Anda di halaman 1dari 99

KORALOGI KULIAH IV

DISTRIBUSI DAN ZONASI TERUMBU KARANG


A. DISTRIBUSI KARANG DAN TERUMBU KARANG

Tersebar luas di perairan dangkal tropis subtropis, yaitu antara


35O LU 35O LS (batas sebaran maksimum).
Pertumbuhan karang dan perkembangan terumbu karang yang
baik hanya pada daerah-daerah tertentu, Ex : perairan dari pulaupulau yang tidak atau sedikit mendapat tekanan sedimentasi
Karang dan terumbu karang ditemukan tumbuh dan berkembang
baik pada perairan dangka tropis, dengan suhu rata-rata tahunan
lbh tinggi dari 18OC.
Di wilayah tropis karang menyebar pada garis tropis, yaitu antara
- Garis Cancer ( 23 O LU) dan
- Garis Capricorn ( 23 O LS)
Tiga wilayah penyebaran karang dan terumbu karang terbesar di
dunia adalah : Laut Karibi, Laut Hindia & Laut Indo Pasifik.

Distribsi geografis terumbu karang di wilayah tropis

Karang tumbuh dengan baik di wilayah perairan laut Indo


Pasifik dibanding Laut Hindia dan Karibua
Di Laut Indo Pasifik terdapat 80 marga karang batu
Di Laut Indo-Pasifik, marga Acropora memiliki 80 spesies
Sementara di laut Karibia marga Acropora hanya memiliki 3
spesies.
Di laut Indo-Pasifik marga Potites memiliki 20 spesies
Sementara di laut Karibia Porites hanya memiliki 3 spesies

B. Zonasi Karang dan terumbu Karang

Tipe-tipe karang yang hidup di minakat penembusan cahaya matahari

Permukaan laut

Zona Rataan
Terumbu

Zona Pertengahan
Terumbu

Komponen abiotik :
Reef pavenet, rock, coral &
organisn fragment, sand

Komponen abiotik :
Rrock, Dead corals, coral fragment,
organisms fragment, sand

Komponen biotik :
Corals, spons, molusks,
crustcean, echinoderma,
filamentous algar, macro
algae,fishes, etc

Komponen biotik :
Corals, fishes, spons, molusks,
crustcean, echinoderma, anellids,
filamentous algar, macro algae, etc

Zona
Tepi
Tubir

Zona
Tubir

Zonasi terumbu karang tepi berdasarkan geomorfologi terumbu

C. Faktor-Faktor Pembatas Perkembangan Karang dan


Terumbu Karang

Ikhtisar beberapa faktor pembatas perkembangan terumu karang

Suhu air lebih besar dari 18OC , tetapi untuk perkembangan


yang optimal diperlukan suhu perairan rata-rata tahunan
berkisar antara 25 29OC, suhu maksimal yang masih
dapat ditolerir antara 36 40OC.
Kedalaman perairan kurang dari 50 m, dengan
perkembangan optimum pada kedalaman 25 m atau
kurang. Kenyataan menunjukan koral pada terumbu koral
tepi berkembang optimum pada kedalaman 3 7 m.
Salinitas air yang tinggi dan kontan berkisar antara 30
36 menunjang perkembangan koral secara optimal, dan
tidak berkembang pada perairan dengan kondisi payau
atau perairan dipengaruhi oleh aliran air tawar dari sungai.
Perairan yang cerah, bergelombang besar dengan arus
yang relatif kuat dan bebas dari sedimen atau pengaruh
sedimentasi

INTERAKSI SPESIES DAN


EKOLOGI TERUMBU KARANG

Beberapa hal dasar terkait dengan interaksi spesies dan


ekologi terumbu karang adalah sbb :
Terumbu melebihi sistem-sistem statik yang sederhana
Terumbu adalah suatu sistem hidup yang meningkat dan
menurun dalam ukuran sebagai suatu hasil dari interaksi
yang kompleks antara variasi biologis dan tekanan fisik.
Faktor interaksi itu menghasilkan terumbu dan menjamin
ketahanannya.
Sejak terumbu karang berada diantara banyak sistem yg kompleks pd
lingkungan laut dan tidak banyak penelitian ekologis yg rinci seperti
pantai berbatu, maka pengetahuan tentang aspek interaksi pd sistem
terumbu karang tidak lengkap seperti yang diinginkan.
Akan tetapi ada peluang utk memberi kesan bagaimana beberapa faktor
dapat berinteraksi utk memelihara/mempertahankan sistem terumbu.
Muncul gambaran umum yaitu interaksi yg tercatat utk terumbu mung kin mirip dgn pola-pola interaksi yang terobservasi pd pantai berbatu.

7.1. KOMPETISI
Kenyataan yg sangat menarik di suatu terumbu karang
pd suatu areal dimana karang tumbuh aktif yaitu:
Sebenarnya tdk ada ruang yg kosong.
Ruang primer hampir seluruhnya tertutup karang yg
dominan (Gambar 7.1) atau semacam turf alga
(selurhnya ukuran kecil, makro alga pendek yg tumbuh
beberapa cm dari substrat).
Semenjak semua ruang terisi & semenjak karang harus
memiliki akses terhadap cahaya untuk survive, maka
mungkin dpt menduga bahwa terjadi kompetisi antara
karang terhadap ruang dan cahaya.

Gambar 7.1. Ruang primer yang tertutup koloni-koloni karang.


Foto : F. Rijoly, 2005

Secara umum ada dua macam kompetisi yg terjadi


antara karang pd sustu sistem terumbu, yaitu :
(1) Kompetisi eksploitatif
(2) Kompetisi interferens.
(1) Kompetisi eksploitatif
Berdasarkan arah tumbuh tegak lurus, maka koloni-koloni
karang bercabang tumbuh lebih cepat dr karang encrusting atau masif, dan mereka seringkali memperluas pertumbuhannya di bagian atas dan melewati karang dari bentuk
tumbuh encrusting, dan menutupi mereka dr cahaya.
Bilamana ini terjadi, bagian dr koloni encrusting yg
terlindung itu akan mati. Ini adalah Kompetisi Eksploitatif

(2) Kompetisi Interferens


Sejak karang bercabang dpt tumbuh cepat dan menutupi ka
rang encrusting serta masif yg tumbuh lambat, maka muncul
pertanyaan yaitu: bagaimana karang dr bentuk tumbuh
encrusting dan masif itu dpt mengatur hingga mampu ber tahan hidup.
Berkaitan dgn hal ini, maka ada sejumlah alasan, tetapi hal yg
sgt menarik diliput oleh Lang (1973) dalam Nybakken (2001)
yaitu : species karang yg tumbuh lambat dpt memperpanjang
filamen-filamen digestif dari rongga gastrovaskularnya, yg
membunuh jaringan-jaringan spesies karang yg melakukan
kompetisi di sekitarnya (Gambar 7.2).
Macam atau jenis interaksi ini disebut Kompetisi Interferens,
yaitu: spesies karang bertumbuh lambat tetapi lebih agresif
yg mampu mengatur atau mengelola ruang, sementara
spesies karang tetangganya sebagai kompetitor tumbuh
secara cepat (Gambar 7.3).

Gabar 7.2. Pembunuhan bagian


koloni karang Acropora meja (A)
oleh karang masif (B).

Gabar 7.3. Interaksi kompetitif antar


dua spesies karang

Karang yg mampu menggunakan filamen-filamen digestifnya dpt mengatur dlm order yg spesifik sehingga bila
spesies lain berpasangan / berdampingan maka peme
-nang dlm kompetisi dpt diprediksi.
Kelompok karang yg agresif ini berperan dlm memeliha
ra keragaman lokal pada suatu terumbu karang.
Pd kondisi lab. diperoleh karang masif marga Pavona yg
tumbuh lambat mendominasi karang foliaceous marga
Pocillopora yg tumbuh cepat.
Fakta lapangan menunjukan sepertinya Pocillopora lbh
sering menghancurkan Pavona.

Selama awal kontak antara dua marga karang itu,


Pavona mengulurkan filamen-filamen mesenterialnya
dan secara parsial membunuh karang marga
Pocillopora.
Serelah 7 60 hari, tentakel yg tdk hancur dari polip
Pocillopora di area pinggiran yg dibunuh oleh Pavona
mulai memanjang hingga 30 kali dari panjang normalnya
dan merubah baterei nematositnya menjadi lbh kuat
Sweeper tentacles dari Pocillopora ini terbawa secara
pasif oleh arus air ke koloni Pavona, sehingga terjadi
kehancuran pd bagian koloni dr Pavona. Hubungan ini
memungkinkan Pocillopora utk memperbaiki ba gian
original koloninya yg habcur & terus tumbuh melampaui
Pavona.

Hasil nyata adalah Pocillopora menang dlm knflik secara


langsung. Sistem serupa dr sweeper tentacle telah di
laporkan utk dua karang ini di Karibia, dan fenomena ini
tersebar sangat luas. Pocillopora yg tergolong superior
kompetitif membantu menjelaskan ttg mengapa sampai
marga karang ini termasuk dominan di terumbu dangkal
wilayah Pasifik Timur.
Pada perairan dangkal terumbu karang, penutupan subs
trat terumbu oleh karang/organisme lain mungkin menca
pai 100%. Dibawah kondisi tertentu yg padat, karang bercabang yg tumbuh cepat menurunkan/mengeliminasi karang masif yg tumbuh lambat akibat tertutup oleh karang
karang bercabang itu, sehingga menurunkan akses ka rang masif terhadap cahaya dan pergerakan air. Sepertinya kompetisi eksploitatif mungkin menjelaskan dominasi karang Pocillopora di perairan dangkal Pasifik timur &
Acropora di Karibia.

Bila karang masif yang tumbuh lambat tidak memperoleh


akses terhadap cahaya matahari secara penuh : muncul
pertanyaan yaitu bagaimana mereka dapat Survive.
Suatu mekanisme menurut para ahli, yaitu : karang masif
tersebut lebih toleran terhadap naungan dan tumbuh pd
perairan yg lebih dalam, dimana kompetisi berkurang di
bawah kondisi cahaya rendah, sehingga memungkinkan
atau menberi peluang bagi mereka utk survive.
Kenyataan ini sebaliknya menyebabkan terjadi peningkat
an keragaman spesies menurut kedalaman. Tampkanya
hal ini tidak hanya terjadi pd karang tetapi juga pd anggo
ta fauna terumbu karang lain.

Telah banyak penelitian terhadap interaksi kompetitif


diantara spesies karang, sehingga menjadi nyata meka
nisme lain telah dipakai oleh karang dalam interaksi
kompetitif anatar spesies selain dengan filamen-filamen
msenterial dan sweeper tentacles.
Lang dan Chornesky (1990) dalam Nybakken (2001) melakukan tinjauan terhadap hal ini dan mengeluarkan 8 kategori mekanisme kompetitif yg digunakan karang dalam
interaksinya, yaitu :
(1) Filament-filament mesenterial, (2) Sweeper tentacles
(3) Sekresi lendir, (4) Overgrowth, (5) Overtopping,
(6)Sweeper polyps, (7) Pelepasan cairan kimiawi, dan
(8) Histoinkompatibilitas.

Kompetisi interspesifik lebih kompleks karena dapat ber


ubah-ubah secara geografis dan temporal serta dipenga
ruhi berbagai faktor lain seperti predasi, gangguan dan
perubahan kondisi lingkungan. Contoh:
Rangking hirarhis dari spesies karang berdasarkan pd
agresif menggunakan filamen-filamen mesenterial adalah berbeda di Jamaica dan Bermuda
Pada interaksi Povona-Pocillopora, ternyata hierarhis
filament mesenterial menempatkan Pavona pada
rangking atas
Tetapi bila didasarkan pada hierarhis sweeper tentacles maka Pocillopora berada pada rangking pertama.
Kategori kompetisi tbt mungkin juga mendekripsi
kompetisi antara karang dan ruang yg ditempati
avertebrata lain di areal terumbu. Contoh :

Samarco & Coll (1992) mendeskripsikan hambatan pertum


buhan & nekrosis jaringan diantara karang scleractinian
sbg hasil kompetisi yg dialami dgn karang lunak.
Dalam kasus ini tampaknya nekrosisi jaringan karang scle
ractinian itu terjadi melalui cairan kimiawi yg dikeluarkan
oleh karang lunak.
Kenyataan serupa telah diketahui bahwa spons mengham
hambat pertumbuhan karang, dan bahan kimiawi yg
dipro duksi oleh spons telah terimplikasi sbg mekanisme
kompe titif yg menyebabkan spons utk mengambil alih /
menem- pati ruang yg sedianya ditempati oleh karang.

Kompetitif diantar karang dan taksa terumbu lain, khusus


nya berbagai spesies alga yang tumbuh cepat. Itu akan
berkurang oleh ikan-ikan dari kelompok grazing & inverteb
rata, yang merupakan suatu keuntungan bagi karang.
Juga bilamana alga sangat kompetitif & menutupi koloni koloni juvenile karang di perairan dangkal, maka Birkeland
(1977) dalam Nybakken (2001) telah memperlihatkan bah wa karang dpt mengurus (merawat) ruang mereka
di perair an dalam.
Pentingnya pemakan alga terhadap karang diperlihatkan
melalui berbagai ekperimen eksklusif, dimana bila tdk ter
dpt organisme pemakan alga maka secara kompetitif alga
akan lbh dominan dari karang.

Interaksi kompetitif tidak hanya terbatas antar karang atau


antara karang dan organisme terumbu, ada pula interaksi
kompetitif antar taksa invertebrata lainnya.
Contoh : Whale (1980) dalam Nybakken (2001) mendeskrip
sikan suatu situasi dimana 2 spesies hydrocoral dr genus
Millepora tumbuh secara langsung melewati jenis gorgonia Plexaura homomalia dan Briareum asbestinum diman
setelah beberapa bulan tumbuh menutupi gorgonia tsb
secara penuh.
Sama halnya yg disedkripsikan oleh Karlson (1980) dalam
Nybakken (2001) dimana jenis Zoanthid: Polythoa caribae
orum & suatu sejenis gorgonia agresif yakni Erythropo dium caribaeorum yg tumbuh melampaui dan menutupi
jenis zoanthid Zoanthus solanderi.

Tampak makin jelas seperti diungkapkan para ahli bahwa


berbagai interaksi kompetitif anara karang & dengan klo nal lain serta koloni-koloni taksa invertebrata sesil sangat
kompleks & melibatkan multi mekanisme.
Interaksi-interaksi tsb dpt berubah-ubah menurut waktu &
ruang serta mungkin termodifikasi oleh pengaruh-pengaruh, geografi, dan predasi yang spertinya resultante struk
tur komunitas sulit untuk diprediksi.
Akhirnya kebanyakan dr hsl interaksi kompetitif tsb dpt
juga tetap, berbalik dan bahkan koeksisten kompetitif dan
eksklusi kompetitif.
Kompetisi hanya suatu mekanisme yg memberi sumbang
an terhadap keragaman terumbu karang, struktur & polapola zonasi terumbu.

7.2. Predasi
Meskipun banyak spesies invertebrata lain eksis di terum
bu karang, tdk satupun invertebrata yg terlihat secara je
las di terumbu keculai ekhinodermata ukuran besar (teri pang, duri babi, bulu babi, dan lili laut) & muluska ukuran
besar seperti kimah (Tridacna spp., Casis sp., Charonia
tritonis, Lambis spp., Strombus spp. Trochus niloticus,
Tectus spp., Conus spp. dan lain-lain).
Tampaknya terumbu didominasi oleh karang dengan ikan
yg berlimpah. Ini disebabkan inverebrata lain menghilang
atau bersembunyi.
Hal ini telah dijelaskan oleh Bakus (1964) dalam Nybakken
(2001) bahwa alasan untuk pola kriptik ini adalah tekanan
predasi yg kuat pada terumbu karang.

Invertebrata lain bertubuh lunak pd areal terumbu yg ter


buka akan cepat dikonsumsi. Ini dapat diverifikasi
melalui membalik bagian atas karang & membiarkan
faunanya ter buka, dimana secara cepat ikan menyambar
ke area fau - na itu utk menkonsumsi organisme yg
terbuka / terlihat. Rupanya ekhinodermata dan moluska
berukuran besar kebal terhdp predator.
Peranan predasi dalam mendeterminasi struktur & kompo
sisi terumbu karang belum diteliti & dimengerti secara
baik seperti pd pantai berbatu daerah pasang surut, teta pi kita memiliki suatu bukti penting ttg peningkatan ukur
an tubuh organisme.
Sesuatu yg mengherankan yaitu jml hewan yg makan koral hidup & dpt diklasifika si sbg predator. Kebanyakan dr
predator tsb berukuran kecil dikaitkan dgn koloni koral

Kebanyakan dari predator tsb berukuran kecil dikaitkan


dgn koloni karang.
Proses dr predasi dlm btk tsb mirip proses grazing oleh
herbivora, dgn jalan potongan-potongan polip karang
dipindahkan, tetapi seluruh koloni tidak nengalami kehan
curan.
Bila tidak banyak jaringan polip yg dipindahkan, karang
mungkin menumbuhkan kembali polip-polipnya utk menu
tupi area jaringan yg hilang itu, sama seperti yg umum
ditemukan pd pertumbuhan kembali tumbuhan setelah
mengalami grazing.

Bersamaan dgn itu tercatat predator-predator tsb tdk tam


pak memiliki efek yg nyata terhadap koloni-koloni karang
yg dimangsa, maupun mempengaruhi struktur komunitas
Akan tetapi menurut Glynn (1990) dalam Nybakken (2001)
jika karang hidup pd suatu terumbu mengalami penurunan yg besar sbg hasil dari destriksi yg keras oleh suatu
peristiwa fisika, seperti angin ribut atau suatu episode El
Nino, maka pd koloni karang hidup yg tersisa terkonsentrasi fauna corallivores, sehingga mengakibatkan kematian sekunder yg masif.

Dua taksa predator lain yg mampu menghancurkan koloni karang & memodifikasi struktur terumbu yaitu: Crown-of-thorns
(Acanthaster planci) dan berbagai ikan karang.
Acanthaster planci tergolong besar, yaitu bintang laut multi
tangan/jari yg hanya makan karang hidup (Gambar 7.4). Karena ukurannya, sehingga dapat menghancurkan seluruh koloni
karang selama waktu makannya.
Secara normal, Acanthaster jarang di terumbu karang IndoPasifik & tdk ditemukan di Atlantik, tetapi bila berada dlm jml
yg moderat - besar, dpt mempengaruhi komposisi terumbu.
Contoh : pd terumbu Pasifik timur Acanthaster lebih suka makan koloni-koloni karang dominan Pocillopora yang tumbuh
cepat, tetapi di lapangan, ternyata di waktu tertentu mereka
makan karang yg tumbuh lambat, serta koloni-koloni karang
yg tidak bercabang di bagian terumbu yg dalam.

Gambar 7.4. Bintang laut Crown-of-thorn (Acanthaster planci)


yang makan karang hidup, sebaliknya dimakan kerang terompet (Charonia tritonis)

Gambar 7.5. Charonia tritonis : Pemangsa Acanthaster planci

Predasi selektif terhadap karang non Pocillopora tsb menu


runkan keragaman & penutupan karang di suatu terumbu.
Alasan mengapa karang Pocillopora yg lebih disenangi
Acanthaster itu tdk dimakan adalah koloni-koloni karang
itu ditempati oleh udang simbiotik (Trapezia, Alpheus) yg
menghalau Acanthaster & melindungi koloni
Kehadiran Acanthaster bukan tanpa predator. Contoh :
Di Laut Merah puffer fish dan triger fish dpt membunuh
4.000 Acanthaster/Ha/tahun dan mungkin bertanggung
jawab terhdp rendahnya densitas Acanthaster disana.
Predator kecil yg lain meliputi udang Hymenocera dan
cacing polychaeta Phereardia. Predator tertentu meng hambat ledakan populasi Acanthaster di Pasifik Barat

Dua kelompok ikan yg secara aktif graze koloni-koloni


karang, dan mengkonsumsi polip-polip karang tsb
(corallivores).
Kelompok pertama adalah : puffers fish (Tetraodontidae),
file fish (Monacanthidae), triggerfish (Balistidae), dan
butterlyfish (Chaetodontidae), Gambar 7.6A.
Kelompok kedua adalah multivores (Omnivore) yaitu surgeonfish (Acanthuridae) dan parrotfish (Scaridae), yg
memindahkan polip-polip karang untuk memperoleh alga
pd kerangka karang / berbagai invertebrata yg berada di
dlm kerangka karang (Gambar 7.6B).

Gambar 7.6. Hubungan


ekologis dr fauna ikan
pada terumbu karang.
A. Ikan-ikan yang me
-rumput (Grazer)
koloni koloni karang
B. Ikan herbivora dan
omnivora yg mengam
bil makanan dr kolonikoloni karang pd eko sistem terumbu
karang.

Ikan Corallivora yg makan dgn cara menggigit & mencernah


bagian-bagian kerangka karang cenderung utk makan karang
yg tumbuh cepat / karang bercabang (Porites & Acropora) di
perairan Atlantik, serta Pocillopora, Acropora & Montipora di
perairan Pasifik.
Ikan corallivora dapat mempengaruhi struktur komunitas
karang dari suatu ekosistem terumbu karang.
Contoh:
Koloni-koloni karang Pocillopora damicornis yg ditransplantasi hancur berat
pd kedalaman 15 30 m, tetapi tdk dipengaruhi ikan corallivora pd kedalaman 2 3 m (Neudecker,1977)
Pocillopora damicornis tumbuh baik pd teritorial damselfish bila koloni-kolo
ni karang tsb diproteksi dari ikan corallivora (Wellington,
1982a) .
Kedua kasus itu & hasil-hasil observasi lapangan menunjukan Pocillopora
jarang ditemukan di daerah terumbu yg dalam, serta koloni-koloninya bila
dikurung dengan cages utk menghindari predator dpt tumbuh cepat pd ke
dalaman 15 m dibanding kedalaman 2 m : Tterdapat fakta yg kuat bahwa ikan

Dua famili ikan karang : Acanthuridae & Scaridae adalah


kelompok ikan yg dominan di terumbu karang
Mengkonsumsi karang hidup dan karang mati
Pengamatan terhadap usus kedua famili ikan itu
mengindikasikan keduanya sbg produser pasir dan
sedimen yg sgt significant pd terumbu karang.
Karnivora lain mungkin mempengaruhi struktur terumbu dgn
mengkonsumsi kelompok organisme yg bersaing dgn karang.
Bila karnivora memangsa kelompok organisme : sponge,
alcyonarians, gorgonians & tunicata lbh dpd karang & alga
koralin, maka akhirnya akan memberi suatu keuntungan dlm
hal persaingan terhadap ruang.

7.3. Grazing (Merumput)


Pd berbagai areal terumbu terdpt alga turf
Algae menjadi kompetitor utama terhadap ruang bagi karang,
karena tumbuh dan berkembang lbh cepat dibanding karang
Semenjak alga tdk dominan di areal terumbu dan dengan jelas
tdk ada persaingan dgn karang
Muncul pertanyaan yaitu apa yg mengendalikannya.
Jawaban realistis sesuai fakta yg dpt dikemukakan yaitu :
1. akibat adanya tekanan grazing yg intensif dr ikan dan
invertebrata tertentu, terutama duri babi dan bulu babi
(sea urchin).
2. Banyak famili ikan tergolong grazers herbivora, meliputi
Siganidae & Pomacentridae, Acanthuridae & Scaridae.

Grazing secara terus menerus dari ikan-ikan tsb, sertabulu


babi yg berlimpah (Diadema), membatu utk menghambat &
menurunkan kehadiran algae hingga men capai minimum,
sebaliknya mempertinggi survival rekruitmen karang.
Dibuktikan Huston (1985)
Jika semua herbivora dipindahkan dr terumbu / melindungi

areal terumbu dari grazing dgn cara memagarinya, karang


ditututupi oleh algae dgn sgt cepat & meng akibatkan ke
matian karang
Ikan herbivora mampu menghabiskan 50 100% produksi
algae di terumbu karang.
Karena alga memiliki nilai nutrisi yg rendah

Selain itu invertebrata herbivora, utamanya duri babi dan


moluska kelas Gastropoda dgn proporsi fauna invertebra
ta yg besar di laut tropis dibanding temperate merupakan
Grazer utama di terumbu karang.

Grazing oleh ikan & duri babi herbivora secara langsung


mempengaruhi algae. Pengaruh grazer terhadap alga ada
lah penurunan biomas algae yg tergolong sangat besar.
Di dalam tropik, ikan dan bulu babi sbg grazing relatif penting utk me
rawat & menstruktur terumbu, ternyata berlawanan dgn tekanan penangkapan oleh manusia.
Penangkapan tdk memindahkan/menghilangkan ikan-ikan herbivora
tetapi juga ikan-ikan yg memangsa bulu babi.
Pada bagian lain, bulu babi yg ternyata penting di terumbu karang
juga men jadi sasaran tekanan penangkapan tergolong berat.

Terdapat 2 hal penting akibat grazing di suatu terumbu karang :


1. Grazing yg moderat menghalangi adanya substrat yg dimonopoli oleh makro-alga yg dominan dan diversitas yg menonjol
2. Grazing yg berat tdk hanya mengakibatkan destruksi alga, tetapi juga karang & penurunan diversitas dari sistem terumbu
Kasus spesial dr efek grazer yg rumit pd karang adalah ikan
damselfish famili Pomacentridae.
Damselfish adalah ikan teritorial yg graze secara selektif / tdk
selektif terhadap algae di dalam teritorinya.
Tampak jelas pada Gambar 7.6 dimana sekitar tiga (3) jenis ikan
famili Pomacentridae menempati karang bercabang Acropora
sebagai teritotialnya, sekaligus sbg tempat makannya.

Gambar 7.7. Beberapa spesies ikan karang kelompok Damselfishes


(Pomacentridae) pd karang batu Acropora bercabang sbg
teritorial- nya. Foto : F. Rijoly, 2005

Contoh lain sehubungan dengan teritorial ikan damselfish


yg sangat nyata di lapangan, yaitu jenis ikan Dascyllus
reticulatus (famili: Pomacentridae) menempati karang meja
genus Acropora (Gambar 7.7), disertai dua kepentingan
yaitu :
1. Selain sebagai teritorialnya,
2. Juga melindungi alga mikro yg menempel pd bagianbagian koloni karang meja tsb.
Jenis-jenis ikan itu mempertahanakan ladang alganya ter
hadap ikan-ikan grazing yang lain, dan mungkin juga me
ngontol kom posisi jenis alga pd teritorinya oleh
weeding atau penjiangan (Ogden dan Lobel, 1978 dalam
Nybakken, 2001).

Gambar 7.8. Spesies ikan Dascyllus reticulatus (Damselfish) pada


karang Acropora meja sebagai teritorialnya. Foto : F, Rijoly, 2005.

Sejak alga di dalam teritori damselfish terlindung dari grazing yang


berat oleh grazer yang lain
Alga tsb tumbuh & berkembang cukup cepat sehingga mematikan
karang muda yg menempel krn tertutup atau ternaungi oleh alga
Akibat lanjutannya : terjadi penurunan populasi karang/bahkan hilang
Padang algae (garden) damselfish mungkin menempati permukaan
terumbu dalam porsi yg sgt nyata.

Menurut Wellington (1982a): lebih dari 60% areal rataan terumbu


karang mungkin menjadi teritori oleh damselfish, karena itu :
Damselfish memberikan sumbangan penting bagi struktur
komunitas,
Juga menyediakan tempat perlindungan bagi juvenile invertebrata
dan plankton demersal.

Semenjak damselfish melindungi teritorinya dari semua ikan-ikan ke


lompok grazing termasuk ikan-ikan grazing koralivora & memberikan
pemulihan karang masif dari grazing ikan dan tumbuh lebih lambat
dari karang foliouse bercabang,
Damselfish memberi sumbangan terhadap dominansi selektif dari
areal terumbu melalui karang bercabang yang ditempatinya.

Penelitian di Karibia menunjukan damselfish mengeliminasi


karang masif Montastrea annularis dari bagian atas terumbu,
dimanan damselfish sangat umum ditemukan. Ini menyebabkan jenis karang Acropora cervicornis yg tumbuh cepat menjadi dominan.
Di Pasifik timur terdpt suatu contoh kejadian yg lbh dramatis
mengenai efek damselfish pd struktur terumbu, damselfish
juga memindahkan jenis duri babi Eucidaris touarsii dr terito
rinya, jadi mereka mnyokong survival dr karang yg mungkin
bisa dihancur kan oleh duri babi grazing itu.

Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa :


Alga yg tubuh atau berkembang sgt cepat akan membunuh atau mematikan karang.
alga yg tumbuh dlm jml tertentu mungkin menaikan den
sitas karang melalui penurunan kontak interspesifik &
diikuti kompetisi diikutri koloni-koloni karang.

7.4. Bakteria Pada Sistem Terumbu


Peranan bakteria pada sistem terumbu karang kurang di mengerti hingga sekarang ini, karena hanya ada sejumlah
kecil penelitian yang telah dilakukan, terutama di sistem
terumbu Great Barrier Reef Australia.
Pada sistem terumbu GBR tsb di atas, telah diamati bakteria yg terdpt di dlm kolom air dan di dlm sedimen.
Produksi bakteria bergantung pd karbon organik terlarut
(DOC) dr air yg mengalir melintasi terumbu dan butiran
karbon organik (POC) dr penghancuran organisme ter
rumbu karang.
Aliran DOC dan POC cukup besar utk mengijinkan popu
lasi bakteria yg besar utk eksis di kolom air dr laguna
dan sedimen.

Berkaitan dgn uraian sebelumnya, maka ada dua


penjelasan
hasil penelitian yg cukup ptg seperti berikut ini :

a. Ducklow (1990) dalam Nybakken (2001) melaporkan: Biomassa &


produksi bakteria berada dlm jml yg besar di dalam sedimen diban
dingkan di dlm kolom air, dan rasio dari produksi total bakteri te rumbu terhdp produksi primer total terumbu berkisar dari 0,6 1,0.
Bakteria menyediakan suatu sumber enersi yg sgt besar utk komu
nitas terumbu & memberi kesan bhw suatu sistem microbial loop
bisa ditemukan, yg dpt mengkonservasi enersi di dlm sistem
terumbu seperti yg terjadi pd plankton.
b. Sorokin (1990) dalam Nybakken (2001) memiliki usulan bhw adanya
suatu System Loop dan itu merupakan salah satu dari penenge
laman utama utk nutrien. Ini bisa menjelaskan perawatan terhdp
produktivitas yg tinggi dari terumbu karang, tetapi Ducklow (1990)
dalam Nybakken (2001) menyata suatu System Loop seperti itu
tdk pernah ditemukan, dan apakah sumber enersi bakterial yg
besar ini digunakan olehorganisme terumbu yg filter-feeders / tidak
digunakan.

Uraian singkat dari dua hasil penelitian tsb meninggalkan


suatu kontroversi, yaitu :
1. Bila mempercayai pendapat Sorokin, maka terumbu karang
sangat dekat dengan sistem-sistem yg ber adaptasi untuk
melindungi semua nutrien inorganik secara ketat guna
mencegah pelepasan ke perairan laut sekitar.
2. Bila mempercayai pendapat Ducklow, sumber karbon dan
nutrien yang besar yang diwakili POC dan populasi bakteri
diabaikan.
Dengan demikian tampak jelas bhw dibutuhkan banyak peneli
tian untuk menjelaskan peranan bakteria pada sistem
terumbu
Bakteria mungkin juga penting dlm bioerosi terumbu karang.
Glynn (1997) dalam Nybakken (2001) melaporkan bhw bebera
- pa spesies cyanobacteria mampu mengerosi batuan
terumbu dan ditemukan di terumbu karang. Cyanobacteria
juga ptg pd penyakit terumbu karang seperti penyakit blackband yg dite mukan pada karang batu.

INTERAKSI SPESIES DAN


EKOLOGI TERUMBU
KARANG
(LANJUTAN)

9.1 Peranan Algae Pada Sistem terumbu


Algae cenderung sedikit/kurang menarik perhatian di terumbu karang wilayah tropis dibandingkan dgn padang
kelp di perairan pantai wilayah empat musim.

Akan tetapi melalui beberapa interaksi biologis ternyata


alga memiliki peranan ekologis ptg terhdp struktur komu
nitas dari sistem terumbu.

Pd bgan ini akan dibahas beberapa hal, terutama kondisi


fisik terumbu dan peranan alga

Terkait dgn hal tsb, peran alga bagi terumbu karang sbb :
1. Alga merah berkapur seperti Lithothamnion menjaga in tegritas terumbu melalui penyemenan
bersama berbagai potongan kalsium karbonat secara
konstan, sehingga menambah kekuatan terumbu
terhdp destruksi dr aksi gelombang & melindungi
potongan individual kalsium karbonat itu keluar areal
terumbu. Daerah algal juga ber- tanggung jawab utk
memecah/menghancurkan kecepat- an gelombang &
menghasilkan suatu kondisi tenang yg memungkinkan
pertumbuhan organisme lain pd areal ra- taan terumbu
karang di bgn belakang daerah alga itu.
2. Alga hijau berkapur yg didominasi genus Halimeda men
jadi kontributor yg nyata komponen pasir pd terumbu ka
rang, khusunya di dalam areal laguna. Kelompok alga ini
juga membentuk / mengkreasi suatu habitat khusus.

3. Alga tertentu juga membor masuk ke kerangka karang,


tetapi kemampuannya tdk nyata dlm bioerosi dibanding
organisme lain. Alga juga membtk / mengkreasi habitat
pd dan/atau sekitarnya & mungkin menyediakan naung
an terptg bg organisme tertentu terhdp pengaruh panas
tropis.
4. Alga adalah ptg sbg produser primer pd sistem terum
bu & merupakan makanan utk berbagai hewan herbivora. Ilustrasi menyangkut peranan alga/kelompok algae
tsb terhdp produktivitas, pembentukan komponen pe
nyusun terumbu, termasuk modifikasit terumbu diring
kas pd Gambar 9.1 & diagram pd Gambar 9.2

Gambar 9.1 Berbagai peranan dari algae yg hidup bebas pd zona


yg berbeda pada suatu terumbu karang. Sumber :
Nybakken, 2001

Produksi Primer
Fleshy
macrophytes
Pengikat Nitrogen

Fitoplankton

Alga turf dan


flora pasir
Pengendapan nutrien
dan pengurai
Pembentuk sedimen

Alga simbiotik

Makrofita
berkapur
Pembentuk terumbu
dan konsolidator
Alga pembor

Pemodifikasi terumbu

Gambar 9.2. Kelompok alga utama dan peranannya dalam ekosistem


terumbu karang. Garis tebal menunjukan kelompok alga yang relatif penting
dalam memproses komponen yang tertera, Garis putus-putus menunjukan
kemungkinan peranan terhadap kelompok.

9.2. Kriptofauna dan Bioerosi Terumbu Karang


Istilah kriptofauna yang diaplikasikan pd terumbu karang
diarahkan utk semua invertebrata yang :
Hidup di substrat karang
Hidup di dlm kerangka kalsium karbonat dg cara
membor
Hidup hidup di celah-celah dan lubang
Hidup pada ruang-ruang yg tersedia di bawah karang
dan
boulders.
Menurut Hutchings (1983) ada 2 kel. utama kriptafauna :
1. Kelompok kriptofauna yg secara aktual membor ke dlm
kalsium karbonat, dan dpt disenut sbg pembor sesung
guhnya. Fauna ionvertebrata yg termasuk dlm kelompok
ini meliputi spons, bivalvia (siput), sipuncula & bebera pa cacing polychaeta.

2. Kel. kriptofauna yg tdk dpt membor batu karang tetapi


hidup pd kobang lobang-lobang yg telah ada & celahcelah karang, dan dpt disebut sbg kel. kriptofauna
oportunis (Gambar 9.3).
Hewan yg termasuk dlm kel. oportunis ini adalah berbagai filum invertebrata laut, tetapi krustase & cacing poly
chaeta merupahan fauna yg paling umum ditemukan.
Organisme kriptofauna yg hidup berkoloni yaitu spons,
bryozoa & ascidians cenderung mendominasi fauna per
mukaan dr karang dibanding bgn bawah karang, goa &
menggantung. Hewan-hewan itu mampu bereproduksi
secara aseksual & menurupi ruang-ruang potensial lain
yg tersedia sehingga terbtk suatu persaingan sampingan di dlm area tsb.

Gbr. 9.3. Diagrama yg mempresentasikan variasi boieroder kerangka karang ekster


nal & internal. Internal bioeroder (Bores): A. Alga, fungi & bakteria sbg microbores; B.
Spons, C. Bivalvia (Lithophaga), D. Barnakel (Lithotrya), E. Sipunculans (Aspidosi
-phon) F. Polychaetes sbg macrobores. Eksternal bioeroder (Grazers) : G. Parrotfish,
H. Pufferfish, I. Hermit crab, J. Limpet (Acmaea), K. Urchin (Diadema), L. Chiton

Sangat sedikit yg diketahui ttg struktur, rekruitmen, atau


suksesi dr komunitas kriptofauna.
Menurut Hutchings (1983), komunitas kriptofauna didomi nasi oleh pemakan deposit.

Hewan-hewan itu umumnya makan detritus organik yg


terkoleksi dlm lendir yg dikeluarkan oleh karang.
Hewan ini mungkin memainkan suatu bgn ptg di dlm
sistem terumbu karang dgn menggunakan sejumlah besar
lendir yg diproduksi karang & dlm mendaur ulang materi
al organik serta nutrien yg terperangkap.
Organisme kriptofauna juga sbg sumber makanan bagi
hewan karnivora tertentu terumbu karang: seperti ikan
famili Holocentridae & Gastropoda (siput) ttt (Conus)

Banyak kriptofauna tertentu adalah ptg dlm bioerosi terumbu karang. Kecepatan bioerosi akibat aktivitas spons,
echinoid, dan grazing oleh moluska telah ditaksir & bila
ditambah dgn grazing berbagai ikan akan memberi
kesan bhw bioerosi mungkin ptg dr proses
penghancurkan terumbu karang.
Contoh : Stearn dan Scoffin (1977) dalam Nybbaken (2001)
melaporkan :
Karang & algae di Barbados mengendapkan 160 mt
kalsium karbonat/thn pd area terumbu sekitar 1 Ha.
Pada area yg sama, spons pembor, barnakel & bivalvia
memindahkan 1,5 mt karang hidup & 23,5 mt karang
mati/thn
Ikan kakatua (Parrotfish) memindahkan 1 mt & urchin
(Diadema antillarum) memindahkan 163 mt. Ini meberi
kesan : erosi terumbu lbh cepat dibanding pembentukan

Akan tetapi penelitian kedua oleh Scoffin et.al. (1980) pd


terumbu karang yg sama mendptkan:
Suatu nilai kecepatan kalsifikasi yg tinggi yaitu 206 ton
per thn, sementara
Total kecepatan bioerosi 163 ton per thn.
Uraian ttg beberapa data hasil penelitian tsb memberi
petunjuk bhw sejumlah kesimpulan bisa dibuat ttg
kecepatan kalsifikasi & bioerosi terumbu karang tanpa
harus melaku kan penelitian yg banyak.

Berkaitan dgn destruksi terumbu karang maka terdpt dua


kelompok utama biota sbg agen yaitu :
Agen biologis : spons, moluska, ekhinodermata, ikan,
Agen erosif : fungi, alga endolitik, polychaeta dan
cacing sipunkula yg terdpt di terumbu, tetapi setidikit /
tdk diketahui ttg kepentingan relatifnya.
Hal yg lbh ptg, yaitu kecepatan dr beberapa/semua orga
nisme bioerosif dlm memindahkan CaCO3 dr terumbu ada
lah berubah-ubah menurut waktu & tempat, serta mengga
bungan berbagai hal terkait dgn peranan dr organismeorganisme tsb dlm seluruh ekologi terumbu karang.

INTERAKSI SPESIES DAN


EKOLOGI TERUMBU
KARANG
(LANJUTAN)

10.1. Suksesi & Stabilitas Pada Terumbu Karang


A. Suksesi Terumbu Karang
DEFINISI : Suksesi ekologi berkaitan dengan perubahan
terhadap struktur dan komposisi melalui suatu
orde waktu.
Apakah Susksesi Juga Terjadi Pada Terumbu Karang ?
Fakta awal menunjukan tidak ada suksesi pada/dalam TK
Dua penelitian mendasar jangka panjang di Pasifik menunjukan : Spesies dpt diprediksi hadir pada area yang sama.

1. Di Guam, TK dihancurkan oleh Acanthaster pd 19671969


Tutupan karang hilang lebih dari 90%
Colgan (1980) mengikuti Recovery TK tsb sepanjang
11 bulan berikutnya dan berhasil teridentifikasi
suatu suksesi yang nyata (pasti).
2. Di P. Heron (GBR), Conell et.al. (1997) telah meneliti
dinamika komunitas karang secara terus menerus
sejak 1967 mendapatkan dua hal sbb :
1. Rekaman kondisi TK secara kontinyu untuk periode
waktu yang panjang
2. Suatu ramalan tentang suksesi spesies menurut
waktu

Akan tetapi studi TK dalam jangka waktu panjang di


Hawaii (Grigg,1983; Dolar dan Tribble, 1993)
Tidak terungkap/menemukan species replacements
apapun yg dpt diprediksi
Studi ini mennjukan atau menyimpulkan bahwa
gangguan-ganguan lokal dpt secara kuat
mempengaruhi perubahan suksesional
Uraian fakta hasil-hasil penelitian itu menunjukan bhw
masih banyak kerja penelitian yg diperlukan sebelum
kita dpt membuat suatu statement yg pasti tentang
Suksesi Pada Terumbu Karang

10.2. Mortalitas Katastropik dan Recovery TK


Badai (angin tofan) : large-Scale destruction from various
force.
Mungkin sumber fisik utama kematian terumbu secara masif
adalah destruksi mekanis oleh sejumlah angin ribut tropis.

Ledakan Acanthaster : Mortalitas terumbu cukup luas.


Di Guam dlm waktu 2,5 kehancuran TK sekitar 90%
sepanjang 38 km garis pantai. Recovery : 5 thn
El Nino : Perubahan cuaca dan kondisi osenografi (suhu
air permukaan naik 2 4OC) utk beberapa bulan. Kematian
karang krn stress dengan suhu air 30OC
Coral bleaching : Recovery sekitar 15 thn
Penyakit yang mempengaruhi karang dan organisme
terumbu lain : Black Band desease
White Band desease

BIOGEOGRAFI TERUMBU
KARANG

2. DISTRIBUSI KORAL MODEREN


Perbedaan yg besar antara koral Hermatifik & Ahermatific
tampak jelas terkait dengan pola distribusinya

Koral Ahermatific tidak dibatasi oleh suhu atau cahaya


Tiap spesies tampak memiliki kesesuaian habitat tertentu
dgn set individu yg tinggi.
Beberapa spesies hadir pd tempat-tempat spesifik di tubir
kontinental
Sementara spesies lainnya menempati perairan dalam yg
gelap & dingin.
Pada bagian lain, koral hermatifik semuanya dibatasi oleh
alga simbiotiknya, dan dalam waktu yg panjang, mungkin
bergantung pd terumbu yg dibangunya utk bertahan hidup.
Distribusi Koral Moderen meliputi :
1.Skala Spasial, 2. Distribusi Genera, 3. Distribusi Spesies

2.1. Skala Spasial


Pola distribusi koral hermatifik berbeda menurut jarak atau
skala (dari puluhan meter ribuan Km)
Koral melintasi permukaan suatu terumbu tunggal, selanjutnya
mengkreasi pola-pola tipe komunitas, dan pada dasarnya
merepleksi kondisi-kondisi fisik lingkungan, khsusnya
kedalaman, gelombang, cahaya dan sedimen
Dalam suatu kesatuan wilayah (sepereti sepanjang pantai
timur atau pantai barat Australia) pada dasarnya koral
terdistribusi menurut
Arus laut dan suhu air
Kesesuaian substrat yang memungkinkan (Stepping Stones)
atau site untuk kolonisasi
Kapasitas larva untuk menyebar melintasi jarak yang
panjangdan kondisi ekologis pada batas kisarannya.

Di wilayah pusat Indo-Pasifik, dan di seluruh dunia, distribusi


koral bergantung pada:
Mosaik dari pola-pola regional, masing-masing dengan ciri-ciri,
bergantung pada latar belakang geologis dari hanyutan
kontinental
Perubahan sea-levels secara konstan
Kondisi Klimat
Pola-pola sirkulasi laut
Distribusu dari hampir semua karang batu dikontrol kombinasi
berbagai faktor di atas
Dalam keterbatasan tersebut, bagaimanapun juga, perbedaan
genera dan spesies menunjukan pola-pola yang berbeda.

Perkiraan batas sebaran terumbu karang wilayah tropis


Indo-Pasifik dan Atlantik, sebagai perbandingan dengan
rata-rata suhu air laut minimum dan juga kekayaan genera
karang

Jml.
Spesies

Jml.
Genus

Indo-Pacific

700

88

Tropical Atlantic

145

Red Sea

300

Southern Japan

242

Philippines

411

Veron, J.E., 1993

Papua New Guinea

500

Fenner, D., 2002

Indonesia
Wil. Timur Indonesia
Raja Ampat **

590

Veron, J.E., 2002


Veron, J.E., 2002
Veron, J.E., 2002

Wilayah Perairan

499
465

Sumber
Rosen, 1971
Fenner, D., 2002

69

70

Veron, J.E., 1986

EKOLOGI IKAN KARANG


1. PENGERTIAN, DEFENISI & BATASAN
Ekologi; Ikan;

Karang/koral

Ikan karang = Ikan-ikan yang


menghabiskan sebagian besar atau seluruh
fase hidupnya di perairan terumbu karang
dan tergantung pada terumbu karang.
Terumbu karang = ekosistem di perairan
dangkal laut tropis yang dibangun terutama
oleh karang batu dan algae berkapur
bersama-sama dgn biota-biota laut lainnya

FUNGSI TERUMBU KARANG


Ekologis; Ekonomis; Sosial Budaya
Habitat
Feeding ground
Spawning ground
Nursery ground, dll

Gudang keanekaragaman hayati

2. KOMPOSISI JENIS IKAN KARANG


Tabel 1. Jumlah S (Spesies) ikan karang
Wilayah Geografis
Kep. Philipina
New Guinea
Great Barrier Reef
Kep. Seychelles
Kep. Marshall &
Mariana

S
2.177
1.700
1.500
880
609

Kep. Bahama
Kep. Hawaii
Kep. Indonesia

507
448
2.057

Kekayaan jenis ikan karang tergantung


pada :
Kekayaan jenis karang batu

Jauh/dekat dari pusat keanekaragaman


Karang batu
Indonesia : 774 G, 212 F
Venezuela : 337 G, 132 F
Ikan
RI S. Hindia
1.082 S
RI W. & C. Pacific 2.006 S

3. HABITAT IKAN KARANG


Terumbu Karang (utama)
Mangrove (sementara)
Seagrass (sementara)
Kekayaan jenis IK tergantung variasi habitat
dalam Terumbu Karang.
Namun kondisi demikian juga bervariasi
tergantung lokasi terumbu karang

Kehidupan spesies ikan karang


Terbatas pada lingkungan terumbu karang
Memiliki teritorial yang sempit (ada juga
yang tidak memiliki teritorial)
Pilihan habitat dan kedalaman terbatas
Lingkungan dengan nutrient yang tinggi

4. INTERAKSI IKAN KARANG


4 Model yang menjelaskan Keragaman
Jenis ikan karang yg didasarkan pada
kompetisi & proses recruitment
1. Competition Model
D = hasil interaksi kompetisi yang kuat
mengikuti derajat spesialisasi yg tinggi.
2. Lottery Model
Tidak ada sifat khusus, kebutuhan sama
& kompetisi aktif diantara spesies.

3. Predation Distrubance Model


Predasi, bencana dan recruitment yg
tidak dpt diprediksi menyebabkan
populasi kecil dimana makanan
menjadi faktor pembatas.
4. Recruitment Limitation Model
Populasi ikan dewasa merefleksikan
variasi pada recruitment larva dan
bukan pada postrecruitment.

Tabel 2. Interaksi antara 4 model tersebut


Postrecruitment (PR)
competition
Intense

Recruitment
modified by
PR processes
Recruitment
not modified
by
PR processes

Weak
Predation
Competition Disturbance
Model
Model
Lottery
Model

Recruitment
Limitation
Model

5. MAKANAN
Klasifikasi IK berdasarkan jenis makanan :
Herbivora, + 15%
Karnivora + 50 s/d 70% dan,
Omnivora

Tabel 3. Proporsi S berdasarkan perbedaan kategori tropik


Trophic Category

Hobsn

G&T

Sano

T&C

Herbivores

22

18

20

Planktivores

18

15

15

38

Benthic Invertebrates Feeders

56

27

41

33

Coral Feeders

Sessile animal Feeders

13

Mobile Invertebrates Feeders

34

Omnivores

10

Piscivores

Others (e.g. cleaners)

Ket.

19
38

Hobsn = Hobson (1975), Sano = Sano et al (1946)


G & T = Goldman & Talbot (1976),
T & C = Tresher & Colin (1986)

Ikan-ikan Pemakan Karang (Coralivorous) dan


Bagian Karang yang dimakan
Polip (Chaetodontidae, Monacanthidae)
Ujung-ujung karang hidup (Scaridae,
Balistidae, Chaetodontidae, Monacanthidae)
Ujung-ujung karang bercabang (Balistidae,
Tetraodontidae, Monacanthidae)

Strategi Mangsa Menghindari Diri


Dari Ikan-Ikan Karnivora
Bersembunyi
Mengeluarkan racun
Memiliki bahan beracun di permukaan
tubuh (krinotoksin)
Mengandung racun di dalam tubuh atau
organ tubuhnya (ciguatera)

6. DISTRIBUSI IKAN KARANG


Mengikuti penyebaran terumbu karang
Mengikuti periode pasang dan surut
Mengikuti periode siang dan malam
Mengikuti penyebaran terumbu karang
a. Zonasi
Zona genangan supra & intertidal
(Blennidae)
Zona reef flat

Zona outer reefwall atau slope


b. Karakteristik pulau dan zonasi
Pulau oseanis atau bukan
Drop off atau tidak
c. Kedalaman
Mengikuti periode siang dan malam
a. Siang, Ikan-ikan Herbivora & pemakan
invertebrata bentik
b. Malam, Ikan-ikan karnivora (kriptik)

7. Peletakan/Penetapan Lokasi Pada Ikan


Karang
Banyak ikan karang dewasa menetapkan
lokasi hidupnya pada areal terumbu karang
secara pasti dan kuat. Fungsinya untuk :
1. Mempertahankan ruang untuk T4 :
makan, memijah, dan istirahat / tidur
2. Mempertahankan pasangan, dan
3. Mempertahankan lokasi memijah
(spawning) dan keturunan.
Berbagai penelitian menunjukan bahwa
individu2 suatu Sp tsb pada area kecil untuk
periode yang panjang.

Ikan tampak di terumbu siang hari utk :


Diurnal spesies mempertahankan teritorial
makannya, sedangkan Herbivora &
Karnivora mempertahankan teritorialnya
melalui pergerakan dalam gerombolan
campuran.
Agregasi ikan karang yang mencari
makan di malam hari, (Holocentridae,
Pempheridae, Apogonidae & Haemulidae,
kemungkinan semuanya menyebar secara
luas di malam hari, sedangkan Cryptic
(Gobiidae & Blenidae) memiliki kisaran
pergerakan yang sangat terbatas

Tipe struktur sosial ikan karang untuk :


makan, bertelur / memijah, bergerombol.
- Teritori individual (umumnya untuk makan),
- Teritori berpasangan (untuk memijah),
bertelur, kelompok dll.
Kebanyakan ikan karang tinggal dekat
rumahnya untuk periode yang panjang.
beberapa spesies mengadopsi teritorial
makan saat mereka masih muda saja.
Setelah dewasa, mengadopsi suatu sistem
kisaran rumah dengan anggota spesies
lainnya kemudian secara bersama-sama
mempertahankannya.

8. Hubungan Inter Tropik


Jaringan makanan pada terumbu karang
sangat kompleks.
Algae terumbu menyokong populasi yg
besar dari ikan herbivora. Alga uniselular
dan detritus diambil dari gundukangundukan pasir.
Karakteristik ikan karang yang menonjol
adalah :
Pemakan tumbuhan (browser) dengan gigi
potong dan
Pemakan rumput (grazer) yang
memindahkan beberapa substrat atau
secara aktual memotong bagian2 karang.

PISCIVORES BESAR

(Hiu, Kerapu, Lentjam, Kue, Barakuda)

MIDWATER PISCIVORES

PEMAKAN IKAN KECIL

(Carangidae)

(Lentjan, Kerapu kecil, Kue)

PEMAKAN KARANG
(Parotfish, Filefish,
Puffers)

PEMAKAN
INVERTEBRATA BENTIK
(Kepe-Kepe, Grunts,
Lentjam kecil)

Karang

PEMAKAN INVERTEBRATA MIDWATER


(Damsefishes, Clupeids)
Zooplankton

HERBIVORA

(Browsers, Grazers,
Surgeonfish, Blennies,
Wrasse, Gobies

PEMAKAN DETRITUS

Alga Bentik

Detritus

(Gray mullet)

Invertebrata
bentik

Fitoplankton

Gambar 9.6. Hubungan tropik dari ikan karang. Ditampilkan 5 tingkat tropik; komunitas
karang juga meliputi karnivora, Cropping makanan dari beberapa tingkat tropik (Sumber
: Lowel-McConnell, 1987 dalam Nybakken, 2001)

9. Hubungan Simbiotik Pada Ikan Karang


Pada terumbu karang terjadi suatu kisaran
interaksi interspesifik yang menyeluruh.
Hubungan ikan-ikan karang tsb meliputi :
1. Ikan pembersih dan inangnya,
2. Simbiotik dalam hal membagi teritori dan
alga food oleh damselfish & surgeonfish,
3. Feeding komensalisme antara Mullidae
dan banyak ikan lainnya yg makan pada
susbtrat dasar berpasir & menyebabkan
perairan sekitar menjadi kabur

Ada hubungan antara ikan karang dan


berbagai invertebrata di terumbu karang
yang meliputi :
1. Hubungan antara spesies ikan
Amphiprion dan anemon
2. Ikan pearlfish Carapus (Carapidae) hidup
di dalam teripang sebagai inangnya
3. Hubunagn antara ikan Gobi dan udang
Alpheus yang hidup bersama-sama
4. Ikan, sering bersama udang, hidup di
antara duri dari kelompok bulu babi (sea
urchin) yang menyerupai hutan di dasar
terumbu karang.

CLEANING BEHAVIOR
Organisme pembersih
Cleaning station
Ukuran ikan yang
dibersihkan
Tingkah laku ikan
yang dibersihkan
Apa saja yang
dibersihkan

Anda mungkin juga menyukai