SKRIPSI
OLEH :
LA HINU
I1A2 13 046
i
PENGARUH KOMPOSISI SUBSTRAT BERBEDA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KERANG POKEA
(Batissa violacea var. celebensis von Martens, 1897)
SKRIPSI
OLEH :
LA HINU
I1A2 13 046
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan
pada Jurusan Budidaya Perairan
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : La Hinu
Menyetujui,
A. Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ketua Jurusan Budidaya Perairan
Ilmu Kelautan
Prof. Ir. H. La Sara, M.Si., Ph.D H. Agus Kurnia, S,Pi., M.Si., Ph.D
NIP. 19600422 198703 1 003 NIP. 19700802 199512 1 001
iii
PERNYATAAN
YANG BERLAKU.
LA HINU
NIM. I1A213046
iv
RIWAYAT HIDUP
Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah dan lulus pada tahun 2004. Pada
tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 3 Lakudo dan lulus pada
lulus pada tahun 2011. Tahun 2013 penulis diterima melalui jalur SBMPTN
Perairan.
v
KATA PENGANTAR
nikmat yang diberikan terutama nikmat iman, kesehatan, dan ilmu yang
bermanfaat, tak lupa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
kekurangan baik dalam segi penulisan maupun isi. Oleh karena itu dengan rendah
hati dan lapang dada penulis akan senantiasa menerima koreksi yang bersifat
Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat
terkhusus bagi penulis sendiri serta bagi mahasiswa yang membutuhkan yang
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
berkat izin-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun
yang selalu aku banggakan Anarudin, Wa Rima, La Undu, Rasni serta adindaku
tercinta Muliati yang selalu menginspirasi saya dalam berkarya yang tiada henti
memberikan dukungan dan kasih sayang kepada penulis, serta keluarga yang tidak
sempat disebutkan namanya satu persatu yang selalu memberikan dukungan dan
3. Wakil Dekan Bidang Akademik FPIK UHO, Wakil Dekan bidang Umum,
5. Ir. Abdul Haris Sarita, M,Si., Penasehat Akademik yang telah banyak memberi
menyelesaikan studi.
6. Dosen Pembimbing Skripsiku Bapak Dr. Muhaimin Hamzah, S.Pi., M,Si. dan
vii
7.Dosen penguji skripsiku Bapak Dr., Ir., H. Muhammad Idris, M,Si., Dr. Ir.
Wellem H. Muskita, M.Si., H. Agus Kurnia S.Pi., M.Si., Ph.D., Dr. Muhaimin
8. Bapak dan Ibu dosen, staf perpustakaan, staf laboratorium dan staf administrasi
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo atas pengajaran
9. Bapak Ngadio, S.Pi., M,Si yang telah banyak membantu dan memberikan ide
10. Rekan tim penelitian Mentari, yang telah banyak membantu, terima kasih atas
11. Sahabat-sahabat BDP 013 Hasniati Wabula, S.Pi., Mentari, Risman Adbar
Vivi Avisha Aldar, Nasrudin, Alamsyah, Sudarmono, Wa Ode Siti Hatima S.,
Sri Wahyuni Ningsih, Wa Ode Erni, Andi Nur Saban, Wa Ode Muliati, Jamrin,
Nur Azizah, La Ode Mailao, Nurfati Baalu, La Ode Zulkifli Zailan, Alan
Adrial, Sadaria, Arif Sabarno, Yusniarti, Muh. Alwi, Ici Lestika, Rama,
Masdidi, Jeslin, Munir Ali, Muh. Ilham, Hamzan Wadi, Muhammad Iradat,
Rahmat Mubarak, Alan dan teman-teman yang tidak sempat disebutkan satu
persatu.
12. Keluarga BDP, MSP, Agribisnis Perikanan, Ilmu Kelautan, BDP Abalon, dan
viii
13. Keluarga besar IPPMASLO Kendari, terutama para seniorku serta seluruh
kebersamaannya.
14. Teman-temanku yang saat ini ada diperantauan Safarudin, Oki dan kakak
Akhir kata penulis ucapkan semoga kebaikan semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian studi ini dibalas oleh Allah SWT dan semoga
ix
Pengaruh Komposisi Substrat Berbeda terhadap Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup Kerang Pokea
(Batissa violacea var. celebensis von Martens, 1897)
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya informasi tentang komposisi
substrat optimum untuk pertumbuhan kerang pokea. Tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui pengaruh kombinasi substrat yang berbeda terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang pokea. Penelitian ini dilaksanakan
selama 60 hari (Juli September 2016) di Laboratorium Pembenihan dan
Produksi Ikan. Media pemeliharaan adalah air tawar. Hewan uji yang digunakan
adalah kerang pokea sebanyak 270 individu (dengan ukuran berkisar 0,49-3,50g)
yang ditebar dalam 9 akuarium (30 ind./wadah) dengan ukuran 25 x 30 x 30cm.
Penelitian didesain menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga
perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah perlakuan A (75 %
lumpur : 15 % pasir : 10 % kerikil), perlakuan B (50 % lumpur : 15 % pasir : 35
% kerikil), perlakuan C (25 % lumpur : 15 % pasir : 60 % kerikil). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perlakuan komposisi substrat berbeda tidak
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan mutlak berat,
petumbuhan mutlak lebar, laju pertumbuhan harian, laju pertumbuhan spesifik dan
tingkat kelangsungan hidup. Kisaran nilai pertumbuhan mutlak berat adalah (-
0,040) - 0,027g; pertumbuhan mutlak panjang 0,052 - 0,257cm; laju pertumbuhan
harian (-0,0007) - 0,0005 g/hari; laju pertumbuhan spesifik pada hari ke-20
berkisar 0,017 - 0,078 %. laju pertumbuhan spesifik pada hari ke 40 berkisar (-
0,133 ) - 0,125 %; laju pertumbuhan spesifik pada hari ke-60 berkisar (-0,156 ).- (-
0.121 ) % serta tingkat kelangsungan hidup 78,89 81,11%.
x
Effect of Different Substrate Compositions on the Growth and Survival Rate of
Pokea freshwater clam
(Batissa violacea var. celebensis von Martens, 1897)
ABSTRACT
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN SAMPUL ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii
PERNYATAAN ..................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................... vii
ABSTRAK .............................................................................................. x
ABSTRACT ............................................................................................ xi
DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 3
C. Tujuan dan Kegunaan ................................................................ 3
xii
3. Laju Pertumbuhan Spesifik ................................................. 23
4. Tingkat Kelangsungan Hidup .............................................. 24
5. Parameter Kualitas Air ........................................................ 25
B. Pembahasan ............................................................................... 25
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................. 29
B. Saran .................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
10. Hasil analisis laju pertumbuhan spesifik kerang pokea hari ke-20 ...... 37
12. Hasil analisis laju pertumbuhan spesifik kerang pokea hari ke-40 ...... 38
14. Hasil analisis laju pertumbuhan spesifik kerang pokea hari ke-60 ...... 38
16. Hasil analisis ragam tingkat kelangsungan hidup kerang pokea ......... 39
xvi
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merupakan salah satu kerang air tawar yang termasuk dalam kelas bivalvia dari filum
substrat. Substrat yang ditempati oleh kerang ini bervariasi mulai dari lumpur, pasir
hingga kerikil.
perairan tawar yakni memiliki nilai ekonomis penting serta adaptasi yang tinggi
masyarakat Sulawesi Tenggara, sebagai salah satu makanan khas bagi masyarakat
yang tinggal di pinggiran sungai. Kerang ini biasanya dijual dalam bentuk mentah
namun juga ada yang dijual dalam bentuk olahan yaitu sate pokea. Selain rasanya
yang lezat, sate pokea juga memiliki kandungan gizi yang tinggi khususnya protein
pengambilan kerang pokea sebagai bahan makanan (sumber protein) telah dijadikan
masyarakat sebagai mata pencaharian dengan intensitas yang cukup tinggi. Hal ini
sehingga pengambilan biota ini dilakukan secara terus menerus. Kondisi tersebut
selain itu tidak menutup kemungkinan jika eksploitasi terus berlangsung akan
menyebabkan penurunan populasi secara drastis hingga suatu saat kerang ini akan
mengalami kepunahan.
konsumsi, populasi kerang pokea juga akan berkurang akibat kerusakan habitat yang
dilakukan oleh berbagai aktivitas masyarakat sekitar daerah aliran sungai, misalnya
pengambilan pasir yang dilakukan secara terus menerus sehingga substrat sebagai
habitat pokea akan mengalami kerusakan. Penurunan populasi kerang pokea hasil
beberapa faktor lingkungan seperti: ketersediaan makanan, kuat arus dan tipe substrat
kerang pokea dari habitat aslinya yakni pada dasar sungai baik pada substrat berpasir
maupun pada substrat berlumpur. Berdasarkan kondisi tersebut perlu ada upaya-
upaya untuk mempertahankan kerang pokea dari ancaman kepunahan agar kedepan
regenerasi pokea tetap lestari. Salah satu upaya tersebut antara lain dengan
melakukan budidaya.
Salah satu faktor penting dalam melakukan budidaya kerang adalah substrat,
oleh kerang ini untuk hidup dan mencari makan, namun sejauh ini informasi tentang
substrat yang optimum untuk pertumbuhan kerang ini belum tersedia. Berdasarkan
hal tersebut maka penelitian tentang pengaruh kombinasi substrat (kerikil, pasir dan
3
lumpur) yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang pokea
B. Rumusan Masalah
Kerang pokea memiliki nilai ekonomis penting karena daging pokea sebagai
bermukim di sekitar aliran sungai. Namun sumberdaya pokea saat ini semakin
menurun. Hal ini disebabkan oleh kerusakan habitat pokea akibat dari berbagai
beberapa faktor lingkungan habitat kerang pokea. Adanya penangkapan kerang pokea
dalam jumlah besar maka dapat mengurangi populasi kerang ini di alam.
maka perlu dilakukan kegiatan budidaya kerang pokea. Salah satu upaya yang
pada kombinasi substrat berbeda. Substrat sebagai habitat kerang pokea terdiri dari
tiga tipe yakni subtrat kerikil, substrat berpasir dan substrat berlumpur. Ketiga
substrat yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang pokea.
4
akan melakukan kegiatan budidaya kerang pokea dan menjadi pembanding bagi
penelitian selanjutnya.
5
Kingdom : Animalia
Fillum : Molusca
Kelas : Pelecypoda
Ordo : Eulamellabranchia
Family : Corbiculidea
Genus : Batissa
tersebut dapat berukuran besar dengan warna luar cangkang bervariasi bergantung
pada jenis dan tempat hidupnya. Selanjutnya dijelaskan bahwa organisme ini
mempunyai siphon, berkaki besar dan mempunyai insang yang berbentuk daun
organisme selalu ditemukan dalam keadaan membenamkan diri di dalam pasir atau
dari hewan pemangsa dan mencegah tubuhnya agar tidak kehilangan air terlalu
banyak. Cangkang ini terdiri atas dua keping yang berukuran relatif sama dan
bertumpu pada satu engsel yang terletak disebelah lateral (Bahtiar, 2005).
Tampak langsung yang dapat terlihat dari kerang ini yaitu cangkang besar dan
sedikit ke arah anterior. Sisi dorsal lurus atau agak cekung dibagian depan apex dan
sisi basal. Peralihan dari dorsal ke posterior dan dari posterior ke sisi basal
membundar pada kerang muda tetapi cenderung menyudut pada kerang dewasa.
meninggi. Ligamen diluar cangkang, relatif besar. Gigi kardinal berjumlah tiga
dengan gigi tengah terbelah dua. Epidermis kerang muda berwarna hijau
berwarna putih dengan sedikit warna ungu di luar garis palial (Dermawan, 2013)
Menurut Jasin (1992), bahan cangkang kerang pokea tersusun dari zat kapur
(CaCO3) yang sangat keras. Struktur kerang ini terdiri dari luar ke dalam yakni :
a. Periostracum, yaitu lapisan tipis yang berwarna coklat terdiri dari zat tanduk yang
dikeluarkan atau dihasilkan oleh tepi mantel dan berguna untuk melindungi
c. Nacreous, yaitu lapisan mutiara yang dihasilkan seluruh permukaan mantel tipis
celah sebelah dalam posterior yang disebut siphon ventral, sedangkan zat-zat hasil
ekskresi feses dan air yang tidak mengandung oksigen akan dikeluarkan melalui
Menurut Sugiri (1989) pergerakan kerang dibedakan atas dua macam menurut
tujuannya, yaitu kedepan dan menceburkan diri dalam lumpur atau pasir untuk
berjalan maju ke depan maka seekor kerang mengeluarkan kakinya. Kemudian darah
dipompakan masuk ke dalam kaki menjadi gemuk dan karena itu ia dapat berjalan
menuju ke depan.
Beberapa spesies kerang air tawar memiliki strategi tertentu untuk beradaptasi
terhadap lingkungan. Diantaranya kerang yang hidup di substrat dasar akan memiliki
kaki dan siphon yang sudah teradaptasi dengan tempat hidupnya. Kaki digunakan
untuk bergerak secara horizontal sebagai alat untuk berpindah dan gerakan vertikal
untuk menggali substrat (Baron dan Jacques, 1992). Siphon kerang yang terdiri dari
inhalat dan exhalant sudah teradaptasi dengan kedalaman substrat. Sementara pada
kerang air laut seperti yang dilaporkan oleh Bachok et al. (2006) kerang Psammotaea
pada kerang Opah (Gafrarium tumidum) posisi ujung siphonnya berada di dalam
perilaku berbeda terhadap partikel makanan (Bachok et al., 2006). Nurdin et al.
makanan yang akan difiltrasi dan dimakan. Bachok et al. (2006) juga menemukan
bahwa pada kerang Opah partikel makanan yang masuk ke dalam inhalant siphon
9
tidak semuanya dimakan. Partikel makanan tersebut dikeluarkan oleh exhalant siphon
struktur histologis kaki dan siphon kerang darah (Anadara antiquata L.) pada
berbagai substrat perlu diketahui karena struktur kaki dan siphon mempunyai
hubungan yang erat dengan kelimpahan atau ketersediaan kerang darah ini di
C. Aspek Biologi
Bivalvia jenis ini dapat ditemukan pada permukaan atau membenamkan diri
pada segmen muara (sejauh limpasan pasang) (Bahtiar, 2007). Pokea ditemukan pada
scmua tekstur substrat perairan dari kerikil sampai dengan liat (Bahtiar, 2007).
Seperti halnya bivalvia air tawar lain, kepadatan dan distribusinya sangat dipengaruhi
oleh tekstur substrat. Tekstur substrat bagi bivalvia dibutuhkan sebagai habitat untuk
mengubur diri, mencari makan dan aktivitas biologi lainnya (Kobak. 2005).
Beberapa penelitian pada bivalvia air tawar menunjukkan adanya korelasi yang kuat
diantaranya adalah Dreissena sp. yang mencapai kepadatan maksimum pada tekstur
batu dan kerikil (Meliina dan Rasmussen, 1994) dan Corbicula fluminea yang
mempunyai famili yang sama dengan pokea, mempunyai biomassa paling tinggi pada
tekstur pasir sangat kasar dan pasir halus (Sousa et al., 2008 dalam Bahtiar 2012)
Kehidupan kerang sangat bergantung pada kualitas air karena sifatnya yang
menyaring air untuk memperoleh makanan dan oksigen. Kualitas air ditentukan oleh
10
kandungan sedimen tersuspensi dan bahan-bahan kimia yang terlarut dalam air dan
pengaruh sedimen itu sendiri serta keadaan tanah sedimen yang diendapkan (Arsyad,
1989). Menurut Bahtiar (2012) kerang jenis ini dapat ditemukan pada berbagai jenis
substrat perairan mulai dari substrat kerikil hingga liat. Kepadatan pokea tertinggi
ditemukan pada tekstur lempung dan terrendah pada tekstur pasir dan kerikil.
karena bentuknya yang sama bila dilihat dari penampakan luar. Alat kelamin
hewan ini terbungkus oleh mantel dan cangkang yang sangat kuat dan keras
(Saharudin, 2003).
D. Substrat
Substrat yaitu permukaan suatu benda (batu, kayu, pasir, lempung dsb) yang
terbenam di dasar perairan tempat organisme menempel dan bergerak diatasnya atau
menyatakan bahwa tekstur tanah adalah perbandingan relatif dari berbagai gabungan
besar partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi-
fraksi liat, debu dan pasir. Rizal (2013) mengemukakan bahwa, tekstur substrat
dipengaruhi oleh kecepatan arus yang bergerak lambat sehingga mempunyai substrat
yang baik bagi kerang yaitu terdapat pada substrat lumpur berpasir. pada kerang
habitat paling baik bagi pertumbuhannya, karena mengandung persentase pasir dan
jenis hewan benthos yang hidup didalamnya. Oleh karena itu, tipe substrat dikatakan
sebagai faktor pendukung bagi organisme dasar (Odum, 1994). Perbedaan substrat
bahan organik jika dibanding dengan substrat pasir dan kerikil. Nybakken (1992)
karena bahan organik tersebut hanyut dibawa arus air. Kecepatan arus pada substrat
berpasir biasannya lebih tinggi. Lebih lanjut dikatakan bahwa jenis substrat dan
ukurannya merupakan salah satu faktor ekologi yang mempengaruhi bahan organik
Bahtiar (2005) menjelaskan bahwa, kerang pokea dapat hidup pada berbagai
tipe substrat mulai dari pasir, kerikil, lumpur, hingga campuran antar ketiga tipe
substrat tersebut. Perbedaan kepadatan juga sangat bervariasi diantara ketiga tipe
substrat tersebut. Kepadatan kerang pokea tertinggi didapatkan pada substrat lempung
kandungan oksigen relatif besar dibandingkan tipe substrat yang halus seperti liat dan
lumpur karena pada tipe substrat berpasir kemungkinan terjadi percampuran yang
intensif dengan air yang berbeda diatasnya, tetapi dari segi kandungan bahan organik
12
atau zat makanan pada substrat berpasir lebih sedikit karena arus yang lewat pada
panjang dalam waktu tertentu (Effendi, 1977). Selanjutnya Agus (2002) menjelaskan
kuantitas dan kualitas makanan, suhu dan besarnya ruang yang ditempati.
yang didapatkan berkisar (0,016 0,250g). Nilai ini masih lebih kecil daripada
penelitian Ryni (2008), yang mendapatkan pertumbuhan mutlak berkisar 0,31 1,05g
dengan kisaran berat rata-rata 1,92g. Hal ini diduga karena ukuran kerang pokea
yang digunakan jauh lebih besar berkisar 1,8 3,2g. Hasil yang diperoleh sesuai
dengan pernyataan Dharma (1988) bahwa, pertumbuhan siput dan kerang yang
berumur muda jauh lebih cepat dibanding siput yang sudah dewasa. Koela (2008)
untuk kerang pokea yang dipelihara pada keramba di Sungai Pohara dengan
individu baru yang unggul, kadang-kadang ada juga yang steril dan dapat
13
menghasilkan strain baru (Rustidja, 2005). Pertumbuhan merupakan salah satu aspek
penting dalam biologi kerang dan umumnya pertumbuhan kerang diukur dengan
kerang Batissa diduga dapat diketahui dari garis-garis disekeliling umbo yang
Elyani (1990) menyatakan bahwa, suhu air yang baik untuk pertumbuhan
kisaran suhu air 20-30C merupakan suhu air yang sesuai bagi kehidupan plankton
yang juga sebagai pakan kerang. Dalam fase pertumbuhanya, kerang yang berumur
muda jauh lebih cepat dibanding kerang yang sudah dewasa. Menurut Elyani (1990)
bahwa, pada kerang kijing (Anodonta woodiana) yang berukuran ukuran 2-5cm
mempunyai pertumbuhan lebih cepat daripada kijing ukuran besar. Ada kerang yang
tumbuh terus sepanjang hidupnya, tetapi ada pula yang pertumbuhannya terhenti
setelah dewasa
organisme yang hidup tiap periode waktu pemeliharaan tertentu atau jumlah populasi
organisme yang hidup sampai akhir pemeliharaan yang dihubungkan dengan jumlah
kaitannya dengan mortalitas yaitu kematian yang terjadi pada organisme sehingga
hidup dibagi atas dua faktor, yaitu faktor dari dalam yang meliputi (umur) stadia,
ukuran dan kemampuan adaptasi dengan lingkungan. Faktor dari luar yaitu kondisi
Laboratorium Unit Pembenihan dan Pembesaran Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
C. Prosedur Penelitian
Mencacah batang pisang dan jerami padi. Selanjutnya batang pisang, jerami
padi, feses ayam dan feses sapi masing-masing ditabur diatas terpal. Membuat larutan
16
EM4 dengan dosis 20 ml/liter air dan ditambahkan gula merah sebanyak 0,3 kg yang
telah dilarutkan didalam air sebanyak 200 ml. Selanjutnya menyiramkan larutan EM4
pada bahan baku secara merata, kemudian ditutup rapat dengan menggunakan terpal
dan didiamkan selama 1 minggu. Setelah itu dikering anginkan setiap pagi dan sore
hari. Fermentasi yang telah jadi ditandai dengan hilangnya bau pengap dan telah
kerikil, lumpur), dan kerang pokea. Wadah yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu akuarium yang terbuat dari kaca tipis dengan ukuran 25 x 30cm per akuarium
dan luasnya 750cm2 sebanyak 9 buah. Terlebih dahulu akuarium diisi dengan
campuran substrat sesuai perlakuan masing-masing yaitu substrat pasir, kerikil dan
pengisian air (air sumur bor). Setelah itu kerang pokea dimasukkan ke dalam wadah
pemeliharaan. Kerang pokea yang menjadi hewan uji diperoleh dari Sungai Pohara,
setiap wadah uji dimasukkan pompa air untuk menjaga agar air tetap tersirkulasi dan
3. Tahap Adaptasi
dahulu dilakukan adaptasi untuk menyesuaikan diri pada lingkungan yang baru agar
17
tidak mengalami stress ataupun kematian. Pada penelitian ini air yang digunakan
berasal dari air sumur bor. Kerang pokea dipelihara dalam wadah dan diberi pakan
terfermentasi berupa campuran kotoran sapi, kotoran ayam, jerami padi dan batang
4. Tahap Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharaan hewan uji dalam penelitian ini adalah selama 2
bulan. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan berupa pakan dengan kompososi
campuran kotoran sapi, kotoran ayam, jerami padi dan batang pisang yang telah di
fermentasi sebanyak 5% dari bobot tubuh per hari dengan frekuensi pemberian
setiap 20 hari sekali. Pakan tersebut diberikan dengan cara ditaburkan di atas
(1992), pokea mengambil makanan dengan sistem filter feeding. Pengukuran panjang,
lebar, tebal dan berat kerang pokea dilakukan 20 hari sekali selama penelitian.
D. Rancangan Percobaan
Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diterapkan
A1 C1 B2
A3 C3 B1
A2 C2 B3
1. Pertumbuhan Mutlak
h = Wt Wo
h = Lt Lo
Wt Wo
W
t
LnWt LnWo
LPS = x100%
t
5. Kualitas Air
Kualitas air yang diukur dalam penelitian ini adalah suhu, DO, pH, dan
amoniak.
F. Analisa Data
ragam dengan bantuan software SPSS 16.0. Jika hasil analisis menunjukkan pengaruh
yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada
A. Hasil Penelitian
mutlak bobot, pertumbuhan mutlak lebar, laju pertumbuhan harian, laju pertumbuhan
1. Pertumbuhan Mutlak
0.000
A B C
-0.020
-0.040
-0.040 -0.040
-0.060
Perlakuan
Gambar 4. Pertumbuhan mutlak bobot tubuh (g) kerang pokea selama penelitian.
kemudian diikuti oleh perlakuan A dan B dengan nilai yang sama (-0,040 g). Hasil
berbeda nyata terhadap pertumbuhan mutlak berat kerang pokea (Gambar 4 dan
Lampiran 4).
22
Lebar (Cm)
0.250
0.200
0.150
0.100 0.052 0.067
0.050
0.000
A B C
Perlakuan
Gambar 5. Pertumbuhan mutlak lebar cangkang (cm) kerang pokea selama penelitian.
kemudian diikuti perlakuan C (0,067 cm) dan terendah pada perlakuan B (0,052 cm).
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi substrat berbeda tidak
0.0005
(gr/hari)
0.0000
-0.0005 A B C
-0.0010 -0.0007 -0.0007
Perlakuan
(0,0005 g/hari), kemudian diikuti perlakuan B dan C memiliki nilai yang sama yaitu
23
(-0,0007 g/hari). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis substrat
berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan
0.125
0.100
0.078
0.050 0.061
0.042
0.017 Perlakuan A
0.000
(%)
komposisi substrat berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan
komposisi substrat berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
81.00
80.00 78.89 78.89
79.00
78.00
77.00
A B C
Perlakuan
diikuti perlakuan A dan C memilki tingkat kelangsungan hidup yang sama (78,89%).
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan komposisi substrat berbeda tidak
B. Pembahasan
(Gambar 4). Hasil yang didapat dalam penelitian ini masih lebih rendah dibanding
dengan penelitian yang dilakukan oleh Koela (2008) yaitu sebesar 0,157g.
Rendahnya pertumbuhan mutlak berat ini juga disebabkan oleh singkatnya waktu
melambat atau bahkan berhenti. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Koela (2008)
(0,257cm) (Gambar 5). Nilai ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian
sebesar 0,062cm namun lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Riny
(2008) yang mendapatkan pertumbuhan mutlak panjang sebesar 0,98cm untuk kerang
pokea yang dipelihara pada keramba di Sungai Pohara dengan kepadatan yang
berbeda.
26
C (0,0005g/hari). Hasil ini lebih rendah jika dibanding dengan penelitian Koela
(2008) yaitu sebesar 0,0009g/hari. Sedangkan pada laju pertumbuhan spesifik hasil
hari ke-20 hingga hari ke-60 mengalami penurunan pertumbuhan. Laju pertumbuhan
spesifik yang mengalami penurunan ini diduga disebabkan oleh jumlah pakan yang
terjadinya penurunan laju pertumbuhan spesifik pada kerang. Hal ini didukung oleh
kelebihan energy dalam pakan akan digunakan untuk pertumbuhan. Faktor lain yang
kerang ini yaitu banyaknya jumlah kerang berukuran besar yang mati, sehingga
bahwa kelangsungan hidup tertinggi didapatkan pada perlakuan B yaitu 81,11% yang
diikuti perlakuan A dan C dengan nilai yang sama yaitu 78,89%. Hal ini menandakan
bahwa kualitas air dalam media budidaya masih dalam kisaran yang dapat ditoleransi
oleh kerang pokea untuk melangsungkan hidup. Hal ini didukung oleh Gusrina
(2008) yang menyatakan bahwa, kualitas air merupakan salah satu faktor pembatas
pertumbuhan mutlak lebar, laju pertumbuhan harian, laju pertumbuhan spesifik, dan
tingkat kelangsungan hidup kerang pokea. Hal ini diduga disebabkan oleh ketiga jenis
substrat tersebut merupakan habitat alami kerang pokea di alam. Hasil penelitian
Bahtiar (2005), menunjukkan bahwa kerang ini dapat hidup pada berbagai tipe
substrat seperti pasir bercampur kerikil, pasir berlempung, serta pasir campuran
lumpur. Hal ini juga didukung oleh Bengen (1995) yang menyatakan bahwa, jenis
substrat yang disenangi oleh kerang adalah kombinasi dari ketiga jenis substrat yaitu
pasir, kerikil dan liat, karena substrat memberikan peranan yang besar terhadap
kehidupan organisme kerang dalam hal pemenuhan bahan organik didalam substrat.
Suhu yang didapatkan selama penelitian yaitu berkisar 30-310C nilai ini lebih
tinggi jika dibandingkan dengan suhu yang didapatkan di habitat alami kerang ini
(Sungai Pohara) yaitu berkisar 28-290C (Bahtiar, 2012). Suhu yang didapatkan
karena suhu yang terlalu tinggi dapat meningkatkan laju metabolisme dalam tubuh
kerang yang diikuti oleh tingginya kebutuhan energi yang digunakan untuk proses
metabolisme tersebut. Hal ini sesuai dengan Taena (2001) yang menyatakan bahwa
menyatakan bahwa pertumbuhan pada bivalvi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu
suplai makan, ruang, serta faktor lingkungan antara lain suhu, salinitas, dan pH.
sangat mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang pokea. Hal ini
28
sesuai dengan Bahtiar (2005), bahwa bivalvia air tawar dapat tumbuh dan
Oksigen terlarut yang didapatkan selama penelitian yaitu 5,0-5,4 ppm. Kadar
ini masih dalam kadar yang baik untuk pertumbuhan kerang pokea. Hal ini sesuai
dengan Jabang (2000) yang menyatakan bahwa, kisaran oksigen terlarut dalam air
yang baik untuk pertumbuhan kerang adalah berkisar antara 4,5 - 6,5ppm.
penelitian yaitu berkisar antara 0,031 - 0,061mg/l. Kadar amoniak 0,061mg/l ini juga
diduga mempengaruhi penurunan pertumbuhan berat kerang pokea. Hal ini didukung
oleh pernyataan Susanto (1999) bahwa, kadar amoniak untuk pemeliharaa ikan
A. Simpulan
kerang pokea.
78,8981,11%.
3. Kualitas air masih dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh kerang pokea,
B. Saran
komposisi substrat berbeda, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan metode
DAFTAR PUSTAKA
Agus, D., 2002. Kepadatan dan distribusi bivalvia pada kawasan intertidal di pantai
Desa Langara Iwawo. Kec. Wawonii Kab. Kendari. Skripsi. Jurusan
Perikanan Fakultas Pertanian. Unhalu. Kendari.
Arsyad, S,1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.
Asikin, T. 1981. Kerang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta
Bachok, Z., P. L. Mfilinge & M. Tsuchiya. 2006. Food sources of coexisting
suspension-feeding bivalves as indicated by fatty acid biomarkers,
subjected to the bivalves abundance on a tidal flat. Journal of
Sustainability Science and Management. 1 : 92-111.
Bahtiar, 2005. Kajian populasi pokea (Batissa violacea var. celebensis von Martens,
1897) di Sungai Pohara Kendari Sulawesi Tenggara.Thesis Sekolah
Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
______. 2007. Preferensi habitat dan lingkungan perairan pokea (Batissa violacea
var. celebensis, von Martens 1897) di Sungai Pohara Sulawesi Tenggara.
Jurnal Aqua Hayati. Volume 5 : 81-87
______. 2012. Studi bioekologi dan dinamika populasi pokea (Batissa violacea var.
celebensis von Martens, 1897) yang Tereksploitasi Sebagai Dasar
Pengelolaan di Sungai Pohara Sulawesi Tenggara. Disertasi Sekolah
Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Baron, J. & C. Jacques. 1992. Effects of environment factors on the distribution of
the edible bivalves Atactodea striata, Gafrarium tumidum and Anadara
scapha on the coast of New Caledonia (SW Pacific). Aquatiqa Living
Resour. 5 : 107 114.
Bengen, D.G., 1995. Sinopsi Analisa Statistik Multi Variabel/Multi Dimensi.
Program Pasca sarjana. IPB. Bogor.
Dahuri R., N. S, Putra, Zairion dan Sulistiono. 1993. Metode dan Teknik Analisis
Biota Perairan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Lembaga
Penelitian. IPB. Bogor. 207 hal.
Dermawan, A. 2013. Biota Perairan Terancam Punah di Indonesia Prioritas
Perlindungan. Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Ditjen
Kelautan, Pesisir, dan Pulau Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan
Perikanan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia (Indonesia Shell II) Sarana Graha.
Jakarta.
32
Djajasasmita. M. 1911. An Anotated list of the Spesies of the Genus Corbicula From
Indonesia (Mollusca Corbiculidae). Bulletin Zoologisch Museum. Uni
versiten Van Amsterdam. Amsterdam.
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan, Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta,
163hal.
Elyani, E. 1990. Tingkat Pertumbuhan Kijing Taiwan (Anodonta woodiana, Lea) di
Berbagai Habitat Perairan. [Karya Ilmiah]. Institut Pertanian Bogor,
Bogor, 45hal.
Fuller, S.L.H. 1974. Pollution Ecology of Freshwater Inocrebrates, Clams and
Mussels (Molusca, Bivalvia), Eds. C.W. Hart and S.L.H. Fuller,
Academi Press, New York and London.
Gaspersz, V. 1994. Metode Rancangan Percobaan Armico. Bandung. Kanisius.
Yogyakarta.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan untuk Sekolah Menengah Kejuruan jilid 1. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional
Jabang. 2000. Kepadatan, penyebaran dan perilaku makan kerang lokan Batissa
violacea Lamarck di Estuaria Batang Masang Tiku, Sumatera Barat serta
laju pertumbuhannya di laboratorium. Tesis. Program Paska Sarjana.
Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Jasin, M. 1992. Zoology Invertebrata Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya.
Kobak, J. 2005. Recruitment and distribution of Dreisena polymorpha (Bivalvia) on
substrates of different shape and orientation. internal. Rev. Hydrobiol. 2:
159-170.
Koela, A. 2008. Pengaruh substrat yang berbeda terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup kerang pokea (Batissa violacea celebensis). Skripsi.
Jurusan Perikanan FPIK Universitas Halu Oleo Kendari
Lovel, T. 1988. Nutrition and feeding of fish. An AVI Book. Published by Van
Nostrad Reinhold. New York.
Martens, V.E. 1897. Sss- und Brackwasser-Mollusken des Indischen Archipels.
Zoologische Ergebnisse einer Reise Niederlndisch Ost-Indien 4: 1-381
Mellina. E and Rasmussen. J.B. 1994. Patterns in the Distribution and Abundance of
Zebra Mussel (Dreissellu polymorpha) in River and Lakes in Relation to
Substrate and Other Physicochemical Factors. Can. J. Fish. Aquat. Sci.
51: 1024- 1036.
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
33
Nurdin, J., Neti, M., Izmiarti, Anjas, M., Rio, D., Jufri, M. 2006. Kepadatan populasi
dan pertumbuhan kerang darah Anadara antiquata L. (Bivalvia: Arcidae)
di Teluk Sungai Pisang, Kota Padang, Sumatera Barat. Jurusan Biologi.
FMIPA. Universitas Andalas. Padang. Makara Sains, 10(2): 96-101.
Nurdin, M. 1995. Pemanfaatan Ampas Sagu sebagai Substrat Pembuatan Protein Sel
Tunggal. Laporan Hasil Penelitian, Lembaga Penelitian Unhalu, Kendari.
Nybakken. J.W., 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. (Terjemahan
Eidman, M.Koesbiono, D.G. Bengen, M. Hutomo dan Sukarjo).
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Odum, 1994. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh Samsul, T.
Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Palinussa, E. M. 2010. Pemanfaatan kijing taiwan (Anodonta woodiana, Lea) sebagai
biofilter pada sistem budidaya ikan mas. [Tesis]. Institut Pertanian
Bogor, Bogor, 37 hlm.
Pamudi, 1997. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Post Benih Udang Windu
Peneaus Monodon Fab. Asal Cilacap dan Hidrid Cilacap-Aceh Yang di
Infeksi Monodon baculovirus (MBV). Fakultas Perikanan IPB. Bogor.
Rangan, J.K. 1996. Struktur dan tipilogi komunitas gastropoda pada zona hutan
manggrove perairan Kulu, kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Tesis
Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor.
Renel, F. 2001. Studi kepadatan dan distribusi kerang pokea (B.violacea celebensis)
pada sungai Pohara Desa Andodawi Kecamatan Bondoala Kabupaten
Konawe Selatan. Skripsi Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian.
Universitas Haluoleo. Kendari.
Rizal, Emiyarti dan Abdullah, 2013. Pola distribusi dan kepadatan kijing taiwan
(Anadonta woodiana) di Sungai Aworeka Kabupaten Konawe. Jurnal
Mina Laut Indonesia, 02(06): 142-153.
Rustidja. 2005. Breedeng dan Reproduksi Hewan Air Pemijahan Ikan-Ikan Tropis.
Universitas Briwijaya. Malang
Ryni., S. 2008. Pengaruh padat penebaran terhadap pertumbuhan dan kelangsungan
hidup benih kerang pokea (Batisa violacea celebensis). Skripsi. Jurusan
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Haluoleo.
Kendari.
Saharuddin. 2003. Studi kepadatan kerang pokea (B. violacea celebensis) pada
perairan sungai Pohara Desa Lausu Kecamatan Bondoala. Skripsi
Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo. Kendari.
Sastrapradja. 1977. Sumber Protein Hewani. Lembaga Biologi Nasional-LIPI. Bogor
Sawaluddin. 2003. Struktur komunitas makrozoobenthos dan keterkaitannya dengan
karakteristik sedimen di perairan sungai Wanggu Propinsi Sulawesi
34
Susanto, H dan Rachdianto, A. 1999. Kiat Budidaya Ikan Mas di lahan Kritis.
Penebar Swadaya. Jakarta. 113 hal.
Suwignyo, S., Widigdo B,, Wardiano Y., dan Krisanti M. 2005, Avertebrata Air.
penebar swadaya. Depok.
Taena, M. 2001. Studi kualitas air dan pertumbuhan kerang mutiara (Pinctada
maxima) pada kedalaman pemeliharaan berbeda. Thesis Pascasarjana
Universitas Hasanudin. Makassar. 147 hal.
Yenni, Nurhayati, T., Nurjanah, Losung, F. 2011. Kandungan mineral, proksimat dan
penanganan kerang pokea (Batissa violacea celebensis) dari Sungai
Pohara Sulawesi Tenggara. Prosiding Seminar Nasional dan Pertemuan
Ilmiah Tahunan ke-3 MPHPI 2011. Institut Pertanian Bogor, Bogor, 6-7
Oktober 2011.
34
LAMPIRAN
35
Hari ke-
Perlakuan/ulangan PM
0 20 40 60
A1 1.668 1.722 1.776 1.708 0.039
A2 2.025 1.995 2.014 1.934 -0.091
A3 1.944 1.932 1.903 1.877 -0.067
B1 1.997 2.000 1.930 1.837 -0.160
B2 1.626 1.613 1.686 1.631 0.004
B3 1.965 2.051 1.981 2.000 0.036
C1 1.739 1.821 1.870 1.767 0.028
C2 2.154 2.191 2.247 2.226 0.071
C3 2.162 2.129 2.178 2.145 -0.017
ANOVA
LAJU_PERTUMBUHAN_HA
RIAN
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between
.000 2 .000 .757 .509
Groups
Within Groups .000 6 .000
Total .000 8
Lampiran 10. Hasil Analisis Laju Pertumbuhan Spesifik Kerang Pokea Hari ke-20
ANOVA
LPS
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between
.006 2 .003 .154 .860
Groups
Within Groups .115 6 .019
Total .121 8
38
A B
C D
E F
Keterangan:
A= pembuatan larutan EM4
B= fermentasi pelepah pisang
C= fermentasi feses ayam
D= fermentasi feses sapi
E= wadah budidaya
F= pengukuran DO
41
G H
I J
K L
G= pengukuran pH
H= pengukuran bobot
I = pengukuran panjang
J= pengukuran lebar
K= pengukuran tebal
L= subtrat