Anda di halaman 1dari 2

Review Film “Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar”

Judul : Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar


Sutradara : Hestu Saputra
Produser : Dhamoo Punjabi
Manoj Punjabi
Pemain : Chelsea Islan (sebagai Merry Riana)
Dion Wiyoko (sebagai Alva)
Kimberly Ryder (sebagai Irene)
Ferry Salim (sebagai Ayah Merry)
Niniek L. Karim (sebagai Mrs. Noor)
Sellen Fernandez (sebagai satpam asrama)
Mike Lucock (sebagai Manager Success Forever)
Cynthia Lamusu (sebagai Ibu Merry)
Tuti Kembang Mentari (sebagai ibu pemain biola)
Tanggal rilis : 24 Desember 2014
Durasi : 105 menit

Struktur review film:

Pendahuluan
Seperti yang kita semua tahu, Merry Riana adalah salah satu motivator yang cukup
fenomenal di Indonesia. Film “Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar” diangkat dari kisah nyata
Merry Riana yang sukses mendapatkan 1 juta dollar pertamanya di Singapura pada usia 26 tahun
setelah melalui banyak rintangan dan tantangan. Kisah Merry Riana menghadapi tahun-tahun
sulitnya hidup di negeri orang menarik untuk diangkat ke layar lebar dan dapat menginspirasi
masyarakat Indonesia terutama kaum muda.

Evaluasi
Film ini diawali dengan adegan kerusuhan yang terjadi pada tahun 1998 dan etnis
Tionghoa menjadi korban, begitu juga dengan Merry Riana yang baru saja lulus SMA. Ia dan
keluarganya ingin melarikan diri ke Singapura karena keadaan pada saat itu sedang tidak aman.
Saat mereka dalam perjalanan ke bandara, mereka dihalangi orang-orang dan diambil hartanya.
Namun mereka tetap melanjutkan perjalanan ke bandara. Mereka berusaha menjual apapun yang
masih tersisa agar dapat membeli tiket. Sayangnya hasil penjualannya hanya dapat dibelikan
untuk satu tiket. Sehingga hanya Merry yang berangkat ke Singapura dengan bekal uang
seadanya.
Adegan berlanjut dimana Merry panik karena tidak menemukan pamannya yang
tinggal di sana. Melalui media social Merry bertemu dengan temannya, Irene, yang kebetulan
kuliah di Nanyang University, Singapura. Merry pun tinggal di kamar asrama Irene walaupun
hal tersebut sebenarnya melanggar aturan asrama. Hingga akhirnya Irene ketahuan berbagi
kamar dengan Merry dan mereka berdua dipanggil untuk menghadap pengawas asrama.
Mereka memohon agar Merry diizinkan tinggal di asrama. Akhirnya terbentuk
kesepakatan bahwa Merry harus mengikuti ujian masuk universitas jika ia ingin tinggal di
asrama. Merry mengikuti ujian tersebut dan lulus. Namun ia mendapat masalah baru. Ia
diharuskan membayar biaya kuliah sebesar $40.000. Merry pun mengajukan Student Loan yang
baru bisa didapat bila ada seseorang sebagai penjaminnya. Irene pun mengenalkan Merry pada
seorang mahasiswa senior bernama Alva dan memintanya menjadi penjamin Merry. Setelah
bersusah payah memintanya, Alva pun bersedia menjadi penjamin Merry.
Merry berpikir bahwa ia harus kuliah dengan benar agar dapat mebanggakan orang
tuanya. Sambil menjalani kuliahnya ia juga berpikir keras untuk mendapatkan pekerjaan dan
mendapatkan uang demi biaya hidupnya di sana. Mulai dari bekerja menyebar brosur,
menginvestasikan uangnya yang berujung pada penipuan, bisnis online, bekerja di Singapore
Flyer, hingga bermain saham yang berisiko tinggi dijalani Merry. Kondisi ekonomi Merry pun
naik turun, mulai dari hanya makan roti hingga makan enak.
Alur berlanjut ketika mulai tumbuh benih-benih cinta antara Alva dengan Merry.
Hingga puncaknya ketika Alva menyatakan cintanya pada Merry, sementara Merry juga tahu
jika sahabatnya Irene jatuh cinta pada Alva. Hingga akhirnya timbul kesalahpahaman di antara
mereka. Walaupun berbagai masalah mucul, Merry tetap berjuang keras untuk dapat melunasi
hutang-hutangnya dan akhirnya meyelesaikan kuliahnya.

Interpretasi
Penggambaran karakter di film ini cukup bagus. Dalam film tersebut, Chelsea Islan
yang menjadi pemeran Merry Riana terlihat menikmati perannya. Aktingnya tampak pas dengan
adegan yang diperankannya. Walaupun ada beberapa mimik wajah dan tingkah laku yang agak
berlebihan, namun ia menjalani perannya dengan baik. Begitu juga dengan pemeran lainnya,
seperti Dion Wiyoko yang berperan sebagai Alva yang menjadi penjamin student loan Merry. Ia
tampil cukup bagus dan aktingnya pas, tidak berlebihan. Akting pemeran lainnya juga cukup
baik dan memiliki porsi yang pas dengan alur cerita.
Selain inspiratif, film ini juga diselingi dengan adegan komedi. Contohnya saja
akting yang diperankan oleh bos Alva di Singapore Flyer. Tingkahnya lucu dan berlebihan,
namun hal tersebut pas dan cocok, sehingga membuat penonton tertawa karena aktingnya.
Secara keseluruhan, para pemain terlihat antusias dan menjalani perannya dengan cukup baik.
Bahasa yang digunakan juga sesuai, tidak terlalu baku dan cukup sopan, sehingga mudah
dipahami penonton.
Berlatarkan negeri Singapura, film ini menampilkan pemandangan indah dari negeri
tersebut. Misalnya adegan yang menyorot Singapore Flyer dari atas dan menampilkan sudut-
sudut di Singapura yang tidak pernah sepi. Hal tersebut memberi gambaran kepada penonton
seperti apa keadaan di Singapura yang sebenarnya. Selain itu terdapat beberapa adegan yang
memang dijadikan bumbu-bumbu supaya film menjadi lebih menarik dan menghibur penonton.
Selain hal tersebut, juga terdapat beberapa kekurangan dalam film. Keadaan
Singapura yang ditunjukkan dalam film tidak sesuai dengan latarnya pada tahun 1998,
melainkan latar negara tersebut saat adegan film diambil. Juga dengan perangkat-perangkat dan
gaya berpakaian yang lebih mencerminkan gaya sekarang ini. Selain itu juga terdapat
penempatan iklan yang kurang tepat di beberapa adegan.
Untuk alur dan tema filmnya, dengan judul “Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar”
seharusnya lebih menonjolkan adegan dimana tokoh utama menggapai sukses dan akhirnya
mendapat sejuta dollar. Namun dalam film ini lebih ditonjolkan kisah percintaan antara Merry
dan Alva. Hingga sampai adegan akhir film pun hanya menyorot hingga Merry menyelesaikan
kuliahnya di Singapura, belum sampai menceritakan adegan dimana Merry mendapatkan 1 juta
dollar pertamanya sesuai dengan judul.

Ringkasan

Anda mungkin juga menyukai