Anda di halaman 1dari 17

TUGAS PENDAHULUAN

PRAKTIKUM SEDIMENTOLOGI LAUT

Oleh :
Siti Maisyarah
26020214120005
Oseanografi A

Dosen Pengampu :
Ir. Sugeng Widada, M.si
NIP. 196301161991031001

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI


JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Tujuh puluh persen batuan yang menutupi permukaan bumi ini terdiri
dari batuan sedimen. Yaitu batupasir, batugamping, lanau, lempung, breksi,
konglomerat, dan batuan sedimen lainnya. Batuan tersebut terbentuk secara
proses fisika, kimia, dan biologi yang terendapkan secara alamiah di berbagai
lingkungan pengendapan dan terus berjalan hingga saat ini. Pembelajaran
tentang batuan sedimen sangat besar kontribusinya terhadap penentuan dan
pembelajaran batuan batuan sedimen purba atau yang berumur tua dalam
skala waktu geologi.

Sedimen (sedimentary deposit) adalah tubuh material padat yang


terakumulasi di permukaan bumi atau di dekat permukaan bumi, pada kondisi
tekanan dan temperatur yang rendah. Sedimen umumnya (namun tidak selalu)
diendapkan dari fluida dimana material penyusun sedimen itu sebelumnya
berada, baik sebagai larutan maupun sebagai suspensi. Definisi ini sebenarnya
tidak dapat diterapkan untuk semua jenis batuan sedimen karena ada beberapa
jenis endapan yang telah disepakati oleh para ahli sebagai endapan sedimen:
(1) diendapkan dari udara sebagai benda padat di bawah temperatur yang
relatif tinggi, misalnya material fragmental yang dilepaskan dari gunungapi;
(2) diendapkan di bawah tekanan yang relatif tinggi, misalnya endapan lantai
laut-dalam.

Indonesia memiliki kondisi laut yang berdeda beda, dimana hal


ini menyebabkan daerah pantai juga berpengaruh, sehingga pantai pantai di
setiap sudut bumi termasuk Indonesia memiliki profil yang berbeda beda.
Namun, masih memiliki persamaan, perbedaan yang terjadi tersebut bisa
disebabkan perbedaan kekuatan gelombang laut, atau juga perbedaan batuan
penyusun dari pantai tersebut, atau daerah pantai jika dibagi menurut
kelandaiannya dibagi 3. Dimana dalam praktikum kali ini pantai yang akan
kita teliti adalah pantai parangkusumo.
1.2. Tujuan
Tujuan dalam praktikum sedimentologi laut adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana mengukur kelerengan pantai.
2. Untuk mengetahui apa itu segitiga shepard
3. Untuk mengetahui apa itu sedimentologi
4. Untuk mengetahui apa itu sand dunes
5. Untuk mengetahui bagaimana morfologi pantai.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengukuran Kelerengan Pantai

Materi yang digunakan dalam praktikum ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer yang digunakan berupa data pengukuran
kemiringan pantai dan data ukuran butir sedimen. Data yang diperoleh
akan diklasifikasi dan dianalisis sehingga diperoleh tipe kelerengan pantai
dan sedimen dasar penyusunnya. Metode ini bersifat deskriptif dengan
desain studi kasus. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan
untuk menggambarkan keadaan sesuatu (Arikunto, 2010).
Pengambilan data kemiringan pantai dilakukan 3 kali pada masing-
masing titik sampling untuk pengukuran kemiringan pantainya serta
melakukan pengambilan sampel sedimen pada masing-masing titik
sampling tersebut. Pengukuran kemiringan pantai dilakukan dari batas
muka terendah pasang surut (Lisnawati, 2013) dengan menggunakan
waterpass dan alat ukur (meteran) sedangkan pengambilan sampel sedinen
dilakukan dengan menggunakan grab sampler. Cara pengukuran
kemiringan ditunjukan pada gambar berikut.

Gambar 2.1. Pengukuran kemiringan pantai


Penentuan stasiun secara Purposive Sampling, Dari setiap stasiun,
diukur kemiringan pantai, dan panjang pantai. Perhitungan kemiringan dan
panjang pantai merujuk metode (Rifardi, 2001).
Pada siang hari dilakukan pengamatan kharaketristik pantai,
meliputi kemiringan sarang, rintangan dan gangguan di pantai.
Pengukuran suhu pasir sarang diukur dengan menggunakan
termometer air raksa dan di ulang sebanyak tiga kali, pengukuran
suhu sarang dilakukan pada dasar pasir sarang ( Susilowati, 2002
).
Pengukuran lebar pantai dilakukan dengan menggunakan roll
meter yaitu jarak antara vegetasi terakhir yang ada di pantai
dengan batas pantai yang masih terkena pengaruh air laut
Pengukuran panjang pantai dilakukan dengan menggunakan roll
meter diukur sejajar memanjang bentangan garis pantai
(Widyasmoro, 2007).
Pengukuran jarak sarang dari vegetasi dilakukan dengan
menggunakan roll meter dengan cara menarik garis tegak lurus
dari sarang sampai ke vegetasi yang menaungi sarang dan berada
paling dekat keberadaanya terhadap sarang peneluran.
Pengukuran kemiringan pantai dilakukan dengan menggunakan
water pass.
Pengambilan data dengan water pass ditambah dengan peralatan lain
seperti meteran, dan juga satu buah kayu range sepanjang 2 meter.
Langkah pertama, kayu range yang berukuran 2 m diletakkan secara
horizontal di atas pasir dan dilekatkan tepat pada batas pantai teratas.
Kemudian waterpass diletakkan di atas kayu range berukuran 2 m, lalu
kayu tersebut dipastikan horizontal sampai air pada alat water pass tepat
berada di tengah. Setelah dipastikan horizontal, hitung ketinggian kayu
range tersebut dengan meteran. Sehingga dapat diketahui kemiringan
pantai tersebut dengan cara menghitung sudut yang dibentuk antara garis
horizontal dan vertikal yang didapatkan. Pengukuran ini dilakukan dari
batas pantai teratas sampai pantai yang tepat menyentuh air. (Widyasmoro
2007).

tan =


= tan

Dengan keterangan
= Sudut kemiringan pantai ()
y = Ketinggian Total Pantai (Jarak antara garis tegak lurus yang
dibentuk oleh kayu horizontal dengan permukaan pasir di bawahnya)
x = Jarak total pantai (panjang kayu 2m)
(Widyasmoro 2007).
2.2. Segetiga Shepard

Berdasarkan Skala Wentworth sedimen dapat dikelompokkan


berdasarkan ukuran butirnya, yakni lempung, lanau, pasir, kerikil, koral
(pebble), cobble, dan batu (boulder). Skala tersebut menunjukkan ukuran
standar kelas sedimen dari fraksi berukuran mikron sampai beberapa mm
dengan spektrum yang bersifat kontinu (Dyer 1986, Davis 1993).

Ukuran suatu partikel mencerminkan keberadaan partikel dari jenis


yang berbeda, daya tahan partikel terhadap proses pelapukan, erosi atau
abrasi serta proses pengangkutan dan pengendapan material, misalnya
kemampuan angin atau air untuk memindahkan partikel (Friedman and
Sanders, 1978). Ukuran partikel juga sangat penting dalam menentukan
tingkat pengangkutan sedimen dari ukuran tertentu dan tempat sedimen
tersebut terakumulasi di lautan (Gross, 1993).

Pergerakan air dan udara umumnya memisahkan partikel dari ukuran


aslinya dan selanjutnya sedimen dari berbagai sumber yang berbeda akan
bertemu dan menghasilkan percampuran antar ukuran yang berbeda-beda
pula. Percampuran antar ukuran sangat sering terjadi di lautan yang
kemudian disebut dengan populasi (segitiga Shepard). Percampuran ini
ditetapkan dalam tiga kategori populasi yaitu kerikil, pasir dan lumpur
sekaligus sebagai subyek percampuran (Gambar 1). Ketiga kategori
tersebut merupakan subyek dalam percampuran sedimen dengan proporsi
masing-masing ukuran dinyatakan dalam persen (Friedman and Sanders,
1978; Dyer, 1986).
Gambar 2.2. Diagram segitiga campuran lumpur, pasir, dan kerikil
(Sumber : Shepard 1954 dalam Dyer 1986)

Sedimen dengan ukuran yang lebih halus lebih mudah berpindah dan
cenderung lebih cepat daripada ukuran kasar. Fraksi halus terangkut dalam
bentuk suspensi sedangkan fraksi kasar terangkut pada atau dekat dasar
laut. Selanjutnya partikel yang lebih besar akan tenggelam lebih cepat
daripada yang berukuran kecil (Dyer, 1986).
2.3. Sedimentologi

Sedimentologi istilah didefinisikan oleh Wadell (1932) sebagai "studi


tentang sedimen." sedimen telah didefinisikan sebagai "apa yang
mengendap di bagian bawah dari cairan, ampas, deposit" (Chamber
Dictionary, 1972 edition). Definisi tidak sepenuhnya memuaskan,
sedimentologi umumnya dianggap untuk merangkul endapan kimia,
seperti garam, serta deposito detrital benar. sedimentasi terjadi tidak hanya
dalam bentuk cair, tetapi juga dalam cairan gas, seperti lingkungan eolian.
batas-batas sedimentologi demikian senang menyebar.
Adanya hubungan antara sedimentologi dan ilmu-ilmu dasar biologi,
fisika, dan kimia. penerapan satu lagi dari ini ilmu dasar untuk
mempelajari sedimen menimbulkan berbagai lini penelitian dalam ilmu
bumi. ini sekarang dipandang sebagai sarana pengaturan sedimentologi
dalam konteks geologi, biologi, studi tentang hewan dan tumbuhan. dapat
diterapkan untuk fosil kuno.

Gambar 2.3. Diagram yang menunjukkan hubungan Sedimentologi dengan ilmu


dasar fisika, kimia dan biologi

(Shelly, 2000)

2.4. Sand Dunes

Gumuk Pasir (Sand Dune) merupakan sebuah bentukan alam karena


proses angin disebut sebagai bentang alam eolean /eolean morphology Gumuk
pasir dapat terbentuk jika suatu daerah memiliki kondisi dengan persyaratan
yakni; Tersedia material berukuran pasir halus sampai kasar dalam jumlah yang
banyak, adanya periode kering dan tegas, adanya angin yang mampu mengangkat
dan megendapkan bahan pasir tersebut, dan gerakan angin tersebut tidak terhalang
oleh vegetasi maupun obyek lain(Adinugroho, 2009).
Menurut Pramono (2013), sand dunes atau gumuk pasir adalah
gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin. Gumuk pasir dapat
dijumpai pada daerah yang memiliki pasir sebagai material utama, kecepatan
angin tinggi untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir, dan
permukaan tanah untuk tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di
daerah kering. Gumuk pasir cenderung terbentuk dengan penampang tidak
simetri. Jika tidak ada stabilisasi oleh vegetasi gumuk pasir cenderung
bergeser ke arah angin berhembus, hal ini karena butir-butir pasir terhembus
dari depan ke belakang gumuk.

Menurut Pramono (2013), Secara global gumuk pasir merupakan


bentuk lahan bentukan asal proses angin (aeolian). Bentuklahan bentukan asal
proses ini dapat berkembang dengan baik apabila terpenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1. Tersedia material berukuran pasir halus hingga kasar dalam jumlah yang
banyak.
2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas.
3. Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir
tersebut.
4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun obyek lain.
Gerakan gumuk pasir pada umumnya kurang dari 30 meter pertahun.
Bentuk gumuk pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah
dan ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi.
Bentuk gumuk pasir pokok yang perlu dikenal adalah bentuk melintang
(transverse), sabit (barchan), parabola (parabolic), dan memanjang
(longitudinaldune).

Secara garis besar, ada dua tipe gumuk pasir, yaitu free dunes (terbentuk
tanpa adanya suatu penghalang) dan impedeed Dunes (yang terbentuk karena
adanya suatu penghalang).
Beberapa tipe gumuk pasir:
Gumuk Pasir Tipe Barchan (barchanoid dunes)
Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah
yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap
angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang
membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang melintang tidak simetri.
Ketinggian gumuk pasir barchan umumnya antara 5 15 meter. Gumuk pasir ini
merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut terhalangi oleh adanya
beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir seperti ini dan daerah yang
menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah
yang membelakangi angin.

Gumuk Pasir Melintang (transverse dune)

Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak
cadangan pasirnya. Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan tegak
lurus terhadap arah angin. Awalnya, gumuk pasir ini mungkin hanya beberapa
saja, kemudian karena proses eolin yang terus menerus maka terbentuklah bagian
yang lain dan menjadi sebuah koloni. Gumuk pasir ini akan berkembang menjadi
bulan sabit apabila pasokan pasirnya berkurang.
Gumuk Pasir Parabolik

Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi yang
membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya berhadapan
dengan datangnya angin. Awalnya, mungkin gumuk pasir ini berbentuk sebuah
bukit dan melintang, tetapi karena pasokan pasirnya berkurang maka gumuk pasir
ini terus tergerus oleh angin sehingga membentuk sabit dengan bagian yang
menghadap ke arah angin curam.

Gumuk Pasir Memanjang (linear dune)

Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan
sejajar satu sama lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan
angin. Gumuk pasir ini berkembang karena berubahnya arah angin dan
terdapatnya celah diantara bentukan gumuk pasir awal, sehingga celah yang ada
terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang.
Gumuk Pasir Bintang (star dune)

Gumuk pasir bintang adalah gumuk pasir yang dibentuk sebagai hasil kerja
angin dengan berbagai arah yang bertumbukan. Bentukan awalnya merupakan
sebuah bukit dan disekelilingnya berbentuk dataran, sehingga proses eolin
pertama kali akan terfokuskan pada bukit ini dengan tenaga angin yang datang
dari berbagai sudut sehingga akan terbentuk bentuklahan baru seperti bintang.
Bentuk seperti ini akan hilang setelah terbentuknya bentukan baru disekitarnya.

2.5. Morfologi Pantai

Pantai adalah jalur yang merupakan batas antara darat dan laut, diukur
pada saat pasang tertinggi dan surut terendah, dipengaruhi oleh fisik laut dan
sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah darat dibatasi oleh proses alami dan
kegiatan manusia di lingkungan darat (Triatmodjo, 1999, hal. 1). Penjelasan
mengenai definisi daerah pantai dapat dilihat dalam Gambar 2.4 berikut:

Gambar 4. defenisi daerah pantai

Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut
seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air laut.
Pantai adalah daerah di tepi perairan sebatas antara surut terendah dan pasang
tertinggi.
Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana
posisinya tidak tetap dan dapat bergerak sesuai dengan pasang surut air laut
dan erosi pantai yang terjadi.
Sempadan pantai adalah daerah sepanjang pantai yang diperuntukkan bagi
pengamanan dan pelestarian pantai.
Perairan pantai adalah daerah yang masih dipengaruhi aktivitas daratan.
Morfologi pantai dan dasar laut dekat pantai akibat pengaruh gelombang
dibagi menjadi empat kelompok yang berurutan dari darat ke laut sebagai berikut:
1. Backshore merupakan bagian dari pantai yang tidak terendam air laut kecuali
bila terjadi gelombang badai
2. Foreshore merupakan bagian pantai yang dibatasi oleh beach face atau muka
pantai pada saat surut terendah hingga uprush pada saat air pasang tinggi.
3. Inshore merupakan daerah dimana terjadinya gelombang pecah, memanjang
dari surut terendah sampai ke garis gelombang pecah.
4. Offshore yaitu bagian laut yang terjauh dari pantai (lepas pantai), yaitu daerah
dari garis gelombang pecah ke arah laut.

Gambar 5. defenisi dan karakteristik gelombang di daerah pantai


Jenis-jenis atau tipe pantai berpengaruh pada kemudahan terjadinya erosi pantai.
Berikut adalah penggolongan pantai di Indonesia berdasarkan tipe-tipe paparan
(shelf) dan perairan (Pratikto, dkk.,2000):
1. Pantai Paparan
Pantai paparan merupakan pantai dengan proses pengendapan yang lebih
dominan dibanding proses erosi/abrasi. Pantai paparan umumnya terdapat di
Pantai Utara Jawa, Pantai Timur Sumatera, Pantai Timur dan Selatan Kalimantan
dan Pantai Selatan Papua, dan mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Muara sungai memiliki delta, airnya keruh mengandung lumpur dan terdapat
proses sedimentasi.
b. Pantainya landai dengan perubahan kemiringan ke arah laut bersifat gradual
dan teratur.
c. Daratan pantainya dapat lebih dari 20 km.
2. Pantai Samudra
Pantai samudra merupakan pantai dimana proses erosi lebih dominan
dibanding proses sedimentasi. Terdapat di Pantai Selatan Jawa, Pantai Barat
Sumatera, Pantai Utara dan Timur Sulawesi serta Pantai Utara Papua, dan
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Muara sungai berada dalam teluk, delta tidak berkembang baik dan airnya
jernih.
b. Batas antara daratan pantai dan garis pantai (yang umumnya lurus) sempit.
c. Kedalaman pantai ke arah laut berubah tiba-tiba (curam).

3. Pantai Pulau
Pantai pulau merupakan pantai yang mengelilingi pulau kecil. Pantai ini
dibentuk oleh endapan sungai, batu gamping, endapan gunung berapi atau
endapan lainnya. Pantai pulau umumnya terdapat di Kepulauan Riau, Kepulauan
Seribu, dan Kepulauan Nias (Pratikto, dkk, 2000).
DAFTAR PUSTAKA
Adi Nugroho.2009. Rakayasa Perangkat Lunak Menggunakan UML dan JAVA.
Andi Offset. Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik.
Rineka Cipta, Jakarta.
Davis, R. A. Jr. 1993. An Introduction to Sedimentology and Stratigraphy
Depositional System. New York: Precite Hall-Englewood Cliff.
Dyer KR, (1986), Coastal and Estuarine Sediment Dynamic, New York: John
Wiley dan Sons Ltd.
Friedman GM, dan JE Sanders, (1978), Principle of Sedimentology, New York:
John Wyley & Sons Ltd.
Gross, M.G, (1993), Oceanography, a View of Earth, 6th Edition, Prentice Hall,
New Jersey.
Lisnawati, A.L. 2013. Studi Tipe Pasang Surut di Pulau Parang Kepulauan
Karimunjawa Jepara Jawa Tengah. Skripsi (Tidak dipublikasikan).
Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNDIP.
Semarang. 56 hlm.
Pramono, Yudi. 2013. http://geologitambangsmk.blogspot.co.id/2013/09/gumuk-
pasir-atau-sand-dunes.html diakses pada 25092015 pukul 8.46.
Pratikto, dkk. 2000. Struktur Pelindung Pantai. Hibah Pengajaran DUE-Like, FTK
ITS. Surabaya.
Pratikto W. A, Armono H.D., Suntoyo. 1992. Perencanaan Fasilitas Pantai dan
Laut. BPFE. Yogyakarta.
Rifardi 2001. Penuntun Praktikum Sedimentologi Laut. Pekanbaru: Jurusan Ilmu
Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau (tidak
diterbitkan).
Shhepard, E.P., 1954. Nomenclature based on sand silt clay ratios. Jour.
Sed.Petrology 24 : 151 - 158.
Shelly, Richard c. 2000. Applied Sedimentology. The Unites States Of America.
Academic Press.
Susilowati, T, 2002. Studi Parameter Biofisik Pantai Peneluran Penyu Hijau(C,
mydas) di pantai pengubahan Sukabumi- Jawa Barat.
Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset. Yogyakarta.

Wadell, H., 1932, Volume, Shape and Roundness of Rocks Particle, Journal
Geology, v.40, p.443-451.
Widyasmoro. D, 2007. Karakteristik Biofisik Habitat peneluran Penyu Sisik (E,
imbricata) di Pulau Segama Besar, Lampung Timur.
III. PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum kali ini adalah :
1. Untuk mengukur suatu kelerengan pantai, kita dapat menggunakan

rumus:tan =

2. Segitiga shepard adalah segitiga yang digunakan dalam pemisahan


kategori 3 ukuran butir.
3. Sedimentologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala
hal yang terkait dengan sedimen.
4. Sand dunes atau gumuk pasir adalah sebuah bentukan alam karena
proses angin disebut sebagai bentang alam eolean /eolean
morphology Gumuk pasir dapat terbentuk jika suatu daerah
memiliki kondisi dengan persyaratan tertentu
5. Morfologi pantai dan dasar laut dekat pantai ini diakibatkan
adanya pengaruh gelombang dibagi menjadi empat kelompok
yang berurutan dari darat ke laut, yakni offshore, inshore,
foreshore, backshore.
3.2.Saran
Saran bagi praktikan adalah bisa memahami lebih lanjut apa itu yang
dimaksud sedimentologi, sand dunes, morfologi pantai itu seperti apa, dan
bagaiman mengukur kelerengan pantai sehingga saat praktikum
berlangsung bisa berjalan maksimal.

Anda mungkin juga menyukai