Oleh :
Siti Maisyarah
26020214120005
Oseanografi A
Dosen Pengampu :
Ir. Sugeng Widada, M.si
NIP. 196301161991031001
Tujuh puluh persen batuan yang menutupi permukaan bumi ini terdiri
dari batuan sedimen. Yaitu batupasir, batugamping, lanau, lempung, breksi,
konglomerat, dan batuan sedimen lainnya. Batuan tersebut terbentuk secara
proses fisika, kimia, dan biologi yang terendapkan secara alamiah di berbagai
lingkungan pengendapan dan terus berjalan hingga saat ini. Pembelajaran
tentang batuan sedimen sangat besar kontribusinya terhadap penentuan dan
pembelajaran batuan batuan sedimen purba atau yang berumur tua dalam
skala waktu geologi.
Materi yang digunakan dalam praktikum ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer yang digunakan berupa data pengukuran
kemiringan pantai dan data ukuran butir sedimen. Data yang diperoleh
akan diklasifikasi dan dianalisis sehingga diperoleh tipe kelerengan pantai
dan sedimen dasar penyusunnya. Metode ini bersifat deskriptif dengan
desain studi kasus. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan
untuk menggambarkan keadaan sesuatu (Arikunto, 2010).
Pengambilan data kemiringan pantai dilakukan 3 kali pada masing-
masing titik sampling untuk pengukuran kemiringan pantainya serta
melakukan pengambilan sampel sedimen pada masing-masing titik
sampling tersebut. Pengukuran kemiringan pantai dilakukan dari batas
muka terendah pasang surut (Lisnawati, 2013) dengan menggunakan
waterpass dan alat ukur (meteran) sedangkan pengambilan sampel sedinen
dilakukan dengan menggunakan grab sampler. Cara pengukuran
kemiringan ditunjukan pada gambar berikut.
Sedimen dengan ukuran yang lebih halus lebih mudah berpindah dan
cenderung lebih cepat daripada ukuran kasar. Fraksi halus terangkut dalam
bentuk suspensi sedangkan fraksi kasar terangkut pada atau dekat dasar
laut. Selanjutnya partikel yang lebih besar akan tenggelam lebih cepat
daripada yang berukuran kecil (Dyer, 1986).
2.3. Sedimentologi
(Shelly, 2000)
Secara garis besar, ada dua tipe gumuk pasir, yaitu free dunes (terbentuk
tanpa adanya suatu penghalang) dan impedeed Dunes (yang terbentuk karena
adanya suatu penghalang).
Beberapa tipe gumuk pasir:
Gumuk Pasir Tipe Barchan (barchanoid dunes)
Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah
yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap
angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang
membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang melintang tidak simetri.
Ketinggian gumuk pasir barchan umumnya antara 5 15 meter. Gumuk pasir ini
merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut terhalangi oleh adanya
beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir seperti ini dan daerah yang
menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah
yang membelakangi angin.
Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak
cadangan pasirnya. Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan tegak
lurus terhadap arah angin. Awalnya, gumuk pasir ini mungkin hanya beberapa
saja, kemudian karena proses eolin yang terus menerus maka terbentuklah bagian
yang lain dan menjadi sebuah koloni. Gumuk pasir ini akan berkembang menjadi
bulan sabit apabila pasokan pasirnya berkurang.
Gumuk Pasir Parabolik
Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi yang
membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya berhadapan
dengan datangnya angin. Awalnya, mungkin gumuk pasir ini berbentuk sebuah
bukit dan melintang, tetapi karena pasokan pasirnya berkurang maka gumuk pasir
ini terus tergerus oleh angin sehingga membentuk sabit dengan bagian yang
menghadap ke arah angin curam.
Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan
sejajar satu sama lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan
angin. Gumuk pasir ini berkembang karena berubahnya arah angin dan
terdapatnya celah diantara bentukan gumuk pasir awal, sehingga celah yang ada
terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang.
Gumuk Pasir Bintang (star dune)
Gumuk pasir bintang adalah gumuk pasir yang dibentuk sebagai hasil kerja
angin dengan berbagai arah yang bertumbukan. Bentukan awalnya merupakan
sebuah bukit dan disekelilingnya berbentuk dataran, sehingga proses eolin
pertama kali akan terfokuskan pada bukit ini dengan tenaga angin yang datang
dari berbagai sudut sehingga akan terbentuk bentuklahan baru seperti bintang.
Bentuk seperti ini akan hilang setelah terbentuknya bentukan baru disekitarnya.
Pantai adalah jalur yang merupakan batas antara darat dan laut, diukur
pada saat pasang tertinggi dan surut terendah, dipengaruhi oleh fisik laut dan
sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah darat dibatasi oleh proses alami dan
kegiatan manusia di lingkungan darat (Triatmodjo, 1999, hal. 1). Penjelasan
mengenai definisi daerah pantai dapat dilihat dalam Gambar 2.4 berikut:
Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut
seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air laut.
Pantai adalah daerah di tepi perairan sebatas antara surut terendah dan pasang
tertinggi.
Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana
posisinya tidak tetap dan dapat bergerak sesuai dengan pasang surut air laut
dan erosi pantai yang terjadi.
Sempadan pantai adalah daerah sepanjang pantai yang diperuntukkan bagi
pengamanan dan pelestarian pantai.
Perairan pantai adalah daerah yang masih dipengaruhi aktivitas daratan.
Morfologi pantai dan dasar laut dekat pantai akibat pengaruh gelombang
dibagi menjadi empat kelompok yang berurutan dari darat ke laut sebagai berikut:
1. Backshore merupakan bagian dari pantai yang tidak terendam air laut kecuali
bila terjadi gelombang badai
2. Foreshore merupakan bagian pantai yang dibatasi oleh beach face atau muka
pantai pada saat surut terendah hingga uprush pada saat air pasang tinggi.
3. Inshore merupakan daerah dimana terjadinya gelombang pecah, memanjang
dari surut terendah sampai ke garis gelombang pecah.
4. Offshore yaitu bagian laut yang terjauh dari pantai (lepas pantai), yaitu daerah
dari garis gelombang pecah ke arah laut.
3. Pantai Pulau
Pantai pulau merupakan pantai yang mengelilingi pulau kecil. Pantai ini
dibentuk oleh endapan sungai, batu gamping, endapan gunung berapi atau
endapan lainnya. Pantai pulau umumnya terdapat di Kepulauan Riau, Kepulauan
Seribu, dan Kepulauan Nias (Pratikto, dkk, 2000).
DAFTAR PUSTAKA
Adi Nugroho.2009. Rakayasa Perangkat Lunak Menggunakan UML dan JAVA.
Andi Offset. Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik.
Rineka Cipta, Jakarta.
Davis, R. A. Jr. 1993. An Introduction to Sedimentology and Stratigraphy
Depositional System. New York: Precite Hall-Englewood Cliff.
Dyer KR, (1986), Coastal and Estuarine Sediment Dynamic, New York: John
Wiley dan Sons Ltd.
Friedman GM, dan JE Sanders, (1978), Principle of Sedimentology, New York:
John Wyley & Sons Ltd.
Gross, M.G, (1993), Oceanography, a View of Earth, 6th Edition, Prentice Hall,
New Jersey.
Lisnawati, A.L. 2013. Studi Tipe Pasang Surut di Pulau Parang Kepulauan
Karimunjawa Jepara Jawa Tengah. Skripsi (Tidak dipublikasikan).
Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNDIP.
Semarang. 56 hlm.
Pramono, Yudi. 2013. http://geologitambangsmk.blogspot.co.id/2013/09/gumuk-
pasir-atau-sand-dunes.html diakses pada 25092015 pukul 8.46.
Pratikto, dkk. 2000. Struktur Pelindung Pantai. Hibah Pengajaran DUE-Like, FTK
ITS. Surabaya.
Pratikto W. A, Armono H.D., Suntoyo. 1992. Perencanaan Fasilitas Pantai dan
Laut. BPFE. Yogyakarta.
Rifardi 2001. Penuntun Praktikum Sedimentologi Laut. Pekanbaru: Jurusan Ilmu
Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau (tidak
diterbitkan).
Shhepard, E.P., 1954. Nomenclature based on sand silt clay ratios. Jour.
Sed.Petrology 24 : 151 - 158.
Shelly, Richard c. 2000. Applied Sedimentology. The Unites States Of America.
Academic Press.
Susilowati, T, 2002. Studi Parameter Biofisik Pantai Peneluran Penyu Hijau(C,
mydas) di pantai pengubahan Sukabumi- Jawa Barat.
Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset. Yogyakarta.
Wadell, H., 1932, Volume, Shape and Roundness of Rocks Particle, Journal
Geology, v.40, p.443-451.
Widyasmoro. D, 2007. Karakteristik Biofisik Habitat peneluran Penyu Sisik (E,
imbricata) di Pulau Segama Besar, Lampung Timur.
III. PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum kali ini adalah :
1. Untuk mengukur suatu kelerengan pantai, kita dapat menggunakan
rumus:tan =