Anda di halaman 1dari 17

KONDISI TERUMBU KARANG PADA PERAIRAN PULAU BOANO DAN SEKITARNYA

KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT


TAHUN 2016

Oleh

Robert Alik

I. PENDAHULUAN

Indonesia addalah sebuah Negara Kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah


pulau melebihi 17.000 dan panjang garis pantai melebihi dari 81.000 km, dan
merupakan salah satu negara bahari yang memiliki kekayaan dan keanekaragaman
hayati yang tinggi. Keanekaragaman hayati laut Indonesia dari segi sosial, ekonomi,
dan ekologi tidak hanya besar maknanya bagi penduduk Indonesia, namun juga
berperan penting dalam dimensi global.
Indonesia merupakan tempat ideal untuk pertumbuhan karang, dengan luas total
terumbu karang Indonsia mencapai 85.707 km² atau sekitar 14% luas terumbu karang
dunia (Tomascik dkk, 1977).
Provinsi Maluku sendiri memiliki lebih dari 1.000 pulau, terdiri dari pulau besar dan
pulau kecil, serta pulau-pulau sangat kecil. Konsekwensinya, perairan pesisir Provinsi
Maluku tergolong luas dan ekosistem yang sangat menonjol kehadirannya pada
perairan pesisir yang luas mengelilingi pulau-pulau kecil tersebut adalah terumbu
karang. Pada kenyataannya, penelitian mengenai terumbu karang di perairan pesisir
Provinsi Maluku masih kurang mengingat luasnya perairan pesisir tersebut, sehingga
informasi mengenai kondisi terumbu karang dan potensi sumberdaya yang
dikandungnya juga masih terbatas.

Wilayah perairan pesisir Pulau Buano adalah salah satu bagian dari wilayah
perairan Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku yang belum tersentuh oleh

LPPM, 2016
kegiatan penelitian, sehingga informasi mengenai potensi sumberdaya wilayah pesisir
tersebut sangat minim khususnya ekosistem terumbu karang. Atas dasar inilah dan
untuk menjawab keinginan di maksud, maka oleh LSM LPPM, melakukan kegiatan
peneltian dengan judul ”Program Perlindungan Kawasan Pesisir Berbasis Masyarakat
di Desa Buano Utara, Kec. Waesalah, Kab. Seram Bagian Barat.

II. METODE PENELITIAN dan ANALISA DATA

II.1. Metode Penelitian dan Analisa Data

Penelitian untuk mengetahui kondisi terumbu karang di Perairan Pulau


Buano dan sekitarnya dilakukan pada 6 stasiun berbeda, yaitu P. Rafles (St.1),
Dusun Apa (St.2), dan Dusun Enapanan (St.3) berada pada pesisir Selat
Valantein, P. Pua, Dusun Usiauni (St.4) juga berada pada pesisir Selat
Vakentein, P. Buano dan P. Kasuari (St.5), serta Dusun Naiselang, P. Buano
(St.6).

Dalam melakukan penelitian ini metode yang digunakan adalah metode


”Transek Perpotongan Garis” (Line Intercept Transect Method) yang
dikemukakan oleh English et.al. (1994) bertujuan untuk memperoleh data
persentase tutupan karang hidup. Implementasi metode ini dalam pengumpulan
data di lapangan adalah sebagai berikut :

 Pada setiap stasiun penelitian diletakan garis transek dengan ukuran


panjang 50 m sejajar garis pantai di daerah terumbu karang pada
kedalaman 3m. Data perpotongan dari tiap kategori komponen biotik dan
abiotik yang dilalui garis transek dicatat berdasarkan bentuk pertumbuhan
(life form) dengan ketelitian hingga sentimeter pada papan pencatat
bawah air untuk menghitung nilai persentase tutupan.
 Selain itu dilakukan juga pemotretan jenis-jenis karang batu dan biota lain
yang mendominasi daerah pengamatan.

LPPM, 2016
 Analisa Data untuk menghitung persentase penutupan dari masing-
masing kategori benthos stasiun LIT, mengacu pada formula yang
dikemukakan oleh English, et al (1994) sebagai berikut :
𝑷𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒌𝒂𝒕𝒆𝒈𝒐𝒓𝒊
Persen penutupan (%) dari satu kategori = x 100%
𝑷𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 𝒈𝒂𝒓𝒊𝒔 𝒕𝒓𝒂𝒏𝒔𝒆𝒌

 Untuk menilai kondisi terumbu karang suatu lokasi penelitian digunakan


4 kategori yakni : sangat rusak, rusak, baik dan sangat baik. Kondisi
tersebut didasarkan pada persen penutupan karang batu yang diusulkan
oleh Wilkinson et al, (1994) dengan nilai persen tutupan karang batu
sebagai parameter penentu adalah sebagai berikut :
1. “Sangat baik” persen penutupan karang batu berkisar
= 75 - 100%.
2. “Baik” persen penutupan karang batu = 50 - 74,9%.
3. “Sedang” persen penutupan karang batu = 25 - 49,9%.
4. “Buruk” persen penutupan karang batu = 0 – 24,9%.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Profil dan Kondisi Terumbu Karang

Pulau Rafles, Buano (St.1)


Pulau Rafles merupakan pulau kecil yang terletak pada bagian Barat P. Buano,
dimana hampir keseluruhan pesisir pantai pulau ini dikelilingi oleh hamparan pasir putih,
walau dijumpai juga sedikit bagian pantai dengan batu terjal. Untuk mendapatkan
gambaran mengenai kondisi terumbu karang pada perairan pulau ini dilakukan transek
pada bagian Barat P. Rafles tepat pada posisi 02° 57’ 44,77” LS. dan 127° 52’ 08.93”
BT. Profil perairan dimulai dengan daerah yang berpasir dan disusul oleh daerah rataan
terumbu (reef flat) yang sempit dengan ukuran ±10m dan memiliki daerah lereng
terumbu (reef slope) dengan kemiringan ±30°. Dari hasil pengamatan secara visual,
pertumbuhan karang hidup tidak terlalu lebar kearah laut terlihat cukup baik dan padat
serta hanya terkonsentrasi pada kedalaman 1 – 3 m dan. Pertumbuhan karang sendiri

LPPM, 2016
masih bisa dijumpai sampai kedalaman 6m namun terlihat mulai jarang dengan bentuk
spot-spot kecil, dan selebihnya hanya dijumpai hamparan pasir dan patahan karang
mati.

Kondisi karang hidup berdasarkan hasil analisa dari data transek di kedalaman 3
m, diperoleh persentase tutupan dari komponen karang hidup adlah 71,28%, yang
didominasi oleh karang hidup dari kelompok Non- Acropora 60,25%, yang pertumbuhan
didominasi oleh karang hidup dengan bentuk pertumbuhan Branching (CB) dengan nilai
25,85%, dan dari bentuk pertumbuhan Massive (CM) 18,53, yaitu dari jenis Montipora
stellata, Goniopora tenuides, G. lobata. Sedangkan harang hidup dari kelompok
Acropora hanya 11,03%, yang didominasi oleh pertumbuhan Branching (ACB) dan
Tabulate (ACT) dari jenis Acropora yongei dan A. hyacinthus (Gambar 1). Selain karang
hidup, komponen lain yang cukup dominan keberadaannya adalah komponen soft coral
(SC) dengan persentase penutupan 18,58%. Sedangkan komponen substrat dasar
perairan didominasi oleh karang mati yang telah ditumbuhi algae (DCA) dengan persen
penutupan 4,68%. (Tabel 1). Berdasarkan kriteria penilaian yang ditetapkan oleh
Wilkinson et al, (1994) maka kondisi karang hidup pada lokasi ini berada pada kategori
“Baik” (50 – 74,9%).

Gambar 1. Jenis Karang batu yang tumbuh mendominasi daerah perairan Pulau Rafles,
Buano.

Family : PORITIIDAE
Spesies : Goniopora tenuides (QUELCH, 1846)
Lokasi : P. Rafles, Buano

LPPM, 2016
Family : ACROPORIDAE
Spesies : Montipora stellata (BERNARD,1897)
Lokasi : P. Rafles, Buano

Family : ACROPORIDAE
Spesies : Acropora yongei (VERON & WALLACE, 1984)
Lokasi : P. Rafles, Buano

Family : ACROPORIDAE
Spesies : Acropora hyacinthus (DANA, 1846)
Lokasi : P. Rafles, Buano

Dusun Apa, P. Pua (St.2)

Stasiun penelitian ini berada pada Selat Valantein di pesisir P. Pua, dengan
pesisir pantai ditumbuhi vegetasi pohon bakau. Pengambilan data tepat berada pada
posisi 02° 57’ 25,83,” LS. dan 127° 53’ 14.33” BT. Profil dasar perairan dengan memiliki
daerah rataan terumbu yang sempit yang dimulai dengan daerah yang berpasir yang
ditumbuhi sedikit karang lunak (soft coral) kemudian daerah berbatu. Lokasi ini memiliki
daerah lereng terumbu yang tidak curam dengan kemiringan ±30°. Pertumbuhan
karang hidup hanya dijumpai pada daerah lereng terumbu yaitu pada kedalaman antara
2 – 5 m yang didominasi oleh karang hidup bercabang, selebihnya adalah hamparan
pasir berlumpur. Pada daerah rataan terumbu terlihat pertumbuhan karang hidup ada
namun dalam kondisi sudah mati, hal ini diperkirakan penyebabnya adalah karena pada

LPPM, 2016
saat terjadi air surut yang tinggi daerah ini terekspos kepermukaan laut dalam waktu
yang lama sehingga mengakibatkan kematian karang.

Kondisi terumbu karang berdasarkan hasil analisa data LIT yang dilakukan di
kedalaman 3 m, diperoleh persen penutupan tertinggi adalah dari komponen karang
hidup yaitu sebesar 78,00%, yang terdiri dari karang hidup kelompok Acropora
(49,66%), dan kelompok Non-Acropora 28,40%. Ini berarti karang hidup dari kelompok
Acropora yang mendominasi pertumbuhan karang pada perairan ini, yaitu dari jenis
karang hidup dengan bentuk pertumbuhan bercabang (ACB) dari jenis Acropora
microphthalma, A. pulchra dan A. subglabra. Sedangkan karang hidup dari kelompok
Non-Acropora didominasi oleh karang dengan bentuk pertumbuhan bercabang (CB) 23,
90% dari jenis Anacropora spinosa (Gambar 2). Selain karang hidup, komponen lain
yang cukup dominan keberadaannya adalah komponen karang mati yang telah
ditumbuhi algae (DCA) dengan persen penutupan 10,28% (Tabel 1) yang merupakan
komponen substrat dasar perairan yang dominan. Berdasarkan kriteria penilaian di
atas, maka kondisi karang hidup pada lokasi ini berada pada kategori “Sangat Baik”
(75 – 100%).

Gambar 2. Jenis Karang batu yang tumbuh mendominasi daerah perairan Dusun Apa,
P. Pua, Selat Valantein.

Family : ACROPOEIDAE
Spesies : Acropora microphthalma (VERRILL,1869)
Lokasi : Dusun Apa, P. Pua, Selat Valantein

LPPM, 2016
Family : ACROPOEIDAE
Spesies : Acropora pulchra (BROOK, 1891)
Lokasi : Dusun Apa, P. Pua, Selat Valantein

Family : ACROPORIDAE
Spesies : Acropora subglabra (BROOK, 1891)
Lokasi : Dusun Apa, P. Pua, Selat Valantein

Family : ACROPORIDAE
Spesies : Anacropora spinosa (REHBERG, 1892)
Lokasi : Dusun Apa, P. Pua, Selat Valantein

Dusun Enapanan, P. Pua (St.3)

Lokasi ini juga berada pada selat Valantein di pesisir P. Pua, dengan pesisir
pantai ditumbuhi vegetasi pohon darat. Pengambilan data pada lokasi ini berada pada
posisi 02° 56’ 25,08,” LS. dan 127° 55’ 01.33” BT. Profil dasar perairan dengan daerah
rataan terumbu yang sempit dengan dasar perairan yang berbatu campur pasir. Lokasi
ini memiliki daerah lereng terumbu yang sedikit curam dengan kemiringan ±45°. Lokasi
ini juga pertumbuhan karang hidup hanya dijumpai pada daerah lereng terumbu pada
kedalaman antara 2 – 5 m, selebihnya adalah hamparan pasir berlumpur.

LPPM, 2016
Berdasarkan hasil analisa data LIT yang dilakukan di kedalaman 3 m, diperoleh
persen penutupan untuk komponen karang hidup adalah sebesar 81,58%, yang terdiri
dari kelompok karang hidup Acropora 31,06%, dan kelompok Non-Acropora 50,52%. Ini
berarti karang hidup dari kelompok Non-Acropora yang mendominasi pertumbuhan
karang pada perairan ini, yaitu dari jenis karang hidup dengan bentuk pertumbuhan
foliosa (CF) 26,24% dari jenis Echinopora lamellosa dan dari bentuk pertumbuhan
bercabang (CB) 19,58% dari jenis Porites cylindrica. Sedangkan karang hidup dari
kelompok Acropora didominasi oleh karang dengan bentuk pertumbuhan bercabang
(ACB) dari jenis Acropora parilis 30,44% (Gambar 3 ). Selain karang hidup, komponen
lain yang sedikit dominan keberadaannya adalah komponen karang mati yang telah
ditumbuhi algae (DCA) 6,56% dan komponen patahan karang mati (R) dengan tutupan
6,48% (Tabel 1). Berdasarkan kriteria penilaian di atas, maka kondisi karang hidup
pada lokasi ini berada pada kategori “Sangat Baik” (75 – 100%).

Gambar 3. Jenis Karang batu yang tumbuh mendominasi daerah perairan Dusun
Enapana, P. Pua, Selat Valantein.

Family : FAVIIDAE
Spesies : Echinopora lamellosa (ESPER, 1795)
Lokasi : Dusun Enapana, P. Pua, Selat Valantein

Family : PORITIDAE
Spesies : Eporites cylindrica (DANA, 1846)
Lokasi : Dusun Enapana, P. Pua, Selat Valantein

LPPM, 2016
Family : ACROPORIDAE
Spesies : Acropora parilis (QUELCH, 1886)
Lokasi : Dusun Enapana, P. Pua, Selat Valantein

Tabel 1. Persentase tutupan komponen dasar perairan hasil penelitian pada daerah
terumbu karang di wilayah perairan pesisir P. Buano dan sekitarnya.

Komponen Lokasi Penelitian


Dasar Perairan St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6

Hard Coral (Acropora)


-Acropora Branching (ACB) 5,58 49,66 30,44 69,97 7,23 25,63
-Acropora Tabulate (ACT) 5,45 - 0,62 - 3,28 1,36
-Acropora Submassive (ACS) - - - 0,73 1,18 2,22
Total 11,03 49,66 31,06 70,70 11,69 32,21
HardCoral(Non-Acropora)
-Coral Branching (CB) 25,85 23,90 19,58 - 24,21 4,66
-Coral Massive (CM) 18,53 - 1,60 0,73 9,59 5,06
-Coral Encrusthing (CE) 1,03 - 1,24 - 3,74 3,43
-Coral Submassive (CS) 12,50 0,70 1,58 1,70 17,12 11,12
-Coral Foliose (CF) 2,35 2,16 26,24 0,57 2,46 0,43
-Coral Mushroom (CMR) - 1,64 0,28 1,60 - -
-Coral Millepora (CME) - - - - 2,67 2,07
-Coral Heliopora (CHL) - - - - 1,28 1,73
Total 60,25 28,40 50,52 4,23 61,07 28,5
Dead Scleractinia
-Dead Coral Algae (DCA) 4,68 10,28 6,56 15,87 11,78 14.88
Total 4,88 10,28 6,56 15,87 11,78 14.88
Algae
-Macro Algae (MA) - - 0,12 1,23 - -
-Turf Algae (TA) - - - - - -
-Halimeda (HA) 1,63 0,28 - - 1,62 0,19
Total 1,63 0,28 0,12 1,23 1,62 0,19

LPPM, 2016
Other Fauna
-Soft Coral (SC) 18,58 - - - 0,27 0,15
-Sponge (SP) 1,05 - 0,44 - - -
-Other (OT) 2,10 0,14 2,36 - 3,57 -
Total 21,73 0,14 2,80 - 3,84 0,15
Abiotic
-Sand (S) 0,70 3,18 1,92 1,63 2,81 0,19
-Rubble (R) - 8,06 6,48 6,33 7,19 26,88
-Silt (SI) - - 0,54 - - -
Total 0,70 11,24 8,94 7,96 10,00 27,07

Dusun Usiauni, P. Buano (St.4)

Lokasi ini juga berada pada selat Valantein namun berada pada pesisir P.
Buano, dengan pesisir pantai ditumbuhi vegetasi pohon bakau. kemudian daerah pasir
halus agak berlumpur yang sempit, disusul oleh daerah rataan terumbu yang tidak
terlalu lebar ±7m kemudian daerah lereng terumbu agak terjal dengan kemiringan ± 45°
(Gambar 1). Lokasi ini pertumbuhan karang hidup tidak terlalu lebar ± 5m ke arah laut
dan terkonsentrasi pada kedalama 2 – 4 m dan pertumbuhan karang hanya sampai
kedalaman 5 m, selebihnya adalah hamparan pasir berlumpur.

Dari hasil analisa data transek yang dilakukan pada kedalaman 3 m, pada posisi
02° 56,508’ LS. dan 127° 55,064’ BT., diperoleh persentase tutupan tertinggi adalah
dari komponen karang hidup yaitu 74,93%, yang didominasi oleh karang hidup dari
kelompok Acropora 70,70%, dari bentuk pertumbuhan bercabang (ACB) yaitu jenis
Acropora microphthalma dan Acropora yonge, A. horrida (Gambar 4). Sedangkan
kelompok Non-Acropora hanya 4,23%. Komponen substrat dasar perairan didominasi
oleh karang mati yang telah ditumbuhi algae (DCA) dengan persen penutupan 9,00%
dan substrat “patahan karang mati” (Rubble) 6,33% serta “pasir” (Sand) 1,63% (Tabel
1). Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa kondisi karang hidup pada
lokasi ini berkategoti “Baik” (50 – 74,9%).

Gambar 4. Jenis Karang batu yang tumbuh mendominasi daerah perairan Dusun
Usiauni, P. Buano, Selat Valantein.

LPPM, 2016
Family : ACROPORIDAE
Spesies : Acropora microphthalma (VERRILL,1869)
Lokasi : Dusun Usianuni, Selat Valantein,P Buano

Family : ACROPORIDAE
Spesies : Acropora yongei (VERON & WALLACE,1984)
Lokasi : Dusun Usianuni, Selat Valantein,P Buano

Pulau Kasuari (St.5)

Pulau Kasuari merupakan pulau kecil yang terletak pada bagian Utara P. Buano,
dimana pesisir pantai pulau dikelilingi oleh hamparan pasir putih. Perairan ini memiliki
daerah rataan terumbu yang cukup luas kearah laut yaitu ±200m, dengan kemiringan
lereng terumbu sangat curam ±90°. Wilayah perairan pulau ini sangat terbuka, sehingga
selalu mendapat hempasan gelombang besar pada waktu-waktu tertentu. Pengambilan
data dilakukan tepat pada posisi 03° 51’ 15.8” LS.dan 127° 08’ 36.5” BT.
Kondisi karang hidup berdasarkan hasil analisa dari data transek di kedalaman 3
m, diperoleh persentase tutupan dari komponen karang hidup adalah 72,76%, yang
didominasi oleh karang hidup dari kelompok Non- Acropora 61,07%, yang pertumbuhan
didominasi oleh karang hidup yang bentuk pertumbuhan bercabang (CB) 24,21% dari
jenis Porites cylindrica dan dari bentuk pertumbuhan submassive (CS) 17,12% dari
jenis Merulina scabricula (Gambar 5). Sedangkan pertumbuhan karang batu dari
kelompok Acropora hanya 11,69%. Selain komponen karang hidup yang menonjol,
komponen karang mati yang telah ditumbuhi algae (DCA) juga dijumpai cukup siknifikan

LPPM, 2016
yaitu 11,78%. Pada lokasi ini, bagian lereng terumbu yang terjal terlihat pertumbuhan
jelatang laut (Hydroid) cukup mendominasi.

Gambar 5. Jenis Karang batu yang tumbuh mendominasi daerah perairan Pulau
Kasuari, Buano

Family : PORIRIDAE
Spesies : Porites cylindrica (DANA, 1846)
Lokasi : Pulau Kasuari, Buano

Family : MERULINIDAE
Spesies : Merulina scabricula (DANA, 1846)
Lokasi : Pulau Kasuari, Buano

Dusun Naiselang, P. Buano (St.6)

Dusun Naselang terletak juga pada bagian Utara P. Buano, dimana pada lokasi
ini pengambilan data dilakukan tepat pada bagian kanan pemukiman penduduk. Profil
lokasi dengan pesisir pantai adalah pasir putih dan sedikit pepohonan bakau serta pada
bagian darat ditumbuhi pohon kelapa dan pepoohonan pantai. Perairan ini memiliki
daerah rataan terumbu yang cukup luas kearah laut yaitu ±200m, dengan kemiringan

LPPM, 2016
lereng terumbu sangat curam ±80°. Letak wilayah perairan lokasi ini sama dengan P.
Kausari juga sangat terbuka sehingga selalu mendapat hempasan gelombang besar
pada waktu-waktu tertentu.
Kondisi karang hidup berdasarkan hasil analisa dari data transek di kedalaman 3
m, diperoleh persentase tutupan dari komponen karang hidup adalah 57,71%, yang
didominasi oleh karang hidup dari kelompok Acropora 29,21%, yang pertumbuhan
didominasi oleh karang hidup dengan bentuk pertumbuhan bercabang (CB) 25,63%
yaitu dari jenis Acropora nobilis. Sedangkan karang hidup dari kelompok Non-Acropora
adalah sebesar 28,5%, yang didominasi oleh karang hidup yang bentuk pertumbuhan
submassive (CS) 11,12% dari jenis Pocillopora verrucosa (Gambar 6). Selain
komponen karang hidup komponen yang juga cukup dominan kehadirannya adalah
patahan karang mati (Rubble) 26,88% dan komponen karang mati yang ditumbuhi
algae (DCA) 14,88%. Dari data ini, jelas terlihat walau kondisi karang hidup berada
pada kategori baik namun lokasi ini ada terjadi kerusakan karang cukup tinggi, hal ini
jelas terlihat dengan dijumpai hamparan patahan karang mati yang menempati areal-
areal yang cukup luas (Gambar 7).

Gambar 6. Jenis Karang batu yang tumbuh mendominasi daerah perairan Dusun
Naiselang, P. Buano

Family : ACROPORIDAE
Spesies : Acropora nobilis (DANA, 1846)
Lokasi : Dusun Naiselang, P. Buano

LPPM, 2016
Family : POCILLOPORIDAE
Spesies : Pocillopora verrucosa (DANA, 1846)
Lokasi : Dusun Naiselang, P. Buano

Gambar 7. Hamparan patahan karang mati yang menempati areal cukup luas pada
daerah perairan Dusun Naiselang, P. Buano

LPPM, 2016
Gambar 1. Grafik persentase tutupan karang hidup antara tiap stasiun
penelitian di Perairan P. Buano dan Sekitarnya Tahun 2016
P
e 100
r 78.06 81.58
71.28
s 80 74.93
e 72.76
60
T 57.71
40
u
t 20
u
p 0
a
P. Rafles,
n Apa, P.
Buano Enapana,
Pua, Sel. Usiauni, P.
(St.1) P. Pua, Sel. P. Kasuari,
Valantein Buano, Sel. Dusun
Valantein Buno (St.5)
(St.2) Valentein Naselang,
(St.3)
(St.4) Buano
(St.6)
Lokasi Penelitian

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil analisa dari data transek yang diperoleh dari 6 (enam)
stasiun terumbu berbeda di perairan P. Buano dan sekitarnya, diperoleh hasil
untuk komponen karang hidup berkisar antara 57,71% - 81,58%, dimana
persentase tutupan terendah berada pada St.6 (Dusun Naiselang, P. Buano)
yaitu 57,71%, dan tertinggi berada pada St.3 (Dusun Enapanan, Sel.
Valentein, P. Pua) yaitu 81,58%, sedangkan untuk stasiun lain St.1 (P. Rafles)
72,20%, St.2 (Dusun Apa, Sel. Valantein P. Pua) 78,06%, dan St. 4 ( Dusun
Usiauni, Sel. Valantein, P.Pua) 69,97% serta St.5 (P. Kasuari) 72,76%.

LPPM, 2016
2. Berdasarkan kriteria penilaian kondisi karang hidup suatu wilayah yang
dikemukakan oleh Wilkinson et al, (1994), maka dapat ditetapkan bahwa, 4
stasiun berkategori “Baik” ( St.1,St.4. St.5, dan St.6) dan 2 stasiun berkategori
“Sangat Baik” (St.2, dan St.3).
3. Pertumbuhan karang hidup secara khusus pada Selat Valantein mempunyai
spesifik tersendiri, dimana pertumbuhan karang hidup hanya dijumpai pada
daerah lereng terumbu, yaitu antara kedalamn 2 – 5m, selebihnya adalah
hamparan pasir berlumpu. Sedangkan pada daerah rataan terumbu
pertumbuhan karang hidup mengalami kerusakan/kematian, hal ini
disebabkan karena bila pada saat surut terandah daerah ini terekspos
kepermukaan laut sehingga menyebebkan kematian karang.
4. Sebaliknya pertumbuhan karang hidup pada P. Rafles, P. Kasuari dan
Naiselang, pertumbuhan karang hidup terkonsentrasi pada daerah rataan
terumbu.
5. Khususnya kerusakan karang batu yang terjadi pada daerah pesisir Dusun
Naiselang disebabkan oleh aktifitas manusi mencari ikan dengan
menggunakan bahan peledak, hal ini terindikasi dengan ditemukannya
hamparan patahan karang batu yang menempati daerah cukup luas.

IV.2. Saran
1. Dari data hasil penelitian ini yang telah di uraikan di atas kiranya dapat
menjadi masukan penting bagi pemerintah setempat untuk menjadi perhatian
guna mengambil langkah kebijakan lebih lanjut demi kelestarian kondisi
terumbu karang hidup.
2. Kiranya dari hasil ini juga dapat menjadi pertimbangan guna mengambil
langkah kebijakan bagi pemerintah setempat untuk menjadikan wilayah
perairan Pulau Buano dan sekitarnya sebagai Daerah Perlindungan Laut
(DPL).

LPPM, 2016
DAFTAR PUSTAKA

English, S., C. Wilkinson and V. Baker, 1994. Survey Manual For Tropical Marine
Resources. ASEAN-Australia Marine Science Project, Living Coastal
Resources. Twonsville, p: 34 – 49.

Manuputty, A. E. W., Giyanto, Winardi, R. S. Susanti, dan Djuwariah, 2006. Manual


Monitoring Kesehatan Karang (Reef Health Monitoring).

Suharsono, 1996. Jenis-Jenis Karang Yang Umum Dijumpai di Perairan Indonesia.


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Puslitbang Oseanlologi, Proyek
Penelitian dan Pengembangan Daerah Pantai Press, Jakarta.

Suharsono, 2008. Jenis-Jenis Karang Indonesia. LIPI Press, Jakarta.

Veron, J. E. N. 1986. Corals Of Australia and The Indo-Pasific. Angus and Robertson
Publishers.

LPPM, 2016

Anda mungkin juga menyukai