Anda di halaman 1dari 3

Laporan Praktikum Biologi Laut 1

Pengamatan Coral Life Form dengan Metode


Belt Transect di Pantai Bama, Taman Nasional
Baluran, Situbondo
Abstrak—Praktikum mengenai life form terumbu karang berhubungan satu dengan lainnya. Karang-karang tersebut
dilakukan di Pantai Bama, Taman Nasional Baluran, Situbondo membentuk koloni, yang kemudian tumbuh menjadi bentuk
pada tanggal 13 April 2013. Pengamatan dilakukan dari zona
yang khas. Ragam bentuk pertumbuhan koloni tersebut antara
transisi sampai zona karang dengan 10 titik (transek). Jarak
antar titik sepanjang 10 meter. Praktikum ini bertujuan untuk lain, bercabang, padat, lembaran dan seperti meja [1].
mengetahui dan dapat membedakan life form karang dan untuk
mengetahui dan dapat menjelaskan faktor-faktor fisik II.METODOLOGI
lingkungan yang menyebabkan pembentukan life form karang. Praktikum coral walk ini dilakukan pada Hari Sabtu tanggal
Pengamatan coral walk ini dilakukan dengan metode transek 13 April 2013 pukul 14.00-16.30 WIB di Pantai Bama,
sabuk (belt transect) yang dimodifikasi. Panjang transek
Taman Nasional Baluran, Situbondo. Pengamatan dilakukan
disesuaikan dengan kondisi dan luasan reef flat (pendaratan
terumbu karang) dan lebar transek adalah 2 meter. Berdasarkan dari zona transisi sampai zona karang dengan 10 titik
hasil praktikum, zona transisi di dominasi oleh life form (Coral (transek). Jarak antar titik sepanjang 10 meter. Coral walk
Branching) dan zona terumbu karang didominasi oleh life form dilakukan dengan metode transek sabuk (belt transect) yang
ACB (Acropora Branching) yaitu Acropora bercabang yang dimodifikasi. Padarataan terumbu (reef flat) dibuat beberapa
minimal memiliki percabangan kedua, seperti Acropora formasa agar transek yang tegak lurus dengan kondisi dan luasan reef
dan Acropora aspera dan CM (Coral Massive) yaitu koloni padat
flat dan lebar transek adalah 2 meter kekanan-kiri agar
dan pejal, seperti Poriteslobata dan Poriteslutea. Sedangkan life
form yang jarang sekali ditemukan adalah Anemon. istransek. Setiap transek dibagi ke dalam sektor/fragmen
Kata Kunci—Life form, terumbu karang, faktor fisika, faktor sepanjang 10 meter. Diamati dan dicatat semua tipe life form
kimia karang yang terdapat dalam transek sabuk (dengan teknik
I. PENDAHULUAN skin diving). Kemudian dihitung dan diambil gambar/foto

T erumbu karang merupakan salah satu ekosistem khas


perairan pesisir tropik, yang memiliki peranan yang
sangat penting baik secara ekologis maupun ekonomis. Secara
semua life form karang yang terdapat dalam transek sabuk.
Pengamatan-pengamatan tersebut dilakukan dengan cara skin
dving (snorkeling). Kemudian ditentukan life form yang
ekologis, terumbu karang menjadi tempat tinggal, berkembang mendominasi terumbu karang di area reef flat dan ditentukan
biak dan mencari makan ribuan jenis ikan, hewan dan apakah terdapat zonasi life form karang di area reer flat
tumbuhan yang hidup di laut. Terumbu karang juga berfungsi dengan merujuk pada life form dominan pada setiap
sebagai pelindung pantai dari erosi dan abrasi, struktur karang fragmen/sector transek sabuk.
yang keras dapat menahan gelombang dan arus sehingga
mengurangi abrasi pantai dan mencegah rusaknya ekosistem II. PEMBAHASAN
pantai lain seperti padang lamun dan mangrove [1]. Praktikum coral walk ini dilakukan dengan metode transek
Permasalahan yang dihadapi dalam praktikum coral walk ini sabuk (belt transect). Metode ini digunakan untuk
adalah bagaimana membedakan life form karang dan menggambarkan kondisi populasi suatu jenis karang yang
bagaimana faktor-faktor fisik lingkungan yang menyebabkan mempunyai ukuran relatif beragam atau mempunyai ukuran
pembentukan life form karang. Praktikum coral walk maksimum tertentu, misalnya karang dari genus Fungia.
bertujuan untuk mengetahui dan dapat membedakan life form Metode ini juga untuk mengetahui keberadaan karang hias
karang dan untuk mengetahui dan dapat menjelaskan faktor- (jumlah koloni, diameter terbesar, jumlah jenis) disuatu daerah
faktor fisik lingkungan yang menyebabkan pembentukan life terumbu karang. Metode ini mempunyai kelebihan dan
form karang. kekurangan. Kelebihannya adalah pencatatan data jumlah
Terumbu karang adalah struktur di dasar laut berupa deposit individu lebih teliti dan data yang diperoleh mempunyai
kalsium karbonat di laut yang dihasilkan terutama oleh hewan akurasi yang cukup tinggi dan dapat menggambarkan struktur
karang. Terumbu karang terutama disusun oleh karang-karang populasi karang. Sedangkan kekurangannya adalah
jenis Anthozoa dari klas Scleractinia [2]. Struktur bangunan membutuhkan keahlian untuk mengidentifikasi karang secara
batuan kapur (CaCO3) tersebut cukup kuat, sehingga koloni langsung dan dibutuhkan penyelaman yang baik dan waktu
karang mampu menahan gaya gelombang air laut. Asosiasi yang dibutuhkan cukup lama [4].
organisme-organisme yang dominan hidup disini disamping Hasil pengamatan di transek 3 menunjukkan dari zona
scleractinian coral adalah alga yang juga mengandung kapur transisi sampai zona karang life form yang ditemukan antara
[3]. lain, Acropora Branching (ACB) dengan jumlah koloni pada
Akresi adalah pertumbuhan koloni dan terumbu ke arah zona transisi sebanyak 35 dan pada zona karang sebanyak 79,
vertikal maupun horisontal. Karang melalui reproduksi Acropora Digitate (ACD) dengan jumlah koloni pada zona
aseksualnya menghasilkan karang-karang baru yang transisi tidak terdapat satupun koloni dan pada zona karang
Laporan Praktikum Biologi Laut 2

sebanyak 6, Acropora Tabulate (ACT) hanya ditemukan pada permukaan yang banyak tonjolan seperti punggung bukit
zona karang dengan jumlah koloni sebanyak 3, Coral Massive beralur, dan Coral Foliose (CF) memiliki bentuk atau tipe
(CM) dengan jumlah koloni pada zona transisi sebanyak 15 karang yang tumbuh menyerupai lembaran daun yang
dan pada zona karang sebanyak 67, Coral Foliose (CF) hanya menonjol pada dasar terrumbu, berukuran kecil dan
ditemukan pada zona karang dengan jumlah koloni sebanyak membentuk lipatan atau melingkar [5].
8. Life form terumbu karang yang mendominasi adalah Coral Acropora Branching (ACB) yaitu Acropora bercabang yang
Branching (CB) dengan jumlah koloni pada zona transisi minimal memiliki percabangan kedua, seperti Acropora
sebanyak 140 dan pada zona karang sebanyak 60 dan formasa dan Acropora aspera mendominasi dikedua zona,
Acropora Branching (ACB) dengan jumlah koloni pada zona yaitu zona transisi yang merupakan zona peralihan dari zona
transisi sebanyak 35 dan pada zona karang sebanyak 79. lamun menuju zona karang dan zona karang sendiri. Hal ini
Berdasarkan hasil pengamatan, pada zona transisi yaitu zona karena karang yang bercabang lebih cepat pertumbuhannya
pertemuan antara komunitas lamun dan komunitas karang di dibandingkan dengan jenis karang masif, ini disebabkan
Pantai Bama yang dimulai dari meter ke 0 sampai meter ke 20 karena adanya perbedaan dalam besarnya rasio antara
menunjukkan bahwa bentuk pertumbuhan karang yang kerangka dan jaringan karang. Berat jenis karang Acropora
mendominasi adalah Acropora Branching. Hal ini disebabkan 2% dari berat total, sedangkan jaringan Goniastrea hanya
karena faktor sedimentasi yang tinggi pada zona transisi. Pada 0,5% [6]. Selain itu karang ini memiliki tingkat ketahanan
zona transisi ini sebagian besar dikarakteristikan oleh substrat hidup yang besar, kecepatan pertumbuhannya tinggi dan
pasir dengan tutupan lamun dan sedikit karang hidup. Hal ini memiliki kemampuan yang besar dalam menutupi daerah
sesuai dengan pernyataan Chappel bahwa ada kecendrungan ekosistem terumbu karang yang kosong [7]. Coral Massive
bahwa karang yang tumbuh atau teradaptasi di perairan yang (CM) juga mendominasi dikedua zona karena pada rataan
sedimentasinya tinggi akan membentuk folliate, branching dan terumbu dangkal (reef front) yang mendapat pengaruh aksi
ramose. Zona transisi merupakan zona diantara ekosistem gelombang dan resuspensi sedimen yang aktif umumnya
terumbu karang dan padang lamun terdapat zona transisi yang karang tersebut memiliki bentuk massive. Bentuk ecomorph
pada umumnya berupa substrat pasir dengan sedikit lamun dan seperti massive memberikan keuntungan bagi karang untuk
karang [9]. membersihkan diri dari akumulasi sedimen dengan bantuan
Pada zona transisi jenis yang mendominasi adalah pergerakan arus. Menurut [8] menjelaskan bahwa bentuk
Acropora Branching yaitu sebanyak 27 individu dan jumlah karang umumnya merupakan refleksi dari kondisi lingkungan,
yang paling sedikit adalah Coral Foliose yaitu berjumlah 1 morfologi karang yang terbentuk merupakan adaptasi terhadap
individu. Pada zona karang jenis yang mendominasi adalah kondisi lokal. Suhu perairan di zona transisi dan zona karang
Coral Massive yaitu sebanyak 77 individu, sedangkan jumlah adalah 300C juga mempengaruhi pertumbuhan karang sebagai
yang paling sedikit adalah Acropora Tabulate yaitu berjumlah faktor fisik, karena menurut Nybakken (1992) dalam [5] suhu
6 individu. optimum untuk pertumbuhan karang adalah 25-290C dan
Menurut English et al. (1994) dalam [5], berdasarkan bentuk bertahan hidup sampai suhu minimum 150C dan maksimun
pertumbuhannya, karang batu dibagi atas karang Acropora 360C. Sedangkan suhu ekstrim yang masih dapat ditoleransi
dan karang non-Acropora. Perbedaannya adalah karang adalah 36-400C. Menurut Nybakken (1997) dalam [5],
Acropora memiliki bagian yang disebut axial koralit dan menyatakan bahwa tanpa pencahayaan yang cukup, rata-rata
radikal koralit, sedangkan non-Acropora hanya memiliki fotosintesis akan menurun, dan hal ini juga akan mengurangi
radial koralit. Hasil temuan coral walk di titik 5 yang kemampuan karang untuk mensekresikan kalsium karbonat
tergolong dalam karang Acropora adalah Acropora Branching dan membentuk terumbu. Umumnya karang (terutama karang
(ACB), Acropora Digitate (ACD), Acopora Submassive hermatipik) tidak tumbuh pada kedalaman 50 – 70 meter, dan
(ACS), Acropora Tabulate (ACT). Sedangkan yang tergolong lebih mudah dijumpai pada kedalaman 25 m atau kurang,
dalam karang non-acropora adalah Coral Massive (CM), terkait dengan ketersediaan cahaya. Pengamatan terumbu
Coral Mushroom (CMR) dan Coral Foliose (CF). Acropora karang yang dilakukan terletak pada kedalaman sekitar 1
Branching (ACB) bentuk pertumbuhannya bercabang seperti meter yang mendukung tumbuhnya terumbu karang
ranting pohon, Acropora Digitate (ACD) bentuk dikarenakan cahaya yang masuk ke dasar air cukup cerah
percabangannya rapat dengan cabang seperti jari-jari tangan, untuk pertumbuhan karang. Selain itu, salinitas juga
Acopora Submassive (ACS) memiliki percabangan dengan mempengaruhi pertumbuhan karang sebagai faktor kimia.
bentuk seperti gada/lempeng yang kokoh, Acropora Tabulate Menurut Nybakken (1992) dalam [5], menyatakan bahwa
(ACT) bentuknya bercabang dengan arah mendatar dan rata salinitas optimum untuk pertumbuhan optimal karang berkisar
seperti meja dan ditopang oleh sebuah batang yang terpusat 32-350/00. Ditinjau dari salinitas di zona transisi dan zona
dan tertumpu pada satu dengan membentuk sudut, Coral karang sebesar 30 ppt, salinitas ini kurang mendukung
Massive (CM) bentuknya seperti bola yang padat dan pertumbuhan karang, sehingga karang yang tumbuh di Pantai
ukurannya bervariasi mulai dari sebesar telur sampai sebesar Bama tidak optimal.
ukuran rumah serta permukaannya halus dan padat, dan
biasanya ditemukan di sepanjang tepi terumbu karang dan
bagian atas lereng terumbu, Coral Mushroom (CMR) KESIMPULAN
memiliki bentuk oval dan menyerupai jamur serta memiliki Berdasarkan hasil praktikum coral walk yang diamati pada
Laporan Praktikum Biologi Laut 3

titik 3 di Pantai Bama, Taman Nasional Baluran, Situbondo


dengan metode belt transect, dari zona transisi sampai zona Jarak 0 – 20 M ialah zona transisi lamun karang
karang didominasi Coral Branching (CB) dengan jumlah Jarak 21 – 50 M ialah zona karang
koloni pada zona transisi sebanyak 140 dan pada zona karang
DATA CORAL WORK TRANSEK 3
sebanyak 60 dan Acropora Branching (ACB) dengan jumlah
koloni pada zona transisi sebanyak 35 dan pada zona karang
No Life Form Jumlah Koloni
sebanyak 79. Hal ini dipengaruhi oleh suhu optimum untuk
pertumbuhan karang berkisar 25-290C dimana suhu perairan di 1 ACB 114
zona transisi sampai zona karang adalah 30 0C, salinitas 2 ACD 6
optimum untuk pertumbuhan optimal karang berkisar 32- 3 ACT 3
350/00, dan dengan kedalaman 25 meter atau kurang,
4 SC 10
pertumbuhan karang dapat optimal dimana hal ini berkaitan
dengan pencahayaan untuk sekresi kalsium karbonat pada 5 CF 8
karang. 6 CB 200
7 Masif 70
DAFTAR PUSTAKA 8 Anemon 1
[1] Syahrir M Estradivari, Susilo N, Yusri S, Timotius S. 2007. Terumbu
Karang Jakarta: Pengamatan Jangka Panjang Terumbu Karang
Kepulauan Seribu (2003-2005). Jakarta, Indonesia. Yayasan Terumbu
Karang Indonesia.
[2] J. W. Nybakken 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis.
Gramedia. Jakarta.
[3] C. J. Dawes. 1981. Marine Botany. Jhon Wiley & Sons, Inc. 229 hal
[4] Ofri Johan. 2003. Metode Survei Terumbu Karang Indonesia. dalam
acara Training Course: Karakteristik Biologi Karang. PSK-UI dan
Yayasan Terangi: Jakarta
[5] Widyarto Margono. 2009. Perkembangan dan Pertumbuhan Karang Coral branching Coral massive
Jenis Lobophyllia hemprichii yang Dtranspalntasikan di Pulau Pramuka
Seribu, Jakarta. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan: ITB
[6] Suharsono. 1984. Pertumbuhan Karang. Oseana 9(2): 42-48
[7] VJ. Harriot & Fisk DA. 1988. Coral transplantation as reef
management option, p. 375-379. In: Proc. 6th. Intl Coral Reef Symp. 2
[8] B. C. Riegl, GM Branch. 1996. Function Of Funnel-shaped Coral
Growth In A High Sedimentation Environment. Marine Ecology
Progress Series (145): 87-93
[9] Sabarini, K Etwin dan Kartawijaya, T. 2005. Laporan Teknis Survey
Ekosistem Lamun dan Komposisi Ikan di Taman Nasional Acropora tabulate Acropora digitate
Karimunjawa. Wiildlife Conservation Society- Indonesia

LAMPIRAN
Data Coral Transek 3
No Meter Life form Jumlah
1 0 - 10m CB 50
       
Soft coral Acropora branching
2 11 - 20m CB 90
    ACB 35
    CM 25
       
3 21 - 30m CB 17
    ACB 20
    CM 11
    ACD 6
    CF 8
       
4 31 - 40m CB 43
    ACB 19
    CM 19
    SC 10
    ACT 3
    Anemon 1
       
5 41 - 50m ACB 40
    CM 15

Anda mungkin juga menyukai