Anda di halaman 1dari 11

Terumbu Karang Cincin (Attols)

Penjelasan :
Terumbu karang cincin (atol), yaitu terumbu karang yang dalam proses pembentukannya memerlukan
waktu beratus-ratus tahun. Terumbu karang cincin biasanya terdapat di pulau-pulau kecil yang terpisah
jauh dari daratan.

terumbu karang ini berbentuk seperti cincin.

terumbu karang yang berbentuk cincin dan berukuran sangat besar menyerupai pulau. Terumbu karang
yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau-pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak
terdapat perbatasan dengan daratan.

Karang berbentuk oval yang muncul di perairan laut dalam. Karang ini mengelilingi sebuah danau
(lagoon) dengan kedalam rata-rata 45 meter. Pada atol ini kadang-kadang ditemukan daratan (pulau)
yang sempit atau tidak terdapat daratan sama sekali. Atol banyak ditemukan pada daerah tropis di
Samudra Atlantik.

Proses terbentuknya :
Pada pemesanannya formasi jenis atol sangat erat dengan Ilmu Geologi dan menarik untuk
mengamati. Sejarah terbentuknya berdasarkan hasil penelitian berbagai dasar ilmu geologi
seperti pengukuran umur ( dating ) pada batuan vulkanik, penelitian struktur geologi dengan
menggunakan seismik dan penelitian paleomagnetik untuk melihat kemungkinan terjadinya
perubahan kandungan magnetik (polarisasi atau anomali) secara lokal maupun regional
selama pelaksanaan perekahan lempengan kerak bumi.

Ada teori tentang proses terbentuknya atol, yaitu Teori titik panas ( hotspot theory ) adalah
sebagai berikut:
(1) Terjadi aktivitas magmatik pada suatu titik panas (hotspot)
(2) Titik panas tersebut kemudian berkembang dan berkembang menjadi gunung berapi
yang berada di dasar samudra
(3) Setelah gunung berapi dasar samudra itu meletus dan menjadi tidak aktif
(4) Dalam beberapa juta tahun gunung berapi tersebut berubah menjadi pulau yang
kemudian mengalami pergeseran dari posisi semula oleh pergerakan kerak bumi
(5) Pulau tersebut kemudian ditumbuhi beberapa formasi karang menjumbai (fringing reefs)
yang kemudian berkembang menjadi karang penghalang, atol dan terakhir menjadi sebuah
gunung kecil di laut (guyot). Pada garis besar perkembangan gunung berapi menjadi atol
adalah demikian, dan proses tersebut akan terulang kembali pada gunung berapi yang
terbentuk kemudian.
Atol berkembang dari sebuah gunung api bawah laut atau seamount. Pertama gunung
tersebut mengalami erupsi, mengendapkan lava di lantai samudera. Seiring bertambahnya
erupsi maka endapan lava semakin meninggi dan mencapai permukaan air laut. Bagian yang
keluar dari permukaan air laut menjadi pulau di tengah samudera.
Pada tahap berikutnya, hewan laut kecil yang disebut karang atau coral mulai
terbentuk di sekitar pulau. Jenis karang yang membangun terumbu disebut hermatypic atau
karang keras. Karang ini membuat exoskeleton keras batu kapur dalam waktu lama. Terumbu
karang ini disebut dengan terumbu karang tepi atau fringing reef, mengelilingi pulau dibawah
permukaan laut. Selama jutaan tahun, pulau vulkanik ini ter-erosi dan tenggelam ke dasar laut. 
Proses ini dinamakan penurunan atau subsidence. Puncak gunung ini menjadi datar
karena erosi gelombang laut yang konstan. Puncak gunung yang datar ini dinamakan guyot.
Setelah guyot terbentuk, terumbu cincin tadi berubah menjadi karang penghalang (barrier
reef). Sebuah karang penghalang terbentuk jauh dari pantai dan punya laguna lebih dalam.
Karang penghalang tadi melindungi laguna dari angin kencang dan gelombang laut terbuka.
Penurunan pulau membawa sedikit perbedaan karena senyawa kimia laut mengubah
karang secara radikal. Di bagian luarnya, sisi laut yang menghadap karang tetap menjadi
ekosistem laut yang sehat.  Karang di bagian dalam sisi laguna perlahan membusuk karena
ganggang yang ada disekitar karang menghadapi banyak kompetisi. 
Pada tahap akhir pembentukkan atol gelombang laut memecah potongan karang batu
kapur menjadi butirna pasir yang halus. Pasir dan bahan lainnya disimpan oleh gelombang atau
angin hingga menumpuk di atas karang. Bahan-bahan ini seperti bibit tanaman, membentuk
pulau cincin atau atol.

Daerah :
Daerah Indonesia yang terdapat terumbu karang cincin (Attols) antara lain Taka Bone Rate
(Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua).
Terumbu karang penghalang (barrier reefs)

Penjelasan :
Terumbu karang penghalang (barrier reefs) yaitu merupakan terumbu karang yang berbentuk
memanjang melindungi pulau (benua) dari lautan atau samudera dan memiliki goba (lagoon) diantara
terumbu dan pulau.

Terumbu ini hampir sama dengan terumbu karang tepi. Hanya saja, terumbu ini letaknya jauh dari
pesisir. Terumbu ini dapat tumbuh hingga kedalaman 75 m.

Secara umum, terumbu karang penghalang atau barrier reefs menyerupai terumbu karang tepi, hanya
saja jenis ini hidup lebih jauh dari pinggir pantai. Terumbu karang ini terletak sekitar 0.52 km ke arah
laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon
(kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang
penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang
yang terputus-putus.

Proses terbentuknya :

Disebut dengan ' teori penurunan ' Pemesanan formasi terumbu karang berasal dari pola
pemikiran seorang Charles Darwin, ilmuwan yang satu ini memang selalu terbuka dengan
fakta sains yang ada. Teori ini merupakan penurunan lempeng kerak bumi di dasar
samudra akibat aktivitas gunung berapi. Menurut asumsi pakar geologi mulai dari seorang
Kuenen (1960) hingga informasi terakhir oleh Mater & Bennet (1984), yaitu bahwa 75% dari
seluruh terumbu karang terbentuk pada masa Pleistosen.
Pada saat itu terjadi dinamakan subsidence tektonik akibat letusan gunung berapi dan
fluktuasi paras muka laut akibat perubahan massa mulai jaman Pleistosen hingga perioda
resen yang mengakibatkan variasi pada kedalaman laut di sepanjang paparan kontinental
(LIPI, 2009).
Menurut teori sang Charles Darwin baik atol maupun barrier feer berasal dari gunung berapi
bawah laut dengan demikian terbentuknya terumbu karang erat hubunganya dengan
proses pemekaran kerak bumi.

Barrier reefs atau karang yang berbentuk benteng penghalang ini tumbuh paralel dengan garis pantai
dan terpisah dari daratan oleh suatu danau yang dalam (lagoon). Danau ini biasanya tidak ditumbuhi
karang karena terlalu dalam, walau kadangkadang ada pula grumulan karang (patches reefs) yang timbul
ke permukaan air. Pada umumnya 'barrier reefs' ini tumbuh di sekitar pulau vulkanik. namun ada
beberapa yang dapat juga tumbuh di sepanjang paparan (conti nental coast). Kedalaman air pada danau
pemisah bervariasi mulai dari 20 meter hingga lebih dari 100 meter. Umumnya 'barrier reefs' ini tumbuh
mengikuti panjang pantai dengan beberapa lokasi terputus oleh berbagai ukuran saluran. Saluran
terlebar dari terumbu ini dapat digunakan sebagai jalan masuk kapal laut. Lebar terumbu karang ini
bervariasi mulai dari 500 meter, kadang-kadang mencapai beberapa kilometer.

Barrier reefs atau karang yang berbentuk benteng penghalang ini tumbuh paralel dengan garis pantai
dan terpisah dari daratan oleh suatu danau yang dalam (lagoon).

Pada umumnya “barrier reefs” ini tumbuh di sekitar pulau vulkanik. Namun ada beberapa yang dapat
juga tumbuh di sepanjang paparan (continental coast). Umumnya 'barrier reefs' ini tumbuh mengikuti
panjang pantai dengan beberapa lokasi terputus oleh berbagai ukuran saluran. Lebar terumbu karang ini
bervariasi mulai dari 500 meter, kadang-kadang mencapai beberapa kilometer.

Menurut teori Darwin baik atol maupun barrier reef berasal dari gunung berapi bawah laut, dengan
demikian terbentuknya terumbu karang erat hubungannya dengan proses pemekaran kerak bumi.

 Model sederhana yang disebut teori titik panas (hotspot teori) adalah sebagai berikut:
1. Terjadi aktivitas magmatik pada suatu titik panas (hotspot).
2. Titik panas tersebut kemudian tumbuh dan berkembang menjadi gunung berapi yang berada
di dasar samudra, setelah gunung berapi dasar samudra itu meletus dan menjadi tidak aktif.
3. Dalam beberapa juta tahun gunung berapi tersebut berubah menjadi pulau yang kemudian
mengalami pergeseran dari posisi semula oleh pergerakan kerak bumi.
4. Pulau tersebut kemudian ditumbuhi beberapa formasi karang menjumbai (fringing reefs)
yang kemudian berkembang menjadi barrier reefs, atol dan terakhir menjadi sebuah gunung
kecil di laut (guyot). Secara garis besar perkembangan gunung berapi menjadi atol adalah
demikian, dan proses tersebut akan terulang kembali pada gunung berapi yang terbentuk
kemudian.

Daerah terbentuknya :
Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai
(Sulawesi Tengah).
PEMUTIHAN TERUMBU KARANG

Pengertian :
TATA :
Karang bersimbiosis dengan alga mikroskopis yang disebut zooxanthellae yang hidup di dalam
jaringan tubuh karang. Alga ini adalah sumber utama makanan bagi karang melalui proses
fotosintesis dan memberikan warna pada karang.

Alga sangat sensitif terhadap perubahan suhu air laut. Jika terkena stress akibat naiknya suhu
air laut atau polusi, alga akan keluar dari jaringan hewan karang.

Tanpa alga, karang kehilangan sumber makanan utama dan menjadi putih atau sangat pucat
serta sangat rentan terhadap penyakit

1. Kenaikan dan penurunan suhu air laut


(Kenaikan dan penurunan suhu air laut akibat perubahan iklim merupakan penyebab
utama pemutihan karang)
2. Aliran air dari daratan dan polusi
(Badai dapat memicu air hujan yang dapat membanjiri pantai dan membawa polutan
dari daratan yang dapat menyebabkan pemutihan karang)
3. Terpapar sinar matahari secara berlebihan
(Pada suhu tinggi, pancaran sinar matahari dalam waktu yang lama dapat memicu
pemutihan karang pada terumbu karang di perairan yang dangkal)
4. Pasang turun yang ekstrim
(Terpapar dengan udara langsung dalam kondisi pasang turun dapat menyebabkan
pemutihan karang pada terumbu karang di perairan yang dangkal)
Coral bleacing merupakan perubahan warna pada jaringan karang dari warna kecoklatan,
kehijauan menjadi warna putih, sehingga di Indonesia disebut sebagai pemutihan karang. Coral
bleaching atau pemutihan karang terjadi akibat hilangnya microalgae pada jaringan karang,
dimana microalgae ini yang memberikan warna pada karang serta menyuplai makanan pada
polip karang kurang lebih 97%. Microalgae ini merupakan simbion dari karang yang hidup
didalam jaringan polip karang, microalgae ini dikenal dengan nama zooxanthellae.
Polip yang kehilangan Zooxanthellae tidak langsung mati secara langsung, Cuma akan kehilangan warna
akibat zooxanthellae sudah tidak ada, dan ketika pemutihan ini berlangsung secara terus menerus maka
dapat dipastikan polip karang akan mati.

Penyebab Terjadinya Coral Bleaching???


Penyebab terjadinya coral bleaching atau pemutihan karang disebabkan oleh beberapa faktor alam dan
antropogenik, seperti :
1.    Suhu
2.    Badai
3.    Penyakit
4.    Sedimentasi
5.    Sianida
6.    Herbisida
7.    Logam berat
8.    Perubahan salinitas
 

Namun dari semua penyebab utama dari pemutihan karang secara massal yaitu meningkatnya suhu air
laut. Karang dapat hidup dalam batas toleransi suhu berkisar dari 20 sampai 30 derajat selsius. Suhu
kritis yang dapat menyebabkan karang memutih tergantung dari penyesuaian karang tersebut terhadap
suhu air laut rata-rata daerah dimana ia hidup. Karang cenderung memutih apabila suhu meningkat
tajam dalam waktu yang singkat atau suhu meningkat perlahan-lahan dalam jangka waktu yang panjang.

Tahapan Pemutihan
Proses terjadinya pemutihan:

1. Meningkatnya suhu air laut secara derastis atau perlahan namun berkepanjangan
2. Polip karang yang tadinya sehat mengalami setres
3. Zooxanthellae yang hidup di dalam jaringan karang perlahan akan meninggalkan polip karang.
4. Jika terjadi secara terus menerus maka akan terjadi pemutihan, tetapi karang masih hidup
5. Jika terjadi secara berkepanjangan maka polip karang akan mati dan rangka kapur karang akan
ditumbuhi algae
6. Jika suhu yang mempengaruhi cepat stabil makan pemutihan karang bias kembali pulih, dimana
zooxanthellae kembalikedalam jaringan hidup polip karang.
Pemutihan karang atau "Coral Bleaching" adalah berubahnya warna pada jaringan karang dari warna
alami (coklat, hijau, biru dan merah) menjadi warna putih. Kejadian ini bisa menyebabkan kematian
pada karang karena hilangnya zooxanthellae, yaitu alga yang bersimbiosis pada jaringan karang.
Alga ini yang memberikan warna utama pada karang. Tanpa zooxanthellae maka sulit bagi karang
untuk dapat hidup bertahan lama.
Pemutihan karang disebabkan oleh berbagai faktor, namun yang paling utama adalah gangguan
lingkungan seperti kenaikan suhu air laut. Batas toleransi suhu karang bisa hidup adalah 20-30 °C.
Karang cenderung memutih saat suhu meningkat dalam waktu singkat atau perlahan dalam jangka
panjang.
Beberapa karang dapat sembuh serta normal kembali jika penyebab pemutihan menghilang dan bisa
mengumpulkan kembali zooxanthellae. Oleh karena itu mari kita mulai mengurangi dampak
perubahan iklim agar suhu tidak terus meningkat.

http://coremap.or.id/berita/1172
Kejadian bleaching di karang   merupakan peristiwa keluarnya zooxanthella dari karang, yang berkorelasi
dengan memudarnya seluruh   karang menjadi putih. Pada tingkat lanjut memutihnya warna karang ini akan
diikuti oleh kematian karang.   Zooxanthella adalah mikroalga dari kelompok dinoflagellata yang hidup
sebagai simbion didalam jaringan endoderm karang. Koloni karang menjadi putih setelah ditanggapi oleh
zooxanthella karena warna karang ditentukan oleh pigmen yang ada di dalam zooxanthella. Zooxanthella tidak
hanya hidup dijaringan karang tetapi juga hidup di karang lunak, zoanthid dan anemone serta di tridacna atau
kima. Sehingga bila terjadi pemutihan tidak hanya karang keras yang memutih tetapi semua hewan yang
bersimbiose dengan zooxanthella.
Penyebab utama pemutihan adalah kejadian perubahan suhu udara laut atau dibawah normal. Karang tumbuh
dengan baik atau optimal dilaut tropis pada suhu 28 û 29 0 C. Bila terjadi kenaikan suhu 2 û 3 o C diatas atau
dibawah normal dalam kurun waktu antara 1 û 2 minggu maka karang akan menunjukkan tanda-tanda kejadian
pemutihan. Bila suhu naik atau turun naik hingga satu bulan maka seluruh koloni karang, karang lunak,
anemon dan zoanthid akan memutih dan akan mengalami kematian bila kenaikan suhu atau penurunan suhu
hingga mencapai minggu ke enam.
Penyebab terjadi kenaikan massa air laut pada akibat peristiwa El Nino dan masa air laut hangat ini biasanya
muncul dari   lautan Pasifik, laut sekitar Australia, Laut Cina Selatan atau kadang muncul di Laut
Andaman. Penyebab hangatnya air hangat ini sampai saat ini masih menjadi berita. Penyebab kejadian
pemutihan di bagian barat Sumatera bagian selatan, kadang-kadang disebabkan oleh turunnya suhu dibawah
normal (dibawah 26 o C). Penurunan suhu ini biasanya bersamaan dengan adanya Dipolemode Samudra
Hindia, dimana masa udara dingin   dibawa hingga disebelah barat Sumatera.

Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah karang yang telah mengalami pemutihan / pemutihan dapat
sembuh kembali?. Jawabannya adalah tergantung dari jenis karangnya dan tingkat stres yang disebabkan oleh
kerusakan akibat suhu udara laut disekelilingnya. Beberapa karang ada yang sangat sensitif terhadap
perubahan suhu dan ada jenis karang yang cukup kuat untuk tetap bertahan. Jenis karang   dari  kelompok
Pociliporoid dan Acroporoid sangat sensitif dan tidak akan bertahan jika terjadi kenaikan suhu sedangkan
karang-karang dengan Porites dan karang dengan polip besar biasanya lebih tahan terhadap kenaikan
suhu. Karang-karang jenis terakhir ini akan kembali normal bila kenaikan suhu tidak lebih dari satu bulan
sampai enam minggu. Bila kenaikan suhu hanya terjadi selama 2 û 3 minggu biasanya karang dapat bertahan
dan akan segera pulih kembali warnanya seperti semula. Pada prinsipnya sebenarnya hanya mengalami stres
dan jika faktor penyebab stres hilang (dalam hal ini suhu kembali normal) maka karang akan segera pulih
kembali. Kondisi sebaliknya bisa terjadi yaitu pemutihan yang sangat parah yaitu saat kejadian pemutihan
diikuti oleh faktor lain yang memperparah kondisi lingkungan sekitarnya. Contoh saat kejadian pemutihan
bersaman dengan waktu berpindah-pindah yaitu musim peralihan antara musim barat ketimur atau
Agak. Kondisi ini air laut sangat tenang, ditambah dengan intensitas cahaya matahari maksimal. Dalam kondisi
seperti ini biasanya akan muncul berbagai pertumbuhan filamentus, turf alage, cyanobacteria dan penyakit
karang. Bila hal ini terjadi maka akibat pemutihan akan berakibat sangat fatal.

Sebagian besar karang pembentuk terumbu mengandung zooxanthellae, yang merupakan


dinoflagellata bersel tunggal yang hidup di dalam jaringan karang. Karang dan zooxanthellae
memiliki a hubungan simbiosis. Zooxanthellae menyediakan karbohidrat ke karang melalui
fotosintesis, memungkinkan inang mereka (karang) untuk mengarahkan sumber daya menuju
pertumbuhan dan membangun kerangka kalsium karbonatnya. Inang karang, sebagai imbalannya,
memberi zooxanthellae nutrisi dan lingkungan yang terlindungi.

Pemutihan adalah respons stres yang terjadi ketika hubungan karang-zooxanthellae rusak dan
zooxanthellae dikeluarkan dari inang karang atau ketika pigmen dalam zooxanthellae terdegradasi.

Hilangnya zooxanthellae membuat kerangka karang putih kalsium karbonat terlihat melalui jaringan
transparan, membuat karang tampak putih cerah atau 'memutih'. Karang dapat bertahan untuk
beberapa waktu (yaitu, beberapa hari atau bulan) tanpa zooxanthellae, tetapi kemampuannya untuk
bertahan hidup tergantung pada tingkat dan jenis tekanan dan kepekaan karang. Jika penyebab
stres tetap ada, karang bisa kelaparan dan mati.

Pemutihan juga terjadi pada hewan lain dengan zooxanthellae, seperti foraminifera, spons, anemon
dan kerang raksasa.

Penyebab Bleaching ?
Pemutihan karang merupakan respons terhadap stres dan dapat disebabkan oleh banyak faktor.
Sumber stres yang dapat menyebabkan pemutihan karang meliputi:

 Ditinggikan atau dikurangi suhu air


 Radiasi matahari tinggi (radiasi yang tersedia secara fotosintesis (PAR) dan sinar
ultraviolet)
 Penyakit
 Polusi
 Perubahan salinitas (misalnya, guncangan salinitas akibat hujan deras atau banjir)
 Pengendapan dari kegiatan seperti pengerukan
 Paparan terhadap udara (misalnya, karena air surut)
 Perubahan kimia air (misalnya, pengasaman laut)
Sumber-sumber stres ini dapat berkontribusi pada peristiwa pemutihan lokal (puluhan hingga
ratusan meter), tetapi acara pemutihan karang massal terjadi pada skala regional, seringkali
memanjang hingga puluhan hingga ratusan kilometer. Penyebab utama pemutihan massal adalah
peningkatan suhu air yang dikombinasikan dengan radiasi matahari.

Cara Melestarikan Terumbu Karang


Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk membantu proses
pelestarian terumbu karang. Beberapa langkah ini bisa ditempuh dengan
mudah, bahkan bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Membantu menjaga pantai dan pesisir tetap bersih


Meskipun terumbu karang tidak banyak yang terletak di daerah pantai atau
pesisir, namun sebenarnya kebersihan daerah pantai dan pesisir memegang
peranan yang penting untuk kelangsungan terumbu karang. Sampah yang
ada di pesisir dan pantai pada saatnya nanti akan dibawa ombak ke tengah
lautan.

Sampah yang tersangkut di terumbu karang tentu bisa menghambat


pertumbuhan. Itulah mengapa menjaga kebersihan pantai dan pesisir adalah
hal yang wajib dilakukan. Jika Anda berkunjung ke pantai, usahakan untuk
selalu membuang sampah pada tempatnya dan jangan meninggalkan
sampah plastik sembarangan.

2. Mencegah terjadinya proses erosi di daerah pesisir


Erosi pada daerah pantai atau yang biasa disebut dengan abrasi merupakan
hal yang secara tidak langsung dapat menghambat perkembangan terumbu
karang. Adanya bahan-bahan sedimentasi ini menghambat terumbu karang
untuk tumbuh sehingga secara perlahan bisa membuat terumbu karang
semakin punah.

Proses pencegahan erosi di tepian pantai bukan hanya memberikan manfaat


bagi masyarakat yang tinggal di tepi pantai namun juga membawa dampak
positif secara langsung bagi terumbu karang yang ada di dasar laut.

3. Menjaring ikan dengan alat yang tidak merusak


Ada banyak sekali jenis alat yang digunakan untuk menangkap ikan.
Beberapa di antaranya ramah terumbu karang, tetapi tidak sedikit juga yang
membahayakan keberlangsungan terumbu karang. Untuk bisa melestarikan
terumbu karang, maka nelayan harus memilih alat tangkap ikan yang tidak
berbahaya bagi terumbu karang.

4. Tidak mengambil terumbu karang untuk kebutuhan pribadi


Terumbu karang merupakan biota laut yang bisa membantu pertumbuhan
ikan dan makhluk hidup lain di dasar laut. Oleh karena itu, sebaiknya kegiatan
mengambil terumbu karang untuk keperluan pribadi tanpa memperhatikan
kelangsungannya dihentikan. Hal ini secara perlahan mampu menjadikan
terumbu karang menjadi punah.

Sedangkan jika terjadi kepunahan pada terumbu karang, maka akan susah
bagi biota laut lainnya untuk bertahan hidup karena kehilangan rumah
mereka.

5. Mendukung gerakan konservasi terumbu karang


Sekarang ini sudah banyak gerakan yang bertujuan untuk melestarikan
terumbu karang. Hal inilah yang perlu Anda perhatikan. Ada baiknya Anda
mengikuti perkembangan terkait gerakan konservasi terumbu karang sebagai
salah satu cara melestarikan terumbu karang. Dan ikut berpartisipasi melalui
apapun yang Anda bisa lakukan.

Beberapa gerakan tersebut biasanya memungkinkan Anda untuk


berpartisipasi dalam wujud apapun mulai dari tenaga, uang atau bahkan ide.

Sebelum kita melakukan pelestarian terumbu karang, kita perlu mengetahui


terlebih dahulu tentang beberapa faktor yang menjadi penentu atau yang
harus dipenuhi agar terumbu karang dapat tumbuh dengan optimal.

Anda mungkin juga menyukai