2.
3.
Gambar Tipe-tipe terumbu karang, yaitu terumbu karang tepi (kiri), terumbu
karang penghalang (tengah), dan terumbu karang cincin (kanan).
Sebagai tempat hidup ikan yang banyak dibutuhkan oleh manusia dalam
bidang pangan. Seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning.
AKUSTIK KELAUTAN
Secara umum, akustik laut digunakan untuk mengetahui kedalaman dan
keberadaan suatu benda yang ada di bawah laut, seperti ikan atau biota laut, kapal
selam dan objek lainnya. Secara garis besar akustik bawah laut ini dapat
digunakan untuk survey laut, budidaya perairan, penelitian tingkah laku ikan, dll.
selain itu akustik laut ini juga dapat digunakan untuk penentuan kedalaman air
dalam pelayaran, jenis sedimentasi dasar laut, mengetahui kontur dasar laut,
eksplorasi minyak dan mineral di dasar laut, dll. Adapula diantaranya alat-alat
survey kelautan yaitu hydro-akustik yang merupakan salah satu teknologi
pendeteksian bawah air dengan menggunakan perangkat akustik yang diantaranya
berupa Echosounder, Fishfinder, Sonar, alat CTD, ADCP.
CTD
CTD merupakan alat untuk mengukur konduktivitas, suhu, dan kedalaman suatu
perairan sesuai dengan kepanjagannya yaitu Conductivity Temperature Depth.
Dalam pengolahan data nya, dengan melakukan standarisasi, lalu dibuat
visualisasi dan terakhir dikalkulasi (seperti laporan). Dari pengukuran tersebut,
dapat membantu menghitung parameter laut lainnya seperti tekanan (pressure),
densitas (density), suhu potensial (Tpot), salinitas (salinity), dan kecepatan suara
(sound velocity). Untuk mencari kecepatan suara diperlukan beberapa parameter
lain seperti suhu, salinitas, tekanan, musim, dan lokasi. Adapun rumus turunan
kecepatan suara sebagai berikut:
C= 1449.2+4.6T-0.055T2+0.00029T3+(1.34-0.010T)(S-35)+0.016Z
T=temperature; S=salinity; Z=Depth
Mengenai kecepatan suara secara mendetail serta pembentukan shadowzone
dalam kepentingan militer sudah pernah saya share sebelumnya dapat dilihat
disini, KECEPATAN SUARA dan SHADOW ZONE.
Atenuasi Gelombang Suara, Absorbsi, Target Strength, Volume Scatter,
Lapisan Sofar.
Atenuasi Gelombang Suara, merupakan penghamburan maupun penyerapan yang
berhubungan dengan sifat viskositas air laut. Adanya perbedaan viskositas
menyebabkan perbedaan tekanan permukaan laut yang menyebabkan atenuasi
gelombang-gelombang kapiler (gelombang kecil sekitar beberapa sentimeter
hingga meter pada permukaan laut) sehingga memperkecil radiasi hamburan
balik.
Absorbsi merupakan suatu fenomena yang terjadi saat gelombang dipancarkan,
yaitu penyerapan gelombang suara sehingga menyebabkan transmisi yang hilang
sejak di echo (dipantulkan) dari tranducer. Absorbsi ini juga bergantung pada
suhu, salinitas, pH, kedalaman, dan frekuensi.
Target Strength merupakan kekuatan pantulan gema yang dikembalikan oleh
target dan relatif terhadap intensitas suara yang mengenai target. Target strength
memiliki nilai 10x nilai log dari intensitas yang mengenai ikan.
Volume Scatter merupakan rasio yang direfleksi oleh suatu kelompok single
target yang di ukur dari target SV=10 log PV+TS.
Lapisan Sofar atau sofar layer merupakan daerah dengan akumulasi temperatur
dan kedalaman.lapisan ini merupakan lapisan air laut di mana gelombang suara
merambat dengan kecepatan minimum dibandingkan jika gelombang tersebut
merambat di lapisan lain di atas atau di bawahnya. Pada lapisan Sofar ini tidak
banyak energi yang hilang karena terprangkap di lapisan sofar. Lapisan Sofar
adalah daerah dengan akumulasi temperature dan kedalaman. Kawasan Lapisan
Sofar itu terletak antara kedalaman 800 1.300 meter bahkan pada lokasi tertentu
mendekati kedangkalan 175 meter. Di masa yang akan datang lapisan kanal
SOFAR ini dapat dimanfaatkan untuk mentransformasikan gelombang
elektromegnet, seperti telepon, internet, televise dan sebagainya dengan
memasang satelit-satelit transmisi bawah laut sebagai alternative memancarkan
gelombang ke lapisan ionosfer di luar angkasa.
REFERENSI:
http://www.kuliahkelautan.com/2012/12/ilmu-kelautan-aplikasi-akustikdibidang.html
http://awalahas-samuderapengetahuan.blogspot.com/2011/03/akustikkelautan.html
http://ekauknow.blogspot.com/2012_11_01_archive.html
Definisi Estuaria
Gambar 1.1.
Estuaria di Muara Sungai Swinhoe
(Foto: Wikipedia Commons)
Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilkan suatu
komunitas yang khas, dengan lingkungan yang bervariasi, antara lain:
(1) Tempat bertemunya arus air tawar dengan arus pasang-surut,
yang berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada
sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya, serta
membawa pengaruh besar pada biotanya;
(2) Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu
sifat fisika lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air
sungai maupun sifat air laut;
(3) Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut
mengharuskan komunitas mengadakan penyesuaian secara
fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya; dan
(4) Tingkat kadar garam di daerah estuaria tergantung pada
pasang-surut air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus
lainnya, serta topografi daerah estuaria tersebut.
Gambar 1.5.
Sejenis Burung Gagang Bayem
Asyik Mencari Makanannya di Lumpur Estuaria
(Foto: NOAA's Estuarine Research Reserve
Collection
Sifat-sifat Ekologis
Sebagai tempat pertemuan air laut dan air tawar, salinitas di estuaria
sangat bervariasi. Baik menurut lokasinya di estuaria, ataupun menurut
waktu.
Secara umum salinitas yang tertinggi berada pada bagian luar, yakni pada
batas wilayah estuaria dengan laut, sementara yang terendah berada
pada tempat-tempat di mana air tawar masuk ke estuaria. Pada garis
vertikal, umumnya salinitas di lapisan atas kolom air lebih rendah daripada
salinitas air di lapisan bawahnya. Ini disebabkan karena air tawar
cenderung terapung di atas air laut yang lebih berat oleh kandungan
garam. Kondisi ini disebut estuaria positif atau estuaria baji garam (salt
wedge estuary) (Nybakken, 1988).
Akan tetapi ada pula estuaria yang
memiliki kondisi berkebalikan, dan
karenanya dinamai estuaria
negatif. Misalnya pada estuariaestuaria yang aliran air tawarnya
sangat rendah, seperti di daerah
gurun pada musim kemarau. Laju
penguapan air di permukaan, yang
lebih tinggi daripada laju masuknya
air tawar ke estuaria, menjadikan
air permukaan dekat mulut sungai
lebih tinggi kadar garamnya. Air
yang hipersalin itu kemudian
tenggelam dan mengalir ke arah
laut di bawah permukaan. Dengan
demikian gradien salinitas airnya
berbentuk kebalikan daripada
estuaria positif.
Gambar 1.2.
Sebuah Estuaria yang Ramai
oleh Lalu Lintas Air (Foto: Wikipedia Commons
Dalam pada itu, dinamika pasang surut air laut sangat mempengaruhi
perubahan-perubahan salinitas dan pola persebarannya di estuaria. Pola
ini juga ditentukan oleh geomorfologi dasar estuaria.
Sementara perubahan-perubahan salinitas di kolom air dapat berlangsung
cepat dan dinamis, salinitas substrat di dasar estuaria berubah dengan
sangat lambat. Substrat estuaria umumnya berupa lumpur atau pasir
berlumpur, yang berasal dari sedimen yang terbawa aliran air, baik dari
darat maupun dari laut. Sebabnya adalah karena pertukaran partikel
garam dan air yang terjebak di antara partikel-partikel sedimen, dengan
yang berada pada kolom air di atasnya berlangsung dengan lamban.
Biota Estuaria
Sebagai wilayah peralihan atau percampuran, estuaria memiliki tiga
komponen biota, yakni fauna yang berasal dari lautan, fauna perairan
tawar, dan fauna khas estuaria atau air payau.
Gambar 1.3.
Cacing Laut Polikaeta Merupakan Organisme
yang Melimpah di Estuaria
(Foto: Wikipedia Commons)
Gambar 1.4.
Sidat Eropa Anguilla anguilla Melintasi Estuaria
dalam Perjalanannya ke Laut
(Foto: Wikipedia Commons)
Gambar 1.5.
Sejenis Burung Gagang Bayem
Asyik Mencari Makanannya di Lumpur Estuaria
(Foto: NOAA's Estuarine Research Reserve
Collection
Deskripsi
atas rawa-rawa
garis
pantai
dan
teluk-teluk
terlindung
ombak,
dari
yang
gempuran
maupun
di
sekitar
juga
hutan
dikenal
payau atau
luas
di
Indonesia
Hutan-hutan
Gambar 2.2.
Hutan Mangrove di saat Air Laut Surut
(Foto: Wikipedia Commons)
akibat
ditebangi
Ekologi mangrove
Gambar 2.3 .
Permudaan (Semai) Sejenis Bakau (Rhizophora sp.)
Berkecambah di Tepi Muara Sungai
(Foto: Wikipedia Commons)
pohon. Sementara itu, dari sekitar 60 spesies mangrove sejati yang dikenal
dunia, sebanyak 43 spesies didapati di Indonesia. (Noor dkk. 1999).
1. Jenis substrat.
Sebagai wilayah pengendapan, substrat di pesisir bisa sangat berbeda. Yang
paling umum adalah hutan bakau tumbuh di atas lumpur tanah liat bercampur
dengan bahan organik. Akan tetapi di beberapa tempat, bahan organik ini
sedemikian banyak proporsinya; bahkan ada pula hutan bakau yang tumbuh
di atas tanah bergambut. Substrat yang lain adalah lumpur dengan
kandungan pasir yang tinggi, atau bahkan dominan pecahan karang, di
pantai-pantai yang berdekatan dengan terumbu karang.
2. Terpaan ombak
Bagian luar atau bagian
depan hutan bakau yang
berhadapan dengan laut
terbuka
sering
harus
dalamnya
yang
lebih tenang.
Bagian yang agak serupa
adalah
hutan
yang
Gambar 2.4.
Bakau (Rhizophora) sp.,
Tumbuh di Tepi Laut Terbuka
(Foto: Wikipedia Commons
berhadapan
langsung
Di bagian lebih ke dalam, yang masih tergenang pasang tinggi, biasa ditemui
campuran bakau R. mucronata dengan jenis-jenis kendeka (Bruguiera spp.),
kaboa (Aegiceras corniculata) dan lain-lain. Sedangkan di dekat tepi sungai,
yang lebih tawar airnya, biasa ditemui nipah (Nypa fruticans), pidada (Sonneratia
caseolaris) dan bintaro (Cerbera spp.).
Pada bagian yang lebih kering di pedalaman hutan didapatkan jenis-jenis nirih
(Xylocarpus spp.), teruntum (Lumnitzera racemosa), dungun (Heritiera littoralis)
dan kayu buta-buta (Excoecaria agallocha).
Berbagai tumbuhan dari hutan mangrove dimanfaatkan orang untuk bermacammacam keperluan. Kayu bakau berkualitas baik sebagai bahan bangunan dan
kayu bakar, beberapa jenisnya digunakan sebagai bahan arang. Kayu bakau
juga menghasilkan serat yang baik untuk membuat kertas. Kulit kayunya
dimanfaatkan sebagai penghasil zat penyamak.
Kondisi yang paling berat, kawasan hutan bakau seringkali dibuka orang untuk
diubah menjadi wilayah pertambakan, tambak garam, lahan pertanian dan
bahkan permukiman. Hutan-hutan bakau di Lampung dan di utara Jawa adalah
buktinya. Di daerah pantai utara Jawa, hutan-hutan bakau yang masih baik
tinggal sedikit di beberapa tempat saja. Kebanyakan berada di kawasan
konservasi seperti cagar alam atau taman nasional; atau di kawasan hutan
negara.
Di luar wilayah-wilayah itu, praktis telah habis oleh aktivitas manusia, dan bukan
hanya oleh rakyat miskin. Wilayah rawa bakau yang luas di utara Jakarta, yakni
antara Muara Angke dengan Muara Kamal, kini sebagian besar telah dibuka
untuk membangun pemukiman mewah dan lapangan golf. Rawa-rawa bakau di
sebelah timurnya bahkan telah lama diubah menjadi Taman Impian Jaya Ancol,
suatu tempat rekreasi terkenal. Sedangkan mangrove di sekitar Surabaya
banyak yang diubah menjadi kawasan industri.
Definisi
Gambar 3.1.
Lamun, Tumbuh di Sela-sela Rumpun Karang Tanduk
Rusa (Foto: Wikipedia Commons)
Lamun biasa tumbuh di atas paparan pasir atau lumpur yang terendam air
laut dangkal. Karena perlu berfotosintesis, komunitas lamun berada di
antara batas terendah daerah pasang surut sampai kedalaman tertentu di
mana cahaya matahari masih dapat mencapai dasar laut.
(Cymodocea,
Halodule,
Syringodium
dan
Gambar 3.2.
Sejenis Ikan Tangkur (Solenostomus cyanopterus) yang Menyamar
Menyerupai Serpih daun Lamun
(Foto: Wikipedia Commons)
Di samping itu berbagai jenis hewan dan ikan juga menggunakan padang
lamun ini sebagai tempat memijah dan membesarkan anak-anaknya. Di
antaranya adalah ikan beronang (Siganus spp.) dan beberapa jenis udang
(Penaeus
spp.).
memanfaatkan
Beberapa
padang
jenis
lamun
reptil
dan
mamalia
sebagai
tempat
laut
juga
mencari
Di saat air laut surut, padang lamun yang mengering sementara ini sering
pula dikunjungi oleh berbagai jenis burung dan hewan, yang sibuk
mencari ikan-ikan dan hewan kecil yang terjebak dan tertinggal di antara
kusutnya lamun.
secara
langsung
oleh
manusia.
Hanya
beberapa
jenis
ada
yang
pada
skala
yang
secara
ekologi
tempat
tumbuhnya
berupa
sedimen
lamun
telah
dasar
laut
dan
mengembalikannya
ke
dalam rantai
makanan ekosistem. Sesuatu yang tak bisa dilakukan oleh alga laut yang
mengandalkan nutrien yang terkandung dalam air saja.
bahan
makanan
berbagai
organisme
pemakan
detritus
Tutupan (coverage) tajuk rumput lamun ini juga memberikan naungan dari
cahaya matahari langsung, menciptakan iklim mikro khusus di dasar
perairan. Pada saat air laut surut, daun-daun lamun melindungi substrat
dari teriknya matahari dan mencegah penghuninya dari kekeringan yang
mematikan.
Padang lamun diketahui sebagai salah satu habitat yang rentan terhadap
kerusakan.
negatif yang merusak padang lamun (Fairhust & Graham 2003, Terrados
& Duarte 2003).
Kegiatan pembangunan yang pesat dan perubahan peruntukan lahan di
wilayah pantai telah meningkatkan masuknya sedimen ke laut dan
menimbulkan eutrofikasi.
Bertambahnya pelumpuran
ini
telah
menaikkan
meningkatkan
cahaya
buruk
bagi
Masuknya
lumpur
serta
dihasilkan
aktivitas
Gambar 3.4.
Pseudomonacanthus peroni, Sejenis Ikan Buntal yang Biasa Ditemukan
di Padang Lamun
(Foto: Wikipedia Commons)
Dengan demikian cukup alasan bagi Terrados dkk. (1998, dalam Terrados
dan Duarte 2003) untuk menyebutkan bahwa pelumpuran dan naiknya
jumlah liat (clay) dalam air laut melebihi ambang tertentu, akan
menurunkan secara tajam kekayaan spesies dan biomassa daun
komunitas padang lamun. Sensitivitas jenis-jenis lamun ini berbeda-beda
terhadap gangguan tersebut, mulai dari Syringodium yang paling sensitif
hingga Enhalus sebagai jenis yang paling tahan.
Kematian rumpun-rumpun
Deskripsi
Terumbu karang merupakan komunitas yang khas dan tumbuh terbatas di
daerah tropika. Struktur dasar terumbu adalah bangunan kalsium
karbonat (kapur) yang sangat banyak, yang sebagian besar dibentuk oleh
binatang karang (polip). Hewan karang ini termasuk kelas Anthozoa, filum
Coelenterata, yang hidup berkoloni dan masing-masing menempati
semacam mangkuk kecil dari bahan kapur yang keras tadi.
Gambar 4.1 .
Aneka warna dan bentuk karang keras
(Foto: Wikipedia Commons)
Tipe terumbu
Gambar 4.4 .
Terumbu Karang Penghalang
(Foto: QT Luong/ Terragalleria.com)
Gambar 4.5.
Atol, dengan Pulau Pasir di Tengahnya
(Foto: www.webtime.ch/bilder/atoll.jpg)
Dari segi letaknya dikenal setidaknya tiga tipe terumbu karang, yakni
terumbu tepi, terumbu penghalang dan atol. Terumbu karang tepi
(fringing reef) adalah terumbu yang tumbuh relatif tidak jauh dari garis
pantai. Sedangkan terumbu karang penghalang (barrier reef) terletak
agak jauh dari pantai, diantarai oleh laut yang cukup dalam. Contoh
terumbu penghalang yang terkenal adalah The Great Barrier Reef, yang
membentang hampir sepanjang 2000 km di timur Australia.
Atol adalah terumbu karang
berbentuk cincin yang
biasanya terdapat di laut
dalam. Di tengah-tengahnya
terdapat semacam danau air
asin dangkal yang dikenal
sebagai gobah atau laguna
(lagoon). Para ahli menduga
bahwa atol berasal dari
Gambar 4.6.
terumbu karang tepi yang
tumbuh di sekeliling suatu
Terumbu Karang Tepi di Sekeliling Sebuah Pulau di Kepulauan
pulau vulkanik. Suatu ketika,
Palau (Foto: FL Colin/
karena sebab tertentu pulau
www.coralreefresearchfoundation.org)
vulkanik itu
tenggelam. Apabila pulau itu
tenggelam dengan perlahanlahan, terumbu yang terus
tumbuh itu dapat mengimbangi
kecepatan tenggelamnya pulau dan bertahan tumbuh di permukaan laut
menjadi atol. Akan tetapi ada pula yang pulaunya tenggelam dengan
cepat dan terumbu karangnya turut mati bersama tenggelamnya pulau
tersebut.
Ancaman kelestarian
Bahan bacaan
Burke, L., E. Selig and M. Spalding. 2002. Reefs at Risk in Southeast
Asia. World Resources Institute.
Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut: suatu pendekatan ekologis. Alih
bahasa H. Muh. Eidman dkk. Penerbit Gramedia. Jakarta.
LATIHAN
Klik pada satu alternatif jawaban yang menurut Anda paling tepat.
arus-
arus lainnya
C topografi daerah estuaria
B. fotosintesis
C. pernafasan
D. aktivitas menghindari
gelombang
laut
12. Padang lamun memiliki sifat-sifat
ekologis penting sebagai habitat
aneka jenis hewan, terutama untuk
.
A.
ikan-ikan
kecil
dan
kecil
dan
avertebrata
B.
ikan-ikan
vertebrata
lainnya
C.
avertebrata
saja
D. crustacea
C 10 - 35
D 10 - 40
misalnya ikan .
A. bawal
B. kakap
C. kerapu
D. baronang
A herbivora
B karnivora
A. pencemaran pada
komunitas
lamun
B. arus laut ke dalam
komunitas
lamun
C. jumlah dan jenis nutrien
yang
masuk ke padang lamun
D. mineral yang masuk ke
komunitas
lamun
6. Mangrove juga dikenal sebagai
hutan
payau atau hutan pasang surut,
karena .
A tempat hidup fauna air tawar
maupun
fauna air laut
B tempat bertemunya air tawar
dan air
laut
A mengusir ikan
B bernafas
di dalam
sel-sel tubuhnya
B. hidup bersimbiosis dengan
diatom
C. aktif menghasilkan kapur
D. tahan terhadap terpaan
gelombang
laut
8. Berikut ini adalah faktor-faktor fisik 18. Terumbu karang tumbuh di semua
yang
perairan tropis, kecuali di beberapa
berpengaruh pada kehidupan
tumbuhan
tempat seperti di pantai barat
mangrove, kecuali .
Afrika bagian selatan dan pantai
A jenis substrat
barat Amerika Selatan, karena .
B terpaan ombak
A. gelombang lautnya besar
C salinitas
B. pH tidak sesuai dengan
pertumbuhan karang
C. banyak terjadi sedimentasi
dari
bahan-bahan organik
D. secara berkala terjadi arus
dingin
dan upwelling air dingin
yang
membatasi pertumbuhan
terumbu
karang.
B. bahan-bahan peledak
C. racun potasium untuk
memanen
ikan-ikan karang.
D. jaring insang
PENDAHULUAN
Saudara mahasiswa, matakuliah Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut
(MMPI5104) merupakan salah satu matakuliah wajib bagi Anda pada
semester I Program Magister Manajemen Perikanan. Matakuliah ini
memberikan pengetahuan tentang perlunya pengelolaan wilayah pesisir
dan laut, karakteristik, struktur dan dinamika ekosistem pesisir dan laut,
rencana pengelolaan perikanan dan wilayah pesisir, teknik dasar
perencanaan pesisir dan laut, valuasi ekonomi sumberdaya pesisir dan
laut.
Materi yang diberikan pada program web suplemen ini merupakan
suplemen/pelengkap dari materi yang telah diuraikan dalam Buku Materi
Pokok (BMP). Materi yang disampaikan belum banyak diuraikan dalam
BMP dan diharapkan dapat lebih mempermudah Anda dalam mempelajari
materi matakuliah tersebut. Materi web suplemen ini ditekankan pada
pengetahuan
tentang
kekhasan
ekosistem
laut
berikut
dengan
mampu
menjelaskan
konsep-konsep
utama
dalam
Ekosistem
estuaria
Ekosistem
Ekosistem
mangrove
padang
lamun
Kelima
topik
utama
1.
2.
3.
tersebut
adalah
Ekosistem
berikut.
Estuaria
Ekosistem
Ekosistem
sebagai
Mangrove
Padang
Lamun