Anda di halaman 1dari 27

Studi Dampak Lingkungan

TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

1 GEOFISIK KIMIA

3.1.1 KLIMATOLOGI

Keadaan iklim di Kabupaten Madiun ditandai dengan keadaan


curah hujan dan intensitas hujan, sedangkan kondisi iklim sendiri
ditandai dengan keadaan dimana suatu wilayah mempunyai keadaan
bulan basah dan bulan kering. Dengan tipe iklim yang ada di Kabupaten
Madiun maka berdasarkan Schmidt dan Ferguson, wilayah ini termasuk
iklim dengan Tipe C yaitu iklim sedang, sebagaimana iklim di beberapa
wilayah kota dan kabupaten lain di Provinsi Jawa Timur.

Kabupaten Madiun mempunyai suhu berkisar antara 20-35 0C.


Rata-rata kecepatan angin yang terjadi selama tahun 2015 berkisar
antara 12,77-46,93 Knot, dimana kecepatan angin rata-rata terendah
terjadi pada bulan Februari, sedangkan rata-rata kecepatan angin
tertinggi terjadi pada bulan Juni. Kecepatan angin tersebut berpengaruh
terhadap penyebaran polutan pada udara ambien. Rata-rata penyinaran
matahari bulanan terendah pada tahun 2015 sebesar 51,20% yang
terjadi pada bulan April, sedangkan rata-rata bulanan terendah sebesar
83,89% yang terjadi pada bulan Oktober.

Pada tahun 2015 ini terjadi hujan sebanyak 84 hari dengan jumlah
hari hujan terbanyak pada bulan April (18 hari). Pada bulan Juli,
September dan Oktober tidak terjadi hujan di wilayah Kecamatan
Dagangan. Curah hujan tertinggi di wilayah kecamatan ini sebanyak 396

Laporan Akhir 3-1


Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

mm yang terjadi pada bulan April. Dalam tahun tersebut jumlah curah
hujan tercatat sebanyak 1.643 mm. Dibawah ini adalah data hari hujan
dan curah di Kecamatan Dagangan per bulan pada tahun 2015.

Tabel 3.1 Jumlah Hari Hujan Dan Curah Hujan Di Kecamatan Dagangan
Per Bulan Tahun 2015
No Bulan Hari Hujan Jumlah Curah Hujan
1 Januari 8 174
2 Februari 14 365
3 Maret 16 275
4 April 18 396
5 Mei 4 104
6 Juni 1 3
7 Juli 0 0
8 Agustus 1 4
9 September 0 0
10 Oktober 0 0
11 November 7 133
12 Desember 15 189
Sumber : DPU Pengairan dalam Kecamatan Dagangan Dalam Angka, 2016

3.1.2 TOPOGRAFI

Topografi di Kabupaten Madiun membujur dari utara ke selatan


dengan posisi terendah terdapat di lembah-lembah Bengawan Madiun
berdekatan dengan pusat Kota Madiun dengan ketinggian antara 21-100
mdpl. Kemudian berturut-turut ke arah selatan yang semakin bertambah
tinggi hingga ketinggian hampir 2.000 mdpl. Sebagaimana halnya
topografi, maka Kelerengan di Kabupaten Madiun juga bervariasi mulai
dari kelerengan 0-8% sampai >45%.

Wilayah Kecamatan Dagangan terletak pada ketinggian 50-100


mdpl dan 1.000-2.000 mpdl, dengan dominasi wilayah yang berada pada
ketinggian 100-500 mdpl dengan prosentase 70,96% dari luas total
wilayah. Distribusi luas wilayah Kecamatan Dagangan berdasarkan
ketinggiaannya masing-masing adalah; ketinggian 50-100 mdpl seluas
485,14 Ha; ketinggian 100-500 mdpl seluas 5.134,75 Ha, ketinggian 500-
1.000 mpdl seluas 1.378,99 Ha, dan ketinggian 1.000-2.000 mpdl seluas
237,12. Sedangkan jika dilihat dari kemiringannya, distribusi luas wilayah
Kecamatan Dagangan adalah; kemiringan 0-8% seluas 1.021,50 Ha,

Laporan Akhir 3-2


Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

kemiringan 8-15% seluas 1.948,52 Ha, kemiringan 15-25% seluas


1.112,50 Ha, kemiringan 25-45% seluas 653,93 Ha, dan kemiringan
>45% seluas 2.499,55 Ha. Grafik yang menunjukkan prosentase luas
wilayah berdasarkan ketinggian dan kemiringannya dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.

Gambar 3.1 Grafik Prosentase Luas Wilayah Kecamatan Dagangan


Berdasarkan Ketinggian Dan Kemiringan Wilayah

Wilayah tapak proyek berada di Desa Banjarsari Wetan pada lahan


dengan kemiringan 100-125 mdpl pada peta kontur 25 m. Dilihat dari
kemiringan lahannya, wilayah tapak proyek memiliki kemiringan lahan 8-
15% yang relatif masih datar.

3.1.3 GEOLOGI

A. Jenis Batuan

Jenis batuan yang membentuk wilayah Kecamatan Dagangan


Kabupaten Madiun adalah sebagai berikut :

Morfonit Tanjungsari (Qjt)


Satuan ini dikuasai oleh tuf lapili batuapung dengan sisipan
batupasir gunungapi dan tuf kerikilan di beberapa tempat.
Morfonit Ngebel (Qjn)
Batuan ini tersusun oleh breksi gunung api, tuf dan konglomerat
gunung api, lapisannya tidak jelas.
Alluvium (Qa)

Laporan Akhir 3-3


Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

Batuan ini merupakan bahan gunung api berupa lumpur, pasir,


kerikil, kerakal dan sedikit bongkah.
Morfoset Argokalangan (Qav)
Satuan ini merupakan satuan termuda dari ketiga morfoset di
Kompleks Gunung Wilis. Batuannya berupa endapan tefra dan
lava andesit horenblenda.

B. Jenis Tanah

Jenis tanah yang ada di wilayah Kecamatan Dagangan adalah


Mediteran, Alluvial, dan Litosol.

Mediteran

Tanah mediteran merupakan hasil pelapukan batuan kapur keras


dan batuan sedimen. Warna tanah ini berkisar antara merah
sampai kecoklatan. Tanah mediteran cocok untuk tanaman
palawija, jati, tembakau, dan jambu mete. Tanah mediteran
hampir mendominasi wilayah Kecamatan Dagangan, dimana
luasnya mencapai 6.116,44 Ha atau 84,53% dari luas total
wilayah.

Alluvial

Tanah alluvial terbentuk oleh lumpur sungai yang mengendap di


dataran rendah, dengan karakteristik berwarna kelabu, dengan
struktur yang sedikit lepas-lepas, dan subur. Tanah alluvial
banyak digunakan untuk tanaman padi, palawija, tebu, kelapa,
tembakau, dan buah-buahan. Tanah alluvial di Kecamatan
Dagangan seluas 1.020,77 Ha, atau 14,11% dari luas total
wilayah.

Litosol

Tanah litosol merupakan tanah muda yang berasal dari pelapukan


batuan yang keras dan besar. Litosol belum mengalami
perkembangan lebih lanjut sehingga hanya memiliki lapisan
horizon yang dangkal. Sebagai tanah muda memiliki struktur yang
besar-besar dan miskin akan unsur hara. Tanah litosol di

Laporan Akhir 3-4


Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

Kecamatan Dagangan memiliki luasan 98,79 Ha atau 1,37% dari


luas total wilayah.

C. Tekstur Tanah

Tekstur tanah adalah mineral-mineral padat yang menyusun partikel-


partikel tanah dan dibedakan menjadi tiga bagian/fraksi sesuai
dengan ukurannya yaitu :
1. Partikel liat : ukuran < 2 m (mikron)
2. Partikel debu : ukuran 2 m 5 m (mikron)
3. Partikel pasir : ukuran 50 m 2 mm (mikron)

Tekstur tanah yang ada di wilayah Kecamatan Dagangan adalah


sedang, dengan luas 7.236,00 Ha.

3.1.4 HIDROLOGI

Di Kabupaten Madiun terdapat 41 (empat puluh satu) sungai,


antara lain Kali Jerohan, Kali Kembang, Kali Bruwok, Kali Notopuro, Kali
Catur, Kali Asin, Kali Sono, Kali Sareng dan lain-lain. Sungai-sungai
tersebut disamping sebagai saluran drainase alamiah untuk mengalirkan
limpasan air hujan, juga digunakan untuk sumber air baku keperluan
irigasi pertanian. Pola aliran sungai-sungai yang ada di Kabupaten
Madiun tersebut pada umumnya memiliki pola radial, dengan sebagian
besar merupakan sungai musiman yaitu sungai yang meresapkan air
hujan ke dalam tanah, atau disebut juga sungai influen. Sedangkan
sungai pola radial merupakan ciri khas sungai yang mengalir di daerah
gunung berapi pada batuan alluvial, hal ini sesuai dengan kualifikasi
produk sebaran batuan, bahwa jenis batuan adalah alluvial bekas
aktivitas gunung berapi. Wilayah Kecamatan Dagangan dilalui oleh Kali
Catur yang memiliki panjang kurang lebih 5 km. Selain Kecamatan
Dagangan, Kali Catur juga melintasi wilayah Kecamatan Geger dengan
panjang kurang lebih 4,5 km.

Rencana lokasi tapak TPA Banjarsari Wetan dibatasi oleh saluran


irigasi, yaitu sebelah timur dan utara tapak proyek. Saluran tersebut
berupa bangunan irigasi teknis (pada sisi timur), dan irigasi sederhana

Laporan Akhir 3-5


Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

atau alamiah (pada sisi utara). Saluran irigasi ini untuk memenuhi air
baku pengairan lahan pertanian yang ada di wilayah Kecamatan
Dagangan dan sekitarnya. Saluran irigasi pertanian ini akan menerima
dampak langsung dari kegiatan TPA Banjarsari Wetan, terutama pada
aspek kualitas air.

Gambar 3.2 Saluran Irigasi Di Sekitar Rencana Tapak Proyek

3.1.5 PENGGUNAAN LAHAN

Penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Dagangan dapat


diklasifikasikan menjadi lahan pertanian sawah, lahan pertanian non
sawah, serta lahan non pertanian. Luas lahan pertanian sawah di wilayah
Kecamatan Dagangan seluas 2.567,40 Ha, yang terdiri dari 2.512,40
sawah irigasi dan 55,0 sawah non irigasi. Lahan pertanian non sawah
mencakup ladang dan kebun seluas 2.397,70 Ha. Sedangkan lahan non
pertanian baik untuk permukiman (bangunan, pekarangan, semak,
hutan, dll) seluas 2.288,50 Ha. Rincian luas penggunaan lahan di wilayah
Kecamatan Dagangan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2 Penggunaan Lahan Di Kecamatan Dagangan


Penggunaan Lahan (Ha)
Lahan Pertanian Lahan Lahan
Desa/
No Sawah Pertania Non
Kelurahan Jumlah
Non n Non Pertani
Irigasi
Irigasi Sawah an
1 Ketandan 222,00 15,00 252,00 67,10 562,10
2 Tileng - - 124,00 251,00 375,00

Laporan Akhir 3-6


Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

3 Mendak - - 162,00 92,90 254,90


4 Segulung 76,00 - 468,00 478,30 1.022,30
5 Padas 23,00 - 228,00 88,00 339,00
6 Ngranget 49,00 - 397,30 119,00 565,30
7 Joho 158,00 - 217,00 75,80 450,80
8 Kepet 130,00 40,00 4,00 182,00 356,00
9 Dagangan 210,00 - 5,00 346,10 561,10
10 Jetis 112,00 - 6,50 43,00 161,50
11 Prambon 139,00 - 15,00 35,40 189,40
12 Banjarejo 132,40 - 226,70 56,70 415,80
13 Mruwak 191,00 - 225,00 90,90 506,90
14 Banjarsari 250,00 - 12,70 86,10 348,80
Wetan
15 Banjarsari 473,00 - 30,50 128,00 631,50
Kulon
16 Sewulan 109,00 - 2,00 58,00 169,00
17 Sukosari 232,00 - 4,00 90,20 326,20
Kec. 2.512,4 55,00 2.379,70 2.288,5 7.235,6
Dagangan 0 0 0
Sumber : Kecamatan Dagangan Dalam Angka, 2016

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Desa Sewulan


merupakan wilayah dengan luas lahan pertanian sawah irigasi terluas di
Kecamatan Dagangan. Sawah non irigasi (tadah hujan) lebih banyak
ditemui di wilayah Desa Ketandan dan Desa Kepet.

Jika dilihat dari prosentasenya, luas penggunaan lahan masing-


masing adalah; 34,72% untuk penggunaan lahan pertanian sawah
irigasi, 0,76% sawah non irigasi, 32,89% lahan pertanian non sawah, dan
31,63% untuk lahan non pertanian. Dibawah ini adalah grafik prosentase
luas masing-masing penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Dagangan.

Laporan Akhir 3-7


Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

Gambar 3.3 Grafik Prosentase Luas Penggunaan Lahan Di Kecamatan


Dagangan

3.2 BIOLOGI

Dilihat dari proses terbentuknya ekosistemnya, lokasi tapak


proyek TPA Banjarsari Wetan merupakan ekosistem sawah dan kebun
(kebun jati) yang merupakan ekosistem buatan.. Ekosistem tersebut ini
terbentuk dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik
pembentuknya mencakup tanah, air, udara, dan lain-lain. Sedangkan
komponen biotiknya mencakup flora (vegetasi) dan fauna (hewan).

3.2.1 FLORA

Sebagai produsen dalam strata ekosistem, tumbuhan atau


vegetasi merupakan komponen yang penting dalam siklus energi dalam
ekosistem. Jenis vegetasi yang ada di rencana tapak proyek TPA
Banjarsari Wetan adalah sebagai berikut :

Vegetasi di lokasi tapak proyek

Jenis vegetasi di lokasi tapak proyek pada tingkat pohon berupa


tanaman Jati (Tectona grandis) karena tapak proyek merupakan
kebun jati. Vegetasi pada tingkat herba antara lain putri malu
(Mimosa pudica), dan beberapa jenis rerumputan diantaranya rumput
grinting (Cynodon dactylon), rumput teki (Cyperus rotundus), pahitan
(Mimosa pudica), dan lain-lain.

Vegetasi di sekitar tapak proyek

Vegetasi yang mendominasi lahan di sekitar tapak proyeka adalah


tanaman padi (Oryza sativa) yang merupakan tanaman budidaya
petani. Pada pembatas lahan terdapat tanaman jati (Tectona
grandis). Jenis rerumputan yang banyak ditemui di sekitar tapak
proyek diantaranya rumput gajah (Penisetum purpureum), rumput
teki (Cyperus rotundus), rumput grinting (Cynodon dactylon).

Laporan Akhir 3-8


Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

Vegetasi di Tapak Proyek Vegetasi di Sekitar Tapak Proyek


Gambar 3.4 Vegetasi Di Tapak Proyek dan Sekitarnya

3.2.2 FAUNA

Hewan yang ada di tapak proyek dan sekitar tapak proyek pada
kelas mamalia adalah tikus (Rattus sp.), pada kelas aves diantaranya
burung emprit atau bondol jawa (Lonchura Leucogastroides), kutilang
(Pycnonotus aurigaster) dan prenjak (Abroscopus superciliaris); pada
kelas reptilia adalah kadal (Mabouya multifacyata); pada kelas serangga
adalah semut (Monomorium monomorium), jangkrik (Acheta domestica),
belalang (Melanoplus femurrubrum), capung (Aeshna sp.); pada kelas
amphibi adalah katak (Rana spesycosa) dan kodok (Buffo sp).

3.3 SOSIAL EKONOMI BUDAYA

3.3.1 DEMOGRAFI

Jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Dagangan pada akhir


tahun 2015 tercatat sebanyak 51.636, yang terdiri dari 26.042 jiwa
penduduk laki-laki dan 25.594 jiwa penduduk perempuan. Kepadatan
penduduk Kecamatan Dagangan pada tahun 2015 ini sebesar 741
jiwa/km2. Wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Desa
Banjarsari Kulon yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.110 jiwa.
Sedangkan wilayah dengan penduduk paling kecil adalah Desa Mendak
dengan jumlah penduduk sebanyak 369 jiwa. Dilihat dari kepadatannya,
Desa Sewulan memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi, yaitu
sebesar 2.501 jiwa/km2. Disamping memiliki jumlah penduduk paling

Laporan Akhir 3-9


Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

kecil, Desa Mendak juga memiliki kepadatan paling sedikit, yaitu 279
jiwa/km2. Rincian jumlah dan kepadatan penduduk di Kecamatan
Dagangan tahun 2015 disajikan seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3 Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Di Kecamatan Dagangan


Tahun 2015
Kepadata
Jumlah Penduduk (jiwa) n
No Desa/ Kelurahan (jiwa/km2)
Perempua
Laki-laki Jumlah
n
1 Ketandan 2.241 2.174 4.415 806
2 Tileng 742 731 1.473 391
3 Mendak 369 341 710 279
4 Segulung 2.527 2.414 4.941 488
5 Padas 734 695 1.429 422
6 Ngranget 986 953 1.939 320
7 Joho 1.571 1.476 3.047 653
8 Kepet 1.057 1.067 2.124 672
9 Dagangan 2.137 2.125 4.262 760
10 Jetis 1.415 1.412 2.827 1.750
11 Prambon 1.004 690 1.964 1.037
12 Banjarejo 647 682 1.329 334
13 Mruwak 1.814 1.770 3.584 675
14 Banjarsari Wetan 2.006 2.094 4.100 1.175
15 Banjarsari Kulon 3.110 3.105 6.215 984
16 Sewulan 2.145 2.081 4.226 2.501
17 Sukosari 1.537 1.514 3.051 935
Kec. Dagangan 26.042 25.594 51.636 714
Sumber : Kecamatan Dagangan Dalam Angka, 2016

Laporan Akhir 3 - 10
Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

Gambar 3.5 Grafik Perbandingan Jumlah Penduduk Di Kecamatan


Dagangan Tahun 2015
Lokasi tapak proyek berada di Desa Banjarsari Wetan, yang
memiliki jumlah penduduk sebanyak 4.100 jiwa yang terdiri dari 2.006
jiwa penduduk laki-laki dan 2.094 jiwa penduduk perempuan. Dengan
wilayah seluas 3,488 km2, kepadatan penduduk Desa Banjarsari Wetan
sebesar 1.175 jiwa/km2. Jika dilihat dari perbandingan prosentasenya,
Desa Banjarsari Wetan memberikan kontribusi sebesar 7,70% jumlah
penduduk terhadap Kecamatan Dagangan. Penduduk yang ada di
wilayah Desa Banjarsari Wetan terdiri dari 9 RW dan 27 RT.

3.3.2 TENAGA KERJA

Jumlah angkatan kerja di wilayah Kabupaten Madiun pada tahun


2015 tercatat sebanyal 351.752 jiwa yang terdiri dari 215.206 jiwa
penduduk laki-laki dan 136.546 jiwa penduduk perempuan. Dari jumlah
angkatan kerja tersebut, 327.148 jiwa penduduk telah bekerja, dan
24.604 jiwa masih belum mendapatkan pekerjaan atau pengangguran,
dengan nilai Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 6,69%. Jumlah
penduduk bukan angkatan kerja sebanyak 180.231 jiwa, yang terdiri dari
34.411 jiwa penduduk masih sekolah, 121.559 jiwa penduduk mengurus
rumah tangga, dan lainnya sebanyak 24.261 jiwa. Kondisi
ketenagakerjaan di Kabupaten Madiun pada tahun 2015 selengkapnya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.4 Kondisi Ketenagakerjaan Di Kabupaten Madiun Tahun 2015


Penduduk
Uraian
Laki-laki Perempuan Jumlah
Angkatan Kerja (jiwa) 215.206 136.546 351.752
Bekerja (jiwa) 199.640 127.508 327.148
Pengangguran Terbuka
15.566 9.038 24.604
(jiwa)
Bukan Angkatan Kerja (jiwa) 44.411 135.820 180.231
Sekolah (jiwa) 17.254 17.157 34.411
Mengurus Rumah Tangga 10.364 111.195 121.559
Lainnya 16.793 7.468 24.261

Laporan Akhir 3 - 11
Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

Tingkat Pengangguran
7,23 6,62 6,99
Terbuka (TPT) dalam %
Sumber : Kabupaten Madiun Dalam Angka, 2016

Sebagaimana pada wilayah kecamatan lainnya di Kabuapten


Madiun, jenis pekerjaan yang paling banyak di Kecamatan Dagangan
bertumpu pada sektor pertanian baik sebagai petani maupun buruh tani.
Pada tahun 2015 tercatat sebanyak 9.231 jiwa penduduk memiliki mata
pencaharian sebagai petani dan 6.813 jiwa penduduk sebagai buruh
tani. Prosentase mata pencaharian petani sebesar 39,38% sedangkan
buruh tani sebesar 29,07% dari keseluruhan pekerjaan yang ada. Jumlah
penduduk di Kecamatan Dagangan tahun 2015 menurut mata
pencahariannya pada masing-masing desa/kelurahan dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan Di Kecamatan


Dagangan Tahun 2015
Jumlah Penduduk (jiwa)
Desa/ PNS,
No Buruh Pedagan
Kelurahan TNI, Petani Lain-lain
Tani g
Polri
1 Ketandan 30 425 799 212 680
2 Tileng 12 299 10 110 111
3 Mendak 9 217 150 28 183
4 Segulung 45 1.180 33 189 301
5 Padas 5 244 24 27 188
6 Ngranget 10 384 400 127 217
7 Joho 29 572 489 160 330
8 Kepet 25 470 215 50 160
9 Dagangan 85 561 333 215 249
10 Jetis 91 366 730 114 271
11 Prambon 19 487 222 70 166
12 Banjarejo 26 291 161 48 142
13 Mruwak 25 615 977 120 310
14 Banjarsari 60 621 900 135 417
Wetan
15 Banjarsari 97 1.347 625 19 699
Kulon
16 Sewulan 22 394 405 90 204
17 Sukosari 33 758 340 49 208
Kec. 620 9.231 6.813 1.939 4.836
Dagangan
Sumber : Kecamatan Dagangan Dalam Angka, 2016

Laporan Akhir 3 - 12
Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

Berdasarkan tabel di atas, pada wilayah Desa Banjarsari Wetan,


penduduk yang bekerja sebagai PNS, TNI, Polri sebanyak 60 jiwa, petani
sebanyak 621 jiwa, buruh tani sebanyak 900 jiwa, pedagang 135 jiwa,
dan lainnya sebanyak 417 jiwa. Mata pencaharian di sektor pertanian
(sebagai petani dan buruh tani) juga paling banyak ditemui di Desa
Banjarsari Wetan mengingat penggunaan lahan di wilayah desa ini lebih
banyak diperuntukkan sebagai lahan sawah.

Gambar 3.6 Grafik Prosentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata


Pencaharian Di Kecamatan Dagangan Tahun 2015

Jumlah rumah tangga menurut lapangan usaha di Kecamatan


Dagangan pada tahun 2015 secara rinci disajikan pada tabel berikut.

Laporan Akhir 3 - 13
Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

Tabel 3.6 Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Di Kecamatan Dagangan Tahun 2015
Jumlah Rumah Tangga (KK)
Konstruk Perdanga Angkutan
Listrik, Keuanga
No Kelurahan Pertamba si/ -ngan, dan
Pertanian Industi Gas dan n dan Lainnya Jumlah
-ngan Banguna Hotel dan Komunik
Air Jasa-jasa
n Restoran asi
1 Ketandan 691 9 3 - 37 58 16 8 2 864
2 Tileng 242 4 7 - 16 27 4 27 - 327
3 Mendak 111 - - - 3 11 2 13 1 141
4 Segulung 921 1 5 2 58 51 29 46 29 1.142
5 Padas 298 - 2 1 5 12 6 7 - 331
6 Ngranget 399 - 1 - 21 16 7 14 - 458
7 Joho 442 12 1 2 42 53 9 26 7 594
8 Kepet 315 - 9 1 3 38 7 36 30 439
9 Dagangan 465 11 16 9 52 124 53 156 8 894
10 Jetis 225 - 17 2 48 98 17 106 7 520
11 Prambon 273 - 7 - 8 29 15 44 6 382
12 Banjarejo 161 - 9 1 24 31 2 40 - 268
13 Mruwak 642 2 11 1 34 69 10 64 6 839
14 Banjarsari 530 7 16 1 60 107 16 119 5 861
Wetan
15 Banjarsari 856 9 41 3 50 204 43 180 12 1.398
Kulon
16 Sewulan 302 18 84 3 92 168 31 141 6 845
17 Sukosari 440 4 2 1 8 56 14 83 10 618
Kec. 7.313 77 231 27 561 1.152 281 1.150 129 10.921
Dagangan
Sumber : Kecamatan Dagangan Dalam Angka, 2016

Laporan Akhir 3 - 14
Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

3.3.3 PEREKONOMIAN RUMAH TANGGA

Salah satu komponen lingkungan perekonomian rumah tangga


yang dikaji adalah komponen pendapatan. Pendapatan memegang
peranan penting dalam rumah tangga dalam rangka peningkatan
kesejahteraan keluarga. Besarnya pendapatan pada umumnya
ditentukan oleh jenis pekerjaan atau mata pencaharian yang dimiliki.
Jenis mata pencaharian yang ada di wilayah Desa Banjarsari Wetan
beragam, dimana masih didominasi pada sektor pertanian. Pendapatan
penduduk Desa Banjarsari Wetan juga bervariatif.

Hasil survei menunjukkan bahwa pendapatan penduduk yang


kurang dari Rp.1.000.000 sebanyak 13%, pendapatan sebesar
Rp.1.000.0001.500.000 sebanyak 16%, pendapatan sebesar
Rp.1.500.0002.000.000 sebanyal 36%, pendapatan sebesar
Rp.2.000.0003.000.000 sebanyak 19%, dan pendapatan Rp.3.000.000
5.000.000 sebanyak 16%. Dari data tersebut maka rata-rata pendapatan
penduduk wilayah Desa Banjarsari Wetan sebesar Rp.1.500.000
2.000.000.

Prosentase pendapatan penduduk tersebut jika digambarkan


dalam grafik adalah sebagai berikut.

Laporan Akhir 3 - 15
Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

Gambar 3.7 Grafik Prosentase Pendapatan Penduduk Desa Banjarsari


Wetan Kecamatan Dagangan

Laporan Akhir 3 - 16
Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

3.3.4 PEREKONOMIAN LOKAL DAN REGIONAL

Kegiatan perdagangan dan jasa di wilayah Kecamatan Dagangan


ditunjang oleh fasilitas perdagangan dan jasa berupa pasar. Di wilayah
Kecamatan Dagangan terdapat 7 unit pasar, dimana 1 unit pasar dikelola
Pemerintah Kabupaten Madiun yang terletak di Desa Banjarsari Kulon,
dan 6 unit pasar yang dikelola oleh desa (Pasar Desa), yang tersebar di
Desa Ketandan, Desa Ngranget, Desa Dagangan, dan Desa Banjarsari
Wetan.

Disamping pasar, fasilitas perdagangan dan jasa yang ada di


Kecamatan Dagangan berupa toko, kios, dan warung. Di wilayah
Kecamatan Dagangan terdapat 852 unit toko, 80 kios, dan 429 warung
yang tersebar pada masing-masing tiap desa. Di bawah ini adalah tabel
yang merinci jumlah toko, kios, dan warung yang ada di wilayah
Kecamatan Dagangan pada tahun 2015.

Tabel 3.7 Jumlah Fasilitas Perdagangan Dan Jasa Di Kecamatan


Dagangan Tahun 2015
Jumlah Fasilitas (unit)
Desa / Pasar
No Pasar
Kelurahan Pemerin Toko Kios Warung
Desa
tah
1 Ketandan - 1 64 2 21
2 Tileng - - 14 - 4
3 Mendak - - 10 - 5
4 Segulung - - 51 - 28
5 Padas - - 13 - 5
6 Ngranget - 1 27 - 17
7 Joho - - 40 - 25
8 Kepet - - 24 10 17
9 Dagangan - 1 135 18 47
10 Jetis - 1 53 - 20
11 Prambon - - 20 - 16
12 Banjarejo - - 14 - 12
13 Mruwak - - 31 - 21
14 Banjarsari Wetan - 2 60 13 34
15 Banjarsari Kulon 1 - 157 29 112
16 Sewulan - - 89 5 30
17 Sukosari - - 50 3 15
Kec. Dagangan 1 6 852 80 429
Sumber : Kecamatan Dagangan Dalam Angka, 2016

Berdasarkan tabel diatas maka di wilayah Desa Banjarsari Wetan


memiliki fasilitas perdagangan berupa 2 unit pasar, 60 unit toko, 13 unit

Laporan Akhir 3 - 17
Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

kios, dan 34 unit warung. Keberadaan toko, kios dan warung tersebar
pada masing-masing unit lingkungan atau RW untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga.

3.3.5 TRANSPORTASI

Komponen transportasi memegang peranan penting dalam


menunjang pergerakan penduduk antar lokasi kegiatan. Komponen
transportasi dipengaruhi oleh jaringan jalan yang ada. Menurut kondisi
permukaan jalannya, jaringan jalan di wilayah Kecamatan Dagangan
terdiri dari jalan aspal, jalan perkerasan, jalan anah, dan lainnya
(dibeton). Pada tahun 2015 tercatat sebanyak 129 km jalan diaspal, 62
km jalan diperkeras, 16 km jalan tanah, dan 24 km jalan lainnya
(dibeton). Di bawah ini adalah tabel yang merinci panjang jalan menurut
perkerasannya pada masing-masing desa/kelurahan di Kecamatan
Dagangan Tahun 2015.

Tabel 3.8 Panjang Jalan Menurut Kondisi Permukaan Jalan Di


Kecamatan Dagangan Tahun 2015
Panjang (km)
Desa /
No Lainnya
Kelurahan Diaspal Diperkeras Tanah
(Beton)
1 Ketandan 18 8 2 2
2 Tileng 8 6 1 4
3 Mendak 7 6 1 3
4 Segulung 6 4 1 4
5 Padas 5 3 2 1
6 Ngranget 9 7 2 3
7 Joho 9 5 2 2
8 Kepet 6 1 1 1
9 Dagangan 5 1 - -
10 Jetis 2 2 - -
11 Prambon 5 3 1 1
12 Banjarejo 4 1 1 1
13 Mruwak 6 2 1 -
14 Banjarsari Wetan 14 3 1 1
15 Banjarsari Kulon 15 6 - 1
16 Sewulan 5 - - -
17 Sukosari 5 4 - -
Kec. Dagangan 129 62 16 24
Sumber : Kecamatan Dagangan Dalam Angka, 2016

Berdasarkan tabel diatas, wilayah Desa Banjarsari Wetan dilalui


oleh 14 km jalan aspal, 3 km jalan diperkeras (makadam), 1 km jalan

Laporan Akhir 3 - 18
Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

tanah, dan 1 km jalan beton. Wilayah tapak proyek TPA Banjarsari Wetan
terletak 1,4 km dari jalan poros desa (jalan kabupaten) dan berada di
jalan desa. Kondisi jalan desa disekitar tapak proyek berupa jalan
diperkeras (makadam) dengan lebar 3 m. Ruas jalan desa ini akan
terpengaruh oleh aktivitas pembangunan dan operasional TPA Banjarsari
Wetan.

Gambar 3.8 Jalan Desa Di Sekitar Tapak Proyek

3.3.6 PROSES SOSIAL

Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila


orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan
menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa
yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan
goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Proses sosial dapat
diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara berbagai segi kehidupan
bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan
politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dan lain-lain.

Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial,


karena tanpa interkasi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat

Laporan Akhir 3 - 19
Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

dinamakan sebagai proses sosial) karena interasi sosial merupakan


syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial
merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi antara
kelompok tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak
menyangkut pribadi anggota-anggotanya.

Proses sosial secara garis besar terdiri dari proses asosiatif dan
proses disosiatif. Proses asosiatif merupakan hubungan postif yang
terjadi dalam masyarakat. Proses ini bersifat membangun serta
mempererat atau memperkuat hubungan jalinan solidaritas dalam
kelompok masyarakat untuk menjadi satu kesatuan yang lebih erat.
Bentuk proses asosiatif ini berupa kerjasama (coorperation), akomodasi
(akomodation) dan asimilasi (accimilation). Proses disosiatif atau disebut
juga dengan oposisi, yang artinya bertentangan dengan seseorang atau
kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Bentuk proses sosial ini
adalah persaingan (competition), kontravensi, pertikaian, dan
pertentangan atau konflik.

Interaksi sosial yang terjadi di wilayah Desa Banjarsari Wetan


masih bersifat asosiatif, yaitu kerjasama (kerukunan atau gotong royong)
dan akomodasi (kompromi), sebagaimana penjelasan berikut :

Kerjasama

Kerja sama merupakan suatu usaha bersama antar individu ataupun


kelompok untuk mencapai kepentingan dan tujuan yang serupa, serta
menyadarinya bermanfaat untuk dirinya atau orang lain. Bentuk-
bentuk kerjasama diantaranya kerukunan atau gotong royong,
bargaining, kooptasi, koalisi, dan joint venture. Bentuk kerjasama
yang terjadi di wilayah Desa Banjarsari Wetan adalah kerukungan
atau gotong royong. Bentuk kerjasama ini ditunjukkan dalam
kegiatan yang dilakukan bersama-sama, diantaranya kegiatan

Laporan Akhir 3 - 20
Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

lingkungan seperti arisan, kerja bakti, kegiatan keagamaan seperti


tahlilan, serta kegiatan kebersamaan lainnya.

Akomodasi

Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri individu atau


kelompok manusia dengan semula saling bertentangan untuk upaya
mengatasi ketegangan. Akomodasi berarti adanya keseimbangan
interaksi sosial dengan norma dan nilai yang ada dalam masyarakat.
Akomodasi merupakan cara untuk menyelesaikan pertentangan, baik
dengan cara menghargai kepribadian yang berkonflik ataupun
paksaan atau tekanan. Bentuk akomodasi antara lain koersi,
kompromi, arbitrase, mediasi, konsiliasi, toleransi, dan stalemate.
Bentuk akomodasi di wilayah Banjarsari Wetan berupa kompromi.

3.3.7 PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT

Persepsi dan sikap masyarakat yang dimaksud adalah persepsi


dan sikap masyarakat terhadap berbagai rencana atau kegiatan
pembangunan yang ada di wilayah Kabupaten Madiun. Masyarakat
mengharapkan adanya pembangunan infrastruktur yang merata di
wilayah Kabupaten Madiun dalam rangka untuk memajukan desa.
Masyarakat mendukung kegiatan pembangunan yang akan
dilaksanakan, sepanjang memberikan manfaat atau dampak positif yang
sebesar-besarnya kepada masyarakat, terutama dalam bidang
perekonomian rumah tangga.

Pada di sisi lain, masyarakat resah terhadap berbagai dampak


negatif yang ditimbulkan akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan
tersebut. Serangkaian dampak negatif yang terjadi telah membawa
kerugian bagi masyarakat, seperti pencemaran air, pencemaran udara,
gangguan kebisingan dan kenyamanan, gangguan lalulintas, dan
dampak negatif lainnya. Masyarakat sudah skeptis terhadap dampak
negatif yang diprakirakan terjadi, terutama pada kegiatan pembangunan
yang identik dengan pencemaran.

Laporan Akhir 3 - 21
Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

Secara umum persepsi dan sikap masyarakat terhadap kegiatan


pembangunan adalah mendukung kegiatan tersebut, tetapi pelaksana
pembangunan harus dapat mencegah terjadinya dampak negatif
tersebut agar tidak merusak lingkungan sekitarnya. Masyarakat berharap
bahwa kegiatan pembangunan dapat meningkatkan kesejahteraan dan
tidak merugikan masyarakat sekitarnya.

3.4 KESEHATAN MASYARAKAT

3.4.1 SANITASI

Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin


terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Sanitasi itu
sendiri merupakan perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih
dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan
kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha
ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Sanitasi
lingkungan menunjukkan kondisi kesehatan lingkungan dalam suatu unit
lingkungan tertentu. Kondisi sanitasi lingkungan menentukan mutu dan
kualitas hidup suatu lingkungan permukiman. Sanitasi lingkungan
mencakup aspek air bersih, air limbah, dan persampahan.

Air Bersih

Sumber pemenuhan air bersih di wilayah studi berasal dari jaringan


perpipaan yang dikelola oleh PDAM, Galon Air Mineral, serta dari
sumur. Pelayanan jaringan perpipaan PDAM telah menjangkau
wilayah studi. Untuk keperluan MCK, penduduk menggunakan air
PDAM dan dari galon air mineral. Dari hasil survei diketahui bahwa
penduduk yang menggunakan PDAM untuk keperluan MCK sebesar
67% dan sumur sebanyak 33%. Dilihat dari kondisi airnya, 74% air
yang digunakan jernih, dan 36% agak keruh. Kondisi ini
dimungkinkan karena musim, dimana pada musim penghujan, kondisi
kualitas air mengalami perubahan baik PDAM maupun sumur.

Laporan Akhir 3 - 22
Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

Gambar 3.9 Grafik Sumber Air Bersih Untuk MCK

Sumber air bersih untuk keperluan memasak dipenuhi dari PDAM,


galon air mineral, dan sumur. Dari hasil survei menunjukkan bahwa
penduduk yang menggunakan PDAM untuk keperluan ini sebesar
72%, dari galon air mineral sebesar 19%, dan dari sumur sebesar 9%.

Gambar 3.10 Grafik Sumber Air Bersih Untuk Memasak


Air Limbah

Pembuangan air limbah rumah tangga di wilayah studi adalah


dialirkan ke saluran draianse yang ada di sekitar lingkungan
permukiman, dan meresap ke kebun atau pekarangan dekat rumah.
Dari hasil survei, penduduk yang membuang air limbah rumah
tangga ke saluran draianse sebesar 52%, sedangkan yang
mengalirkan dan meresapkan ke kebun atau pekarangan sebanyak
48%. Hampir semua penduduk telah memiliki jamban pribadi atau
jamban keluarga.

Laporan Akhir 3 - 23
Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

Gambar 3.11 Grafik Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga

Persampahan

Metode pembuangan sampah di wilayah studi dilakukan pada tong


sampah yang ada didepan rumah, serta ada yang dibuang ke kebun.
Penduduk yang membuang sampah pada tong sampah sebanyak
40%, dan yang membuang pada kebun atau pekarangan sebesar
60%.

Gambar 3.12 Grafik Pembuangan Sampah

Pengelolaan sampah di wilayah studi masih dilakukan secara


konvensional, yaitu dibakar dan ditimbun atau dikubur di kebun. Hal
ini dikarenakan di wilayah ini belum terlayani oleh jaringan
pengangkutan sampah perkotaan, maupun belum ada pelayanan
pengolahan sampah. Dari hasil survei didapatkan hasil bahwa 58%
penduduk membakar sampah, sedangkan 42% menimbun dan
mengubur sampah pada kebun atau pekarangan yang ada di sekitar

Laporan Akhir 3 - 24
Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

rumah. Dibawah ini adalah prosentase dari hasil survei tentang


pengelolaan sampah yang dilakukan oleh penduduk di wilayah studi.

Gambar 3.13 Grafik Pengelolaan Sampah

3.4.2 KESEHATAN MASYARAKAT

Kesehatan masyarakat merupakan komponen lingkungan yang


penting dalam kaitannya dengan mutu dan kualitas hidup. Kesehatan
masyarakat rentan dipengaruhi oleh aktivitas pelaksanaan suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan. Pelayanan kesehatan di
wilayah Kecamatan Dagangan ditunjang dengan keberadaan fasilitas
kesehatan serta tenaga kesehatan yang ada di wilayah tersebut.

Pada tahun 2015 di wilayah Kecamatan Dagangan terdapat 1 unit


klinik balai pengobatan di Desa Sewulan; 2 unit puskesmas induk di Desa
Dagangan dan Desa Jetis; 4 unit puskesmas pembantu di Desa Tileng,
Desa Segulung; Desa Banjarsari Kulon, dan Desa Semulan; 68 unit
posyandu yang tersebar pada masing-masing wilayah desa, 12
poskesdes yang hampir merata keberadaanya; dan 11 unit polindes di
beberapa desa di Kecamatan Dagangan. Dibawah ini adalah tabel yang
merinci jumlah fasilitas kesehatan pada tiap desa yang ada di wilayah
Kecamatan Dagangan pada tahun 2015.

Tabel 3.9 Jumlah Fasilitas Kesehatan Di Kecamatan Dagangan Tahun


2015
No Desa / Kelurahan Jumlah Fasilitas (unit)

Laporan Akhir 3 - 25
Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

PembantuPuskesmas
PengobatanKlinik/ Balai

LansiaPosyandu
IndukPuskesmas

Poskesdes
Posyandu

Polindes
1 Ketandan - - - 5 - 1 1
2 Tileng - - 1 3 - 1 -
3 Mendak - - - 2 - - 1
4 Segulung - - 1 6 - - -
5 Padas - - - 3 - - 1
6 Ngranget - - - 3 - - 1
7 Joho - - - 4 - 1 1
8 Kepet - - - 3 - - 1
9 Dagangan - 1 - 4 - 1 -
10 Jetis - 1 - 3 - 1 -
11 Prambon - - - 4 - 1 1
12 Banjarejo - - - 2 - 1 1
13 Mruwak - - - 5 - 1 1
14 Banjarsari Wetan - - - 5 - 1 1
15 Banjarsari Kulon - - 1 6 - 1 -
16 Sewulan 1 - 1 4 - 1 -
17 Sukosari - - - 6 - 1 1
Kec. Dagangan 1 2 4 68 - 12 11
Sumber : Kecamatan Dagangan Dalam Angka, 2016

Selain didukung oleh keberadaan fasilitas kesehatan yang


memadai, pelayanan kesehatan juga harus didukung oleh tenaga
kesehatan yang profesional. Dibawah ini adalah jumlah tenaga
kesehatan yang ada pada masing-masing desa di wilayah Kecamatan
Dagangan pada tahun 2015.

Tabel 3.10 Jumlah Tenaga Kesehatan Di Kecamatan Dagangan Tahun


2015
Panjang (km)
Desa /
No Mantri Dokter Dokter
Kelurahan Bidan
Kesehatan Umum Gigi
1 Ketandan 2 2 - -
2 Tileng 1 1 - -
3 Mendak 1 - - -
4 Segulung 1 1 - -
5 Padas 1 - - -
6 Ngranget 1 - - -
7 Joho 1 1 - -
8 Kepet 2 1 - -
9 Dagangan 1 2 - -
10 Jetis 1 1 - -
11 Prambon 2 - - -
12 Banjarejo 1 - - -
13 Mruwak 1 - - -
14 Banjarsari Wetan 1 2 - -
15 Banjarsari Kulon 1 1 - 1

Laporan Akhir 3 - 26
Studi Dampak Lingkungan
TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun

Panjang (km)
Desa /
No Mantri Dokter Dokter
Kelurahan Bidan
Kesehatan Umum Gigi
16 Sewulan 1 1 1 -
17 Sukosari 1 1 - -
Kec. Dagangan 20 14 1 1
Sumber : Kecamatan Dagangan Dalam Angka, 2016

Laporan Akhir 3 - 27

Anda mungkin juga menyukai