Anda di halaman 1dari 61

UJI TOKSISITAS AKUT (LC50-96 Jam & LT50-96 Jam) INSEKTISIDA

KLORPIRIFOS TERHADAP IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

SKRIPSI

FRANSISKUS BERNAS DEVIERO SIREGAR


140302057

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

FRANSISKUS BERNAS DEVIERO SIREGAR. Uji Toksisitas Akut (LC50-96 Jam


& LT50-96 Jam) Insektisida Klorpirifos Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus).
Dibawah bimbingan IPANNA ENGGAR SUSETYA.

Ikan Nila Oreochromis niloticus termasuk ke dalam famili Cichlidae. Ikan


Nila (Oreochromis niloticus) banyak dijumpai di perairan tawar. Penggunaan
Insektisida Klorpirifos yang berlebihan dapat mengakibatkan penumpukan
Insektisida Klorpirifos didalam tanah lalu terbawa oleh air masuk kedalam badan
perairan sehingga mencemari badan perairan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui nilai LC50-96 Jam & LT50-96 Jam dari penggunaan Insektisida Klorpirifos
terhadap mortalitas Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan pengaruh toksisitas
Insektisida Klorpirifos terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Penelitian ini
dilakukan pada bulan Maret 2018 – April 2018 di Laboratorium Budidaya dan
Biologi Perairan. Hasil uji LC50-96 Jam yang didapatkan 0,29 ppm dan LT50-96 Jam
yang didapatkan 12 jam. Hasil uji kelangsungan hidup tertinggi didapatkan pada
perlakuan 0,0063 ppm sebesar 93,33% dan yang terendah pada perlakuan 9,9096
ppm sebesar 3,33%. Nilai parameter kualitas air yang didapatkan selama
penelitian dilakukan yaitu Suhu 27,6-28,70C , DO 6,2-7,4 mg/L, dan pH 6,9-8,0.
Kata Kunci: Ikan Nila, Insektisida Klorpirifos, LC50, LT50.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

FRANSISKUS BERNAS DEVIERO SIREGAR. Acute Toxicity Test (LC 50-96 Hour
& LT50-96 Hour) Klorpirifos Insecticide Against Tilapia (Oreochromis niloticus).
Under the guidance of IPANNA ENGGAR SUSETYA.

Tilapia (Oreochromis niloticus) belongs to the Cichlidae family. Tilapia


(Oreochromis niloticus) is common in fresh waters. The excessive use of
Klorpirifos Insecticide can result in the buildup of Klorpirifos Insecticide in the
soil and then carried by water into the water bodies thus polluting the water
bodies. This study aims to determine the value of LC50-96 Hour & LT50-96 Hours of the
use of Klorpirifos Insecticide against mortality of Tilapia (Oreochromis niloticus)
and the influence of toxicity of Klorpirifos Insecticide on Tilapia (Oreochromis
niloticus). This research was conducted in March 2018 - April 2018 in
Aquaculture and Aquatic Biology Laboratory. LC50-96 Hour test results obtained
0.29 ppm and LT50-96 Hours obtained 12 hours. The highest survival test results were
obtained at 0.0063 ppm treatment of 93.33% and the lowest in the treatment of
9.9096 ppm of 3.33%. Value of water quality parameters obtained during the
study were 27.6-28.70C, DO 6.2-7.4 mg / L, and pH 6.9-8.0.

Keywords: Tilapia, Klorpirifos Insecticide, LC50, LT50.

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 25

September 1997 dari Ayahanda Bernardus Sahat M.

Siregar dan Ibunda Brigitta Deviosarina Siringoringo.

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Karang

Tengah 05 Tangerang pada tahun 2002 – 2008.

Pendidikan menengah pertama ditempuh dari tahun

2008 – 2011 di SMP Negeri 206 Jakarta Barat. Penulis menyelesaikan pendidikan

menengah atas di SMA Negeri 101 Jakarta Barat dengan jurusan IPA pada tahun

2011 – 2014.

Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui

jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Penulis

melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Benih Ikan (BBI)

Sibabangun (Sibolga).

Selain mengikuti perkuliahan penulis juga menjadi asisten Laboratorium

Ekosistem Perairan Pesisir pada tahun 2016-2018, asisten Laboratorium

Ekotoksikologi Perairan pada tahun 2017-2018 dan Laboratorium Kualitas Air

pada tahun 2017-2018.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan

kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Uji

Toksisitas Akut (LC50-96 Jam & LT50-96 Jam) Insektisida Klorpirifos Terhadap

Ikan Nila (Oreochromis niloticus)”, yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya

Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Ungkapan terima kasih yang tak ternilai penulis ucapkan kepada ayahanda

dan ibunda tercinta. Bapak Bernardus Sahat M. Siregar dan Ibu Brigitta

Deviosarina Siringoringo atas kasih sayang, dukungan doa, materi dan

semangatnya sehingga ananda dapat menyelesaikan studi ini. Kepada adik saya

Xaverius Bernard Devieri Siregar terima kasih atas doa dan dukungan semangat

yang diberikan, serta kepada seluruh keluarga.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai

tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Ipanna Enggar Susetya, S.Kel, M.Si selaku dosen pembimbing, Ibu

Ameilia Zuliyanti Siregar S.Si, M.Sc Ph.D dan Ibu Dr. Eri Yusni M.Sc selaku

dosen penguji yang telah memberikan dukungan, baik berupa masukan, saran,

dan ilmu yang berharga bagi penulis.

2. Bapak. Dr. Ir. Hasanuddin, M.S selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


3. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya

Perairan dan Bapak Zulham Apandy Harahap, S.Kel, M.Si selaku sekretaris

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

4. Seluruh Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas

Pertanian Sumatera Utara, dan staf tata usaha kak Nur Asiah, A.Md.

5. Sahabat terkasih Krisna Erman Sari Zai, Yonas Afrianto Tarigan, Tiara Dwi

Sandri dan Siska Sitohang S.Pi yang selalu menemani dan memberikan

semangat kepada saya.

6. Seluruh teman-teman MSP Angkatan 2014 yang telah bersama 4 tahun, terima

kasih atas semua bantuan dan dukungannya.

Terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah

memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Manajemen

Sumberdaya Perairan.

Medan, Juli 2018

Fransiskus B. D Siregar

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ................................................................................................. i

ABSTRACT ............................................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL .................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x

PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................... 1
Rumusan Masalah .......................................................................... 4
Kerangka Pemikiran ........................................................................ 4
Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
Manfaat Penelitian .......................................................................... 5

TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) .................................................. 6
Insektisida ....................................................................................... 8
Uji Toksisitas .................................................................................. 9
(Lethal Concentration) LC50 ........................................................... 13
(Lethal Time) LT50 .......................................................................... 14
Kualitas Air ..................................................................................... 14

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 17
Alat dan Bahan Penelitian ............................................................... 17
Prosedur Penelitian.......................................................................... 17
Persiapan Penelitian ........................................................................ 18
Uji Pendahuluan .............................................................................. 18
Uji Utama ........................................................................................ 19
Survival Rate ................................................................................... 20
Analisis Data ................................................................................... 20

Universitas Sumatera Utara


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ................................................................................................ 21
Aklimatisasi Hewan Uji .................................................................. 21
Uji Pendahuluan .............................................................................. 21
Uji Utama ........................................................................................ 22
Pengukuran Kualitas Air ................................................................. 23
Survival Rate ................................................................................... 24
Analisis Probit ................................................................................. 25
Lethal Time (LT50) .......................................................................... 25
Pembahasan ..................................................................................... 26

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ..................................................................................... 31
Saran ................................................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Kriteria Nilai Toksisitas Akut LC50 ................................................... 13

2. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................. 17

3. Pengukuran Kualitas Air pada Aklimatisasi Ikan .............................. 21

4. Jumlah Kematian Ikan Nila pada Uji Pendahuluan ........................... 21

5. Jumlah Kematian Ikan Nila pada Uji Utama ..................................... 22

6. Nilai Kisaran Suhu, DO dan pH pada Uji Pendahuluan .................... 23

7. Nilai Kisaran Suhu, DO dan pH pada Uji Utama .............................. 23

8. Survival Rate ...................................................................................... 24

9. Analisis Probit Pengaruh Insektisida Klorpirifos terhadap Ikan Nila 25

10. Lethal Time Insektisida Klorpirifos ................................................... 26

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian .............................................................. 5

2. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) .......................................................... 6

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman


1. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ................................................... 38

2. Penentuan Konsentrasi Uji Pendahuluan ........................................ 39

3. Penentuan Konsentrasi Uji Toksisitas ............................................. 41

4. Tabel Nilai Probit Persentase Mortalitas ......................................... 42

5. Perhitungan Analisis Probit LC50-96 Jam ........................................... 43

6. Data Pengamatan Kematian Ikan Pada Uji Pendahuluan ................ 44

7. Data Pengamatan Kematian Ikan Pada Uji Utama .......................... 45

8. Hasil Uji Anova Uji Pendahuluan ................................................... 47

9. Hasil Uji Anova Uji Utama ............................................................. 48

Universitas Sumatera Utara


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan Nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal

serta cepat berkembang biak. Harga Ikan Nila juga relatif murah dan dapat

dijangkau oleh masyarakat di Indonesia. Meningkatnya jumlah permintaan akan

Ikan Nila saat ini, menyebabkan banyaknya Ikan Nila yang beredar di pasaran

yang berasal dari tambak, kolam budidaya maupun langsung dari alam yang

diperdagangkan (Ramlah et al., 2016).

Ikan Nila tidak hanya diminati pasar dalam negeri tetapi juga pasar luar

negeri. Ekspor fillet nila dari Indonesia hingga saat ini hanya mampu melayani

tidak lebih dari 0,1% dari permintaan pasar dunia. Berdasarkan data dari Food

Agriculture Organization (FAO), kebutuhan ikan untuk pasar dunia sampai tahun

2010 masih kekurangan pasokan sebesar 2 juta ton/tahun. Pemenuhan kekurangan

pasokan ikan dapat dipenuhi dari budidaya Ikan Nila (Ardita et al., 2015).

Ikan Nila juga merupakan ikan yang potensial untuk dibudidayakan.Hal

ini dikarenakan Ikan Nila mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan dengan

kisaran salinitas yang luas. Keunggulan tersebut membuat banyak petani ikan

membudidayakannya. Salah satu faktor penting dalam manajemen budidaya

adalah pengelolaan kualitas air sebagai media hidup organisme akuatik. Air

sebagai media tempat hidup organisme akuatik harus memenuhi persyaratan

kuantitas (jumlah) dan kualitas (mutu). Suplai air yang cukup belum mampu

menjamin keberhasilan panen bila pengelolaan kualitas air selama pemeliharaan

tidak memadai. Kualitas air sangat dipengaruhi oleh mutu air sumber, kondisi

Universitas Sumatera Utara


dasar media pemeliharaan, manajemen pakan, padat tebar, plankton, sirkulasi air,

keadaan pasang surut dan cuaca.

Limbah yang masuk ke perairan, salah satunya adalah limbah yang berasal

dari pertanian yakni pestisida. Berbagai pestisida digunakan sebagai pengendali

hama untuk meningkatkan produksi pertanian. Pestisida yang masuk dalam

jumlah yang besar dapat bersifat racun bagi biota-biota yang hidup di perairan,

antara lain adalah ikan-ikan. Pestisida sering digunakan sebagai pilihan utama

untuk memberantas organisme pengganggu tanaman sebab mempunyai daya

bunuh yang tinggi, penggunaannya mudah dan hasilnya cepat diketahui.

Namun bila aplikasinya kurang bijaksana dapat membawa dampak pada

pengguna, hama non sasaran, maupun lingkungan yang sangat berbahaya

(Rudiyanti dan Ekasari, 2009).

Adanya pengaruh racun pestisida yang masuk pada tubuh ikan, dapat

berpengaruh pada fungsi respirasi dari insang sehingga dari insang sehingga

menghambat hipoksida sehingga nafsu makan ikan berkurang dan menyebabkan

rasio konversi pada ikan akan tinggi. Hipoksida atau deplesi oksigen merupakan

fenomena yang terjadi di lingkungan akuatik dimana molekul oksigen terlarut

dalam air menjadi berkurang. Pada kondisi seperti ini merupakan suatu titik yang

merugikan bagi organisme hidup. Biota air membutukan oksigen guna

pembakaran bahan bakarnya (makanan) untuk melakukan aktifitas, seperti

berenang, pertumbuhan, reproduksi dan sebagainya. Oleh karena itu, kekurangan

oksigen dalam tubuh ikan dapat mengganggu kehidupan ikan termasuk kepesatan

dalam pertumbuhan (Kusriani et al, 2012).

Universitas Sumatera Utara


Penggunaan insektisida berlebih pada akhirnya akan menjadi limbah yang

mencemari lingkungan. Limbah tersebut akan terbawa aliran air dan terdistribusi

meluas ke perairan yang lebih rendah seperti sungai atau kolam budidaya ikan.

Penggunaan pestisida berdampak terhadap kelestarian lingkungan hidup, selain itu

pembuangan bahan sisa pestisida ke dalam air ataupun pencucian alat-alat aplikasi

didalam saluran irigasi atau badan air lainnya merupakan ancaman terhadap biota

air (Adharini et al., 2016).

Pencemaran perairan yang diakibatkan oleh penggunaan pestisida,

terutama pestisida jenis klorpirifos dapat diketahui salah satunya dengan

menggunakan uji toksisitas akut. Uji toksisitas akut dengan menggunakan hewan

uji merupakan salah satu bentuk penelitian toksikologi perairan yang berfungsi

untuk menentukan tingkat toksisitas insektisida klorpirifos dalam konsentrasi

tertentu. Parameter yang diukur biasanya berupa kematian hewan uji, yang

hasilnya dinyatakan sebagai konsentrasi yang menyebabkan 50% kematian hewan

uji (LC50) dalam waktu yang relatif pendek, yaitu satu sampai empat hari

(Soemirat, 2003).

Uji toksisitas merupakan uji hayati yang berguna untuk menentukan

tingkat toksisitas dari suatu zat atau bahan pencemar dan digunakan juga untuk

pemantauan rutin suatu limbah. Uji toksisitas akut dengan menggunakan hewan

uji merupakan salah satu bentuk penelitian toksikologi perairan yang berfungsi

untuk mengetahui apakah effluent atau badan perairan penerima mengandung

senyawa toksik dalam konsentrasi yang menyebabkan toksisitas akut. Parameter

yang diukur biasanya berupa kematian hewan uji, yang hasilnya dinyatakan

Universitas Sumatera Utara


sebagai konsentrasi yang menyebabkan 50% kematian hewan uji (LC50)

(Sinurat, 2015).

Rumusan Masalah

Penggunaan insektisida yang berlebihan dapat menimbulkan residu pada

badan perairan. Residu insektisida akan dapat menghambat kelangsungan hidup

ikan dan biota air lainnya bahkan dapat menyebabkan kematian pada ikan.

Berdasarkan hal tersebut, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :

1. Berapa nilai konsentrasi yang dapat di toleransi terhadap kelangsungan dan


pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ?

2. Bagaimana dampak insektisida Klorpirifos terhadap Ikan Nila (Oreochromis

niloticus) ?

Kerangka Pemikiran

Penggunaan insektisida dalam bidang pertanian yang tinggi menyebabkan

masuknya insektisida dalam badan perairan. Insektisida dapat terserap ke dalam

tanah, terdifusi ke udara dan dapat terbilas oleh air hingga mengalir ke perairan di

sekitar lahan pertanian. Residu insektisida yang masuk dalam badan perairan

dapat menimbulkan dampak negatif berupa penurunan kualitas badan air penerima

seperti suhu, DO dan pH sehingga mempengaruhi kehidupan Ikan Nila di

perairan. Insektisida yang masuk ke badan perairan dapat menjadi toksik dan

menyebabkan kematian Ikan Nila di perairan. Tingkat toksik insektisida dapat

ditentukan melalui mortalitas Ikan Nila dan perhitungan nilai LC50. Kerangka

pemikiran penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1.

Universitas Sumatera Utara


Pertanian

Insektisida Klorpirifos

Peraian

Uji Toksisitas

Kualitas Air

LC50 LT50 Mortalitas Ikan Nila

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui nilai LC50-96 Jam dan LT50-96 Jam dari penggunaan insektisida

Klorpirifos terhadap mortalitas Ikan Nila (Oreochromis niloticus).

2. Untuk mengetahui pengaruh toksisitas insektisida Klorpirifos dalam berbagai

konsentrasi terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus).

Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan informasi tentang pengaruh konsentrasi

insektisida terhadap tingkat mortalitas Ikan Nila serta nilai Lethal Concentration

(LC50-96 Jam) dan nilai Lethal Time (LT50-96 Jam) dari insektisida klorpirifos terhadap

mortalitas Ikan Nila. Sehingga dapat memberikan acuan dalam penentuan dosis

yang optimal untuk dibuang ke badan perairan tanpa menyebabkan terjadinya

mortalitas yang tinggi.

Universitas Sumatera Utara


TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Gambar 2. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Menurut Saparinto dan Susiana (2013), Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Osteichthyes

Subclass : Actinopterygii

Ordo : Percomorphi

Subordo : Percoidea

Family : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

Ikan Nila merupakan komoditas perairan darat yang banyak digemari oleh

masyarakat. Ikan Nila memiliki daya tahan tubuh yang tinggi, sehingga memiliki

daerah habitat yang luas. Kemampuan adaptasi dari ikan tersebut menyebabkan

banyak pembudidaya yang membudidayakan Ikan Nila.

Universitas Sumatera Utara


Ikan Nila (O. niloticus) dikenal sebagai organisme sexual dimorphism,

yaitu ikan jantan menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan

dengan ikan betina dan kemampuan mengkonversi pakan yang lebih baik. Ukuran

tubuh ikan jantan lebih besar dari pada ikan betina pada umur yang sama.

budidaya Ikan Nila jantan tunggal kelamin dipandang lebih menguntungkan dari

segi efisiensi biaya produksi dan peningkatan profit, karena dapat mengatasi

penurunan biomas saat panen hingga 30-50% yang disebabkan oleh maturasi dini

pada populasi mixed-sex (Soelistyowati el al., 2010).

Nila hidup pada kisaran suhu yang lebar antara 14-380C. Secara alami ikan

ini dapat memijah pada suhu 22-370C. Suhu yang baik untuk

perkembangbiakannya berkisar 25-300C. Kehidupan Ikan Nila mulai terganggu

pada suhu kurang dari 140C atau lebih dari 380C. Suhu mematikan berada pada

kisaran 60C dan 420C. Selain suhu, nila sangat toleran terhadap derajat keasaman

(pH) dari air. Kisaran pH yang masih dapat ditolerir ikan ini antara 5-11. Agar

pertumbuhan dan perkembangannya optimal, sebaiknya pH air berada pada

kisaran 7-8 (Arie, 2000).

Kualitas air untuk pemeliharaan Ikan Nila harus bersih, tidak terlalu keruh

dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.

Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat

pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya

plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau

kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru

kurang baik untuk pertumbuhan ikan (Siregar, 2016).

Universitas Sumatera Utara


Insektisida

Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Hama

yang paling sering ditemukan adalah serangga. Beberapa diantaranya berlaku

sebagai vektor untuk penyakit. Insektisida dapat membantu mengendalikan

penyakit-penyakit ini. Serangga merusak berbagai tumbuhan dan hasil panenan.

Karena itu, insektisida dipergunakan secara luas untuk melindungi berbagai

produk pertanian. Terlepas dari pelepasan pestisida ke lingkungan secara besar-

besaran akibat kecelakaan, pestisida yang ditemukan dalam berbagai medium

lingkungan hanya sedikit sekali. Tetapi, kadar ini mungkin akan lebih tinggi bila

pestisida itu terus bertahan di lingkungan atau mempunyai kecenderungan untuk

biomagnifikasi. Dalam kasus yang belakangan ini, konsentrasi suatu pestisida

terus meningkat sementara zat ini bergerak melalui rantai trofik. Bila

konsentrasinya dalam suatu organisme telah tinggi, pengaruh buruk dapat terjadi

(Lu, 1995).

Penggunaan insektisida berlebih pada akhirnya akan menjadi limbah yang

mencemari lingkungan. Limbah tersebut akan terbawa aliran air dan terdistribusi

meluas ke perairan yang lebih rendah seperti sungai atau kolam budidaya ikan.

Penggunaan pestisida berdampak terhadap kelestarian lingkungan hidup, selain itu

pembuangan bahan sisa pestisida ke dalam air ataupun pencucian alat-alat aplikasi

didalam saluran irigasi atau badan air lainnya merupakan ancaman terhadap biota

air (Adharini et al., 2016).

Klorpirifos merupakan salah satu insektisida organofosfat yang banyak

digunakan petani sayuran, termasuk bawang merah. Penggunaan insektisida

tersebut pada tanaman sayuran umumnya lebih intensif daripada tanaman pangan

Universitas Sumatera Utara


lainnya, sehingga dampak negatif terhadap lingkungan biotik dan abiotik menjadi

lebih besar (Harsanti el al., 2014).

Saat ini klorpirifos dikenal dengan banyak nama dagang, termasuk

Dursban dan Lorsban. Insektisida ini dapat membunuh serangga sejenis kecoa,

kutu, tungau, dan lain-lain. Insektisida ini bekerja pada sistem saraf serangga

dengan menghambat acetyl cholinesterase dan memiliki waktu paruh atau waktu

tinggal yang relatif lama untuk berada di lingkungan. Klorpirifos merupakan

insektisida non sistemik, diperkenalkan tahun 1965, serta bekerja sebagai racun

kontak, racun lambung, dan inhalasi. Klorpirifos dan dan insektisida organofosfat

lainnya adalah penghambat antikolinesterase, enzim vital untuk sistem jaringan

saraf bagi manusia dan hewan. Gejala yang ditimbulkan oleh racun akut

klorpirifos berupa sakit kepala, mual, pusing, kejang otot, lemah, berkeringat dan

mengeluarkan air liur, dan semua itu terjadi ketika aktivitas kolinesterase menurun

sekitar 50%. Jika klorpirifos yang terpapar pada konsentrasi tinggi maka akibat

yang dapat ditimbulkan berupa paralisis, serangan jantung, pingsan, dan

menyebabkan kematian (Rukmana, 2016).

Uji Toksisitas

Uji toksisitas dilakukan untuk mengevaluasi konsentrasi bahan kimia dan

durasi pemaparan yang dibutuhkan agar dihasilkan kriteria efek. Efek dari suatu

bahan kimia bisa jadi tidak signifikan dimana organisme perairan dapat

melakukan seluruh aktivitasnya secara normal, dan hanya dengan keberadaan

stress lingkungan (contoh : perubahan dalam pH, DO, dan suhu) bahan kimia

tersebut menimbulkan dampak buruk yang terdeteksi dengan baik. Efek buruk

juga dapat ditimbulkan oleh terjadinya interaksi antara bahan kimia minoritas

Universitas Sumatera Utara


(yang tidak terdeteksi pada awal uji) dengan bahan kimia utama yang diuji,

walaupun tanpa kehadiran stress lingkungan. Uji toksisitas dilakukan untuk

mengukur tingkatan respons yang dihasilkan oleh level spesifik dari suatu

stimulus (konsentrasi bahan uji kimia) (Siregar, 2014).

Penelitian toksisitas sangat penting untuk mengetahui batas toksisitas dan

konsentrasi aman, sehingga akan ada kerugian minimum untuk biota air

kedepannya. Di antara beberapa penelitian tentang toksisitas, bioassay yang

merupakan salah satu metode yang paling umum digunakan dalam studi

lingkungan akuatik dengan organisme yang sesuai. Penggunaan ikan sebagai

bioassay karena ikan dapat beradaptasi terhadap kondisi laboratorium serta

ketersediaan mereka melimpah dan tingkat bervariasi kepekaan terhadap zat

beracun (Damayanty dan Nurlita, 2013).

Menurut Husni dan Esmiralda (2011), limbah atau toksikan di alam ada

yang bersifat tunggal dan campuran. Keberadaannya di lingkungan (terutama

perairan) akan berinteraksi dengan komponen atau faktor lain. Tingkat toksisitas

dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Berkaitan dengan toksikan itu sendiri.

Toksisitas toksikan dapat dipengaruhi oleh komposisi toksikan. Ada

kemungkinan komponen toksikan mempunyai perbedaan toksisitas. Faktor lain

adalah sifat-sifat fisik kimia toksikan.

2. Berkaitan dengan pemaparan toksikan.

Toksikan akan menghasilkan efek negatif jika kontak dan bereaksi dengan

target biota pada konsentrasi tertentu dan waktu tertentu. Faktor-faktor yang

berkaitan dalam pemaparan toksikan adalah:

Universitas Sumatera Utara


 Jenis Toksikan

Toksikan hidrofilik (suka air) akan terlarut dalam air dan lebih cepat

mengadakan kontak reaksi dibanding toksikan hidrofobik bagi biota pelagik.

 Durasi pemaparan

Pemaparan jangka pendek (skala waktu jam dan hari) secara umum sangat

pendek dibandingkan umur reproduksi biota dari toksikan (misalnya hidrofilik)

dapat memberikan efek akut. Pemaparan jangka panjang (skala waktu hari,

minggu, bulan dan tahun) secara umum meliputi umur generasi biota mungkin

diperlukan bagi toksikan (misalnya hidrofobik) agar memberi kesempatan

toksikan mengadakan kontak reaksi dan memberikan efek kronis.

 Frekuensi pemaparan

Frekuensi pemaparan bisa sekali, berulang atau kontinu.

 Konsentrasi toksikan

Pada umumnya berkaitan dengan frekuensi pemaparan. Pemaparan sekali

terjadi pada konsentrasi tinggi dan menurun untuk pemaparan berulang hingga

kontinu.

3. Berkaitan dengan lingkungan

Sifat-sifat lingkungan yang mempengaruhi toksikan di atas juga mempengaruhi

toksisitas toksikan.

4. Berkaitan dengan biota

Toksisitas toksikan berbeda untuk berbagai spesies biota, karena adanya

perbedaan ketahanan dan kemudahan spesies biota menerima toksikan.

Perbedaan diantara spesies biota tersebut berkaitan dengan faktor-faktor

genetik, umur dan status kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


Daya racun tergantung pada kualitas dan kuantitas bahan tersebut. Dengan

jumlah sedikit sudah membahayakan manusia itu tidak lain karena kualitasnya

cukup memadai untuk membunuh. Untuk menghindari dampak yang diakibatkan

limbah melalui udara selain menghilangkan sumbernya juga dilakukan

pengendalian dengan penetapan nilai ambang batas. Nilai ambang batas adalah

kadar tertinggi suatu zat di dalam udara yang diperkenankan, sehingga manusia

dan makhluk hidup lainnya tidak mengalami gangguan penyakit atau menderita

(Agusnar, 2008).

Uji toksisitas akut merupakan uji yang dirancang untuk mengevaluasi

toksisitas relatif dari suatu bahan kimia terhadap organisme perairan tertentu

dalam suatu pemaparan jangka pendek terhadap berbagai konsentrasi bahan kimia

uji. Kriteria efek yang paling umum digunakan adalah kematian (pada ikan),

ketiadaan gerakan/immobility dan kehilangan keseimbangan (pada avertebrata),

dan pertumbuhan (pada alga). Uji toksisitas akut dapat dilakukan dengan suatu

jangka waktu pemaparan yang telah ditentukan (time dependent test) untuk

mengestimasi LC50 24 jam atau LC50 96 jam atau mengestimasi EC50 48 jam.

Akan tetapi, uji toksisitas akut juga dapat dilakukan dengan batas waktu

pemaparan yang tidak ditentukan sebelumnya (time independent test)

(Siregar, 2014).

Ketoksikan akut adalah derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi

secara singkat (24 jam) setelah pemberian dalam dosis tunggal. Jadi yang

dimaksud dengan uji toksisitas akut adalah uji yang dilakukan untuk mengukur

derajat efek suatu senyawa yang diberikan pada hewan coba tertentu, dan

pengamatannya dilakukan pada 24 jam pertama setelah perlakuan dan dilakukan

Universitas Sumatera Utara


dalam satu kesempatan saja. Tujuan dilakukannya uji toksisitas akut adalah untuk

menentukan potensi ketoksikan akut dari suatu senyawa dan untuk menentukan

gejala yang timbul pada hewan uji. Data yang dikumpulkan pada uji toksisitas

akut ini adalah data kuantitatif yang berupa kisaran dosis letal atau toksik, dan

data kualitatif yang berupa gejala klinis (Atmojo, 2009).

Lethal Concentration (LC50-96 Jam)

Untuk mengetahui efek zat pencemar terhadap biota dalam suatu perairan,

perlu dilakukan suatu uji toksisitas zat pencemar terhadap biota yang ada yaitu

dalam bentuk Lethal Concentration (LC50). Jadi uji toksisitas digunakan untuk

mengevaluasi besarnya konsentrasi toksikan dan durasi pemaparan yang dapat

menimbulkan efek toksik pada jaringan biologis. Salah satu biota yang dapat

digunakan untuk uji toksisitas adalah ikan, dengan syarat harus mempunyai

kepekaan tinggi, memenuhi syarat umur, berat, dan panjang; serta sesuai dengan

ikan yang hidup di perairan yang tercemar (Pratiwi et al., 2012).

Untuk pengolahan data hasil pengujian toksisitas, atau untuk menentukan

nilai LC50 digunakan metode analisis probit. Toksisitas letal dinyatakan dalam

nilai median lethal consentration (LC50) yakni konsentrasi bahan uji yang dapat

mematikan 50% ikan uji pada waktu pemaparan tertentu (Nugroho, 2006).

Menurut Syakti el al., (2012), kriteria nilai toksisitas akut LC50 pada

lingkungan perairan adalah sebagai berikut :

Tabel 1.Kriteria Nilai Toksisitas Akut LC50


Tingkat Racun Nilai (LC50) (ppm)
Racun Tinggi <1
Racun Sedang >1 dan <100
Racun Rendah >100

Universitas Sumatera Utara


Lethal Time (LT50-96 Jam)

Lethal Time 50 (LT50) adalah waktu dalam hari yang diperlukan untuk

mematikan 50% hewan percobaan dalam kondisi tertentu. Lethal Time adalah

waktu yang dihitung dengan suatu konsentrasi kimiawi yang mengakibatkan

kematian 50% populasi hewan percobaan. Semakin tingi konsentrasi bahan kimia,

maka waktu yang diperlukan untuk mematikan hewan uji semakin cepat

(Ahmad et al., 2008).

Nilai LT50 merupakan waktu yang dibutuhkan untuk membunuh 50% dari

jumlah larva yang di uji pada konsentrasi tertentu, sedangkan nilai LT90

merupakan waktu yang dibutuhkan untuk membunuh 90% dari jumlah larva yang

di uji pada konsentrasi tertentu. Nilai LT50 dan LT90 diperoleh dengan

menggunakan program analisis probit (Kurniawan el al., 2015).

Kualitas Air

Dalam budidaya ikan, beberapa parameter/indikator kualitas air perlu

diketahui karena sangat berpengaruh terhadap ikan budidaya. Sekalipun ikan yang

dibudidayakan adalah ikan-ikan yang tahan pada kualitas air yang ekstrim.

Suhu

Perubahan suhu air yang drastis dapat mematikan biota air karena terjadi

perubahan daya angkut darah. Suhu berkaitan dengan konsentrasi oksigen terlarut

dalam air dan konsumsi oksigen hewan air. Pertumbuhan dan kehidupan biota air

sangat dipengaruhi suhu air. Kisaran suhu optimal bagi kehidupan di perairan

tropis adalah antara 28−320 C. Pada kisaran tersebut konsumsi oksigen mencapai

2,2 mg/l berat tubuh-jam. Konsumsi oksigen mencapai 1,2 mg/l berat tubuh-jam

pada suhu dibawah 250 C. Pada suhu 18−250 C, ikan masih dapat bertahan hidup

Universitas Sumatera Utara


tetapi nafsu makannya mulai nurun. Suhu air 12−180 C mulai membahayakan

ikan, sedangkan suhu dibawah 120 C akan menyebabkan ikan tropis mati

kedinginan (Kordi, 2010).

Oksigen terlarut (DO)

Kadar oksigen terlarut berkisar antara 15 mg/liter pada suhu 00 C dan 8

mg/liter pada suhu 250 C. Di perairan tawar kadar oksigen terlarut juga

berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada percampuran

(mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi,

dan limbah (effeluent) yang masuk ke badan air. Semakin besar suhu dan

ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut

semakin kecil (Effendi, 2003).

Oksigen terlarut (DO) merupakan parameter mutu air yang penting karena

nilai oksigen terlarut dapat menunjukkan tingkat pencemaran atau tingkat

pengolahan air limbah. Kelarutan oksigen dalam air dapat dipengaruhi oleh suhu.

Kelarutan oksigen berbanding terbalik dengan suhu (Nugroho, 2006).

Oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia

beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun. Oksigen

juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme

tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan senyawa

kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun.

Karena peranannya yang penting ini, air buangan industri dan limbah sebelum

dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu diperkaya kadar oksigennya

(Salmin, 2005).

Universitas Sumatera Utara


Derajat keasaman (pH)

pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena memengaruhi

kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat

membunuh ikan budidaya. Pada pH rendah (keasaman yang tinggi), kandungan

oksigen terlarut akan berkurang. Akibatnya, konsumsi oksigen menurun, aktivitas

pernafasan naik, dan selera makan berkurang. Hal yang sebaliknya terjadi pada

suasana basa. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan

menyukai pH sekitar 7- 8,5. Nilai pH sangat memengaruhi proses biokimiawi

perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah (Kordi, 2010).

Keadaan pH yang dapat mengganggu kehidupan ikan adalah pH yang

terlalu rendah (sangat asam) atau sebaliknya terlalu tinggi (sangat basa). Setiap

jenis ikan akan memperlihatkan respon yang berbeda terhadap perubahan pH dan

dampak yang ditimbulkannya berbeda. Nilai pH yang mampu ditoleransi oleh

Ikan Nila berkisar antara 6 - 9, tetapi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang

optimal berada pada kisaran pH 7 – 8 (Daelami, 2001).

Universitas Sumatera Utara


METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2018 di

Laboratorium Budidaya dan Biologi Perairan Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat dan Bahan Penelitian

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Tabel 2. Alat dan Bahan Penelitian

No Alat Penelitian Satuan Keterangan


1 DO Meter mg/l Untuk mengukur kadar oksigen terlarut dalam air.
2 Ph Meter Untuk mengukur pH air.
Untuk mengambil air dan larutan induk sesuai
3 Gelas Ukur ml
dengan takarannya.
4 Akuarium Sebagai media hewan uji dan perlakuan.
5 Aerator Untuk menyuplai oksigen terlarut di akuarium.
6 Tanggok Untuk mengambil ikan dari akuarium.
Untuk mengambil kotoran-kotoran ikan yang
7 Selang Sifon
berada di dalam akuarium.
8 Gayung Untuk mengambil air sesuai dengan takarannya.
9 Ember Untuk menampung air
10 Jarum Suntik ml Untuk memindahkan
11 Kamera Untuk dokumentasi selama penelitian
12 Alat Tulis Untuk mencatat hasil penelitian
Bahan Penelitian Satuan Keterangan
Sebagai bahan uji yang diambil dari kolam
13 Ikan Nila ekor
pembenihan Ikan Nila yang berukuran 5-6 cm.
14 Pelet kg Sebagai makanan ikan selama aklimatisasi
Sebagai bahan untuk menghilangkan clorine
15 Anti clorine ml
dalam air
Sebagai bahan toksik untuk uji toksisitas akut
16 Insektisida ml
terhadap Ikan Nila.
17 Air Sebagai media ikan hidup
18 Tissue Untuk membersihkan alat penelitian

Universitas Sumatera Utara


Prosedur Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan satu kontrol dengan masing– masing

tiga kali ulangan. Penelitian ini terdiri atas uji pendahuluan dan uji toksisitas yang

masing-masing dengan 6 perlakuan yang berbeda dan pengulangan yang sama

sebanyak 3 x pengulangan.

Penentuan konsentrasi sesuai USEPA (United States Environmental

Protection Agency) dapat dilihat pada Lampiran 2 adalah sebagai berikut :

Perlakuan 1 : Kontrol (Tanpa insektisida)

Perlakuan 2 : 0,001 ppm (0,05 ml insektisida untuk 10 L air)

Perlakuan 3 : 0,01 ppm (0,5 ml insektisida untuk 10 L air)

Perlakuan 4 : 0,1 ppm (5 ml insektisida untuk 10 L air)

Perlakuan 5 : 1 ppm (50 ml insektisida untuk 10 L air)

Perlakuan 6 : 10 ppm (500 ml insektisida untuk 10 L air)

Persiapan Penelitian

Air diendapkan selama 3 hari pada ember penampungan, dimasukkan anti

clorine kedalam air yang diendapkan untuk menghilangkan clorine yang terdapat

pada air. Akuarium yang digunakan sebelumnya dicuci bersih dan dikeringkan

selama 1 hari. Selanjutnya akuarium diisi dengan air sebanyak 10 liter dan

diaerasi selama 1 hari untuk suplai O2. Sebelum dilakukan pengujian, terlebih

dahulu dilakukan aklimatisasi pada ikan. Aklimatisasi hewan uji dilakukan selama

3 hari untuk mengkondisikan Ikan Nila pada kultur media air dan memberikan

waktu beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Selama aklimatisasi Ikan Nila

diberi aerasi yang cukup agar dapat mempertahankan kadar oksigen terlarut.

Universitas Sumatera Utara


Aklimatisasi Hewan Uji

Aklimatisasi hewan uji dilakukan untuk memberikan waktu terhadap ikan

nila agar dapat beradaptasi dengan keadaan akuarium di laboratorium.

Aklimatisasi dilakukan selama 3 hari pada setiap uji pendahuluan dan uji utama.

Jumlah ikan yang diaklimatisasi yakni sebanyak 180 ekor pada uji pendahuluan

dan 180 ekor pada uji utama. Aklimatisasi dilakukan pada akuarium berukuran 40

cm x 20 cm x 20 cm yang dilengkapi dengan aerator. Selama aklimatisasi

dilakukan pengukuran pH, Dissolved Oxygen (DO) dan suhu.

Uji Pendahuluan

Uji pendahuluan dilakukan untuk memperoleh konsentrasi toksikan yang

akan digunakan dalam uji toksisitas. Berdasarkan uji pendahuluan didapat nilai

ambang batas atas dan ambang batas bawah. Jumlah kematian ikan nila dalam uji

pendahuluan dengan konsentrasi 0,001 ppm, 0,01 ppm, 0,1 ppm, 1 ppm dan 10

ppm, menunjukkan adanya ambang batas atas dan ambang batas bawah.

Uji pendahuluan dilakukan dengan memasukkan bahan insektisida untuk

menentukan batas kisaran kritis (critical range test) yang menjadi dasar dari

penentuan konsentrasi untuk menentukan ambang batas atas (N) dan ambang

batas bawah (n) yang digunakan dalam uji lanjutan. Konsentrasi ambang batas

atas adalah konsentrasi terendah dari bahan uji yang dapat menyebabkan semua

atau hampir semua ikan uji mati pada periode waktu pemaparan 24 jam.

Sedangkan konsentrasi ambang batas bawah adalah kosentrasi tertinggi dari bahan

uji dimana semua atau hamper semua ikan uji hidup setelah pemaparan 48 jam.

Universitas Sumatera Utara


Uji Utama

Konsentrasi perlakuan uji utama diperoleh dari hasil uji pendahuluan

selang konsentrasi nilai ambang atas dan bawah. Digunakan untuk mengetahui

toksisitas akut, menentukan nilai LC50–96 jam. Nilai LC50 yang dilihat adalah nilai

yang dapat mematikan ikan jam ke 96. Jumlah konsentrasi bahan uji sebanyak 4

buah ditambah 1 kontrol dengan 3 kali pengulangan.

Menurut (Syakti et al., 2012), penentuan konsentrasi menggunakan rumus

sebagai berikut:

Log N/n = k (log a- log n)

a/n = b/a = c/b = d/c = N/d

Keterangan:

N : Konsentrasi ambang atas

n : Konsentrasi ambang bawah

k : Jumlah konsentrasi yang diuji/banyaknya selang konsentrasi yang diinginkan

(a, b, c, d adalah konsentrasi yang diuji dengan nilai a sebagai konsentrasi

terkecil).

Selama pengamatan tidak dilakukan pergantian air. Parameter yang diukur

adalah mortalitas ikan yang dihitung pada jam ke 6, 12, 18, 24 dan selanjutnya

dilakukan perhitungan setiap 6 jam sekali sampai jam ke- 96 Sedangkan

pengukuran kualitas air dilakukan setiap hari (suhu, pH, DO).

Survival Rate

Menurut Hidayat dkk (2013), Survival rate ikan uji diperoleh dengan

mengikuti rumus :

t
SR : 100
o

Universitas Sumatera Utara


Keterangan:

SR : Persentase jumlah ikan hidup (%)

Nt : Jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)

No : Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

Analisis Data

Data pengaruh konsentrasi insektisida terhadap kelangsungan hidup akan

dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA) dengan rancangan acak lengkap

(RAL). Apabila terdapat pengaruh nyata maka akan dilanjutkan dengan uji

lanjutan.

Universitas Sumatera Utara


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Uji Pendahuluan

Dilakukan aklimatisasi Ikan Nila pada akuarium (40 x 20 x 20 cm)

dilengkapi dengan aerator yang diamati selama 3 hari. Selanjutnya dilakukan

pengukuran pH, DO dan suhu.

Tabel 3. Pengukuran Kualitas Air pada Aklimatisasi Ikan

Hari pH DO (mg/L) Suhu (oC)

1 7,2 7,3 7,2

2 7,4 7,3 7,2

3 7,4 7,2 7,3

Jumlah ikan yang mati pada uji pendahuluan, dapat diperoleh seperti pada

Tabel 4 dan Lampiran 6.

Tabel 4. Jumlah Kematian Ikan Nila pada Uji Pendahuluan

Konsentrasi (ppm)
Ulangan
0 0,001 0,01 0,1 1 10

1 0 0 1 3 7 10

2 0 0 3 2 6 10

3 0 0 1 3 8 10

Jumlah Kematian 0 0 5 8 21 30

Konsentrasi terkecil dari insektisida klorpirifos yang dapat menyebabkan

semua ikan uji mati pada periode waktu pemaparan 24 jam (ambang batas atas)

adalah 10 ppm. Konsentrasi tertinggi dari insektisida klorpirifos yang dapat

menyebabkan semua hewan uji hidup setelah pemaparan 48 jam (ambang batas

bawah) adalah 0,001 ppm (Tabel 4 dan Lampiran 6).

Universitas Sumatera Utara


Uji Utama

Nilai ambang batas atas dan bawah dapat digunakan dalam penentuan

konsentrasi dalam uji toksisitas. Berdasarkan penentuan konsentrasi uji toksisitas

didapatkan konsentrasi terkecil hingga terbesar dalam uji toksisitas adalah 0 ppm,

0,0063 ppm, 0,03969 ppm, 0,2500 ppm, 1,5752 ppm, dan 9,9096 ppm. Jumlah

kematian ikan nila dalam uji toksisitas dengan konsentrasi 0 ppm, 0,0063 ppm,

0,03969 ppm, 0,2500 ppm, 1,5752 ppm, dan 9,9096 ppm menunjukkan kematian

ikan nila air tawar terbanyak terdapat pada konsentrasi tertinggi yaitu 9,9096 ppm.

Berdasarkan jumlah ikan yang mati pada uji toksisitas, dapat diperoleh seperti

pada Tabel 5 dan Lampiran 7.

Tabel 5. Jumlah Kematian Ikan Nila pada Uji Utama

Konsentrasi (ppm)
Ulangan
0 0,0063 0,03969 0,25 1,5752 9,9096

1 0 1 4 6 6 10

2 0 1 2 4 7 10

3 0 0 2 3 6 9

Jumlah Kematian 0 2 8 13 19 29

Pengukuran Kualitas Air

Pada uji pendahuluan dilakukan pengukuran kualitas air pada awal dan

akhir. Nilai suhu berkisar 27,6 0C − 28,5 0C, DO berkisar 6,1 mg/l − 7,4 mg/l, dan

pH berkisar 6,8 − 8,0. Hasil pengukuran menghasilkan nilai kisaran yang dapat

dilihat pada Tabel 6. Pada Tabel 6 dibawah menunjukkan semakin tinggi

konsentrasi insektisida klorpirifos mengakibatkan berkurangnya DO. Pada

Universitas Sumatera Utara


konsentrasi 10 ppm nilai DO berkisar 6,1 mg/l – 7,2 mg/l, sedangkan konsentrasi

0,001 nilai DO berkisar 7,0 mg/l – 7,4 mg/l.

Tabel 6. Nilai Kisaran Suhu, DO dan pH pada Uji Pendahuluan

Parameter
Konsentrasi (ppm)
Suhu (0C) DO (mg/l) pH

0 27,6-28,1 7,3-7,4 7,2-7,4

0,001 27,6-28,1 7,0-7,4 7,2-7,4

0,01 27,7-28,2 6,5-7,3 7,3-7,4

0,1 27,7-28,0 6,4-7,2 7,2-7,4

1 27,7-28,5 6,4-7,3 7,2-7,6

10 27,7-28,7 6,1-7,2 6,8-8,0

Pada uji toksisitas selama 96 jam dilakukan pengukuran parameter suhu,

DO, pH yang diukur pada awal dan akhir. Nilai suhu berkisar 27,6 0C − 28,7 0C,

DO berkisar 6,2 mg/l – 7,4 mg/l, pH berkisar 6,9 – 8,0. Hasil pengukuran

menghasilkan nilai kisaran yang dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai Kisaran Suhu, DO dan pH pada Uji Utama

Parameter
Konsentrasi (ppm)
Suhu (0C) DO (mg/L) pH

0 27,6-28,1 7,2-7,4 7,2-7,4

0,0063 27,6-28,1 7,0-7,3 7,2-7,4

0,03969 27,7-28,2 6,8-7,3 7,3-7,4

0,2500 27,7-28,0 6,5-7,2 7,2-7,4

1,5752 27,7-28,5 6,3-7,2 7,2-7,6

9,9096 27,7-28,7 6,2-7,2 6,9-8,0

Universitas Sumatera Utara


Survival Rate

Hasil persentase survival rate ikan nila menunjukkan bahwa semakin

rendah konsentrasi yang diberikan maka semakin besar nilai survival rate ikan nila

Pada konsentrasi 0,0063 ppm ikan nila dapat bertahan hidup sebanyak 28 ekor

(93,33%) dalam waktu 96 jam. Pada konsentrasi 0,0396 ppm ikan nila dapat

bertahan hidup sebanyak 22 ekor (73,33%) dalam waktu 96 jam. Pada konsentrasi

0,2500 ppm ikan nila dapat bertahan hidup sebanyak 17 ekor (56,66%) dalam

waktu 96 jam. Pada konsentrasi 1,5752 ppm ikan nila dapat bertahan hidup

sebanyak 11 ekor (33,33%) dalam waktu 96 jam. Pada konsentrasi 9,9096 ppm

ikan nila dapat bertahan hidup sebanyak 1 ekor (3,33%) dalam waktu 96 jam.

Nilai survival rate ikan yang hidup sebesar 43,8% sedangkan nilai untuk ikan

yang mati sebesar 56,2%. Persentase mortalitas yang diperoleh dapat dilihat pada

Tabel 8.

Tabel 8. Survival Rate Ikan Nila dalam Uji Utama

Konsentrasi (ppm)
Ulangan
0 0,0063 0,0396 0,2500 1,5752 9,9096

1 10 9 8 5 3 -

2 10 10 7 5 3 1

3 10 9 7 7 5 -

Jumlah 30 28 22 17 11 1

Persentase (%) 100% 93.33% 73.33% 56.66% 36.66% 3.33%

Universitas Sumatera Utara


Analisis Probit

Berdasarkan persentase survival rate, dapat diperoleh Tabel analisis probit

untuk menentukan nilai LC50 selama 96 jam. Tabel analisis probit yang terdapat

dalam Tabel 9. digunakan untuk menentukan nilai LC50 ikan nila dengan bahan

toksik insektisida klorpirifos dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis Probit Pengaruh Insektisida Klorpirifos terhadap Ikan Nila

C N R P X Y XY X2

0 30 0 0 - - - -

0,0063 30 2 6,66 -2,20 3,45 -7,59 4,84

0,0396 30 8 26,66 -1,40 4,36 -6,10 1,96

0,2500 30 13 43,33 -0,60 4,82 -2,89 0,36

1,5752 30 19 63,33 0,19 5,33 1,01 0,03

9,9096 30 29 96,66 0,99 6,75 6,68 0,98

Jumlah -3,02 24,71 -8,89 8,17

Berdasarkan analisis probit untuk penentuan LC50, maka diperoleh nilai

LC50 96 jam sebesar 0,29 ppm . Oleh sebab itu, pada konsentrasi 0,2500 ppm

dapat mematikan ikan nila sebanyak 50% dalam jangka waktu 96 jam.

Lethal Time (LT50)

Berdasarkan Tabel 8 nilai LT50 dari perlakuan berbagai konsentrasi

insektisida klorpirifos berkisar dari 12-72 jam. Semakin tinggi konsentrasi

insektisida klorpirifos yang diberikan maka semakin banyak senyawa klorpirifos

yang terkandung dalam akuarium. Sehingga mengakibatkan ikan stress dan

akhimya mati.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 10. Lethal Time Insektisida Klorpirifos

Konsentrasi (ppm) Lethal Time (Jam)

0 96

0,0063 72

0,0396 66

0,2500 54

1,5752 48

9,9096 12

Pemberian konsentrasi insektisida 9,9096 ppm membutuhkan waktu yang

paling cepat untuk mematikan 50% ikan nila yaitu 12 jam. Hal ini disebabkan

oleh kandungan bahan aktif senyawa klorpirifos yang masuk sebagai racun

kedalam tubuh ikan nila. Menurut Aminah (1995) menyatakan bahwa senyawa

yang terkandung dalam insektisida yang tinggi maka pengaruh yang ditimbulkan

terhadap kematian hewan uji semakin tinggi.

Pembahasan

Uji pendahuluan dilakukan selama 48 jam, hal ini untuk menentukan nilai

ambang batas atas dan nilai ambang batas bawah sehingga diperoleh nilai

konsentrasi yang digunakan pada uji selanjutnya. Sesuai dengan pernyataan

Syakti et al., (2012) yaitu Uji toksisitas akut diawali dengan penentuan kisaran

konsentri (range finding test) yang menyebabkan kematian 100% organisme uji

pada uji pendahuluan.

Hasil penelitian dari Tabel 3, Tabel 6 dan Tabel 7 menunjukkan bahwa

dengan adanya pemberian insektisida klorpirifos selama pemaparan tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap suhu air yaitu berkisar antara 27,6-28,10C,

dimana suhu air kontrol yaitu berkisar antara 27,6-28,10C. Pemberian insektisida

Universitas Sumatera Utara


klorpiriofos menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air pada parameter DO

dan pH. Nilai DO pada perlakuan kontrol berkisar antara 7,3-7,4, sementara pada

perlakuan insektisida menyebabkan DO menurun hingga berkisar antara 6,1-7,2

pada perlakuan dengan konsentrasi tertinggi 10 ppm. Kemudian nilai pH juga

terjadi perubahan dari perlakuan kontrol berkisar antara 7,2-7,4 menurun hingga

6,9-8,0 pada perlakuan dengan konsentrasi tertinggi 10 ppm. Hal ini sesuai

dengan Permatasari (2012) yang menyatakan bahwa nilai pH yang mampu

ditoleransi oleh ikan nila berkisar antara 6 - 9, suhu yang dapat ditoleransi oleh

ikan nila berkisar 25 - 30°C dan kisaran konsentrasi oksigen yang optimal untuk

ikan nila berkisar antara 5 - 7 mg/l.

Dari penelitian yang telah dilakukan pada Tabel 4 menunjukkan jumlah

kematian ikan tertinggi terdapat pada konsentrasi 10 ppm sebanyak 30 ekor ikan

uji, sedangkan jumlah kematian ikan terendah terdapat pada konsentrasi 0,001

ppm dimana tidak terdapat kematian pada ikan uji. Hal ini sesuai dengan

Rukmana (2016) yang menyatakan bahwa senyawa-senyawa toksik pada larutan

uji berpengaruh terhadap kematian hewan uji. Data jumlah kematian hewan uji

rata-rata yang diperoleh dari uji pendahuluan selama 48 jam, tidak ada kematian

pada akuarium kontrol. Hasil pengujian yang dilakukan benar karena syarat

keberhasilan pengujian adalah jika diakhir pengamatan pada akuarium kontrol

masih terdapat 90% hewan uji.

Setelah insektisida klorpirifos dimasukkan kedalam akuarium, timbul

gejala-gejala klinis seperti kemampuan ikan nila berenang tidak seimbang,

bergerak secara hiperaktif dan saat menuju satu tempat ke tempat yang lain ikan

nila melompat-lompat untuk keluar dari akuarium. Sesuai dengan pernyataan

Universitas Sumatera Utara


Rudiyanti dan Ekasari (2009) yang menyatakan bahwa pengamatan secara visual

terlihat bahwa ikan uji mengalami perubahan tingkah laku yang menyatakan ikan

yang terkena racun bahan pencemar dapat diketahui dengan gerakan hiperaktif,

menggelepar, lumpuh dan kemudian mati. Secara klinis hewan yang

terkontaminasi racun memperlihatkan gejala stress bila dibandingkan dengan

kontrol, ditandai dengan menurunnya nafsu makan, gerakan kurang stabil, dan

cenderung berada di dasar akuarium.

Proses masuknya insektisida dalam tubuh ikan nila terjadi ketika ikan

melakukan respirasi. Dimana ketika ikan membuka operculum insang, insektisida

yang terdapat dalam air akan masuk kedalam insang ikan dan tersebar kedalam

tubuh ikan nila. Hal ini sesuai dengan Rudiyanti dan Ekasari (2009) yang

menyatakan bahwa pestisida yang masuk dalam tubuh organisme akan mengalami

proses-proses yang sama dengan benda-benda asing. Proses-proses tersebut yaitu

absorpsi, distribusi, dan akumulasi. Pestisida masuk dalam tubuh ikan dapat

melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan dan kulit. Pestisida masuk dalam

tubuh ikan dapat melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan dan kulit. Pada

saluran pencernaan, pestisida yang ada dalam usus akan mengalami proses

absorpsi dan distribusi, dengan adanya proses ini mengakibatkan kerusakan pada

jaringan ikan. Proses distribusi terjadi dimana pestisida yang ada di usus dibawa

oleh peredaran darah vena portal hepatis menuju ke hepar. Di hepar akan terjadi

detoksikasi dan akumulasi racun.

Pada Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa terdapat kematian hewan uji

sebanyak 96,66% pada konsentrasi 9,9096 ppm. Dari tabel tersebut juga terlihat

bahwa semakin tinggi konsentrasi pencemar maka semakin banyak jumlah

Universitas Sumatera Utara


kematian pada ikan nila. Hal ini sesuai dengan Rukmana (2016) yang menyatakan

bahwa semakin tinggi konsentrasi pencemar maka semakin banyak jumlah

kematian pada hewan uji dan sebaliknya, semakin kecil konsentrasi pencemar

maka semakin kecil jumlah kematian pada hewan uji. Sama halnya pada uji

pendahuluan sebelumnya, kematian hewan uji ini membuktikan bahwa senyawa-

senyawa toksik pada larutan uji berpengaruh terhadap kematian hewan uji.

Persentase survival rate ikan nila (Oreochromis niloticus) berkurang

seiring dengan bertambahnya konsentrasi insektisida klorpirifos. Persentase

survival rate ikan nila yang didapatkan pada perlakuan 1 (93,33%), perlakuan 2

(73,33%), perlakuan 3 (56,66%), perlakuan 4 (36,66%) dan perlakuan 5 (3,33%)

(Tabel 8). Penurunan tersebut berkaitan dengan kemampuan adaptasi ikan untuk

mentolerir toksisitas insektisida klorpirifos yang terdapat pada akuarium. Hal

tersebut menyebabkan ikan nila semakin tidak mampu menetralisir pengaruh yang

ditimbulkan oleh insektisda klorpirifos yang terkandung di dalam akuarium. Hal

ini sesuai dengan Rudiyanti dan Ekasari (2009) yang menyatakan bahwa seiring

dengan semakin tinggi konsentrasi yang dilarutkan pada media hidup ikan uji

maka tingkat kelangsungan hidup ikan uji akan semakin rendah.

Berdasarkan persentase kematian ikan nila pada uji dasar, terdapat dua

atau lebih konsentrasi yang mengalami kematian, sehingga nilai LC50 dapat

ditentukan dengan menggunakan metode analisis probit. Nilai LC50 didapat

dengan memasukkan jumlah kematian pada tiap-tiap konsentrasi ke dalam table

analisis probit dan diperoleh nilai LC50 sebesar 0,29 ppm. Nilai LC50 untuk

insektisida jenis klorpirifos ini termasuk ke dalam jenis toksisitas tinggi (sangat

toksik). Nilai ini menunjukkan bahwa apabila insektisida klorpirifos masuk ke

Universitas Sumatera Utara


dalam perairan dengan konsentrasi 0,29 ppm akan dapat menyebabkan kematian

ikan nila 50% selama 96 jam. Hal ini sesuai dengan Putra (2017) Nilai LC dapat

memperkirakan konsentrasi yang memiliki efek yang mematikan terhadap suatu

organisme. Semakin tinggi nilai konsentrasi toksikan maka semakin banyak

jumlah kematian organisme yang terlihat dengan nilai LC yang juga semakin

besar. Tetapi, dalam uji toksisitas akut dipilih nilai LC50 sebagai tingkat efek yang

mewakili toksisitas dan mempunyai potensi dampak terhadap kehidupan akuatik.

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa insektisida

klorpirifos bersifat sangat toksik terhadap kehidupan ikan nila. Terbukti pada

penelitian yang saya lakukan, nilai LC50- 96 jam pada penelitian yang dilakukan

sebesar 0,29 ppm (Tabel 9). Nilai LC50 yang didapatkan lebih besar daripada nilai

LC50-96 jam yang didapatkan oleh Rukmana (2016) sebesar 0,076 ± 0,034 ppm.

Perbedaan nilai LC50-96 jam yang didapatkan dikarenakan adanya perbedaan ukuran

ikan yang digunakan. Pada penelitian Rukmana (2016) menggunakan Ikan Nila

berukuran ± 5 cm sedangkan pada penelitian saya menggunakan Ikan Nila

berukuran 6 cm. Oleh karena itu, akumulasi pestisida pada ikan dewasa akan lebih

tinggi dibandingkan larva ikan dikarenakan rasio luas permukaan insang

berbanding dengan massa tubuh ikan

Pada penelitian Supriyono (2005) didapatkan nilai LC50-96 jam pada ikan

nila sebesar 8,5186 ppm dengan menggunakan insektisida triklorfon, sedangkan

pada penelitian saya didapatkan nilai LC50-96 jam pada ikan nila sebesar 0,29 ppm.

Jadi dapat dilihat bahwa insektisida triklorfon lebih berbahaya daripada insekti

sida klorpirifos. Hal ini dikarenankan akumulasi pestisida triklorfon dalam

jumlah kecil dapat menghambat aktifitas enzim Cholinesterase dan dalam

Universitas Sumatera Utara


konsentrasi subletal dapat bekerja sebagai anti enzim Acethyl Cholinesterase.

Sedangkan pengaruh tidak langsung yang tidak mematikan ikan adalah

terhambatnya pertumbuhan organisme makanan sehingga mempengaruhi

pertumbuhan ikan. Hal ini sesuai dengan Lu (1995) yang menyatakan bahwa

triklorfon yang merupakan golongan organofosfat yang bekerja dengan

menghambat asetilkolinesterase yang mengakibatkan akumulasi asetilkolin yang

berhubungan dengan berfungsinya sistem syaraf pusat.

Dari penilitian yang dilakukan dengan nilai LC50-96 jam insektisida

klorpirifos terhadap ikan nila sebesar 0,29 ppm, sementara pada penelitian Husni

(2016) nilai LC50-96 jam insektisida klorpirifos terhadap ikan mas sebesar

0,028± 0,010 ppm. Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa ikan nila

memiliki daya tahan tubuh yang lebih tinggi daripada ikan mas. Karena dari nilai

LC50-96 jam dapat di lihat bahwa ikan nila memiliki nilai LC50-96 jam lebih tinggi

dibandingkan dengan ikan mas. Hal ini sesuai dengan Chahaya (2003) yang

menyatakan bahwa Ikan mas (Cyprinus Carpio L.) dapat digunakan sebagai

hewan uji hayati karena sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Ikan mas

sangat peka terhadap faktor lingkungan pada umur lebih kurang tiga bulan dengan

ukuran 8-12 cm.

Berdasarkan Tabel 10 nilai LT50 dari perlakuan berbagai konsentrasi

insektisida klorpirifos berkisar dari 12-72 jam. Semakin tinggi konsentrasi

insektisida klorpirifos yang diberikan maka semakin banyak senyawa klorpirifos

yang terkandung dalam akuarium. Sehingga semakin banyak pula senyawa

tersebut yang terserap dan termakan dengan bahan makanan yang dimakan oleh

ikan nila. Akibatnya ikan nila akan semakin lemah untuk bergerak dan akhimya

Universitas Sumatera Utara


mati. Hal ini sesuai dengan Menurut Aminah (1995) menyatakan bahwa senyawa

yang terkandung dalam insektisida yang tinggi maka pengaruh yang ditimbulkan

terhadap kematian hewan uji semakin tinggi. Hal ini didukung dengan penelitian

yang saya lakukan dimana sebanyak 56,2 % Ikan Nila yang mati dan 43,8% Ikan

Nila yang bertahan hidup.

Pada analisis sidik ragam (ANOVA) uji toksisitas atau uji dasar diperoleh

hasil bahwa konsentrasi insektisida klorpirifos yang berbeda-beda memberikan

pengaruh sangat nyata terhadap mortalitas ikan nila. Karena pada setiap

konsentrasi memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah mortalitas ikan

nila. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 7. Pada konsentrasi ini ikan nila sudah

mengalami stres yang ditunjukkan oleh tingkah laku ikan yang lebih sering berada

dipermukaan, tidak mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang semakin

berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian. Hal ini didukung oleh

pernyataan Rudiyanti dan Ekasari (2009) bahwa Seiring dengan semakin

tingginya konsentrasi yang dilarutkan pada media hidup ikan uji maka tingkat

kelangsungan hidup ikan uji akan semakin rendah.

Universitas Sumatera Utara


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Nilai Lethal concentration (LC50) 96 jam dari insektisida klorpirifos adalah

0,29 ppm dan Nilai Lethal Time (LT50) 96 jam dari insektisida klorpirifos

adalah 12 jam.

2. Pemberian insektisda klorpirifos sangat bepengaruh terhadap kelangsungan

hidup ikan nila. Semakin tinggi konsentrasi insektisida klorpirifos yang masuk

kedalam badan perairan mengakibatkan tingginya tingkat mortalitas ikan nila

Pengamatan secara visual gejala yang terlihat adalah perubahan pola renang

ikan yang lebih sering berada di permukaan, gerakan renang yang tidak

beraturan dan bersifat agresif.

Saran

Perlu dilakukan uji lanjutan secara histologi agar mengetahui organ-organ

yang terserang efek dari insektisda klorpirifos. Serta perlu dilakukan penyuluhan

kepada para petani agar lebih memperhatikan dosis penggunaan insektisida

klorpirifos, agar tidak menimbulkan pencemaran kedalam badan perairan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Adharini, R, I., Suharno., H. Hartiko. 2016. Pengaruh Kontaminasi Insektisida


Profenofos terhadap Fisiologis Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.). Jurnal
Manusia dan Lingkungan. Vol. 22 (2) : 365-373.
Agusnar, H. 2008. Analisa Pencemaran dan Pengendalian Lingkungan. USU
Press. Medan.
Ahmad, R. Z., D. Haryuningtyas dan A. Wardhana. 2008. Lethal Time 50
Cendwan Beauveria bassiana dan Metarhizium Anisopliae terhadap
Sarcoptes Scabiei. Balai Besar Penelitian Veteriner.
Aminah, N.S., 1995. Evaluasi Tiga Jenis Tumbuhan sebagai Insektisida dan
Repelen terhadap Nyamuk di Laboratorium, Laporan Penelitian, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Ardita, N. A. Budiharjo dan S. L. A. Sari. 2014. Pertumbuhan dan Rasio Konversi
Pakan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) dengan Penambahan Prebiotik.
Jurnal Bioteknologi. Vol. 12(1) : 16 -21.
Arie, U. 2000. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Atmojo, D.W. 2009. Uji Toksisitas Akut Penentuan LD50 Ekstrak Valerian
(Valeriana officinalis) terhadap Mencit BALB/C. [Skripsi]. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Daelami, D. 2001. Agar Ikan Sehat. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Damayanty, M. M dan N. Abdulgani. 2013. Pengaruh Paparan Sub Lethal
Insektisida Diazinon 600 EC terhadap Laju Konsumsi Oksigen dan Laju
Pertumbuhan Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus). Jurnal Sains Dan
Seni POMITS. Vol. 2 (2) : 2337-3520.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Esmiralda, Zulkarnaini, dan Rahmadona. 2012. Pengaruh COD dan Surfaktan
dalam Limbah Cair Laundri terhadap Nilai LC50. Jurnal Teknik
Lingkungan. Vol 9(1) :110-114. ISSN : 1829-6084.
Harsanti, E. S., E. Martono, H. A. Sudibyakto dan E. Sugiharto. 2014. Residu
Insektisida Klorpirifos dalam Tanah dan Produk Bawang Merah Allium
Ascalonicum L, di Sentra Produksi Bawang Merah di Kabupaten Bantul,
Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Hidayat, D., A, D, Sasanti dan Yulisman. 2013. Kelangsungan Hidup,
Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Gabus (Channa striata) yang
Diberi Pakan Berbahan Baku Tepung Keong Mas (Pomacea sp). Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia. Vol. 1(2) : 161-172.

Universitas Sumatera Utara


Husni, H dan Esmiralda, MT. 2011. Uji Toksisitas Akut Limbah Cair Industri
Tahu terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio) (Studi Kasus : Limbah Cair
Industri Tahu “SUPER”, Padang). Universitas Andalas. Padang.
Husni, N. 2016. Uji Toksisitas Akut dalam Penentuan Lethal Concentration 50
(LC50) Insektisida Klorpirifos terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio L).
[SKRIPSI]. Universitas Andalas. Padang.
Kordi, M. G. 2010. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Tawar di Kolam Terpal.
ANDI, Yogyakarta.
Kurniawan, B., R. Rapina., A. Sukohar dan S. Nareswari. 2015. Effectiveness Of
The Pepaya Leaf (Carica Papaya Linn) Ethanol Extract As Larvacide For
Aedes Aegypti Instar III. Universitas Lampung. Lampung.
Kusriani., P ,Widjanarko., N, Rohmawati. 2012. Uji Pengaruh Sublethal Pestisida
Diazinon 60 EC terhadap Rasio Konversi Pakan (FCR) dan Pertumbuhan
Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Jurnal Penelitian Perikanan 1(1). ISSN :
2337-621X.
Lu, F. C. 1995. Toksikologi Dasar : Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Risiko.
Penerbit UI-Press. Jakarta.
Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Penerbit Universitas Trisakti.
Jakarta.
Nugroho, A. P. 2004. Buku Ajar Ekotoksikologi. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Permatasari, D. W. 2012. Kualitas Air pada Pemeliharaan Ikan Nila Oreochromis
sp Intensif di Kolam Departemen Budidaya Perairan Institut Pertanian
Bogor.[Skripsi] Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pratiwi, Y., S. Sunarsih dan W.F. Windi. 2012. Uji Toksisitas Limbah Cair
Laundry Sebelum dan Sesudah Diolah dengan Tawas dan Karbon Aktif
terhadap Bioindikator (Cyprinus carpio L). Prosiding Seminar Nasional
Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III.
Putra, M. A. 2017. Uji Toksisitas Akut LC50 Limbah Cair Industri Penyamakan
Kulit terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Universitas Andalas.
Padang.
Ramlah, E., Soekendarsi dan Z. Hasyim. 2016. Perbandingan Kandungan Gizi
Ikan Nila Oreochromis Niloticus Asal Danau Mawang Kabupaten Gowa
dan Danau Universitas Hasanuddin Kota Makassar. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Rudiyanti, S dan A. D. Ekasari. 2009. Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Mas
(Cyprinus carpio linn) pada Berbagai Konsentrasi Pestisida Regent 0,3 G.
Jurnal Saintek Perikanan. Vol 5(1) : 49 – 54.

Universitas Sumatera Utara


Rukmana, W. D. 2016. Uji Toksisitas Akut dalam Penentuan LC50 Insektisida
Klorpirifos terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Universitas
Andalas. Padang.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO ) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan.
Oseana, Vol. xxx. No.3 : 21:26.
Saparinto, C dan R. Susiana. 2013. Grow Your Own Fish. Lily Publisher.
Yogyakarta.
Septiarina, F. 2015. Pemberian Senyawa Taurin, Inositol, dan Gracillaria Sp.
pada Pakan Buatan terhadap Laju Pertumbuhan Juvenil Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus). [Skripsi]. Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Sinurat, M, S. 2015. Uji Toksisitas Akut Limbah Cair Industri Tahu terhadap Ikan
Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Siregar, A, Z. 2016. Teknologi Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) dan
Gurami (Osphronemus gouramy) di Lahan Padi Pasang Surut. Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Siregar, S. N. 2014. Uji Toksisitas Pelembut Pakaian terhadap Benih Ikan Mas
(Cyprinus carpio L). Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Soelistyowati, D. T., A. O. Sudrajat dan H. Arfah. 2010. Maskulinisasi pada Ikan
Nila Merah (Oreochromis sp.) Menggunakan Bahan Alami Resin Lebah
Melalui Pakan Buatan. Jurnal Akuakultur Indonesia. Vol. 9 (2) : 178-183.
Soemirat, J. 2005. Toksikologi Lingkungan. Gadjah Mada. Yogyakarta.
Supriyono, E., P. R. Pong-Masak dan P. E. Naiborhu. 2005. Studi Toksisitas
Insektisida Triklorfon terhadap Ikan Nila, Oreochromis sp. Jurnal
Akuakultur Indonesia. Vol. 4(2) : 163-170.
Syakti, A. D., N. V Hidayati dan A. S. Siregar. 2012. Agen Pencemaran Laut.
IPB Press. Bogor.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Penampungan Air Aerasi Akuarium

Pengukuran DO Pengukuran pH

Pemberian Limbah Pengamatan Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Penentuan Konsentrasi Uji Pendahuluan

Larutan induk klorpirifos dibuat dengan mengencerkan larutan klorpirifos

200 g/L dengan penambahan air. Pengenceran dilakukan untuk mendapatkan

konsentrasi larutan yang lebih kecil dalam mg/L. Larutan klorpirifos diambil 1 ml

dan di masukan ke dalam 1000 ml air. Pengenceran dihitung dengan rumus

sebagai berikut:
V1 . M1 = V2 . M2

Dimana:

V1 = Volume larutan induk (L)

M1 = Konsentrasi larutan induk (g/L)

V2 = Volume larutan yang diinginkan (L)

M2 = Konsentrasi larutan artifisial (g/L)

Perhitungan :

Pengenceran Insektisida Klorpirifos

V2 2 0,001 200 g/
1 0,2 g/ 200 mg/ 200 ppm
V1 1

Konsentrasi 0,001 ppm

V2 2 10 0,001 mg/
1 0,00005 0,05 m
V1 200 mg/

Konsentrasi 0,01 ppm

V2 2 10 0,01 mg/
1 0,0005 0,5 m
V1 200 mg/

Konsentrasi 0,1 ppm

V2 2 10 0,1 mg/
1 0,005 5m
V1 200 mg/

Universitas Sumatera Utara


Konsentrasi 1 ppm

V2 2 10 1 mg/
1 0,05 50 m
V1 200 mg/

Konsentrasi 10 ppm

V2 2 10 10 mg/
1 0,5 500 ml
V1 200 mg/

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Penentuan Konsentrasi Uji Toksisitas

N = 10 ppm

N = 0,001 ppm

K =5

og og a og n)
n
10
og 5 og a og 0,001)
0,001

4 = 5 (Log a – (-3))

4 = 5 (Log a + 3)

4 = 5 Log a + 15

4 – 15 = 5 Log a

-11 = 5 Log a

-11/5 = Log a

-2,2 = Log a

0,0063 =a

a b 0,0063 b
0,0396 ppm
n a 0,001 0,0063

b c 0,0396 c
0,2500 ppm
a b 0,0063 0,0396

c d 0,2500 c
1,575 ppm
b c 0,0396 0,2500

d e 1,575 e
9,096 ppm
c d 0,2500 1,575

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Tabel Nilai Probit Persentase Mortalitas

% 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

0 - 2.67 2.95 3.12 3.25 3.36 3.45 3.52 3.59 3.66

10 3.72 3.77 3.82 3.87 3.92 3.96 4.01 4.05 4.08 4.12

20 4.16 4.19 4.23 4.26 4.29 4.33 4.36 4.39 4.42 4.45

30 4.48 4.50 4.53 4.56 4.59 4.61 4.64 4.67 4.69 4.72

40 4.75 4.77 4.80 4.82 4.85 4.87 4.90 4.92 4.95 4.97

50 5.00 5.03 5.05 5.08 5.10 5.13 5.15 5.18 5.20 5.23

60 5.25 5.28 5.31 5.33 5.36 5.39 5.41 5.44 5.47 5.50

70 5.52 5.55 5.58 5.61 5.64 5.67 5.71 5.74 5.77 5.81

80 5.84 5.88 5.92 5.95 5.99 6.04 6.08 6.13 6.18 6.23

90 6.28 6.34 6.41 6.48 6.55 6.64 6.75 6.88 7.05 7.33

- 0.0 0.1 0,2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9

99 7.33 7.37 7.41 7.46 7.51 7.58 7.65 7.75 7.88 8.09

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Perhitungan Analisis Probit LC50-96 Jam

1
( ) )
b n
2 1
)
n
1
8 89) 5 ( 3,02) 24,71)
b
1
8,17) 5 3 02)

8,89 14,65
b
8,17 1,82

5,76
b
4,48

b = 1,28

1
a –b )
n
1
a 24, 71 – 1,28 . 3,02)
5
1
a 24, 71 3,865)
5
a 5, 71

5 a
m
b
5 – 5, 71
m
1,28

m = - 0,55

LC50 = anti log m

LC50 = 0,29

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Data Pengamatan Kematian Ikan Pada Uji Pendahuluan

Ulangan 1
Jumlah Jumlah Ikan Mati Pada Jam Ke- Total
Konsentrasi
Perlakuan Ikan Ikan
(ppm) 6 12 18 24 30 36 42 48
(N) Mati (R)
10
1 0 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─
ekor
10
2 0,001 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─
ekor
10
3 0,01 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 1 1 ekor
ekor
10
4 0,1 ─ ─ ─ 2 ─ ─ ─ 1 3 ekor
ekor
10
5 1 ─ 3 ─ 1 1 ─ 2 ─ 7 ekor
ekor
10
6 10 2 3 2 3 ─ ─ ─ ─ 10 ekor
ekor

Ulangan 2
Jumlah Jumlah Ikan Mati Pada Jam Ke- Total
Konsentrasi
Perlakuan Ikan Ikan
(ppm) 6 12 18 24 30 36 42 48
(N) Mati (R)
10
1 0 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─
ekor
10
2 0,001 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─
ekor
10
3 0,01 ─ ─ ─ ─ ─ 1 ─ 2 3 ekor
ekor
10
4 0,1 ─ ─ ─ ─ 1 ─ 1 ─ 2 ekor
ekor
10
5 1 2 ─ ─ 1 ─ 1 ─ 2 6 ekor
ekor
10
6 10 2 2 2 4 ─ ─ ─ ─ 10 ekor
ekor

Universitas Sumatera Utara


Ulangan 3
Jumlah Jumlah Ikan Mati Pada Jam Ke- Total
Konsentrasi
Perlakuan Ikan Ikan
(ppm) 6 12 18 24 30 36 42 48
(N) Mati (R)
10
1 0 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─
ekor
10
2 0,001 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─
ekor
10
3 0,01 ─ ─ ─ ─ ─ ─ 1 ─ 1 ekor
ekor
10
4 0,1 ─ ─ ─ 2 ─ ─ 1 ─ 3 ekor
ekor
10
5 1 ─ 2 ─ 1 ─ 2 1 2 8 ekor
ekor
10
6 10 1 4 3 2 ─ ─ ─ ─ 10 ekor
ekor

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Data Pengamatan Kematian Ikan Pada Uji Utama

Ulangan 1
Jumlah Ikan Mati Pada Jam Ke- Total
Konsentrasi Jumlah
Perlakuan Ikan Mati
(ppm) Ikan (N) 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72 78 84 90 96
(R)
1 0 10 ekor ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─
2 0,0063 10 ekor ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 1 ─ ─ ─ ─ 1 ekor
3 0,0396 10 ekor ─ ─ 1 ─ 1 ─ 1 ─ ─ ─ 1 ─ ─ ─ ─ ─ 4 ekor
4 0,2500 10 ekor ─ ─ ─ ─ 1 2 1 1 1 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 6 ekor
5 1,5752 10 ekor ─ ─ ─ 1 2 1 1 1 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 6 ekor
6 9,9096 10 ekor 2 3 4 1 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 10 ekor

Ulangan 2
Jumlah Ikan Mati Pada Jam Ke- Total
Konsentrasi Jumlah
Perlakuan Ikan Mati
(ppm) Ikan (N) 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72 78 84 90 96
(R)
1 0 10 ekor ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─
2 0,0063 10 ekor ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 1 ─ ─ ─ ─ ─ ─ 1 ekor
3 0,0396 10 ekor ─ ─ ─ 2 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 2 ekor
4 0,2500 10 ekor ─ ─ ─ 2 ─ ─ 2 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 4 ekor
5 1,5752 10 ekor ─ ─ ─ 3 ─ ─ 1 1 2 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 7 ekor
6 9,9096 10 ekor 3 2 3 2 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 10 ekor

Universitas Sumatera Utara


Ulangan 3
Jumlah Ikan Mati Pada Jam Ke- Total
Konsentrasi Jumlah
Perlakuan Ikan Mati
(ppm) Ikan (N) 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72 78 84 90 96
(R)
1 0 10 ekor ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─
2 0,0063 10 ekor ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─
3 0,0396 10 ekor ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 1 1 ─ ─ ─ ─ ─ ─ 2 ekor
4 0,2500 10 ekor ─ ─ ─ ─ ─ ─ 2 ─ 1 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 3 ekor
5 1,5752 10 ekor ─ 1 2 ─ ─ ─ 2 1 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 6 ekor
6 9,9096 10 ekor ─ 3 2 4 ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ 9 ekor

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. Hasil Uji Anova Uji Pendahuluan

ANOVA
Total_Ikan_Mati

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 28,244 5 5,649 7,530 ,000


Within Groups 22,506 30 ,750
Total 50,750 35

Lampiran 9. Hasil Uji Anova Uji Utama

ANOVA
Total_Ikan_Mati

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 20,990 5 4,198 4,699 ,002


Within Groups 28,589 32 ,893
Total 49,579 37

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai