Anda di halaman 1dari 17

Penyelam :

1. Pratama Diffi Samuel, S.Pi, M.Ling


2. Andi Harwi Pratama, S.Pi
3. Deddy Sulaiman

2019
LAPORAN HASIL SURVEY
Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
Di Perairan Teluk Palu

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. i


DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1-1
BAB 2 METODE PELAKSANAAN ..................................................................................... 2-1
2.1 LOKASI ............................................................................................................ 2-1
2.2 METODE .......................................................................................................... 2-2
BAB 3 HASIL PENGAMATAN ............................................................................................ 3-1
3.1 TERUMBU KARANG ....................................................................................... 3-1
3.2 IKAN KARANG ................................................................................................ 3-3

i
LAPORAN HASIL SURVEY
Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
Di Perairan Teluk Palu

Tabel 2.1 Koordinat titik pengambilan data dan kondisi lingkungan penyelaman ........... 2-1
Tabel 2.2 Kelompok ikan karang yang menjadi target pengamatan ................................ 2-4
Tabel 3.1 Data Hasil Pengamatan Terumbu Karang di Perairan Pantai Teluk Palu. ...... 3-1
Tabel 3.2 Jumlah Individu Ikan Target Pengamatan ........................................................ 3-4

ii
LAPORAN HASIL SURVEY
Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
Di Perairan Teluk Palu

Gambar 2.1 Lokasi Pengamatan ...................................................................................... 2-2


Gambar 2.2 Cara pencatatan data koloni karang dengan metode transek garis
(LIT) ............................................................................................................... 2-2
Gambar 2.3 Teknik Sensus (Johan, 2003) ....................................................................... 2-3
Gambar 3.1 Grafik persentase kondisi substrat dasar pada ekosistem terumbu
karang di lokasi pengamatan (a) T1; (b) T2.................................................. 3-3
Gambar 3.2 Grafik hasil pengamatan ikan karang ........................................................... 3-5
Gambar 3.3 Kondisi dasar perairan di lokasi stasiun T3 .................................................. 3-6

iii
LAPORAN HASIL SURVEY
Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
Di Perairan Teluk Palu

Terumbu karang adalah ekosistem khas daerah laut tropis hingga subtropis yang
terletak antara 30 derajat lintang utara dan selatan ekuator. Karang tumbuh dan
berkembang pada daerah yang relatif dangkal, hangat dan umumnya dekat dengan pantai.
Perairan jernih dengan penetrasi cahaya yang baik sangat diperlukan untuk menunjang
kelangsungan hidupnya, serta temperatur air laut antara 15 – 30oC dan salinitas air antara
30 – 35o/oo. Habitat hidup terumbu karang pada kedalaman antara 1 – 30 meter, namun
dapat juga ditemukan hingga kedalaman 50 meter, dengan gelombang atau ombak tidak
terlalu besar serta perbedaan tinggi pasang dan surut yang tidak terlalu jauh. Ekosistem
terumbu karang mempunyai produktivitas dan keanekaragaman jenis fauna yang tinggi.
Selain itu ekosistem terumbu karang merupakan tempat hidup, tempat mencari makan
(feeding ground), daerah asuhan (nursery ground) dan tempat memijah (spawning ground)
untuk berbagai biota laut antara lain jenis-jenis invertebrata dan ikan karang.

Terumbu karang terdiri atas polip-polip karang dan organisme-organisme kecil lain
yang hidup dalam koloni. Bila polip karang mati, ia meninggalkan struktur yang keras
membatu terdiri atas bahan mineral mengandung kalsium (limestone). Terumbu karang
dapat berfungsi sebagai pelindung (shelter) untuk berbagai fauna yang hidup di dalam
kompleks habitat terumbu karang ini seperti sponge (sponges), akar bahar, kima, berbagai
ikan hias, ikan kerapu (grouper), anemone, teripang, bintang laut, lobster (crustacea),
penyu laut, ular laut, siput laut, moluska dan lain-lain. Karakteristik yang paling mengemuka
dari ikan-ikan yang hidup di lingkungan habitat karang adalah keanekaragamannya dalam
hal jumlah spesies dan perbedaan morfologinya. Diperkirakan daerah Indo-Pasifik memiliki
ikan-ikan karang sebanyak 4000 spesies (sebesar 18% dari ikan laut), jenis ikan-ikan ini
hidup berasosiasi dengan habitat terumbu karang, dan angka perkiraan ini cenderung
meningkat dengan bertambahnya survei-survei eksplorasi daerah habitat karang baru yang
terus dilakukan.

Terumbu karang sangat sensitif terhadap pengaruh kegiatan manusia, pada


umumnya ekosistem terumbu karang sudah mengalami tekanan karena adanya

1-1
LAPORAN HASIL SURVEY
Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
Di Perairan Teluk Palu

pemanfaatan sumberdaya yang berlebihan sehingga kondisi terumbu karang telah banyak
mengalami penurunan (Supriharyono, 2000). Pemantauan kondisi terumbu karang di 583
stasiun pengamatan, hasilnya Indonesia mempunyai 590 spesies terumbu karang yang
tersebar di hampir seluruh wilayah tanah air dan dengan persentase terumbu karang yang
dikelompokkan dalam kategori sangat baik sebesar 6,83%, baik 25,72%, sedang 36,87%
dan rusak 30,58%. Data ini menunjukkan bahwa terumbu karang Indonesia dalam kondisi
yang mengkhawatirkan dan ini dapat meminimalkan fungsi dan jasa ekosistem yang akan
berdampak terhadap keberadaan ikan karang dan biota laut lainnya (Suharsono, 2004).
Keberadaan terumbu karang sangat besar manfaatnya bagi organisme yang hidup pada
ekosistem ini, khususnya adalah komunitas ikan karang. Korelasi antara karang hidup
dengan komunitas ikan karang adalah terumbu karang menyediakan makanan untuk ikan,
tidak hanya untuk ikan pemakan karang tetapi juga untuk ikan pemangsa yang bergantung
pada karang hidup. Penurunan nilai tutupan karang menyebabkan suatu pengurangan
yang drastis pada keanekaragaman ikan karang, baik di area tertutup maupun di area
terbuka bagi penangkapan ikan (Tarigan dkk, 2009). Sebaliknya terumbu karang yang
sehat dapat meningkatkan persentase tutupan karang yang menjamin keberadaan ikan
karang dan mendukung keanekaragaman ikan karang (Jones et al., 2004).

Ikan karang adalah kelompok terbesar dari biota asosiasi terumbu karang. Ikan
karang menggunakan terumbu karang sebagai tempat untuk mencari makan, berlindung,
memijah dan tempat asuhan. Sebagai biota asosiasi, ikan karang akan merespon
perubahan kondisi yang terjadi pada ekosistem terumbu karang melalui perubahan
komunitasnya. Sehingga secara ekologis keberadaan ikan karang dapat dijadikan sebagai
salah satu parameter bioindikator untuk menilai kesehatan ekosistem terumbu karang.

Monitoring kualitas lingkungan perairan dilakukan guna merumuskan dan


mengevaluasi upaya-upaya serta aktifitas apa saja yang diperlukan untuk menjaga
sumberdaya lingkungan yang ada. Pemerintah maupun steakholder diharapkan berperan
dalam proses pembangunan agar dapat mengontrol baik dampak positif yang harus
ditingkatkan maupun dampak negatif yang harus dikendalikan

1-2
LAPORAN HASIL SURVEY
Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
Di Perairan Teluk Palu

2.1 LOKASI
Lokasi pengambilan data ekosistem terumbu karang adalah perairan Pantai Teluk
Palu, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Stasiun pengamatan atau lokasi pengambilan data
sebanyak tiga titik stasiun; yaitu T1, T2 dan T3. Stasiun T1 dan T2 terletak disisi sebelah
timur pantai Kota Palu, sedangkan stasiun T3 disisi sebelah barat. Koordinat titik
pengambilan data dan kondisi lingkungan penyelaman dapat dilihat pada Tabel 2.1
sebagai berikut.

Tabel 2.1 Koordinat titik pengambilan data dan kondisi lingkungan penyelaman

ID T1 T2 T3
Location Kampung Nelayan Kampung Nelayan Swiss Bell
Coordinated S 0°51'34.72" 0°51'44.93" 0°52'30.87"
E 119°52'42.92" 119°52'40.22" 119°50'12.16"
Date 31/10/2019 31/10/2019 01/11/2019
Time WITA 06.36 07.51 06.54
Dive Time Min 20 30 27
Depth Max 6,1 20,2 7,9
Depth Avg 4,1 9,7 4,2
Visibility m 10 15 0,3
Temperature °C 29 29 29
Diver 1 P. Diffi Samuel P. Diffi Samuel P. Diffi Samuel
2 Andi H.P Andi H.P Andi H.P
3 Deddy Sulaiman Deddy Sulaiman Hamid

Titik stasiun pengamatan adalah di wilayah perairan Teluk Palu dengan kawasan
perkotaan yang padat dengan berbagai aktifitas di darat yang sangat beragam. Peta lokasi
pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini.

2-1
LAPORAN HASIL SURVEY
Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
Di Perairan Teluk Palu

Gambar 2.1 Lokasi Pengamatan

2.2 METODE
Pengamatan ekosistem terumbu karang dalam kegiatan ini menggunakan metode
Line Intersept Transect (LIT) atau tansek garis dengan panjang 30 meter. Pengamatan
dilakukan dengan mengidentifikasi bentuk pertumbuhan karang yang berada dalam transek
garis, kemudian dihitung besar persentase kategori dan tutupan karangnya (English, et
al.1994). Cara pencatatan koloni karang dengan metode transek garis dapat dilihat pada
Gambar 2.2. Adapun materi dalam pengambilan data ekosistem terumbu karang ini
adalah:
1. Menghitung persentase tutupan karang hidup di dalam transek garis
2. Menentukan status kondisi karang hasil pengamatan di dalam transek garis
3. Menghitung jumlah dan jenis ikan karang yang tercatat dalam transek

Gambar 2.2 Cara pencatatan data koloni karang dengan metode transek garis (LIT)

2-2
LAPORAN HASIL SURVEY
Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
Di Perairan Teluk Palu

Metode transek garis digunakan untuk menggambarkan kondisi ekosistem terumbu


karang dengan melihat tutupan karang hidup, karang mati, bentuk substrat, alga dan
keberadaan biota lainnya. Pengukuran dilakukan dengan tingkat ketelitian mendekati
centimeter (cm). Dalam survei ini satu koloni dianggap satu individu. Jika dua atau lebih
koloni tumbuh di atas koloni yang lain, maka masing-masing koloni tetap dihitung sebagai
koloni yang terpisah. Panjang tumpang tindih koloni dicatat yang nantinya akan digunakan
untuk menganalisa kelimpahan jenis (Johan, 2003). Dalam kegiatan ini, transek garis yang
digunakan sepanjang 30 m sejajar garis pantai dan dalam kedalaman yang konsisten, yaitu
4 – 4,5 meter.
Metode yang digunakan dalam pengamatan ikan adalah metode coral reef fish visual
sensus. Metode coral reef fish visual sensus adalah metode untuk mengumpulkan data
kualitatif dan kuantitatif ikan karang. Metode visual sensus dikembangkan oleh ASEAN
AUSTRALIA PROJECT (DARTNALL & JONES 1986 dalam ENGLISH et all 1997).
Peralatan yang digunakan adalah peralatan selam (SCUBA DIVING), alat tulis bawah air
dan roll meter. Transek 30 m dibuat sejajar tubir atau garis pantai, dengan pengamatan 2,5
m sebelah kiri dan kanan garis transek. Luas pengamatan tiap transek 30 x (2 x 2,5m) =
150 meter persegi (Gambar 2.3)

Gambar 2.3 Teknik Sensus (Johan, 2003)

Metode ini merupakan gabungan dari dua teknik yaitu, penghitungan dan monitoring
ikan. Pertama, teknik untuk mendeteksi perbedaan kumpulan ikan karang di area yang
berbeda dengan menggunakan kategori kelimpahan. Dan yang kedua adalah tehnik
menghitung ikan individu (English, et al.1994). Prosedur dari metode coral reef visual
sensus adalah:

2-3
LAPORAN HASIL SURVEY
Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
Di Perairan Teluk Palu

1. Menunggu sekitar 5-15 menit setelah membentangkan transek sebelum menghitung


untuk menormalkan kembali tingkah laku ikan
2. Penyelam bergerak secara perlahan-lahan sepanjang transek, kemudian mencatat
spesies ikan dan menghitung jumlah masing-masing ikan yang ditemui dengan jarak
pengamatan 2,5 m ke samping dan 5 m ke atas transek

Analisa data persentase tutupan karang (Coral Reef Percent Cover), antara lain
sebagai berikut :
1. Persentase tutupan terumbu karang hidup, yang dihitung menggunakan persamaan
sebagai berikut (English, et al. 1994):

Persentase tutupan karang = Panjang intersep per lifeform


Total panjang transek X 100%

2. Secara umum, baik buruknya kondisi terumbu karang ditentukan oleh tinggi rendahnya
nilai persentase tutupan karang hidupnya. Penentuan kondisi status terumbu karang
menurut Australian Institut of Marine Science yaitu:
 Kategori terumbu karang hancur/rusak (0 – 24,9%)
 Kategori terumbu karang sedang (25 – 49,9%)
 Kategori terumbu karang baik (50 – 74,9%)
 Kategori terumbu karang sangat baik (75 – 100%)

Penentuan jenis ikan dibantu dengan buku panduan identifikasi ikan karangan
Kuiter (1992) dan Masuda & Allen (1987) dan beberapa buku ikan karang karya Allen
(2000); Allen and Steene (1996); Allen et.al. (2003); Froese and Pauly (2000); Randall
et.al. (1997). Pencatatan jenis ikan berdasarkan kelompok fungsional (functional
group) yang dipercaya mempunyai fungsi ekologi yang menentukan bagi
kelangsungan hidup ekosistem terumbu karang. Kelompok ikan fungsional tersebut
ada dalam masing-masing kelompok ikan karang yaitu: karnivora, herbivora, dan
koralivora. Ikan target pengamatan yang dicatat dalam kegiatan monitoring ini tersaji
pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kelompok ikan karang yang menjadi target pengamatan

Kategori/kelompok Famili
Coralivor Chaetodontidae
Herbivor Siganidae
Scaridae
Acanthuridae

2-4
LAPORAN HASIL SURVEY
Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
Di Perairan Teluk Palu

Kategori/kelompok Famili
Karnivor Serranidae
Lutjanidae
Lethrinidae
Haemulidae
Spesies ikan langka, Semua jenis ikan yang terancam, termasuk
terancam dan semua jenis pari dan hiu, serta penyu.
dilindungi

2-5
LAPORAN HASIL SURVEY
Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
Di Perairan Teluk Palu

3.1 TERUMBU KARANG


Hasil pengamatan ekosistem terumbu karang yang sudah dilakukan di Perairan
Pantai Teluk Palu, Kota Palu, Sulawesi Tengah pada tanggal 30 Oktober – 1 November
2019 tersaji pada Tabel 3.1. Monitoring terumbu karang ini dilakukan pada satu kedalaman
untuk masing-masing titik stasiun pengamatan, serta titik penyelaman berada kurang lebih
berjarak 50 meter dari garis pantai. Berikut ini adalah hasil monitoring yang sudah
dilakukan:

Tabel 3.1 Data Hasil Pengamatan Terumbu Karang di Perairan Pantai Teluk Palu.

Group Life form Code Percent Cover (%)


Hard Coral T1 T2 T3
1 Acropora branching ACB 0,0 0,0
2 Acropora submassive ACS 0,0 0,0
3 Acropora tabulate ACT 0,0 0,0
4 Coral branching CB 0,0 0,0
5 Coral encrusting CE 2,4 3,6
6 Coral foliose CF 0,0 0,0
7 Coral massive CM 5,2 3,1
8 Coral mushroom CMS 0,0 0,0
9 Coral submassive CSM 0,8 1,0
Death Coral
10 Dead Coral DC 21,4 16,5
11 Dead Coral with Algae DCA 7,6 6,3
12 Hard Coral Bleaching HCB 0,0 0,0
Algae
12 Algae Assemblage AA 5,0 4,1
13 Macro Algae MA 3,1 2,3
14 Turf Algae TA 2,3 1,4
15 Coralline Algae CA 2,6 4,9
Other biota
16 Soft coral SC 0,0 0,0
17 Spong SP 5,7 4,4

3-1
LAPORAN HASIL SURVEY
Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
Di Perairan Teluk Palu

Group Life form Code Percent Cover (%)


Hard Coral T1 T2 T3
18 Other OT 2,1 3,6
Abiotic
19 Rock RC 9,5 10,2
20 Ruble RB 1,9 0,0
21 Sand SD 0,7 10,8
22 Silt SI 29,7 27,7
Total 100,0 100,0 0,00
Summary
Hard Coral 8,4 7,8 0,00
Death Coral 29,0 22,8 0,00
Algae 13,0 12,7 0,00
Other Biota 7,8 8,0 0,00
Abiotic 41,9 48,7 0,00

Data diatas menunjukkan bahwa persentase tutupan karang (Hard coral) hidup
sebesar 8,4% pada stasiun T1 dan 7,8% pada stasiun T2, hal tersebut menggambarkan
bahwa tutupan karang yang ada di perairan pantai Teluk Palu berada pada kondisi
rusak/hancur (0 – 24,9%). Untuk terumbu karang yang mati (Death coral) sebesar (T1)
29,0% dan (T2) 22,8%. Tutupan substrat dasar perairan di lokasi pengambilan data pada
stasiun T1 dan T2 di dominasi oleh komponen abiotic berupa batu dan endapan lumpur
yaitu sebesar (T1) 41,9% dan (T2) 48,7%. Faktor penyebab kondisi dasar perairan yang
seperti tersebut perlu pengkajian lebih lanjut. Namun demikian asumsi awal dapat
dinyatakan bahwa kondisi tersebut adalah akibat dari peristiwa gelombang besar atau
tsunami yang terjadi pada tahun 2018. Faktor lain adalah adanya muara sungai besar yaitu
Sungai Palu yang setiap hari membawa sejumlah besar lumpur dan sedimen ke wilayah
perairan serta faktor-faktor lingkungan di sekitar pantai seperti aktifitas manusia baik
industri, pariwisata, pemukiman maupun aktifitas nelayan. Biota lain-lain (Other biota)
mempunyai persentase sebesar (T1) 7,8% dan (T2) 8,0% serta Algae sebesar (T1) 13,0%
dan (T2) 12,7%. Besarnya persentase alga di perairan ini cukup tinggi, nilai tersebut
normal terjadi pada perairan yang dekat dengan pemukiman atau muara sungai yang
mendapat banyak masukan limbah atau bahan organik terlarut kedalam badan air. Grafik
persentase kondisi substrat dasar pada ekosistem terumbu karang di lokasi pengamatan
dapat dilihat pada Gambar 3.1.

3-2
LAPORAN HASIL SURVEY
Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
Di Perairan Teluk Palu

Terumbu Karang
60.00
48.690
50.00
41.860
40.00
Persentase

28.960
30.00
22.810
12.970
20.00
8.430 12.690 8.00
10.00 7.780 7.780

.00
Hard Coral Death Coral Algae Other Biota Abiotic
Kategori

T1 T2

Gambar 3.1 Grafik persentase kondisi substrat dasar pada ekosistem terumbu karang di
lokasi pengamatan (a) T1; (b) T2

3.2 IKAN KARANG


Dari sekian banyak kelompok ikan karang yang berasosiasi langsung dan tidak
langsung dengan ekosistem terumbu karang, ada beberapa kelompok atau grup yang
dianggap sebagai kelompok kunci. Kelompok ini disebut kelompok fungsional (functional
group) dipercaya mempunyai fungsi ekologi yang menentukan bagi kelangsungan hidup
ekosistem terumbu karang. Kelompok ikan fungsional tersebut ada dalam masing-masing
kelompok ikan karang yaitu: karnivora, herbivora, dan koralivora. Ikan terumbu karang
kelompok herbivora meliputi ikan dari famili Scaridae, Siganidae dan Acanthuridae,
sedangkan ikan terumbu karang kelompok karnivora meliputi ikan dari famili Serranidae,
Lutjanidae, Lethrinidae dan Haemulidae. Jenis ikan koralivora adalah kelompok
Chaetodontidae.
Kelompok ikan koralivora dipercaya mempunya fungsi penting dalam jaring makanan
yang berhubungan dengan kelompok karang mangsanya, invertebrata dan koralivora lain
serta predator tingkat tinggi (Glynn, 2004). Kelompok ini mempunyai keanekaragaman
morfologi dan ekologi yang tinggi dari kelompok lainnya. Ada lebih kurang 128 spesies ikan
koralivora yang terbagi dalam 11 family dan 69 spesies termasuk dalam family
Chaetodontidae. Sekitar sepertiga ikan koralivora secara eksklusif makanannya

3-3
LAPORAN HASIL SURVEY
Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
Di Perairan Teluk Palu

bergantung pada spesies karang dimana lebih dari 80% makanannya bersumber dari
organisme karang (Cole, et al. 2008).
Kajian ikan karang dilakukan dengan mengidentifikasi dan menghitung jumlah relatif
dari family ikan kelompok fungsional yang diwakili oleh beberapa family seperti tersebut
diatas. Metode sampling untuk ikan karang dilakukan secara visual dengan metode belt
transek. Dimana satu belt transek sepanjang 30 meter. Transek 30 m dibuat sejajar tubir
atau garis pantai, dengan pengamatan 2,5 m sebelah kiri dan kanan garis transek. Luas
pengamatan tiap transek 30 x (2 x 2,5m) = 150 meter persegi. Hasil pengamatan
menunjukan beberapa family ikan karang yang terbagi dalam 8 kelompok/family ikan target
dan kelompok ikan lainnya sepeti terlihat pada Tabel 3.2 dibawah ini:

Tabel 3.2 Jumlah Individu Ikan Target Pengamatan

Jumlah Individu
No Jenis (Family)
T1 T2 T3
Kelompok Ikan Herbivora
1 Acanthuridae (Surgeonfish) 1 0 0
2 Scaridae (Parrotfishes) 0 0 0
3 Siganidae (Rabbitfishes) 0 0 0
Kelompok Ikan Karnivora
4 Lethrinidae (Emperor Bream) 0 2 0
5 Haemulidae (Sweetlips) 1 0 0
6 Serranidae (Groupers) 2 1 0
7 Lutjanidae (Snappers) 4 3 0
Kelompok Ikan Koralivora
8 Chaetodontidae (Butterflyfishes) 5 4 0
Total Jumlah Individu 13 10 0

Hasil pengamatan ikan karang yang dilakukan di Perairan Teluk Palu, pada stasiun
T1 ditemukan 1 individu ikan herbivora dari family Achanturidae (1 individu). Jumlah
individu yang termasuk ke dalam kelompok karnivora sebanyak 7 individu, yaitu 1 individu
dari family Haemulidae, 2 individu dari family Serranidae dan 4 individu dari family
Lutjanidae. Pada stasiun T2, tidak ditemukan individu ikan herbivora. Jumlah individu yang
termasuk ke dalam kelompok karnivora sebanyak 6 individu, yaitu 2 individu dari family
Lethrinidae, 1 individu dari family Serranidae dan 3 individu dari family Lutjanidae. Berikut
adalah grafik jumlah individu ikan target hasil pengamatan di perairan Teluk Palu (Gambar
3.2).

3-4
LAPORAN HASIL SURVEY
Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
Di Perairan Teluk Palu

Ikan Indikator

Chaetodontidae (Butterflyfishes)
Lutjanidae (Snappers)
Serranidae (Groupers)
Haemulidae (Sweetlips)
Lethrinidae (Emperor Bream)
Siganidae (Rabbitfishes)
Scaridae (Parrotfishes)
Acanthuridae (Surgeonfish)

0 1 2 3 4 5 6
Jumlah Individu T1 Jumlah Individu T2

Gambar 3.2 Grafik hasil pengamatan ikan karang

Hasil pengambilan data diatas menunjukan persentase tutupan terumbu karang


dan jumlah individu ikan karang pada lokasi stasiun T1 dan T2. Pengambilan data pada
lokasi T3 tidak dilakukan dengan menggunakan cara atau metode seperti pada lokasi
stasiun T1 dan T2, hal ini dikarenakan pada lokasi stasiun T3 tidak terdapat tutupan
terumbu karang di dasar perairannya. Penyelaman pada lokasi stasiun T3, dilakukan pada
kedalaman 3 – 8 meter menyusuri garis pantai sisi sebelah barat Teluk Palu dengan jarak
lebih kurang 100 meter. Hal ini bertujuan untuk mancari komunitas terumbu karang di
dasar perairan. Kondisi seluruhnya dari substrat dasar perairan di stasiun T3 adalah
berupa lumpur dengan ketebalan sedimen antara 2 – 25 cm. Kondisi visibility atau jarak
pandang didalam air saat meyelam di lokasi stasiun T3 lebih kurang 0,5 meter. Hal ini
dikarenakan kondisi perairan yang keruh akibat dari aliran lumpur/sedimentasi air sungai
yang mengalir ke arah lokasi penyelaman. Kondisi dasar perairan di lokasi stasiun T3
dapat dilihat pada Gambar 3.3.

3-5
LAPORAN HASIL SURVEY
Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
Di Perairan Teluk Palu

Gambar 3.3 Kondisi dasar perairan di lokasi stasiun T3

3-6

Anda mungkin juga menyukai