Anda di halaman 1dari 30

PENYELAMAN RISET KELAUTAN

IDENTIFIKASI JENIS LAMUN

OLEH

MUHAMMAD ILHAM TATANAGARA


1704122182

JURUSAN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah

memberikan keberkahan dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan

buku identifikasi dari Mata Kuliah Penyelaman Riset Kelautan dengan judul

“Identifikasi Jenis Lamun” dengan baik. Penulisan buku ini dilakukan agar

pembaca mempunyai buku pedoman yang mendukung dalam belajar mengenai

identifikasi jenis lamun.

Adanya buku ini diharapkan pembaca dapat menyerap materi

pembelajaran yang diberikan dengan baik dalam buku ini, sehingga kompetensi

pembaca di bidang identifikasi jenis lamun juga akan meningkat. Penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk

perbaikan dan penyempurnaan buku ini.

Pekanbaru, 13 Mei 2020

Muhammad Ilham Tatanagara


3

DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................. ii

I. LAMUN
I.1. Pengertian Ekosistem Lamun................................................... 1
I.2. Habitat Lamun.......................................................................... 2

II. KLASIFIKASI DAN IDENTIFIKASI LAMUN


II.1. Morfologi Lamun...................................................................... 6
II.2..................................................................................... Identifikasi Lamun
...................................................................................................9
II.3....................................................................................... Produksi Lamun
..................................................................................................18
II.4................................................................................ Fauna Ekosistem Lamun
..................................................................................................18
II.5........................................................................ Rantai Makanan Ekosistem Lamun
..................................................................................................21
II.6........................................................ Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Lamun......................................................................................... 22
II.7.............................................................................. Manfaat Ekosistem Lamun

..................................................................................................23

III. DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 25


1

I. LAMUN

I.1. Pengertian Ekosistem Lamun

Padang lamun hidupnya berada didarerah perairan dangkal, pinggir pantai

yang sedikit terjal dan di daerah estuari. Di dunia terdapat 58 spesies yang

ditemukan diseluruh dunia, dengan 12 marga, 4 suku, dan 2 ordo. Padang lamun

secara fisik membantu mengurangi energi gelombang dan arus, membantu

menyaring sedimen tersuspensi dari perairan dan menstabilkan sedimen. Tingkat

produktivitas primer yang tiggi di padang lamun membuat produksi perikanan

yang bersoasiasi di padang lamun menjadi tinggi (English et al., 1997).

Lamun atau secara internasional dikenal sebagai seagrass, merupakan

tumbuhan tingkat tinggi dan berbunga (Angiospermae) yang sudah sepenuhnya

menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut dangkal. Keberadaan bunga dan

buah ini adalah faktor utama yang membedakan lamun dengan jenis tumbuhan

laut lainnya, seperti rumput laut (seaweed). Hamparan lamun sebagai ekosistem

utama pada suatu kawasan pesisir disebut sebagai padang lamun (seagrass bed).

Padang lamun yang merupakan salah satu ekosistem di wilayah pesisir memiliki

keanekaragaman-hayati yang kaya dan merupakan penyumbang nutrisi yang

sangat potensial bagi perairan disekitarnya mengingat produktivitasnya yang

tinggi. Pada ekosistem padang lamun, berasosiasi berbagai jenis biota laut yang

bernilai penting dengan tingkat keragaman yang sangat tinggi (Nainggolan, 2011).

Lamun atau secara internasional dikenal sebagai seagrass, merupakan

tumbuhan tingkat tinggi dan berbunga (Angiospermae) yang sudah sepenuhnya

menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut dangkal. Keberadaan bunga dan
2

buah ini adalah faktor utama yang membedakan lamun dengan jenis tumbuhan

laut lainnya, seperti rumput laut (seaweed). Hamparan lamun sebagai ekosistem

utama pada suatu kawasan pesisir disebut sebagai padang lamun (seagrass bed).

Padang lamun yang merupakan salah satu ekosistem di wilayah pesisir memiliki

keanekaragaman-hayati yang kaya dan merupakan penyumbang nutrisi yang

sangat potensial bagi perairan disekitarnya mengingat produktivitasnya yang

tinggi. Pada ekosistem padang lamun, berasosiasi berbagai jenis biota laut yang

bernilai penting dengan tingkat keragaman yang sangat tinggi (Nainggolan, 2011).

I.2. Habitat Lamun

Lamun tumbuh subur terutama di daerah pasang surut terbuka serta perairan

pantai yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan dengan karang

mati dengan kedalaman 4 m. Dalam perairan yang sangat jernih, beberapa jenis

lamun bahkan di temukan tumbuh sampai kedalaman 8-15 m dan 40 m. Pola

tumbuh lamun pada sedimen karbonat berbeda dengan lamun yang tumbuh pada

daratan. Hal ini dipengaruhi oleh kekeruhan, suplai nutrient pada musim hujan,

serta fluktuasi salinitas (Dahuri, 2003). Adapun hal-hal yang mempengaruhi

keberadaan lamun dalam suatu ekosistem antara lain :

1. Pola Distribusi → Ekosistem lamun di Indonesia di jumpai pada daerah pasang

surut (inner intertidal) dan dibawahnya (upper subtidal). Dilihat dari pola

zonasi lamun secara horizontal, ekosistem lamun terletak diantara dua

ekosistem penting yaitu ekosistem terumbu karang dan mangrove. Ekosistem

lamun berinteraksi dengan mangrove dan terumbu karang serta sebagai mata

rantai dan penyangga (buffer). Ketiga ekosistem tersebut memiliki interaksi


3

yaitu, interaksi fisik, nutrien dan zat organik melayang, ruaya hewan dan

dampak kegiatan manusia (Nainggolan, 2011).

Zonasi sebaran lamun dari pantai kearah tubir secara umum

berkesinambungan, namun bisa terdapat perbedaan pada komposisi jenis

maupun luas penutupannya. Ekosistem lamun dapat berupa vegetasi tunggal

yang tersusun atas satu jenis lamun dengan membentuk padang lebat. Vegetasi

campuran terdiri dua sampai 12 jenis lamun yang tumbuh bersama-sama pada

satu substrat. Spesies lamun yang biasanya tumbuh dengan vegetasi tunggal

adalah Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophilla ovalis, Holodule

uninervis, Cymodocea serrulata, dan Thalassodendron ciliatum (Dahuri, 2003).

Pada perairan tropis, lamun tumbuh secara berkoloni yang terdiri dari

beberapa jenis ( mix species ). Sedangkan pada perairan dengan suhu yang

dingin, lamun yang tumbuh hanya terdiri dari satu jenis lamun saja ( single

species ). Penyebaran lamun bergantung pada topografi pantai dan pola pasang

surut (Azkab, 2006). Berdasarkan genangan air dan kedalaman, sebaran lamun

secara vertical dapat dikelompokan menjadi tiga kategori (Kiswara, 1997),

antara lain :

a. Jenis lamun yang tumbuh di daerah dangkal dan selalu terbuka saat air surut

yang mencapai kedalaman kurang dari 1 m saat surut terendah. Contoh:

Holodule pinifola, Holodule uninervis, Halophila minor, Halophilla ovalis,

Thalassia hemprichii, Cymodoceae rodunata, Cymodoceae serrulata,

Syringodinium isotifolium dan Enhalus acoroides.

b. Jenis lamun yang tumbuh di daerah dengan kedalaman sedang atau daerah

pasang surut dengan kedalaman perairan berkisar 1-5 m. Contoh: Holodule


4

uninervis, Halophilla ovalis, Thalassia hemprichii, Cymodoceae rodunata,

Cymodoceae serrulata, Syringodinium isotifolium, Enhalus acoroides dan

Thalassodendron ciliatum.

c. Jenis lamun yang tumbuh pada perairan dalam dengan kedalaman mulai dari 5-

35 m. Contoh: Halophila ovalis, Halophila decipiens, Halophila spinulosa,

Thalassia hemprichii, Syringodinium isotifolium dan Thalassodendron

ciliatum.

Sedangkan berdasarkan keadaan pasang surut membagi lamun yang tumbuh

menjadi dua zona, yaitu :

a. Zona intertidal Zona intertidal dicirikan oleh tumbuhan pionir yang didominasi

oleh Halophila ovalis, Cymodocea rotundata dan Holodule pinifolia.

b. Daerah yang berada jauh pantai. Dicirikan oleh Thalassodendron ciliatum

mendominasi zona daerah yang berada jauh pantai (Hutomo, 1997).

2. Suksesi → Suksesi adalah suatu proses perubahan yang terjadi pada suatu

komunitas dalam jangka tertentu sehingga membentuk komunitas baru yang

berbeda dengan komunitas semula. Sukesi dapat diartikan sebagai

perkembangan ekosistem yang tidak seimbang menuju ekosistem seimbang.

Suksesi terjadi akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas dan

ekosistem (Nainggolan, 2011).

3. Substrat → Menurut (Dahuri et al., 2001), tumbuhan lamun mampu hidup

pada berbagai macam tipe substrat mulai dari lumpur hingga karang.

Kebutuhan substrat yang paling utama adalah kedalaman substrat yang cukup.

Peranan kedalaman pada substrat dalam stabilitas sedimen, yaitu sebagai

pelindung tanaman dari arus laut dan sebagai tempat pengolahan serta pemasok
5

nutrien. Hampir semua tipe substrat lumpur berpasir yang tebal antara hutan

rawa mangrove dan terumbu karang (Nainggolan, 2011). Berdasarkan

karakteristik dan tipe substratnya, padang lamun di Indonesia dapat di

kelompokan menjadi 6 kategori yaitu lumpur, lumpur pasiran, pasir, pasir

lumpuran, puing karang, dan batu karang. Pengelompokan ini berdasarkan

ukuran partikel dari substrat tersebut (Dahuri, 2003).

4. Kedalaman dan Kecerahan → Kecerahan perairan menunjukan kemampuan

cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan

alami, kecerahan sangat penting karena erat dengan proses fotosintesis.

Semakin tinggi nilai kecerahan maka akan tinggi pula tingkat penetrasi cahaya

ke kolom perairan. Penetrasi cahaya matahari atau kecerahan sangat penting

bagi tumbuhan lamun. Hal ini terlihat dari sebaran lamun yang terbatas pada

daerah yang masih menerima cahaya matahari. Daya jangkau atau kemampuan

tumbuh tumbuhan lamun untuk sampai kedalaman tertentu sangat dipengaruhi

oleh saturasi cahaya setiap individu lamun. Distribusi kedalaman tergantung

dari hubungan beberapa faktor yaitu, gelombang, arus substrat, turbiditas dan

penetrasi cahaya (Nainggolan, 2011).

5. Pasang Surut → Lamun tumbuh subur terutama di daerah pasang surut terbuka

serta perairan pantai yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan

dengan karang mati dengan kedalaman 4 m. Pengaruh pasang surut serta

struktur substrat mempengaruhi zona sebagian jenis lamun dan bentuk

pertumbuhannya. Lamun hidup di perairan yang dangkal dan jernih pada

kedalaman berkisar antara 2-12 meter dengan sirkulasi air yang baik

(Nainggolan, 2011).
6

II. KLASIFIKASI DAN IDENTIFIKASI LAMUN

II.1. Morfologi Lamun

Lamun memiliki bentuk tanaman yang sama seperti halnya rumput di

daratan, yang mempunyai bagian-bagian tanaman seperti rimpang yang menjalar,

tunas tegak, seludang/pelepah daun, helaian daun, bunga dan buah. Lamun

memiliki perbedaan yang sangat nyata dalam struktur akarnya, yang sering

dipakai pemberian namanya (Kiswara 2004).


7
8

1. Akar → Terdapat perbedaan morfologi dan anatomi akar yang jelas antara

jenis lamun yang dapat digunakan untuk taksonomi. Akar pada beberapa

spesies seperti Halophila dan Halodule memiliki karakteristik tipis (fragile),

seperti rambut, diameter kecil, sedangkan spesies Thalassodendron memiliki

akar yang kuat dan berkayu dengan sel epidermal. Jika dibandingkan dengan

tumbuhan darat, akar dan akar rambut lamun tidak berkembang dengan baik.

Semua akar memiliki pusat stele yang dikelilingi oleh endodermis. Stele

mengandung phloem (jaringan transport nutrien) dan xylem (jaringan yang

menyalurkan air) yang sangat tipis. Karena akar lamun tidak berkembang baik

untuk menyalurkan air maka dapat dikatakan bahwa lamun tidak berperan

penting dalam penyaluran air.

Larkum et al., (1989) menekankan bahwa transport oksigen ke akar

mengalami penurunan tergantung kebutuhan metabolisme sel epidermal akar

dan mikroflora yang berasosiasi. Melalui sistem akar dan rhizoma, lamun dapat

memodifikasi sedimen di sekitarnya melalui transpor oksigen dan kandungan


9

kimia lain. Kondisi ini juga dapat menjelaskan jika lamun dapat memodifikasi

sistem lakunal berdasarkan tingkat anoksia ( keadaan ada sedikit atau tidak ada

oksigen ) di sedimen. Dengan demikian pengeluaran oksigen ke sedimen

merupakan fungsi dari detoksifikasi yang sama dengan yang dilakukan oleh

tumbuhan darat. Kemampuan ini merupakan adaptasi untuk kondisi anoksik

yang sering ditemukan pada substrat yang memiliki sedimen liat atau lumpur.

Karena akar lamun merupakan tempat untuk melakukan metabolisme aktif

(respirasi) maka konnsentrasi CO2 di jaringan akar relatif tinggi.

2. Rhizoma dan batang → Semua lamun memiliki lebih atau kurang rhizoma

yang utamanya adalah herbaceous, walaupun pada Thallasodendron ciliatum

(percabangan simpodial) yang memiliki rhizoma berkayu yang memungkinkan

spesies ini hidup pada habitat karang yang bervariasi dimana spesies lain tidak

bisa hidup. Kemampuannya untuk tumbuh pada substrat yang keras

menjadikan T. ciliatum memiliki energi yang kuat dan dapat hidup berkoloni

disepanjang hamparan terumbu karang.

Struktur rhizoma dan batang lamun memiliki variasi yang sangat tinggi

tergantung dari susunan saluran di dalam stele. Rhizoma, bersama sama dengan

akar, menancapkan tumbuhan ke dalam substrat. Rhizoma seringkali terbenam

di dalam substrat yang dapat meluas secara ekstensif dan memiliki peran yang

utama pada reproduksi secara vegetatif dan reproduksi yang dilakukan secara

vegetatif merupakan hal yang lebih penting daripada reproduksi dengan

pembibitan karena lebih menguntungkan untuk penyebaran lamun. Rhizoma

merupakan 60 – 80% biomas lamun.


10

3. Daun → Seperti semua tumbuhan monokotil, daun lamun diproduksi dari

meristem basal yang terletak pada potongan rhizoma dan percabangannya.

Meskipun memiliki bentuk umum yang hampir sama, spesies lamun memiliki

morfologi khusus dan bentuk anatomi yang memiliki nilai taksonomi yang

sangat tinggi. Beberapa bentuk morfologi sangat mudah terlihat yaitu bentuk

daun, bentuk puncak daun, keberadaan atau ketiadaan ligula. Contohnya adalah

puncak daun Cymodocea serrulata berbentuk lingkaran dan berserat,

sedangkan C. Rotundata datar dan halus. Daun lamun terdiri dari dua bagian

yang berbeda yaitu pelepah dan daun. Pelepah daun menutupi rhizoma yang

baru tumbuh dan melindungi daun muda. Tetapi genus Halophila yang

memiliki bentuk daun petiolate tidak memiliki pelepah.

II.2. Identifikasi Lamun

Karakteristik spesies lamun antara lain :


11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

II.3. Produksi Lamun

Lamun melakukan reproduksi untuk mempertahankan keberadaannya di

dalam ekosistem. SIstem reproduksi pada lamun sendiri terbagi menjadi dua cara,

yaitu aseksual (vegetative) dan seksual (generative).

1. Reproduksi Aseksual → Serupa dengan rumput di darat, tunas lamun

terhubung di bawah tanah oleh jaringan struktur mirip akar yang disebut

rimpang (rhizoma). Rhizoma bisa menyebar di bawah sedimen dan

menghasilkan tunas baru. Bila ini terjadi, maka akan banyak batang yang

tumbuh dalam satu lokasi dan sebenarnya batang-batang tersebut berasal dari

satu tanaman yang sama dan akan memiliki kode genetik yang sama.

Singkatnya, reproduksi aseksual pada lamun ialah pertumbuhan tunas pada

rhizoma yang membentuk tegakan baru.


21

2. Reproduksi Seksual → Lamun bereproduksi secara seksual seperti rumput di

darat, namun penyerbukan untuk lamun dibantu oleh air, atau bisa disebut

hydropilus pollination. Bunga lamun jantan melepaskan serbuk sari dari

struktur yang disebut sariawan ke air. Serbuk sari ini akan terkumpul dan

membentuk rumpun seperti benang. Rumpun ini akan digerakkan oleh arus

hingga mencapai putik pada bunga lamun betina, sehingga pembuahan terjadi.

Benih lamun yang dibuahi akan berkembang dan mengapung terbawa air

sebelum menetap pada substrat yang cocok dan berkecambah untuk

membentuk individu baru.

II.4. Fauna Ekosistem Lamun

Sebagian besar (70%) wilayah dunia merupakan lautan. Meskipun

demikian hanya sebagian kecil merupakan wilayah yang produktif yaitu

wilayah laut dangkal. Di wilayah laut dangkal ini terdapat beberapa

ekosistem bahari yang produktif seperti mangrove, estuaria, terumbu

karang dan padang lamun. Ekosistem lamun (seagrass) merupakan salah

satu ekosistem di laut dangkal yang mempunyai peranan penting dalam

kehi-dupan jasad hidup di laut serta merupakan salah satu ekosistem

bahari yang paling produktif. Peranan lamun telah dikemukakan oleh

Peterson pada tahun 1918 (dalam Thayer et al 1975a) dengan membuat

suatu model tentang hubungan trofik dari perairan Kattegat, Denmark.

Model tersebut memperlihatkan bahwa populasi dari ikan "cod" dan ikan

sebelah (flat fish) di perairan tersebut tergantung pada komunitas Zostera

di pantai timur Amerika Utara dan pantai barat Eropa Utara.


22

Kikuchi & Peres (1977) membagi komunitas hewan padang lamun

berdasarkan struktur mikrohabitatnya serta pola kehidupan hewannya

sendiri dalam empat kategori, antara lain :

1. Kategori pertama, ialah biota yang hidup di daun. Kelompok ini terdiri dari:

a. Flora epifitik dan mikro serta meifauna yang hidup di dalamnya (Protozoa,

Fora-minifera, Nematoda, Poliketa, Rotifera, Tardigrada, Kopepoda dan

Arthropoda).

b. Fauna sesil (Hidrozoa, Actinia, Bryo-zoa, Poliketa dan Ascidia.

c. Epifauna bergerak, merayap dan berjalan di daun (Gastropoda, Poliketa,

Turbellaria, Nemer-tinia, Krustasea dan beberapa Ekhinoder-mata).

d. Hewan-hewan yang bergerak tetapi dapat beristirahat di daun seperti

Mysidacea, Hydromedusae, Sefalopoda dan Syngnathidae (ikan-ikan

tangkur).

2. Kategori kedua, ialah biota yang menempel pada batang dan rimpang

(rhizome). Biota yang termasuk kategori ini ialah Poliketa dan Amphipoda.

3. Kategori ketiga, ialah jenis bergerak yang hidup di perairan di bawah tajuk

daun berupa ikan, udang, dan cumi-cumi. Hewan-hewan yang bergerak cepat

ini dibagi lagi dalam sub kategori berdasarkan periode mereka tinggal di

padang lamun, antara lain :

a. penghuni tetap

b. penghuni musiman

c. pengunjung temporal dan

d. peruaya yang tak menentu.


23

4. Kategori keempat, ialah hewan – hewan yang hidup pada dan di dalam

sedimen. Semua jenis bentos, baik epi maupun infauna bentos termasuk dalam

kelompok ini.

II.5. Rantai Makanan Ekosistem Lamun

Sistem rantai makanan merupakan sebuah siklus, semua kehidupan hewan

bergantung pada kemampuan tumbuhan-tumbuhan hijau untuk berfotosintesis.

Dilaut , lamun merupakan produsen makanan yang cukup penting , tingkat


24

selanjutnya adalah pemindahan energi dari produsen ke tingkat diatasnya dalam

rantai makanan (Romimohtarto, 2009).Tipe rantai makanan dibagi menjadi 2,

antara lain :

1. Rantai makanan rerumputan (grazing food chain) Rantai makanan ini diawali

oleh tumbuhan hijau sebagai produsen. Rantai makanan rerumputan

contohnya : tumbuhan – herbivore- karnivora.

2. Rantai makanan sisa (detritus food chain) Rantai makanan ini diawali dari sisa-

sisa organisme mati( detritus). Organisme yang memakan detritus disebut

detrivora. Rantai makanan detritus misalnya : detritus-detrivora-predator.

II.6. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Lamun

Menurut Dahuri, (2003) ada beberapa parameter lingkungan yang

mempengaruhi distribusi dan pertumbuhan ekosistem padang lamun

adalah sebagai berikut :


25

1. Kecerahan → Lamun membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk

melaksanakan proses fotosintesis. Distribusi padang lamun hanya terbatas pada

perairan yang tidak terlalu dalam. Namun banyak pengamatan menunjukkan

bahwa sebaran komunitas lamun di dunia masih ditemukan hingga kedalaman

90 meter, asalkan pada kedalaman ini masih terdapat cahaya matahari.

2. Temperatur → Kisaran temperatur optimal bagi spesies lamun adalah 28-30°C.

3. Salinitas → Spesies lamun memiliki kemampuan toleransi yang berbeda-beda

terhadap salinitas. Nilai salinitas optimum untuk spesies lamun adalah 35 o/oo.

4. Substrat → Padang lamun hidup pada berbagai macam tipe substrat, mulai dari

lumpur, lumpur pasiran, pasir, pasir lumpuran, puing karang dan batu karang.

Kesesuaian substrat yang paling utama bagi perkembangan lamun ditandai

dengan kandungan sedimen yang cukup. Semakin tipis substrat perairan akan

menyebabkan kehidupan lamun yang tidak stabil, sebaliknya semakin tebal

substrat, lamun akan tumbuh subur yaitu berdaun panjang dan rimbun serta

pengikatan dan penangkapan sedimen semakin tinggi. Peranan kedalaman

substrat dalam stabilitas sedimen mencakup dua hal, yaitu, pelindung tanaman

dari arus laut dan tempat pengolahan dan pemasok nutrien (Berwick 1983,

dalam Argandi, 2003).

5. Kecepatan Arus → Pada daerah yang arusnya cepat sedimen pada padang

lamun terdiri dari lumpur halus dan detritus. Produktivitas padang lamun juga

dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan. Rendahnya kecepatan arus sangat

mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan lamun dan ikan, kecepatan

arus berpengaruh besar dalam transportasi telur, larva dan ikan-ikan kecil.

II.7. Manfaat Ekosistem Lamun


26

1. Berdasarkan fungsi fisik → Sebagai pelindung pantai dari ancaman arus dan

gelombang.

2. Berdasarkan fungsi kimia → Sebagai indikator lingkungan perairan dan

sebagai penyerap karbon .

3. Berdasakan fungsi biologi → Sebagai habitat (tempat hidup), Sebagai sumber

makanan bagi biota (feeding ground), Sebagai kawasan pemijah (spawning

ground), Sebagai kawasan asuhan (nursery ground) dan Sebagai kawasan

berlindung.
27

DAFTAR PUSTAKA

Argandi G. 2003. Struktur Komunitas lamun di perairan Pangerungan, Jawa

Timur [skripsi]. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Azkab, M. H. 2006. Ada apa dengan lamun. Majalah semi populer oseana, 31(3),

45– 55.

Hutomo, M. (1997). Padang lamun Indonesia: salah satu ekosistem laut dangkal

yang belum banyak dikenal. Puslitbang Oseanologi-LIPI.

Kiswara, W. (1997). Struktur komunitas padang lamun perairan Indonesia.

Inventarisasi dan Evaluasi Potensi Laut-Pesisir II. Jakarta: P3O LIPI.

Nainggolan, Presli. 2011. Distribusi Spasial Dan Pengelolaan Lamun (Seagrass)

Di Teluk Bakau, Kepulauan Riau. Skripsi. IPB : Bogor.

Romimohtarto, K. dan S.Juwana. 2001. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang

Biota Laut. Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta: 540 hal.

Romimohtarto, Kasjian dan Sri Juwana. 2009. Biologi Laut. Jakarta: Djambatan.

Suharsono. 1998. Conditions of coral reef resources in Indonesia. J Pesisir Lautan

Vol. 1 No. 2. PKSPL-IPB. Bogor.

Sunarto. 2003. Peranan Dekomposisi Dalam Proses Produksi Ekosistem Laut.

Pengantar Falsafah Sains. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai