I. PENDAHULUAN
karang adalah
sekumpulan
hewan
karang
yang
termasuk
dalam
jenis
Anthozoa
yang
memiliki tentakel. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu
Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara
asal-usul, Morfologi dan Fisiologi.
Kondisi ekosistem karang pada saat ini telah mengalami kerusakan dan
penurunan yang disebabkan antara lain oleh pengeboman ikan, pengambilan
ikan dengan menggunakan bahan beracun serta pengambilan dan perdagangan
karang hias illegal. Berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian Oseanografi
(P2O) - LIPI tahun 2002, dari 556 lokasi yang tersebar di perairan Indonesia
menunjukan bahwa 6,83 % dalam kondisi sangat baik, 25,72 % dalam kondisi
baik, 36,87 % dalam kondisi sedang, dan 30,58 % dalam kondisi rusak
(Suharsono & Gianto, 2003).
1.2.
dapat
dibedakan
menjadi
dua
kelompok
berdasarkan
hidup di tempat yang lebih dalam. Karang hermatipik lebih cepat tumbuh dan
lebih cepat membentuk deposit kapur dibanding karang ahermatipik (Suharsono,
2004).
Menurut Timotius (2003), Akresi adalah pertumbuhan koloni dan terumbu
ke arah vertikal maupun horisontal. Karang melalui reproduksi aseksualnya
menghasilkan karang-karang baru yang berhubungan satu dengan lainnya.
Karang-karang tersebut membentuk koloni, yang kemudian tumbuh menjadi
bentuk yang khas. Ragam bentuk pertumbuhan koloni tersebut meliputi:
a. Bercabang
Koloni ini tumbuh ke arah vertikal maupun horisontal, dengan arah vertikal lebih
dominan. Percabangan dapat memanjang atau melebar, sementara bentuk cabang
dapat halus atau tebal. Karang bercabang memiliki tingkat pertumbuhan yang
paling cepat, yaitu bisa mencapai 20 cm/tahun. Bentuk koloni seperti ini, banyak
terdapat di sepanjang tepi terumbu dan bagian atas lereng, terutama yang
terlindungi atau setengah terbuka.
b. Padat
Pertumbuhan koloni lebih dominan ke arah horisontal daripada vertikal. Karang
ini memiliki permukaan yang halus dan padat; bentuk yang bervariasi, seperti
setengah bola, bongkahan batu, dan lainnya; dengan ukuran yang juga beragam.
Dengan pertumbuhan < 1 cm/tahun, koloni tergolong paling lambat tumbuh.
Meski demikian, di alam banyak dijumpai karang ini dengan ukuran yang sangat
besar. Umumnya ditemukan di sepanjang tepi terumbu karang dan bagian atas
lereng terumbu.
c. Lembaran
Pertumbuhan koloni terutama ke arah horisontal, dengan bentuk lembaran yang
pipih. Umumnya terdapat di lereng terumbu dan daerah terlindung. Dijumpai di
perairan
d. Seperti meja
bentuk bercabang dengan arah mendatar dan rata seperti meja. Karang ini
ditopang dengan batang yang berpusat atau bertumpu pada satu sisi membentuk
sudut atau datar.
grafik,
selanjutnya
dianalisis
secara
deskriptif
dengan
melakukan
4.1 Hasil
Tabel 1. Persentase Tutupan Stasiun 1
GRAFIK STASIUN 1
Persentase Tutupan
250.00
200.00
150.00
TUTUPAN
100.00
%
50.00
0.00
S
ACB
ACE
ACT
Jenis
Persentasse Tutupan
GRAFIK STASIUN 2
200.00
150.00
100.00
TUTUPAN
50.00
0.00
ACT
CHL
ACE
CE
Jenis
Persentase Tutupan
GRAFIK STASIUN 3
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
TUTUPAN
%
ACD
DC
ACB
CS
SP
ACS
SC
Jenis
GRAFIK STASIUN 4
Persentase Tutupan
140.00
120.00
100.00
80.00
60.00
TUTUPAN
40.00
20.00
0.00
ACB
ZO
CHL
SP
SC
TA
Jenis
10
4.2. Pembahasan
Pada stasiun 1 dapat dilihat bahwa tutupan karang hidup yaitu dengan nilai
55,00 %. Karang yang mendominasi ialah ACE yaitu dengan nilai persentase
tutupan karang sebesar 37,00 %. Nilai tutupan karang terbesar ialah S yaitu
dengan nilai 45,00 %.
Pada stasiun 2 dapat dilihat bahwa tutupan karang hidup yaitu dengan nilai
63,00 %. Karang hidup yang mendominasi yaitu ACT yaitu dengan persentase
nilai 32,00 %. Nilai tutupan yang terbesar yaitu S dengan nilai 37,00 %.
Pada stasiun 3 dapat dilihat bahwa tutupan karang hidup yaitu dengan nilai
79,00 %. Karang yang mendominasi yaitu ACD dengan persentase nilai 22,80 %.
Nilai tutupan yang terbesar ialah S yaitu dengan persentase nilai 11,80 % dan DC
dengan nilai 9,20 %.
Sedangkan Pada stasiun 4 dapat dilihat bahwa tutupan karang hidup yaitu
dengan nilai 56,60 %. Karang yang mendominasi adalah TA dengan persentase
dengan nilai 16,20 %. Nilai tutupan karang terbesar yaitu S dengan persentase
nilai 23,20 % dan R dengan nilai 20,20 %.
Berdasarkan baku mutu kerusakan terumbu karang (Kepmeneg LH No. 04
Tahun 2001) persentase kriteria baku kerusakan terumbu karang pada stasiun 1, 2,
dan 4 tersebut termasuk pada golongan kriteria yang baik dan pada stasiun 3
termasuk kriteria baik sekali.
11
5.1. Kesimpulan
Pulau cingkuak memiliki karang yang dapat di kategorikan dalam kondisi
baik, hal ini dapat dilihat dari hasil persentase nilai tutupan karang pada masing masing stasiun.
5.2. Saran
Diharapkan agar laporan ini dapat menjadi penuntun dan berguna kepada
pembaca. Untuk mengetahui presentase nilai tutupan karang sebaiknya tidak
hanya menggunakan motode transek garis saja, tetapi juga menggunakan beberapa
metode lain seperti transek poin sehingga mahasiswa dapat mengetahui
penggunaan motode lainnya.
12
DAFTAR PUSTAKA