Anda di halaman 1dari 4

Kekeringan

Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang
berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu
wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim kemarau yang
panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan
(evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia.

Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan
sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya. Dampak
ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan kekeringan dalam
setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula
menyebabkan kerusakan yang signifikan.[1][2]

Pengertian dan Tanda-tanda Umum Kekeringan


Kekeringan adalah kurangnya air bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya pada suatu
wilayah yang biasanya tidak kekurangan air. Menurut Shelia B. Red (1995) kekeringan
didefinisikan sebagai pengurangan persediaan air atau kelembaban yang bersifat sementara secara
signifikan di bawah normal atau volume yang diharapkan untuk jangka waktu khusus. Dampak
kekeringan muncul sebagai akibat dari kekurangannya air, atau perbedaan-perbedaan antara
permintaan dan persediaan air. Apabila kekeringan sudah mengganggu dampak tata kehidupan,
dan perekonomian masyarakat maka kekeringan dapat dikatakan Bencana.

Menurut Shelia B. Red (1995) kekeringan bisa dikelompokan berdasarkan jenisnya yaitu:
kekeringan meteorologis, kekeringan hydrologis, kekeringan pertanian, dan kekeringan sosial
ekonomi.
1. Kekeringan meteorologis, berasal dari kurangnya curah hujan dan didasarkan pada tingkat
kekeringan relatif terhadap tingkat kekeringan normal atau rata–rata dan lamanya periode kering.
Perbandingan ini haruslah bersifat khusus untuk daerah tertentu dan bisa diukur pada musim
harian dan bulanan, atau jumlah curah hujan skala waktu tahunan. Kekurangan curah hujan
sendiri, tidak selalu menciptakan bahaya kekeringan.
2. Kekeringan hidrologis mencakup mencangkup berkurangnya sumber–sumber air seperti
sungai, air tanah, danau dan tempat–tempat cadangan air. Definisinya mencangkup data tentang
ketersediaan dan tingkat penggunaan yang dikaitkan dengan kegiatan wajar dari sistem yang
dipasok (sistem domestik, industri, pertanian yang menggunakan irigasi). Salah satu dampaknya
adalah kompetisi antara pemakai air dalam sistem–sistem penyimpanan air ini.
3. Kekeringan pertanian adalah dampak dari kekeringan meteorologi dan hidrologi terhadap
produksi tanaman pangan dan ternak. Kekeringan ini terjadi ketika kelembapan tanah tidak
mencukupi untuk mempertahankan hasil dan pertumbuhan rata-rata tanaman. Kebutuhan air bagi
tanaman, bagaimanapun juga, tergantung pada jenis tanaman, tingkat pertumbuhan dan sarana-
sarana tanah. Dampak dari kekeringan pertanian sulit untuk bisa diukur karena rumitnya
pertumbuhan tanaman dan kemungkinan adanya faktor–faktor lain yang bisa mengurangi hasil
seperti hama, alang–alang, tingkat kesuburan tanah yang rendah dan harga hasil tanaman yang
rendah. Kekeringan kelaparan bisa dianggap sebagai satu bentuk kekeringan yang ekstrim, dimana
kekurangan banjir sudah begitu parahnya sehingga sejumlah besar menusia menjadi tidak sehat
atau mati. Bencana kelaparan biasanya mempunyai penyebab–penyebab yang kompleks sering
kali mencangkup perang dan konflik. Meskipun kelangkaan pangan merupakan faktor utama
dalam bencana kelaparan, kematian dapat muncul sebagai akibat dari pengaruh–pengaruh yang
rumit lainnya seperti penyakit atau kurangnya akses dan jasa-jasa lainnya.
4. Kekeringan sosioekonomi berhubungan dengan ketersediaan dan permintaan akan barang–
barang dan jasa dengan tiga jenis kekeringan yang disebutkan diatas. Ketika persediaan barang–
barang seperti air, jerami atau jasa seperti energi listrik tergantung pada cuaca, kekeringan bisa
menyebabkan kekurangan. Konsep kekeringan sosioekonomi mengenali hubungan antara
kekeringan dan aktivitas–aktivitas manusia. Sebagai contoh, praktek–praktek penggunaan lahan
yang jelek semakin memperburuk dampak–dampak dan kerentanan terhadap kekeringan di masa
mendatang.

Gejala terjadinya kekeringan adalah sebgai berikut:


1. Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan dibawah normal dalam satu
musim. Pengukuran kekeringan Meteorologis merupakan indikasi pertama adanya bencana
kekeringan.
2. Tahap kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan air permukaan dan air
tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau dan air tanah.
Kekeringan Hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan.
3. Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah (kandungan air di
dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu
tertentu pada wilayah yang luas yang menyebabkan tanaman menjadi kering dan mengering.

Faktor Penyebab Kekeringan


Faktor-faktor penyebab terjadinya bencana kekeringan:
1. Lapisan tanah tipis
Dengan lapisan tanah yang tipis, air hujan yang terkandung dalam tanah tidak akan bertahan lama.
Hal ini dapat terjadi karena air akan lebih cepat mengalami penguapan oleh panas matahari.
Biasanya bencana kekeringan sering terjadi di daerah pegunungan kars,karena di daerah ini
memiliki lapisan tanah atas yang tipis.
2. Air tanah dalam
Air hujan yang jatuh pada saat musim penghujan, akan meresap jauh ke dalam lapisan bawah
tanah mengingat selain hanya mampu menyimpan air dengan intensitas yang terbatas, tanah juga
tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lebih lama. Hal ini menyebabkan aliran-
aliran air di bawah tanah (sungai bawah tanah) yang dalam, sehingga tanaman tidak mampu
menyerap air pada saat musim kemarau, karena akar yang dimiliki tidak mampu menjangkaunya.
Air tanah yang dalam menyebabkan sumber-sumber mata air mengalami kekeringan di musim
kemarau,karena air yang terdapat jauh di bawah lapisan tanah tidak mampu naik, sehingga
kalaupun ada sumber mata air yang tidak mengalami kekeringan pada musim kemarau, itu
jumlahnya terbatas.
3. Tekstur tanah kasar
Tekstur tanah yang kasar, tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lama. Karena
air hujan yang turun akan langsung mengalir ke dalam, karena tanah tidak mampu menahan laju
air. Di lain sisi, air yang terkandung dalam tanah yang memiliki tekstur yang kasar akan
mengalami penguapan relatif lebih cepat, karena rongga-rongga tanah jelas lebih lebar dan sangat
mendukung terjadinya proses penguapan.
4. Iklim
Dalam hal ini iklim berkaitan langsung dengan bencana kekeringan. Keadaan alam yang tidak
menentu akan berpengaruh terhadap kondisi iklim yang terjadi. Sehingga mengakibatkan
perubahan musim.
Misalnya: Akibat perubahan kondisi iklim, menyebabkan musim kemarau berjalan lebih lama
daripada musim penghujan, dengan musim kemarau yang lebih lama tentunya akan
memungkinkan terjadinya bencana kekeringan. Karena kebutuhan air kurang terpenuhi di musim
kemarau.
5. Vegetasi
Vegetasi juga mempunyai andil terhadap terjadinya kekeringan .Jenis vegetasi tertentu seperti
ketela pohon yang menyerap air tanah dengan intensitas yang lebih banyak, daripada tanaman
lain, tentunya akan sangat menguras kandungan air dalam tanah.
Dan lebih parahnya, penanaman ketela pohon banyak terjadi di daerah pegunungan karst yang
rawan akan bencana kekeringan. Vegetasi lain yang dapat memicu kekeringan adalah tanaman
bambu. Bambu memiliki struktur yang sangat rumit, dan menutupi permukaan tanah (lapisan
tanah atas) di sekitar bambu itu tumbuh. Sehingga kemungkinan tanaman lain untuk tumbuh
sangat kecil. Dengan demikian tanaman yang seharusnya berfungsi untuk menyimpan air tidak
ada atau terbatas jumlahnya.
6. Topografi
Topografi atau tinggi rendah suatu daerah sangat berpengaruh terhadap kandungan air tanah yang
dimiliki. Biasanya daerah yang rendah akan memiliki kandungan air tanah yang lebih banyak
daripada di daerah dataran tinggi. Hal ini disebabkan karena air hujan yang diserap oleh tanah
akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Oleh karena itu air akan lebih
banyak terserap oleh tanah di dataran yang lebih rendah.
Dengan kata lain.di dataran tinggi kemungkinan terjadi bencana kekeringan lebih besar daripada
di dataran rendah. Karena dataran tinggi tidak mampu menyimpan air lebih lama.

Dampak Kekeringan
1. Fisik
a. Kerusakan terhadap habitat spesies ikan dan binatang.
b. Erosi-erosi angin dan air terhadap tanah.
c. Kerusakan spesies tanaman.
d. Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas air (salinisasi).
e. Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas udara (debu, polutan, berkurangnya daya pandang).
f. Kekeringan juga menjadikan tanah menjadi mengeras dan retak-retak, sehingga sulit untuk
dijadikan lahan pertanian.
g. Keadaan suhu siang hari pada saat kekeringan akibat musim kemarau menjadikan suhu udara
sangat tinggi dan sebaliknya pada malam hari suhu udara sangat dingin. Perbedaan suhu udara
yang berganti secara cepat antara siang dan malam menyebabkan terjadinya pelapukan batuan
lebih cepat.
2. Non fisik
a. Ekonomi
1) Kerugian-kerugian produksi tanaman pangan, susu, ternak, kayu, dan perikanan.
2) Kerugian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
3) Kerugian pendapatan petani dan lain-lain yang terkena secara langsung.
4) Kerugian-kerugian dari bisnis turisme dan rekreasi.
5) Kerugian pembangkit listrik tenaga air dan meningkatkan biaya-biaya energy.
6) Kerugian-kerugian yang terkait dengan produksi pertanian.
7) Menurunya produksi pangan dan meningkatnya harga-harga pangan.
8) Pengangguran sebagai akibat menurunnya produksi yang terkait dengan kekeringan.
9) Kerugian-kerugian pendapatan pemerintah dan meningkatnya kejenuhan pada lembaga-
lembaga keuangan.

b. Sosial Budaya
1) Saat terjadi kekeringan, tanah menjadi kering dan pasir lembut atau debu mudah terbawa
angin. Hal ini menyebabkan debu ada dimana, sehingga menimbulkan banyak gejala penyakit
yang berhubungan dengan pernafasan. Banyak orang yang akan sakit flu dan batuk.
2) Pengaruh-pengaruh kekurangan pangan ( kekurangan gizi, kelaparan).
3) Hilangnya nyawa manusia karena kekurangan pangan atau kondisi-kondisi yang terkait
dengan kekeringan.
4) Konflik di antara penggunan air.
5) Masalah kesehatan karena menurunnya pasokan air.
6) Ketidakadilan dalam distribusi akibat dampak-dampak kekeringan dan bantuan pemulihan.
7) Menurunnya kondisi-kondisi kehidupan di daerah pedesaan.
8) Meningkatnya kemiskinan, berkurangnya kualitas hidup.
9) Kekacauan social, perselisihan sipil.
10) Pengangguran meningkat, karena yang tadinya bertani kehilangan mata pencaharian.
11) Migrasi penduduk untuk mendapatkan pekerjaan atau bantuan pemulihan, banyaknya TKI
(tenaga kerja indonesia) yang memilih keluar negeri.

c. Politik
Pemerintah harus bekerja keras untuk membuat kebijakan penanggulangan bencana kekeringan.
Badan khusus penanggulangan bencana juga harus dibentuk, seperti yang sudah dibentuk di
Indonesia yanitu BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).

Anda mungkin juga menyukai