LAPORAN LENGKAP
OLEH:
Tanggal Pengesahan:
Makassar, November 2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita
nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu
kesempatan untuk menyelesaikan Laporan Praktikum Teknik Rehabilitasi Ekosistem
Mangrove Di Tambak Pendidikan Universitas Hasanuddin ini dengan tepat waktu.
Dalam melakukan percobaan ini, tentunya banyak sekali hambatan yang telah
penulis rasakan, oleh sebab itu, kami berterimakasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah ini, koordinator asisten, dan para asisten yang telah meluangkan waktunya
untuk membimbing praktikan dari awal praktikum sampai laporan praktikum ini dapat
terselesaikan.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada laporan ini dapat ditemukan banyak
sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penyusun benar-
benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami tulis di
masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.
Semoga laporan percobaan ini dapat memberikan manfaat untuk semua yang
membaca. Sekian dan terima kasih
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................vi
I. PENDAHULUAN....................................................................................................................1
I.1 Latar Belakang................................................................................................................1
I.2 Tujuan Dan Kegunaan..................................................................................................1
I.3 Ruang Lingkup...............................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................3
II.1 Pengertian Rehabilitasi...............................................................................................3
II.2 Fungsi dan Peranan Rehabilitasi Mangrove..........................................................3
II.3 Pemilihan Lokasi dan Kesesuaian Jenis Mangrove.............................................4
II.4 Cara Memilih Bibit, Pembibitan, Penanaman, Pemeliharaan.............................4
II.5 Teknik-Teknik Rehabilitasi.........................................................................................9
II.6 Jenis Mangrove yang Dipilih....................................................................................10
III. METODE PRAKTIK..........................................................................................................12
III.1 Waktu dan Tempat.....................................................................................................12
III.2 Alat dan Bahan...........................................................................................................12
III.3 Prosedur Kerja...........................................................................................................13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................................14
IV.1 Hasil..............................................................................................................................14
IV.2 Pembahasan...............................................................................................................14
V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................................16
V.1 Kesimpulan..................................................................................................................16
V.2 Saran.............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................17
LAMPIRAN..............................................................................................................................19
iv
DAFTAR GAMBAR
v
I. PENDAHULUAN
Tujuan dari praktik lapang ini adalah untuk mengetahui tahapan dalam
melakukan rehabilitasi mangrove dan jenis mangrove apa saja yang dapat ditanam di
Tambak Pendidikan Universitas Hasanuddin, Desa Bojo, Kecamatan Mallusetasi,
Kabupaten Barru.
1
Kegunaan dari praktikum ini yaitu dapat memulihkan kondisi lingkungan yang
telah mengalami degradasi melalui rehabilitasi mangrove, serta menghijaukan
lingkungan pesisir dan pantai melalui rehabilitasi mangrove.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
6) Mitigasi perubahan iklim melalui penyerapan CO2 dari udara, dll.
Pemilihan jenis mangrove juga harus disesuaikan dengan lahan yang akan
direhabilitasi. Beberapa jenis mangrove yang cocok untuk kondisi lahan tertentu
menurut Bengen (2006) adalah sebagai berikut :
4
Untuk memperoleh bibit mangrove yang baik, pengumpulan buah (propagule)
dapat dilakukan antara bulan September hingga bulan Maret, dengan karakteristik
sebagai berikut berdasarkan jenis tanaman mangrove (Fitriadi,2005):
1) Bakau (Rhizophora spp.), buah sebaiknya dipilih dari pohon yang telah berusia di
atas 10 tahun, buah yang baik dicirikan oleh hampir lepasnya bonggol buah dan
batang buah, ciri buah yang sudah matang
2) Bakau besar (Rhizophora mucronata): warna buah hijau tua atau kecoklatan
dengan kotiledon (cincin) berwarna kuning
3) Bakau kecil (Rhizophora apiculata): warna buah hijau kecoklatan dan warna
kotiledon merah.
4) Tancang (Bruguiera spp.), buah dipilih dari pohon yang berumur antara 5-10 tahun,
ciri buah yang matang: batang buah hampir lepas dari bonggolnya
5) Api-api (Avicennia spp.), bogem (Sonneratia spp.) dan bolicella (Xylocarpus
granatum)
ciri buah yang matang: warna kecoklatan, agak ketas dan bebas dari hama
penggerek
lebih baik buah yang sudah jatuh dari pohon
b. Pembibitan
Buah (propagul) mangrove untuk bibit sebaiknya berasal dari daerah setempat,
telah matang dan berkualitas bagus. Sebelum digunakan untuk pembibitan buah
disimpan sementara waktu dengan cara memasukkannya ke dalam ember atau bak
yang berisi air penuh dengan posisi tegak dan diletakkan di tempat yang terlindung dari
sinar matahari. Lama penyimpanan maksimal adalah 10 hari. Untuk menyemaikan
buah mangrove, lumpur dimasukkan ke dalam polibek. Selanjutnya, buah mangrove
disemaikan ke dalam polibek masing-masing 1 buah. Tempat penyemaian buah
mangrove sebaiknya dipilih yang berdekatan dengan lokasi penanaman dengan
perendaman kurang lebih 20 40 kali/bulan. (Kitamura dalam Priyono, 2010).
Rhizophora spp
Buah yang digunakan untuk pembibitan, sebaiknya dipilih dari pohon mangrove
yang berusia diatas 10 tahun. Buah yang baik, dicirikan oleh hampir lepasnya hipokotil
dari buahnya. Buah yang sudah matang dari Rhizophora spp, dicirikan dengan warna
5
buah hijau tua atau kecoklatan, dengan kotiledon (cincin) berwarna kuning atau merah.
Media yang digunakan untuk pembibitan adalah sedimen dari tanggul bekas tambak
atau sedimen yang sesuai dengan karakteristik pohon induknya. Media dibiarkan
selama kurang lebih 24 jam agar tidak terlalu lembek. Media tanam yang sudah
disediakan, dimasukkan ke dalam kantong plastik hitam (polibek) berukuran lebar 12
cm dan tinggi 20 cm, yang telah diberi lubang keci-kecil kurang lebih 10 buah. Buah
disemaikan masing-masing 1 buah dalam setiap polibek. Buah ditancapkan kurang
lebih sepertiga dari total panjangnya (± 7 cm). Setiap 6-10 buah, diikat menjadi satu
agar tidak mudah rebah. Ikatan dibuka setelah daun pertama keluar. Daun pertama
akan keluar setelah 1 bulan, daun ketiga akan keluar setelah 3 bulan.
Bruguiera spp
Buah dipilih dari pohon yang berumur antara 5-10 tahun. Buah dipilih yang
sudah matang dicirikan oleh hampir lepasnya batang buah dari bonggolnya dan warna
hipokotil merah kecoklatan atau hijau kemerahan. Buah yang terkumpul tidak perlu
dicuci dengan air tapi cukup dibersihkan dengan lap dan dipilih buah yang segar,
sehat, bebas hama dan penyakit, belum berakar dan panjang hipokotilnya 10-20 cm.
Kelopak buah jangan dicabut atau dilepaskan dengan paksa karena dapat merusak
buah. Media yang digunakan untuk pembibitan sama dengan Rhizophora spp. Semua
pekerjaan selalu dilakukan di bawah naungan (tidak mendapat sinar matahari secara
langsung), supaya buah tidak kering. Sebelum penyemaian, polibek dibiarkan
tergenang oleh pasang. Penyemaian dilakukan pada awal pasang purnama, dimana
penggenangannya dapat mencapai hipokotil buah. Penyemaian Bruguiera spp seperti
pada Rhizophora spp, tetapi tidak usah diikat. Ceriops spp Ciri kematangan buah
adalah kotiledon berwarna kuning dengan panjang kotiledon 1 cm atau lebih dan
hipokotil berwarna hijau kecoklatan. Buah yang terkumpul dicuci bersih dan buahnya
dilepas. Kemudian, dipilih buah yang panjang hipokotilnya 20 cm atau lebih. Penyiapan
media untuk Ceriops spp sama dengan penyiapan media semai Rhizophora spp.
Penyemaian buah Ceriops spp sama dengan Bruguiera spp.
Excoecaria spp
Warna buah dari Excoecaria spp yang telah matang adalah kuning kecoklatan.
Buah berbentuk bulat kecil-kecil dan akan jatuh setelah matang. Biji dipilih yang padat
dan mempunyai diameter 3 mm atau lebih. Media yang digunakan untuk pembibitan
sama dengan Rhizophora spp. Excoecaria spp pembibitannya tidak langsung
dilakukan pada polibek. Biji dari Excoecaria spp ditebar di parit yang berisi media dan
6
terlindung dari cahaya matahari secara langsung. Parit dibuat di darat untuk
menghindari biji terbawa arus. Setelah daun Excoecaria spp tumbuh 3-5 buah, bibit
bisa dicabut dan dipindahkan ke polibek. Setiap satu polibek ditanami satu bibit.
Avicennia spp
Ciri kematangan buah adalah warna kulit buah kekuningan, dan kadang kulit
buah sedikit terbuka. Buah yang sudah matang mudah terlepas dari kelopaknya. Buah
dilepas dari kelopaknya dan dipilih buah yang bebas hama dan beratnya 1,5 gram atau
lebih. Setelah kelopak dilepas, buah direndam dalam air selama satu hari agar
terkelupas kulitnya. Buah yang belum terkelupas kulitnya, dapat dikupas dengan
tangan. Kemudian, buah dipindahkan ke dalam ember berisi air payau yang bersih.
Penyiapan media semai Avicennia spp tidak berbeda dengan Rhizophora spp. Polibek
disiram hingga cukup basah, barulah dilakukan persemaian. Buah disemaikan masing-
masing satu buah dalam satu polibek, dengan cara ditancapkan kurang lebih sepertiga
panjang buah ke dalam tanah/media.
c. Penanaman
Perlu diketahui bahwa penentuan jenis mangrove untuk ditanam disuatu lokasi
harus disesuaikan dengan kondisi substratnya dan budaya masyarakat lokal setempat.
Beberapa hal yang kami temui dilapangan menginformasikan bahwa jenis – jenis
mangrove tertentu cenderung “tidak” disukai untuk ditanam di daerah tertentu, sebagai
contoh di Surodadi, misalnya jenis mangrove Rhizopora spp cenderung tidak bnyak
ditanam tetapi ditebangi, karena di wilayah tersebut perakaran Rhizopora spp
ditengarai telah menyebabkan jebolnya tanggul pertambakan mereka. Untuk itu,
7
mangrove jenis Avicennia spp yang dianggap memiliki sistem perakaran yang lebih
rapat dan mampu menstabilkan tanah tambak (Fitriadi,2005).
8
d Pemeliharaan
9
membentuk jalur atau wilayah kosong yang dapat dilalui oleh manusia dan pola
penanaman bibit mangrovenya bersilangan (Menhut, 2004).
a) Jarak tanam disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan jumlah bibit 5.500
batang/ha.
b) Di dekat ajir dibuat lubang tanam sebesar kantong plastik bibit.
c) Bibit dalam kantong plastik disobek bagian bawah dengan hati-hati supaya
tanah tetap kompak dan perakaran tidak rusak.
d) Ditanam dekat ajir, dan apabila tanahnya sangat lunak atau mudah hanyut
sebaiknya diikatkan dengan tali pada ajir agar bibit tidak roboh.
e) Pada tapak berombak besar disarankan ditanami dengan jenis Rhizophora sp.
dengan pola selang seling, anakan diikat pada tiang pancang/bambu serta
dibuat penghalang ombak.
10
f) Penanaman pada tapak berlumpur dalam sebaiknya menggunakan jenis
Rhizophora sp.
11
terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan akar nafas yang tumbuh dari percabangan
bagian bawah. Terletak dibelakang zona Avicennia dengan substrat masih berupa
lumpur lunak, namun kadar salinitasnya agak rendah serta masih tergenang pada saat
air pasang.
Kingdom: Plantae
Phylum: Magnoliophyta
Class: Magnoliopsida
Order: Malpighiales
Family: Rhizoporaceae
Genus: Rhizopora
Species: Rhizophora mucronata
12
III. METODE PRAKTIK
Alat yang digunakan pada praktik lapang ini adalah box digunakan untuk
mengangkut bibit, parang digunakan untuk membuat patok dan penanda lainnya,
sendok semen digunakan untuk mengambil lumpur, gunting digunakan untuk
memotong tali rafiah, roll meter digunakan untuk mengukur jarak dan menentukan titik
penanaman agar lurus, kamera digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan.
Bahan yang digunakan pada praktik lapang ini adalah kusioner digunakan
untuk melakukan pendataan sosial ekonomi masyarakat, polybag digunakan sebagai
wadah penanaman bibit, lumpur sebagai substrat penanaman bibit, bibit mangrove
sebagai objek penanaman, patok berupa kayu digunakan sebagai penopang dari bibit
yang akan ditanam, tali rafiah digunakan untuk mengikat bibit mangrove pada patok
kayu, waring digunakan sebagai pelindung area pembibitan mangrove, balok/papan
dan spidol permanen digunakan untuk menandai wilayah yang telah dilakukan
13
rehabilitasi, waring digunakan untuk membatasi wilayah dan menghalau ombak
langsung menghantam area penanaman bibit.
Adapun prosedur kerja yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan, mencari bibit mangrove yang belum tertanam disepanjang tumbuhan
mangrove, setelah itu mencari substrat berupa lumpur yang akan digunakan untuk
pembibitan mangrove dan memasukkan lumpur ke dalam polybag, selanjutnya
polybag yang berisi lumpur diatur ke tempat pembibitan.
Setelah sampai ditempat pembibitan tanam bibit mangrove ke dalam polybag
dengan susunan teratur dan pasangkan waring untuk melindungi bibit mangrove dari
hantaman ombak, Selanjutnya memilih lokasi tempat penanaman bibit mangrove,
Kemudian menandai lokasi yang akan menjadi lahan pembibitan dengan balok/papan
perkelompok dan memasang patok dari kayu sebagai tempat yang akan ditanami bibit
mangrove, menanam bibit mangrove dilakukan dengan menancapkan patok dari kayu
terlebih dahulu lalu menancapkan bibit mangrove, kemudian diikat dengan
menggunakan tali rafiah dengan jarak 1x1 meter.
Selanjutnya memasang waring seluas lahan yang telah ditanami bibit mangrove
yang berfungsi melindungi bibit mangrove yang akan ditanam. Dalam pemasangan
waring ini kita harus mengetahui darimana arah datangnya ombak sehingga dapat
menghalau ombak yang dating.
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.2 Pembahasan
15
bojo kurang karena pemerintah daerah hanya melibatkan beberapa warga yang telah
paham mengenai teknik rehabilitasi mangrove dalam kegiatan tersebut. Sehingga
beberapa responden yang merupakan warga desa bojo tidak mendapatkan peran
dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove karena minimnya pengetahuan dan
pelatihan dari Pemerintah Daerah.
16
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
V.2 Saran
17
masing-masing asisten di setiap kelompoknya dan sebaiknya pada proses penanaman
mangrove dilakukan di dua lokasi berbeda agar lebih efektif.
18
DAFTAR PUSTAKA
Kusmana, C. 2008. Studi ekologi hutan mangrove di pantai timur Sumatera Utara.
Noor, Y. R., Khazali, M., Suryadiputra, I N.N. 2012. Panduan Pengenalan MANGROVE
di Indonesia. Cetakan ulang ketiga. Bogor Onrizal. 2014. Merancang Program
Rehabilitasi Mangrove yang Terpadu dan Partisipatif. Program Studi
Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
19
Pramudji. 2001. Upaya Pengelolaan Rehabilitasi Dan Konservasi Pada Lahan
Mangrove Yang Kritis Kondisinya. Oseana, Volume XXVI, Nomor 2, 2001 : 1-8
Taniguchi, K., S. Takashima, O. Suko. 1999. Manual Silvikultur Mangrove untuk Bali
dan Lombok. Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia dan
Japan International Cooperation Agency. Bali.
20
LAMPIRAN
21