SKRIPSI
FRANSISKUS BERNAS DEVIERO SIREGAR. Acute Toxicity Test (LC 50-96 Hour
& LT50-96 Hour) Klorpirifos Insecticide Against Tilapia (Oreochromis niloticus).
Under the guidance of IPANNA ENGGAR SUSETYA.
2008 – 2011 di SMP Negeri 206 Jakarta Barat. Penulis menyelesaikan pendidikan
menengah atas di SMA Negeri 101 Jakarta Barat dengan jurusan IPA pada tahun
2011 – 2014.
Sibabangun (Sibolga).
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan
Toksisitas Akut (LC50-96 Jam & LT50-96 Jam) Insektisida Klorpirifos Terhadap
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)”, yang merupakan salah satu syarat untuk
Ungkapan terima kasih yang tak ternilai penulis ucapkan kepada ayahanda
dan ibunda tercinta. Bapak Bernardus Sahat M. Siregar dan Ibu Brigitta
semangatnya sehingga ananda dapat menyelesaikan studi ini. Kepada adik saya
Xaverius Bernard Devieri Siregar terima kasih atas doa dan dukungan semangat
Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
1. Ibu Ipanna Enggar Susetya, S.Kel, M.Si selaku dosen pembimbing, Ibu
Ameilia Zuliyanti Siregar S.Si, M.Sc Ph.D dan Ibu Dr. Eri Yusni M.Sc selaku
dosen penguji yang telah memberikan dukungan, baik berupa masukan, saran,
2. Bapak. Dr. Ir. Hasanuddin, M.S selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
Perairan dan Bapak Zulham Apandy Harahap, S.Kel, M.Si selaku sekretaris
Pertanian Sumatera Utara, dan staf tata usaha kak Nur Asiah, A.Md.
5. Sahabat terkasih Krisna Erman Sari Zai, Yonas Afrianto Tarigan, Tiara Dwi
Sandri dan Siska Sitohang S.Pi yang selalu menemani dan memberikan
6. Seluruh teman-teman MSP Angkatan 2014 yang telah bersama 4 tahun, terima
Sumberdaya Perairan.
Fransiskus B. D Siregar
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................... 1
Rumusan Masalah .......................................................................... 4
Kerangka Pemikiran ........................................................................ 4
Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) .................................................. 6
Insektisida ....................................................................................... 8
Uji Toksisitas .................................................................................. 9
(Lethal Concentration) LC50 ........................................................... 13
(Lethal Time) LT50 .......................................................................... 14
Kualitas Air ..................................................................................... 14
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 17
Alat dan Bahan Penelitian ............................................................... 17
Prosedur Penelitian.......................................................................... 17
Persiapan Penelitian ........................................................................ 18
Uji Pendahuluan .............................................................................. 18
Uji Utama ........................................................................................ 19
Survival Rate ................................................................................... 20
Analisis Data ................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Latar Belakang
Ikan Nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal
serta cepat berkembang biak. Harga Ikan Nila juga relatif murah dan dapat
Ikan Nila saat ini, menyebabkan banyaknya Ikan Nila yang beredar di pasaran
yang berasal dari tambak, kolam budidaya maupun langsung dari alam yang
Ikan Nila tidak hanya diminati pasar dalam negeri tetapi juga pasar luar
negeri. Ekspor fillet nila dari Indonesia hingga saat ini hanya mampu melayani
tidak lebih dari 0,1% dari permintaan pasar dunia. Berdasarkan data dari Food
Agriculture Organization (FAO), kebutuhan ikan untuk pasar dunia sampai tahun
pasokan ikan dapat dipenuhi dari budidaya Ikan Nila (Ardita et al., 2015).
ini dikarenakan Ikan Nila mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan dengan
kisaran salinitas yang luas. Keunggulan tersebut membuat banyak petani ikan
adalah pengelolaan kualitas air sebagai media hidup organisme akuatik. Air
kuantitas (jumlah) dan kualitas (mutu). Suplai air yang cukup belum mampu
tidak memadai. Kualitas air sangat dipengaruhi oleh mutu air sumber, kondisi
Limbah yang masuk ke perairan, salah satunya adalah limbah yang berasal
jumlah yang besar dapat bersifat racun bagi biota-biota yang hidup di perairan,
antara lain adalah ikan-ikan. Pestisida sering digunakan sebagai pilihan utama
Adanya pengaruh racun pestisida yang masuk pada tubuh ikan, dapat
berpengaruh pada fungsi respirasi dari insang sehingga dari insang sehingga
rasio konversi pada ikan akan tinggi. Hipoksida atau deplesi oksigen merupakan
dalam air menjadi berkurang. Pada kondisi seperti ini merupakan suatu titik yang
oksigen dalam tubuh ikan dapat mengganggu kehidupan ikan termasuk kepesatan
mencemari lingkungan. Limbah tersebut akan terbawa aliran air dan terdistribusi
meluas ke perairan yang lebih rendah seperti sungai atau kolam budidaya ikan.
pembuangan bahan sisa pestisida ke dalam air ataupun pencucian alat-alat aplikasi
didalam saluran irigasi atau badan air lainnya merupakan ancaman terhadap biota
menggunakan uji toksisitas akut. Uji toksisitas akut dengan menggunakan hewan
uji merupakan salah satu bentuk penelitian toksikologi perairan yang berfungsi
tertentu. Parameter yang diukur biasanya berupa kematian hewan uji, yang
uji (LC50) dalam waktu yang relatif pendek, yaitu satu sampai empat hari
(Soemirat, 2003).
tingkat toksisitas dari suatu zat atau bahan pencemar dan digunakan juga untuk
pemantauan rutin suatu limbah. Uji toksisitas akut dengan menggunakan hewan
uji merupakan salah satu bentuk penelitian toksikologi perairan yang berfungsi
yang diukur biasanya berupa kematian hewan uji, yang hasilnya dinyatakan
(Sinurat, 2015).
Rumusan Masalah
ikan dan biota air lainnya bahkan dapat menyebabkan kematian pada ikan.
niloticus) ?
Kerangka Pemikiran
tanah, terdifusi ke udara dan dapat terbilas oleh air hingga mengalir ke perairan di
sekitar lahan pertanian. Residu insektisida yang masuk dalam badan perairan
dapat menimbulkan dampak negatif berupa penurunan kualitas badan air penerima
perairan. Insektisida yang masuk ke badan perairan dapat menjadi toksik dan
ditentukan melalui mortalitas Ikan Nila dan perhitungan nilai LC50. Kerangka
Insektisida Klorpirifos
Peraian
Uji Toksisitas
Kualitas Air
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui nilai LC50-96 Jam dan LT50-96 Jam dari penggunaan insektisida
Manfaat Penelitian
insektisida terhadap tingkat mortalitas Ikan Nila serta nilai Lethal Concentration
(LC50-96 Jam) dan nilai Lethal Time (LT50-96 Jam) dari insektisida klorpirifos terhadap
mortalitas Ikan Nila. Sehingga dapat memberikan acuan dalam penentuan dosis
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Osteichthyes
Subclass : Actinopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Ikan Nila merupakan komoditas perairan darat yang banyak digemari oleh
masyarakat. Ikan Nila memiliki daya tahan tubuh yang tinggi, sehingga memiliki
daerah habitat yang luas. Kemampuan adaptasi dari ikan tersebut menyebabkan
dengan ikan betina dan kemampuan mengkonversi pakan yang lebih baik. Ukuran
tubuh ikan jantan lebih besar dari pada ikan betina pada umur yang sama.
budidaya Ikan Nila jantan tunggal kelamin dipandang lebih menguntungkan dari
segi efisiensi biaya produksi dan peningkatan profit, karena dapat mengatasi
penurunan biomas saat panen hingga 30-50% yang disebabkan oleh maturasi dini
Nila hidup pada kisaran suhu yang lebar antara 14-380C. Secara alami ikan
ini dapat memijah pada suhu 22-370C. Suhu yang baik untuk
pada suhu kurang dari 140C atau lebih dari 380C. Suhu mematikan berada pada
kisaran 60C dan 420C. Selain suhu, nila sangat toleran terhadap derajat keasaman
(pH) dari air. Kisaran pH yang masih dapat ditolerir ikan ini antara 5-11. Agar
Kualitas air untuk pemeliharaan Ikan Nila harus bersih, tidak terlalu keruh
pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya
plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau
lingkungan hanya sedikit sekali. Tetapi, kadar ini mungkin akan lebih tinggi bila
terus meningkat sementara zat ini bergerak melalui rantai trofik. Bila
konsentrasinya dalam suatu organisme telah tinggi, pengaruh buruk dapat terjadi
(Lu, 1995).
mencemari lingkungan. Limbah tersebut akan terbawa aliran air dan terdistribusi
meluas ke perairan yang lebih rendah seperti sungai atau kolam budidaya ikan.
pembuangan bahan sisa pestisida ke dalam air ataupun pencucian alat-alat aplikasi
didalam saluran irigasi atau badan air lainnya merupakan ancaman terhadap biota
tersebut pada tanaman sayuran umumnya lebih intensif daripada tanaman pangan
Dursban dan Lorsban. Insektisida ini dapat membunuh serangga sejenis kecoa,
kutu, tungau, dan lain-lain. Insektisida ini bekerja pada sistem saraf serangga
dengan menghambat acetyl cholinesterase dan memiliki waktu paruh atau waktu
insektisida non sistemik, diperkenalkan tahun 1965, serta bekerja sebagai racun
kontak, racun lambung, dan inhalasi. Klorpirifos dan dan insektisida organofosfat
saraf bagi manusia dan hewan. Gejala yang ditimbulkan oleh racun akut
klorpirifos berupa sakit kepala, mual, pusing, kejang otot, lemah, berkeringat dan
mengeluarkan air liur, dan semua itu terjadi ketika aktivitas kolinesterase menurun
sekitar 50%. Jika klorpirifos yang terpapar pada konsentrasi tinggi maka akibat
Uji Toksisitas
durasi pemaparan yang dibutuhkan agar dihasilkan kriteria efek. Efek dari suatu
bahan kimia bisa jadi tidak signifikan dimana organisme perairan dapat
stress lingkungan (contoh : perubahan dalam pH, DO, dan suhu) bahan kimia
tersebut menimbulkan dampak buruk yang terdeteksi dengan baik. Efek buruk
juga dapat ditimbulkan oleh terjadinya interaksi antara bahan kimia minoritas
mengukur tingkatan respons yang dihasilkan oleh level spesifik dari suatu
konsentrasi aman, sehingga akan ada kerugian minimum untuk biota air
merupakan salah satu metode yang paling umum digunakan dalam studi
Menurut Husni dan Esmiralda (2011), limbah atau toksikan di alam ada
perairan) akan berinteraksi dengan komponen atau faktor lain. Tingkat toksisitas
Toksikan akan menghasilkan efek negatif jika kontak dan bereaksi dengan
target biota pada konsentrasi tertentu dan waktu tertentu. Faktor-faktor yang
Toksikan hidrofilik (suka air) akan terlarut dalam air dan lebih cepat
Durasi pemaparan
Pemaparan jangka pendek (skala waktu jam dan hari) secara umum sangat
dapat memberikan efek akut. Pemaparan jangka panjang (skala waktu hari,
minggu, bulan dan tahun) secara umum meliputi umur generasi biota mungkin
Frekuensi pemaparan
Konsentrasi toksikan
terjadi pada konsentrasi tinggi dan menurun untuk pemaparan berulang hingga
kontinu.
toksisitas toksikan.
jumlah sedikit sudah membahayakan manusia itu tidak lain karena kualitasnya
pengendalian dengan penetapan nilai ambang batas. Nilai ambang batas adalah
kadar tertinggi suatu zat di dalam udara yang diperkenankan, sehingga manusia
dan makhluk hidup lainnya tidak mengalami gangguan penyakit atau menderita
(Agusnar, 2008).
toksisitas relatif dari suatu bahan kimia terhadap organisme perairan tertentu
dalam suatu pemaparan jangka pendek terhadap berbagai konsentrasi bahan kimia
uji. Kriteria efek yang paling umum digunakan adalah kematian (pada ikan),
dan pertumbuhan (pada alga). Uji toksisitas akut dapat dilakukan dengan suatu
jangka waktu pemaparan yang telah ditentukan (time dependent test) untuk
mengestimasi LC50 24 jam atau LC50 96 jam atau mengestimasi EC50 48 jam.
Akan tetapi, uji toksisitas akut juga dapat dilakukan dengan batas waktu
(Siregar, 2014).
Ketoksikan akut adalah derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi
secara singkat (24 jam) setelah pemberian dalam dosis tunggal. Jadi yang
dimaksud dengan uji toksisitas akut adalah uji yang dilakukan untuk mengukur
derajat efek suatu senyawa yang diberikan pada hewan coba tertentu, dan
menentukan potensi ketoksikan akut dari suatu senyawa dan untuk menentukan
gejala yang timbul pada hewan uji. Data yang dikumpulkan pada uji toksisitas
akut ini adalah data kuantitatif yang berupa kisaran dosis letal atau toksik, dan
Untuk mengetahui efek zat pencemar terhadap biota dalam suatu perairan,
perlu dilakukan suatu uji toksisitas zat pencemar terhadap biota yang ada yaitu
dalam bentuk Lethal Concentration (LC50). Jadi uji toksisitas digunakan untuk
menimbulkan efek toksik pada jaringan biologis. Salah satu biota yang dapat
digunakan untuk uji toksisitas adalah ikan, dengan syarat harus mempunyai
kepekaan tinggi, memenuhi syarat umur, berat, dan panjang; serta sesuai dengan
nilai LC50 digunakan metode analisis probit. Toksisitas letal dinyatakan dalam
nilai median lethal consentration (LC50) yakni konsentrasi bahan uji yang dapat
mematikan 50% ikan uji pada waktu pemaparan tertentu (Nugroho, 2006).
Menurut Syakti el al., (2012), kriteria nilai toksisitas akut LC50 pada
Lethal Time 50 (LT50) adalah waktu dalam hari yang diperlukan untuk
mematikan 50% hewan percobaan dalam kondisi tertentu. Lethal Time adalah
kematian 50% populasi hewan percobaan. Semakin tingi konsentrasi bahan kimia,
maka waktu yang diperlukan untuk mematikan hewan uji semakin cepat
Nilai LT50 merupakan waktu yang dibutuhkan untuk membunuh 50% dari
jumlah larva yang di uji pada konsentrasi tertentu, sedangkan nilai LT90
merupakan waktu yang dibutuhkan untuk membunuh 90% dari jumlah larva yang
di uji pada konsentrasi tertentu. Nilai LT50 dan LT90 diperoleh dengan
Kualitas Air
diketahui karena sangat berpengaruh terhadap ikan budidaya. Sekalipun ikan yang
dibudidayakan adalah ikan-ikan yang tahan pada kualitas air yang ekstrim.
Suhu
Perubahan suhu air yang drastis dapat mematikan biota air karena terjadi
perubahan daya angkut darah. Suhu berkaitan dengan konsentrasi oksigen terlarut
dalam air dan konsumsi oksigen hewan air. Pertumbuhan dan kehidupan biota air
sangat dipengaruhi suhu air. Kisaran suhu optimal bagi kehidupan di perairan
tropis adalah antara 28−320 C. Pada kisaran tersebut konsumsi oksigen mencapai
2,2 mg/l berat tubuh-jam. Konsumsi oksigen mencapai 1,2 mg/l berat tubuh-jam
pada suhu dibawah 250 C. Pada suhu 18−250 C, ikan masih dapat bertahan hidup
ikan, sedangkan suhu dibawah 120 C akan menyebabkan ikan tropis mati
mg/liter pada suhu 250 C. Di perairan tawar kadar oksigen terlarut juga
dan limbah (effeluent) yang masuk ke badan air. Semakin besar suhu dan
ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut
Oksigen terlarut (DO) merupakan parameter mutu air yang penting karena
pengolahan air limbah. Kelarutan oksigen dalam air dapat dipengaruhi oleh suhu.
beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun. Oksigen
kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun.
Karena peranannya yang penting ini, air buangan industri dan limbah sebelum
(Salmin, 2005).
kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat
pernafasan naik, dan selera makan berkurang. Hal yang sebaliknya terjadi pada
suasana basa. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan
perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah (Kordi, 2010).
terlalu rendah (sangat asam) atau sebaliknya terlalu tinggi (sangat basa). Setiap
jenis ikan akan memperlihatkan respon yang berbeda terhadap perubahan pH dan
Ikan Nila berkisar antara 6 - 9, tetapi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2018 di
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan satu kontrol dengan masing– masing
tiga kali ulangan. Penelitian ini terdiri atas uji pendahuluan dan uji toksisitas yang
sebanyak 3 x pengulangan.
Persiapan Penelitian
clorine kedalam air yang diendapkan untuk menghilangkan clorine yang terdapat
pada air. Akuarium yang digunakan sebelumnya dicuci bersih dan dikeringkan
selama 1 hari. Selanjutnya akuarium diisi dengan air sebanyak 10 liter dan
diaerasi selama 1 hari untuk suplai O2. Sebelum dilakukan pengujian, terlebih
dahulu dilakukan aklimatisasi pada ikan. Aklimatisasi hewan uji dilakukan selama
3 hari untuk mengkondisikan Ikan Nila pada kultur media air dan memberikan
waktu beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Selama aklimatisasi Ikan Nila
diberi aerasi yang cukup agar dapat mempertahankan kadar oksigen terlarut.
Aklimatisasi dilakukan selama 3 hari pada setiap uji pendahuluan dan uji utama.
Jumlah ikan yang diaklimatisasi yakni sebanyak 180 ekor pada uji pendahuluan
dan 180 ekor pada uji utama. Aklimatisasi dilakukan pada akuarium berukuran 40
Uji Pendahuluan
akan digunakan dalam uji toksisitas. Berdasarkan uji pendahuluan didapat nilai
ambang batas atas dan ambang batas bawah. Jumlah kematian ikan nila dalam uji
pendahuluan dengan konsentrasi 0,001 ppm, 0,01 ppm, 0,1 ppm, 1 ppm dan 10
ppm, menunjukkan adanya ambang batas atas dan ambang batas bawah.
menentukan batas kisaran kritis (critical range test) yang menjadi dasar dari
penentuan konsentrasi untuk menentukan ambang batas atas (N) dan ambang
batas bawah (n) yang digunakan dalam uji lanjutan. Konsentrasi ambang batas
atas adalah konsentrasi terendah dari bahan uji yang dapat menyebabkan semua
atau hampir semua ikan uji mati pada periode waktu pemaparan 24 jam.
Sedangkan konsentrasi ambang batas bawah adalah kosentrasi tertinggi dari bahan
uji dimana semua atau hamper semua ikan uji hidup setelah pemaparan 48 jam.
selang konsentrasi nilai ambang atas dan bawah. Digunakan untuk mengetahui
toksisitas akut, menentukan nilai LC50–96 jam. Nilai LC50 yang dilihat adalah nilai
yang dapat mematikan ikan jam ke 96. Jumlah konsentrasi bahan uji sebanyak 4
sebagai berikut:
Keterangan:
terkecil).
adalah mortalitas ikan yang dihitung pada jam ke 6, 12, 18, 24 dan selanjutnya
Survival Rate
Menurut Hidayat dkk (2013), Survival rate ikan uji diperoleh dengan
mengikuti rumus :
t
SR : 100
o
Analisis Data
(RAL). Apabila terdapat pengaruh nyata maka akan dilanjutkan dengan uji
lanjutan.
Hasil
Uji Pendahuluan
Jumlah ikan yang mati pada uji pendahuluan, dapat diperoleh seperti pada
Konsentrasi (ppm)
Ulangan
0 0,001 0,01 0,1 1 10
1 0 0 1 3 7 10
2 0 0 3 2 6 10
3 0 0 1 3 8 10
Jumlah Kematian 0 0 5 8 21 30
semua ikan uji mati pada periode waktu pemaparan 24 jam (ambang batas atas)
menyebabkan semua hewan uji hidup setelah pemaparan 48 jam (ambang batas
Nilai ambang batas atas dan bawah dapat digunakan dalam penentuan
didapatkan konsentrasi terkecil hingga terbesar dalam uji toksisitas adalah 0 ppm,
0,0063 ppm, 0,03969 ppm, 0,2500 ppm, 1,5752 ppm, dan 9,9096 ppm. Jumlah
kematian ikan nila dalam uji toksisitas dengan konsentrasi 0 ppm, 0,0063 ppm,
0,03969 ppm, 0,2500 ppm, 1,5752 ppm, dan 9,9096 ppm menunjukkan kematian
ikan nila air tawar terbanyak terdapat pada konsentrasi tertinggi yaitu 9,9096 ppm.
Berdasarkan jumlah ikan yang mati pada uji toksisitas, dapat diperoleh seperti
Konsentrasi (ppm)
Ulangan
0 0,0063 0,03969 0,25 1,5752 9,9096
1 0 1 4 6 6 10
2 0 1 2 4 7 10
3 0 0 2 3 6 9
Jumlah Kematian 0 2 8 13 19 29
Pada uji pendahuluan dilakukan pengukuran kualitas air pada awal dan
akhir. Nilai suhu berkisar 27,6 0C − 28,5 0C, DO berkisar 6,1 mg/l − 7,4 mg/l, dan
pH berkisar 6,8 − 8,0. Hasil pengukuran menghasilkan nilai kisaran yang dapat
Parameter
Konsentrasi (ppm)
Suhu (0C) DO (mg/l) pH
DO, pH yang diukur pada awal dan akhir. Nilai suhu berkisar 27,6 0C − 28,7 0C,
DO berkisar 6,2 mg/l – 7,4 mg/l, pH berkisar 6,9 – 8,0. Hasil pengukuran
Parameter
Konsentrasi (ppm)
Suhu (0C) DO (mg/L) pH
rendah konsentrasi yang diberikan maka semakin besar nilai survival rate ikan nila
Pada konsentrasi 0,0063 ppm ikan nila dapat bertahan hidup sebanyak 28 ekor
(93,33%) dalam waktu 96 jam. Pada konsentrasi 0,0396 ppm ikan nila dapat
bertahan hidup sebanyak 22 ekor (73,33%) dalam waktu 96 jam. Pada konsentrasi
0,2500 ppm ikan nila dapat bertahan hidup sebanyak 17 ekor (56,66%) dalam
waktu 96 jam. Pada konsentrasi 1,5752 ppm ikan nila dapat bertahan hidup
sebanyak 11 ekor (33,33%) dalam waktu 96 jam. Pada konsentrasi 9,9096 ppm
ikan nila dapat bertahan hidup sebanyak 1 ekor (3,33%) dalam waktu 96 jam.
Nilai survival rate ikan yang hidup sebesar 43,8% sedangkan nilai untuk ikan
yang mati sebesar 56,2%. Persentase mortalitas yang diperoleh dapat dilihat pada
Tabel 8.
Konsentrasi (ppm)
Ulangan
0 0,0063 0,0396 0,2500 1,5752 9,9096
1 10 9 8 5 3 -
2 10 10 7 5 3 1
3 10 9 7 7 5 -
Jumlah 30 28 22 17 11 1
untuk menentukan nilai LC50 selama 96 jam. Tabel analisis probit yang terdapat
dalam Tabel 9. digunakan untuk menentukan nilai LC50 ikan nila dengan bahan
C N R P X Y XY X2
0 30 0 0 - - - -
LC50 96 jam sebesar 0,29 ppm . Oleh sebab itu, pada konsentrasi 0,2500 ppm
dapat mematikan ikan nila sebanyak 50% dalam jangka waktu 96 jam.
akhimya mati.
0 96
0,0063 72
0,0396 66
0,2500 54
1,5752 48
9,9096 12
paling cepat untuk mematikan 50% ikan nila yaitu 12 jam. Hal ini disebabkan
oleh kandungan bahan aktif senyawa klorpirifos yang masuk sebagai racun
kedalam tubuh ikan nila. Menurut Aminah (1995) menyatakan bahwa senyawa
yang terkandung dalam insektisida yang tinggi maka pengaruh yang ditimbulkan
Pembahasan
Uji pendahuluan dilakukan selama 48 jam, hal ini untuk menentukan nilai
ambang batas atas dan nilai ambang batas bawah sehingga diperoleh nilai
Syakti et al., (2012) yaitu Uji toksisitas akut diawali dengan penentuan kisaran
konsentri (range finding test) yang menyebabkan kematian 100% organisme uji
berpengaruh secara signifikan terhadap suhu air yaitu berkisar antara 27,6-28,10C,
dimana suhu air kontrol yaitu berkisar antara 27,6-28,10C. Pemberian insektisida
dan pH. Nilai DO pada perlakuan kontrol berkisar antara 7,3-7,4, sementara pada
terjadi perubahan dari perlakuan kontrol berkisar antara 7,2-7,4 menurun hingga
6,9-8,0 pada perlakuan dengan konsentrasi tertinggi 10 ppm. Hal ini sesuai
ditoleransi oleh ikan nila berkisar antara 6 - 9, suhu yang dapat ditoleransi oleh
ikan nila berkisar 25 - 30°C dan kisaran konsentrasi oksigen yang optimal untuk
kematian ikan tertinggi terdapat pada konsentrasi 10 ppm sebanyak 30 ekor ikan
uji, sedangkan jumlah kematian ikan terendah terdapat pada konsentrasi 0,001
ppm dimana tidak terdapat kematian pada ikan uji. Hal ini sesuai dengan
uji berpengaruh terhadap kematian hewan uji. Data jumlah kematian hewan uji
rata-rata yang diperoleh dari uji pendahuluan selama 48 jam, tidak ada kematian
pada akuarium kontrol. Hasil pengujian yang dilakukan benar karena syarat
bergerak secara hiperaktif dan saat menuju satu tempat ke tempat yang lain ikan
terlihat bahwa ikan uji mengalami perubahan tingkah laku yang menyatakan ikan
yang terkena racun bahan pencemar dapat diketahui dengan gerakan hiperaktif,
kontrol, ditandai dengan menurunnya nafsu makan, gerakan kurang stabil, dan
Proses masuknya insektisida dalam tubuh ikan nila terjadi ketika ikan
yang terdapat dalam air akan masuk kedalam insang ikan dan tersebar kedalam
tubuh ikan nila. Hal ini sesuai dengan Rudiyanti dan Ekasari (2009) yang
menyatakan bahwa pestisida yang masuk dalam tubuh organisme akan mengalami
absorpsi, distribusi, dan akumulasi. Pestisida masuk dalam tubuh ikan dapat
melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan dan kulit. Pestisida masuk dalam
tubuh ikan dapat melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan dan kulit. Pada
saluran pencernaan, pestisida yang ada dalam usus akan mengalami proses
absorpsi dan distribusi, dengan adanya proses ini mengakibatkan kerusakan pada
jaringan ikan. Proses distribusi terjadi dimana pestisida yang ada di usus dibawa
oleh peredaran darah vena portal hepatis menuju ke hepar. Di hepar akan terjadi
sebanyak 96,66% pada konsentrasi 9,9096 ppm. Dari tabel tersebut juga terlihat
kematian pada hewan uji dan sebaliknya, semakin kecil konsentrasi pencemar
maka semakin kecil jumlah kematian pada hewan uji. Sama halnya pada uji
senyawa toksik pada larutan uji berpengaruh terhadap kematian hewan uji.
survival rate ikan nila yang didapatkan pada perlakuan 1 (93,33%), perlakuan 2
(Tabel 8). Penurunan tersebut berkaitan dengan kemampuan adaptasi ikan untuk
tersebut menyebabkan ikan nila semakin tidak mampu menetralisir pengaruh yang
ini sesuai dengan Rudiyanti dan Ekasari (2009) yang menyatakan bahwa seiring
dengan semakin tinggi konsentrasi yang dilarutkan pada media hidup ikan uji
Berdasarkan persentase kematian ikan nila pada uji dasar, terdapat dua
atau lebih konsentrasi yang mengalami kematian, sehingga nilai LC50 dapat
analisis probit dan diperoleh nilai LC50 sebesar 0,29 ppm. Nilai LC50 untuk
insektisida jenis klorpirifos ini termasuk ke dalam jenis toksisitas tinggi (sangat
ikan nila 50% selama 96 jam. Hal ini sesuai dengan Putra (2017) Nilai LC dapat
jumlah kematian organisme yang terlihat dengan nilai LC yang juga semakin
besar. Tetapi, dalam uji toksisitas akut dipilih nilai LC50 sebagai tingkat efek yang
klorpirifos bersifat sangat toksik terhadap kehidupan ikan nila. Terbukti pada
penelitian yang saya lakukan, nilai LC50- 96 jam pada penelitian yang dilakukan
sebesar 0,29 ppm (Tabel 9). Nilai LC50 yang didapatkan lebih besar daripada nilai
LC50-96 jam yang didapatkan oleh Rukmana (2016) sebesar 0,076 ± 0,034 ppm.
Perbedaan nilai LC50-96 jam yang didapatkan dikarenakan adanya perbedaan ukuran
ikan yang digunakan. Pada penelitian Rukmana (2016) menggunakan Ikan Nila
berukuran 6 cm. Oleh karena itu, akumulasi pestisida pada ikan dewasa akan lebih
Pada penelitian Supriyono (2005) didapatkan nilai LC50-96 jam pada ikan
pada penelitian saya didapatkan nilai LC50-96 jam pada ikan nila sebesar 0,29 ppm.
Jadi dapat dilihat bahwa insektisida triklorfon lebih berbahaya daripada insekti
pertumbuhan ikan. Hal ini sesuai dengan Lu (1995) yang menyatakan bahwa
klorpirifos terhadap ikan nila sebesar 0,29 ppm, sementara pada penelitian Husni
(2016) nilai LC50-96 jam insektisida klorpirifos terhadap ikan mas sebesar
0,028± 0,010 ppm. Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa ikan nila
memiliki daya tahan tubuh yang lebih tinggi daripada ikan mas. Karena dari nilai
LC50-96 jam dapat di lihat bahwa ikan nila memiliki nilai LC50-96 jam lebih tinggi
dibandingkan dengan ikan mas. Hal ini sesuai dengan Chahaya (2003) yang
menyatakan bahwa Ikan mas (Cyprinus Carpio L.) dapat digunakan sebagai
hewan uji hayati karena sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Ikan mas
sangat peka terhadap faktor lingkungan pada umur lebih kurang tiga bulan dengan
tersebut yang terserap dan termakan dengan bahan makanan yang dimakan oleh
ikan nila. Akibatnya ikan nila akan semakin lemah untuk bergerak dan akhimya
yang terkandung dalam insektisida yang tinggi maka pengaruh yang ditimbulkan
terhadap kematian hewan uji semakin tinggi. Hal ini didukung dengan penelitian
yang saya lakukan dimana sebanyak 56,2 % Ikan Nila yang mati dan 43,8% Ikan
Pada analisis sidik ragam (ANOVA) uji toksisitas atau uji dasar diperoleh
pengaruh sangat nyata terhadap mortalitas ikan nila. Karena pada setiap
nila. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 7. Pada konsentrasi ini ikan nila sudah
mengalami stres yang ditunjukkan oleh tingkah laku ikan yang lebih sering berada
tingginya konsentrasi yang dilarutkan pada media hidup ikan uji maka tingkat
Kesimpulan
0,29 ppm dan Nilai Lethal Time (LT50) 96 jam dari insektisida klorpirifos
adalah 12 jam.
hidup ikan nila. Semakin tinggi konsentrasi insektisida klorpirifos yang masuk
Pengamatan secara visual gejala yang terlihat adalah perubahan pola renang
ikan yang lebih sering berada di permukaan, gerakan renang yang tidak
Saran
yang terserang efek dari insektisda klorpirifos. Serta perlu dilakukan penyuluhan
Pengukuran DO Pengukuran pH
konsentrasi larutan yang lebih kecil dalam mg/L. Larutan klorpirifos diambil 1 ml
sebagai berikut:
V1 . M1 = V2 . M2
Dimana:
Perhitungan :
V2 2 0,001 200 g/
1 0,2 g/ 200 mg/ 200 ppm
V1 1
V2 2 10 0,001 mg/
1 0,00005 0,05 m
V1 200 mg/
V2 2 10 0,01 mg/
1 0,0005 0,5 m
V1 200 mg/
V2 2 10 0,1 mg/
1 0,005 5m
V1 200 mg/
V2 2 10 1 mg/
1 0,05 50 m
V1 200 mg/
Konsentrasi 10 ppm
V2 2 10 10 mg/
1 0,5 500 ml
V1 200 mg/
N = 10 ppm
N = 0,001 ppm
K =5
og og a og n)
n
10
og 5 og a og 0,001)
0,001
4 = 5 (Log a – (-3))
4 = 5 (Log a + 3)
4 = 5 Log a + 15
4 – 15 = 5 Log a
-11 = 5 Log a
-11/5 = Log a
-2,2 = Log a
0,0063 =a
a b 0,0063 b
0,0396 ppm
n a 0,001 0,0063
b c 0,0396 c
0,2500 ppm
a b 0,0063 0,0396
c d 0,2500 c
1,575 ppm
b c 0,0396 0,2500
d e 1,575 e
9,096 ppm
c d 0,2500 1,575
% 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 3.72 3.77 3.82 3.87 3.92 3.96 4.01 4.05 4.08 4.12
20 4.16 4.19 4.23 4.26 4.29 4.33 4.36 4.39 4.42 4.45
30 4.48 4.50 4.53 4.56 4.59 4.61 4.64 4.67 4.69 4.72
40 4.75 4.77 4.80 4.82 4.85 4.87 4.90 4.92 4.95 4.97
50 5.00 5.03 5.05 5.08 5.10 5.13 5.15 5.18 5.20 5.23
60 5.25 5.28 5.31 5.33 5.36 5.39 5.41 5.44 5.47 5.50
70 5.52 5.55 5.58 5.61 5.64 5.67 5.71 5.74 5.77 5.81
80 5.84 5.88 5.92 5.95 5.99 6.04 6.08 6.13 6.18 6.23
90 6.28 6.34 6.41 6.48 6.55 6.64 6.75 6.88 7.05 7.33
- 0.0 0.1 0,2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
99 7.33 7.37 7.41 7.46 7.51 7.58 7.65 7.75 7.88 8.09
1
( ) )
b n
2 1
)
n
1
8 89) 5 ( 3,02) 24,71)
b
1
8,17) 5 3 02)
8,89 14,65
b
8,17 1,82
5,76
b
4,48
b = 1,28
1
a –b )
n
1
a 24, 71 – 1,28 . 3,02)
5
1
a 24, 71 3,865)
5
a 5, 71
5 a
m
b
5 – 5, 71
m
1,28
m = - 0,55
LC50 = 0,29
Ulangan 1
Jumlah Jumlah Ikan Mati Pada Jam Ke- Total
Konsentrasi
Perlakuan Ikan Ikan
(ppm) 6 12 18 24 30 36 42 48
(N) Mati (R)
10
1 0 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─
ekor
10
2 0,001 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─
ekor
10
3 0,01 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 1 1 ekor
ekor
10
4 0,1 ─ ─ ─ 2 ─ ─ ─ 1 3 ekor
ekor
10
5 1 ─ 3 ─ 1 1 ─ 2 ─ 7 ekor
ekor
10
6 10 2 3 2 3 ─ ─ ─ ─ 10 ekor
ekor
Ulangan 2
Jumlah Jumlah Ikan Mati Pada Jam Ke- Total
Konsentrasi
Perlakuan Ikan Ikan
(ppm) 6 12 18 24 30 36 42 48
(N) Mati (R)
10
1 0 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─
ekor
10
2 0,001 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─
ekor
10
3 0,01 ─ ─ ─ ─ ─ 1 ─ 2 3 ekor
ekor
10
4 0,1 ─ ─ ─ ─ 1 ─ 1 ─ 2 ekor
ekor
10
5 1 2 ─ ─ 1 ─ 1 ─ 2 6 ekor
ekor
10
6 10 2 2 2 4 ─ ─ ─ ─ 10 ekor
ekor
Ulangan 1
Jumlah Ikan Mati Pada Jam Ke- Total
Konsentrasi Jumlah
Perlakuan Ikan Mati
(ppm) Ikan (N) 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72 78 84 90 96
(R)
1 0 10 ekor ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─
2 0,0063 10 ekor ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 1 ─ ─ ─ ─ 1 ekor
3 0,0396 10 ekor ─ ─ 1 ─ 1 ─ 1 ─ ─ ─ 1 ─ ─ ─ ─ ─ 4 ekor
4 0,2500 10 ekor ─ ─ ─ ─ 1 2 1 1 1 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 6 ekor
5 1,5752 10 ekor ─ ─ ─ 1 2 1 1 1 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 6 ekor
6 9,9096 10 ekor 2 3 4 1 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 10 ekor
Ulangan 2
Jumlah Ikan Mati Pada Jam Ke- Total
Konsentrasi Jumlah
Perlakuan Ikan Mati
(ppm) Ikan (N) 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72 78 84 90 96
(R)
1 0 10 ekor ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─
2 0,0063 10 ekor ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 1 ─ ─ ─ ─ ─ ─ 1 ekor
3 0,0396 10 ekor ─ ─ ─ 2 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 2 ekor
4 0,2500 10 ekor ─ ─ ─ 2 ─ ─ 2 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 4 ekor
5 1,5752 10 ekor ─ ─ ─ 3 ─ ─ 1 1 2 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 7 ekor
6 9,9096 10 ekor 3 2 3 2 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 10 ekor
ANOVA
Total_Ikan_Mati
ANOVA
Total_Ikan_Mati