Kerangka Pemikiran
2 TINJAUAN PUSTAKA
Rumput laut Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu jenis alga merah
(Rhodophyceae). Karena karaginan yang dihasilkan termasuk fraksi kappa-
karaginan, maka jenis ini secara taksonomi disebut Kappaphycus alvarezii.
Namun nama cottonii umumnya lebih dikenal dan biasa dipakai dalam dunia
perdagangan nasional maupun internasional untuk rumput laut jenis ini.
Klasifikasi Kappaphycus alvarezii menurut Doty (1985) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Archaeplastida (Plantae)
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieracea
Genus : Eucheuma
Species : Kappaphycus alvarezii
4
Rumput laut memiliki dua macam pola reproduksi, yaitu: (1) reproduksi
seksual yang terdiri dari tiga tipe yakni haplobiontik, haplobiontik diploid dan
diplobiontik. Haplobiontik yaitu hanya satu individu bebas yang terlibat dalam
daur hidup. Haplobiontik diploid, dalam hal ini individu yang melakukan daur
hidup adalah diploid. Proses reproduksi diplobiontik, melibatkan dua individu
yang terlibat dalam daur hidupnya, yaitu gametofit haploid yang menghasilkan
gamet dan sporofit diploid yang menghasilkan spora. Pertemuan antara dua gamet
(jantan dan betina) akan membentuk zigot yang kemudian berkembang menjadi
sporofit. Individu baru inilah yang mengeluarkan spora dan berkembang melalui
meiosis dalam sporagenesis menjadi gametofit; dan (2) reproduksi aseksual yakni
pembentukan suatu individu baru rumput laut melalui pembelahan sel dan
fragmentasi (Susanto dan Abdillah 2008).
adanya pigmen fikoeritrin yang berperan sebagai pigmen pelengkap dan mampu
menyerap cahaya biru-hijau yang banyak tersedia pada lapisan tersebut (Dawes
1981).
Panen
Umur panen sangat berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas rumput laut
yang dihasilkan. Pemanenan dilakukan pada saat rumput laut dianggap cukup
matang dengan kandungan polisakarida maksimum, yaitu setelah 6-8 minggu
pemeliharaan. Lama pemeliharaan ini sangat erat kaitannya dengan lokasi, jenis
rumput laut serta metode budidaya. Rumput laut K. alvarezii mencapai bobot
tertingginya pada hari ke-42 hingga 45 dan setelahnya akan cenderung menurun,
hal ini disebabkan oleh massa rumput laut yang semakin berat sehingga mudah
rontok ketika terkena arus dan gelombang air (Atmawinata 2012; Hamid 2009;
Sadaruddin 2011). Demikian juga halnya dengan kandungan karaginan dari
rumput laut K. alvarezii yang optimum diperoleh pada umur panen 45 hari
(Atmawinata 2012; Sadaruddin 2011).
Suhu
Suhu perairan erat kaitannya dengan laju fotosintesis disamping cahaya dan
kandungan nutrien di perairan (Dawes 1981). Persyaratan suhu perairan yang
cocok untuk budidaya K. alvarezii berkisar antara 26-32 oC dan dengan fluktuasi
suhu yang rendah antara malam dan siang hari (SNI 2010).
Arus
Arus dapat berpengaruh dalam kegiatan budidaya, baik pengaruh baik
maupun pengaruh buruk. Pengaruh baiknya yaitu rumput laut memerlukan arus
6
Salinitas
Salinitas untuk pertumbuhan K. alvarezii yang optimum berkisar 28-34 o/oo.
Oleh sebab itu, lokasi budidaya harus jauh dari limpahan air tawar (muara sungai)
(SNI 2010), agar terhindar dari fluktuasi salinitas yang tinggi, karena dapat
mempengaruhi proses fisiologisnya, termasuk dalam hal ini adalah laju
fotosintesis K. alvarezii (Dawes 1981).
pH
Derajat keasamaan atau pH merupakan salah satu faktor penting dalam
kehidupan K. alvarezii. Kisaran pH yang optimum untuk menunjang
kelangsungan hidup K. alvarezii adalah 7-8.5 (SNI 2010).
Kedalaman
Kedalaman air untuk usaha budidaya rumput laut berkisar 2-15 meter pada
saat surut terendah (SNI 2010). Kondisi ini untuk menghindari rumput laut
kekeringan pada saat surut dan mengoptimalkan perolehan cahaya matahari
(Aslan 1998).
Unsur hara
Rumput laut memerlukan unsur hara sebagai bahan baku dalam proses
fotosintesisnya. Unsur utama yang dibutuhkan oleh rumput laut adalah fosfor
dalam bentuk fosfat (PO4) dan nitrogen dalam bentuk nitrat (NO3) untuk
kelangsungan hidupnya (Effendi 2000).
Nitrat dan amonium adalah sumber nitrogen utama di perairan. Akan tetapi
amonium lebih disukai oleh tumbuhan sebagai sumber nitrogen. Kadar nitrat di
perairan yang tidak tercemar, biasanya lebih tinggi dari amonium. Aslan (1998),
menyebutkan bahwa kadar nitrat terendah untuk pertumbuahan alga berkisar 0.3-
0.9 mg/L.
7
Unsur hara penting lainnya yang dibutuhkan oleh rumput laut adalah fosfat.
Kisaran fosfat yang optimum untuk pertumbuhan rumput laut adalah 0.051-1.00
ppm (Indriani dan Sumiarsih 2004). Wetzel (1975) menyebutkan bahwa ortofosfat
adalah bentuk fosfor yang dimanfaatkan langsung oleh tumbuhan akuatik dan
keberadaannya dapat menetukan klasifikasi lingkungan perairan. Kadar ortofosfat
0.003-0.01 mg/L merupakan perairan dengan tingkat kesuburan rendah, 0.011-
0.03 mg/L tergolong sedang dan 0.031-0.1 mg/L tergolong perairan dengan
tingkat kesuburan yang tinggi.
Tabel 1 Jenis pigmen dan panjang gelombang dalam penyerapan cahaya pada
proses fotosintesis (Luning 1990)
Karaginan berasal dari getah rumput laut yang terdapat dalam dinding sel
atau matrik intraseluler dan merupakan salah satu hasil fotosintesisnya (Distantina
et al. 2011). Salah satu penentu kualitas fotosintesis rumput laut adalah
kandungan sulfat pada rumput laut. Sulfat dalam rumput laut merupakan
komponen yang berperan dalam pembentukan flavor, pigmen dan garam-garam
mineral. Namun pada saat pengadaan komponen primer rumput laut (agar dan
karaginan), tingginya kadar sulfat akan berdampak negatif bagi kualitas karaginan
(Suptijah 2012). Dengan perlakuan kedalaman, diharapkan pemanfaatan sulfat
oleh rumput laut semakin tinggi untuk dikonversi dalam proses metabolisme,
sehingga kandungan sulfat yang tersimpan didalamnya redah, namun kemampuan
laju pertumbuhannya tetap optimum.
Karaginan merupakan hidrokoloid yang terutama terdiri dari ester sulfat
amonium, kalsium, magnesium, kalium dan natrium dari galaktosa dan 3.6-
anhidrogalaktosa polisakarida (FAO 2001). Karaginan juga merupakan komponen
penyusun terbesar dari berat kering rumput laut dibandingkan dengan komponen
lain. Karaginan diperoleh melalui ekstraksi ganggang merah (Rhodophyceae)
menggunakan air panas atau larutan alkali panas (Distantina et al. 2011).
Karaginan dibagi menjadi 3 fraksi berdasarkan unit penyusunnya yaitu
kappa, iota dan lambda karaginan. Kappa karaginan tersusun dari (1.3)-D-
galaktosa-4-sulfat dan (1.4)-3.6-anhidro-D-galaktosa. Kappa karaginan juga
sering ditemukan mengandung D-galaktosa-6-sulfat ester dan 3.6-anhidro-D-
galaktosa-2-sulfat ester. Adanya gugusan 6-sulfat, dapat menurunkan daya gelasi
dari karaginan, tetapi dengan pemberian alkali mampu menyebabkan terjadinya
transeliminasi gugusan 6-sulfat, yang menghasilkan 3.6-anhidro-D-galaktosa.
Dengan demikian derajat keseragaman molekul meningkat dan daya gelasinya
juga bertambah. Iota karaginan ditandai dengan adanya 4-sulfat ester pada setiap
residu D-glukosa dan gugusan 2-sulfat ester pada setiap gugusan 3.6-anhidro-D-
galaktosa. Gugusan 2-sulfat ester tidak dapat dihilangkan oleh proses pemberian
alkali seperti kappa karaginan. Iota karaginan mengandung beberapa gugusan 6-
sulfat ester yang menyebabkan kurangnya keseragaman molekul yang dapat
dihilangkan dengan pemberian alkali. Lambda karaginan berbeda dengan kappa
dan iota karaginan, karena memiliki residu disulfat (1-4) D-galaktosa, sedangkan
kappa dan iota karaginan selalu memiliki gugus 4-fosfat ester (Imeson 2000).
Saat ini jenis karagenan kappa utamanya diperoleh dari rumput laut tropis
Kappaphycus alvarezii. Rumput laut Eucheuma denticulatum atau Eucheuma
spinosum adalah spesies yang menghasilkan jenis karagenan iota. Karagenan
lamda diproduksi dari rumput laut Gigartina dan Condrus (Van de Velde et al.
2002).
Metode ekstraksi
Karaginan umumnya diperoleh dari rumput laut bersih yang diekstraksi
dengan air panas dalam suasana alkali (pH 8-11). Larutan alkali mempunyai dua
fungsi, yaitu membantu ekstraksi polisakarida dari rumput laut dan mengkatalisis
hilangnya gugus-6-sulfat dari unit monomernya dengan membentuk 3.6-
anhidrogalaktosa sehingga mengakibatkan terjadinya kenaikan kekuatan gel
(Towle 1973). Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang menunjukkan