Anda di halaman 1dari 89

PENGARUH CAMPURAN TEPUNG MAGGOT (Hermetia illucens)

PADA PAKAN KOMERSIL TERHADAP PERTUMBUHAN


IKAN NILA(Oreochromis niloticus)

SABILA NADYA BARUS


140302009

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGARUH CAMPURAN TEPUNG MAGGOT (Hermetia illucens)
PADA PAKAN KOMERSIL TERHADAP PERTUMBUHAN
IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

SKRIPSI

SABILA NADYA BARUS


140302009

Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

SABILA NADYA BARUS. Pengaruh Campuran Tepung Maggot (Hermetia


illucens) pada Pakan Komersil terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Dibimbing oleh Dr. Eri Yusni, M.Sc.

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu ikan air tawar
yang memiliki harga yang ekonomis serta banyak digemari masyarakat.
Permintaan masyarakat terhadap ikan nila cukup tinggi. Hal ini mendorong para
pembudidaya banyak melakukan budidaya dengan sistem intensif namun
pembudidaya sering mengalami kendala harga pakan yang tinggi karena bahan
baku seperti tepung ikan sulit didapat dan masih diimpor. Maka dari itu untuk
mengatasinya dicari alternatif bahan baku lokal yang dapat menggantikan tepung
ikan seperti tepung maggot. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pencampuran tepung maggot pada pakan komersil terhadap
laju pertumbuhan ikan nila. Penelitian ini dilakasanakan pada bulan Mei hingga
Juli 2018. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan dengan perlakuan Kontrol
(tanpa perlakuan), P1 (pakan komersil 75% + tepung maggot 25%), P2 (pakan
komersil 50% + tepung maggot 50%) dan P3 (pakan komersil 25% + tepung
maggot 75%). Analisis statistik yang digunakan SPSS dan hasilnya dihitung
dengan Analisis Variansi (ANOVA) dan Uji Duncan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pertambahan panjang dan berat tertinggi terdapat pada
perlakuan P3 memberikan pengaruh yang signifikan dengan rata-rata pertambahan
panjang 6,7 cm dan dan berat sebesar 18 gram dan tingkat kelangsungan hidup
tertinggi pada perlakuan P3 sebesar 76,67%.

Kata Kunci : Ikan Nila (Oreochromis niloticus), Tepung Maggot, Pertumbuhan, SPSS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

SABILA NADYA BARUS. The Effect of Maggots (Hermetia illucens) Flour


Mixed on Commercial Feed on The Growth of Tilapia (Oreochromis niloticus).
Supervised by Dr. Eri Yusni, M.Sc
Tilapia (Oreochromis niloticus) is one of the freshwater fish that has an
economical price and very popular in the public. Public demand for Tilapia is
higher than other fish. This caused many farmers to cultivate with intensive
systems but farmers often much problems in high feed prices because raw
material such as fish flour are difficult to obtain and still imported. Therefore an
alternative to overcome it, it was local raw materials that can replace fish flour
such as maggots flour. Therefore, this study aims to determine the effect of
maggots flour mixed on commercial feed to the growth of Tilapia. This research
was conducted from May to July 2018. The experimental design used was a
Rancangan Acak Lengkap (RAL) with 4 treatments and 3 replications with a
Control (no treatment), P1 (75% commercial feed + 25% maggots flour), P2 (50%
commercial feed + 50% maggots flour), P3 (25% commercial feed + 75%
maggots flour). Statistical analysis used by SPSS and the results were calculated
by Variance Analysis (ANOVA) and Duncan Test. The results showed that the
highest increase in length and weight in the P3 treatment had a significant effect
with an average length of 6,7 cm and a weight of 18 grams and the highest
survival rate in the P3 treatment of 76,67%.

Keyword : Tilapia (Oreochromis niloticus), Maggots Flour, Growth, SPSS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Galang pada tanggal 20 Januari

1996 dari Alm. Bapak M. Noor Barus dan Ibu Maslima.

Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD

101959 Galang pada tahun 2000-2008, pendidikan menengah pertama ditempuh

dari tahun 2008-2011 di SMP Negeri 1 Lubuk Pakam. Penulis menyelesaikan

pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam dengan Jurusan IPA

pada tahun 2011-2014.

Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN) pada tahun 2014.

Selain mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Ikatan Mahasiswa

Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA) Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai

Benih Ikan Sibabangun Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2017.

Dalam rangka menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, penulis

melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Campuran Tepung Maggot

(Hermetia illucens) pada Pakan Komersil Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila

(Oreochromis niloticus)” yang dibimbing oleh Ibu Dr. Eri Yusni, M. Sc dan diuji

oleh Bapak Syammaun Usman, MP dan Bapak Indra Lesmana, S.Pi, M.Si.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala

karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Campuran Tepung Maggot (Hermetia

illucens) pada Pakan Komersil Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila

(Oreochromis niloticus)” sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar S-1.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Alm. M. Noor Barus dan Ibunda

Maslima serta Kakak tercinta Soraya Rizky Barus dan Nanda Rahmah Barus

yang selalu senantiasa memberikan doa dan dukungan kepada penulis baik

secara moril maupun materil hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc, Bapak Ir. Syammaun Usman, MP dan

Bapak Indra Lesmana, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing dan dosen

penguji yang telah memberikan ilmu, masukan, arahan dan bimbingan kepada

penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc selaku Ketua Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

dan seluruh staf pengajar serta pengawas tata usaha Program Studi

Manajemen Sumberdaya Perairan yang telah memberikan ilmu dan dukungan

kepada penulis selama proses perkuliahan.

4. Balai Benih Ikan Sibabangun, Tapanuli Tengah yang telah memberikan izin

penelitian dan bantuan dalam pelaksanaan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Terkhusus teman-teman yang telah membantu penulis selama penelitian yaitu

Bulan Gustiana, Wini Aafini J Harahap, Devy Permata sari, Adenia Cahyatie,

Wawan Wajuna, Tiara Dwi Sandri dan M. Endi Sukoyo.

6. Muhammad Iqbal yang telah membantu dalam penelitian saya dan

memberikan semangat serta dukungan. Nasihat dan saran yang diberikan agar

membuat saya tersadar dan berusaha lebih baik dan bekerja lebih keras.

7. Teman-teman seperjuangan MSP angkatan 2014, terkhusus kepada Tengku

Hannifa Husny, Wini Aafini J Harahap, Febya Rizki Hasibuan, Ella Xena

Sinaga dan Astrid Indah Sari Nainggolan.

8. Dan kepada pihak-pihak lain yang telah begitu banyak membantu namun

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini bermanfaat untuk masyarakat, pembaca dan bagi

pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Manajemen Sumberdaya

Perairan.

Medan, Desember 2018

Penulis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ............................................................................................... i
ABSTRACT ............................................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii
DAFTAR GRAFIK ................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xi

PENDAHULUAN
Latar belakang ................................................................................. 1
Rumusan Masalah ............................................................................ 3
Kerangka Pemikiran ........................................................................ 3
Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
Hipotesis .......................................................................................... 5

TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi dan Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ........ 6
Pakan Buatan ................................................................................... 7
Kebutuhan Pakan Ikan ..................................................................... 8
Deskripsi dan Klasifikasi Maggot (Hermetia illucens) ................... 9
Pertumbuhan Ikan ............................................................................ 11
Kualitas Air ...................................................................................... 12
Suhu ................................................................................................. 13
DO.................................................................................................... 13
pH .................................................................................................... 14
Kelangsungan Hidup ....................................................................... 14

METODOLOGI
Waktu dan Tempat ........................................................................... 15
Alat dan Bahan ................................................................................ 15
Rancangan Percobaan ...................................................................... 15
Prosedur Penelitian .......................................................................... 16
Persiapan Wadah Pemeliharaan................................................ 16
Persiapan Air Media ................................................................. 17
Persiapan Ikan Uji .................................................................... 17
Persiapan Pakan Uji .................................................................. 18
Teknik Perhitungan Pakan ........................................................ 19
Pemberian Pakan ...................................................................... 21
Pengelolaan Kualitas Air .......................................................... 21
Parameter Pengamatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pertumbuhan Panjang ............................................................... 21
Pertumbuhan Bobot .................................................................. 22
Rasio Konversi Pakan (FCR) ................................................... 22
Kelangsungan Hidup ................................................................ 23
Analisis Data .................................................................................... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil .......................................................................................................... 24
Pertambahan Panjang Ikan Nila ................................................................ 24
Peningkatan Berat Ikan Nila ..................................................................... 27
Tingkat Kelangsungan Hidup ................................................................... 29
Rasio Konversi Pakan (FCR) .................................................... 30
Kualitas Air ............................................................................... 31
Pembahasan ............................................................................................... 32
Pertambahan Panjang Ikan Nila ................................................ 32
Peningkatan Berat Ikan Nila ..................................................... 33
Tingkat Kelangsungan Hidup ................................................... 35
Rasio Konversi Pakan (FCR) .................................................... 36
Kualitas Air ............................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman


1. Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................. 4

2. Pencapaian Panjang Rata-rata Ikan Nila ............................................... 24

3. Pencapaian Berat Rata-rata Ikan Nila ................................................... 27

4. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila ............................................... 30

5. Rasio Konversi PakanIkan Nila ............................................................ 30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GRAFIK

No. Teks Halaman


1. Pencapaian Panjang Ikan Nila Selama Penelitian Dari Hari Ke 7
s/d 56 ................................................................................................... 25

2. Pencapaian Berat Ikan Nila Selama Penelitian Dari Hari Ke 7 s/d 56.. 28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman


1. Kualitas Air Media Ikan Nila ................................................................ 12

2. Kandungan Nutrisi pada Pakan Komersil ............................................. 19

3. Pengukuran Parameter Fisika Kimia Perairan ...................................... 21

4. Analisis Variansi (ANOVA) pada SPSS Panjang Ikan Nila ................. 26

5. Rata-rata Panjang (cm) Ikan Nila pada Hari ke 7 s/d Hari ke 56 .......... 26

6. Analisis Variansi (ANOVA) pada SPSS Berat Ikan Nila ..................... 29

7. Rata-rata Berat (gram) Ikan Nila pada Hari ke 7 s/d Hari ke 56........... 29

8. Analisis Rata-rata Kualitas Air Selama Penelitian................................ 31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman
1. Denah Penempatan Akuarium yang Berisikan Ikan Nila dengan Masing-masing
Perlakuan .............................................................................................. 44

2. Data dan Analisis Ragam Rata-rata Panjang (cm) Ikan Nila ................. 45

3. Data Hasil SPSS Panjang Ikan Nila ........................................................ 48

4. Data dan Analisis Ragam Rata-rata Berat (gram) Ikan Nila ................... 53

5. Data Hasil SPSS Berat Ikan Nila ............................................................ 55

6. Data Analisis Rata-rata Kelangsungan Hidup Ikan Nila ........................ 61

7. Teknik Perhitungan Pakan ...................................................................... 63

8. Jumlah Pemberian Pakan Menurut Perlakuan Selama Penelitian .......... 65

9. Feeding Convention Rate (FCR) Ikan Nila............................................. 68

10. Data Kualitas Air Menurut Perlakuan Selama Penelitian ...................... 69

11. Dokumentasi Penelitian .......................................................................... 70

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu komoditas perikanan Indonesia yang mempunyai prospek cerah

untuk dikembangkan adalah ikan nila (Oreochromis niloticus) yang telah dikenal

lama, relatif cepat tumbuh dan mempunyai respon yang baik terhadap

lingkungannya sehingga sangat mudah untuk dibudidayakan. Ditinjau dari

kebiasaan makannya, ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah ikan pemakan

segala (omnivora) sehingga mudah untuk diberikan pakan tambahannya. Utuk

pemeliharaan secara intensif maka dibutuhkan makanan tambahan berupa pellet.

Pellet yang harus diberikan mengandung protein minimal 25%. Ikan nila tumbuh

lebih cepat meski hanya diberi pakan yang mengandung protein 20-25%

(Iskandar dan Elrifadah, 2015).

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas

perikanan yang digemari masyarakat dalam memenuhi kebutuhan protein hewani

karena memiliki daging yang tebal serta rasa yang enak. Ikan nila juga merupakan

ikan yang potensial untuk dibudidayakan karena mampu beradaptasi pada kondisi

lingkungan dengan kisaran salinitas yang luas (Hadi et al., 2009). Kendala dalam

usaha budidaya perikanan yang banyak dikeluhkan petani salah satunya adalah

mahalnya harga pakan komersil. Pakan sebagai sumber energi untuk tumbuh

merupakan komponen biaya produksi yang jumlahnya paling besar yaitu 40-89%.

Selain itu, pakan komersil memiliki kandungan protein sekitar 26-30%, sehingga

jika manajemen pemberian pakan kurang baik maka dapat menyebabkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


akumulasi amonia yang mempercepat penurunan kualitas air (Mulyani et al.,

2014).

Pakan merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan budidaya yang

menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan budidaya. Pakan pada

kegiatan budidaya umumnya adalah pakan komersil yang menghabiskan sekitar

60-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan. Mengurai senyawa kompleks

menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan. Dalam meningkatkan nutrisi

pakan, bakteri yang terdapat dalam probiotik memiliki mekanisme dalam

menghasilkan beberapa enzim untuk pencernaan pakan seperti amilase, protease,

lipase dan selulose. Enzim tersebut yang akan membantu menghidrolisis nutrien

pakan (molekul kompleks), seperti memecah karbohidrat, protein dan lemak

menjadi molekul yang lebih sederhana akan mempermudah proses pencernaan

dan penyerapan dalam saluran pencernaan ikan (Arief et al., 2014).

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap tepung ikan maka perlu

diupayakan pengganti tepung ikan dengan kriteria sebagai berikut dapat

diproduksi dalam jumlah masal, mudah didapatkan dan memiliki kandungan

nutrisi yang baik. Larva serangga Hermetia illucens (famili: Stratiomydae, Genus:

Hermetia) banyak di temukan pada limbah-limbah organik dan tidak dilaporkan

sebagai agen penyebar penyakit. Salah satu kunci keberhasilan proses biokonversi

dengan menggunakan maggot adalah kemampuan memproduksi maggot kecil

dalam jumlah banyak dan selanjutnya digunakan sebagai agen perombak berbagai

limbah organik.Produksi maggot ukuran kecil (mini larva) akhirnya menjadi

solusi ketergantungan proses biokonversi dari pemanfaatan PKM menjadi limbah

organik lainnya. Dengan adanya teknologi baru pada proses biokonversi sangat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


diharapkan dapat memberi solusi pada krisis sumber protein pakan ikan

(Fahmi, 2015).

Rumusan Masalah

Pemberian pakan dengan kualitas baik merupakan salah satu faktor

penunjang keberhasilan dalam budidaya, karena pakan memegang peranan

penting dalam pertumbuhan ikan. Selain menggunakan pakan alami, ikan perlu

diberikan asupan makanan tambahan berupa pakan komersil yang dicampur

dengan bahan lain agar komposisi serta kandungan gizi didalam pakan tersebut

sesuai dan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan. Adapun masalah yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh penambahan tepung Maggot (Hermetia illucens)

pada pakan komersil terhadap pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis

niloticus)?

2. Berapa persentase pakan buatan yang dapat memberikan pengaruh

pertumbuhan yang baik terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus)?

Kerangka Pemikiran

Pakan merupakan faktor penting dalam kegiatan budidaya dari larva, benih

hingga dewasa. Benih ikan tergolong sangat rentan untuk menerima asupan pakan

buatan yang nilai gizinya tidak sesuai untuk mempercepat pertumbuhannya.

Pemberian pakan yang tidak sesuai akan menghambat proses pertumbuhan

ikan dan memperlambat proses pemanenan. Oleh karena itu, perlu dilakukan

percobaan untuk mendapatkan pakan ikan yang sesuai dengan kebutuhan ikan.

Kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, dan lemak merupakan zat yang

sangat diperlukan agar ikan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dibutuhkannya. Dalam memilih jenis pakan terdapat faktor pembatas seperti tipe,

ukuran dan kandungan nutrisi pakan tersebut.

Penambahan tepung Maggot (Hermetia illucens) kedalam pakan komersil

terhadap pertumbuhan ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan membandingkan

ukuran dan berat ikan tersebut di dalam akuarium. Kerangka pemikiran penelitian

dapat dilihat pada Gambar 1.

Budidaya Ikan Nila

Budidaya Intensif
(Akuarium)

Pertumbuhan

Kualitas Air Penambahan/Pengkombinasian Pakan

Pakan Komersil Tepung Maggot

Meningkatkan
Pertumbuhan Ikan Nila
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh pencampuran tepung Maggot (Hermetia

illucens) pada pakan komersil terhadap pertumbuhan Ikan Nila

(Oreochromis niloticus).

2. Untuk mengetahui persentase jumlah pencampuran tepung Maggot

(Hermetia illucens) dalam pakan komersil terhadap peningkatan

pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus).

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber

informasi dan referensi kajian ilmiah di dalam ilmu budidaya perikanan di

Indonesia. Selain itu, penelitian ini diharapkan sebagai penemuan baru dalam

mempercepat pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan

pengkombinasian pakan komersil dengan tepung maggot serta memberikan

informasi terkhusus bagi mahasiswa/akademisi untuk mendorong dilakukannya

penelitian lanjutan.

Hipotesis

Diduga penambahan tepung maggot (Hermetia illucens) pada pakan

komersil berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh bulat

pipih, punggung lebih tinggi, pada badan dan sirip ekor (Caundal fin) ditemukan

garis lurus (vertikal). Pada sirip punggung ditemukan garis lurus memanjang. Ikan

Nila (Oreochormis niloticus) dapat hidup diperairan tawar dan mereka

menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip dada dan penutup insang

yang keras untuk mendukung badannya. Nila memiliki lima buah sirip, yaitu sirip

punggung (Dorsal fin), sirip dada (Pectoral fin) sirip perut (Ventral fin), siripanal

(Anal fin), dan sirip ekor (Caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian

atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip

dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah

berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah

dengan bentuk bulat (Husnidar, 2011).

Menurut Pujiastuti (2015) klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Osteichtyes

Ordo : Percomorphi

Famili : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keunggulan lain dari ikan nila adalah mudah dibudidayakan. Ikan ini

dapat bertahan hidup dan berkembang biak di dataran rendah hingga dataran

tinggi sekitar 500 mdpl. Ikan ini termasuk omnivora, relatif tahan terhadap

perubahan lingkungan dan tahan terhadap serangan penyakit. Pakan merupakan

faktor penting dalam proses budidaya perairan. Pakan menjadi unsur terpenting

dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Biaya pakan pada

suatu proses budidaya mencapai 60-70 % dari biaya produksi (Ardita et al., 2015).

Pakan Buatan

Kendala dalam usaha budidaya perikanan yang banyak dikeluhkan petani

salah satunya adalah mahalnya harga pakan komersil. Pakan sebagai sumber

energi untuk tumbuh merupakan komponen biaya produksi yang jumlahnya

paling besar yaitu 40-89%. Selain itu, pakan komersil memiliki kandungan protein

sekitar 26-30%, sehingga jika manajemen pemberian pakan kurang baik maka

dapat menyebabkan akumulasi amonia yang mempercepat penurunan kualitas air

(Mulyani et al., 2014).

Pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan

energi. Oleh karena itu, jumlah energi pakan perlu diperhatikan. Apabila

kebutuhan tidak terpenuhi maka jaringan tubuh akan dikatabolisme sebagai akibat

dari kebutuhan energi. Pertumbuhan pada hewan terjadi pada semua jaringan dan

organ. Meskipun demikian, semuanya tidak mengalami pertumbuhan dengan laju

yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh mutu jenis pakan yang diberikan. pakan yang

mengandung protein sangat diperlukan untuk pertumbuhan. Selain itu, protein

juga dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh dan pengganti jaringan yang rusak.

(Adityana, 2007).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pakan juga merupakan unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhan

dan kelangsungan hidup ikan. Jenis-jenis ikan budidaya komersial yang dipelihara

secara semi-intensif, pakan yang dimakan sepenuhnya mengandalkan suplai yang

diberikan oleh pembudidaya. Sedangkan ikan yang dipelihara secara tradisional

atau ikan yang hidup bebas di alam, hanya memanfaatkan pakan yang tersedia

secara alami. Itulah yang menyebabkan mengapa laju pertumbuhan dan tingkat

kelangsungan hidup ikan yang dipelihara secara intensif dan semi intensif jauh

lebih tinggi daripada ikan yang dipelihara secara tradisional atau yang hidup bebas

di alam (Yanuar, 2017).

Ikan juga mempunyai keterbatasan dalam mencerna pakan berkualitas

rendah dengan kandungan serat yang tinggi sehingga membutuhkan protein pakan

yang tinggi untuk pertumbuhannya. Kemampuan ikan mencerna pakan yang

dikonsumsi tergantung pada ada atau tidaknya enzim yang sesuai dan kondisi

yang dibutuhkan enzim tersebut untuk bereaksi dengan substrat dalam saluran

pencernaan ikan. Cara alternatif untuk meningkatkan efisiensi pakan agar dapat

mudah dicerna dan enzim dapat bekerja lebih efektif adalah dengan penambahan

probiotik penghasil enzim dalam pakan buatan (Noviyana et al., 2014).

Kebutuhan Pakan Ikan

Pakan yang diberikan pada ikan dinilai baik tidak hanya dari komponen

penyusun pakan tersebut melainkan juga dari seberapa besar komponen yang

terkandung dalam pakan mampu diserap dan dimanfaatkan oleh ikan dalam

kehidupannya sehingga pakan yang diproduksi dengan harga mahal pun belum

tentu memiliki kualitas yang baik. Salah satu bahan pakan yang dapat digunakan

adalah serat kasar. Serat kasar membantu dalam mempercepat ekskresi sisa-sisa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pakan melalui saluran pencernaan, namun keberadaan serat kasar didalam pakan

saja tidak cukup dalam menunjang kecernaan pakan, terdapat faktor-faktor lain

yang berpengaruh didalamnya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi daya

cerna pakan salah satunya adalah perbedaan spesifik sistem pencernaan pada ikan

yang dapat menyebabkan perbedaan kemampuan ikan dalam mencerna pakan

(Megawati et al., 2012).

Pellet adalah bentuk makanan buatan yang dibuat dari beberapa macam

bahan yang kita ramu dan kita jadikan adonan, kemudian kita cetak sehingga

merupakan batangan atau bulatan kecil-kecil. Ukurannya berkisar antara 1-2 cm.

Jadi pellet tidak berupa tepung, tidak berupa butiran, dan tidak pula berupa

larutan. Permasalahan yang sering menjadi kendala yaitu penyediaan pakan

buatan ini memerlukan biaya yang relatif tinggi, bahkan mencapai 60–70% dari

komponen biaya produksi (Zaenuri et al., 2014).

Deskripsi dan Klasifikasi Maggot (Hermetia illucens)

Klasifikasi maggot (Hermetia illucens) menurut Suciati dan Hilman

(2017) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Famili : Stratiomyidae

Genus : Hermetia

Spesies : Hermetia illucens

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Maggot (lalat tentara hitam) Black Soldier fly (Hermetia illucens) ini

tersebar hampir di seluruh dunia. Layaknya lalat lain, lalat tentara memakan apa

saja yang telah dikonsumsi oleh manusia, seperti sisa makanan, sampah, makanan

yang sudah terfermentasi, sayuran, buah buahan, daging bahkan tulang (lunak),

bahkan makan bangkai hewan. Larva lalat (maggots) ini tergolong "kebal" dan

dapat hidup di lingkungan yang cukup ekstrim, seperti di media/sampah yang

banyak mengandung garam, alkohol, acids/asam dan amonia. Mereka hidup “di

suasana yang hangat”, dan jika udara lingkungan sekitar sangat dingin atau

kekurangan makanan, maka maggots tidak mati tapi mereka menjadi fakum

/idle/tidak aktif menunggu sampai cuaca menjadi hangat kembali atau makanan

sudah kembali tersedia. Mereka juga dapat hidup di air atau dalam suasana

alcohol. Serangga BSF memiliki beberapa karakter diantaranya: (1) dapat

mereduksi sampah organik, (2) dapat hidup dalam toleransi pH yang cukup tinggi,

(3) tidak membawa gen penyakit, (4) mempunyai kandungan protein yang cukup

tinggi (40-50%), (5) masa hidup sebagai larva cukup lama (± 4 minggu), dan (6)

mudah dibudidayakan (Suciati dan Hilman, 2017).

Kandungan protein pada larva ini cukup tinggi, yaitu 44,26% dengan

kandungan lemak mencapai 29,65%. Nilai asam amino, asam lemak dan mineral

yang terkandung di dalam larva juga tidak kalah dengan sumber-sumber protein

lainnya, sehingga larva BSF merupakan bahan baku ideal yang dapat digunakan

sebagai pakan ternak. Ditinjau dari umur, larva memiliki persentase komponen

nutrisi yang berbeda. Kadar bahan kering larva BSF cenderung berkorelasi positif

dengan meningkatnya umur, yaitu 26,61% pada umur lima hari menjadi 39,97%

pada umur 25 hari. Hal yang sama juga terjadi pada komponen lemak kasar, yaitu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sebesar 13,37% pada umur lima hari dan meningkat menjadi 27,50% pada umur

25 hari. Kondisi ini berbeda dengan komponen protein kasar yang cenderung

turun pada umur yang lebih tua (Wardhana, 2016).

Pertumbuhan Ikan

Pertumbuhan adalah pertambahan berat atau isi sesuai dengan perubahan

waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor

eksternal antara lain ketersediaan makanan bagi ikan dan kondisi lingkungan

perairan. Pengaturan kualitas air dan manipulasi pakan dapat meningkatkan

pertumbuhan ikan, selanjutnya disebutkan bahwa faktor lingkungan yang

mempengaruhi laju pertumbuhan dan konsumsi pakan ialah suhu, oksigen terlarut,

salinitas dan kadar amonia terlarut (Effendi, 1979).

Pertumbuhan sangat erat kaitannya dengan ketersediaan protein dalam

pakan. Protein dalam pakan dengan nilai biologis tinggi akan memacu

penimbunan protein tubuh lebih besar dibanding dengan protein yang bernilai

biologis rendah. Protein adalah nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah besar pada

formulasi pakan ikan. Melihat pentingnya peranan protein di dalam tubuh ikan

maka protein pakan perlu diberikan secara terus menerus dengan kualitas dan

kuantitas yang memadai. Kualitas protein pakan, terutama ditentukan oleh

kandungan asam amino esensialnya, semakin rendah kandungan asam amino

esensialnya maka mutu protein semakin rendah pula (Khodijah et al., 2015).

Kecepatan laju pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis dan

kualitas pakan yang diberikan serla kondisi lingkungan. Apabila pakan yang

diberikan berkualitas baik secara jumlahnya mencukupi serta kondisi lingkungan

mendukung dapat dipastikan laju pertumbuhan ikan akan menjadi lebih cepat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sesuai yang diharapkan. Sebaliknya apabila jumlah pakan yang diberikan

berkualitas jelek, jumlah tidak mencukupi serta kondisi lingkungannya tidak

mendukung dapat dipastikan pertumbuhan ikan akan terhambat. Oleh karena itu,

untuk meperoleh hasil yang optimal, maka pemberian pakan harus tepat dosis,

artinya jumlah pakan yang diberikan harus dapat dikonsumsi ikan secara utuh atau

dapat habis (Cahyono, 2001).

Kualitas Air

Air sebagai media hidup ikan sebaiknya tetap dijaga kualitasnya agar tetap

menjadi media yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan ikan atau

organisme lain yang dibudidayakan. Mengingat akan pentingnya kondisi perairan

yang baik maka perlu dilakukan upaya untuk tetap menjaga kualitasnya namun

tetap dalam kondisi yang aman, murah, praktis dan harus ramah lingkungan

(Lestari et al., 2013).

Kualitas air menurun seiring peningkatan padat tebar yang diikuti

dengan penurunan tingkat pertumbuhan. Namun jika kondisi lingkungan dapat

dipertahankan dengan baik dan pemberian pakan yang cukup, kepadatan

ikan yang tinggi akan meningkatkan produksi. Padat penebaran akan

mempengaruhi pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan efisiensi pakan

(Suresh dan Lin, 1992). Kualitas air media hidup Nilamengenai suhu, pH dan

oksigen terlarut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Kualitas Air Media Ikan Nila


Parameter Nilai yang dianjurkan
Suhu 25°C - 32°C
pH 6,5 - 9
DO ≥3
Sumber : (Nugroho et al., 2013)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Suhu

Dalam setiap penelitian pada ekosistem air, pengukuran temperatur air

merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan

berbagai jenis gas di dalam air serta aktivitas biologis-fisiologis di dalam

ekosistem air sangat di pengaruhi oleh temperatur. Menurut hukum Van’t Hoffs,

kenaikan temperatur sebesar 10oC (hanya pada kisaran temperatur yang masih di

tolerir) akan meningkatkan laju metabolisme, akan menyebabkan konsumsi

oksigen meningkat, sementara itu di lain pihak dengan meningkatnya temperatur

akan menyebabkan kelarutan oksigen dalam air akan berkurang. Hal ini dapat

menyebabkan organisme air akan mengalami kesulitan untuk melakukan respirasi

(Barus, 2004).

Pertumbuhan ikan nila biasanya akan terganggu apabila suhu habitatnya

lebih rendah dari 14˚ atau pada suhu tinggi 38˚C. Ikan nila akan mengalami

kematian pada suhu 6˚C atau 42˚C, suhu berkisar 25- 32˚C, pH 6,5-8,5, oksigen

terlarut di atas 3 mg. L-1, amonia kurang dari 0,02 mg.L-1 dan kecerahan perairan

berkisar antara 30-40 cm, masih dalam kriteria yang layak untuk budidaya ikan

nila (Nugrohoet al., 2013).

Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di ekosistem

perairan, terutama sekali dibutuhkan dalam proses respirasi bagi sebagian

organisme air. Umumnya kelarutan oksigen dalam air sangat terbatas.

Dibandingkan dengan kadar oksigen diudarayang mempunyai konsentrasi

sebanyak 21% volume air hanya mampu menyerap oksigen sebanyak 1% volume

saja (Barus, 2004).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Peningkatan suhu sebesar 1oC akan meningkatkan konsumsi oksigen

sekitar 10%. Semakin tinggi tekanan air, kelarutan oksigen semakin tinggi.Sifat

kelarutan gas oksigen lebih rendah daripada sifat kelarutan gas nitrogen.

Demikian juga, kelarutan gas oksigen di perairan lebih rendah daripada kelarutan

gas nitrogen (Effendi, 2003).

Derajat Keasaman (pH)

Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH

netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH

yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 sampai

8,5. Kondisi perairan sangat bersifat sangat asam maupun sangat basa akan

membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan

terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi (Barus, 2004).

pH juga berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas.

Pada pH < 5, alkalinitas dapat mencapai nol. Semakin tinggi nilai pH,

semakintinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida

bebas. Larutan yang bersifat asam (pH rendah) bersifat korosif(Effendi, 2003).

Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup adalah perbandingan antara jumlah individu yang

hidup pada akhir periode pemeliharaan dan jumlah individu yang hidup pada awal

31 periode pemeliharaan dalam populasi yang sama. Faktor-faktor yang

mempengaruhi tingginya prosentase kelangsungan hidup adalah faktor biotik dan

abiotik seperti kompetitor, kepadatan populasi, penyakit, umur, kemampuan

organisme dalam beradaptasi dan penanganan manusia (Yuniarso, 2006).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2018. Penelitian ini

dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas

Pertanian Kota Medan.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain 10 unit akuarium

berukuran 40cmx 20cm x 20cm, aerator, oven, blender, timbangan analitik,

tanggok, termometer, DO meter, pH meter, kertas milimeter, alat penyifonan,

ayakan, tempat pakan ikan, penggaris, alat tulis dan kamera digital.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan nila yang berukuran

panjang ±9-10 cm, berat 15gr sebanyak 100 ekor, air bersih, pakan buatan ikan

berupa pellet komersil 781-1, tepung maggot, dedak padi, progol untuk perekat

pada pakan dan pengolahan hasil data selama penelitian dengan menggunakan

program SPSS.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen yang digunakan skala laboratorium menggunakan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang

sebanyak 3 kali ulangan, dijelaskan sebagai berikut :

1. Kontrol (K) : 100% Pakan Komersil

2. Perlakuan 1 (P1) : 75% Pakan Komersil+ 25% Tepung Maggot

3. Perlakuan 2 (P2) : 50% Pakan Komersil + 50% Tepung Maggot

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Perlakuan 3 (P3) : 25% Pakan Komersil + 75% Tepung Maggot

Pada masing-masing perlakuan akan dilakukan sebanyak 3 kali

ulangan. Pengambilan sampel dilakukan 5 kali dengan interval waktu pengukuran

dan pengambilan data 1 minggu sekali. Pemberian pakan diberikan berdasarkan

5% dari berat ikan, parameter utama meliputi pertumbuhan pada ikan Nila

(Oreochromis niloticus). Sedangkan parameter penunjang meliputi beberapa

parameter kualitas air seperti suhu, pH dan oksigen terlarut.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini meliputi menyiapkan wadah, menebarkan benih,

pemberian pakan, pengelolaan kualitas air dan analisis data.

a. Menyiapkan Wadah Pemeliharaan

Persiapan wadah ini digunakan sebagai tempat pemeliharaan ikan meliputi

persiapan akuarium berukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm. Wadah yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebanyak 10unit. Sebelum digunakan, wadah ini

dicuci bersih terlebih dahulu dengan detergen, kemudian dibilas dengan air bersih.

Setelah dicuci bersih alat-alat tersebut dikeringkan selama 1 hari dibawah sinar

matahari. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan atau memutus rantai bibit

penyakit pada alat-alat yang digunakan. Setelah itu disusun dan di beri tanda K,

P1, P2 dan P3 secara acak untuk menandai perlakuan dan ulangan dalam

penelitian. Akuarium yang sudah diberi tanda diisi air yang suplai dengan

beberapa unit selang aerasi selama satu hari (24 jam), dengan volume air pada tiap

akuarium adalah 12 liter dengan ketinggian air 15 cm per akuarium.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Menyiapkan Air Media

Dalam pemeliharaan ikan, air sebagai media hidup untuk ikan sangat perlu

diperhatikan, sehingga diperlukan persiapan air media yang baik sebelum

dilakukan penelitian. Air yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah air

PDAM. Adapun tahapan yang dilakukan untuk persiapan media air pemeliharaan

adalah air PDAM ditampung dalam bak penampungan, diberikan desinfektan

kemudian didiamkan selama 3 hari untuk mengendapkan kotoran-kotoran serta

zat-zat berbahaya dalam air.

c. Menyiapkan Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila yang berukuran panjang ±9-10cm

dengan berat ±15gr. Sebelum ikan uji dimasukkan ke dalam wadah, terlebih

dahulu ikan di aklimatisasi selama tiga hari. Total ikan nila yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 100 ekor. Ikan nila yang digunakan sebagai ikan uji diperoleh

dari Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) jalan Bunga

Ganyong Medan, Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan,

Kota Medan. Pada saat penebaran ikan harus secara perlahan-lahan, agar ikan

tidak mengalami stres yang mengakibatkan nafsu makan ikan berkurang serta

dapat mengakibatkan ikan mengalami kematian. Setelah itu dilakukan pengukuran

panjang dan bobot ikan sebagai data awal, sebelum ikan dimasukkan pada

akuarium penelitian. Pengukuran panjang dan berat ikan dilakukan setiap 7 hari

sekali. Kemudian ikan nila dimasukkan ke dalam akuarium masing-masing

sebanyak 10 ekor/akuarium.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Menyiapkan Pakan Uji

Pembuatan Pakan Uji

Pakan buatan yang digunakan adalah pellet komersil yang sering

digunakan. Kandungan nutrisi pakan pelet komersil dapat dilihat pada Tabel 2.

Proses pembuatan tepung maggot diawali dengan penyiraman maggot

basah dengan air mendidih sekitar 5–10 menit dan ditunggu hingga air sedikit

mengering, kemudian pengeringan, maggot dikeringkan dengan alat pengering

atau dijemur matahari hingga kandungan air sekitaran 7–10%. Penggilingan

maggot kering, maggot yang sudah kering ditumbuk atau digiling dengan mesin

penggiling hingga didapat tepung maggot yang cukup halus atau sesuai ukuran

yang dikehendakikemudian tepung maggot yang telah jadi dilakukan pengayakan

untuk membuang bagian yang masih kasar.

Pengkombinasian pellet dengan tambahan tepung maggot dilakukan

dengan cara tepung maggot yang telah jadi dalam bentuk kering ditimbang

terlebih dahulu dan dicampur dengan progol (2-3g/kg pakan) dalam satu wadah

dan diaduk hingga merata. Kemudian, tepung maggot yang telah diaduk merata

dengan progol di beri air dan dibiarkan sampai 5 menit. Selanjutnya, pellet

komersil dituang ke dalam wadah tepung maggot bersama progol yang telah

dilarutkan dalam air. Diaduk campuran tersebut, sampai seluruh tepung maggot

sudah lengket merata pada pakan. Jika seluruh tepung maggot sudah melekat pada

pakan kemudian pakan dikeringkan/dianginkan campuran tersebut sampai kering

selama 60 menit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 2. Kandungan Nutrisi pada Pakan Komersil
Keterangan Gizi Nilai (%)
Protein 30
Lemak 4
Serat 5
Abu 12
Kadar Air 12
Sumber : (Mudjiman, 1989)

Teknik Perhitungan Pakan

Pakan yang digunakan adalah pakan komersil 781-1 dengan jumlah

protein 33% dan tepung maggot sebesar 44%, untuk mendapatkan protein

seimbang 33% maka tepung maggot dicampur dengan sedikit dedak padi (13%)

sehingga menghasilkan jumlah protein tepung maggot menjadi 33%. Untuk

mendapatkan jumlah protein, digunakan metode segiempat (Pearson’s Square

Method), dimana Protein basal adalah bahan baku untuk membuat pakan dengan

kandungan protein <20% sedangkan Protein suplemen adalah bahan baku untuk

membuat pakan dengan kandungan protein >20% yang telah dijabarkan dibawah

ini:

Protein Basal
Dedak Padi: 13% 11%

Kandungan
Protein yang
diinginkan
dikurangi hasilnya

33%

Protein Suplemen 20%+


T. Maggot: 44% 31%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11% ×100
 Dedak Padi = = 35%
31

20% ×100
 T. Maggot = = 65%
31

Sehingga untuk mendapatkan campuran protein 33% diperoleh dengan

mencampurkan 35% Dedak Padi dan 65% Tepung Maggot. Dalam penghitungan

pakan, pakan yang dicampur pada setiap perlakuan mempunyai protein 33%.,

sehingga dapat di cari berapa pengurangan pakan komersil yang digunakan untuk

efisiensi. Cara mencari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


Persen pakan yang digunakan


× Kandungan protein
100

Pakan Komersil + Tepung Maggot

75 25
Perlakuan P1 (100 × 33) + (100 × 33) = 33

24,75 + 8,25 = 33

Pakan Komersil + Tepung Maggot

50 50
Perlakuan P2 (100 × 33) + (100 × 33) = 33

16,5 + 16,5 = 33

Pakan Komersil + Tepung Maggot

25 75
Perlakuan P3 (100 × 33) + (100 × 33) = 33

8,25 + 24,75 = 33

Setelah diketahui berapa persen pengurangan pakan komersil yang

digunakan, selanjutnya ditentukan berapa gram (g) pakan komersil dan tepung

maggot yang akan diberikan dengan menggunakan perhitungan pemberian pakan

ikan setiap 10 hari.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


e. Pemberian Pakan

Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari yaitu pukul

09.00 WIB, 13.00 WIB dan 17.00 WIB dengan jumlah pemberian pakan 5% dari

bobot ikan per hari.

f. Pengelolaan Kualitas Air

Kualitas air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan pada suatu biota perairan. Pengamatan kualitas air pada penelitian

ini meliputi suhu, oksigen terlarut (DO) dan tingkat keasaman (pH). Pengamatan

ini dilakukan pada awal, pertengahan dan akhir penelitian. Pengukuran parameter

kualitas air dilakukan dengan interval waktu 10 hari sekali dengan menggunakan

alat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengukuran Parameter Fisika Kimia Perairan


Parameter Satuan Alat
Fisika
Suhu ºC Termometer
Kimia
DO Mg/l Do meter
pH - pH meter

Parameter Pengamatan

Pertumbuhan Panjang

Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 10% dari total hewan uji.

Pertumbuhan Panjang Mutlak (L) dihitung dengan menggunakan rumus yang

diacu oleh Effendie (1997):

L = Lt– L0

Keterangan :

L = Pertumbuhan panjang (cm)

Lt = Rata-rata panjang pada akhir penelitian (cm)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


L0 = Rata-rata panjang pada awal penelitian (cm)

Pertumbuhan Bobot

Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 10% dari total hewan uji.

Pertumbuhan bobot Mutlak (W) dihitung menggunakan rumus yang diacu oleh

Effendie (1997) :

W = Wt – W0

Keterangan :

W = Pertumbuhan Bobot (g)

Wt = Bobot ikan pada akhir penelitian (g)

W0 = Bobot ikan pada awal penelitian (g)

Rasio Konversi Pakan (FCR)

Efisiensi pakan (FCR) dihitung dengan menggunakan rumus yang diacu

oleh Effendie (1997) sebagai berikut :

F
FCR= × 100%
Wt –W0

Keterangan :

FCR = Rasio konversi pakan

F = Jumlah total pakan yang diberikan (g)

Wt = Berat ikan uji pada akhir penelitian (g)

W0 = Berat ikan uji pada awal penelitian (g)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kelangsungan Hidup (SR)

Data kelulus hidupan ikan uji dihitung dengan menggunakan rumus

menurut oleh Rachmawati dan Samidjan (2014) yaitu :

Nt
SR = × 100%
No

Keterangan :

SR = Kelulushidupan (%)

Nt = Jumlah hewan uji pada akhir penelitian

No = Jumlah hewan uji pada awal penelitian

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan selama penelitian akan

menggunakan Analisis Sidik Ragam (ANOVA) menggunakan software SPSS

dengan uji F pada selang kepercayaan 95%, digunakan untuk menentukan apakah

perlakuan yang dilakukan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan

kelangsungan hidup. Apabila berpengaruh nyata, untuk melihat perbedaan antar

perlakuan akan diuji lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengambilan sampel ikan nila dilakukan setiap 7 hari sekali selama 56 hari

atau 8 minggu masa pemeliharaan yang menghasilkan panjang rata-rata, berat

rata-rata, jumlah pakan, kelangsungan hidup, dan kualitas air. Dari pengolahan

data diperoleh data pertambahan panjang, peningkatan berat, tingkat

kelangsungan hidup, serta data parameter kualitas air sebagai data penunjang.

Pertambahan Panjang Ikan Nila

Pertambahan rata-rata panjang ikan nila pada masing-masing perlakuan

setiap pengukuran berkisar antara 5,4 - 7,9 cm. Pertambahan panjang tertinggi

terdapat di perlakuan P3 yaitu 7,9 cm kemudian diikuti perlakuan P2 yaitu 6,9 cm

dan pencapaian panjang terendah ikan nila selama penelitian yaitu P1 5,4 cm.

Data dan analisis ragam rata–rata panjang ikan nila dapat dilihat pada gambar 2

(Lampiran 2).

9.0
7.9
8.0
6.9
7.0
Pertambahan Panjang

6.0 5.4
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
P1 P2 P3
Perlakuan

Gambar 2. Pencapaian Panjang Rata-rata Ikan Nila

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pertambahan panjang ikan nila selama 56 hari yang terendah secara

berturut yaitu P1 (75% pakan komersil + 25% tepung maggot) sebesar 5,4 cm

selanjutnya P2 (50% pakan komersil + 50% tepung maggot) 6,9 cm dan yang

tertinggi P3 (25% pakan komersil + 75% tepung maggot) sebesar 7,9 cm.

Pencapaian panjang rata-rata panjang ikan nila dapat dilihat pada Grafik1.

20
18
RATA- RATA PANJANG

16
14
12
10
8
6
4
2
0
0 7 14 21 28 35 42 49 56

Grafik1. Pencapaian Panjang Ikan Nila Selama Penelitian Dari Hari Ke 7 s/d 56

Dari hasil penelitian diperoleh pertambahan panjang ikan nila yaitu

rata-rata pertambahan panjang ikan setiap perlakuan selama pemeliharaan dapat

dilihat pada (Lampiran 2). Kemudian data tersebut dianalisis dengan

menggunakan Analisis Variansi (ANOVA) panjang ikan nila dilakukan

menggunakan Statistical Package of Social Science (SPSS).Seperti yang dapat

dilihat pada Tabel 5.

Berdasarkan hasil analisis variansi (ANOVA) pada pertambahan panjang

diperoleh nilai F Hitung sebesar 57,84 dimana F Hitung lebih besar dari F Tabel

(0,05 dan 0,01) yang artinya antara perlakuan menunjukaan perbedaan yang

sangat nyata. Maka analisis dilanjutkan dengan Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil

(BNT) karena berbeda sangat nyata dengan koefisien keseragaman (KK) yang

dihasilkan 3,23%. Pada Uji lanjut BNT diketaui bahwa perlakuan berbeda sangat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


nyata terhadap pertumbuhan panjang ikan nila (P>1%) pada masing – masing

perlakuan (Lampiran 2).

Tabel 5. Analisis Variansi (ANOVA) pada SPSS Panjang Ikan Nila


Berat Ikan Nila
Perlakuan df
H7 H21 H35 H49
Magot (M) 2 ns ** ** **
M X Ikan 84 0,11ns 0,03* 0,02* 0,01*
Total 86 86 84 78 64
** (sangat berbeda nyata), * (berbeda nyata), ns (tidak berbeda nyata)

Tabel 6. Rata-rata Panjang (cm) Ikan Nila pada Hari Ke 7 sd Hari Ke 56


Berat Ikan Nila
Perlakuan
H7 H21 H35 H49
a a a
P1 11,177 12,236 13,238 14,433a
(0,024) (0,019) (0,057) (0,127)

P2 11,100b 12,400b 13,900b 15,766b


(0,080) (0,060) (0,109) (0,055)

P3 11, 20b 12,633b 14,448c 16,565c


(0,036) (0,035) (0,074) (0,115)
a b c = perbedaan notasi huruf menyatakan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan

Peningkatan Berat Ikan Nila

Pertambahan berat ikan nila selama 56 hari yang terendah secara berturut

yaitu P1 (75% pakan komersil + 25% tepung maggot) sebesar 15,2 gram

selanjutnya P2 (50% pakan komersil + 50% tepung maggot) 17,1 gram dan yang

tertinggi P3 (25% pakan komersil + 75% tepung maggot) sebesar 20,3 gram.

Pertambahan berat ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3

(Lampiran 4).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25.00

20,3
20.00
Berat Rata-rata (g) 17.10
15.20
15.00
P1
10.00 P2
P3
5.00

0.00
P1 P2 P3
Perlakuan

Gambar 3. Pencapaian Berat Rata-rata Ikan Nila

Dari hasil penelitian diperoleh pertambahan berat ikan nila yaitu rata-rata

pertambahan ikan nila setiap perlakuanselama pemeliharaan (Lampiran 4)

kemudian data tersebut dianalisis secara statistik menggunakan analisis sidik

ragam yang dapat dilihat pada Tabel 8. (Lampiran 4).

Pertambahan rata-rata berat ikan nila pada masing-masing perlakuan setiap

pengukuran berkisar antara 15,2 gram-20,3 gram. Rata-rata pertambahan berat

tertinggi selama penelitian terdapat pada perlakuan P3 dari 12 gram menjadi 35,8

gram, kemudian diikuti perlakuan P2 dari 12 gram menjadi 32,4 gram, perlakuan

P1 dari 12,2 gram menjadi 30,2 gram seperti terlihat pada Grafik 2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40.00

Pertambahan Berat rata-rata (g)


35.00
30.00

25.00
20.00 P1

15.00 P2

10.00 P3

5.00

0.00
0 7 14 21 28 35 42 49 56
Berat Hari Ke

Grafik 2. Pencapaian Berat Ikan NilaSelama Penelitian Dari Hari Ke 7 s/d 56

Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 8 menunjukkan perbedaan

signifikan pada hari ke-7 dan sangat signifikan perbedaan antar perlakuan terjadi

pada hari ke-14 hingga hari ke-56.Kemudian data tersebut dianalisis dengan

menggunakan Analisis Variansi (ANOVA) berat ikan nila dilakukan

menggunakan Statistical Package of Social Science (SPSS).Seperti yang dapat

dilihat pada Tabel 8 (Lampiran 5).

Berdasarkan hasil analisis variansi (ANOVA) pada pertambahan berat

diperoleh nilai F Hitung sebesar 10,59 dimana F Hitung lebih besar dari F Tabel

(0,05 dan 0,01) yang artinya antara perlakuan menunjukaan perbedaan yang

sangat nyata. Maka analisis dilanjutkan dengan Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil

(BNT) karena berbeda sangat nyata dengan koefisien keseragaman (KK) yang

dihasilkan 3,63%. Pada Uji lanjut BNT diketaui bahwa perlakuan berbeda sangat

nyata terhadap pertumbuhan berat ikan nila (P>1%) pada masing – masing

perlakuan (Lampiran 5).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 8. Analisis Variansi (ANOVA) pada SPSS Berat Ikan Nila
Berat Ikan Nila
Perlakuan df
H7 H21 H35 H49
Magot (M) 2 ns ** ** **
ns 0,04* 0,03*
M X Ikan 84 0,32 0,03*
Total 86 86 84 78 64
** (sangat berbeda nyata), * (berbeda nyata),ns (tidak berbeda nyata)

Tabel 9. Rata-rata Berat (gram) Ikan Nila pada Hari Ke 7 sd Hari Ke 56


Berat Ikan Nila
Perlakuan
H7 H21 H35 H49
P1 15,031a 19,112a 23,543a 27,430a

(1,004) (0,232) (0,164) (0,517)

P2 15,366a 21,380b 25,632a 29,973b

(0,142) (0,029) (0,094) (0,125)

P3 15,570a 21,320c 27,106b 33,236c

(0,120) (0,245) (1,033) (0,822)

a b c = perbedaan notasi huruf menyatakan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup ikan nila yang dipelihara selama 56 hari

pemeliharaan pada setiap perlakuan P1, P2, P3 masing-masing berkisar antara

63,33%-76,67%. Nilai rata-rata tertinggi dicapai oleh perlakuan P3 sebesar

76,67%, diikuti oleh perlakuan P2 dan P1 sebesar 66,67 dan 63,33%. Data dan

analisis ragam tingkat kelangsungan hidup ikan nila selama penelitian dapat

dilihat pada Tabel 10 (Lampiran 6).

Tabel 10. Pencapaian Rata-rata Jumlah Kelangsungan Hidup Ikan Nila


Hari Ke- SR(%)
Perlakuan
awal 7 14 21 28 35 42 49 56
P1 100 86,67 83,33 80 73,33 70 66,67 63,33 63,33 63,33
P2 100 93,33 86,67 83,33 80 76,67 73,33 73,33 73,33 66,67
P3 100 90 90 86,67 83,33 80 76,67 76,67 76,67 76,67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

Tingkat Kelangsungan Hidup (%)


80 76.67

70 66.67
63.33
60
50
40
30
20
10
0
P1 P2 P3
Perlakuan

Gambar 4. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila

Rasio Konversi Pakan

Rasio pemberian pakan terhadap ikan nila sangat mempengaruhi

pertumbuhan. Semakin efisien pemanfaatan pakan oleh ikan maka nilai fcr nya

semakin baik.Hasil perhitungan nilai rasio konversi pakan selama 56 hari

pengamatan berkisar antara 1,2–1,5 seperti terlihat pada Gambar 5.

1.6 1.5
1.41
1.4
1.2
1.2
Konversi Pakan

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
P1 P2 P3
Perlakuan

Gambar 5. Rasio Konversi Pakan Ikan Nila

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kualitas Air

Kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan nila sangat dipengaruhi oleh

kualitas air. Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian adalah suhu, pH,

dan DO. Hasil pengamatan kualitas air ikan niladiperoleh kisaran suhu antara 27-

29°C. Nilai pH antara 7,0-7,4 dan DO antara 6,2-7,2 mg/l. Data kualitas air

pemeliharaan ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 11. Data dan

analisis ragam rata–rata kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 10.

Tabel 11. Analisis Rata-rata Kualitas Air Selama Penelitian


P1 P2 P3
Parameter
Min Max Min Max Min Max

Suhu (°C) 27,8 28,9 27,2 28,3 28,5 29,6

pH 7,0 7,5 6,7 7,3 7,2 7,4

DO (mg/L) 6,2 6,8 6,4 7,0 6,8 7,2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pembahasan

Pertambahan Panjang Ikan Nila

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh panjang pertumbuhan yang

berbeda-beda. Penambahan 75% tepung maggot pada P3 menghasilkan

pertumbuhan panjang tertinggi dengan rata – rata pertumbuhan 7,9 cm diikuti

perlakuan P2 sebesar 6,9 cm dan terendah pada P1 sebesar 5,4 cm.

Dari hasil penelitian yang dilakukan selama penelitian terjadi pertambahan

panjang ikan nila dari awal masa pemeliharaan sampai akhir masa

pemeliharaanpada setiap perlakuan, dimana rata-rata panjang awal ikan nila

adalah sebesar 9,5 cm–10,2 cm dan di akhir pemeliharaan sebesar 15,2 cm–18 cm

yang dapat dilihat pada Tabel 2. (Lampiran 2).

Lambatnya pertambahan panjang pada hari pertama pengamatan sampai

minggu ketiga disebabkan oleh proses penyesuaian diri ikan terhadap lingkungan

yang baru dan kemampuan ikan dalam mencerna makanan yang diberikan masih

dalam tahap adaptasi. Meningkatnya pertambahan panjang ikan nila pada

perlakuan P3 diduga karena tersedianya pakan yang cukup setiap hari bagi ikan

serta kualitas air yang baik dan mampu menunjang pertumbuhan ikan.

Lingkungan yang terkontrol dengan baik dapat menyebabkan pengaruh yang

berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan ikan.

Kecepatan pertumbuhan bergantung pada jumlah makanan yang diberikan,

ruang, suhu, dalamnya air dan faktor-faktor lainnya. Makanan yang dimanfaatkan

oleh ikan pertama-tama digunakan untuk memelihara tubuh dan mengganti alat-

alat tubuh yang rusak. Setelah itu baru kelebihan makanan yang masih tersisa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dipergunakan untuk pertumbuhan. Kualitas makanan dapat mempengaruhi

pertumbuhan jika makanan yang tersedia dalam jumlah yang banyak dan

berkualitas baik, tetapi kalau makanan tersedia dalam jumlah sedikit maka

makanan tidak akan mempengaruhi kecepatan tumbuh ikan.

Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa pemberian tepung maggot

dengan perlakuan yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap

pertambahan panjang ikan nila (p<0.05), hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan

P3 dengan pencampuran 25% pakan komersil + 75% tepung maggot memberikan

respon yang paling baik terhadap pertambahan panjang ikan niladibandingkan

dengan perlakuan pengamatan ikan nila lainnya.

Peningkatan Berat Ikan Nila

Pertumbuhan merupakan suatu keadaan dimana bertambahnya ukuran

volume dan berat suatu organisme, yang dapat dilihat dari perubahan ukuran

panjang dan berat dalam satuan waktu. Menurut (Afifi, 2014) salah satu yang

mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah nutrusi. Pertumbuhan ikan pada

budidaya intensif sangat dipengaruhi oleh konsumsi nutrisi yang didapatkan dari

pakan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan selama penelitian terjadi pertambahan

berat ikan nila dari awal masa pemeliharaan sampai akhir masa pemeliharaanpada

setiap perlakuan. Dalam waktu 56 hari pemeliharaan terjadi pertambahan berat

ikan dimana rata-rata berat awal ikan adalah sebesar 11 gram –12,2 gram dan di

akhir pemeliharaan sebesar 30,9 gram –35,9 gramyang dapat dilihat pada Tabel 5

(Lampiran 4). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kadar protein pakan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


berbeda berpengaruh seiring bertambahnya persentase pemberian pakan pada

ikan.

Pertambahan berat rata-rata paling tinggi terjadi yaitu pada perlakuan P3

dimana rata-rata pertumbuhan berat sebesar 20,28 gram diikuti dengan perlakuan

P2 dengan berat 17,10 gramdan terendah pada P1 menunjukkan hasil 15,20 gram.

Pemberian pakan dengan kadar protein tinggi yang tepat dapat mempengaruhi

pertumbuhan berat ikan nilaselama 56 hari pemeliharaan. Menurut Khodijah et

al., (2015) bahwaprotein adalah nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah besar pada

formulasi pakan ikan. Melihat pentingnya peranan protein di dalam tubuh ikan

maka protein pakan perlu diberikan secara terus menerus dengan kualitas dan

kuantitas yang memadai.

Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa pemberian tepung maggot

berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan berat

ikan nila (p<0.05), hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan P3 dengan

pencampuran 25% pakan komersil + 75% tepung maggot memberikan respon

yang paling baik terhadap pertambahan berat ikan niladibandingkan dengan

perlakuan pengamatan ikan nila lainnya.

Pertambahan berat ikan nila tertinggi terjadi pada perlakuan P3. Hal ini

disebabkan oleh jumlah pemberian pakan yang sesuai dan juga didukung oleh

pemberian proteinpakan yang tepat. Pertumbuhan ikan nila yang meningkat juga

diduga karena adanya pengaruh komponen penyusun pakan. Baik tidaknya suatu

pakan ditentukan oleh kandungan nutrisinya. Salah satu kebutuhan nutrisi yang

penting untuk ikan adalah protein, sehingga kekurangan protein dalam pakan

dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)

Tingkat kelangsungan hidup ikan nila dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu tingkat persaingan hidup ikan, pakan serta kualitas air. Hasil dari

perhitungan statistik diketahui bahwa rata–rata nilai kelangsungan hidup ikan nila

berkisar antara 63,33% hingga 76,67% pada akhir masa pemeliharaan. Nilai

kelangsungan hidup ikan nila berturut dari yang tertinggi yaitu pada P3 sebesar

76,67% kemudian P2 sebesar 66,67% dan terendah pada P1 sebesar 63,33%.

Kematian ikan terbesar terjadi pada awal pemeliharaan yang diakibatkan

oleh penanganan pada ikan saat pemindahan ikan dari wadah ke akuarium

pengamatan yang menyebabkan ikan mengalami stress. Selain itu, ikan

mengalami stress diduga akibat kualitas air ditempat yang baru belum sepenuhnya

sama dengan kualitas air ditempat ikan nila dibesarkan. Penyifonan dan

penambahan air setiap 7 hari sekali juga menjadi salah satu penyebab ikan stress

dan mengalami kematian. Penyifonan dilakukan untuk mengeluarkan dan

mengganti air yang sudah tercampur dengan kotoran ikan yang mengendap agar

kualitas air pada wadah pemeliharaan tetap terjaga.

Dari Tabel 8.(Lampiran 6) dapat dilihat nilai kelangsungan hidup ikan nila

berkisar antara 63,33% hingga 76,67% nilai tersebut tergolong baik. Hal ini

dikarenakan oleh kualitas air yang baik dan sesuai untuk kehidupan ikan nila

sehingga jumlah ikan yang mati berkurang setelah beberapa minggu pemeliharaan

dan setelah ikan mulai beradaptasi. Menurut Husein (1985) diacu Mulyani, et al.,

(2014) menyatakan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan≥50% tergolong baik,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kelangsungan hidup antara30-50% tergolong sedang dan kurang dari 30%

tergolong tidak baik.

Berdasarkan hasil penelitian diproleh kelangsungan hidup ikan nila

semakin hari semakin baik. Kelangsungan hidup ikan nila semakin baik karena

ikan telah beradaptasi dengan lingkungan pengamatan serta dilakukan

pengontrolan terhadap kualitas air didalam lingkungan pengamatan. Dengan

dilakukannya penyifonan dan penambahan air, kualitas air didalam lingkungan

pengamatan menjadi baik untuk kelangsungan hidup ikan, mengurangi stress dan

kematian pada ikan sehingga tingkat kelangsungan hidupnya tergolong tinggi

(baik).

Rasio Konversi Pakan (FCR)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, rasio konversi pakan

(FCR) ikan nila yang diperoleh selama 56 hari pemeliharaan adalah sebagai

berikut. Pada perlakuan P3 diperoleh nilai FCR yang paling rendah yaitu sebesar

1,2 sedangkan pada perlakuan P2 sebesar 1,41 dan pada P1 Sebesar 1,5. Pada

perlakuan P3 dengan melakukan penambahan tepung maggot sebesar 75%

diperoleh FCR yang paling rendah yang berarti mempunyai nilai FCR yang paling

bagus dikarenakan pemanfaatan pakan untuk pertumbuhan ikan sangat efisien.

Hal ini disebabkan keinginan ikan untuk makan yang relatif besar sehingga

kebutuhan pakan yang digunakan sangat terpenuhi.

Rasio konversi pakan merupakan salah satu yang paling diperhatikan saat

akan melakukan pemeliharaan. Rasio konversi pakan yang paling baik pada

penelitian ini terdapat pada perlakuan P3 sebesar 1,2 dimana untuk menghasilkan

1 kg daging ikan dibutuhkan pakan sebanyak 1,2 kg. Semakin rendah nilai rasio

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pakan, maka kualitas pakan yang diberikan semakin baik. Menurut Mudjiman

(2011), konversi makanan pada ikan berkisar antara 1,5-8 berarti nilaikonversi

pakan pada semua perlakuan dapat dikatakan baik karena secara umum masih

dalam kisaran. Dengan demikian, pakan buatan yang diberikan mempunyai

kualitas yang cukup baik karena dapat dimanfaatkan oleh ikan untuk pertambahan

bobot yang maksimal.

Pemberian pakan dengan komposisi dan konversi yang tepat untuk

dikonsumsi ikan merupakan salah satu parameter efsiensi dalam pemeliharaan.

Perlakuan P3 merupakan rasio konversi pakan yang paling rendah dan yang paling

baik dikarenakan peningkatan bobot tubuh ikaan pada perlakuan ini menunjukkan

hasil yang paling besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Semakin tinggi

nilai FCR maka pakan yang dibutuhkan untuk pemeliharaan semakin besar

sehingga tidak efisien dalam penggunaan pakan yang tidak sebanding dengan

penambahan bobot ikan dan biaya yang dikeluarkan.

Kualitas Air

Kualitas air merupakan faktor yang penting dalam budidaya ikan karena

diperlukan sebagai media hidup ikan (Sitompul et al., 2012). Kualitas air yang

baik mampu menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Berdasarkan

Tabel 9 (Lampiran. 10) diketahui perhitungan statistik bahwa rata–rata suhu pada

masing-masing perlakuan dalam kisaran suhu antara 27oC hingga 29oC dan

kisaran suhu tersebut merupakan kisaran suhu yang termasuk dalam kategori

normal dan dalam keaadan baik. Khairuman (2007) menyatakan bahwa ikan dapat

tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 20oC hingga 30oC.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nilai pH pada suatu perairan mencirikan kesimbangan antara basa dengan

asam dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam air

(Patang, 2012). Hasil pengukuran nilai pH ditunjukkan melalui Tabel 9.

(Lampiran 10). Diketahui nilai rata–rata pH pada masing–masing perlakuan 6,7

hingga 7,5. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pH dalam wadah pemeliharaan

termasuk dalam keadaan normal. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme

air pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5 (Barus, 2004).

Berdasarkan hasil pengamatan kualitas air selama pemeliharaan di

akuarium, diperoleh rata-rata DO sebesar 6,2-7,2 mg/l yang berarti nilai oksigen

terlarut dalam air termasuk kisaran yang baik untuk kelangsungan hidup ikan.

Konsep budidaya dengan tanpa atau sedikit menggunakan pergantian air membuat

media budidaya dapat terkontrol dengan baik. Menurut Ekasari (2009) dalam

sistem akuakultur tertutup yang sedikit melakukan pergantian air, kualitas air,

pakan dan pencegahan penyakit dapat dikontrol dengan baik, sehingga ikan dapat

di pelihara dengan kepadatan yang tinggi, tumbuh dengan cepat dan seragam.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Tepung maggot memberi pengaruh yang baik apabila dicampurkan dengan

pakan komersil. Komposisi dan jumlah protein pada pakan yang telah

disesuaikan dapat mempercepat pertumbuhan berat dan panjang ikan nila.

2. Persentase pakan yang baik pada campuran tepung maggot dan pakan

komersil terdapat pada P3 yaitu dengan pencampuran 25% pakan komersil

+ 75% tepung maggot menghasilkan komposisi pakan yang efisien dan

dimanfaatkan dengan baik oleh ikan.

Saran

Perlu penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh tepung maggot tanpa

menggunakan campuran pakan komersil dan perlu dilakukan pengujian lebih

lanjut pengaruh konsentrasi tepung maggot yang optimal untuk ikan nila.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Adityana, D. 2007. Pemanfaatan Berbagai Jenis Silase Ikan Rucah pada Produksi
Biomassa Artemia Franciscana. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Afifi, I, M. 2014. Pemanfaatan Biofloc pada Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias
sp) dengan Padat Tebar Berbeda Terhadap Laju Pertumbuhan dan Survival
Rate (SR). Universitas Airlangga. Surabaya.

Ardita, N., A. Budihajo dan S. L. A. Sari. 2015. Pertumbuhan dan Rasio Konversi
Pakan Ikan Nila dengan Penambahan Probiotik. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.

Arief, M., N. Fitriani dan S. Subekti. 2014. Pengaruh Pemberian Probiotik


Berbeda Pada Pakan Komersial Terhadap Pertumbuhan Dan Efisiensi
Pakan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias Sp.). Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Airlangga. Surabaya.

Barus, T. A. 2004. Limnologi: Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. Penerbit


USU. Press. Medan.

Cahyono, B. 2001. Budidaya Ikan di Perairan Umum. Penerbit Kanisius.


Yogyakarta.

Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Penerbit Yayasan Pustaka Nusantara.


Yogyakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya


danLingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Ekasari, J. 2009. Teknologi Bioflok : Teori dan Aplikasi dalam Perikanan


Budidaya Sistem Intensif. Jurnal Akuakultur Indonesia.

Fahmi, M. R. 2015. Optimalisasi Proses Biokonversi Dengan Menggunakan Mini-


Larva Hermetia Illucens Untuk Memenuhi Kebutuhan Pakan Ikan.Balai
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias. Depok. Jawa Barat.

Husnidar.2011. Studi Pembudidayaan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Dalam


Air Tawar dan Dalam Campuran Air Tawar Dan Air
Laut.[Tesis].Universitas Sumatera Utara. Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Iskandar, R. Dan Elfaridah. 2015. Pertumbuhan Dan Efisiensi Pakan Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus) Yang Diberi Pakan Buatan Berbasis
Kiambang.Fakultas Pertanian.Universitas Achmad Yani. Banjarbaru.

Khairuman. 2007. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Penerbit Agromedia


Pustaka. Jakarta.

Khodijah, D., D. Rachmawati dan Pinandoyo. 2015. Performa Pertumbuhan


Benih Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Melalui Penambahan
Enzim Papain dalam Pakan Buatan. Journal of Aquaculture Management
And Technology. 4 (2): 35-43.

Lestari, I. D., Mulyadi dan I. Putra. 2013. Rearing of African Catfish


(Clarias gariepinus) with High Stocking Density in Bioflock Technique.
Universitas Riau. Riau.

Megawati, R. A., Muhammad, A. dan Moch. A. A. 2012. Pemberian Pakan


Dengan Kadar Serat Kasar Yang Berbeda Terhadap Daya Cerna Pakan
Pada Ikan Berlambung Dan Ikan Tidak Berlambung.Jurnal Ilmiah
Perikanan Dan Kelautan, 4 (2).

Mudjiman, A. 1989. Makanan Ikan. Penerbit PT. Penebar Swadaya. Jakarta

Mulyani, Y. S., Yulisman dan M. Fitrani. 2014. Pertumbuhan Dan Efisiensi Pakan
Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Yang Dipuasakan Secara Periodik.
Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya. Palembang.

Noviyana, P., Subandiyono Dan Pinandoyo. 2014. Pengaruh Pemberian Probiotik


Dalam Pakan Buatan Terhadap Tingkat Konsumsi Pakan Dan
Pertumbuhan Benih Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Perikanan Dan
Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang.

Nugroho, A., E. Arini dan Tita Efitasari. 2013. Pengaruh Kepadatan Yang
Berbeda Terhadap Kelulushidupan Dan Pertumbuhan Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus) Pada Sistem Resirkulasi Dengan Filter
Arang.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro.
Semarang.

Pujiastuti, N. 2015.Identifikasi dan Prevalensi Ektoparasit pada Ikan Konsumsi di


Balai Benih Ikan Siwarak.Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Rachmawati, D dan I. Samidjan. 2014. Penambahan Fitase dalam Pakan Buatan


Sebagai Upaya Peningkatan Kecernaan, Laju Pertumbuhan Spesifik dan
Kelulushidupan Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Saintek
Perikanan. 10 (1) : 48-55

Sitompul, S, O., Harpani, E., dan Putri, B. 2012. Pengaruh Kepadatan Azzolla sp
yang Berbeda terhadap Kualitas Air dan Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(Clarias gariepinus) pada Sistem Tanpa Pergantian Air. Jurnal Rekayasa
dan Teknologi Budidaya Perairan.

Suciati, R dan Hilman Faruq. 2017. Efektifitas Media Pertumbuhan Maggots


Hermetia Illucens (Lalat Tentara Hitam) Sebagai Solusi Pemanfaatan
Sampah Organik. Jurusan Pendidikan Biologi, Universitas
Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA. Jakarta Timur.

Suresh, A. V dan C. K. Lin. 1992. Effect of Stocking Density on Water Quality


andProduction of Red Tilapia in a Recirculated Water System.
Jurnal AquaculturalEngineering. (11): 1 - 22.

Wardhana, A. H. 2016. Black Soldier Fly (Hermetia Illucens) Sebagai Sumber


Protein Alternatif Untuk Pakan Ternak. Balai Besar Penelitian Veteriner.
Bogor.

Yanuar, V. 2017. Pengaruh Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda Terhadap Laju
Pertumbuhan Bennih Ikan Nila Dan Kualitas Air Di Akuarium
Pemeliharaan. Universitas Antakusuma. Pangkalan Bun.
Yuniarso, T. 2006. Peningkatan Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan dan Daya
Tahan Udang Windu (Penaeus monodon Fab.) Stadium Pl7– Pl20 Setelah
Pemberian Silase Artemia yang Telah diperkaya dengan Silase Ikan.
[Skripsi]. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Zaenuri, R., Bambang dan A. T. S. Haji. 2014. Kualitas Pakan Ikan Berbentuk
Pelet Dari Limbah Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1. Denah Penempatan Akuarium yang Berisikan Ikan Nila dengan
Masing-masing Perlakuan

P1U1 K P2U1 P3U1 P3U2

P2U3 P3U3 P1U3 P2U2 P1U2

Keterangan :

Kontrol (K) : 100% Pakan Komersil (Tanpa Perlakuan)

P1U1 : 75% Pakan Komersil + 25% Tepung Maggot (ulangan 1)

P1U2 : 75% Pakan Komersil + 25% Tepung Maggot (ulangan 2)

P1U3 : 75% Pakan Komersil + 25% Tepung Maggot(ulangan 3)

P2U1 : 50% Pakan Komersil + 50% Tepung Maggot(ulangan 1)

P2U2 : 50% Pakan Komersil + 50% Tepung Maggot(ulangan 2)

P2U3 : 50% Pakan Komersil + 50% Tepung Maggot(ulangan 3)

P3U1 : 25% Pakan Komersil + 75% Tepung Maggot(ulangan 1)

P3U2 : 25% Pakan Komersil + 75% Tepung Maggot(ulangan 2)

P3U3 : 25% Pakan Komersil + 75% Tepung Maggot(ulangan 3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2. Data dan Analisis Ragam Rata-rata Panjang (cm) Ikan Nila(Oreochromis
niloticus) Selama Penelitian

Hari ke-
Perlakuan Ulangan Δp
0 7 14 21 28 35 42 49 56
1 10,0 11,0 11,6 12,3 12,8 13,6 14,3 14,9 15,2 5,2
P1 2 10,2 11,2 11,7 12,1 12,7 13,0 13,4 13,7 15,3 5,1
3 10,1 11,3 11,6 12,3 12,7 13,1 13,8 14,7 15,9 5,8
Rata-
10,1 11,2 11,6 12,2 12,7 13,2 13,8 14,4 15,5 5,4
Rata
1 10,2 10,5 11,8 12,4 12,9 13,9 14,4 16,1 17 6,8
P2 2 9,5 11,3 11,6 12 12,7 13,2 14,3 15,5 16,4 6,9
3 9,7 11,5 12,3 12,8 13,4 14,6 15,3 15,7 16,7 7,0
Rata-
9,8 11,1 11,9 12,4 13,0 13,9 14,7 15,8 16,7 6,9
Rata
1 10,1 10,7 11,6 12,3 13,2 14,0 15,1 16,3 17,9 7,8
P3 2 10,0 11,5 11,9 12,5 13,7 14,4 15,9 16,6 17,5 7,5
3 10,2 11,4 12,4 13,1 14,3 15,0 15,9 16,8 18,5 8,3
Rata-
10,1 11,2 12,0 12,6 13,7 14,5 15,6 16,6 18,0 7,9
Rata

Laju Pertumbuhan Panjang (cm) Jumlah


Perlakuan Rata-rata
U1 U2 U3 Kelompok
P1 5,2 5,1 5,8 16,1 5,4
P2 6,8 6,9 7,0 20,7 6,9
P3 7,8 7,5 8,3 23,6 7,9
Total 60,4

FK = 60,42 = 405,351
3×3

JKT = (5,22 +5,12 + 5,82 + 6,82 + 6,92 + 7,02 + 7,82 + 7,52+ 8,32) – FK
= 10,16

JKP = (5,42 + 6,92 + 7,92) ̶ FK


3
= 9,53

JKG = JKT ̶ JKP


= 10,16 ̶ 9,53
= 0,63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2. Lanjutan

KTP = 9,53= 4,76


3

KTG = 0,63 = 0,10


6

Tabel Analisis Varians (ANOVA)


Jumlah Derajat Kuadrat Keterangan
Sumber Ftabel
Kuadrat Bebas Tengah Fhitung
Keragaman (SK)
(JK) (db) (KT) 0.05 0.01
Perlakuan 9,53 2 4,76 **
45,16 5,14 10,92
Galat Percobaan 0,633 6 0,10
Total 7,58 8 KK = 4,76%
** = Berpengaruh sangat nyata (F-Hitung > F-Tabel)

Koefisien Keragaman (KK)

KK = √𝐾𝑇𝐺 × 100%
y
= √0,042 × 100%
6,3
= 4,76% (dilakukan uji lanjut BNT)

Uji Lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil)

Diperoleh dengan Rumus BNT 𝛼= t (𝛼.DbG) . √2𝐾𝑇𝐺 / r

KTG = 0,10
V =6
R =3
T (0,05)= 5,14
T (0,01)= 10,92
2𝐾𝑇𝐺
Sd =√ 𝑟

= 0,258
BNT 0,05 = 1,32
BNT 0,01 = 2,81

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2. Lanjutan
Perlakuan Rerata Notasi
P1 5,4 a
P2 6,9 ab
P3 7,9 bc
 Perlakuan yang diikuti dengan huruf berbeda memiliki perbedaan yang
signifikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3. Hasil SPSS Panjang Ikan Nila

Means
Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

H7 * Perlakuan 87 96,7% 3 3,3% 90 100,0%


H14 * Perlakuan 85 94,4% 5 5,6% 90 100,0%
H21 * Perlakuan 85 94,4% 5 5,6% 90 100,0%
H28 * Perlakuan 83 92,2% 7 7,8% 90 100,0%
H35 * Perlakuan 79 87,8% 11 12,2% 90 100,0%
H42 * Perlakuan 73 81,1% 17 18,9% 90 100,0%
H49 * Perlakuan 65 72,2% 25 27,8% 90 100,0%
H56 * Perlakuan 61 67,8% 29 32,2% 90 100,0%

Report

Perlakuan H7 H14 H21 H28 H35 H42 H49 H56

Mean 11,1778 11,6320 12,2360 12,7348 13,2381 13,8550 14,4333 15,4667


P1
Std. Error of Mean ,02407 ,00952 ,01904 ,01015 ,05793 ,08350 ,12732 ,07497
Mean 11,1000 11,9000 12,4000 13,0000 13,9000 14,6920 15,7667 16,7000
P2
Std. Error of Mean ,08023 ,05467 ,06065 ,05467 ,10986 ,09344 ,05578 ,05941
Mean 11,2000 11,9667 12,6333 13,7333 14,4483 15,6143 16,5654 17,9880
P3
Std. Error of Mean ,06609 ,06128 ,06312 ,08351 ,07666 ,07377 ,04186 ,08492
Mean 11,1586 11,8447 12,4341 13,1916 13,9253 14,8164 15,7169 16,8639
Total
Std. Error of Mean ,03651 ,03260 ,03568 ,05867 ,07412 ,09626 ,11585 ,14252

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3. lanjutan

ANOVA Table

Sum of df Mean F Sig.


Squares Square

Between Groups (Combined) ,164 2 ,082 ,704 ,498

H7 * Perlakuan Within Groups 9,807 84 ,117

Total 9,971 86
Between Groups (Combined) 1,669 2 ,835 11,557 ,000

H14 * Perlakuan Within Groups 5,921 82 ,014


Total 7,590 84
Between Groups (Combined) 2,207 2 1,103 13,143 ,000

H21 * Perlakuan Within Groups 6,884 82 ,031


Total 9,091 84
Between Groups (Combined) 14,705 2 7,353 67,464 ,000

H28 * Perlakuan Within Groups 8,719 80 ,012


Total 23,424 82
Between Groups (Combined) 17,867 2 8,934 42,483 ,000
H35 * Perlakuan Within Groups 15,982 76 ,021
Total 33,849 78
Between Groups (Combined) 36,698 2 18,349 107,017 ,000
H42 * Perlakuan Within Groups 12,002 70 ,015
Total 48,700 72
Between Groups (Combined) 48,426 2 24,213 202,714 ,000

H49 * Perlakuan Within Groups 7,406 62 ,011


Total 55,831 64
Between Groups (Combined) 67,214 2 33,607 273,520 ,000

H56 * Perlakuan Within Groups 7,126 58 ,023

Total 74,341 60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3. Lanjutan
Post Hoc Tests

H7
Duncana,b

Perlakuan N Subset for


alpha = 0.05

P2 30 11,1000
P1 27 11,1778
P3 30 11,2000
Sig. ,299

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
28,929.
b. The group sizes are unequal. The
harmonic mean of the group sizes is used.
Type I error levels are not guaranteed.

H14
Duncana,b

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2

P1 25 11,6320
P2 30 11,9000
P3 30 11,9667
Sig. 1,000 ,355

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 28,125.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean
of the group sizes is used. Type I error levels are not
guaranteed.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3. Lanjutan
H28
Duncana,b

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

P1 23 12,7348
P2 30 13,0000
P3 30 13,7333
Sig. 1,000 1,000 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 27,237.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the
group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

H35
Duncana,b

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

P1 21 13,2381
P2 29 13,9000
P3 29 14,4483
Sig. 1,000 1,000 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 25,732.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the
group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

H42
Duncana,b

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

P1 20 13,8550
P2 25 14,6920
P3 28 15,6143
Sig. 1,000 1,000 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 23,864.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the
group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3. Lanjutan
H49
Duncana,b

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

P1 18 14,4333
P2 21 15,7667
P3 26 16,5654
Sig. 1,000 1,000 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 21,181.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the
group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
H56
Duncana,b

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

P1 18 15,4667
P2 18 16,7000
P3 25 17,9880
Sig. 1,000 1,000 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 19,853.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the
group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4. Data dan Analisis Ragam Rata-rataBerat(gram) Ikan Nila Selama Penelitian
Hari ke-
Perlakuan Ulangan Berat Δb
7 14 21 28
awal 35 42 49 56
1 10,8 12,9 14,9 17,1 19,2 21,3 23,4 25,5 26,9 16,1
P1 2 10,5 12,8 14,6 16,5 18,6 20,7 22,8 24,9 26,2 15,7
3 12,5 14,7 16,8 19,1 21,2 23,3 25,4 27,5 28,8 16,3
Rata-
11,3 13,5 15,4 17,6 19,7 21,8
Rata 23,9 26,0 27,3 16,0
1 10,8 14 15,2 17,3 19,4 21,5 23,6 25,7 29,2 18,4
P2 2 11,0 14,2 16,5 18,6 20,7 22,8 24,9 25,0 28,2 17,2
3 11,6 14 16,9 19 20,1 22,2 24,3 25,4 28,7 17,1
Rata-
11,1 14,1 16,2 18,3 20,1 22,2
Rata 24,3 25,4 28,7 17,6
1 11,2 14 17,3 19,4 22,5 25,6 27,7 28,8 29,3 18,1
P3 2 11,0 14,1 17,2 20,3 23,4 26,5 28,6 29,7 30,6 19,6
3 11,5 14,2 17,1 20,2 23,3 26,4 28,5 29,6 30,7 19,2
Rata-
11,2 14,1 17,2 20,0 23,1 26,2
Rata 28,3 29,4 30,2 19,0

Laju Pertumbuhan Berat (gram) Jumlah


Perlakuan Rata-rata
U1 U2 U3 Kelompok
P1 16,1 15,7 16,3 48,1 16,03
P2 18,4 17,2 17,1 52,7 17,56
P3 18,1 19,6 19,2 56,9 18,96
Total 157,7

FK = 157,72 = 2763,25
3×3

JKT = (16,12 + 15,72 + 16,32 + 18,42 + 17,22+ 17,22 + 17,12+ 18,12 +


19,62+19,22) – FK
= 15,35

JKP = (48,12 + 52,72+ 56,92) ̶ FK


3
= 12,91

JKG = JKT ̶ JKP


= 2,44

KTP = 12,91 = 4,3


3

KTG = 2,44 = 0,406


6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4. Lanjutan
Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Keterangan
Ftabel
Keragaman Kuadrat Bebas Tengah Fhitung
(SK) (JK) (db) (KT) 0.05 0.01
Perlakuan 39,58 2 19,78 **
Galat 6 30,44 5,14 10,92
10,42 0,65
Percobaan
Total 50 8 KK = 4,59%
** = Berpengaruh sangat nyata (F-Hitung > F-Tabel)

Koefisien Keragaman (KK)

KK = √𝐾𝑇𝐺 × 100%
y
= √0,65 × 100%
19
= 4,59 % (dilakukan uji lanjut BNT)

Uji Lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil)

Diperoleh dengan Rumus BNT 𝛼= t (𝛼.DbG) . √2𝐾𝑇𝐺 / r

KTG = 0,65
V =6
R =3
T (0,05)= 5,14
T (0,01)= 10,92
2𝐾𝑇𝐺
Sd =√ 𝑟

= 0,658
BNT 0,05 = 3,38
BNT 0,01 = 7,18
Lampiran 2. Lanjutan
Perlakuan Rerata Notasi
P1 16 a
P2 17,6 bc
P3 19 c
 Perlakuan yang diikuti dengan huruf berbeda memiliki perbedaan yang
signifikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5. Hasil SPSS Berat Ikan Nila

Means
Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

H7 * PERLAKUAN 87 96,7% 3 3,3% 90 100,0%


H14 * PERLAKUAN 85 94,4% 5 5,6% 90 100,0%
H21 * PERLAKUAN 85 94,4% 5 5,6% 90 100,0%
H28 * PERLAKUAN 83 92,2% 7 7,8% 90 100,0%
H35 * PERLAKUAN 79 87,8% 11 12,2% 90 100,0%
H42 * PERLAKUAN 73 81,1% 17 18,9% 90 100,0%
H49 * PERLAKUAN 65 72,2% 25 27,8% 90 100,0%
H56 * PERLAKUAN 61 67,8% 29 32,2% 90 100,0%

Report

PERLAKUAN H7 H14 H21 H28 H35 H42 H49 H56

Mean 15,0319 17,1320 19,1120 21,0491 23,5438 25,3520 27,4300 30,2100

P1 N 27 25 25 23 21 20 18 18

Std. 1,00419 ,89519 ,23274 ,69380 ,16403 ,51352 ,51703 ,95428


Mean 15,3667 18,2000 21,3800 23,5000 25,6324 27,8044 29,9733 32,4700
P2 N 30 30 30 30 29 25 21 18
Std. ,14296 ,05988 ,02994 ,02994 ,09429 ,13134 ,12559 ,44742
Mean 15,5700 18,1433 21,3200 24,1067 27,1069 30,2071 33,2362 35,7928
P3 N 30 30 30 30 29 28 26 25
Std. ,12063 ,21597 ,24593 ,60790 1,03333 ,37775 ,82203 ,00980
Mean 15,3329 17,8659 20,6918 23,0401 25,6185 28,0541 30,5742 33,1649

Total N 87 85 85 83 79 73 65 61

Std. Mean ,60426 ,68845 1,04381 1,36585 1,54142 1,99534 2,47335 2,44060

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5. Lanjutan
ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 4,168 2 2,084 6,428 ,003

H7 Within Groups 27,233 84 ,324

Total 31,401 86
Between Groups 19,123 2 9,561 37,896 ,000
H14 Within Groups 20,689 82 ,022
Total 39,812 84
Between Groups 88,442 2 44,221 1177,310 ,000
H21 Within Groups 3,080 82 ,031
Total 91,522 84
Between Groups 131,643 2 65,822 246,839 ,000
H28 Within Groups 21,333 80 ,024
Total 152,976 82
Between Groups 154,641 2 77,321 191,508 ,000
H35 Within Groups 30,685 76 ,044
Total 185,326 78
Between Groups 277,382 2 138,691 1046,488 ,000
H42 Within Groups 9,277 70 ,021
Total 286,659 72
Between Groups 369,766 2 184,883 526,943 ,000
H49 Within Groups 21,753 62 ,034
Total 391,519 64
Between Groups 338,504 2 169,252 519,764 ,000

H56 Within Groups 18,887 58 ,032

Total 357,391 60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5. Lanjutan

Post Hoc Tests

H7
Duncana,b

PERLAKUAN N Subset for alpha = 0.05

1 2

P1 27 15,0319
P2 30 15,3667
P3 30 15,5700
Sig. 1,000 ,178

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 28,929.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of
the group sizes is used. Type I error levels are not
guaranteed.

H14
Duncana,b

PERLAKUAN N Subset for alpha = 0.05

1 2

P1 25 17,1320
P3 30 18,1433
P2 30 18,2000
Sig. 1,000 ,673

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 28,125.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of
the group sizes is used. Type I error levels are not
guaranteed.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5. Lanjutan

H21
Duncana,b

PERLAKUAN N Subset for alpha = 0.05

1 2

P1 25 19,1120
P3 30 21,3200
P2 30 21,3800
Sig. 1,000 ,249

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 28,125.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of
the group sizes is used. Type I error levels are not
guaranteed.

H28
Duncana,b

PERLAKUAN N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

P1 23 21,0491
P2 30 23,5000
P3 30 24,1067
Sig. 1,000 1,000 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 27,237.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the
group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5. Lanjutan

H35
Duncana,b

PERLAKUAN N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

P1 21 23,5438
P2 29 25,6324
P3 29 27,1069
Sig. 1,000 1,000 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 25,732.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the
group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

H42
Duncana,b

PERLAKUAN N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

P1 20 25,3520
P2 25 27,8044
P3 28 30,2071
Sig. 1,000 1,000 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 23,864.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the
group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5. Lanjutan
H49
Duncana,b

PERLAKUAN N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

P1 18 27,4300
P2 21 29,9733
P3 26 33,2362
Sig. 1,000 1,000 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 21,181.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the
group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

H56
Duncana,b

PERLAKUAN N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

P1 18 30,2100
P2 18 32,4700
P3 25 35,7928
Sig. 1,000 1,000 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 19,853.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the
group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 6. Data Analisis Rata – rata Kelangsungan Hidup Ikan Nila Selama
Penelitian
Jumlah Hari ke- Jumlah
Perlakuan Ulangan awal akhir SR (%)
(ekor) 0 7 14 21 28 35 42 49 56 (ekor)
1 10 0 2 0 0 1 0 0 1 0 6 60
P1 2 10 0 1 1 0 1 1 0 0 0 6 60
3 10 0 1 0 1 0 0 1 0 0 7 70
Jumlah 30 0 4 1 1 2 1 1 1 0 19 190

Rerata 63,33
1 10 0 1 0 1 0 1 0 0 0 7 50
P2 2 10 0 0 1 0 1 0 1 0 0 7 70
3 10 0 1 1 0 0 0 0 0 0 8 80
Jumlah 30 0 2 2 1 1 1 1 0 0 22 200

Rerata 66,67
1 10 0 1 0 0 0 0 1 0 0 8 80
P3 2 10 0 1 0 0 1 0 0 0 0 8 80
3 10 0 1 0 1 0 1 0 0 0 7 70
Jumlah 30 0 3 0 1 1 1 1 1 0 23 230

Rerata 76,67

Jumlah Rata- rata


Perlakuan
U1 U2 U3 Kelompok
P1 60 60 70 190 63,33%
P2 50 70 80 200 66,67%
P3 80 80 70 230 76,67%
Total 190 210 220 620

FK = 6202 = 42.711
3×3

JKT = (602 +602 + 702 + 502 + 702+ 802 + 802+ 802 + 702) – FK
= 889

JKP = (1902 + 2002+ 2302) ̶ FK


3
= 28,763

JKG = JKT ̶ JKP


= 860,237

KTP = 28,763 = 9,58


3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 6. Lanjutan

KTG = 860,237 = 143,37


6

Analisis Variansi (ANOVA)


Jumlah Derajat Kuadrat F Tabel Keterangan
Sumber Variansi Kuadrat Bebas Tengah FHitung
0,05 0,01
Perlakuan 28,763 2 9,58 ns
Galat 860,237 6 143,37 1,37 5,14 10,92
Total 889 8
tn = Tidak berpengaruh nyata (F-Hitung < F-Tabel)

Tidak uji lanjut BNT (Uji Beda Nyata Terkecil)

Koefisien Keragaman (KK)

KK = √𝐾𝑇𝐺 × 100%
y
= √143,37 × 100%
81.977
= 13,22 %

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 7. Teknik Perhitungan Pakan

Protein Basal
Dedak Padi: 13% 11%

Kandungan
Protein yang
diinginkan
dikurangi hasilnya

33%

Protein Suplemen 20%+


T. Maggot: 44% 31%

11% ×100
 Dedak Padi = = 35%
31

20% ×100
 T. Maggot = = 65%
31

Teknik Perhitungan Campuran Tepung Maggot dan Dedak

P1U1 (Campuran Tepung Maggot 25%)


25
Dedak Padi = 100 x 35% = 0,25 x 350 = 87,5 gr

25
Tepung Udang = 100 x 65% = 0,25 x 650 = 162,5 gr

P2U1 (Campuran Tepung Maggot 50%)


50
Dedak Padi = 100 x 35% = 0,5 x 350 = 175 gr
50
Tepung Maggot = 100 x 65 = 0,5 x 650 = 325 gr

P3U1 (Campuran Tepung Maggot 75%)


75
Dedak Padi = 100 x 35% = 0,75 x 350 = 262,5 gr
75
Tepung Maggot = 100 x 65% = 0,75 x 650 = 487,5 gr

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 7. Lanjutan

Cara mencari pengurangan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


Persen pakan yang digunakan


× Kandungan protein
100

Pakan Komersil + Tepung Maggot

75 25
Perlakuan P1 (100 × 33) + (100 × 33) = 33

24,75 + 8,25 = 33

Pakan Komersil + Tepung Maggot

50 50
Perlakuan P2 (100 × 33) + (100 × 33) = 33

16,5 + 16,5 = 33

Pakan Komersil + Tepung Maggot

25 75
Perlakuan P3 (100 × 33) + (100 × 33) = 33

8,25 + 24,75 = 33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 8. Jumlah Pemberian Pakan Menurut Perlakuan Selama Penelitian
(56 hari)
Rata- Pakan
rata Harian Pakan Pukul
Perlakuan Ulangan Hari Biomassa
Berat (1 7 Hari
(g) Hari) 09.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB
1 15,38 123,04 6,15 43,06 2,05 2,05 2,05
7 17,41 139,28 6,96 48,75 2,32 2,32 2,32
14 19,44 155,52 7,78 54,43 2,59 2,59 2,59
21 21,54 150,78 7,54 52,77 2,51 2,51 2,51
P1 U1
28 23,66 165,62 8,28 57,97 2,76 2,76 2,76
35 25,71 179,97 9,00 62,99 3,00 3,00 3,00
42 27,76 166,56 8,33 58,30 2,78 2,78 2,78
49 30,81 184,86 9,24 64,70 3,08 3,08 3,08
Total 63,28 442,97

Rata- Pakan
rata Harian Pakan Pukul
Perlakuan Ulangan Hari Biomassa
Berat (1 7 Hari
(g) Hari) 09.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB
1 13,68 123,12 6,16 43,09 2,05 2,05 2,05
7 15,90 127,20 6,36 44,52 2,12 2,12 2,12
14 18,91 151,28 7,56 52,95 2,52 2,52 2,52
21 21,55 150,85 7,54 52,80 2,51 2,51 2,51
P1 U2
28 23,68 142,08 7,10 49,73 2,37 2,37 2,37
35 25,73 154,38 7,72 54,03 2,57 2,57 2,57
42 27,81 166,86 8,34 58,40 2,78 2,78 2,78
49 30,92 185,52 9,28 64,93 3,09 3,09 3,09
Rataan 60,06 420,45

Rata- Pakan
rata Harian Pakan Pukul
Perlakuan Ulangan Hari Biomassa
Berat (1 7 Hari
(g) Hari) 09.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB
1 15,97 143,73 7,19 50,31 2,40 2,40 2,40
7 17,98 161,82 8,09 56,64 2,70 2,70 2,70
14 19,00 152,00 7,60 53,20 2,53 2,53 2,53
21 20,12 160,96 8,05 56,34 2,68 2,68 2,68
P1 U3
28 23,34 186,72 9,34 65,35 3,11 3,11 3,11
35 24,67 172,69 8,63 60,44 2,88 2,88 2,88
42 26,72 187,04 9,35 65,46 3,12 3,12 3,12
49 28,90 202,30 10,12 70,81 3,37 3,37 3,37
Rataan 68,36 478,54

Rata- Pakan
rata Harian Pakan Pukul
Perlakuan Ulangan Hari Biomassa
Berat (1 7 Hari
(g) Hari) 09.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB
P2 U1 1 15,56 140,04 7,00 49,01 2,33 2,33 2,33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7 18,22 163,98 8,20 57,39 2,73 2,73 2,73
14 21,37 170,96 8,55 59,84 2,85 2,85 2,85
21 23,49 187,92 9,40 65,77 3,13 3,13 3,13
28 25,56 178,92 8,95 62,62 2,98 2,98 2,98
35 27,78 194,46 9,72 68,06 3,24 3,24 3,24
42 29,82 208,74 10,44 73,06 3,48 3,48 3,48
49 31,91 223,37 11,17 78,18 3,72 3,72 3,72
Rataan 73,42 513,94

Rata- Pakan
rata Harian Pakan Pukul
Perlakuan Ulangan Hari Biomassa
Berat (1 7 Hari
(g) Hari) 09.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB
1 15,23 152,30 7,62 53,31 2,54 2,54 2,54
7 18,12 163,08 8,15 57,08 2,72 2,72 2,72
14 21,35 192,15 9,61 67,25 3,20 3,20 3,20
21 23,54 188,32 9,42 65,91 3,14 3,14 3,14
P2 U2
28 25,76 206,08 10,30 72,13 3,43 3,43 3,43
35 27,98 195,86 9,79 68,55 3,26 3,26 3,26
42 30,12 210,84 10,54 73,79 3,51 3,51 3,51
49 32,97 230,79 11,54 80,78 3,85 3,85 3,85
Rataan 76,97 538,80

Rata- Pakan
rata Harian Pakan Pukul
Perlakuan Ulangan Hari Biomassa
Berat (1 7 Hari
(g) Hari) 09.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB
1 15,31 137,79 6,89 48,23 2,30 2,30 2,30
7 18,26 146,08 7,30 51,13 2,43 2,43 2,43
14 21,42 171,36 8,57 59,98 2,86 2,86 2,86
21 23,47 187,76 9,39 65,72 3,13 3,13 3,13
P2 U3
28 25,57 204,56 10,23 71,60 3,41 3,41 3,41
35 27,67 221,36 11,07 77,48 3,69 3,69 3,69
42 29,98 239,84 11,99 83,94 4,00 4,00 4,00
49 32,53 260,24 13,01 91,08 4,34 4,34 4,34
Rataan 78,45 549,15

Rata- Pakan
rata Harian Pakan Pukul
Perlakuan Ulangan Hari Biomassa
Berat (1 7 Hari
(g) Hari) 09.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB
1 15,72 141,48 7,07 49,52 2,36 2,36 2,36
7 18,15 163,35 8,17 57,17 2,72 2,72 2,72
14 21,35 192,15 9,61 67,25 3,20 3,20 3,20
P3 U1
21 23,44 210,96 10,55 73,84 3,52 3,52 3,52
28 27,67 249,03 12,45 87,16 4,15 4,15 4,15
35 30,67 245,36 12,27 85,88 4,09 4,09 4,09

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42 33,77 270,16 13,51 94,56 4,50 4,50 4,50
49 35,80 286,40 14,32 100,24 4,77 4,77 4,77
Rataan 87,94 615,61

Rata- Pakan
rata Harian Pakan Pukul
Perlakuan Ulangan Hari Biomassa
Berat (1 7 Hari
(g) Hari) 09.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB
1 15,56 140,04 7,00 49,01 2,33 2,33 2,33
7 17,88 160,92 8,05 56,32 2,68 2,68 2,68
14 21,01 189,09 9,45 66,18 3,15 3,15 3,15
21 23,99 191,92 9,60 67,17 3,20 3,20 3,20
P3 U2
28 27,90 223,20 11,16 78,12 3,72 3,72 3,72
35 29,78 238,24 11,91 83,38 3,97 3,97 3,97
42 33,88 271,04 13,55 94,86 4,52 4,52 4,52
49 35,98 287,84 14,39 100,74 4,80 4,80 4,80
Rataan 85,11 595,80

Rata- Pakan
rata Harian Pakan Pukul
Perlakuan Ulangan Hari Biomassa
Berat (1 7 Hari
(g) Hari) 09.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB
1 15,43 138,87 6,94 48,60 2,31 2,31 2,31
7 18,40 165,60 8,28 57,96 2,76 2,76 2,76
14 21,60 172,80 8,64 60,48 2,88 2,88 2,88
21 24,89 199,12 9,96 69,69 3,32 3,32 3,32
P3 U3
28 25,60 179,20 8,96 62,72 2,99 2,99 2,99
35 30,12 210,84 10,54 73,79 3,51 3,51 3,51
42 32,12 224,84 11,24 78,69 3,75 3,75 3,75
49 35,78 250,46 12,52 87,66 4,17 4,17 4,17
Rataan 77,09 539,61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 9. Feeding Convention Rate (FCR) Ikan Nila

Perlakuan Ulangan Berat ∆b Total Jumlah Pakan FCR


Awal Akhir ikan per
akhir ekor
P1 1 15,38 30,81 15,43 442,97 6
2 13,68 30,92 17,24 420,45 6
3 15,97 28,9 12,93 478,54 7 23,54 1,50
Total 45,03 90,63 45,60 1341,96 19
Rata-rata 15,01 30,21 15,20 447,32
P2 1 15,56 31,91 16,35 513,94 7
2 15,23 32,97 17,74 538,80 7
3 15,31 32,53 17,22 549,15 8 24,27 1,41
Total 46,1 97,41 51,31 1601,89 22
Rata-rata 15,37 32,47 17,10 533,96
P3 1 15,72 35,80 20,08 615,61 8
2 15,56 35,98 20,42 595,80 8
3 15,43 35,78 20,35 593,61 7 26,16 1,20
Total 46,71 107,56 60,85 1805,02 23
Rata-rata 15,57 35,85 20,28 601,67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 10. Data Kualitas Air Menurut Perlakuan Selama Penelitian (56 hari)

Suhu Hari Ke- pH Hari Ke- DO (Ml/l) Hari Ke-


Perlakuan Ulangan
0 7 14 28 35 42 49 56 0 7 14 28 35 42 49 56 0 7 14 28 35 42 49 56
1 28 27 27 27 27,8 27 27 27 7,2 7,2 7,3 7,5 6,5 6,6 6,6 6,6 6,8 6,5 6,7 6,6 6,7 6,8 6,9 6,9
P1 2 27 28 28 28 28 28 28 28 7,3 7,3 7,3 7,4 7,1 6,7 6,6 6,7 6,5 6,5 6,6 6,5 6,7 6,8 6,4 6,2
3 28 27 27 27 27 27 27 27 7,2 7,3 7,2 7,3 6,4 6,5 6,6 6,7 6,5 6,6 6,6 6,5 6,6 6,8 6,8 6,5
1 28 28 28 29 28 28 27 28 7,5 7,6 7,5 7,5 6,5 6,6 6,7 6,7 6,6 6,9 6,1 6,1 6,9 6,9 6,5 6,1
P2 2 28 27 28 29 28 28 28 28 7,6 7,5 7,5 7,5 7,0 6,5 6,6 6,7 6,7 6,7 6,9 6,4 6,6 6,6 6,7 6,5
3 27 28 27 28 27 27 28 28 7,5 7,5 7,5 7,6 6,5 6,6 6,6 6,7 6,6 6,5 6,7 6,9 6,8 6,7 6,7 6,8
1 28 28 27 27 27 27 28 28 7,5 7,5 7,5 7,5 7,1 6,7 6,7 6,8 6,5 6,3 6,7 6,4 6,1 6,1 6,4 6,6
P3 2 29 28 27 28 27 27 27 28 7,5 7,5 7,5 7,5 6,6 6,6 6,7 6,8 6,4 6,5 6,6 6,7 6,7 6,6 6,1 6,2
3 28 27 28 27 28 28 29 29 7,6 7,7 7,7 7,8 6,9 6,9 6,9 6,8 6,6 6,3 6,3 6,3 6,6 6,8 6,2 6,6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 11. Alat dan Bahan

Akuarium Timbangan Analitik

pH Meter DO Meter

Kertas Milimeter Block Aerator

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 11. Lanjutan

Jaring Ember

Mesin Penggilingan Kertas Lebel

Aquadest Air Pengendapan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 11. Lanjutan

Maggot Basah Tepung Maggot

Tepung Pakan Komersil Dedak Padi

Progol Penimbangan Tepung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 11. Lanjutan

Pencetakan Pelet Pencetakan Pelet

Pelet Pelet P1

Pelet P2 Pelet P3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 11. Lanjutan

Penimbangan Ikan Nila Pengukuran Panjang Ikan Nila

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai