SKRIPSI
Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu ikan air tawar
yang memiliki harga yang ekonomis serta banyak digemari masyarakat.
Permintaan masyarakat terhadap ikan nila cukup tinggi. Hal ini mendorong para
pembudidaya banyak melakukan budidaya dengan sistem intensif namun
pembudidaya sering mengalami kendala harga pakan yang tinggi karena bahan
baku seperti tepung ikan sulit didapat dan masih diimpor. Maka dari itu untuk
mengatasinya dicari alternatif bahan baku lokal yang dapat menggantikan tepung
ikan seperti tepung maggot. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pencampuran tepung maggot pada pakan komersil terhadap
laju pertumbuhan ikan nila. Penelitian ini dilakasanakan pada bulan Mei hingga
Juli 2018. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan dengan perlakuan Kontrol
(tanpa perlakuan), P1 (pakan komersil 75% + tepung maggot 25%), P2 (pakan
komersil 50% + tepung maggot 50%) dan P3 (pakan komersil 25% + tepung
maggot 75%). Analisis statistik yang digunakan SPSS dan hasilnya dihitung
dengan Analisis Variansi (ANOVA) dan Uji Duncan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pertambahan panjang dan berat tertinggi terdapat pada
perlakuan P3 memberikan pengaruh yang signifikan dengan rata-rata pertambahan
panjang 6,7 cm dan dan berat sebesar 18 gram dan tingkat kelangsungan hidup
tertinggi pada perlakuan P3 sebesar 76,67%.
Kata Kunci : Ikan Nila (Oreochromis niloticus), Tepung Maggot, Pertumbuhan, SPSS
pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam dengan Jurusan IPA
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN) pada tahun 2014.
(Oreochromis niloticus)” yang dibimbing oleh Ibu Dr. Eri Yusni, M. Sc dan diuji
oleh Bapak Syammaun Usman, MP dan Bapak Indra Lesmana, S.Pi, M.Si.
karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Alm. M. Noor Barus dan Ibunda
Maslima serta Kakak tercinta Soraya Rizky Barus dan Nanda Rahmah Barus
yang selalu senantiasa memberikan doa dan dukungan kepada penulis baik
2. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc, Bapak Ir. Syammaun Usman, MP dan
Bapak Indra Lesmana, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing dan dosen
penguji yang telah memberikan ilmu, masukan, arahan dan bimbingan kepada
3. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc selaku Ketua Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
dan seluruh staf pengajar serta pengawas tata usaha Program Studi
4. Balai Benih Ikan Sibabangun, Tapanuli Tengah yang telah memberikan izin
Bulan Gustiana, Wini Aafini J Harahap, Devy Permata sari, Adenia Cahyatie,
memberikan semangat serta dukungan. Nasihat dan saran yang diberikan agar
membuat saya tersadar dan berusaha lebih baik dan bekerja lebih keras.
Hannifa Husny, Wini Aafini J Harahap, Febya Rizki Hasibuan, Ella Xena
8. Dan kepada pihak-pihak lain yang telah begitu banyak membantu namun
Perairan.
Penulis
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................... i
ABSTRACT ............................................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii
DAFTAR GRAFIK ................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xi
PENDAHULUAN
Latar belakang ................................................................................. 1
Rumusan Masalah ............................................................................ 3
Kerangka Pemikiran ........................................................................ 3
Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
Hipotesis .......................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi dan Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ........ 6
Pakan Buatan ................................................................................... 7
Kebutuhan Pakan Ikan ..................................................................... 8
Deskripsi dan Klasifikasi Maggot (Hermetia illucens) ................... 9
Pertumbuhan Ikan ............................................................................ 11
Kualitas Air ...................................................................................... 12
Suhu ................................................................................................. 13
DO.................................................................................................... 13
pH .................................................................................................... 14
Kelangsungan Hidup ....................................................................... 14
METODOLOGI
Waktu dan Tempat ........................................................................... 15
Alat dan Bahan ................................................................................ 15
Rancangan Percobaan ...................................................................... 15
Prosedur Penelitian .......................................................................... 16
Persiapan Wadah Pemeliharaan................................................ 16
Persiapan Air Media ................................................................. 17
Persiapan Ikan Uji .................................................................... 17
Persiapan Pakan Uji .................................................................. 18
Teknik Perhitungan Pakan ........................................................ 19
Pemberian Pakan ...................................................................... 21
Pengelolaan Kualitas Air .......................................................... 21
Parameter Pengamatan
2. Pencapaian Berat Ikan Nila Selama Penelitian Dari Hari Ke 7 s/d 56.. 28
5. Rata-rata Panjang (cm) Ikan Nila pada Hari ke 7 s/d Hari ke 56 .......... 26
7. Rata-rata Berat (gram) Ikan Nila pada Hari ke 7 s/d Hari ke 56........... 29
No Teks Halaman
1. Denah Penempatan Akuarium yang Berisikan Ikan Nila dengan Masing-masing
Perlakuan .............................................................................................. 44
2. Data dan Analisis Ragam Rata-rata Panjang (cm) Ikan Nila ................. 45
4. Data dan Analisis Ragam Rata-rata Berat (gram) Ikan Nila ................... 53
Latar Belakang
untuk dikembangkan adalah ikan nila (Oreochromis niloticus) yang telah dikenal
lama, relatif cepat tumbuh dan mempunyai respon yang baik terhadap
Pellet yang harus diberikan mengandung protein minimal 25%. Ikan nila tumbuh
lebih cepat meski hanya diberi pakan yang mengandung protein 20-25%
karena memiliki daging yang tebal serta rasa yang enak. Ikan nila juga merupakan
ikan yang potensial untuk dibudidayakan karena mampu beradaptasi pada kondisi
lingkungan dengan kisaran salinitas yang luas (Hadi et al., 2009). Kendala dalam
usaha budidaya perikanan yang banyak dikeluhkan petani salah satunya adalah
mahalnya harga pakan komersil. Pakan sebagai sumber energi untuk tumbuh
merupakan komponen biaya produksi yang jumlahnya paling besar yaitu 40-89%.
Selain itu, pakan komersil memiliki kandungan protein sekitar 26-30%, sehingga
2014).
Pakan merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan budidaya yang
60-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan. Mengurai senyawa kompleks
lipase dan selulose. Enzim tersebut yang akan membantu menghidrolisis nutrien
nutrisi yang baik. Larva serangga Hermetia illucens (famili: Stratiomydae, Genus:
sebagai agen penyebar penyakit. Salah satu kunci keberhasilan proses biokonversi
dalam jumlah banyak dan selanjutnya digunakan sebagai agen perombak berbagai
organik lainnya. Dengan adanya teknologi baru pada proses biokonversi sangat
(Fahmi, 2015).
Rumusan Masalah
penting dalam pertumbuhan ikan. Selain menggunakan pakan alami, ikan perlu
dengan bahan lain agar komposisi serta kandungan gizi didalam pakan tersebut
sesuai dan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan. Adapun masalah yang akan
niloticus)?
Kerangka Pemikiran
Pakan merupakan faktor penting dalam kegiatan budidaya dari larva, benih
hingga dewasa. Benih ikan tergolong sangat rentan untuk menerima asupan pakan
ikan dan memperlambat proses pemanenan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
percobaan untuk mendapatkan pakan ikan yang sesuai dengan kebutuhan ikan.
Kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, dan lemak merupakan zat yang
ukuran dan berat ikan tersebut di dalam akuarium. Kerangka pemikiran penelitian
Budidaya Intensif
(Akuarium)
Pertumbuhan
Meningkatkan
Pertumbuhan Ikan Nila
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
(Oreochromis niloticus).
Manfaat Penelitian
Indonesia. Selain itu, penelitian ini diharapkan sebagai penemuan baru dalam
penelitian lanjutan.
Hipotesis
pipih, punggung lebih tinggi, pada badan dan sirip ekor (Caundal fin) ditemukan
garis lurus (vertikal). Pada sirip punggung ditemukan garis lurus memanjang. Ikan
menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip dada dan penutup insang
yang keras untuk mendukung badannya. Nila memiliki lima buah sirip, yaitu sirip
punggung (Dorsal fin), sirip dada (Pectoral fin) sirip perut (Ventral fin), siripanal
(Anal fin), dan sirip ekor (Caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian
atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip
dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah
berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Percomorphi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
dapat bertahan hidup dan berkembang biak di dataran rendah hingga dataran
tinggi sekitar 500 mdpl. Ikan ini termasuk omnivora, relatif tahan terhadap
faktor penting dalam proses budidaya perairan. Pakan menjadi unsur terpenting
dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Biaya pakan pada
suatu proses budidaya mencapai 60-70 % dari biaya produksi (Ardita et al., 2015).
Pakan Buatan
salah satunya adalah mahalnya harga pakan komersil. Pakan sebagai sumber
paling besar yaitu 40-89%. Selain itu, pakan komersil memiliki kandungan protein
sekitar 26-30%, sehingga jika manajemen pemberian pakan kurang baik maka
energi. Oleh karena itu, jumlah energi pakan perlu diperhatikan. Apabila
kebutuhan tidak terpenuhi maka jaringan tubuh akan dikatabolisme sebagai akibat
dari kebutuhan energi. Pertumbuhan pada hewan terjadi pada semua jaringan dan
yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh mutu jenis pakan yang diberikan. pakan yang
juga dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh dan pengganti jaringan yang rusak.
(Adityana, 2007).
dan kelangsungan hidup ikan. Jenis-jenis ikan budidaya komersial yang dipelihara
atau ikan yang hidup bebas di alam, hanya memanfaatkan pakan yang tersedia
secara alami. Itulah yang menyebabkan mengapa laju pertumbuhan dan tingkat
kelangsungan hidup ikan yang dipelihara secara intensif dan semi intensif jauh
lebih tinggi daripada ikan yang dipelihara secara tradisional atau yang hidup bebas
rendah dengan kandungan serat yang tinggi sehingga membutuhkan protein pakan
dikonsumsi tergantung pada ada atau tidaknya enzim yang sesuai dan kondisi
yang dibutuhkan enzim tersebut untuk bereaksi dengan substrat dalam saluran
pencernaan ikan. Cara alternatif untuk meningkatkan efisiensi pakan agar dapat
mudah dicerna dan enzim dapat bekerja lebih efektif adalah dengan penambahan
Pakan yang diberikan pada ikan dinilai baik tidak hanya dari komponen
penyusun pakan tersebut melainkan juga dari seberapa besar komponen yang
terkandung dalam pakan mampu diserap dan dimanfaatkan oleh ikan dalam
kehidupannya sehingga pakan yang diproduksi dengan harga mahal pun belum
tentu memiliki kualitas yang baik. Salah satu bahan pakan yang dapat digunakan
adalah serat kasar. Serat kasar membantu dalam mempercepat ekskresi sisa-sisa
saja tidak cukup dalam menunjang kecernaan pakan, terdapat faktor-faktor lain
cerna pakan salah satunya adalah perbedaan spesifik sistem pencernaan pada ikan
Pellet adalah bentuk makanan buatan yang dibuat dari beberapa macam
bahan yang kita ramu dan kita jadikan adonan, kemudian kita cetak sehingga
merupakan batangan atau bulatan kecil-kecil. Ukurannya berkisar antara 1-2 cm.
Jadi pellet tidak berupa tepung, tidak berupa butiran, dan tidak pula berupa
buatan ini memerlukan biaya yang relatif tinggi, bahkan mencapai 60–70% dari
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Stratiomyidae
Genus : Hermetia
tersebar hampir di seluruh dunia. Layaknya lalat lain, lalat tentara memakan apa
saja yang telah dikonsumsi oleh manusia, seperti sisa makanan, sampah, makanan
yang sudah terfermentasi, sayuran, buah buahan, daging bahkan tulang (lunak),
bahkan makan bangkai hewan. Larva lalat (maggots) ini tergolong "kebal" dan
banyak mengandung garam, alkohol, acids/asam dan amonia. Mereka hidup “di
suasana yang hangat”, dan jika udara lingkungan sekitar sangat dingin atau
kekurangan makanan, maka maggots tidak mati tapi mereka menjadi fakum
/idle/tidak aktif menunggu sampai cuaca menjadi hangat kembali atau makanan
sudah kembali tersedia. Mereka juga dapat hidup di air atau dalam suasana
mereduksi sampah organik, (2) dapat hidup dalam toleransi pH yang cukup tinggi,
(3) tidak membawa gen penyakit, (4) mempunyai kandungan protein yang cukup
tinggi (40-50%), (5) masa hidup sebagai larva cukup lama (± 4 minggu), dan (6)
Kandungan protein pada larva ini cukup tinggi, yaitu 44,26% dengan
kandungan lemak mencapai 29,65%. Nilai asam amino, asam lemak dan mineral
yang terkandung di dalam larva juga tidak kalah dengan sumber-sumber protein
lainnya, sehingga larva BSF merupakan bahan baku ideal yang dapat digunakan
sebagai pakan ternak. Ditinjau dari umur, larva memiliki persentase komponen
nutrisi yang berbeda. Kadar bahan kering larva BSF cenderung berkorelasi positif
dengan meningkatnya umur, yaitu 26,61% pada umur lima hari menjadi 39,97%
pada umur 25 hari. Hal yang sama juga terjadi pada komponen lemak kasar, yaitu
25 hari. Kondisi ini berbeda dengan komponen protein kasar yang cenderung
Pertumbuhan Ikan
waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
eksternal antara lain ketersediaan makanan bagi ikan dan kondisi lingkungan
mempengaruhi laju pertumbuhan dan konsumsi pakan ialah suhu, oksigen terlarut,
pakan. Protein dalam pakan dengan nilai biologis tinggi akan memacu
penimbunan protein tubuh lebih besar dibanding dengan protein yang bernilai
biologis rendah. Protein adalah nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah besar pada
formulasi pakan ikan. Melihat pentingnya peranan protein di dalam tubuh ikan
maka protein pakan perlu diberikan secara terus menerus dengan kualitas dan
esensialnya maka mutu protein semakin rendah pula (Khodijah et al., 2015).
kualitas pakan yang diberikan serla kondisi lingkungan. Apabila pakan yang
mendukung dapat dipastikan laju pertumbuhan ikan akan menjadi lebih cepat
mendukung dapat dipastikan pertumbuhan ikan akan terhambat. Oleh karena itu,
untuk meperoleh hasil yang optimal, maka pemberian pakan harus tepat dosis,
artinya jumlah pakan yang diberikan harus dapat dikonsumsi ikan secara utuh atau
Kualitas Air
Air sebagai media hidup ikan sebaiknya tetap dijaga kualitasnya agar tetap
menjadi media yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan ikan atau
yang baik maka perlu dilakukan upaya untuk tetap menjaga kualitasnya namun
tetap dalam kondisi yang aman, murah, praktis dan harus ramah lingkungan
(Suresh dan Lin, 1992). Kualitas air media hidup Nilamengenai suhu, pH dan
merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan
ekosistem air sangat di pengaruhi oleh temperatur. Menurut hukum Van’t Hoffs,
kenaikan temperatur sebesar 10oC (hanya pada kisaran temperatur yang masih di
akan menyebabkan kelarutan oksigen dalam air akan berkurang. Hal ini dapat
(Barus, 2004).
lebih rendah dari 14˚ atau pada suhu tinggi 38˚C. Ikan nila akan mengalami
kematian pada suhu 6˚C atau 42˚C, suhu berkisar 25- 32˚C, pH 6,5-8,5, oksigen
terlarut di atas 3 mg. L-1, amonia kurang dari 0,02 mg.L-1 dan kecerahan perairan
berkisar antara 30-40 cm, masih dalam kriteria yang layak untuk budidaya ikan
sebanyak 21% volume air hanya mampu menyerap oksigen sebanyak 1% volume
sekitar 10%. Semakin tinggi tekanan air, kelarutan oksigen semakin tinggi.Sifat
kelarutan gas oksigen lebih rendah daripada sifat kelarutan gas nitrogen.
Demikian juga, kelarutan gas oksigen di perairan lebih rendah daripada kelarutan
Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH
netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH
yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 sampai
8,5. Kondisi perairan sangat bersifat sangat asam maupun sangat basa akan
Pada pH < 5, alkalinitas dapat mencapai nol. Semakin tinggi nilai pH,
bebas. Larutan yang bersifat asam (pH rendah) bersifat korosif(Effendi, 2003).
Kelangsungan Hidup
hidup pada akhir periode pemeliharaan dan jumlah individu yang hidup pada awal
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain 10 unit akuarium
ayakan, tempat pakan ikan, penggaris, alat tulis dan kamera digital.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan nila yang berukuran
panjang ±9-10 cm, berat 15gr sebanyak 100 ekor, air bersih, pakan buatan ikan
berupa pellet komersil 781-1, tepung maggot, dedak padi, progol untuk perekat
pada pakan dan pengolahan hasil data selama penelitian dengan menggunakan
program SPSS.
Rancangan Percobaan
5% dari berat ikan, parameter utama meliputi pertumbuhan pada ikan Nila
Prosedur Penelitian
dalam penelitian ini adalah sebanyak 10unit. Sebelum digunakan, wadah ini
dicuci bersih terlebih dahulu dengan detergen, kemudian dibilas dengan air bersih.
Setelah dicuci bersih alat-alat tersebut dikeringkan selama 1 hari dibawah sinar
matahari. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan atau memutus rantai bibit
penyakit pada alat-alat yang digunakan. Setelah itu disusun dan di beri tanda K,
P1, P2 dan P3 secara acak untuk menandai perlakuan dan ulangan dalam
penelitian. Akuarium yang sudah diberi tanda diisi air yang suplai dengan
beberapa unit selang aerasi selama satu hari (24 jam), dengan volume air pada tiap
Dalam pemeliharaan ikan, air sebagai media hidup untuk ikan sangat perlu
dilakukan penelitian. Air yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah air
PDAM. Adapun tahapan yang dilakukan untuk persiapan media air pemeliharaan
Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila yang berukuran panjang ±9-10cm
dengan berat ±15gr. Sebelum ikan uji dimasukkan ke dalam wadah, terlebih
dahulu ikan di aklimatisasi selama tiga hari. Total ikan nila yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 100 ekor. Ikan nila yang digunakan sebagai ikan uji diperoleh
dari Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) jalan Bunga
Kota Medan. Pada saat penebaran ikan harus secara perlahan-lahan, agar ikan
tidak mengalami stres yang mengakibatkan nafsu makan ikan berkurang serta
panjang dan bobot ikan sebagai data awal, sebelum ikan dimasukkan pada
akuarium penelitian. Pengukuran panjang dan berat ikan dilakukan setiap 7 hari
sebanyak 10 ekor/akuarium.
digunakan. Kandungan nutrisi pakan pelet komersil dapat dilihat pada Tabel 2.
basah dengan air mendidih sekitar 5–10 menit dan ditunggu hingga air sedikit
maggot kering, maggot yang sudah kering ditumbuk atau digiling dengan mesin
penggiling hingga didapat tepung maggot yang cukup halus atau sesuai ukuran
dengan cara tepung maggot yang telah jadi dalam bentuk kering ditimbang
terlebih dahulu dan dicampur dengan progol (2-3g/kg pakan) dalam satu wadah
dan diaduk hingga merata. Kemudian, tepung maggot yang telah diaduk merata
dengan progol di beri air dan dibiarkan sampai 5 menit. Selanjutnya, pellet
komersil dituang ke dalam wadah tepung maggot bersama progol yang telah
dilarutkan dalam air. Diaduk campuran tersebut, sampai seluruh tepung maggot
sudah lengket merata pada pakan. Jika seluruh tepung maggot sudah melekat pada
selama 60 menit.
protein 33% dan tepung maggot sebesar 44%, untuk mendapatkan protein
seimbang 33% maka tepung maggot dicampur dengan sedikit dedak padi (13%)
Method), dimana Protein basal adalah bahan baku untuk membuat pakan dengan
kandungan protein <20% sedangkan Protein suplemen adalah bahan baku untuk
membuat pakan dengan kandungan protein >20% yang telah dijabarkan dibawah
ini:
Protein Basal
Dedak Padi: 13% 11%
Kandungan
Protein yang
diinginkan
dikurangi hasilnya
33%
20% ×100
T. Maggot = = 65%
31
mencampurkan 35% Dedak Padi dan 65% Tepung Maggot. Dalam penghitungan
pakan, pakan yang dicampur pada setiap perlakuan mempunyai protein 33%.,
sehingga dapat di cari berapa pengurangan pakan komersil yang digunakan untuk
75 25
Perlakuan P1 (100 × 33) + (100 × 33) = 33
24,75 + 8,25 = 33
50 50
Perlakuan P2 (100 × 33) + (100 × 33) = 33
16,5 + 16,5 = 33
25 75
Perlakuan P3 (100 × 33) + (100 × 33) = 33
8,25 + 24,75 = 33
digunakan, selanjutnya ditentukan berapa gram (g) pakan komersil dan tepung
09.00 WIB, 13.00 WIB dan 17.00 WIB dengan jumlah pemberian pakan 5% dari
pertumbuhan pada suatu biota perairan. Pengamatan kualitas air pada penelitian
ini meliputi suhu, oksigen terlarut (DO) dan tingkat keasaman (pH). Pengamatan
ini dilakukan pada awal, pertengahan dan akhir penelitian. Pengukuran parameter
kualitas air dilakukan dengan interval waktu 10 hari sekali dengan menggunakan
Parameter Pengamatan
Pertumbuhan Panjang
L = Lt– L0
Keterangan :
Pertumbuhan Bobot
Pertumbuhan bobot Mutlak (W) dihitung menggunakan rumus yang diacu oleh
Effendie (1997) :
W = Wt – W0
Keterangan :
F
FCR= × 100%
Wt –W0
Keterangan :
Nt
SR = × 100%
No
Keterangan :
SR = Kelulushidupan (%)
Analisis Data
dengan uji F pada selang kepercayaan 95%, digunakan untuk menentukan apakah
perlakuan akan diuji lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
Hasil
Pengambilan sampel ikan nila dilakukan setiap 7 hari sekali selama 56 hari
rata-rata, jumlah pakan, kelangsungan hidup, dan kualitas air. Dari pengolahan
kelangsungan hidup, serta data parameter kualitas air sebagai data penunjang.
setiap pengukuran berkisar antara 5,4 - 7,9 cm. Pertambahan panjang tertinggi
dan pencapaian panjang terendah ikan nila selama penelitian yaitu P1 5,4 cm.
Data dan analisis ragam rata–rata panjang ikan nila dapat dilihat pada gambar 2
(Lampiran 2).
9.0
7.9
8.0
6.9
7.0
Pertambahan Panjang
6.0 5.4
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
P1 P2 P3
Perlakuan
berturut yaitu P1 (75% pakan komersil + 25% tepung maggot) sebesar 5,4 cm
selanjutnya P2 (50% pakan komersil + 50% tepung maggot) 6,9 cm dan yang
tertinggi P3 (25% pakan komersil + 75% tepung maggot) sebesar 7,9 cm.
Pencapaian panjang rata-rata panjang ikan nila dapat dilihat pada Grafik1.
20
18
RATA- RATA PANJANG
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0 7 14 21 28 35 42 49 56
Grafik1. Pencapaian Panjang Ikan Nila Selama Penelitian Dari Hari Ke 7 s/d 56
diperoleh nilai F Hitung sebesar 57,84 dimana F Hitung lebih besar dari F Tabel
(0,05 dan 0,01) yang artinya antara perlakuan menunjukaan perbedaan yang
sangat nyata. Maka analisis dilanjutkan dengan Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil
(BNT) karena berbeda sangat nyata dengan koefisien keseragaman (KK) yang
dihasilkan 3,23%. Pada Uji lanjut BNT diketaui bahwa perlakuan berbeda sangat
Pertambahan berat ikan nila selama 56 hari yang terendah secara berturut
yaitu P1 (75% pakan komersil + 25% tepung maggot) sebesar 15,2 gram
selanjutnya P2 (50% pakan komersil + 50% tepung maggot) 17,1 gram dan yang
tertinggi P3 (25% pakan komersil + 75% tepung maggot) sebesar 20,3 gram.
Pertambahan berat ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3
(Lampiran 4).
20,3
20.00
Berat Rata-rata (g) 17.10
15.20
15.00
P1
10.00 P2
P3
5.00
0.00
P1 P2 P3
Perlakuan
Dari hasil penelitian diperoleh pertambahan berat ikan nila yaitu rata-rata
tertinggi selama penelitian terdapat pada perlakuan P3 dari 12 gram menjadi 35,8
gram, kemudian diikuti perlakuan P2 dari 12 gram menjadi 32,4 gram, perlakuan
P1 dari 12,2 gram menjadi 30,2 gram seperti terlihat pada Grafik 2.
25.00
20.00 P1
15.00 P2
10.00 P3
5.00
0.00
0 7 14 21 28 35 42 49 56
Berat Hari Ke
signifikan pada hari ke-7 dan sangat signifikan perbedaan antar perlakuan terjadi
pada hari ke-14 hingga hari ke-56.Kemudian data tersebut dianalisis dengan
diperoleh nilai F Hitung sebesar 10,59 dimana F Hitung lebih besar dari F Tabel
(0,05 dan 0,01) yang artinya antara perlakuan menunjukaan perbedaan yang
sangat nyata. Maka analisis dilanjutkan dengan Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil
(BNT) karena berbeda sangat nyata dengan koefisien keseragaman (KK) yang
dihasilkan 3,63%. Pada Uji lanjut BNT diketaui bahwa perlakuan berbeda sangat
nyata terhadap pertumbuhan berat ikan nila (P>1%) pada masing – masing
a b c = perbedaan notasi huruf menyatakan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan
76,67%, diikuti oleh perlakuan P2 dan P1 sebesar 66,67 dan 63,33%. Data dan
analisis ragam tingkat kelangsungan hidup ikan nila selama penelitian dapat
70 66.67
63.33
60
50
40
30
20
10
0
P1 P2 P3
Perlakuan
pertumbuhan. Semakin efisien pemanfaatan pakan oleh ikan maka nilai fcr nya
1.6 1.5
1.41
1.4
1.2
1.2
Konversi Pakan
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
P1 P2 P3
Perlakuan
kualitas air. Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian adalah suhu, pH,
dan DO. Hasil pengamatan kualitas air ikan niladiperoleh kisaran suhu antara 27-
29°C. Nilai pH antara 7,0-7,4 dan DO antara 6,2-7,2 mg/l. Data kualitas air
pemeliharaan ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 11. Data dan
analisis ragam rata–rata kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 10.
panjang ikan nila dari awal masa pemeliharaan sampai akhir masa
adalah sebesar 9,5 cm–10,2 cm dan di akhir pemeliharaan sebesar 15,2 cm–18 cm
minggu ketiga disebabkan oleh proses penyesuaian diri ikan terhadap lingkungan
yang baru dan kemampuan ikan dalam mencerna makanan yang diberikan masih
perlakuan P3 diduga karena tersedianya pakan yang cukup setiap hari bagi ikan
serta kualitas air yang baik dan mampu menunjang pertumbuhan ikan.
ruang, suhu, dalamnya air dan faktor-faktor lainnya. Makanan yang dimanfaatkan
oleh ikan pertama-tama digunakan untuk memelihara tubuh dan mengganti alat-
alat tubuh yang rusak. Setelah itu baru kelebihan makanan yang masih tersisa
pertumbuhan jika makanan yang tersedia dalam jumlah yang banyak dan
berkualitas baik, tetapi kalau makanan tersedia dalam jumlah sedikit maka
dengan perlakuan yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap
pertambahan panjang ikan nila (p<0.05), hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan
volume dan berat suatu organisme, yang dapat dilihat dari perubahan ukuran
panjang dan berat dalam satuan waktu. Menurut (Afifi, 2014) salah satu yang
budidaya intensif sangat dipengaruhi oleh konsumsi nutrisi yang didapatkan dari
pakan.
berat ikan nila dari awal masa pemeliharaan sampai akhir masa pemeliharaanpada
ikan dimana rata-rata berat awal ikan adalah sebesar 11 gram –12,2 gram dan di
akhir pemeliharaan sebesar 30,9 gram –35,9 gramyang dapat dilihat pada Tabel 5
(Lampiran 4). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kadar protein pakan yang
ikan.
dimana rata-rata pertumbuhan berat sebesar 20,28 gram diikuti dengan perlakuan
P2 dengan berat 17,10 gramdan terendah pada P1 menunjukkan hasil 15,20 gram.
Pemberian pakan dengan kadar protein tinggi yang tepat dapat mempengaruhi
al., (2015) bahwaprotein adalah nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah besar pada
formulasi pakan ikan. Melihat pentingnya peranan protein di dalam tubuh ikan
maka protein pakan perlu diberikan secara terus menerus dengan kualitas dan
Pertambahan berat ikan nila tertinggi terjadi pada perlakuan P3. Hal ini
disebabkan oleh jumlah pemberian pakan yang sesuai dan juga didukung oleh
pemberian proteinpakan yang tepat. Pertumbuhan ikan nila yang meningkat juga
diduga karena adanya pengaruh komponen penyusun pakan. Baik tidaknya suatu
pakan ditentukan oleh kandungan nutrisinya. Salah satu kebutuhan nutrisi yang
penting untuk ikan adalah protein, sehingga kekurangan protein dalam pakan
faktor yaitu tingkat persaingan hidup ikan, pakan serta kualitas air. Hasil dari
perhitungan statistik diketahui bahwa rata–rata nilai kelangsungan hidup ikan nila
berkisar antara 63,33% hingga 76,67% pada akhir masa pemeliharaan. Nilai
kelangsungan hidup ikan nila berturut dari yang tertinggi yaitu pada P3 sebesar
oleh penanganan pada ikan saat pemindahan ikan dari wadah ke akuarium
mengalami stress diduga akibat kualitas air ditempat yang baru belum sepenuhnya
sama dengan kualitas air ditempat ikan nila dibesarkan. Penyifonan dan
penambahan air setiap 7 hari sekali juga menjadi salah satu penyebab ikan stress
mengganti air yang sudah tercampur dengan kotoran ikan yang mengendap agar
Dari Tabel 8.(Lampiran 6) dapat dilihat nilai kelangsungan hidup ikan nila
berkisar antara 63,33% hingga 76,67% nilai tersebut tergolong baik. Hal ini
dikarenakan oleh kualitas air yang baik dan sesuai untuk kehidupan ikan nila
sehingga jumlah ikan yang mati berkurang setelah beberapa minggu pemeliharaan
dan setelah ikan mulai beradaptasi. Menurut Husein (1985) diacu Mulyani, et al.,
semakin hari semakin baik. Kelangsungan hidup ikan nila semakin baik karena
pengamatan menjadi baik untuk kelangsungan hidup ikan, mengurangi stress dan
(baik).
(FCR) ikan nila yang diperoleh selama 56 hari pemeliharaan adalah sebagai
berikut. Pada perlakuan P3 diperoleh nilai FCR yang paling rendah yaitu sebesar
1,2 sedangkan pada perlakuan P2 sebesar 1,41 dan pada P1 Sebesar 1,5. Pada
diperoleh FCR yang paling rendah yang berarti mempunyai nilai FCR yang paling
Hal ini disebabkan keinginan ikan untuk makan yang relatif besar sehingga
Rasio konversi pakan merupakan salah satu yang paling diperhatikan saat
akan melakukan pemeliharaan. Rasio konversi pakan yang paling baik pada
penelitian ini terdapat pada perlakuan P3 sebesar 1,2 dimana untuk menghasilkan
1 kg daging ikan dibutuhkan pakan sebanyak 1,2 kg. Semakin rendah nilai rasio
(2011), konversi makanan pada ikan berkisar antara 1,5-8 berarti nilaikonversi
pakan pada semua perlakuan dapat dikatakan baik karena secara umum masih
kualitas yang cukup baik karena dapat dimanfaatkan oleh ikan untuk pertambahan
Perlakuan P3 merupakan rasio konversi pakan yang paling rendah dan yang paling
baik dikarenakan peningkatan bobot tubuh ikaan pada perlakuan ini menunjukkan
hasil yang paling besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Semakin tinggi
nilai FCR maka pakan yang dibutuhkan untuk pemeliharaan semakin besar
sehingga tidak efisien dalam penggunaan pakan yang tidak sebanding dengan
Kualitas Air
Kualitas air merupakan faktor yang penting dalam budidaya ikan karena
diperlukan sebagai media hidup ikan (Sitompul et al., 2012). Kualitas air yang
Tabel 9 (Lampiran. 10) diketahui perhitungan statistik bahwa rata–rata suhu pada
masing-masing perlakuan dalam kisaran suhu antara 27oC hingga 29oC dan
kisaran suhu tersebut merupakan kisaran suhu yang termasuk dalam kategori
normal dan dalam keaadan baik. Khairuman (2007) menyatakan bahwa ikan dapat
asam dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam air
termasuk dalam keadaan normal. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme
akuarium, diperoleh rata-rata DO sebesar 6,2-7,2 mg/l yang berarti nilai oksigen
terlarut dalam air termasuk kisaran yang baik untuk kelangsungan hidup ikan.
Konsep budidaya dengan tanpa atau sedikit menggunakan pergantian air membuat
media budidaya dapat terkontrol dengan baik. Menurut Ekasari (2009) dalam
sistem akuakultur tertutup yang sedikit melakukan pergantian air, kualitas air,
pakan dan pencegahan penyakit dapat dikontrol dengan baik, sehingga ikan dapat
di pelihara dengan kepadatan yang tinggi, tumbuh dengan cepat dan seragam.
Kesimpulan
sebagai berikut:
pakan komersil. Komposisi dan jumlah protein pada pakan yang telah
2. Persentase pakan yang baik pada campuran tepung maggot dan pakan
Saran
lanjut pengaruh konsentrasi tepung maggot yang optimal untuk ikan nila.
Adityana, D. 2007. Pemanfaatan Berbagai Jenis Silase Ikan Rucah pada Produksi
Biomassa Artemia Franciscana. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Afifi, I, M. 2014. Pemanfaatan Biofloc pada Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias
sp) dengan Padat Tebar Berbeda Terhadap Laju Pertumbuhan dan Survival
Rate (SR). Universitas Airlangga. Surabaya.
Ardita, N., A. Budihajo dan S. L. A. Sari. 2015. Pertumbuhan dan Rasio Konversi
Pakan Ikan Nila dengan Penambahan Probiotik. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Mulyani, Y. S., Yulisman dan M. Fitrani. 2014. Pertumbuhan Dan Efisiensi Pakan
Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Yang Dipuasakan Secara Periodik.
Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya. Palembang.
Nugroho, A., E. Arini dan Tita Efitasari. 2013. Pengaruh Kepadatan Yang
Berbeda Terhadap Kelulushidupan Dan Pertumbuhan Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus) Pada Sistem Resirkulasi Dengan Filter
Arang.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Sitompul, S, O., Harpani, E., dan Putri, B. 2012. Pengaruh Kepadatan Azzolla sp
yang Berbeda terhadap Kualitas Air dan Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo
Yanuar, V. 2017. Pengaruh Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda Terhadap Laju
Pertumbuhan Bennih Ikan Nila Dan Kualitas Air Di Akuarium
Pemeliharaan. Universitas Antakusuma. Pangkalan Bun.
Yuniarso, T. 2006. Peningkatan Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan dan Daya
Tahan Udang Windu (Penaeus monodon Fab.) Stadium Pl7– Pl20 Setelah
Pemberian Silase Artemia yang Telah diperkaya dengan Silase Ikan.
[Skripsi]. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Zaenuri, R., Bambang dan A. T. S. Haji. 2014. Kualitas Pakan Ikan Berbentuk
Pelet Dari Limbah Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Keterangan :
Hari ke-
Perlakuan Ulangan Δp
0 7 14 21 28 35 42 49 56
1 10,0 11,0 11,6 12,3 12,8 13,6 14,3 14,9 15,2 5,2
P1 2 10,2 11,2 11,7 12,1 12,7 13,0 13,4 13,7 15,3 5,1
3 10,1 11,3 11,6 12,3 12,7 13,1 13,8 14,7 15,9 5,8
Rata-
10,1 11,2 11,6 12,2 12,7 13,2 13,8 14,4 15,5 5,4
Rata
1 10,2 10,5 11,8 12,4 12,9 13,9 14,4 16,1 17 6,8
P2 2 9,5 11,3 11,6 12 12,7 13,2 14,3 15,5 16,4 6,9
3 9,7 11,5 12,3 12,8 13,4 14,6 15,3 15,7 16,7 7,0
Rata-
9,8 11,1 11,9 12,4 13,0 13,9 14,7 15,8 16,7 6,9
Rata
1 10,1 10,7 11,6 12,3 13,2 14,0 15,1 16,3 17,9 7,8
P3 2 10,0 11,5 11,9 12,5 13,7 14,4 15,9 16,6 17,5 7,5
3 10,2 11,4 12,4 13,1 14,3 15,0 15,9 16,8 18,5 8,3
Rata-
10,1 11,2 12,0 12,6 13,7 14,5 15,6 16,6 18,0 7,9
Rata
FK = 60,42 = 405,351
3×3
JKT = (5,22 +5,12 + 5,82 + 6,82 + 6,92 + 7,02 + 7,82 + 7,52+ 8,32) – FK
= 10,16
KK = √𝐾𝑇𝐺 × 100%
y
= √0,042 × 100%
6,3
= 4,76% (dilakukan uji lanjut BNT)
KTG = 0,10
V =6
R =3
T (0,05)= 5,14
T (0,01)= 10,92
2𝐾𝑇𝐺
Sd =√ 𝑟
= 0,258
BNT 0,05 = 1,32
BNT 0,01 = 2,81
Means
Case Processing Summary
Cases
Report
ANOVA Table
Total 9,971 86
Between Groups (Combined) 1,669 2 ,835 11,557 ,000
Total 74,341 60
H7
Duncana,b
P2 30 11,1000
P1 27 11,1778
P3 30 11,2000
Sig. ,299
H14
Duncana,b
1 2
P1 25 11,6320
P2 30 11,9000
P3 30 11,9667
Sig. 1,000 ,355
1 2 3
P1 23 12,7348
P2 30 13,0000
P3 30 13,7333
Sig. 1,000 1,000 1,000
H35
Duncana,b
1 2 3
P1 21 13,2381
P2 29 13,9000
P3 29 14,4483
Sig. 1,000 1,000 1,000
H42
Duncana,b
1 2 3
P1 20 13,8550
P2 25 14,6920
P3 28 15,6143
Sig. 1,000 1,000 1,000
1 2 3
P1 18 14,4333
P2 21 15,7667
P3 26 16,5654
Sig. 1,000 1,000 1,000
1 2 3
P1 18 15,4667
P2 18 16,7000
P3 25 17,9880
Sig. 1,000 1,000 1,000
FK = 157,72 = 2763,25
3×3
KK = √𝐾𝑇𝐺 × 100%
y
= √0,65 × 100%
19
= 4,59 % (dilakukan uji lanjut BNT)
KTG = 0,65
V =6
R =3
T (0,05)= 5,14
T (0,01)= 10,92
2𝐾𝑇𝐺
Sd =√ 𝑟
= 0,658
BNT 0,05 = 3,38
BNT 0,01 = 7,18
Lampiran 2. Lanjutan
Perlakuan Rerata Notasi
P1 16 a
P2 17,6 bc
P3 19 c
Perlakuan yang diikuti dengan huruf berbeda memiliki perbedaan yang
signifikan
Means
Case Processing Summary
Cases
Report
P1 N 27 25 25 23 21 20 18 18
Total N 87 85 85 83 79 73 65 61
Std. Mean ,60426 ,68845 1,04381 1,36585 1,54142 1,99534 2,47335 2,44060
Total 31,401 86
Between Groups 19,123 2 9,561 37,896 ,000
H14 Within Groups 20,689 82 ,022
Total 39,812 84
Between Groups 88,442 2 44,221 1177,310 ,000
H21 Within Groups 3,080 82 ,031
Total 91,522 84
Between Groups 131,643 2 65,822 246,839 ,000
H28 Within Groups 21,333 80 ,024
Total 152,976 82
Between Groups 154,641 2 77,321 191,508 ,000
H35 Within Groups 30,685 76 ,044
Total 185,326 78
Between Groups 277,382 2 138,691 1046,488 ,000
H42 Within Groups 9,277 70 ,021
Total 286,659 72
Between Groups 369,766 2 184,883 526,943 ,000
H49 Within Groups 21,753 62 ,034
Total 391,519 64
Between Groups 338,504 2 169,252 519,764 ,000
Total 357,391 60
H7
Duncana,b
1 2
P1 27 15,0319
P2 30 15,3667
P3 30 15,5700
Sig. 1,000 ,178
H14
Duncana,b
1 2
P1 25 17,1320
P3 30 18,1433
P2 30 18,2000
Sig. 1,000 ,673
H21
Duncana,b
1 2
P1 25 19,1120
P3 30 21,3200
P2 30 21,3800
Sig. 1,000 ,249
H28
Duncana,b
1 2 3
P1 23 21,0491
P2 30 23,5000
P3 30 24,1067
Sig. 1,000 1,000 1,000
H35
Duncana,b
1 2 3
P1 21 23,5438
P2 29 25,6324
P3 29 27,1069
Sig. 1,000 1,000 1,000
H42
Duncana,b
1 2 3
P1 20 25,3520
P2 25 27,8044
P3 28 30,2071
Sig. 1,000 1,000 1,000
1 2 3
P1 18 27,4300
P2 21 29,9733
P3 26 33,2362
Sig. 1,000 1,000 1,000
H56
Duncana,b
1 2 3
P1 18 30,2100
P2 18 32,4700
P3 25 35,7928
Sig. 1,000 1,000 1,000
Rerata 63,33
1 10 0 1 0 1 0 1 0 0 0 7 50
P2 2 10 0 0 1 0 1 0 1 0 0 7 70
3 10 0 1 1 0 0 0 0 0 0 8 80
Jumlah 30 0 2 2 1 1 1 1 0 0 22 200
Rerata 66,67
1 10 0 1 0 0 0 0 1 0 0 8 80
P3 2 10 0 1 0 0 1 0 0 0 0 8 80
3 10 0 1 0 1 0 1 0 0 0 7 70
Jumlah 30 0 3 0 1 1 1 1 1 0 23 230
Rerata 76,67
FK = 6202 = 42.711
3×3
JKT = (602 +602 + 702 + 502 + 702+ 802 + 802+ 802 + 702) – FK
= 889
KK = √𝐾𝑇𝐺 × 100%
y
= √143,37 × 100%
81.977
= 13,22 %
Protein Basal
Dedak Padi: 13% 11%
Kandungan
Protein yang
diinginkan
dikurangi hasilnya
33%
11% ×100
Dedak Padi = = 35%
31
20% ×100
T. Maggot = = 65%
31
25
Tepung Udang = 100 x 65% = 0,25 x 650 = 162,5 gr
75 25
Perlakuan P1 (100 × 33) + (100 × 33) = 33
24,75 + 8,25 = 33
50 50
Perlakuan P2 (100 × 33) + (100 × 33) = 33
16,5 + 16,5 = 33
25 75
Perlakuan P3 (100 × 33) + (100 × 33) = 33
8,25 + 24,75 = 33
Rata- Pakan
rata Harian Pakan Pukul
Perlakuan Ulangan Hari Biomassa
Berat (1 7 Hari
(g) Hari) 09.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB
1 13,68 123,12 6,16 43,09 2,05 2,05 2,05
7 15,90 127,20 6,36 44,52 2,12 2,12 2,12
14 18,91 151,28 7,56 52,95 2,52 2,52 2,52
21 21,55 150,85 7,54 52,80 2,51 2,51 2,51
P1 U2
28 23,68 142,08 7,10 49,73 2,37 2,37 2,37
35 25,73 154,38 7,72 54,03 2,57 2,57 2,57
42 27,81 166,86 8,34 58,40 2,78 2,78 2,78
49 30,92 185,52 9,28 64,93 3,09 3,09 3,09
Rataan 60,06 420,45
Rata- Pakan
rata Harian Pakan Pukul
Perlakuan Ulangan Hari Biomassa
Berat (1 7 Hari
(g) Hari) 09.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB
1 15,97 143,73 7,19 50,31 2,40 2,40 2,40
7 17,98 161,82 8,09 56,64 2,70 2,70 2,70
14 19,00 152,00 7,60 53,20 2,53 2,53 2,53
21 20,12 160,96 8,05 56,34 2,68 2,68 2,68
P1 U3
28 23,34 186,72 9,34 65,35 3,11 3,11 3,11
35 24,67 172,69 8,63 60,44 2,88 2,88 2,88
42 26,72 187,04 9,35 65,46 3,12 3,12 3,12
49 28,90 202,30 10,12 70,81 3,37 3,37 3,37
Rataan 68,36 478,54
Rata- Pakan
rata Harian Pakan Pukul
Perlakuan Ulangan Hari Biomassa
Berat (1 7 Hari
(g) Hari) 09.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB
P2 U1 1 15,56 140,04 7,00 49,01 2,33 2,33 2,33
Rata- Pakan
rata Harian Pakan Pukul
Perlakuan Ulangan Hari Biomassa
Berat (1 7 Hari
(g) Hari) 09.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB
1 15,23 152,30 7,62 53,31 2,54 2,54 2,54
7 18,12 163,08 8,15 57,08 2,72 2,72 2,72
14 21,35 192,15 9,61 67,25 3,20 3,20 3,20
21 23,54 188,32 9,42 65,91 3,14 3,14 3,14
P2 U2
28 25,76 206,08 10,30 72,13 3,43 3,43 3,43
35 27,98 195,86 9,79 68,55 3,26 3,26 3,26
42 30,12 210,84 10,54 73,79 3,51 3,51 3,51
49 32,97 230,79 11,54 80,78 3,85 3,85 3,85
Rataan 76,97 538,80
Rata- Pakan
rata Harian Pakan Pukul
Perlakuan Ulangan Hari Biomassa
Berat (1 7 Hari
(g) Hari) 09.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB
1 15,31 137,79 6,89 48,23 2,30 2,30 2,30
7 18,26 146,08 7,30 51,13 2,43 2,43 2,43
14 21,42 171,36 8,57 59,98 2,86 2,86 2,86
21 23,47 187,76 9,39 65,72 3,13 3,13 3,13
P2 U3
28 25,57 204,56 10,23 71,60 3,41 3,41 3,41
35 27,67 221,36 11,07 77,48 3,69 3,69 3,69
42 29,98 239,84 11,99 83,94 4,00 4,00 4,00
49 32,53 260,24 13,01 91,08 4,34 4,34 4,34
Rataan 78,45 549,15
Rata- Pakan
rata Harian Pakan Pukul
Perlakuan Ulangan Hari Biomassa
Berat (1 7 Hari
(g) Hari) 09.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB
1 15,72 141,48 7,07 49,52 2,36 2,36 2,36
7 18,15 163,35 8,17 57,17 2,72 2,72 2,72
14 21,35 192,15 9,61 67,25 3,20 3,20 3,20
P3 U1
21 23,44 210,96 10,55 73,84 3,52 3,52 3,52
28 27,67 249,03 12,45 87,16 4,15 4,15 4,15
35 30,67 245,36 12,27 85,88 4,09 4,09 4,09
Rata- Pakan
rata Harian Pakan Pukul
Perlakuan Ulangan Hari Biomassa
Berat (1 7 Hari
(g) Hari) 09.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB
1 15,56 140,04 7,00 49,01 2,33 2,33 2,33
7 17,88 160,92 8,05 56,32 2,68 2,68 2,68
14 21,01 189,09 9,45 66,18 3,15 3,15 3,15
21 23,99 191,92 9,60 67,17 3,20 3,20 3,20
P3 U2
28 27,90 223,20 11,16 78,12 3,72 3,72 3,72
35 29,78 238,24 11,91 83,38 3,97 3,97 3,97
42 33,88 271,04 13,55 94,86 4,52 4,52 4,52
49 35,98 287,84 14,39 100,74 4,80 4,80 4,80
Rataan 85,11 595,80
Rata- Pakan
rata Harian Pakan Pukul
Perlakuan Ulangan Hari Biomassa
Berat (1 7 Hari
(g) Hari) 09.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB
1 15,43 138,87 6,94 48,60 2,31 2,31 2,31
7 18,40 165,60 8,28 57,96 2,76 2,76 2,76
14 21,60 172,80 8,64 60,48 2,88 2,88 2,88
21 24,89 199,12 9,96 69,69 3,32 3,32 3,32
P3 U3
28 25,60 179,20 8,96 62,72 2,99 2,99 2,99
35 30,12 210,84 10,54 73,79 3,51 3,51 3,51
42 32,12 224,84 11,24 78,69 3,75 3,75 3,75
49 35,78 250,46 12,52 87,66 4,17 4,17 4,17
Rataan 77,09 539,61
pH Meter DO Meter
Jaring Ember
Pelet Pelet P1
Pelet P2 Pelet P3