adalah zat, energi, dan atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup, dan atau
dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Yang termasuk limbah B3
antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak
digunakan karena mengelami kerusakan, sisa, tumpahan, sisa proses,
dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan
khusus. Limbah B3 emiliki karakteristik mudah meledak, mudah
terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat

13
korosif, atau segala hal yang bila diuji dengan toksikologi termasuk ke
dalam sampah B3.
Identifikasi Limbah B3 berdasarkan jenis, sumber, dan
karakteristiknya, meliputi
a. Jenis limbah B3 menurut jenisnya dibagi menjadi :
1. Linbah B3 jenis padatan
2. Limbah B3 jenis cairan
3. Limbah B3 jenis gas
4. Limbah B3 jenis partikel yang tidak tertefinisi
b. Jenis limbah B3 menurut sumbernya dibagi menjadi :
1. Limbah B3 dari sumber spesifik.
2. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik.
3. Limbah B3 dari bahan kimia yang telah kedaluwarsa,
tumpahan, bekas kemasan, dan buangan produk yang tidak
memenuhi spesifikasi.

Karakteristik limbah B3 antara lain:

1. Limbah mudah meledak, adalah limbah yang pada suhu dan


tekanan standar (25℃, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui
reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan
suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak
lingkungan sekitarnya.
2. Limbah mudah terbakar, adalah limbah-limbah yang
mempunyai salah satu sifat sebagai berikut:
- Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol
kurang dari 24% volume dan atau pada titik nyala tidak
lebih dari 60℃ akan menyala apabila terjadi kontak dengan
api atau sumber nyala lain pada tekanan 760 mmHg.
- Limbah yang bukan berupa cairan yang pada temperatur
dan tekanan standar dapat mudah menyebabkan kebakaran

14
melalui proses gesekan, penyerapan uap air aatu perubahan
kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat
menyebabkan kebakaran yang terus menerus.
- Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.
- Merupakan limbah pengoksidasi.
3. Limbah beracun, adalah limbah yang mengandung pencemar
yang bersifat racun bagi makhluk hidup atau lingkungan dan
dapat menyebabkan kematian atau peakit serius apabila masuk
ke dalam tubuh. Penentuan sifat racun dapat diidentifikasi
menggunakan baku mutu TLCP (Toxicity Characteristic
Leaching Procedure) pencemar organik dan anorganik dalam
limbah. Apabila limbah mengandung salah satu pencemar yang
terdapat dalam TLCP dan melebihi ambang batas, maka limbah
itu dikatakan sebagai limbah B3. Sedangkan bila nilai ambang
batas zat pencemar tidak terlampir maka menggunakan uji
toksikologi.
4. Limbah bersifat korosif, adalah limbah yang mempunyai salah
satu atau lebih sifat menyebabkan iritasi pada kulit,
menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE
1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan
temperatur pengujian 55℃, atau mempunyai pH sama atau
kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama atau lebih
besar dari 12,5 untuk limbah bersifat basa.
5. Limbah bersifat reaktif apabila memiliki salah satu atau lebih
ciri-ciri sebagai berikut.
- Dalam keadaan normal limbah ini tidak stabil dan dapat
menyebabkan perubahan tanpa peledakan.
- Dapat bereaksi hebat dengan air

15
- Apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan
ledakan, menghasilkan gas, uap, atau asap beracun dalam
jumlah yang membahayakan kesehatan.
- Merupakan limbah sianida, sulfida, atau amoniak yang
pada pH kurang dari 2 atau lebih dari 12,5 dapat
menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah
yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
- Dapat dengan mudah bereaksi pada suhu dan tekanan
standar.
- Menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima
oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil
dalam suhu tinggi.
2.5 Pengolahan Sampah B3

Sampah B3 merupahan sampah yang sangat berisiko jiga dibuang di


sembarang tempat.Sampah B3 harus diolah dengan baik dan benar. Proses
pengolahan sampah B3 dapat dilakukan dengan proses fisika dan kimia.

Proses pengolahan limbah B3 dengan kimia antara lain:

1. Reduksi oksidasi
2. Elektrolisasi
3. Netralisasi
4. Presepitasi / pengendapan
5. Solidifikasi / stabilisasi
6. Absorpsi
7. Penukaran ion
8. Pirolasi

Proses pengolahan limbah secara fisika antara lain sebagai berikut:

1. Pembersihan gas:
a. Elektrostatik prespitator

16
b. Penyaringan partikel
c. Wet scrubbing
d. Adsorpsi dengan karbon aktif
2. Pemisahan cairan dengan padatan:
a. Sentrifungasi
b. Klarifikasi
c. Koagulasi
d. Filtrasi
e. Flokulasi
f. Floatasi
g. Sedimentasi
h. Thickenig
3. Penyisihan komponen – komponen yang spesifik:
a. Adsorpsi
b. Kristalisasi
c. Dialisa
d. Elektrodialisa
e. Leaching
f. Reverse osmosis
g. Solvent extracting
h. Stripping

Selain dengan cara kimia dan fisika adapula cara lain yang dapat dilakukan
untuk mengurangi sampah B3 di lingkungan. Cara lain yang menjadi salah satu
alternatif untuk memroses limbah B3 ialah dengan Teknologi Pengolahan.

Ada beberapa cara pengolahan dengan menggunakan teknologi. Namun ada


tiga cara yang paling populer yakni chemical conditioning,
solidification/stabilization, dan incineration.

17
Chemical Conditioning adalah salah satu proses pengolahan limbah B3
wujudnya berupa lumpur. Tahapan pengolahan limbah dengan cara Chemical
Conditioning adalah sebagai berikut.

1. Concentration thickening

Tahapan ini adalah tahapan yang ditujukan untuk mengurangi volume


lumpur yang akan diolah dengan cara meningkatkan jumlah padatan. Alat
yang diperlukan pada proses ini biasanya gravity thickener dan solid bowl
centrifuge. Tahapan ini menjadi awal sebelum nanti kadar air pada limbah
dikuraring di proses De – Watering.

2. Treatment, stabilization, and conditioning

Tahapan ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan


meruskan patogen. Dalam tahapan ini, proses fisika, kimia, dan biologi
terlibat. Proses kimia terjadi ketika bahan kimia berikatan dengan koloid.
Saat proses destruksi dan pencucian barulah proses fisika bekerja. Dan yang
terakhir adalah proses biologi. Ini terjadi pada saatdestruksi menggunakan
bantuan enzim dan reaksi oksidasi.

Pada tahapan ini proses yang terlibat ialah lagooning, anaerobic


disgestion, aerobic disgestion, heat treatment, polyelectrolite floccuulation,
chemical conditioning, dan elutriation.

3. De – watering and drying

Proses ini bertujuan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan


kandungan air untk memperkecil volume lumpur. Proses yang terjadi
biasanya melibatkan pengeringan dan filtrasi dengan bantuan alat drying
bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press.

4. Disposal

18
Proses disposal merupakan akhir dari pengolahan limbah B3. Namun
sebelum dibuang, ada tahapan yang dilalui agar saat dilepas ke lingkungan
dalam keadaan wajar. Tahapan tersebut ialah pirolasi, wet air oxidation, dan
compositing.

Setelah melalui berbagai proses finishing, limbah B3 dibuang ke tempat


pembuangan akhir yakni sanitary landfill, crop land, atau injection well.

Selain Chemical Conditioning, ada pula teknologi Solidification /


stabilization yang dapat diterapkan dalam proses pengolahan limbah B3.
Solidifikasi merupakan poses pemadatan limbah berbahaya dengan bantuan
penambahan zat aditif. Sedangkan stabilisasi merupakan proses penambahan
zat aditif untuk mengurangi laju migrasi bahan pencemar.

Ada enam golongan tahapan ini. Ini didasari oleh mekanismenya, yakni:

1. Macroencapsulation, proses pembungkusan dengan matriks struktur


yang besar
2. Microencapsulation, proses pembungkusan namun secara fisik
terbungkus dalam stuktur kristal pada tingkat mikroskopik
3. Precipitation
4. Adsorpsi, bahan pencemar diikat secara elektrokimia
5. Absorpsi, proses pemadatan bahan pencemar dengan
menyerapkannya ke bahan padat
6. Detoxification, proses penurunan atau bahkan penghilangan racun
dengan cara mengubahnya ke senyawa lain.

Selain dua proses sebelumnya, ada satu proses pengolahan yang terkenal
lainnya. Insinerasi adalah proses pengurangan volume dan massa limbah
hingga sekitar 90% untuk volume dan 75% untuk berat. Insinerasi dapat
dengan mudah menghancurkan limbah dan menghasilkan energi panas di
lahan yang relatif kecil.

19
Heating value dan cara mempertahankannya adalah aspek penting
dalam sistem ini. Jenis insinerasi yang paling umum digunakan ialah, rotary
kiln, multiple heart, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple
chamber, aqueos waste injection, dan starved air unit. Dari sekian banyak,
rotary kiln memiliki kelebihan yaitu alatnya mampu mengolah mengolah
limbah padat, cair, dan gas secara simultan.

2.6 Landasan Hukum Pengolahan Limbah

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan pada Pasal 163 tentang
Kesehatan Lingkungan: Upaya kesehatan lingkungan ditujukan
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia,
biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Pasal 69: Setiap orang dilarang:
- melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup;
- memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundang-
undangan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
- memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia ke media lingkungan hidup Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
- memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
- membuang limbah ke media lingkungan hidup;
- membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup;
- melepaskan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup
yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau
izin lingkungan;
- melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar;
- menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun
amdal; dan/ atau
- memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan
informasi,
- merusak informasi, atau memberikan keterangan yang tidak
benar.

20
Pada pasal 88 : Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau
kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3,
dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup
bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian
unsur kesalahan. Sedangkan pada Pasal 58 : Setiap orang yang memasukkan
ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, menghasilkan,
mengangkut, mengedarkan, menyimpan, memanfaatkan, membuang,
mengolah, dan/atau menimbun B3 wajib melakukan pengelolaan B3.

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan


Sampah,pasal 22 tentang Pengelolaan, Penanganan Sampah:
1. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah
sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.
2. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah
dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau
tempat pengolahan sampah terpadu.
3. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau
dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat
pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir.
4. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan
jumlah sampah.
5. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara
aman.
4. Keputusan menteri kesehatan Nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit: Bahwa Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan
kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat
menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan
terjadinyapencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan;
5. Sedangkan beberapa peraturan atau kesepakatan internasional yang
terkait dengan pengelolaan limbah sebagai berikut (WHO, 2005):
- The Basel Convention, Konvensi ini membahas
tentang pergerakan limbah berbahya lintas negara. Hanya
limbah berbahaya resmi yang dapat diekspor dari negara yang
tidak memiliki fasilitas atau keahlian untuk memusnahkan limbah
tertentu secara aman ke negara lain

21
- The “populler pays” Principle, merupakan prinsip pencemar
yang membayar, dimana semua penghasil limbah secara hukum dan
finansial bertanggung jawab untuk menggunakan metode
yang aman dan ramah lingkungan di dalam pembuangan limbah
yang mereka hasilkan.
- The “precautionary” principle, merupakan sebuah prinsip
pencegahan, dimanaprinsip kunci yang mengatur masalah
perlindungan kesehatan dan keselamatan.
- The “duty of care” principle, merupakan prinsip yang menetapkan
bahwa siapa saja yang menangani atau mengelola zat berbahaya atau
peralatan yang terkaitdengannya, secara etik bertanggung
jawab untuk menerapkan kewaspadaan tinggi di dalam
menjalankan tugasnya.

22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Limbah padat lebih dikenal dengan
sebagai sampah, dan seringkali diabaikan karena tidak memiliki nilai
ekonomis. Limbah padat terbagi menjadi tiga yaitu limbah organik, anorganik
dan B3. Limbah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan
(dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau
atau biasa disebut kompos. Limbah anorganik adalah sampah yang dihasilkan
dari bahan-bahan non-hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses
teknologi pengolahan bahan tambang atau sumber daya alam yang tidak dapat
diuraikan oleh alam. Limbah B3 ialah suatu sisa usaha dan atau kegiatan yang
mengandung B3.

Proses pengolahan limbah beragam ada yang paling sederhana dan bahkan
ada yang harus menggunakan mesin bertenaga ekstra. Limbah organik diolah
dengan cara menjadikannya makanan ternak, pupuk kompos, biogas,
biokonversi sampah organik menjadi silase ransum komplit dan didaur ulang.
Limbah anorganik diolah dengan cara dijual ke pasar loak, sanitary landfill,
incinerator, MRF (material recovery facility), dan daur ulang. Limbah B3
diolah dengan proses fisika, kimia, dan biologi.

Limbah tidak selalu menjadi sampah. Limbah dapat menjadi brang bernilai
guna dan nilai ekonomi. Limbah dapat bernilai jika diolah dengan cara yang
baik dan benar sehingga tidak ada pihak – pihak yang dirugikan.

3.2 Saran

Limbah memang sering menjadi masalah, namun jika kita sadar akan
kebersihan lingkungan maka limbah dapat berkurang bahkan menghilang. Jangan

23
selalu menganggap limbah sebagai sampah. Pengolahan baik dan benar terhadap
limbah membuat kita akan merasakan akibat baik dari hal tersebut.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Wikipedia, “Limbah”. Januari 2017


http://id.m.wikipedia.org/wiki/Limbah
2. H. Alim Zum Mashar, “Pengelolaan Limbah Organik”. 19 Agustus 2015
http://www.alizummashar.com/pengelolaan-limbah-organik/
3. Risananda Buchori, “Makalah Tentang Limbah”. 6 Oktober 2012
http://risnandabuchori.blogspot.co.id/2012/10/makalah-tentang-
limbah.html?m=1
4. Pakmono.com, “Pengertian Limbah Organik dan Anorganik Beserta
Contohnya”. 2015
http://www.pakmono.com/2015/05/pengertian-limbah-organik-dan-limbah-
anorganik.html?m=1
5. Zuhariah Hulwa Asad, “Pengolahan Limbah Padat Organik Menjadi Produk
Fungsional”. Maret 2016
http://www.slideshare.net/mobile/ZuhariahHulwaAsad/pengolahan-limbah-
padat-organik-menjadi-produk-fungsional
6. Fazri Nurcahyo, “Mengolah Sampah Anorganik dengan Cara yang Tepat”. 14
Oktober 2016
http://www.kompasiana.com/fazrinur/mengolah-sampah-organik-dengan-
cara-yang-tepat_58009cb779373a4138b456b
7. Kesmas, “Dasar Hukum Pengelolaan Limbah”. 4 April 2016
http://www.indonesian-publichealth.com/peraturan-pengelolaan-limbah/
8. Arif Rachman, “Pengolahan Limbah B3(Bahan Berbahaya dan Beracun)”. 31
Desember 2012
http://www.kompasiana.com/arif.rachman/pengolahan-limbah-b3-bahan-
berbahaya-dan-beracun_551b496c813311687f9de5fc

25

Anda mungkin juga menyukai