Anda di halaman 1dari 94

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI

MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES


IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea)
DI PERAIRAN PALABUHANRATU, SUKABUMI,
JAWA BARAT

Oleh :
IRWAN NUR WIDIYANTO
C24104077

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI
MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES
IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea)
DI PERAIRAN PALABUHANRATU, SUKABUMI,
JAWA BARAT

Oleh :
IRWAN NUR WIDIYANTO
C24104077

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

“Kajian Pola Pertumbuhan dan Ciri Morfometrik-Meristik Beberapa

Spesies Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu,


Sukabumi, Jawa Barat”
Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar
pustaka di bagian akhir tulisan ini.

Bogor, Agustus 2008

Irwan Nur Widiyanto


C24104077
Irwan Nur Widiyanto. C24104077. Kajian Pola Pertumbuhan dan Ciri
Morfometrik-Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur (Superfamili
Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.
(Di bawah bimbingan Nurlisa A. Butet dan M. Mukhlis Kamal).

RINGKASAN

Ikan layur (Superfamili Trichiuroidea) merupakan salah satu sumberdaya


ikan demersal yang memiliki arti ekonomis penting bagi masyarakat
Palabuhanratu. Pemanfaatan ikan layur di Teluk Palabuhanratu menggunakan alat
tangkap berupa pancing. Namun sering juga tertangkap dengan menggunakan
bagan angkat, purse seinne, gill net, dan payang. Semakin tingginya permintaan
konsumen akan sumberdaya ini, membuat upaya tangkap juga cenderung
meningkat. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya total produksi yang
dihasilkan oleh perairan Palabuhanratu. Jika hal ini terus terjadi, dikhawatirkan
akan berdampak pada menurunnya populasi ikan layur. Mengingat potensi
ekonomi dan ekologi dari ikan ini maka dibutuhkan suatu pengelolaan yang tepat
terhadap sumberdaya ikan layur sehingga didapatkan pemanfaatan yang optimal
namum tetap memperhatikan kelestariannya. Pengelolaan yang tepat
membutuhkan berbagai informasi dasar biologi. Untuk itu, diperlukan penelitian
yang terkait dengan sumberdaya ikan layur seperti sebaran frekuensi panjang,
hubungan panjang-berat, dan karakter morfometrik-meristik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang berat, dan
mendeskripsikan ciri morfometrik-meristik beberapa spesies ikan layur yang
diharapkan bermanfaat bagi keperluan pengelolaan sumberdaya ikan layur di
Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.
Pengambilan ikan contoh dilaksanakan pada bulan Juli sampai November
2007. Ikan contoh yang diteliti merupakan ikan hasil tangkapan nelayan
Palabuhanratu. Pengambilan ikan contoh dilakukan dengan menggunakan metode
pengambilan contoh acak. Analisis data meliputi sebaran frekuensi panjang,
analisis karakter morfometrik-meristik dan perbandingan karakter morfometrik,
serta hubungan panjang-berat.
Hasil analisis sebaran frekuensi panjang menunjukkan bahwa selama
penelitian terdapat 2 kelompok ukuran untuk masing-masing spesies layur. Dari
hasil analisis karakter meristik didapat rumus sirip dorsal DIII-IV, 102-136
dengan modus DIII, 125 untuk T. lepturus. L. savala memiliki rumus sirip dorsal
DIII-IV, 97-136, dengan modus DIII, 125. Sedangkan rumus sirip dorsal untuk G.
serpens adalah D1 XXVII-XXIX, dengan modus D1 XXVIII dan D2 IV-V, 7-9,
dengan modus D2 IV, 8. Berdasarkan hasil analisis karakter morfometrik, karakter
PRA (panjang rahang atas) dan PRB (panjang rahang bawah) merupakan dua
karakter yang memiliki hubungan sangat erat pada masing-masing spesies.
Hubungan panjang-berat T. lepturus bersifat allometrik negatif dengan mengikuti
persamaan W = 2x10-6 L2,793. L. savala memiliki pola hubungan panjang-berat
yang bersifat allometrik positif dengan persamaan W = 8x10-5 L3,4452. Sedangkan
pola hubungan panjang-berat pada G. serpens bersifat isometrik dengan mengikuti
persamaan W = 7x10-6 L3,1106.
Judul Skripsi : KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI
MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA
SPESIES IKAN LAYUR (SUPERFAMILI
TRICHIUROIDEA) DI PERAIRAN
PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA
BARAT

Nama Mahasiswa : Irwan Nur Widiyanto

Nomor Pokok : C24104077

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Nurlisa A. Butet, M.Sc Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc


NIP 131 925 898 NIP 132 084 932

Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc


NIP 131 578 799

Tanggal Ujian : 19 Agustus 2008


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Pola

Pertumbuhan dan Ciri Morfometrik-Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur

(Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa


Barat” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Semakin tingginya permintaan konsumen akan komoditas ikan layur
menjadi peluang bagi nelayan dan pemerintah untuk terus meningkatkan produksi.
Namun disadari atau tidak, hal ini dapat berdampak pada menurunnya populasi
ikan layur.
Penelitian yang hasilnya dituangkan dalam tulisan ini, selain diharapkan
menjadi informasi dasar biologi perikanan, juga diharapkan dapat menjadi
informasi yang berguna bagi keperluan pengelolaan perikanan layur di masa yang
akan datang.

Bogor, 9 September 2008

Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :


1. Ibu Ir. Nurlisa A. Butet, M.Sc dan Bapak Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc
selaku dosen pembimbing I dan II atas bimbingan, arahan, dan masukan
yang diberikan selama penulis menyusun skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ridwan Affandi, DEA selaku dosen penguji tamu atas masukan
dan arahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Ir. Yunizar Ernawati, M.S selaku dosen penguji dari program studi
yang memberikan arahan dan masukan yang sangat berarti dalam
penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc selaku dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan selama
penulis menempuh pendidikan di Manajemen Sumberdaya Perairan.
5. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan yang memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti proyek penelitian dosen
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan tahun 2007.
6. Keluargaku (Bapak, Ibu, kakak, dan adikku) yang selalu memberikan
kasih sayang, doa, dan dukungan.
7. Tim ikan layur (Devi dan Fitri) atas kerjasamanya selama penelitian dan
penyusunan skripsi, teman-teman C4 (Wahyu, Fajlur, Supriyadi, dan
Rifian) atas kebersamaannya selama dua tahun terakhir ini, serta teman-
teman MSP 40, MSP 41 (khususnya Shelly, Ridwan, Weni, Nafta, Inna,
Githa, Dita, Dhillah, Mira, Wilda, dan Friska), MSP 42 (khususnya Silfia,
Fitria, Avie, Glasnosta, Agus, Wira, Adnan, Japet, Andra, dan Tia), dan
MSP 43 (khususnya Chikarista Irfangi) atas doa, dukungan, dan
persahabatannya selama ini.

Bogor, 09 September 2008

Irwan Nur Widiyanto


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL .................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... vii

I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar belakang ........................................................................ 1
1.2. Rumusan masalah .................................................................. 2
1.3. Tujuan penelitian .................................................................... 3
1.4. Manfaat penelitian .................................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 4


2.1. Deskripsi spesies .................................................................... 4
2.1.1. Klasifikasi dan tata nama ............................................. 4
2.1.2. Karakter morfologis ................................................... 5
2.2. Habitat, biologi, dan perikanan .............................................. 6
2.3. Distribusi ................................................................................ 8
2.4. Karakter morfometrik dan meristik ........................................ 9
2.5. Hubungan kekerabatan ........................................................... 10
2.6. Sebaran frekuensi panjang ..................................................... 11
2.7. Hubungan panjang-berat ........................................................ 11
2.8. Kondisi umum daerah penelitian ........................................... 11

III. METODE PENELITIAN ............................................................. 13


3.1. Waktu dan lokasi penelitian ................................................... 13
3.2. Alat dan bahan ....................................................................... 14
3.3. Metode kerja .......................................................................... 14
3.4. Analisi data ............................................................................ 18
3.4.1. Sebaran frekuensi panjang ......................................... 18
3.4.2. Analisis karakter meristik .......................................... 18
3.4.3. Analisis karakter morfometrik ................................... 18
3.4.4. Analisis karakter meristik, hubungan antar
karakter morfometrik, dan hubungan antar
perbandingan karakter morfometrik pada
masing-masing spesies dan antar spesies ..................... 19
3.4.5. Hubungan panjang-berat ............................................ 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 22
4.1 Komposisi tangkapan dan sebaran panjang ........................... 22
4.2 Analisis karakter meristik ...................................................... 30
4.3 Analisis karakter morfometrik ............................................... 31
4.3.1. Analisis korelasi karakter morfometrik pada
masing-masing spesies ............................................... 33
4.3.2. Analisis korelasi karakter morfometrik pada
ketiga spesies................................................................ 36
4.3.3. Analisis korelasi perbandingan karakter
morfometrik pada masing-masing spesies ................... 36
4.3.4. Analisis korelasi perbandingan karakter
morfometrik pada ketiga spesies ................................ 37
4.4 Identifikasi karakter morfologi sederhana ............................. 38
4.5 Hubungan kekerabatan ........................................................... 39
4.6 Hubungan panjang-berat ........................................................ 40
4.7 Pengelolaan ikan layur ........................................................... 47

V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 50


5.1 Kesimpulan ............................................................................ 50
5.2 Saran ...................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 51


LAMPIRAN ............................................................................................ 54
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................. 82
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Alat dan bahan .......................................................................... 14
2. Karakter meristik yang dihitung ............................................... 15
3. Karakter morfometrik yang diukur .......................................... 16
4. Perbandingan ukuran karakter morfometrik ikan layur ............ 19
5. Komposisi dan frekuensi ikan hasil tangkapan selama
penelitian .................................................................................... 22
6. Kisaran ciri meristik pada ketiga spesies layur ......................... 30
7. Kisaran ukuran morfometrik pada ketiga spesies layur ............ 32
8. Kisaran ukuran perbandingan ciri morfometrik pada
ketiga spesies layur ................................................................... 33
9. Matriks korelasi karakter morfometrik antara ketiga
jenis ikan layur ........................................................................... 36
10. Matriks korelasi perbandingan karakter morfometrik
antara ketiga jenis ikan layur ..................................................... 38
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Ikan layur (famili Trichiuridae) ................................................ 5
2. Ikan layur (famili Gempylidae) ................................................. 5
3. Peta penyebaran ikan layur ....................................................... 8
4. Peta lokasi penelitian ................................................................ 13
5. Skema karakter morfometrik-meristik yang diukur
dan dihitung pada ikan layur ..................................................... 17
6. Kisaran panjang dan berat pada ketiga spesies layur ................ 24
7. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang T. lepturus ................. 26
8. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang L. savala ................... 27
9. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang G. serpens ................. 28
10. Sagittal crest pada T. lepturus .................................................... 39
11. Dendrogram hubungan kekerabatan ketiga spesies
ikan layur ................................................................................... 40
12. Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus betina ................... 44
13. Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus jantan ................... 44
14. Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus secara
keseluruhan ............................................................................... 44
15. Grafik hubungan panjang-berat L. savala betina ..................... 45
16. Grafik hubungan panjang-berat L. savala jantan ...................... 45
17. Grafik hubungan panjang-berat L. savala secara
keseluruhan ............................................................................... 45
18. Grafik hubungan panjang-berat G serpens betina ..................... 46
19. Grafik hubungan panjang-berat G. serpens jantan .................... 46
20. Grafik hubungan panjang-berat G. serpens secara
keseluruhan ................................................................................ 46
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Matriks korelasi karakter morfometrik pada T. lepturus ............... 55
2. Matriks korelasi karakter morfometrik pada L. savala .................. 56
3. Matriks korelasi karakter morfometrik pada G. serpens ................ 57
4. Matriks korelasi perbandingan ciri morfometrik
pada T. lepturus .............................................................................. 58
5. Matriks korelasi perbandingan ciri morfometrik
pada L. savala ................................................................................ 58
6. Matriks korelasi perbandingan ciri morfometrik
pada G. serpens .............................................................................. 59
7. Anova T. lepturus secara keseluruhan ........................................... 60
8. Anova L. savala secara keseluruhan .............................................. 61
9. Anova G. serpens secara keseluruhan ............................................ 62
10. Data ukuran panjang dan berat T. lepturus selama
penelitian ........................................................................................ 63
11. Data ukuran panjang dan berat L. savala selama
penelitian ........................................................................................ 64
12. Data ukuran panjang dan berat G. serpens selama
penelitian ........................................................................................ 65
13. Data meristik T. lepturus selama penelitian ................................... 66
14. Data meristik L. savala selama penelitian ..................................... 67
15. Data meristik G. serpens selama penelitian ................................... 69
16. Data morfometrik T. lepturus selama penelitian ........................... 70
17. Data morfometrik L. savala selama penelitian .............................. 73
18. Data morfometrik G. serpens selama penelitian ............................ 77
19. Ikan layur yang diteliti ................................................................... 78
20. Perahu kincang yang digunakan nelayan
Pabuhanratu untuk melaut ............................................................. 79
21. Alat tangkap (pancing) yang digunakan nelayan
Palabuhanratu untuk menangkap ikan layur .................................. 80
22. Aktivitas pedagang di tempat pelelangan ikan (TPI)
Palabuhanratu ................................................................................. 81
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Perairan Palabuhanratu merupakan sebuah perairan teluk di pantai selatan
Pulau Jawa dan berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Secara geografis,
Palabuhanratu terletak pada 060 57’ – 070 07’ LS dan 1060 22’ – 1060 33’ BT
dengan luas wilayah mencapai ± 27.210,130 Ha dan masuk dalam wilayah
administratif Kabupaten Sukabumi. Perairan ini memiliki potensi perikanan
tangkap yang tinggi. Hal ini terlihat dari banyaknya jenis ikan dan crustacea yang
tertangkap di perairan Palabuhanratu yang mencapai 49 jenis dengan nilai
produksi rata-rata mencapai 123,6 ton per tahun (PPN Palabuhanratu, 2007).
Ikan layur merupakan salah satu sumberdaya perikanan ekonomis penting
yang tertangkap di Palabuhanratu dan selalu tersedia tanpa mengenal musim. Ikan
ini termasuk ke dalam kelompok ikan komersial kedua di bawah ikan komersial
utama seperti kerapu (Serranidae), bawal putih (Pampus spp.), dan manyung
(Ariidae) (Dwiponggo dkk., 1991 dalam Prayitno, 2006). Berdasarkan data tahun
2002-2007 dari PPN Palabuhanratu, setiap tahunnya Palabuhanratu menghasilkan
tidak kurang dari 185,47 ton ikan layur dengan nilai produksi rata-rata mencapai
Rp. 1.153.400.038 per tahun. Dalam kurun waktu 6 tahun tersebut, tercatat hanya
di tahun 2003 yang mengalami penurunan total produksi. Sedangkan selebihnya
memperlihatkan peningkatan total produksi.
Penelitian mengenai sumberdaya hayati ikan layur di Indonesia masih sangat
sedikit terlebih lagi penelitian tentang sebaran frekuensi panjang, hubungan
panjang-berat, dan deskripsi ciri morfometrik-meristik ikan layur. Penelitian yang
telah dilakukan terhadap ikan ini diantaranya adalah pendugaan parameter biologi
Trichiurus lepturus di Utara Tuban-Lamongan, Jawa Timur (Herianti dkk., 1992);
perbedaaan jenis umpan terhadap hasil tangkapan layur di Prigi, Kabupaten
Trenggalek (Rochmawati, 2004); pengaruh penggunaan alat bantu cahaya (Stick
Light) pada rawai vertikal terhadap hasil tangkapan di Palabuhanratu, Sukabumi,
Jawa Barat (Yudistira, 2007).
Minimnya informasi tentang sumberdaya ikan layur menjadi penghambat
dalam usaha pemanfaatan dan pengelolaannya. Berdasarkan kenyataan tersebut
maka penelitian tentang informasi dasar biologi perikanan seperti sebaran
frekuensi panjang, hubungan panjang-berat, dan deskripsi karakter morfometrik-
meristik perlu dilakukan.

1.2. Rumusan masalah


Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan sektor
perikanan karena didukung oleh perairan yang luas dan sumberdaya hayati yang
beragam. Sumberdaya perikanan Indonesia terdiri dari lima kelompok yaitu ikan
pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan karang, ikan hias, dan ikan demersal
(Dahuri, 2003). Dari lima kelompok sumberdaya tersebut, ikan demersal memiliki
potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Salah satu jenis ikan demersal
yang memiliki penyebaran luas dan potensi pemanfatan yang cukup tinggi adalah
ikan layur.
Salah satu daerah penyebaran ikan layur adalah perairan Palabuhanratu.
Berdasarkan data tahun 2002-2007 dari PPN Palabuhanratu, setiap tahunnya
Palabuhanratu menghasilkan tidak kurang dari 185,47 ton ikan layur dengan nilai
produksi rata-rata mencapai Rp. 1.153.400.038 per tahun. Total produksinya juga
terus mengalami peningkatan. Dari tahun 2002-2007, tercatat hanya tahun 2003
yang mengalami penurunan total produksi. Mengingat potensi ekonomi dan
ekologi dari ikan ini maka dibutuhkan suatu pengelolaan yang tepat terhadap
sumberdaya ikan layur sehingga didapatkan pemanfaatan yang optimal namum
tetap memperhatikan kelestariannya.
Pengelolaan yang tepat membutuhkan berbagai informasi terkait dengan
sumberdaya ikan layur. Sayangnya informasi tentang ikan layur masih sangat
minim terlebih tentang informasi dasar biologi perikanan. Beberapa informasi
yang masih minim diantaranya mengenai sebaran frekuensi panjang, hubungan
panjang-berat, dan ciri morfometrik-meristik. Sebaran frekuensi panjang dapat
digunakan untuk melihat kelompok ukuran dan kisaran panjang ikan layur yang
tertangkap. Hubungan panjang-berat dapat digunakan untuk mengetahui pola
pertumbuhan dari ikan layur. Sedangkan ciri morfometrik-meristik dapat
dijadikan acuan dalam proses identifikasi genus maupun spesies. Informasi yang
didapat diharapkan dapat menjadi dasar dalam penentuan pengelolaan
sumberdaya ikan layur khususnya di daerah Palabuhanratu.

1.3. Tujuan penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kekerabatan beberapa
spesies ikan layur (Superfamili Trichiuroidea) berdasarkan ciri morfometrik-
meristiknya dan mengetahui pola pertumbuhannya.

1.4. Manfaat penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar biologi
berupa kisaran ukuran panjang ikan layur yang tertangkap, hubungan panjang
berat, membantu dalam proses identifikasi genus maupun spesies, dan sebagai
bahan acuan dalam upaya pengelolaan baik tingkat individu maupun populasi ikan
layur terutama di wilayah perairan Palabuhanratu.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi spesies


2.1.1. Klasifikasi dan tata nama
Klasifikasi ikan layur menurut Nakamura dan Parin (1993) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Pisces
Kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Subordo : Scombroidae
Superfamili : Trichiuroidea
Famili : Trichiuridae
Genus : Trichiurus
Spesies : Trichiurus lepturus
Genus : Lepturacanthus
Spesies : Lepturacanthus savala
Famili : Gempylidae
Genus : Gempylus
Spesies : Gempylus serpens

Nama Indonesia : Layur


Nama International : Hairtails, ribbon fish
Nama Lokal : Layur (PPN Pemangkat, PPN Brondong, PPN
Kejawanan, PPN Ambon, PPN Prigi, PPN Pekalongan, PPP Karangantu,
PPP Pengambengan, PPP Teluk Batang, PPP Tegalsari, PPS Nizam
Zachman Jakarta, PPS Belawan, PPS Kendari, PPS Cilacap), Layur golok
(Lepturacanthus savala), Layur meleu (Trichiurus lepturus), Layur gelang
luyung (Gempylus serpens) (PPN Palabuhanratu), Baledang (PPN Sibolga,
PPS Bungus).
Secara umum bentuk ikan layur dari famili Trichiuridae dan Gempylidae
masing-masing dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Ikan layur (famili Trichiuridae) (Dokumentasi pribadi)

Gambar 2. Ikan layur (famili Gempylidae) (www.fao.org)

2.1.2. Karakter morfologis


Superfamili Trichiuroidea terdiri dari dua famili yaitu Trichiuridae dan
Gempylidae. Ikan-ikan dari superfamili ini memiliki ciri-ciri tubuh memanjang,
pipih, dan semifusiform. Mulut besar dengan rahang bawah lebih panjang dari
rahang atas. Memiliki satu atau dua lubang hidung pada kedua sisi kepala. Sirip
dorsalnya tumbuh sepanjang punggung sedangkan sirip pektoralnya pendek dan
sirip ventralnya kecil atau tidak ada. Ruas tulang punggung berjumlah 32-170
(Nakamura dan Parin, 1993).
Famili Trichiuridae memiliki bentuk tubuh yang panjang dan pipih
menyerupai pita terutama pada bagian ujung belakang ekor. Mulutnya lebar, tidak
dapat disembulkan dan dilengkapi dengan gigi-gigi tangkap yang kuat dan tajam.
Memiliki satu lubang hidung pada kedua sisi kepala. Rahang bawah lebih panjang
dari rahang atas. Tidak bersisik. Tidak terdapat keel pada batang ekor dan garis
rusuknya (LL) tunggal (Parin, 1986; Nakamura dan Parin, 1993). Tubuhnya dapat
mencapai panjang 150 cm, tetapi pada umumnya berkisar antara 70-80 cm (Parin,
1986; Ayodhya dan Diniah, 1989; Nakamura dan Parin, 1993; Nontji, 2005).
Memiliki sirip punggung yang panjang mulai dari atas kepala sampai akhir badan
dan berjari-jari lemah antara 105-134 buah. Sirip anal tumbuh tidak sempurna dan
berjari-jari lemah antara 72-80 buah. Sirip ini berupa deretan duri-duri kecil.
Tidak terdapat sirip perut dan garis rusuk (LL) terlihat jauh dibagian bawah badan
(Nontji, 2005).
Ikan-ikan dari famili Trichiuridae berwarna keperak-perakan jika dalam
keadaan hidup dan akan berwarna perak keabuan atau sedikit keunguan jika mati.
Bagian atas kepala berwarna ungu agak gelap sedangkan sirip-siripnya sedikit
kekuningan atau kuning dengan pinggiran gelap (Saanin, 1968).
Famili Gempylidae memiliki tubuh yang memanjang dan agak pipih atau
semifusiform. Bagian punggung biasanya berwarna cokelat atau cokelat gelap dan
bagian bawah dan perut berwarna keperakan. Memiliki dua lubang hidung pada
kedua sisi kepala. Ukuran mulut besar, tidak dapat disembulkan dan dilengkapi
dengan gigi yang kuat pada kedua rahangnya. Rahang bawah lebih panjang dari
rahang atas. Memiliki dua sirip dorsal yang terpisah dengan jelas. Sirip dorsal
kedua (termasuk finlet) lebih pendek dari sirip dorsal yang pertama. Sirip anal
sama dengan sirip dorsal kedua dari segi ukuran dan bentuk, atau terkadang lebih
kecil. Pada bagian belakang sirip dorsal dan anal biasanya terdapat finlet. Ukuran
sirip caudal sedang dan selalu berbentuk cagak. Sirip ventral biasanya kecil,
sering tereduksi menjadi satu duri tunggal dengan hanya sedikit atau tidak ada
jari-jari lemah. Garis rusuk (LL) tunggal atau ganda, berakhir pada dasar sirip
caudal (Nakamura dan Parin, 1993).

2.2. Habitat, biologi, dan perikanan


Ikan layur tergolong ikan demersal yaitu ikan yang hidup di dasar atau dekat
dengan dasar perairan (Aoyama, 1972 dalam Ridho, 2004). Kelompok ikan ini
pada umumnya memiliki aktivitas relatif rendah, gerak ruaya tidak terlalu jauh
dan membentuk gerombolan yang tidak terlalu besar sehingga sebarannya relatif
lebih merata jika dibandingkan dengan ikan-ikan pelagis. Kondisi ini
mengakibatkan daya tahan ikan demersal terhadap tekanan penangkapan relatif
rendah dan tingkat mortalitasnya cenderung sejalan dengan upaya
penangkapannya (Aoyama, 1972 dalam Ridho, 2004).
Ikan layur umumnya hidup pada perairan yang dalam dengan dasar
berlumpur. Meskipun demikian, ikan layur biasanya akan muncul kepermukaan
menjelang senja untuk mencari makan (Parin, 1986; Nakamura dan Parin, 1993).
Nakamura dan Parin (1993) menyatakan bahwa ikan layur dari famili Gempylidae
biasanya ditemukan pada kedalaman lebih dari 150 m dan ikan layur dari famili
Trichiuridae dapat ditemukan sampai kedalaman 2000 m. Sedangkan Bal dan Rao
(1984) menyatakan bahwa habitat utama ikan layur adalah laut dan terkadang
memasuki estuari.
Ikan layur termasuk jenis ikan karnivor yang dilengkapi dengan gigi yang
kuat dan tajam pada kedua rahangnya. Makanannya berupa udang-udangan, cumi-
cumi, dan ikan kecil seperti teri, sardin, dan yuwana ikan layur (Bal dan Rao,
1984; Nakamura dan Parin, 1993; Nontji, 2005). Masa pemijahan ikan layur
belum banyak diketahui, hanya saja untuk ikan layur yang ada di selatan Jepang
dari jenis T. lepturus memijah dan telurnya menetas pada musim semi yaitu
sekitar bulan April - Mei ketika suhu mulai menghangat. Prabhu (1955) dalam Bal
dan Rao (1984) menyatakan bahwa pemijahan T. lepturus hanya berlangsung
sekali dalam setahun yaitu pada bulan Juni namun penelitian-penelitian lain
mengindikasikan pemijahan terjadi pada Mei - Juni dan November - Desember
(Tampi dkk.,1971; Narasimham 1976 dalam Bal dan Rao (1984). Parin (1986)
menyatakan hal yang berbeda. Menurutnya T. lepturus yang hidup di daerah
Mediterranean memijah pada bulan Juli - Agustus. Sedangkan Nakamura dan
Parin (1993) menyebutkan bahwa ikan layur dari famili Trichiuridae memijah
sepanjang tahun pada perairan hangat. Untuk jenis L. savala, diketahui bahwa
ikan layur jenis ini memijah dua kali dalam setahun namun periode pemijahan
mereka belum dipastikan. Sebagian besar petunjuk cenderung menunjukkan
bahwa ikan layur memijah dua kali dalam setahun (Tampi dkk., 1971;
Narasimham, 1976 dalam Bal dan Rao, 1984). Ikan layur biasanya ditangkap
dengan menggunakan trawl, cantrang, pancing, jaring insang, dan macam-macam
perangkap seperti bubu dan jermal (Ayodhya dan Diniah, 1989).
2.3. Distribusi
Ikan layur tersebar luas pada semua perairan tropis dan subtropis (Nakamura
dan Parin, 1993). Daerah penyebaran ikan layur meliputi hampir seluruh perairan
pantai Indonesia seperti Tuban, Lawang, Jampang, Palabuhanratu, Cibanteng,
Ujung genteng, dan Sukawayana. Selain di perairan Indonesia, ikan layur juga
terdapat di perairan Jepang, Philipina, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang
Laut Cina Selatan hingga pantai utara Australia, dan tersebar luas di perairan
dangkal di Afrika Selatan (www.pipp.dkp). Distribusi ikan layur di dunia dapat
dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta penyebaran ikan layur


Sumber : http://www.fao.org, 2007
Keterangan :
: Konsentrasi daerah penyebaran ikan layur

2.4. Karakter morfometrik dan meristik


Morfometrik adalah ciri-ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau
bagian tubuh ikan misalnya panjang total, panjang baku, panjang cagak, dan
sebagainya sedangkan meristik adalah ciri-ciri yang berkaitan dengan jumlah
bagian tertentu pada tubuh ikan misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah
jari-jari keras dan lemah pada sirip punggung dan sebagainya (Affandi dkk.,
1992). Afrianto dkk., (1996) menyatakan bahwa morfometrik adalah ukuran
dalam satuan panjang atau perbandingan ukuran bagian-bagian tubuh luar
organisme, sedangkan meristik adalah sifat-sifat yang menunjukkan jumlah
bagian-bagian tubuh luar seperti jumlah jari-jari sirip yang digunakan untuk
penentuan klasifikasi.
Ukuran dalam morfometrik adalah jarak antara satu bagian tubuh ke bagian
lainnya, misalnya jarak antara ujung kepala sampai dengan pelipatan batang ekor
(panjang baku). Ukuran ini disebut dengan ukuran mutlak yang biasanya
dinyatakan dalam satuan milimeter atau centimeter (Affandi dkk., 1992).
Setiap spesies ikan memiliki ukuran mutlak yang berbeda-beda. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, dan lingkungan hidupnya. Faktor
lingkungan yang dimaksud adalah makanan, suhu, pH, dan salinitas (Affandi
dkk., 1992). Yokogawa dan Tajima (1996) dalam Dewantoro (2001) menyatakan
bahwa perbedaan ciri-ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu pada
tubuh ikan dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu perairan dan
salinitas, atau karena faktor genetik yang tidak seimbang. Faktor lingkungan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ikan. Dengan demikian,
walaupun umur ikan dari suatu spesies sama, ukuran mutlaknya dapat berbeda.
Olah karena itu, standar dalam identifikasi ialah ukuran perbandingannya, seperti
jarak antara panjang baku (PB) dibandingkan dengan panjang total (PT) (Affandi
dkk., 1992).
Pengukuran ciri morfometrik dapat dilakukan dengan menggunakan dua
metoda yaitu metoda pengukuran baku dan metoda “truss morfometrik”. Namun
metoda baku mengandung kelemahan misalnya pengukuran lebar badan tidak
mengikuti anatomi ikan sehingga tidak konsisten dari suatu bentuk ke bentuk
yang lainnya dan pengukuran panjang tubuh masih terlalu umum dalam
menggambarkan bentuk ikan. Sedangkan metoda “truss morfometrik” digunakan
untuk menggambarkan secara lebih tepat bentuk ikan dengan memilih titik-titik
homologus tertentu disepanjang tubuh dan mengukur jarak antara titik-titik
tersebut. Dengan cara ini pengukuran lebih konsisten, memberikan informasi yang
terinci dengan menggambarkan bentuk ikan dan memperkecil kesalahan
pengukuran (Bzeski dan Doyle, 1988 dalam Nugroho dkk., 1991 dalam Brojo,
1999).
2.5. Hubungan kekerabatan
Studi morfometrik secara kuantitatif memiliki tiga manfaat yaitu,
membedakan jenis kelamin dan spesies, mendeskripsikan pola-pola keragaman
morfologis antar populasi atau spesies, serta mengklasifikasikan dan menduga
hubungan filogenik (Strauss dan Bond, 1990 dalam Imron 1998). Karakter
morfometrik juga dapat digunakan untuk membedakan antara satu jenis ikan
dengan jenis ikan lainnya (Yokogawa dan Tajima, 1996; Yokogawa, Taniguchi
dan Seki, 1997; Madang, 1999), antara jenis ikan yang sama dari geografis atau
tempat yang berbeda (Yamazaki dan Goto, 1997; Wanatabe, 1998) dan antar
varietas ikan (Sumantadinata dan Taniguchi, 1990 dalam Dewantoro, 2001).
Perbedaan morfologis antar populasi atau spesies biasanya digambarkan
sebagai kontras dalam bentuk tubuh secara keseluruhan atau ciri-ciri anatomis
tertentu. Meskipun deskripsi secara kualitatif ini mungkin dianggap cukup
memadai, tetapi seringkali diperlukan untuk mengekspresikan perbedaan tersebut
secara kuantitatif dengan mengambil berbagai ukuran dari individu-individu dan
menyatakan statistik (misalnya rata-rata, kisaran, ragam, dan korelasi dari ukura-
ukuran tersebut). Hal yang sama dapat dilakukan pada ciri-ciri meristik (ciri-ciri
yang dihitung) misalnya jari-jari sirip. Tetapi terdapat perbedaan mendasar antara
ciri morfometrik dan meristik, yaitu ciri meristik lebih stabil jumlahnya selama
masa pertumbuhan setelah ukuran tubuh yang mantap tercapai, sedangkan
karakter morfometrik berubah secara kontinu sejalan ukuran dan umur (Strauss
dan Bond, 1990 dalam Imron, 1998).

2.6. Sebaran frekuensi panjang


Data sebaran frekuensi panjang digunakan untuk mengetahui frekuensi
persebaran ikan di perairan berdasarkan ukuran panjangnya. Sebaran frekuensi
panjang yang dibuat selanjutnya digunakan untuk pendugaan kelompok ukuran
ikan sebagai pendugaan kelompok umur (kohort). Ada hubungan antara umur
dengan panjang ikan dimana sejumlah data komposisi panjang dapat dikonversi
untuk mendapatkan data komposisi umur. Selanjutnya data komposisi umur yang
kompleks digunakan dalam pendugaan parameter pertumbuhan ikan (Sparre dan
Venema, 1999).
2.7. Hubungan panjang-berat
Analisa hubungan panjang-berat bertujuan untuk mengetahui pola
pertumbuhan ikan dengan menggunakan parameter panjang dan berat. Berat
dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Nilai yang didapat dari perhitungan
panjang dengan berat dapat digunakan sebagai pendugaan berat dari panjang.
Selain itu, keterangan mengenai pertumbuhan, kemontokan, dan perubahan
lingkungan terhadap ikan dapat diketahui (Effendie, 1997).
Hasil analisis hubungan panjang-berat akan menghasilkan suatu nilai
konstanta (b), yaitu harga pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan.
Effendie (1997) menyebutkan bahwa pada ikan yang memiliki pola pertumbuhan
isometrik (b=3), pertambahan panjangnya seimbang dengan pertambahan berat.
Sebaliknya pada ikan dengan pola pertumbuhan allometrik (b≠3), pertambahan
panjang tidak seimbang dengan pertambahan berat. Pertumbuhan dinyatakan
sebagai pertumbuhan allometrik positif bila b>3, yang menandakan bahwa
pertambahan berat lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan panjang.
Sedangkan pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan allometrik negatif
apabila nilai b<3, ini menandakan bahwa pertambahan panjang lebih cepat
dibandingkan pertambahan berat (Ricker, 1970 dalam Effendie, 1997).

2.8. Kondisi umum daerah penelitian


Perairan Palabuhanratu merupakan sebuah perairan teluk di pantai selatan
Pulau Jawa dan berhubungan langsung dengan Samudera Hindia. Secara
administratif Teluk Palabuhanratu termasuk ke dalam wilayah Kabupaten
Sukabumi dengan luas ± 27.210,130 Ha yang terletak pada posisi geografis 6057’
– 70 07’ LS dan 1060 22’ – 1060 33’ BT (Pariwono dkk., 1988).
Berdasarkan topografi dasar perairannya, perairan dangkal di Teluk
Palabuhanratu dapat dijumpai sampai jarak 300 meter dari garis pantai dengan
kedalaman kurang dari 200 meter. Semakin jauh dari pantai akan dijumpai lereng
kontinen dengan kedalaman lebih dari 600 meter (Pariwono dkk., 1988). Perairan
Palabuhanratu memiliki kadar salinitas yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 30
– 33 0/00. Tingginya kadar salinitas tersebut dipengaruhi oleh curah hujan
(presipitasi) dan penguapan (evaporasi). Selain itu, adanya hubungan yang
terbuka dengan Samudera Hindia dapat meningkatkan kadar salinitas di
Palabuhanratu.
Terdapat dua pola musim di perairan Palabuhanratu yang berpengaruh
terhadap aktivitas penangkapan ikan, yaitu musim timur yang berlangsung dari
bulan Juni hingga September dan musim barat yang berlangsung dari bulan
Desember hingga Februari. Kondisi perairan pada musim timur relatif tenang,
angin serta gelombang tidak begitu besar sehingga aktivitas penangkapan ikan
cukup tinggi pada musim ini. Periode ini berlangsung pada musim kemarau. Hal
yang sebaliknya terjadi pada musim barat. Pada musim ini, angin dan gelombang
laut cukup tinggi sehingga menyulitkan nelayan untuk melaut. Pada musim barat
umumnya aktivitas penangkapan ikan akan menurun. Diantara kedua musim
tersebut terdapat musim peralihan pertama yaitu antara bulan Maret sampai Mei
dan musim peralihan kedua yang berlangsung antara bulan Oktober sampai
November.
Penduduk sekitar Palabuhanratu sebagian besar berprofesi sebagai nelayan
tradisional yang menggunakan pancing, jaring apus, dan payang sebagai alat
tangkap utama. Hasil tangkapan utamanya antara lain ikan layur (Trichiurus sp.),
ikan tembang (Sardinella fimbriata), dan ikan tongkol (Euthynnus sp.).
III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan lokasi penelitian


Penelitian dilaksanakan selama lima bulan yaitu dari bulan Juli 2007 hingga
bulan November 2007. Ikan contoh yang diteliti merupakan ikan hasil tangkapan
nelayan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Koordinat lokasi penangkapan
ikan layur tidak tersedia, sehingga gambaran lokasi masih bersifat umum.
Pengambilan ikan contoh dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan
contoh acak. Ikan contoh kemudian dibawa ke Laboratorium Fisiologi Hewan Air,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor untuk
penganalisaan lebih lanjut terhadap panjang, berat, dan karakter morfometrik-
meristiknya. Berikut ini disajikan peta lokasi penelitian (Gambar 4).

Lokasi
Penelitian

Gambar 4. Peta lokasi penelitian


3.2. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan bahan


No Alat dan Bahan Kegunaan
1 Neraca Ohaus Mengukur berat ikan
berketelitian 0,01
gram
2 Tisu Membersihkan sampel ikan
3 Penggaris dengan Mengukur ukuran tubuh sampel ikan
ketelitian 1 mm
4 Meteran kain Mengukur panjang total sampel ikan
dengan ketelitian 1
cm
5 Alat bedah Alat bantu membedah ikan serta menghitung
karakter meristik ikan
6 Kertas label dan Menandai/menomori ikan
alat tulis
7 Baki Sebagai alas sampel ikan
8 Botol sampel Sebagai wadah mengawetkan kepala ikan
berukuran 30, 100, serta organ dalam
dan 300 ml.
9 Formalin 4% Mengawetkan kepala ikan dan organ dalam
10 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan layur
(famili Trichiuridae dan Gempylidae)

3.3. Metode kerja


Penentuan stasiun pengambilan contoh ikan didasarkan pada lokasi
penangkapan ikan oleh nelayan Palabuhanratu yang meliputi empat daerah
penangkapan yaitu Teluk Palabuhanratu, Cisolok, Cimaja, dan Ujung Genteng.
Pengambilan contoh ikan dilakukan secara acak dari hasil tangkapan nelayan.
Ikan kemudian disimpan dalam kotak pendingin (ice box) dan dibawa ke
laboratorium Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor untuk penganalisaan lebih lanjut terhadap panjang, berat, serta
karakter morfometrik-meristiknya.
Sebelum dianalisa panjang, berat, serta karakter morfometrik-meristiknya,
sampel ikan diidentifikasi terlebih dahulu. Proses identifikasi didasarkan pada
buku identifikasi yang ditulis oleh Nakamura dan Parin (1993). Beberapa karakter
yang menjadi pembeda utama antara ketiga spesies ikan layur adalah warna tubuh,
warna sirip dorsal, dan ukuran diameter mata.
Penentuan karakter morfometrik-meristik dilakukan berdasarkan morfologi
ikan. Galman (1987) dalam Brojo (1999) menentukan 12 karakter morfometrik
pada ikan nila (Oreochromis niloticus) sedangkan Priyanie (2006) menentukan 34
karakter morfometrik dan 13 karakter meristik pada ikan kurisi (Pristipomoides
filamentosus). Hal ini menandakan tidak adanya standar tetap dalam penentuan
jumlah karakter morfometrik-meristik yang akan diukur maupun dihitung pada
tiap spesies ikan melainkan disesuaikan dengan morfologi ikan. Pada penelitian
ini ditentukan 18 karakter morfometrik dan 5 karakter meristik yang didasarkan
pada morfologi ikan. Karakter meristik yang dihitung dan morfometrik yang
diukur tertera pada tabel berikut ini (Tabel 2 dan Tabel 3). Sedangkan skema
penghitungan karakter meristik dan pengukuran karakter morfometrik dapat
dilihat pada gambar 5.

Tabel 2. Karakter meristik yang dihitung


No Karakter Meristik
1 Jumlah jari-jari sirip Jumlah jari-jari keras, lemah mengeras, maupun lemah
dorsal pada sirip dorsal
Jumlah jari-jari keras, lemah mengeras, maupun lemah
2 Jumlah jari-jari sirip anal
pada sirip anal
3 Jumlah piloric caeca Jumlah juntaian-juntaian pada lambung

4 Jumlah gigi canine Jumlah seluruh gigi canine pada kedua rahang
Jumlah sirip tambahan di belakang sirip dorsal dan
5 Finlet
sirip anal
Tabel 3. Karakter morfometrik yang diukur
No Karakter Morfometrik
Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung
1 Panjang total
sirip caudal yang paling belakang
Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung
2 Panjang kepala
terbelakang dari keping tutup insang (operculum)
Panjang garis tegak antara pangkal kepala bagian atas
3 Tinggi kepala
dengan pangkal kepala bagian bawah
Jarak lurus terbesar antara kedua keping tutup insang
4 Lebar kepala
pada kedua sisi kepala
Jarak antara ujung terdepan mulut bagian atas dengan
5 Panjang predorsal
ujung terdepan dari sirip dorsal
Jarak antara ujung terdepan mulut bagian bawah dengan
6 Panjang prepectoral
ujung terdepan dari sirip pectoral
Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan lubang
7 Panjang hidung
hidung
8 Jarak interorbital Jarak lurus antara kedua mata
Jarak antara tulang operculum terdepan dengan ujung
9 Panjang operculum
terbelakang dari keping tutup insang (operculum)
Jarak dari ujung terdepan mulut bagian atas dengan ujung
10 Panjang rahang atas
terbelakang tulang rahang atas
Jarak dari ujung terdepan mulut bagian bawah dengan
11 Panjang rahang bawah
ujung terbelakang tulang rahang bawah
12 Tinggi badan Jarak tertinggi antara dorsal dengan ventral
Jarak tertinggi antara ujung canine dengan pangkal
13 Tinggi canine
canine
Jarak tertinggi antara ujung sirip dorsal dengan dasar
14 Tinggi dorsal
sirip dorsal
Jarak antara kedua sudut mulut jika mulut dibuka
15 Lebar bukaan mulut
selebar-lebarnya
16 Diameter mata Panjang garis tengah rongga mata
Jarak antara ujung usus terdepan dengan ujung usus
17 Panjang usus
paling belakang
18 Sudut rahang Sudut yang terbentuk ketika mulut ikan dibuka
Gambar 5. Skema karakter morfometrik-meristik yang diukur dan dihitung pada ikan layur

Keterangan (Karakter morfometrik yang diukur) : A) Panjang total; B) Panjang kepala; C) Panjang prepectoral; D) Panjang predorsal; E)
Panjang rahang atas; F) Panjang hidung; G) Panjang rahang bawah; H) Panjang operculum; I) Lebar diameter mata; J)Lebar
bukaan mulut; K) Lebar kepala; L) Tinggi dorsal; M) Tinggi badan.

(Karakter meristik yang dihitung) : N) Jumlah jari-jari sirip dorsal pertama; O) Jumlah jari-jari sirip dorsal kedua; P) Jumlah
jari-jari sirip anal; Q) Jumlah finlet
3.4. Analisis data
3.4.1. Sebaran frekuensi panjang
Data yang digunakan dalam metode ini adalah data panjang total dari ikan
layur jenis T. lepturus, L. savala, dan G. serpens. Pengukuran dilakukan pada
setiap individu ikan menggunakan meteran kain yang mempunyai ketelitian satu
cm.
Tahap-tahap untuk menganalisis data frekuensi ukuran panjang adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan jumlah selang kelas yang diperlukan;
2. Menentukan lebar selang kelas; dan
3. Menentukan kelas frekuensi dan memasukkan frekuensi masing-masing
kelas dengan memasukkan panjang masing-masing contoh ikan pada
selang kelas yang telah ditentukan.
Sebaran frekuensi panjang yang telah ditentukan dalam selang kelas yang
sama kemudian diplotkan dalam sebuah grafik. Dari grafik tersebut dapat dilihat
pergeseran distribusi kelas panjang setiap bulan pengamatan. Pergeseran sebaran
frekuensi panjang menggambarkan jumlah kelompok umur (kohort) yang ada.
Bila terjadi pergeseran modus sebaran frekuensi panjang, berarti terdapat lebih
dari satu kohort.

3.4.2. Analisis karakter meristik


Karakter meristik yang dihitung kemudian dianalisa untuk mengetahui
kisaran dari masing-masing karakter. Karakter meristik ikan layur yang dihitung
dapat dilihat pada Tabel 2.

3.4.3. Analisis karakter morfometrik


Dari 14 karakter morfometrik yang diukur, dibuat 1 perbandingan ukuran.
Panjang total diperbandingkan dengan 2 karakter morfometrik. Panjang kepala
diperbandingkan terhadap 6 karakter morfometrik. Tinggi badan, panjang rahang
bawah, dan panjang prepectoral diperbandingkan dengan 1 karakter morfometrik
(Brojo, 1999; Priyanie, 2006). Perbandingan ukuran karakter morfometrik ikan
layur dapat dilihat pada tabel berikut ini (Tabel 4).
Tabel 4. Perbandingan ukuran karakter morfometrik ikan layur
No Perbandingan ukuran

1 Panjang total : Panjang kepala

2 Panjang total : Tinggi badan

3 Panjang kepala : Tinggi kepala

4 Panjang kepala : Lebar kepala

5 Panjang kepala : Diameter mata

6 Panjang kepala : Panjang hidung

7 Panjang kepala : Panjang rahang atas

8 Panjang kepala : Panjang rahang bawah

9 Panjang rahang bawah : Panjang rahang atas

10 Tinggi badan : Tinggi kepala

11 Panjang prepectoral : Panjang predorsal

3.4.3. Analisis karakter meristik, hubungan antar karakter


morfometrik, dan hubungan antar perbandingan karakter
morfometrik pada masing-masing spesies dan antar spesies

Analisis karakter meristik dilakukan untuk mengetahui kisaran nilai masing-


masing karakter meristik. Dari kisaran nilai ini kemudian ditentukan modusnya.
Nilai kisaran dan modus inilah yang menjadi dasar dalam penulisan rumus suatu
karakter meristik.
Analisis karakter morfometrik dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama
adalah menganalisis masing-masing karakter morfometrik yang diukur. Tahap
kedua adalah menganalisis perbandingan karakter morfometrik yang telah
ditentukan (misal perbandingan antara panjang total dengan panjang hidung).
Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui karakter morfometrik dan
perbandingan karakter morfometrik yang memiliki keterkaitan dengan karakter
lainnya.
Seluruh karakter morfometrik dan perbandingan karakter morfometrik
dianalisis menggunakan program PCA (Principal Components Analysis). Dari
hasil analisis akan didapat suatu matriks data yang nilai-nilainya menunjukkan
seberapa dekat suatu karakter memiliki keterkaitan dengan karakter lainnya.
Tanda minus atau positif menunjukkan sifat korelasi negatif atau positif antar
parameter. Nilai positif yang mendekati satu menjelaskan hubungan yang
berbanding lurus antar karakter. Artinya peningkatan satuan suatu karakter akan
diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain. Sedangkan nilai negatif
yang mendekati minus satu menjelaskan hubungan yang berbanding terbalik antar
karakter. Artinya peningkatan satuan suatu karakter akan diikuti oleh penurunan
satuan dari karakter yang lain atau sebaliknya, penurunan satuan suatu karakter
akan diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain (Dewi, 2005).

3.4.5. Hubungan panjang-berat


Untuk menganalisis hubungan panjang-berat masing-masing spesies ikan
layur digunakan rumus sebagai berikut (Effendie, 1997) :
W=aLb
Keterangan :
W = Berat
L = Panjang
a = Intersep (perpotongan kurva hubungan panjang
berat dengan sumbu y)
b = Penduga pola pertumbuhan panjang-berat

Untuk mendapatkan persamaan linier atau garis lurus digunakan persamaan


sebagai berikut :
Log W = Log a + b Log L

Untuk mendapatkan parameter a dan b, digunakan analisis regresi dengan


log W sebagai ‘y’ dan Log L sebagai ‘x’, maka didapatkan persamaan
regresi :
y = a + bx

Untuk menguji nilai b = 3 atau b ≠ 3 dilakukan uji-t (uji parsial), dengan


hipotesis (Steel and Torie, 1993 dalam Effendie, 1997) :
H0 : b = 3, hubungan panjang dengan berat adalah isometrik.
H1 : b ≠ 3, hubungan panjang dengan berat adalah allometrik, yaitu :
• Allometrik positif, jika b>3 (pertambahan berat lebih cepat
daripada pertambahan panjang) dan,
• Allometrik negatif, jika b<3 (Pertambahan panjang lebih
cepat daripada pertambahan berat).

b1 − b0
thitung =
Sb1
Keterangan :
b1 = Nilai b (dari hubungan panjang berat)
b0 = 3
Sb1 = Simpangan koefisien b

Bandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel pada selang kepercayaan 95%.
Selanjutnya untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan, kaidah keputusan
yang diambil adalah :
thitung > ttabel : tolak hipotesis nol (H0)
thitung < ttabel : gagal tolak hipotesis nol
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Komposisi tangkapan dan sebaran panjang


Ikan layur (superfamili Trichiuroidea) yang diteliti selama bulan Juli-
November berjumlah 198 ekor terdiri dari 71 ekor jenis T. lepturus, 105 ekor L.
savala, dan 22 ekor G. serpens. Komposisi dan frekuensi jumlah ikan yang
tertangkap selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi dan frekuensi ikan hasil tangkapan selama penelitian

Waktu
Juli September November
Jenis
Panjang Berat Panjang Berat Panjang Berat
F F F
(mm) (gram) (mm) (gram) (mm) (gram)
643,41± 172,92± 719,23± 296,43± 768,33± 383,52±
T.
34 100,37 59,11 31 217,03 196,91 6 94,50 157,90
lepturus
666,87± 214,46± 606,60± 228,46± 666,66± 269,62±
L.
23 73,68 57,15 50 133,31 143,08 32 52,86 78,92
savala
725,17± 486,52± 731,70± 496,44±
G.
- - - 12 44,20 101,75 10 89,87 227,87
serpens

Berdasarkan Tabel 5, terlihat adanya perbedaaan komposisi dan jumlah ikan


yang tertangkap pada masing-masing bulan pengamatan. Pada bulan Juli terlihat
hanya ada dua spesies ikan layur yang tertangkap yaitu T. lepturus dan L. savala
sedangkan dari jenis G. serpens tidak tertangkap. Ketiga spesies ikan layur
tertangkap pada bulan September dan November namun dengan jumlah yang
berbeda-beda. Berdasarkan jumlah ikan yang tertangkap selama 3 bulan
pengamatan, terlihat bahwa G. serpens yang memiliki frekuensi terendah dengan
jumlah 22 ekor. Sedangkan frekuensi tertinggi terdapat pada jenis L. savala
dengan jumlah 105 ekor. Hal ini diduga terkait dengan kebiasaan hidup dari
masing-masing spesies. Menurut Nakamura dan Parin (1993), ikan layur jenis G.
serpens jika telah mencapai ukuran dewasa akan cenderung hidup sendiri atau
soliter. Nakamura dan Parin (1993) juga mengatakan bahwa belum ada perikanan
khusus terhadap G. serpens. Layur jenis ini biasanya tidak sengaja tertangkap
dengan menggunakan rawai tuna. Keadaan ini membuat kemungkinannya untuk
tertangkap juga semakin kecil. Hal inilah yang diduga menjadi penyebab
sedikitnya jumlah G. serpens yang tertangkap selama penelitian.
Berbeda dengan G. serpens, jumlah T. lepturus dan L. savala yang
tertangkap selama penelitian lebih banyak yaitu 71 dan 105 ekor. Hal ini diduga
terkait dengan kebiasaan hidup kedua jenis ikan layur ini. Menurut Parin (1986),
T. lepturus dan L. savala merupakan ikan yang hidup secara bergerombol
(schooling). Keadaan ini membuat kemungkinan kedua jenis ikan ini untuk
tertangkap semakin besar. Selain itu, perairan pantai Pulau Jawa dan perairan
Palabuhanratu diduga menjadi daerah penyebaran utama kedua jenis layur ini. Hal
ini didasarkan pada pernyataan Nontji (2005) yang mengatakan bahwa jenis layur
yang banyak terdapat di perairan pantai Pulau Jawa adalah T. lepturus. Sedangkan
Anita (2003) menyatakan bahwa ikan layur yang banyak tertangkap di Teluk
Palabuhanratu adalah dari jenis L. savala.
Berdasarkan bulan pengamatan, terlihat adanya perbedaan hasil tangkapan.
Hasil tangkapan tertinggi terdapat pada bulan September dengan jumlah
tangkapan sebanyak 93 ekor. Pada bulan Juli, ikan yang tertangkap berjumlah 57
ekor. Sedangkan pada bulan November, ikan yang tertangkap berjumlah 48 ekor.
Perbedaan jumlah hasil tangkapan diduga terkait dengan musim penangkapan
yang dapat mempengaruhi aktivitas penangkapan. Penangkapan ikan pada
penelitian ini dilakukan pada bulan Juli, September, dan November. Antara bulan
Juli – September, perairan Palabuhanratu sedang mengalami musim timur yang
merupakan musim banyak ikan. Pada saat musim timur, kondisi perairan relatif
tenang, angin serta gelombang tidak begitu besar sehingga aktivitas penangkapan
ikan cukup tinggi pada musim ini (Pariwono dkk., 1988). Meningkatnya aktivitas
penangkapan diduga meningkatkan jumlah ikan yang tertangkap di Palabuhanratu.
Adapun pada bulan November termasuk pada musim peralihan antara musim
timur ke musim barat dan merupakan musim sedang ikan sehingga hasil
tangkapan tidak sebanyak hasil tangkapan pada saat musim timur.
Kisaran panjang total dan berat pada ketiga spesies layur juga berbeda-beda.
Berdasarkan Gambar 6, terlihat bahwa T. lepturus memiliki kisaran panjang total
yang lebih luas dari L. savala dan G. serpens. Hal ini dikarenakan T. lepturus
memiliki kemampuan untuk mencapai panjang total yang lebih tinggi dari kedua
spesies layur lainnya. Nakamura dan Parin (1993) menyatakan bahwa T. lepturus
dapat tumbuh hingga mencapai panjang 120 cm. Bahkan Parin (1986) dan Nontji
(2005) menyatakan bahwa panjang total yang dapat dicapai oleh T. lepturus
mencapai 150 cm. Sedangkan panjang maksimum yang dapat dicapai olah L.
savala dan G. serpens hanya 100 cm. Kisaran panjang total dan kisaran berat
ketiga spesies layur yang diamati selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.

1200

1000
Panjang (mm) / Berat (gram)

800

600

400

200

0
us

us
ns
la

ns
la
ur

ur
pe
va

va

pe
pt

pt
er
sa

sa
le

er
le
.s
L.

.s
T.

L.
T.
G
ng
ng

at

G
ng

at
ja

at
er
ja

er
ja
an

er
B
an

B
an

B
P
P

Gambar 6. Kisaran panjang dan berat pada ketiga spesies layur

Ukuran panjang total ikan layur jenis T. lepturus berkisar antara 270–991
mm dan terbagi menjadi dua belas selang kelas panjang. Frekuensi tertinggi
terdapat pada bulan Juli dengan jumlah 10 ekor. Modus ini berada pada selang
514-574 mm dan 575-635 mm. Kisaran panjang L. savala antara 310–951 mm
dan terbagi menjadi 12 selang kelas panjang. Frekuensi tertinggi berada pada
selang 634-687 mm dengan jumlah 14 ekor. Modus ini terjadi pada bulan
November. Sedangkan G. serpens panjang totalnya antara 624–905 mm dan
terbagi menjadi 8 selang kelas panjang. Frekuensi tertingginya berada pada selang
696-731 mm dan 732-767 mm dengan jumlah 4 ekor. Modus ini terjadi pada
bulan September. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang untuk masing-masing
spesies ikan layur dapat dilihat pada Gambar 7, 8, dan 9 berikut ini.
Berdasarkan Gambar 7, terlihat adanya pergeseran sebaran frekuensi kelas
ukuran panjang pada T. lepturus. Selama bulan Juli sampai November terlihat
adanya dua pergeseran sebaran panjang. Pergeseran pertama terjadi pada bulan
Juli dan September. Pada bulan November, sebaran frekuensi panjang bergeser ke
kelas ukuran yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan selama bulan Juli sampai
November terdapat minimal dua kelompok ukuran.
Pada bulan Juli modus frekuensi kelas ukuran panjang berada pada selang
514-574 mm dan 575-635 mm. Sedangkan pada bulan September, modus
frekuensi kelas ukuran panjang berada pada selang 758-818 mm dan 819-879 mm.
Hal ini menunjukkan terjadi pertumbuhan panjang pada kelompok ukuran pertama
yaitu dari bulan Juli sampai September. Pada bulan November, modus frekuensi
kelas ukuran panjang bergeser ke kelas ukuran yang lebih rendah yaitu berada
pada selang 636-696 mm. Hal ini menunjukkan adanya recruitment baru ke dalam
stok ikan T. lepturus.
Berdasarkan Gambar 8, terlihat adanya pergeseran sebaran frekuensi kelas
ukuran panjang pada L. savala. Selama bulan Juli sampai November terlihat
adanya dua pergeseran sebaran panjang. Pergeseran pertama terjadi pada bulan
Juli dan September. Pada bulan November, sebaran frekuensi panjang bergeser ke
kelas ukuran yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan selama bulan Juli sampai
November terdapat minimal dua kelompok ukuran.
Pada bulan Juli modus sebaran frekuensi kelas ukuran panjang berada pada
selang 580-633 mm dan 634-687 mm. Pada bulan September modus sebaran
frekuensi kelas ukuran panjang berada pada selang 580-633 mm, namun puncak
kurva cenderung bergeser ke kiri dikarenakan pada bulan Juli terdapat dua modus
kelas ukuran panjang yaitu pada selang 580-633 mm dan 634-687 mm. Pada
bulan November, modus sebaran frekuensi kelas ukuran panjang bergeser ke kelas
ukuran yang lebih tinggi yaitu berada pada selang 634-687 mm. Hal ini
menunjukkan terjadi pertumbuhan panjang pada kelompok ukuran kedua yaitu
dari bulan September sampai November.
12

10
n = 34
8 Juli

0
12

September
10
n = 31
Frekuensi (individu)

0
12

10 n=6

8 November

0
30

91

52

13

74

35

96

57

18

79

01
94
3

10
0-

1-

2-

3-

4-

5-

6-

7-

8-

9-

0-

1-
27

33

39

45

51

57

63

69

75

81

88

94

Selang kelas (mm)

Gambar 7. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang T. lepturus


14

Juli
12

10 n = 23
8

14

September
12
Frekuensi (individu)

n = 50
10

14

November
12

10 n = 32

0
3

7
36

41

47

52

57

63

68

74

79

84

90

95
0-

4-

8-

2-

6-

0-

4-

8-

2-

6-

0-

4-
31

36

41

47

52

58

63

68

74

79

85

90

Selang kelas (mm)

Gambar 8. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang L. savala


5

4 n = 12 September

1
Frekuensi (individu)

0
5

4 n = 10 November

0
9

1
65

69

73

76

80

83

87

91
4-

0-

6-

2-

8-

4-

0-

6-
62

66

69

73

76

80

84

87

Selang kelas (mm)

Gambar 9. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang G. serpens

Berdasarkan Gambar 9, hanya terlihat satu pergeseran modus sebaran


frekuensi kelas ukuran panjang pada G. serpens. Hal ini dikarenakan pada bulan
Juli tidak terdapat sampel G. Serpens. Modus sebaran frekuensi kelas ukuran
panjang pada bulan September berada pada selang 696-731 mm dan 732-767 mm.
Pada bulan November, modus sebaran frekuensi kelas ukuran panjang bergeser ke
kelas ukuran yang lebih rendah yaitu berada pada selang 660-695 mm. Hal ini
menunjukkan antara bulan September sampai November terjadi recruitment baru
ke dalam stok ikan G. serpens. Namun hal ini perlu dibuktikan lebih lanjut karena
jumlah sampel G. serpens yang diamati selama penelitian hanya berjumlah 22
ekor dan dikhawatirkan tidak dapat menjelaskan keadaan sebenarnya.
Berdasarkan Gambar 7, 8, dan 9 terlihat sebaran panjang untuk semua
spesies mengelompok pada ukuran 514-879 (mm). Hal ini terjadi karena nelayan
Palabuhanratu menggunakan pancing (longline dan handline) sebagai alat tangkap
utama yang memiliki tingkat selektivitas cukup tinggi. Alat tangkap jenis pancing
hanya dapat menangkap ikan-ikan yang memiliki ukuran mulut lebih besar atau
minimal sama dengan ukuran mata pancing. Pada umumnya nelayan
Palabuhanratu menggunakan ukuran mata pancing nomor 8 (komunikasi pribadi,
2008) namun ada juga yang menggunakan ukuran mata pancing nomor 7-9
(Prayitno, 2006). Faktor lain yang menjadi penyebab seragamnya ukuran ikan
layur adalah ikan layur yang tertangkap di Palabuhanratu umumnya untuk tujuan
ekspor. Menurut Anita (2003), ikan layur yang diekspor memiliki kisaran berat
antara 200-700 gram/ekor. Kisaran ini terbagi menjadi tiga kategori yaitu 200-300
gram/ekor, 300-500 gram/ekor, dan 500-700 gram/ekor. Masing-masing kategori
memiliki harga yang sedikit berbeda. Dengan adanya ketentuan ini, diduga
nelayan berupaya menangkap ikan layur yang masuk dalam kategori ekspor dan
memiliki harga tertinggi.
Penelitian tentang T. lepturus yang dilakukan oleh Herianti dkk. (1992) di
Utara Tuban-Lamongan mendapatkan kisaran panjang antara 200-800 mm dengan
panjang rata-rata 484 mm. Nilai ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di
Palabuhanratu yang mendapatkan kisaran panjang total lebih luas yaitu 270-991
mm. Herianti dkk. (1992) menyatakan bahwa T. lepturus yang diteliti merupakan
ikan hasil tangkapan cantrang. Cantrang merupakan alat tangkap yang berupa
pukat dasar. Alat tangkap ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan dasar
seperti bawal hitam. Namun dalam pengoperasiannya tidak jarang menangkap
ikan lain seperti layur. Berbeda dengan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan
di daerah Utara Tuban-Lamongan, nelayan Palabuhanratu umumnya menangkap
T. lepturus menggunakan pancing bernomor 7-9 (Prayitno, 2006). Adanya
perbedaan penggunaan alat tangkap yang juga memiliki perbedaan selektivitas
diduga menjadi penyebab berbedanya ukuran ikan antara kedua lokasi.

4.2. Analisis karakter meristik


Penghitungan karakter meristik berupa jumlah jari-jari lemah mengeras dan
jari-jari lemah pada sirip dorsal menunjukkan selang 3-4 jari-jari lemah mengeras
dan 102-136 jari-jari lemah pada T. lepturus. Pada L. savala terdapat 3-4 jari-jari
lemah mengeras dan 97-136 jari-jari lemah. Sedangkan pada G. serpens terdapat
dua sirip dorsal yang terpisah. Dorsal pertama hanya memiliki jari-jari lemah
mengeras dengan jumlah 27-29 sedangkan dorsal kedua memiliki 4-5 jari-jari
lemah mengeras dan 7-9 jari-jari lemah. G. serpens juga memiliki sirip anal
dengan 4-5 jari-jari lemah mengeras dan 7-9 jari-jari lemah serta finlet sebanyak 6
buah dibelakang sirip dorsal dan anal. Berikut ini disajikan tabel karakter meristik
ikan layur yang dihitung selama penelitian (Tabel 6).

Tabel 6. Kisaran ciri meristik pada ketiga spesies layur

Spesies

Karakter Meristik T. lepturus L. savala G. serpens


Jumlah Gigi Canine 26 – 57 25 – 53 50 - 71
Jumlah Piloric Caeca 6 – 32 10 – 36 6 - 16
Jumlah Jari-jari Lemah Mengeras Sirip Punggung (D1) 3–4 3–4 27 - 29
Jumlah Jari-jari Lemah Sirip Punggung (D1) 102 – 136 97 – 136 -
Jumlah Jari-jari Lemah Mengeras Sirip Punggung (D2) - - 4-5
Jumlah Jari-jari Lemah Sirip Punggung (D2) - - 7-9
Jumlah Jari-jari Lemah Mengeras Sirip Anal (A) - - 4-5
Jumlah Jari-jari Lemah Sirip Anal (A) - - 7-9
Jumlah Finlet - - 6

T. lepturus memiliki modus 3 jari-jari lemah mengeras dan 125 jari lemah
sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa T. lepturus mempunyai rumus sirip
dorsal DIII-IV, 102-136 dengan modus DIII, 125. Rumus ini lebih besar
kisarannya dari rumus sirip dorsal yang diberikan oleh Parin (1986) yaitu DIII,
131-136. L. savala memiliki modus 3 jari-jari lemah mengeras dan 125 jari lemah
sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa L. savala mempunyai rumus sirip
dorsal DIII-IV, 97-136 dengan modus DIII, 125. Rumus ini juga lebih besar
kisarannya dari rumus sirip dorsal yang diberikan oleh Parin (1986) yaitu DIV,
108-123. Pada sirip dorsal pertama, G. serpens memiliki modus 28 jari-jari lemah
mengeras sedangkan dorsal keduanya memiliki modus 5 jari-jari lemah mengeras
dan 8 jari-jari lemah. Secara umum dapat dikatakan bahwa G. serpens mempunyai
rumus D1 XXVII-XXIX, dengan modus DXXVIII dan D2 IV-V, 7-9 dengan
modus D2 IV, 8. Rumus ini lebih kecil kisarannya dari rumus sirip dorsal yang
diberikan oleh Parin (1986) yaitu DXXVI-XXXII.
Sirip anal memiliki rumus AIV-V, 7-9 yang berarti mempunyai 4-5 jari-jari
lemah mengeras dan 7-9 jari-jari lemah. Namun hanya G. serpens yang memiliki
sirip anal sedangkan T. lepturus dan L. savala tidak memiliki sirip anal karena
telah tereduksi menjadi duri-duri kecil.

4.3. Analisis karakter morfometrik


Hasil pengukuran karakter morfometrik merupakan salah satu yang dapat
digunakan sebagai ciri taksonomik saat mengidentifikasi ikan. Setiap spesies ikan
memiliki ukuran mutlak berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor umur, jenis
kelamin, dan lingkungan hidupnya. Faktor lingkungan yang dimaksud di sini
seperti makanan, suhu, pH, dan salinitas (Affandi dkk., 1992). Hasil pengukuran
karakter morfometrik pada tiga spesies ikan layur dapat dilihat pada Tabel 7.
Hasil pengukuran menunjukan adanya perbedaan kisaran ukuran
morfometrik. Pada umumnya, T. lepturus memiliki kisaran ukuran morfometrik
yang lebih luas dibandingkan dengan dua spesies layur lainnya.
Faktor lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan ikan.
Walaupun umur ikan dari suatu spesies sama, ukuran mutlaknya dapat berbeda.
Olah karena itu, standar dalam identifikasi ialah ukuran perbandingannya, seperti
jarak antara panjang kepala (PK) dibandingkan dengan panjang total (PT)
(Affandi dkk., 1992). Hasil pengukuran perbandingan karakter morfometrik pada
masing-masing spesies ikan layur dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 7. Kisaran ukuran morfometrik pada ketiga spesies layur.
Spesies
T. lepturus L. savala G. serpens
Karakter Morfometrik N = 71 ekor N = 105 ekor N = 22 ekor
Panjang Total (cm) 27,0 – 99,1 31,0 – 95,1 62,4 - 90,5
Panjang Kepala (cm) 3,9 - 14,4 4,8 – 13,7 11,3 - 16,3
Panjang Hidung (cm) 0,9 - 4,3 1,1 - 4,6 3,7 – 5,6
Tinggi Kepala (cm) 1,6 - 6,8 1,7 - 6,4 3,4 – 4,9
Lebar Kepala (cm) 0,6 - 2,8 0,7 - 2,7 2,1 – 3,5
Tinggi Badan (cm) 1,6 - 8,1 2,1 - 7,9 3,7 – 5,5
Panjang Predorsal (cm) 2,6 - 9,6 2,7 – 10,4 8,9 – 13,4
Panjang Prepectoral (cm) 3,4 – 13,3 4,0 – 11,7 11,5 - 16,6
Diameter Mata (cm) 0,6 - 2,5 0,6 - 2,0 1,6 – 2,3
Panjang Rahang Atas (cm) 1,2 - 6,1 1,6 - 5,7 5,3 – 7,9
Panjang Rahang Bawah (cm) 1,3 - 6,8 1,9 - 6,2 5,8 – 9,5
Sudut Rahang ( ˚ ) 26 – 61 25 – 60 33 – 55
Lebar Bukaan Mulut (cm) 0,6 - 5,3 0,7 - 3,0 1,8 – 3,4
Jarak Interorbital (cm) 0,4 - 2,2 0,6 - 1,8 1,4 – 2,4
Panjang operculum (cm) 1,1 - 4,4 1,0 - 4,0 2,2 – 3,2
Tinggi canine(cm) 0,15 - 1,5 0,15 – 1,1 0,3 – 0,6
Tinggi Dorsal (cm) 0,5 - 4,4 0,7 - 3,8 1,3 – 3,8
Panjang usus (cm) 4,1 - 26,1 4,9 – 20,0 16,0 - 34,0

Berdasarkan Tabel 8, terlihat adanya perbedaan kisaran nilai perbandingan


ciri morfometrik pada masing-masing spesies. Umumnya jenis L. savala memiliki
kisaran perbandingan ciri morfometrik yang lebih luas dibandingkan T. lepturus
dan G. serpens. Namun pada perbandingan Panjang kepala : Panjang rahang
bawah (PK : PRB), Panjang kepala : Panjang rahang atas (PK : PRA), dan
Panjang kepala : Tinggi kepala (PK : TK), jenis T. lepturus memiliki kisaran yang
lebih luas dibandingkan dua spesies lainnya. Perbedaan kisaran perbandingan
karakter morfometrik pada ketiga spesies tersebut selain disebabkan oleh
perbedaan spesies juga disebabkan adanya perbedaan umur dan jenis kelamin
(Affandi dkk., 1992). Sedangkan faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, dan pH
diduga tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap perbedaan ukuran
perbandingan ciri morfometrik pada ketiga spesies tersebut karena ketiganya
dianggap berasal dari satu habitat yang memiliki faktor lingkungan sama yaitu
perairan Palabuhanratu.

Tabel 8. Kisaran ukuran perbandingan ciri morfometrik pada ketiga spesies


layur.
Spesies
Perbandingan
Morfometrik T. lepturus L. savala G. serpens
PT : PK 5,86 – 8,07 4,97 - 8,66 5,25 – 5,76
PT : TB 10,90 – 17,24 8,65 - 17,85 15,11 - 16,88
PK : TK 1,83 – 3,06 1,85 - 2,88 2,76 – 3,50
PK : LK 4,31 – 7,54 3,48 - 7,85 4,30 – 6,33
PK : DM 4,78 – 8,44 5,83 - 12,33 5,78 – 8,06
PK : PH 2,58 – 4,33 2,49 - 5,00 2,74 – 3,20
PK : PRA 1,87 – 3,43 2,02 - 3,25 1,87 – 2,40
PK : PRB 1,72 – 3,00 1,90 - 3,03 1,63 – 2,19
PRB : PRA 0,93 – 1,31 0,80 - 1,26 1,09 – 1,20
TB : TK 0,90 – 1,44 0,92 - 1,64 0,93 – 1,18
P prepectoral :
0,80 – 1,49 0,70 – 1,64 1,19 – 1,34
P predorsal

4.3.1. Analisis korelasi karakter morfometrik pada masing-masing spesies


Analisis korelasi karakter morfometrik digunakan untuk melihat karakter-
karakter morfometrik yang memiliki keterkaitan antara satu karakter dengan
karakter lainnya. Tanda minus atau positif menunjukkan sifat korelasi negatif atau
positif antar karakter. Nilai positif yang mendekati satu menjelaskan hubungan
yang berbanding lurus antar karakter. Artinya peningkatan satuan suatu karakter
akan diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain. Sedangkan nilai
negatif yang mendekati minus satu menjelaskan hubungan yang berbanding
terbalik antar karakter. Artinya peningkatan satuan suatu karakter akan diikuti
oleh penurunan satuan dari karakter yang lain atau sebaliknya, penurunan satuan
suatu karakter akan diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain (Dewi,
2005).
Berdasarkan analisis korelasi data morfometrik T. lepturus, terlihat bahwa
korelasi antar karakter memiliki kisaran yang cukup lebar yaitu antara 0,19
sampai 0,98. Hubungan yang sangat erat ditunjukkan oleh karakter Panjang
rahang atas (PRA) dan Panjang rahang bawah (PRB) dengan nilai korelasi sebesar
0,98 sedangkan untuk korelasi terendah ditunjukkan oleh karakter Sudut rahang
(SR) dan Tinggi dorsal (TD) dengan nilai korelasi 0,19. Nilai korelasi karakter
morfometrik pada T. lepturus dapat dilihat pada Lampiran 1.
Karakter Panjang total (PT), Panjang kepala (PK), Panjang hidung (PH),
Tinggi kepala (TK), Lebar kepala (LK), Tinggi badan (TB), Panjang Prepectoral,
Panjang Predorsal, Diameter mata (DM), Panjang rahang atas (PRA), Panjang
rahang bawah (PRB), Panjang operculum (PO), Jarak interorbital (JI), Tinggi
dorsal (TD), dan Panjang usus (PU) adalah karakter-karakter yang mempunyai
hubungan erat dengan karakter lain. Korelasi yang erat menunjukkan ukuran
tubuh karakter lain dapat diwakili oleh salah satu dari karakter ini. Sebaliknya,
karakter Sudut rahang (SR), Lebar bukaan mulut (LBM), dan Tinggi canine (TC)
tidak mencirikan ukuran dari karakter-karakter lain. Kisaran nilai korelasi masing-
masing karakter tersebut rendah dibandingkan dengan karakter lain yaitu 0,19-
0,46, 0,39-0,66 dan 0,28-0,60.
Hasil analisis korelasi data morfometrik L. savala juga memiliki kisaran
yang cukup lebar yaitu antara 0,12 sampai 0,97. Hubungan yang sangat erat
ditunjukkan oleh karakter Panjang rahang atas (PRA) dan Panjang rahang bawah
(PRB) dengan nilai korelasi sebesar 0,97 sedangkan untuk korelasi terendah
ditunjukkan oleh karakter Panjang hidung (PH) dan Sudut rahang (SR) dengan
nilai korelasi 0,12. Nilai korelasi karakter morfometrik pada L. savala dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Karakter Panjang total (PT), Panjang kepala (PK), Panjang hidung (PH),
Tinggi kepala (TK), Lebar kepala (LK), Tinggi badan (TB), Panjang Prepectoral,
Panjang Predorsal, Diameter mata (DM), Panjang rahang atas (PRA), Panjang
rahang bawah (PRB), Panjang operculum (PO), dan Jarak interorbital (JI) adalah
karakter-karakter yang mempunyai hubungan erat dengan karakter lain. Korelasi
yang erat menunjukan ukuran tubuh karakter lain dapat diwakili oleh salah satu
dari karakter ini. Sebaliknya, karakter Sudut rahang (SR), Lebar bukaan mulut
(LBM), Tinggi canine (TC), dan Panjang usus (PU) tidak mencirikan ukuran dari
karakter-karakter lain. Kisaran nilai korelasi masing-masing karakter tersebut
rendah dibandingkan dengan karakter lain yaitu 0,12-0,56, 0,38-0,67, 0,16-0,63
dan 0,21-0,58.
Hasil analisis korelasi pada data morfometrik G. serpens memiliki kisaran
yang cukup lebar yaitu antara -0,39 sampai 0,99. Hubungan yang sangat erat
ditunjukkan oleh karakter Panjang rahang atas (PRA) dan Panjang rahang bawah
(PRB) dengan nilai korelasi sebesar 0,99 sedangkan untuk korelasi terendah
ditunjukkan oleh karakter Jarak interorbital (JI) dan Tinggi dorsal (TD) dengan
nilai korelasi -0,39. Nilai korelasi karakter morfometrik pada G. serpens dapat
dilihat pada lampiran 3.
Karakter-karakter yang mempunyai hubungan erat dengan karakter lain
adalah Panjang total (PT), Panjang kepala (PK), Panjang hidung (PH), Tinggi
kepala (TK), Lebar kepala (LK), Tinggi badan (TB), Panjang prepectoral, Panjang
predorsal, Panjang rahang atas (PRA), Panjang rahang bawah (PRB), dan Panjang
operculum (PO). Korelasi yang erat menunjukkan ukuran tubuh karakter lain
dapat diwakili oleh salah satu dari karakter ini. Sebaliknya, karakter Diameter
mata (DM), Sudut rahang (SR), Lebar bukaan mulut (LBM), Jarak interobital (JI),
Tinggi canine (TC), Tinggi dorsal (TD) dan Panjang usus (PU) tidak mencirikan
ukuran dari karakter-karakter lain. Kisaran nilai korelasi masing-masing karakter
tersebut rendah dibandingkan dengan karakter lain yaitu -0,17-0,64, -0,27-0,38, -
0,39-0,58, -0,17-0,61, -0,39-0,61, dan 0,01-0,53.
Hasil analisis korelasi karakter morfometrik pada masing-masing spesies
memperlihatkan adanya beberapa karakter yang berpengaruh terhadap karakter
lainnya seperti Panjang total (PT), Panjang kepala (PK), Panjang hidung (PH),
Tinggi kepala (TK), Lebar kepala (LK), Tinggi badan (TB), Panjang prepectoral,
Panjang predorsal, Panjang rahang atas (PRA), Panjang rahang bawah (PRB), dan
Panjang operculum (PO). Namun nilai-nilai dari masing-masing karakter ini
belum bisa dijadikan standar dalam mengidentifikasi ikan layur. Analisis korelasi
karakter morfometrik ini hanya menunjukkan karakter-karakter yang memiliki
hubungan saling terkait dengan karakter lainnya. Seperti dikatakan oleh Affandi
dkk. (1992) bahwa ukuran mutlak masing-masing individu dapat berbeda-beda
meskipun memiliki umur dan spesies yang sama. Hal ini terkait dengan adanya
faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan ikan.
Oleh karena itu, standar dalam identifikasi ialah ukuran perbandingannya seperti
jarak antara panjang kepala (PK) dibandingkan dengan panjang total (PT).

4.3.2. Analisis korelasi karakter morfometrik pada ketiga spesies


Hasil analisis korelasi karakter morfometrik pada ketiga spesies
memperlihatkan bahwa nilai korelasi antara T. lepturus-L. savala lebih tinggi
yaitu sebesar 0,9996 dibandingkan nilai korelasi antara T. lepturus-G. serpens dan
L. savala-G. serpens yang masing-masing sebesar 0,9897 dan 0,9890. Hal ini
menunjukkan bahwa T. lepturus dan L. savala memiliki lebih banyak persamaan
dalam hal hubungan antar karakter morfometrik dibandingkan dengan hubungan
antar karakter morfometrik pada T. lepturus-G. serpens dan L. savala-G. serpens.
Hasil analisis korelasi karakter morfometrik pada ketiga jenis ikan dapat dilihat
pada Tabel 9.

Tabel 9. Matriks korelasi karakter morfometrik antara ketiga jenis ikan


layur

T. lepturus L. savala G. serpens


T. lepturus 1
L. savala 0,9996 1
G. serpens 0,9897 0,9890 1

4.3.3. Analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada masing-


masing spesies

Affandi dkk. (1992) menyatakan bahwa yang dijadikan standar dalam


mengidentifikasi suatu jenis ikan adalah ukuran perbandingan seperti panjang
total : panjang kepala. Untuk mengetahui keterkaitan antar karakter perbandingan
morfometrik pada masing-masing spesies digunakan Analisis Komponen Utama
(AKU) atau Principal Components Analysis (PCA). Dari hasil yang didapat akan
terlihat karakter perbandingan yang memiliki keterkaitan dengan karakter
perbandingan lainnya.
Hasil analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik untuk ketiga
spesies sangat bervariasi dengan nilai kisaran masing-masing 0,0006-0,9209
untuk T. lepturus, 0,0019-0,9063 untuk L. savala, dan 0,0015-0,9634 untuk G.
serpens. Sedangkan korelasi negatif tertinggi untuk masing-masing spesies adalah
-0,29 untuk T. lepturus, -0,52 untuk L. savala, dan -0,57 untuk G. serpens.
Matriks korelasi perbandingan morfometrik pada ketiga spesies dapat dilihat pada
Lampiran 4, 5, dan 6.
Perbandingan karakter antara Panjang kepala : Panjang rahang atas dengan
(PK : PRA), Panjang kepala : Panjang rahang bawah (PK : PRB) memiliki
korelasi positif tertinggi pada ketiga spesies dengan nilai 0,92 untuk T. lepturus,
0,91 untuk L. savala, dan 0,96 untuk G. serpens. Sedangkan kesamaan nilai
korelasi negatif tertinggi hanya dimiliki oleh T. lepturus dan L. savala yaitu pada
perbandingan karakter Panjang total : Tinggi badan (PT : TB) dengan Tinggi
badan : Tinggi kepala (TB : TK) dengan nilai -0,29 untuk T. lepturus dan -0,52
untuk L. savala. Pada G. serpens, yang memiliki nilai korelasi negatif tertinggi
yaitu karakter perbandingan antara Panjang kepala : Panjang rahang bawah (PK :
PRB) dengan Tinggi badan : Tinggi kepala (TB : TK) dengan nilai korelasi -0,57.
Korelasi yang rendah tingkat keeratannya dapat diartikan pengukuran karakter
tersebut tidak dapat diwakili oleh karakter lain karena tingkat keeratannya
mendekati nol (antara -0,5 hingga 0,5).

4.3.4. Analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada ketiga


spesies

Hasil analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada ketiga


spesies memperlihatkan bahwa nilai korelasi antara T. lepturus-L. savala lebih
tinggi yaitu sebesar 0,99 dibandingkan nilai korelasi antara T. lepturus-G. serpens
dan L. savala-G. serpens yang masing-masing sebesar 0,98 dan 0,97. Hal ini
menunjukkan bahwa T. lepturus dan L. savala memiliki lebih banyak persamaan
dalam hal hubungan perbandingan antar karakter morfometrik dibandingkan
dengan hubungan perbandingan antar karakter morfometrik pada T. lepturus-G.
serpens dan L. savala-G. serpens. Hasil analisis korelasi perbandingan karakter
morfometrik pada ketiga jenis ikan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Matriks korelasi perbandingan karakter morfometrik antara


ketiga jenis ikan layur

T. lepturus L. savala G. serpens


T. lepturus 1
L. savala 0,99 1
G. serpens 0,98 0,97 1

4.4. Identifikasi karakter morfologi sederhana


Berdasarkan analisis korelasi karakter morfometrik dan perbandingan
karakter morfometrik dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU)
atau Principal Components Analysis (PCA), T. lepturus, L. savala, dan G. serpens
memperlihatkan kecenderungan perbedaan karakter morfologi. Hal ini sangat
mungkin terjadi mengingat pada kenyataannya ketiga ikan layur tersebut terlihat
berbeda. Selain metoda di atas, untuk membedakan spesies secara cepat dapat
dilakukan identifikasi karakter morfologi secara sederhana dengan mengamati
warna, bentuk tubuh, diameter mata, dan ada tidaknya tonjolan pada bagian atas
kepala (sagittal crest).
Jenis T. lepturus yang dikenal masyarakat Palabuhanratu dengan nama layur
meleu memiliki badan berbentuk pipih dan panjang tubuh umumnya 60-80 cm,
tubuh berwarna putih mengkilat sedangkan sirip dorsalnya berwarna putih,
berekor rambut, dan memiliki mata yang besar. Jenis L. savala lebih dikenal
masyarakat Palabuhanratu dengan nama layur golok, memiliki badan berbentuk
pipih dan panjang tubuh umumnya 50-70 cm, tubuh dan sirip dorsalnya berwarna
putih kekuningan, berekor rambut, dan ukuran matanya lebih kecil dari T.
lepturus. Selain dari warna tubuh dan ukuran diameter mata, T. lepturus dan L.
savala juga dapat dibedakan dari ada tidaknya tonjolan pada bagian atas kepala
(sagittal crest). Pada T. lepturus terdapat sagittal crest sedangkan pada L. savala
tidak terdapat sagittal crest. Bentuk dari sagittal crest dapat dilihat pada gambar
berikut ini (Gambar 10).

Gambar 10. Sagittal crest pada T. Lepturus (Nakamura dan Parin, 1993)

Jenis G. serpens lebih mudah dibedakan dari jenis T. lepturus dan L. savala.
Hal ini dikarenakan G. serpens memiliki perbedaan yang mencolok dari kedua
jenis layur lainnya. G. serpens yang dikenal masyarakat Palabuhanratu dengan
nama gelang luyung memiliki badan agak membulat, panjang tubuh umumnya 60-
80 cm, tubuh dan sirip dorsal berwarna hitam, memiliki dua sirip dorsal dan satu
sirip anal, serta berekor cagak.

4.5. Hubungan kekerabatan


Penentuan hubungan kekerabatan dilakukan dengan cara menganalisis data
perbandingan ciri morfometrik menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU)
atau Principal Components Analysis (PCA). Seperti yang dikemukakan oleh
Bengen (2000) bahwa Analisis Komponen Utama (AKU) atau Principal
Components Analysis (PCA) dapat digunakan untuk mempelajari matriks data
dari sudut pandang kemiripan antar individu. Semakin mirip suatu individu maka
semakin dekat hubungan kekerabatannya.
Berdasarkan analisis korelasi karakter morfometrik dan analisis korelasi
perbandingan karakter morfometrik pada ketiga spesies (Tabel 9 dan 10) terlihat
bahwa korelasi antara T. lepturus-L. savala memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar
0,9996 dan 0,9946. Nilai korelasi ini menunjukkan bahwa T. lepturus dan L.
savala memiliki lebih banyak kesamanan karakter morfometrik dibandingkan
dengan G. serpens. Dari hasil analisis karakter morfometrik ini disimpulkan
bahwa T. lepturus lebih berkerabat dekat dengan L. savala dibandingkan dengan
G. serpens. Berikut ini disajikan dendrogram yang menunjukkan kedekatan
kekerabatan pada ketiga spesies ikan layur (Gambar 11).

Gambar 11. Dendrogram hubungan kekerabatan ketiga spesies ikan layur

4.6. Hubungan panjang–berat


Persamaan hubungan panjang-berat ikan layur jenis T. lepturus betina adalah
W = 0,000002L2,5136 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,85 dan
koefisien korelasi (r) sebesar 0,92. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan
mampu menjelaskan model sebenarnya sebesar 85% dan terdapat hubungan yang
erat antara panjang dengan berat pada T. lepturus betina (Walpole, 1992). Pada T.
lepturus jantan didapatkan persamaan hubungan panjang-berat W =
0,000002L2,8325 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,95 dan koefisien
korelasi (r) sebesar 0,97. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan dapat
menjelaskan model sebenarnya sebesar 95% dan terdapat hubungan yang erat
antara panjang dengan berat pada T. lepturus jantan (Walpole, 1992). Sedangkan
persamaan hubungan panjang-berat T. lepturus secara keseluruhan adalah W =
0,000002L2,793 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,94 dan koefisien
korelasi (r) sebesar 0,97. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan dapat
menjelaskan model sebenarnya sebesar 94% dan terdapat hubungan yang erat
antara panjang dengan berat pada T. lepturus (Walpole, 1992). Jumlah ikan yang
digunakan dalam penentuan hubungan panjang berat T. lepturus adalah 69 ekor.
Nilai ini lebih kecil dari total T. lepturus yang diteliti yaitu 71 ekor. Pengurangan
ini dilakukan karena terdapat dua data ikan yang outlier. Pengurangan ini boleh
dilakukan karena nilai R2 untuk jumlah ikan 71 ekor lebih kecil yaitu hanya
sebesar 0,92 bila dibandingkan dengan nilai R2 untuk jumlah ikan 69 ekor yaitu
sebesar 0,94. Artinya, model dugaan untuk T. lepturus lebih terwakili oleh 69
sampel dibandingkan 71 sampel. Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus pada
ikan betina, ikan jantan, dan secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 12, 13,
14.
Nilai b pada T. lepturus betina, T. lepturus jantan, dan T. lepturus secara
keseluruhan berturut-turut adalah 2,51, 2,83, dan 2,79 yang menandakan bahwa
pola hubungan antara panjang dan berat adalah allometrik negatif. Artinya
pertambahan panjangnya lebih cepat dibandingkan pertambahan beratnya. Hal ini
diperkuat juga dengan hasil uji-t yang mendapatkan nilai thitung > ttabel yang berarti
tolak Ho (Lampiran 7). Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Herianti dkk., (1992) di daerah Utara Tuban-Lamongan, Jawa Timur. Herianti
dkk., (1992) mendapatkan nilai b = 2,83 untuk spesies yang sama.
Persamaan hubungan panjang-berat ikan L. savala betina adalah W =
0,0000008L3,3627 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,87 dan
koefisien korelasi (r) sebesar 0,93. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan
mampu menjelaskan model sebenarnya sebesar 87% dan terdapat hubungan yang
erat antara panjang dengan berat pada L. savala betina (Walpole, 1992). Pada L.
savala jantan didapatkan persamaan hubungan panjang-berat W = 0,008L3,525
dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,95 dan koefisien korelasi (r)
sebesar 0,97. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan mampu menjelaskan
model sebenarnya sebesar 95% dan terdapat hubungan yang erat antara panjang
dengan berat pada L. savala jantan (Walpole, 1992). Sedangkan persamaan
hubungan panjang-berat L. savala secara keseluruhan adalah W = 0,00008L3,4452
dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,92 dan koefisien korelasi (r)
sebesar 0,96. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan mampu menjelaskan
model sebenarnya sebesar 92% dan terdapat hubungan yang erat antara panjang
dengan berat pada L. savala (Walpole, 1992). Jumlah ikan yang digunakan dalam
penentuan hubungan panjang-berat L. savala adalah 97 ekor. Nilai ini lebih kecil
dari total L. savala yang diteliti yaitu 105 ekor. Pengurangan ini dilakukan karena
terdapat empat data ikan yang outlier dan empat data ikan yang tidak dapat
ditentukan jenis kelaminnya. Pengurangan ini boleh dilakukan karena nilai R2
untuk jumlah ikan 105 ekor lebih kecil yaitu hanya sebesar 0,85 bila dibandingkan
dengan nilai R2 untuk jumlah ikan 97 ekor yaitu sebesar 0,92. Artinya, model
dugaan untuk L. savala lebih terwakili oleh 97 sampel dibandingkan 105 sampel.
Grafik hubungan panjang-berat L. savala pada ikan betina, ikan jantan, dan secara
keseluruhan dapat dilihat pada pada gambar 15, 16, dan 17.
Nilai b pada L. savala betina, L. savala jantan, dan L. savala secara
keseluruhan adalah 3,36, 3,52, dan 3,45 yang menandakan bahwa pola hubungan
antara panjang dan berat adalah allometrik positif. Artinya pertambahan beratnya
lebih cepat dibandingkan pertambahan panjangnya. Hal ini diperkuat juga dengan
hasil uji-t yang mendapatkan nilai thitung > ttabel yang berarti tolak Ho (Lampiran
8).
Persamaan hubungan panjang-berat ikan layur jenis G. serpens betina adalah
W = 0,00000005L2,3749 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,71 dan
koefisien korelasi (r) sebesar 0,84. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan
mampu menjelaskan model sebenarnya sebesar 71% dan terdapat hubungan yang
erat antara panjang dengan berat pada G. serpens betina (Walpole, 1992). Pada G.
serpens jantan didapatkan p9ersamaan hubungan panjang-berat W = 0,7L3,3538
dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,9 dan koefisien korelasi sebesar
0,95. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan mampu menjelaskan model
sebenarnya sebesar 90% dan terdapat hubungan yang erat antara panjang dengan
berat pada G. serpens jantan (Walpole, 1992). Sedangkan persamaan hubungan
panjang-berat G. serpens secara keseluruhan adalah W = 0,000007L3,1106 dengan
nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,85 dan koefisien korelasi sebesar 0,92.
Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan mampu menjelaskan model sebenarnya
sebesar 85% dan terdapat hubungan yang erat antara panjang dengan berat pada
G. serpens (Walpole, 1992). Jumlah ikan yang digunakan dalam penentuan
hubungan panjang-berat G. serpens adalah 22 ekor. Grafik hubungan panjang-
berat G. serpens pada ikan betina, ikan jantan, dan secara keseluruhan dapat
dilihat pada pada gambar 18, 19, dan 20.
Berdasarkan nilai b pada ketiga spesies, terlihat adanya perbedaan pola
hubungan panjang-berat baik pada ikan betina maupun pada ikan jantan. Antara T.
lepturus betina dan L. savala betina terdapat perbedaan pola hubungan panjang-
berat meskipun keduanya sama-sama memiliki bentuk tubuh pita. T. lepturus
betina memiliki pola hubungan panjang-berat allometrik negatif sedangkan L.
savala betina memiliki pola hubungan allometrik positif. Perbedaan ini diduga
karena adanya perbedaan perbandingan ukuran tubuh. Walaupun secara umum
kedua jenis layur ini memiliki bentuk tubuh seperti pita, namun perbandingan
antara panjang total dengan tinggi badan pada keduanya berbeda. Berdasarkan
Tabel 9, terlihat bahwa nilai perbandingan antara panjang total dengan tinggi
badan pada L. savala lebih rendah dibandingkan pada T. lepturus. Hal ini
memperlihatkan bahwa untuk ukuran panjang total yang sama, L. savala memiliki
tinggi tubuh yang lebih besar dibandingkan T. lepturus. Hal ini akan berdampak
pada meningkatnya berat tubuh ikan. Gambar 6 juga memperkuat panjelasan di
atas. Berdasarkan Gambar 6, terlihat bahwa T. lepturus memiliki panjang rata-rata
yang lebih tinggi dari L. savala. Namun nilai berat rata-rata pada T. lepturus lebih
rendah dibandingkan berat rata-rata pada L. savala. Hal ini menandakan bahwa L.
savala lebih montok sehingga nilai b-nya juga lebih besar.
Perbedaan pola hubungan panjang-berat juga terjadi antara G. serpens betina
dengan L. savala betina. Perbedaan bentuk tubuh diduga menjadi faktor penyebab
berbedanya pola hubungan panjang-berat antara kedua spesies ini. Menurut
Nakamura dan Parin (1993), L. savala memiliki bentuk tubuh pipih sedangkan G.
serpens memiliki bentuk tubuh semifusiform. Jumlah sampel yang diamati diduga
juga berpengaruh terhadap hasil regresi. G. serpens betina yang diamati selama
penelitian hanya berjumlah 8 ekor. Minimnya jumlah sampel dikhawatirkan tidak
mampu menjelaskan keadaan sebenarnya.
600 y = 2E-05x 2,5136
r = 0,92
500 N = 26 ekor
400

Berat (gram)
300

200

100

0
0 200 400 600 800 1000 1200

Panjang (mm)

Gambar 12. Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus betina

600

500 y = 2E-06x 2,8325


r = 0,97
400
Berat (gram)

N = 43 ekor
300

200

100

0
0 200 400 600 800 1000

Panjang (mm)

Gambar 13. Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus jantan

600
500 y = 2E-06x 2,793
Berat (gram)

400 r = 0,97
N = 69 ekor
300
200
100
0
0 200 400 600 800 1000 1200

Panjang (mm)

Gambar 14. Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus secara keseluruhan


500
y = 7E-08x 3.3627
400 r = 0,93
N = 42 ekor

Berat (gram)
300

200

100

0
0 200 400 600 800 1000
Panjang (mm)

Gambar 15. Grafik hubungan panjang-berat L. savala betina

600
y = 3E-08x 3.525
500
r = 0,97
Berat (gram)

400 N = 55 ekor
300
200
100
0
0 200 400 600 800 1000

Panjang (mm)

Gambar 16. Grafik hubungan panjang-berat L. savala jantan

600
500 y = 5E-08x 3.4452
r = 0,96
Berat (gram)

400 N = 97 ekor
300

200
100

0
0 200 400 600 800 1000
Panjang (mm)

Gambar 17. Grafik hubungan panjang-berat L. savala secara keseluruhan


800
700 y = 8E-05x 2,3749
600 r = 0,84
N = 8 ekor
500

Berat (gram)
400
300
200
100
0
0 200 400 600 800 1000

Panjang (mm)

Gambar 18. Grafik hubungan panjang-berat G. serpens betina

1200
y = 1E-07x 3,3538
1000
r = 0,95
Berat (gram)

800 N = 14 ekor
600
400
200
0
0 200 400 600 800 1000

Panjang (mm)

Gambar 19. Grafik hubungan panjang-berat G. serpens jantan

800
700
y = 6E-07x 3,1106
600 r = 0,92
Berat (gram)

500 N = 22 ekor
400
300
200
100
0
0 200 400 600 800 1000

Panjang (mm)

Gambar 20. Grafik hubungan panjang-berat G. serpens secara keseluruhan


Pada ikan jantan juga terdapat perbedaan pola hubungan panjang-berat. T.
lepturus memiliki pola hubungan panjang-berat allometrik negatif. L. savala
memiliki pola hubungan panjang-berat allometrik positif. Sedangkan G. serpens
memiliki pola hubungan panjang-berat yang bersifat isometrik. Perbedaan pola
hubungan panjang-berat antara T. lepturus dan L. savala diduga karena adanya
perbedaan kematangan gonad. Sebanyak 25% dari total sampel L. savala
mengalami matang gonad sedangkan sampel T. lepturus yang mengalami matang
gonad hanya 16%. Pertumbuhan gonad ikut meningkatkan berat total ikan
sehingga dapat mempengaruhi nilai faktor kondisi dan juga nilai b. Hal ini seperti
yang dinyatakan oleh Effendie (1997) bahwa nilai faktor kondisi akan meningkat
pada saat ikan mengalami matang gonad dan mencapai puncaknya sebelum terjadi
pemijahan. Hal yang sama juga diduga terjadi pada G. serpens. Hal ini
dikarenakan sebanyak 33,33% dari total sampel G. serpens jantan mengalami
matang gonad. Diduga nilai b G. serpens jantan juga meningkat dikarenakan
sedang berada pada fase pematangan gonad.

4.7. Pengelolaan ikan layur


Ikan layur dikonsumsi masyarakat sekitar Palabuhanratu dalam bentuk ikan
segar dan ikan asin. Selain diminati oleh konsumen dalam negeri, ikan layur juga
diminati oleh konsumen luar negeri. Berdasarkan data tahun 2002-2007 dari PPN
Palabuhanratu, setiap tahunnya Palabuhanratu menghasilkan tidak kurang dari
185,47 ton ikan layur dengan nilai produksi rata-rata mencapai Rp. 1.153.400.038
per tahun. Semakin tingginya permintaan konsumen dikhawatirkan akan
berdampak pada meningkatnya upaya tangkap oleh nelayan. Padahal layur
termasuk ikan demersal yang daya tahan terhadap tekanan penangkapan relatif
rendah dan tingkat mortalitasnya cenderung sejalan dengan upaya
penangkapannya (Aoyama, 1973 dalam Ridho, 2004). Artinya, semakin tinggi
upaya tangkap maka tingkat mortalitasnya juga akan semakin meningkat. Jika hal
ini terus terjadi dikhawatirkan populasinya akan menurun.
Selama ini, aspek pengelolaan ikan layur masih dilakukan secara umum.
Data yang ada di PPN Palabuhanratu dan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP)
masih mengategorikan ikan layur dalam satu jenis, padahal ikan layur tersebut
terdiri atas beberapa jenis yang berbeda. Hal ini akan berpengaruh terhadap
pengelolaan jenisnya. Pengelolaan pada masing-masing spesies layur tidak bisa
disamakan karena setiap jenis memiliki karakter yang unik dan berbeda satu sama
lain, misalnya dalam hal musim reproduksi. Jika pengelolaan ikan layur masih
bersifat umum, tanpa melihat jenis-jenisnya, maka dikhawatirkan ada jenis-jenis
tertentu dikelola dengan cara yang sama padahal seharusnya memiliki pola
pengelolaan yang berbeda.
Berdasarkan data dan informasi yang didapat dari penelitian ini, dapat dibuat
beberapa upaya pengelolaan terkait sumberdaya ikan layur di wilayah perairan
Palabuhanratu. Berdasarkan data sebaran frekuensi panjang, sebagian besar ikan
yang tertangkap memiliki panjang antara 543-906 mm dan telah tergolong ikan
remaja dan dewasa. Menurut Ambarwati (komunikasi pribadi, 2008), T. lepturus
jantan pertama kali matang gonad pada ukuran 725 mm dan betinanya matang
gonad pada ukuran 630 mm, L. savala jantan pertama kali matang gonad pada
ukuran 552 mm dan betinanya matang gonad pada ukuran 592 mm, dan G.
serpens jantan matang gonad pertama kali pada ukuran 668 mm. Penggunaan alat
tangkap yang berupa handline dan longline dengan mata pancing nomor 8
sebaiknya dipertahankan. Alat tangkap ini memiliki selektifitas cukup tinggi yang
terlihat dari seragamnya ikan hasil tangkapan. Dengan menggunakan alat tangkap
yang selektif diharapkan ikan-ikan yang masih muda mendapatkan kesempatan
untuk tumbuh dan bereproduksi.
Selama penelitian yaitu antara bulan Juli-November hanya ditemukan 27%
T. lepturus yang sedang berada dalam fase matang gonad. Pada L. savala hanya
ditemukan 22% sampel yang matang gonad. Sedangkan jumlah sampel yang
matang gonad pada G. serpens nilainya lebih rendah lagi yaitu hanya sekitar 18%
dari total sampel. Hal ini menunjukkan bahwa puncak pemijahan telah terjadi
sebelum bulan Juli sehingga penangkapan disarankan dilakukan setidaknya antara
bulan Juli - November karena dalam 5 bulan tersebut persentase ikan-ikan yang
matang gonad cukup rendah.
Penelitian ini juga memiliki beberapa kelemahan seperti tidak diketahuinya
koordinat sampling dan sedikitnya jumlah sampel terutama dari jenis G. serpens.
Hal ini dikarenakan penulis tidak mengikuti operasi penangkapan nelayan
sehingga tidak dapat mencatat titik koordinat sampling. Sabagai akibatnya,
populasi asal dari ikan layur yang diteliti tidak diketahui. Minimnya jumlah
sampel G. serpens lebih disebabkan oleh rendahnya hasil tangkapan nelayan. Hal
ini tidak terlepas dari kebiasaan G. serpens yang biasa hidup soliter.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis karakter meristik, analisis korelasi karakter dan
perbandingan karakter morfometrik pada ketiga spesies, disimpulkan bahwa T.
lepturus lebih berkerabat dekat dengan L. savala dibandingkan dengan G.
serpens.
Hubungan panjang-berat pada T. lepturus betina, jantan, dan secara
keseluruhan bersifat allometrik negatif. Pada L. savala, didapat hubungan
panjang-berat yang bersifat allometrik positif pada betina, jantan, maupun secara
keseluruhan. Sedangkan pada G. serpens didapat hubungan panjang-berat yang
bersifat allometrik negatif pada betina, allometrik positif pada jantan, dan
isometrik secara keseluruhan.

5.2. Saran
1. Perlu adanya penelitian lanjutan dengan waktu yang lebih lama dan
jumlah sampel yang lebih banyak agar didapat data yang benar-benar
mewakili keadaan sebenarnya.
2. Perlu adanya penelitian mengenai genetika ketiga spesies ini untuk
mengetahui jarak genetik sebagai dasar penentuan hubungan
kekerabatan antara ketiganya.
3. Pada penelitian selanjutnya hendaknya mencatat lokasi penangkapan
sehingga dapat diketahui daerah asal sampel. Hal ini dapat dijadikan
dasar dalam penentuan pengelolaan suatu kawasan.
4. Pada penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan alat tangkap yang
tingkat selektivitasnya lebih rendah agar ukuran ikan yang tertangkap
lebih bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., D. S. Safei, M. F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Ikhtiologi : Suatu


Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar
Universitas Ilmu Hayat. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Afrianto, E., S. A. Rifai, E. Liviawaty, dan H. Hamdhani. 1996. Kamus Istilah


Perikanan. Kanisius. Yogyakarta. 148 hal.

Anita. 2005. Pengendalian Mutu Produksi Layur (Trichiurus sp.) di Pelabuhan


Perikanan Nusantara Pelabuhanratu untuk Tujuan Ekpor. Skripsi.
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian
Bogor.

Ayodhya, H. A. U. dan Diniah. 1989. Handbook Perikanan Indonesia. Fakultas


Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Badrudin. 2006. Strategi Pengelolaan Perikanan Demersal : Kasus Armada Trawl


di Jambi. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Bal, D. V. dan K. V. Rao. 1984. The Ribbon-Fishes. Marine Fisheries : 243-256.


Tata McGraw-hill Publishing Company Limited. New Delhi. 250 hal.

Bengen, D. G. 2000. Teknik Pengambilan Contoh dan Analisa Data Biofisik


Sumberdaya Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 73 hal.

Brojo, M. 1999. “Ciri-Ciri Morfometrik Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Strain


Chitralada dan Strain Gift”. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan
Indonesia, VI (2) : 21-38.

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut : Aset Pembangunan


Berkelanjutan Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 412 hal.

Dewantoro, E. 2001. Rasio RNA/DNA, Karakter Morfometrik, dan Komposisi


Daging Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Strain Sinyonya, Karper Kaca,
dan Hibridanya. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Dewi, L. 2005. Kelimpahan dan Komposisi Fitoplankton Penghasil Geosmin dan


MIB (2-Metilisoborneol) Penebab Citarasa Lumpur Pada Ikan di Waduk
Cirata. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
163 hal.

Herianti, I., M. D. M. Pawarti dan T. Suhendrata. 1992. “Pendugaan Parameter


Biologi Ikan Layur (Trichiurus lepturus) di Perairan Utara Tuban-
Lamongan, Jawa Timur. Jurnal Penelitian Perikanan Laut no 75 Th.
1992. Hal 11-19. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta

Imron. 1998. Keragaman Morfologis dan Biokimiawi Beberapa Stok Keturunan


Induk Udang Windu (Penaeus monodon) Asal Laut yang Dibudidayakan
di Tambak. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Kementrian Negara Riset dan Teknologi. 2000. Kajian Potensi dan Pemanfaatan
Sumberdaya Kelautan untuk Pembangunan Ekonomi Guna
Mengantisipasi Pemberlakuan Otonomi Daerah. Laporan Akhir.
Kerjasama Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi dengan Lembaga
Pengabdian Kepada Masyarakat ITB. Bandung.

Nakamura, I. dan N. V. Parin. 1993. Snake Mackerels and Cutlassfishes of The


World. FAO Species Catalogue No. 125 Vol. 15. FAO. Rome.

Nikolsky, G. V. 1965. The Ecology of Fishes. Academic Press. London and New
York. 352 hal.

Nontji, A. 2005. Laut Nusantara, Cetakan ke empat (edisi revisi). Djambatan.


Jakarta. 368 hal.

Parin, N. V. 1986. Trichiuridae. Fishes of the North-eastern Atlantic and the


Mediterranean Vol. II : 976-980. UNESCO. United Kingdom.

Pariwono J. I., S. Raharjo, M. Purba, Widodo, U. Djuriah dan J.H Hutapea. 1988.
Studi Upwelling di Perairan Selatan Pulau Jawa. Fakultas Perikanan.
IPB. Bogor.

Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. 2007. Statistik Perikanan Tahun


2007 PPN Palabuhanratu. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap.
Departemen Kelautan dan Perikanan.

Prayitno, M. R. E. 2006. Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7, 8, dan 9


Pada Rawai Layur Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Layur Di Teluk
Palabuhanratu. Skripsi. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Priyanie, M. M. 2006. Pertumbuhan dan Karakter Morfometrik-Meristik Ikan
Kurisi (Pristipomoides filamentosus, Valenciennes 1830) di Perairan
Laut Dalam Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ridho, M. R. 2004. Distribusi, Kepadatan Biomassa dan Struktur Komunitas Ikan


Demersal di Perairan Laut Cina Selatan. Tesis. Program Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rochmawati. 2004. Perbedaaan Jenis Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Layur di


Prigi, Kabupaten Trenggalek. Skripsi. Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kuntji Identifikasi Ikan I. Bandung : Binatjipta.

Sparre, P. dan S. C. Venema. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis Buku-
I Manual. Kerjasama Organisasi Pangan dan Perserikatan Bangsa-
Bangsa dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan
Penelititan dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 482 hal.

Walpole, R. E. 1992. Pengantar Statistika, Edisi ke-3. Penerbit Gramedia Pustaka


Utama. Jakarta. 521 hal.

Yudistira, Y. 2007. Pengaruh Penggunaan Alat Bantu Cahaya (Stick Light) Pada
Rawai Vertikal Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Layur di Palabuhanratu,
Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

www. fao.org (5 Agustus 2007)

www. pipp. dkp (5 Agustus 2007)


LAMPIRAN
Lampiran 1. Matriks korelasi karakter morfometrik pada T. lepturus

P. P. Jrk P. T. T.
PT PK PH TK LK TB DM RA RB SR LBM P.usus
Predorsal Prepectoral Interorbital Operculum Canine Dorsal
PT 1
PK 0,976547 1
PH 0,899917 0,934913 1
TK 0,892705 0,924337 0,910779 1
LK 0,895221 0,914682 0,881936 0,850790 1
TB 0,913738 0,932847 0,922012 0,928124 0,896564 1
P. Predorsal 0,947886 0,957348 0,925943 0,901852 0,914497 0,946310 1
P.
0,939958 0,964715 0,925580 0,899235 0,926446 0,921489 0,945186 1
Prepectoral
DM 0,913468 0,933282 0,894784 0,888179 0,879925 0,893564 0,922467 0,914783 1
RA 0,832593 0,849557 0,824650 0,825548 0,879725 0,862239 0,849513 0,866558 0,807904 1
RB 0,835118 0,853976 0,832879 0,822158 0,886865 0,869870 0,852905 0,880818 0,791805 0,978293 1
SR 0,356491 0,376407 0,330956 0,354445 0,350148 0,328030 0,290187 0,398979 0,298590 0,339579 0,342224 1
LBM 0,452472 0,473788 0,448799 0,462312 0,519940 0,400746 0,479299 0,523367 0,471150 0,529918 0,545197 0,462756 1
Jrk
0,906957 0,905607 0,864573 0,803770 0,863341 0,842325 0,893448 0,893464 0,887996 0,818136 0,801566 0,322136 0,474994 1
Interorbital
P.Operculum 0,915308 0,931762 0,836302 0,855308 0,876730 0,854297 0,886666 0,893122 0,866957 0,800860 0,805143 0,422211 0,474339 0,853133 1
T. Canine 0,437687 0,507625 0,515850 0,547009 0,555264 0,604867 0,515873 0,542800 0,454138 0,595176 0,597568 0,284834 0,395276 0,440812 0,500115 1
T. Dorsal 0,722417 0,735400 0,704124 0,718234 0,748062 0,757020 0,762882 0,743922 0,776812 0,738115 0,701504 0,186050 0,513242 0,719810 0,698731 0,530179 1
P.usus 0,778765 0,788768 0,739662 0,797271 0,759510 0,743248 0,753059 0,798138 0,721870 0,724829 0,719869 0,426109 0,660691 0,667622 0,773833 0,547066 0,765939 1
Lampiran 2. Matriks korelasi karater morfometrik pada L. savala

P. P. Jrk P.
PT PK PH TK LK TB DM RA RB SR LBM T. Canine T. Dorsal P.usus
Predorsal Prepectoral Interorbital Operculum
PT 1
PK 0,904498 1
PH 0,835787 0,891965 1
TK 0,843076 0,930537 0,839668 1
LK 0,685554 0,810214 0,655408 0,797174 1
TB 0,818122 0,905358 0,773375 0,885895 0,759143 1
P. Predorsal 0,886872 0,895341 0,835581 0,825686 0,669774 0,831141 1
P. Prepectoral 0,828963 0,952498 0,842306 0,889088 0,800484 0,868192 0,791684 1
DM 0,826603 0,877655 0,803905 0,825731 0,696318 0,810733 0,847487 0,844156 1
RA 0,766098 0,836602 0,719614 0,783020 0,755585 0,749451 0,800319 0,830930 0,770762 1
RB 0,764737 0,844115 0,710421 0,794269 0,776884 0,760972 0,797726 0,836916 0,762928 0,971542 1
SR 0,230289 0,234564 0,119805 0,188069 0,276706 0,171324 0,215339 0,206088 0,156418 0,229425 0,273680 1
LBM 0,426216 0,507028 0,378930 0,403227 0,525542 0,420730 0,442579 0,548190 0,405817 0,657968 0,665337 0,560551 1
Jrk
0,793267 0,836410 0,783352 0,776366 0,688639 0,780612 0,801279 0,815572 0,813580 0,790878 0,778600 0,188572 0,431599 1
Interorbital
P.Operculum 0,830995 0,889142 0,752450 0,844121 0,807431 0,798262 0,794210 0,837800 0,812769 0,827450 0,832947 0,313889 0,559581 0,788062 1
T. Canine 0,595835 0,631150 0,594246 0,587506 0,508267 0,586588 0,623671 0,557604 0,554357 0,631388 0,611728 0,157904 0,397455 0,518348 0,575077 1
T. Dorsal 0,704548 0,683044 0,660053 0,644150 0,502202 0,631305 0,711112 0,667534 0,669824 0,654428 0,625579 0,228380 0,488798 0,619674 0,613568 0,606288 1
P.usus 0,554925 0,552377 0,427979 0,462582 0,438390 0,581875 0,556313 0,543235 0,485123 0,551917 0,551579 0,207582 0,508503 0,444190 0,479596 0,455373 0,476428 1
Lampiran 3. Matriks korelasi karakter morfometrik pada G. serpens

P. P. Jrk P.
PT PK PH TK LK TB DM RA RB SR LBM T. Canine T. Dorsal P.usus
Predorsal Prepectoral Interorbital Operculum
PT 1
PK 0,959294 1
PH 0,952682 0,940871 1
TK 0,883969 0,856328 0,880221 1
LK 0,814938 0,758515 0,759202 0,663701 1
TB 0,951702 0,942697 0,919602 0,837108 0,861717 1
P. Predorsal 0,955901 0,947645 0,956549 0,846606 0,865104 0,961330 1
P.
0,943949 0,983331 0,914983 0,828217 0,792176 0,946034 0,942087 1
Prepectoral
DM 0,603038 0,612326 0,606627 0,638336 0,430866 0,558521 0,595150 0,550231 1
RA 0,793160 0,814401 0,780079 0,626586 0,898510 0,865242 0,876048 0,861028 0,308349 1
RB 0,790336 0,821864 0,760385 0,611752 0,906581 0,863383 0,867909 0,868448 0,347669 0,988010 1
SR 0,051394 -0,108371 -0,003933 0,174594 0,021080 -0,012956 -0,052512 -0,169576 0,068886 -0,23847 -0,27315 1
LBM 0,215084 0,053908 0,119682 0,237744 0,130988 0,195221 0,099077 0,078603 -0,16793 0,056053 0,031292 0,412883 1
Jrk
0,447458 0,368133 0,447748 0,448355 0,553226 0,461718 0,502885 0,346891 0,584772 0,358195 0,337045 0,390670 -0,204343 1
Interorbital
P.Operculum 0,882649 0,909189 0,821888 0,777491 0,756549 0,875579 0,866542 0,913343 0,520140 0,806710 0,822876 -0,162026 0,125030 0,287113 1
T. Canine 0,305790 0,287057 0,391894 0,451317 -0,127681 0,181815 0,221567 0,214407 0,389263 -0,14556 -0,17207 0,317180 0,359058 -0,081079 0,147600 1
T. Dorsal 0,431233 0,462832 0,434801 0,426874 0,085876 0,373511 0,321616 0,459686 0,286172 0,148411 0,187084 -0,247337 0,376530 -0,388586 0,388521 0,610215 1
P.usus 0,507669 0,476638 0,528611 0,403450 0,356945 0,467251 0,498406 0,438873 0,205266 0,411125 0,353252 0,013013 0,234221 0,242895 0,527488 0,270298 0,198602 1
Lampiran 4. Matriks korelasi perbandingan ciri morfometrik pada T. lepturus

P.Prepec:
PT:PK PT:TB PK:TK PK:LK PK:DM PK:PH PK:PRA PK:PRB PRB:PRA TB:TK
P.Predor
PT:PK 1
PT:TB 0,483043 1
PK:TK 0,005137 0,416575 1
PK:LK -0,056695 0,198307 0,047951 1
PK:DM -0,218508 0,010187 0,153881 0,231136 1
PK:PH 0,111178 0,395676 0,340269 0,177942 0,110673 1
PK:PRA -0,080023 0,199171 0,209874 0,326334 -0,077301 0,279275 1
PK:PRB -0,091759 0,222725 0,227735 0,384250 -0,107104 0,342597 0,920998 1
PRB:PRA 0,030787 -0,060769 -0,055119 -0,128615 0,092315 -0,144352 0,158146 -0,235148 1
TB:TK 0,108743 -0,295557 0,610829 -0,204493 0,000646 0,012466 -0,033201 -0,044045 0,019241 1

P.Prepec:
-0,178726 0,094398 0,084719 -0,050147 0,133691 0,063379 -0,070915 -0,140099 0,161430 -0,146510 1
P.Predor

Lampiran 5. Matriks korelasi perbandingan ciri morfometrik pada L. savala

Prepec:
PT:PK PT:TB PK:TK PK:LK PK:DM PK:PH PK:PRA PK:PRB PRB:PRA TB:TK
Predor
PT:PK 1
PT:TB 0,668090 1
PK:TK 0,010246 0,293495 1
PK:LK 0,147652 0,212676 0,299944 1
PK:DM -0,219489 -0,106528 0,056733 -0,049597 1
PK:PH -0,070401 0,002573 0,089295 -0,126215 0,084815 1
PK:PRA -0,086210 0,011666 0,142714 0,238268 0,144019 0,045837 1
PK:PRB -0,063667 0,017766 0,145553 0,265807 0,104963 -0,053586 0,906292 1
PRB:PRA -0,068687 -0,019418 0,001919 -0,044047 0,087101 0,233368 0,307720 -0,119505 1
TB:TK -0,065883 -0,524831 0,438882 0,101817 -0,012336 0,036666 0,062383 0,069999 -0,014259 1
Prepec:
-0,270286 -0,062169 0,052579 -0,187973 0,126550 0,203773 0,086672 0,055333 0,079433 -0,098665 1
Predor
Lampiran 6. Matriks korelasi perbandingan ciri morfometrik pada G. serpens

Prepec:
PT:PK PT:TB PK:TK PK:LK PK:DM PK:PH PK:PRA PK:PRB PRB:PRA TB:TK
Predor
PT:PK 1
PT:TB 0,298526 1
PK:TK -0,446133 -0,177332 1
PK:LK -0,403962 0,409472 0,023959 1
PK:DM -0,236396 -0,200585 0,342938 -0,072086 1
PK:PH -0,465092 -0,063449 0,417779 0,153894 0,081123 1
PK:PRA -0,081572 0,437053 -0,250754 0,749372 -0,291663 0,001540 1
PK:PRB 0,016835 0,487057 -0,340869 0,775558 -0,273638 -0,116367 0,963377 1
PRB:PRA -0,298175 -0,335989 0,382946 -0,376425 0,051889 0,419626 -0,220142 -0,472993 1
TB:TK -0,096235 -0,585578 0,790326 -0,397662 0,307112 0,189997 -0,507259 -0,570253 0,392846 1

Prepec:
-0,466695 0,121971 0,278080 0,416575 0,254024 0,661602 0,207849 0,138533 0,174093 -0,037140 1
Predor
Lampiran 7. Anova T. lepturus secara keseluruhan

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics
Multiple R 0,96948
R Square 0,939891
Adjusted R
Square 0,938994
Standard Error 0,088392
Observations 69

ANOVA
Significance
df SS MS F F
Regression 1 8,185393 8,185393 1047,641 1,24E-42
Residual 67 0,523482 0,007813
Total 68 8,708875

Standard Upper Lower Upper


Coefficients Error t Stat P-value Lower 95% 95% 95,0% 95,0%
Intercept -5,61529 0,243442 -23,0662 1,38E-33 -6,10121 -5,12938 -6,10121 -5,12938
X Variable 1 2,79296 0,08629 32,36729 1,24E-42 2,620725 2,965195 2,620725 2,965195

t hitung 2,399362
t tabel 2,292891
Lampiran 8. Anova L. savala secara keseluruhan

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics
Multiple R 0,95902
R Square 0,919718
Adjusted R
Square 0,918873
Standard Error 0,071999
Observations 97

ANOVA
Significance
df SS MS F F
Regression 1 5,641747419 5,641747 1088,336 7,92E-54
Residual 95 0,492463945 0,005184
Total 96 6,134211364

Standard Upper Lower Upper


Coefficients Error t Stat P-value Lower 95% 95% 95,0% 95,0%
Intercept -7,3325 0,292633598 -25,0569 1,2E-43 -7,91345 -6,75155 -7,91345 -6,75155
X Variable 1 3,445155 0,104430493 32,98993 7,92E-54 3,237834 3,652475 3,237834 3,652475

t hitung 4,262689
t tabel 2,277483
Lampiran 9. Anova G. serpens secara keseluruhan

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics
Multiple R 0,924407
R Square 0,854528
Adjusted R
Square 0,847255
Standard Error 0,051514
Observations 22

ANOVA
Significance
df SS MS F F
Regression 1 0,311768 0,3117684 117,4839 8,03E-10
Residual 20 0,053074 0,0026537
Total 21 0,364843

Standard Upper Lower Upper


Coefficients Error t Stat P-value Lower 95% 95% 95,0% 95,0%
-
Intercept -6,2269 0,820978 7,5847345 2,63E-07 -7,93943 -4,51437 -7,93943 -4,51437
X Variable 1 3,110566 0,286979 10,839001 8,03E-10 2,511938 3,709194 2,511938 3,709194

t hitung 0,385276
t tabel 2,423117
Lampiran 10. Data ukuran panjang dan berat T. lepturus selama penelitian

No L (mm) W (gram) No L (mm) W (gram) No L (mm) W (gram)


1 545 103,80 27 555 122,21 53 320 35,60
2 573 143,65 28 597 175,50 54 649 242,70
3 576 135,45 29 565 112,64 55 619 166,30
4 603 148,98 30 580 130,10 56 635 136,60
5 607 170,13 31 603 150,78 57 272 12,40
6 630 203,57 32 527 116,80 58 465 44,50
7 633 188,46 33 737 208,16 59 796 305,65
8 652 228,84 34 562 134,59 60 857 393,20
9 660 140,46 35 556 120,40 61 815 361,00
10 677 211,02 36 559 105,82 62 911 478,30
11 680 215,30 37 572 122,59 63 795 325,80
12 780 200,10 38 510 97,50 64 833 362,50
13 783 258,05 39 685 148,65 65 685 270,60
14 801 311,20 40 552 113,33 66 925 493,80
15 803 306,80 41 616 166,00 67 725 351,30
16 812 237,75 42 577 128,27 68 830 289,60
17 823 251,00 43 814 264,75 69 682 245,90
18 825 304,40 44 860 200,00
19 850 287,20 45 785 334,00
20 856 397,60 46 772 211,00
21 870 415,00 47 293 14,20
22 870 505,95 48 790 340,01
23 878 439,90 49 850 340,43
24 882 412,20 50 565 86,80
25 902 545,20 51 270 12,80
26 991 554,30 52 351 30,05
Lampiran 11. Data ukuran panjang dan berat L. savala selama penelitian

No L (mm) W (gram) No L (mm) W (gram) No L (mm) W (gram) No L (mm) W (gram)


1 641 207,60 27 668 242,60 53 464 49,30 79 766 434,50
2 661 190,69 28 795 456,20 54 314 20,95 80 642 218,00
3 592 155,68 29 608 186,55 55 381 33,28 81 744 429,35
4 712 254,70 30 750 375,20 56 535 130,10 82 681 292,00
5 710 268,44 31 675 242,20 57 667 292,25 83 752 422,90
6 647 245,31 32 757 351,00 58 600 202,11 84 701 394,90
7 650 188,75 33 662 238,75 59 459 102,81 85 705 329,10
8 672 242,50 34 649 230,85 60 617 188,97 86 770 396,55
9 598 132,50 35 618 172,55 61 733 348,35 87 627 229,50
10 620 151,00 36 608 173,70 62 595 174,10 88 760 417,20
11 682 242,50 37 628 193,95 63 587 157,60 89 710 316,10
12 597 177,80 38 654 215,95 64 575 135,00 90 657 244,50
13 745 292,75 39 657 248,10 65 555 150,00 91 627 236,20
14 690 290,80 40 625 219,60 66 513 104,50 92 672 248,45
15 647 126,20 41 571 166,10 67 350 26,60 93 643 213,70
16 691 260,15 42 645 255,60 68 606 195,70 94 665 256,75
17 391 40,55 43 602 135,85 69 697 289,50 95 640 219,75
18 566 131,64 44 649 180,61 70 722 332,50 96 636 277,85
19 573 89,30 45 610 185,00 71 581 192,40 97 594 215,00
20 692 306,10 46 598 126,95 72 787 501,00
21 580 180,80 47 622 166,00 73 798 540,80
22 650 253,80 48 751 304,00 74 675 396,55
23 590 189,80 49 672 227,53 75 748 525,50
24 720 296,70 50 690 270,50 76 628 171,55
25 760 368,40 51 532 127,20 77 610 193,85
26 767 431,70 52 545 132,00 78 643 235,40
Lampiran 12. Data ukuran panjang dan berat G. serpens selama penelitian

No L (mm) W (gram)
1 750 538,20
2 739 516,30
3 763 621,60
4 743 413,90
5 804 545,60
6 643 346,95
7 830 717,85
8 695 498,25
9 780 519,52
10 698 331,90
11 705 423,40
12 638 312,20
13 775 590,70
14 724 493,80
15 702 500,20
16 760 598,80
17 668 391,60
18 726 405,60
19 677 361,50
20 670 351,00
21 624 284,80
22 905 1038,95
Lampiran 13. Data meristik T. lepturus selama penelitian

Jari-jari Jari-jari Jari-jari


Jari-jari Piloric Jari-jari Piloric Jari-jari
Gigi lemah Gigi lemah Gigi lemah Piloric caeca
No Lemah Caeca No lemah caeca No lemah
Canine (n) mengeras canine (n) mengeras canine (n) mengeras (n)
(n) (n) (n) (n) (n)
(n) (n) (n)
1 35 - - 11 26 40 125 3 13 51 49 129 3 19
2 41 - - 15 27 54 125 3 18 52 41 131 3 21
3 42 - - 12 28 48 130 3 14 53 45 128 3 20
4 46 - - 19 29 42 101 3 28 54 43 118 3 21
5 46 - - 18 30 44 128 3 18 55 43 125 3 14
6 34 - - 11 31 38 126 3 20 56 52 125 3 22
7 35 - - 13 32 30 112 3 22 57 52 133 3 24
8 39 - - 12 33 36 116 3 24 58 47 133 3 15
9 38 - - 16 34 43 121 3 15 59 41 133 3 23
10 38 - - 17 35 54 121 3 16 60 49 134 3 25
11 47 - - 17 36 44 134 3 25 61 54 131 3 20
12 34 119 3 32 37 53 136 3 8 62 57 131 3 15
13 38 124 4 24 38 48 134 3 19 63 44 130 3 20
14 44 116 3 22 39 42 119 3 10 64 50 102 3 25
15 39 115 3 10 40 47 127 3 17 65 44 128 3 26
16 43 125 3 26 41 33 126 3 19 66 48 131 3 20
17 48 134 3 6 42 27 92 3 20 67 42 128 4 19
18 40 130 4 22 43 31 113 3 22 68 50 127 3 24
19 45 127 3 26 44 31 120 3 19 69 45 128 4 15
20 46 130 3 16 45 39 126 3 15
21 56 122 3 16 46 45 122 3 27
22 42 120 4 10 47 40 121 3 15
23 36 124 3 14 48 32 111 3 17
24 42 130 3 22 49 26 124 3 13
25 40 113 3 18 50 48 126 3
Lampiran 14. Data meristik L. savala selama penelitian

Gigi canine Jari2 lemah Jari2 lemah Piloric gigi canine Jari2 lemah Jari2 lemah Piloric gigi canine Jari2 lemah Jari2 lemah Piloric
No No No
(n) (n) mengeras (n) caeca (n) (n) (n) mengeras (n) caeca (n) (n) (n) mengeras (n) caeca (n)
1 38 131 2 36 27 27 126 3 26 53 37 121 3 17
2 32 126 3 10 28 34 116 3 18 54 45 123 3 16
3 44 137 3 22 29 29 129 3 23 55 48 133 3 17
4 42 133 3 32 30 44 128 4 19 56 48 124 3 28
5 37 130 4 22 31 36 122 3 20 57 45 127 3 16
6 47 106 3 22 32 25 103 3 26 58 46 125 3 15
7 2,5 119 3 15 33 34 133 4 21 59 46 124 3 14
8 34 121 3 32 34 37 133 4 19 60 40 123 3 5
9 46 130 3 22 35 32 129 3 15 61 36 124 3 22
10 44 130 3 16 36 28 109 3 17 62 50 115 3 23
11 42 116 3 26 37 30 125 4 24 63 44 125 4 17
12 43 127 3 8 38 36 120 3 23 64 46 123 3 23
13 42 100 3 13 39 36 124 3 18 65 35 129 4 27
14 41 122 3 24 40 45 128 3 17 66 47 126 3 14
15 40 131 3 28 41 36 118 3 22 67 46 124 3 25
16 37 121 3 14 42 34 120 3 22 68 42 122 3 20
17 38 129 3 17 43 33 120 3 22 69 53 130 3 22
18 30 98 3 35 44 31 115 3 15 70 47 118 3 21
19 36 109 4 28 45 28 123 3 12 71 45 124 3 20
20 34 122 3 22 46 27 100 3 15 72 43 136 4 14
21 41 110 4 26 47 46 125 3 26 73 45 140 3 20
22 41 111 3 14 48 44 121 3 15 74 38 124 4 20
23 31 123 3 9 49 38 118 3 6 75 39 132 3 22
24 31 123 3 18 50 44 125 3 11 76 34 129 3 8
25 40 125 3 10 51 36 120 3 14 77 38 128 3 18
26 34 121 3 24 52 31 112 4 20 78 38 125 3 21
Lampiran 14. Data meristik L. savala selama penelitian (lanjutan)

gigi canine Jari2 lemah Jari2 lemah


No Piloric caeca (n)
(n) (n) mengeras (n)
79 34 126 3 11
80 39 128 3 20
81 42 122 3 25
82 39 125 3 18
83 45 128 3 16
84 44 129 3 24
85 42 130 3 24
86 44 133 3 19
87 40 126 3 20
88 45 126 3 24
89 43 125 3 23
90 46 132 3 31
91 43 132 3 24
92 42 129 3 25
93 44 123 3 22
94 39 129 3 23
95 42 126 3 22
96 43 125 3 23
97 31 124 3 24
Lampiran 15. Data meristik G. serpens selama penelitian

Dorsal 1 Dorsal 2 Anal


Piloric caeca Fin let
No Gigi canine Jari2 lemah Jari2 lemah Jari2 Jari2 lemah Jari2
(n) (n)
(n) mengeras (n) mengeras (n) lemah (n) mengeras (n) lemah (n)
1 71 7 29 4 9 4 8 6
2 55 7 27 4 9 4 8 6
3 56 7 28 4 9 4 9 6
4 50 9 28 4 7 4 7 6
5 55 10 29 4 7 5 7 6
6 66 8 29 4 8 4 7 6
7 62 8 28 5 7 4 7 6
8 54 6 28 5 9 4 8 6
9 60 8 29 5 7 4 8 6
10 54 10 28 5 8 4 9 6
11 55 6 28 5 7 4 7 6
12 52 8 28 5 8 4 8 6
13 56 10 29 5 7 4 7 6
14 62 14 29 5 8 4 9 6
15 60 11 27 5 8 4 7 6
16 69 16 29 5 9 4 9 6
17 56 15 28 5 7 4 9 6
18 68 10 28 5 7 4 8 6
19 57 14 28 5 7 4 7 6
20 60 10 28 5 8 4 8 6
21 69 9 29 5 8 4 9 6
22 54 8 29 5 7 4 8 6
Lampiran 16. Data morfometrik T. lepturus selama penelitian

PT PK PH TK LK TB P.Predor P.Prepec DM RA RB SR LBM JI PO TC TD PU


No
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (˚) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1 55,5 8,9 2,5 3,7 1,0 4,3 5,0 6,9 1,6 3,5 3,6 53 4,3 10,3 2,1 0,3 - 10,5
2 63,3 10,8 2,9 4,3 1,6 4,6 6,1 8,3 1,1 4,0 4,3 50 2,1 1,1 2,2 0,2 - 11,3
3 67,7 9,4 2,7 3,9 1,7 4,7 7,1 8,8 1,3 4,4 4,5 77 4,8 1,4 2,2 0,5 - 15,0
4 57,3 8,5 2,9 3,7 1,5 4,2 5,9 8,0 1,3 3,7 4,3 45 2,1 1,1 2,1 0,4 - 10,5
5 59,7 9,2 3,3 4,0 1,6 4,2 6,4 8,2 1,3 4,1 4,6 48 2,5 0,8 2,5 0,4 - 15,0
6 56,5 7,8 2,3 3,9 1,4 4,0 5,2 7,2 1,2 3,3 4,0 33 2,6 1,3 2,1 0,4 - 8,6
7 63,0 9,5 2,8 4,8 1,8 5,2 6,4 8,3 1,3 3,9 4,6 26 1,9 1,4 2,6 0,5 - 11,0
8 65,2 10,4 3,4 5,2 2,1 5,3 7,2 9,4 1,4 4,5 5,4 34 2,9 1,4 2,9 0,5 - 13,3
9 58,0 8,1 2,2 3,7 1,5 4,2 5,3 7,4 1,2 3,6 3,7 20 1,1 1,0 2,3 0,3 - 12,6
10 68,0 10,5 3,3 4,4 1,9 5,2 6,8 9,2 1,4 4,3 4,8 45 3,1 0,8 3,3 0,8 - 14,8
11 78,3 11,0 3,4 4,6 1,5 5,2 8,1 9,6 1,6 4,7 5,0 50 5,1 1,4 3,5 0,5 - 15,0
12 60,3 8,6 2,6 3,9 1,6 4,6 5,9 7,9 1,4 3,6 4,3 32 1,6 1,4 2,2 0,4 2,4 11,7
13 60,7 9,2 2,5 4,4 1,4 4,4 5,5 8,2 1,4 4,1 4,7 34 2,1 1,2 2,6 0,5 2,6 9,2
14 54,5 7,8 2,3 3,3 1,8 3,7 5,2 7,4 1,2 3,6 3,9 32 1,5 1,2 2,2 0,4 2,8 8,9
15 52,7 7,7 2,6 3,4 1,3 4,1 4,7 6,9 1,2 3,5 3,7 42 1,6 0,9 2,0 0,3 2,1 13,6
16 82,5 12,4 3,3 4,9 2,3 5,2 8,1 11,0 2,0 5,3 5,8 47 3,1 1,9 4,0 0,5 3,3 15,8
17 73,7 10,2 3,3 4,2 2,2 4,9 7,4 9,3 1,8 4,8 5,1 48 2,7 1,7 3,1 0,6 4,1 14,6
18 60,3 8,6 2,6 4,5 1,5 4,2 6,1 7,8 1,8 3,9 4,0 40 4,0 1,7 2,0 0,3 3,3 11,5
19 56,2 8,8 2,7 4,6 1,9 5,1 6,0 7,6 1,6 4,1 4,6 30 1,2 1,1 2,8 0,8 2,4 11,6
20 66,0 9,1 3,0 4,0 1,5 4,2 6,4 8,1 1,3 4,1 4,6 42 2,1 1,3 2,4 0,4 2,5 15,0
21 82,3 11,1 3,3 4,8 2,0 4,8 8,0 10,0 1,7 4,0 4,7 45 5,3 1,6 3,4 0,5 2,2 19,5
22 55,6 8,3 2,8 3,9 1,4 3,7 5,8 7,4 1,3 4,4 4,8 43 1,7 1,1 2,0 0,4 1,7 12,7
23 55,9 7,6 2,1 3,4 1,1 3,6 5,4 7,2 0,9 3,5 3,7 33 1,4 0,8 1,8 0,4 2,6 10,7
24 57,2 7,9 2,2 3,7 1,3 3,9 5,8 7,2 1,1 3,6 3,9 34 1,6 0,8 1,9 0,3 1,9 10,2
25 51,0 7,6 2,3 3,4 1,4 3,7 5,5 7,0 1,3 3,5 3,5 40 1,9 1,0 2,0 0,5 2,5 9,6
26 78,0 11,0 3,0 5,0 1,5 4,8 6,8 7,2 1,8 4,3 4,0 50 2,0 1,5 3,4 0,4 3,0 15,0
27 81,2 11,3 2,8 4,3 1,9 5,1 7,2 10,1 1,8 4,1 4,9 60 2,4 1,5 3,5 0,4 3,0 14,9
Lampiran 16. Data morfometrik T. lepturus selama penelitian (lanjutan)

PT PK PH TK LK TB P.Predor P.Prepec DM RA RB SR LBM JI PO TC TD PU


No
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (˚) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
28 85,0 12,0 3,5 5,4 2,4 5,6 7,7 10,2 2,0 4,6 5,0 36 2,6 1,6 4,0 0,3 4,1 22,0
29 68,5 9,8 3,0 4,0 1,3 4,5 6,6 9,0 1,6 4,0 4,3 38 2,0 1,8 3,0 0,6 2,5 14,0
30 55,2 7,8 2,3 3,5 1,4 4,2 5,4 7,1 1,2 3,6 4,4 43 2,9 0,9 2,2 0,4 2,2 12,1
31 61,6 9,4 2,8 4,2 1,4 4,3 6,7 8,9 1,7 3,6 4,4 44 3,2 1,3 3,2 0,4 3,4 15,9
32 57,7 8,8 2,7 4,8 1,2 4,7 6,3 8,1 1,3 3,9 4,2 17 1,3 1,2 2,7 0,5 2,4 13,3
33 57,6 8,5 2,4 3,4 1,5 3,9 5,4 7,4 1,1 3,8 4,2 43 2,0 1,1 2,4 0,4 2,0 14,2
34 81,4 10,9 2,9 4,2 2,0 5,4 7,2 9,6 1,8 4,6 5,0 58 2,1 1,7 3,3 0,4 2,9 11,3
35 86,0 11,5 3,0 4,8 2,0 5,4 8,5 10,3 1,8 4,0 4,5 30 2,0 1,7 3,5 0,5 3,5 16,0
36 77,2 11,3 3,5 4,2 1,9 5,9 8,4 10,2 2,3 4,6 4,9 27 1,8 1,9 3,1 0,5 4,2 12,0
37 85,6 12,0 3,2 5,9 1,8 6,9 8,2 10,4 2,2 4,5 4,7 21 1,4 1,7 3,5 0,5 4,0 17,2
38 80,1 10,7 3,1 4,6 1,7 5,5 7,3 9,7 1,7 3,8 4,3 22 0,6 1,6 3,1 0,5 2,4 11,8
39 79,0 11,0 3,5 5,0 2,0 5,7 7,8 9,6 2,0 5,0 5,2 35 1,5 1,8 3,0 0,5 2,5 12,0
40 85,0 11,2 3,3 5,5 1,8 5,8 7,4 9,2 1,7 4,5 5,0 35 1,3 1,6 3,0 0,4 2,6 11,5
41 56,5 7,0 2,3 3,8 1,1 3,3 4,5 6,2 1,1 2,8 3,3 25 1,3 1,0 2,2 0,3 1,7 10,0
42 27,0 3,9 0,9 1,6 0,6 1,7 2,7 3,4 0,6 1,2 1,3 45 1,2 0,4 1,2 0,2 0,5 4,1
43 35,1 4,9 1,4 1,6 0,8 2,3 3,3 4,4 0,7 2,0 2,2 30 1,1 0,7 1,4 0,3 0,9 5,4
44 32,0 5,1 1,4 2,2 0,7 2,3 3,4 4,6 0,7 1,6 1,8 40 0,8 0,6 1,5 0,3 1,0 5,6
45 64,9 10,1 2,8 3,9 1,8 4,5 6,7 8,8 1,4 4,4 5,0 45 1,6 1,4 2,7 0,4 1,6 6,5
46 61,9 9,1 2,5 3,4 1,5 4,2 5,9 8,7 1,3 3,8 4,2 55 2,0 1,3 2,6 0,3 1,1 10,2
47 63,5 8,7 2,5 3,4 1,5 4,2 5,8 7,8 1,3 3,6 0,1 40 1,8 1,3 2,6 0,3 1,2 6,9
48 27,2 3,9 1,1 1,7 0,7 1,6 2,6 3,7 0,6 1,6 1,8 30 0,7 0,6 1,1 0,2 0,8 4,4
49 46,5 6,2 2,0 3,2 1,0 3,3 4,5 6,0 0,9 3,0 3,5 22 1,0 0,8 1,6 0,3 1,7 8,0
50 80,3 11,2 3,1 4,8 2,1 5,0 7,7 10,1 1,8 4,8 5,2 40 1,9 1,9 3,6 0,4 2,7 13,8
51 79,6 11,7 3,7 5,5 2,3 5,9 8,4 10,5 2,1 3,8 4,3 45 1,2 1,6 3,4 0,4 1,8 11,4
52 85,7 12,7 4,0 5,8 1,9 5,9 8,6 11,2 2,4 3,7 4,3 35 1,3 1,3 3,3 0,4 2,1 12,8
53 81,5 11,8 3,4 4,9 2,0 5,8 8,0 10,4 1,8 5,1 5,6 35 1,8 1,8 3,7 0,4 2,4 11,3
54 87,0 11,4 3,3 4,8 2,2 5,4 8,1 10,5 1,8 4,8 5,3 40 1,8 2,0 3,8 0,5 2,5 15,4
Lampiran 16. Data morfometrik T. lepturus selama penelitian (lanjutan)

PT PK PH TK LK TB P.Predor P.Prepec DM RA RB SR LBM JI PO TC TD PU


No
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (˚) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
55 91,1 12,1 3,4 5,1 2,2 6,2 8,3 11,1 1,8 5,2 5,6 50 2,4 2,0 3,7 0,3 2,0 14,9
56 87,8 12,5 3,4 5,3 2,3 6,0 8,4 11,2 2,0 5,0 5,6 40 2,3 1,5 4,1 0,5 3,9 21,0
57 79,5 11,2 3,2 4,6 2,2 5,6 7,6 10,1 1,8 4,7 5,3 55 2,7 1,6 3,3 0,5 2,8 16,1
58 94,0 14,2 4,2 6,6 2,8 8,1 9,6 13,3 2,1 6,1 6,8 70 3,9 1,9 4,4 1,5 4,4 26,1
59 87,0 12,9 3,5 5,1 2,3 5,7 8,6 11,7 2,0 4,2 4,6 40 1,9 2,1 3,8 0,5 4,0 17,2
60 99,1 13,8 4,2 5,4 2,3 6,3 9,0 12,4 2,1 4,4 4,9 40 2,0 2,1 3,4 0,4 3,5 19,1
61 88,2 12,3 4,0 4,6 2,0 6,0 8,5 10,8 1,9 4,0 4,5 50 2,1 1,9 3,6 0,4 3,5 14,0
62 83,3 11,9 3,7 5,7 2,2 6,2 7,8 10,1 1,9 4,3 5,0 50 2,0 1,8 3,3 0,4 3,2 16,5
63 90,2 14,4 4,3 6,8 2,3 6,1 8,8 12,7 2,2 4,5 5,0 70 3,6 2,1 4,0 0,6 3,0 21,2
64 76,3 14,2 4,1 5,9 2,6 7,0 9,4 12,7 2,1 6,0 6,5 50 3,5 1,8 4,4 0,6 4,3 18,0
65 68,5 10,3 4,0 4,5 1,8 5,5 7,2 8,7 1,5 4,0 4,7 35 1,7 1,5 2,5 0,5 2,5 11,5
66 92,5 13,0 3,5 5,0 2,5 6,0 8,9 11,5 2,5 5,3 5,7 40 3,0 2,2 3,5 0,5 3,9 15,5
67 72,5 11,6 3,2 4,8 1,9 6,0 7,5 9,7 1,6 4,5 5,2 35 1,6 1,5 2,8 0,5 2,7 12,5
68 83,0 10,8 2,8 4,6 1,8 5,2 7,5 10,0 1,8 4,3 4,8 40 2,5 1,5 2,2 0,4 3,1 19,5
69 68,2 9,4 2,7 4,2 1,7 5,6 8,7 7,0 1,4 3,5 4,0 30 1,6 1,4 2,7 0,4 2,8 10,0
Lampiran 17. Data morfometrik L. savala selama penelitian

PT PK PH TK LK TB P.Predor P.Prepec DM RA RB SR LBM JI PO TC TD PU


No
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (˚) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1 60,2 8,4 2,8 3,6 1,4 4,1 6,0 7,8 1,2 4,0 4,3 36 2,0 1,1 2,7 0,5 3,0 11,2
2 64,1 9,5 3,2 3,9 1,2 5,2 7,5 8,2 1,6 4,5 4,8 39 2,2 1,3 3,0 0,6 2,7 14,3
3 66,1 9,5 2,9 3,6 1,6 4,6 6,2 8,7 1,4 4,4 4,5 28 1,6 1,3 2,6 0,4 2,4 13,6
4 64,9 9,4 2,9 3,9 2,7 4,3 6,5 8,2 1,4 4,3 4,5 30 1,9 1,2 2,6 0,4 2,1 14,3
5 59,2 8,6 2,4 4,1 1,6 4,6 5,8 7,9 1,4 3,9 4,4 42 3,1 1,2 2,3 0,5 2,7 7,6
6 71,2 10,7 3,6 4,8 1,8 4,9 8,4 9,7 1,6 5,0 5,6 47 2,2 1,4 2,8 0,5 3,6 12,5
7 71,0 11,1 3,0 5,0 1,9 5,3 7,1 9,4 0,9 4,8 5,2 40 2,4 1,5 3,1 0,5 2,5 13,6
8 64,7 9,8 3,4 5,3 1,8 5,6 6,4 9,1 1,4 4,7 5,1 34 1,4 1,4 2,8 0,5 2,7 9,7
9 65,0 9,8 3,4 4,1 1,7 4,7 6,9 8,9 1,3 4,3 4,8 44 2,0 1,3 2,8 0,4 3,0 11,1
10 61,0 9,4 3,2 4,5 1,8 4,7 6,6 8,7 1,3 4,3 4,8 45 1,9 1,3 2,7 0,4 2,5 14,5
11 67,2 10,2 3,7 4,7 1,8 4,9 7,3 9,2 1,4 4,7 5,2 38 1,9 1,7 2,5 0,4 2,0 9,9
12 59,8 8,8 2,5 3,8 1,5 4,0 6,0 7,8 1,1 3,7 4,0 50 1,2 1,0 2,1 0,5 2,8 12,0
13 59,8 9,0 3,6 3,5 1,2 4,2 6,5 8,7 1,3 3,6 3,5 25 1,5 1,8 2,5 0,5 3,4 10,7
14 62,0 9,0 2,5 3,8 1,6 4,2 6,2 8,2 1,3 4,0 4,4 54 2,1 1,3 2,6 0,4 1,9 11,7
15 68,2 10,6 3,0 5,6 2,7 6,2 7,1 9,4 1,4 4,2 5,1 30 1,0 1,4 3,1 0,5 2,8 13,3
16 59,7 9,5 2,9 5,1 1,5 5,6 6,3 8,5 1,3 4,3 4,7 40 1,8 1,1 2,4 0,4 2,3 13,0
17 74,5 11,4 3,9 5,5 1,8 5,7 8,0 10,2 1,4 5,0 5,2 40 2,0 1,5 3,4 0,6 2,0 16,0
18 62,2 9,3 3,0 3,5 1,5 4,0 7,0 8,5 1,1 4,0 4,8 37 2,3 1,1 2,0 0,6 2,7 11,0
19 75,1 11,3 3,4 5,1 2,2 6,2 7,4 9,6 1,5 5,6 5,8 22 1,9 1,7 3,4 1,1 3,3 17,8
20 67,2 10,1 2,8 4,2 1,8 5,1 6,9 8,9 1,4 4,4 4,9 60 2,1 1,5 2,9 0,4 2,6 11,1
21 69,0 10,0 3,2 4,5 1,7 5,5 7,0 9,0 1,6 4,5 3,6 32 2,0 1,5 2,9 0,4 3,2 14,5
22 69,0 11,5 3,5 5,5 1,7 5,7 8,2 11,0 1,5 4,5 4,5 30 1,5 1,3 3,5 0,4 3,2 11,0
23 53,2 7,4 2,1 3,5 1,3 3,9 5,7 6,7 1,1 3,3 3,7 28 1,0 1,3 2,2 0,3 1,1 8,5
24 54,5 7,6 2,3 3,4 1,4 4,0 5,3 6,6 1,0 3,4 3,7 35 1,3 1,2 2,2 0,3 1,3 8,2
25 64,7 9,1 2,3 4,1 1,7 4,6 6,7 8,8 1,2 4,2 4,6 40 1,8 1,3 2,7 0,3 2,6 12,4
26 46,4 5,7 1,6 2,4 1,0 2,6 4,1 5,3 0,9 2,0 2,2 35 1,1 0,8 1,9 0,2 1,6 7,3
Lampiran 17. Data morfometrik L. savala selama penelitian (lanjutan)

PT PK PH TK LK TB P.Predor P.Prepec RA RB SR LBM JI PO TC TD PU


No DM (cm)
(cm) (cm) (cm) cm) cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (˚) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
27 31,4 4,8 1,3 1,9 0,8 2,1 2,9 4,1 0,6 1,8 2,1 35 1,0 0,6 1,1 0,3 0,9 4,9
28 38,1 5,2 1,5 2,1 1,0 2,4 3,2 4,6 0,8 2,1 2,2 35 0,9 0,8 1,5 0,3 1,1 5,8
29 53,5 8,2 2,2 3,4 1,3 4,0 5,2 6,7 1,0 2,7 3,0 45 1,1 1,0 2,1 0,3 1,1 10,1
30 66,7 10,5 2,8 5,2 1,8 5,6 6,6 9,6 1,6 4,5 5,0 30 1,6 1,5 2,6 0,5 3,0 7,9
31 60,0 9,2 2,2 4,3 1,8 5,1 6,2 7,7 1,2 3,6 3,7 45 1,3 1,1 2,7 0,5 2,0 14,6
32 45,9 7,0 2,1 2,9 1,3 3,7 4,9 6,4 1,0 2,3 2,5 37 1,4 0,9 1,9 0,3 1,6 7,1
33 61,7 9,3 3,0 3,8 1,5 4,6 6,0 7,9 1,2 2,9 3,3 4 1,1 1,1 2,4 0,5 1,9 11,7
34 73,3 11,1 3,7 4,6 1,8 5,6 7,3 10,1 1,4 3,6 4,3 60 2,3 1,4 2,8 0,6 2,1 11,3
35 69,1 9,0 2,6 4,1 1,6 4,2 6,2 8,2 1,2 3,8 4,1 30 1,0 1,2 2,5 0,3 1,5 11,8
36 39,1 5,5 1,1 2,6 0,8 2,4 3,6 4,9 0,8 1,9 2,3 40 0,9 0,7 1,1 0,2 0,8 6,0
37 56,6 7,8 2,3 3,3 1,3 3,7 5,1 6,8 1,0 2,6 2,8 33 0,8 1,1 2,1 0,3 1,3 9,8
38 57,3 7,4 1,9 2,9 1,3 3,3 4,9 6,8 1,1 3,1 3,4 45 1,4 1,2 2,4 0,2 1,5 9,0
39 59,5 8,5 2,6 3,7 1,8 4,4 5,9 7,8 1,1 3,7 4,2 50 1,5 1,4 2,4 0,3 1,8 6,8
40 69,2 9,5 2,8 4,4 1,9 5,4 7,0 8,5 1,4 4,5 5,0 40 1,4 1,4 2,8 0,3 1,9 11,5
41 58,7 8,7 2,5 3,8 1,5 4,1 5,7 7,9 1,3 3,9 4,2 40 1,5 1,3 2,1 0,3 1,6 8,6
42 57,5 7,7 2,5 3,5 1,2 4,5 5,3 6,7 1,0 3,5 3,8 25 1,0 0,9 2,3 0,4 1,8 9,0
43 55,5 7,7 2,2 3,0 1,2 4,5 5,5 7,0 1,0 3,5 3,9 40 2,0 1,1 1,6 0,3 2,0 14,0
44 58,0 8,8 2,5 4,3 1,3 4,7 5,5 9,0 1,3 4,0 4,5 30 1,8 1,1 2,4 0,3 2,2 14,5
45 51,3 7,3 2,0 3,0 1,1 3,8 4,6 6,5 1,0 3,2 3,5 25 1,0 1,2 1,8 0,3 1,5 10,0
46 35,0 4,8 1,8 2,0 0,7 2,3 3,5 4,4 0,8 2,2 2,5 25 1,0 0,7 1,2 0,2 1,0 7,5
47 60,6 8,6 2,6 3,9 1,7 4,6 6,2 7,9 1,2 3,8 4,5 45 2,0 1,6 2,6 0,2 1,9 12,1
48 69,7 10,1 3,0 4,4 1,8 5,2 6,8 9,2 1,4 4,5 5,0 40 1,8 1,5 2,9 0,4 2,4 10,6
49 65,0 9,2 2,8 4,3 1,7 5,0 6,7 8,2 1,3 4,3 4,5 35 1,8 1,4 2,8 0,4 1,2 12,5
50 72,2 10,3 3,0 4,4 1,9 5,8 6,9 9,2 1,3 4,6 4,9 50 2,4 1,8 3,0 0,3 3,2 11,8
51 59,0 9,1 3,1 4,3 1,9 5,2 6,4 8,4 1,1 2,8 3,0 50 1,5 1,1 2,2 0,4 2,9 10,3
52 72,0 10,7 3,6 4,9 1,8 6,3 6,9 9,3 1,3 3,6 4,2 35 1,2 1,3 2,7 0,3 1,9 9,7
Lampiran 17. Data morfometrik L. savala selama penelitian (lanjutan)

PT PK PH TK LK TB P.Predor P.Prepec DM RA RB SR LBM JI PO TC TD PU


No
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (˚) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
53 58,1 8,7 2,5 3,9 1,8 4,8 5,9 7,7 1,1 3,9 4,3 40 1,6 1,3 2,5 0,3 2,6 7,6
54 78,7 12,2 3,7 5,6 2,4 6,2 8,4 10,8 1,8 5,7 6,1 45 2,0 1,8 3,8 0,4 2,2 11,2
55 79,8 12,0 3,5 5,0 2,2 6,0 8,2 10,4 1,6 5,2 5,8 55 3,0 1,6 3,5 0,5 2,5 20,0
56 76,0 11,2 3,3 4,7 1,8 6,0 7,5 10,2 1,4 5,1 5,6 40 2,0 1,5 3,2 0,5 2,5 20,0
57 67,5 11,6 3,3 4,9 2,3 6,0 7,5 10,0 1,6 5,1 5,5 40 2,3 1,5 3,5 0,5 2,3 15,0
58 74,8 12,3 3,6 5,2 2,6 7,0 8,5 11,1 1,5 5,5 6,2 40 2,5 1,6 3,6 0,6 2,7 15,5
59 62,8 8,9 2,5 3,8 1,5 4,4 5,9 7,8 1,1 3,7 4,2 40 2,0 1,1 2,1 0,4 2,1 15,0
60 61,0 9,4 2,6 4,0 1,8 4,5 6,1 8,4 1,2 4,0 4,4 50 2,5 1,2 2,9 0,4 2,0 17,0
61 64,3 9,2 3,2 4,2 1,7 5,6 6,6 8,1 1,3 3,1 3,6 35 1,2 1,3 2,5 0,4 2,3 10,1
62 76,7 11,6 3,7 5,1 1,9 6,5 7,2 9,9 1,5 3,8 4,3 50 2,1 1,4 3,0 0,5 2,5 15,6
63 76,6 12,4 3,4 6,4 2,4 7,9 7,7 10,6 1,6 4,0 4,6 45 1,6 1,6 3,5 0,5 2,4 12,3
64 66,8 9,7 3,9 5,0 1,6 4,8 6,2 8,2 1,3 3,6 3,9 30 1,1 1,4 2,4 0,4 2,4 10,2
65 79,5 12,1 4,6 5,5 2,0 6,0 8,0 10,4 1,6 4,0 4,6 35 1,5 1,6 3,1 0,5 2,6 14,1
66 64,2 9,0 2,6 4,1 2,3 4,9 5,8 8,6 1,2 4,1 4,5 43 2,2 1,2 2,5 0,4 2,2 12,2
67 74,4 11,1 3,3 5,0 2,0 6,3 7,8 10,0 1,5 5,0 5,4 42 2,8 1,5 3,3 0,5 2,8 12,0
68 68,1 10,1 2,8 4,4 1,8 5,4 6,9 9,0 1,3 4,4 5,0 40 2,4 1,3 2,9 0,4 2,5 11,2
69 75,2 11,3 3,3 5,1 2,3 6,0 7,8 10,1 1,6 5,2 5,5 42 2,6 1,5 3,4 0,6 2,6 9,1
70 70,1 11,6 3,3 4,9 2,2 5,9 7,8 103,0 1,6 5,0 5,5 48 2,9 1,6 3,6 0,5 2,5 9,7
71 60,8 8,2 2,4 4,3 1,8 4,4 5,7 7,6 1,1 3,6 4,1 60 3,0 1,1 2,3 0,4 2,0 16,5
72 75,0 10,5 3,2 4,7 1,8 6,1 7,6 9,8 1,5 4,8 5,4 30 1,6 1,5 2,5 0,4 2,5 19,0
73 70,5 10,8 3,0 4,7 2,0 5,9 7,8 9,3 1,5 4,8 5,5 30 1,8 1,5 2,8 0,4 2,3 15,0
74 77,0 11,0 3,2 4,7 1,8 7,7 7,8 10,0 1,6 4,3 4,7 40 1,5 1,6 2,7 0,5 2,7 17,0
75 67,5 9,0 2,5 3,8 1,5 5,0 6,2 8,7 1,2 4,0 4,5 50 2,5 1,3 2,6 0,4 2,9 16,5
76 62,7 9,3 2,7 3,8 1,4 5,6 6,6 8,8 1,3 3,5 3,8 35 1,3 1,3 2,6 0,4 2,5 16,5
77 76,0 10,7 3,2 4,8 1,8 6,7 7,7 10,0 1,6 4,2 4,7 40 1,5 1,5 2,7 0,5 3,0 18,0
78 71,0 10,0 2,7 4,7 1,8 6,0 7,0 9,2 1,6 3,5 4,0 30 1,4 1,7 2,8 0,5 3,0 17,0
Lampiran 17. Data morfometrik L. savala selama penelitian (lanjutan)

PT PK PH TK LK TB P.Predor P.Prepec DM RA RB SR LBM JI PO TC TD PU


No
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (˚) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
79 65,7 9,0 2,6 4,0 1,4 5,3 8,5 6,4 1,3 3,6 4,0 30 1,3 1,2 2,4 0,5 2,5 15,5
80 75,7 10,0 3,0 4,5 1,6 5,8 9,7 7,2 1,3 4,5 4,8 40 2,0 1,4 2,3 0,5 3,0 18,0
81 66,2 9,2 2,7 4,2 1,7 5,1 6,4 8,1 1,2 4,3 4,6 35 1,9 1,2 2,8 0,3 2,9 14,3
82 64,9 9,4 2,7 4,4 1,6 5,0 6,3 8,4 1,1 4,0 4,4 36 2,1 1,2 2,8 0,4 2,6 14,6
83 61,8 8,6 2,5 3,8 1,7 4,3 5,9 7,8 1,3 3,8 4,2 35 2,0 1,1 2,6 0,4 2,3 10,7
84 62,7 9,2 2,7 4,0 1,8 5,0 6,3 8,1 1,2 4,1 4,5 35 2,1 1,2 2,7 0,4 2,4 16,6
85 60,8 8,2 2,5 3,7 1,6 4,5 5,6 8,0 1,2 3,7 4,1 50 2,0 1,2 2,5 0,4 2,0 12,5
86 67,2 9,3 2,7 4,2 1,7 5,2 6,3 8,2 1,2 4,2 4,5 47 2,2 1,2 2,8 0,4 2,8 12,5
87 62,8 8,6 2,4 3,7 1,6 4,4 5,8 8,2 1,2 3,8 4,2 50 2,2 1,2 2,5 0,4 2,3 15,5
88 65,4 9,2 2,7 3,9 1,7 4,7 6,1 8,2 1,2 4,0 4,4 45 2,3 1,2 2,7 0,4 2,4 14,5
89 64,3 8,9 2,6 4,3 1,6 4,8 6,1 8,6 1,2 4,1 4,4 37 2,1 1,2 2,4 0,4 2,6 13,0
90 66,5 9,3 2,7 3,9 1,8 4,9 6,1 8,3 1,2 4,1 4,5 55 2,4 1,2 2,6 0,4 2,9 16,5
91 65,7 9,2 2,7 4,0 1,7 5,1 6,2 8,3 1,2 4,1 4,5 37 2,3 1,3 2,7 0,4 2,5 11,8
92 62,5 9,2 2,7 4,0 1,7 4,9 5,9 9,0 1,2 4,0 4,5 50 2,4 1,3 2,1 0,4 2,4 16,3
93 57,1 8,2 2,2 3,6 1,4 4,4 5,5 7,2 1,2 3,1 3,9 42 1,8 1,1 2,3 0,3 2,0 12,2
94 64,0 10,0 2,7 4,3 2,0 4,9 6,8 9,0 1,5 4,2 4,7 40 2,4 1,4 3,1 0,4 2,6 16,5
95 64,5 9,3 2,6 4,2 1,7 5,3 6,3 8,3 1,3 4,1 4,6 35 2,2 1,3 3,0 0,4 2,4 15,6
96 63,6 10,3 3,0 5,0 2,0 5,6 7,0 9,0 1,4 4,5 5,0 55 2,6 1,4 3,4 0,5 3,3 9,1
97 59,4 9,0 2,7 4,2 1,7 4,7 6,1 7,3 1,2 4,1 4,6 50 2,1 1,3 2,8 0,4 2,4 10,2
Lampiran 18. Data morfometrik G. serpens selama penelitian

PT PK PH TK LK TB P.Predor P.Prepec DM RA RB SR LBM JI PO TC TD PU


No
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (˚) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1 72,6 12,7 6,4 4,6 2,1 4,3 10,1 12,8 1,8 5,3 5,8 55 3,4 1,8 2,3 0,6 3,5 21,2
2 74,3 13,6 4,7 4,0 2,5 4,7 10,7 14,0 1,7 6,8 7,9 35 2,5 1,7 2,6 0,3 3,3 20,2
3 80,4 14,7 5,0 4,5 3,0 5,0 11,7 15,7 1,9 7,5 8,6 35 2,8 1,9 2,8 0,4 3,6 23,6
4 90,5 16,3 5,6 4,9 3,5 5,5 13,4 16,6 2,1 7,9 9,5 40 2,8 2,0 3,2 0,5 3,8 27,3
5 64,3 12,1 4,0 3,7 2,3 4,0 9,4 12,5 1,6 5,9 6,8 40 2,5 1,5 2,5 0,4 2,8 20,4
6 83,0 15,2 5,2 4,8 2,9 5,1 12,2 15,5 2,1 7,6 8,8 40 3,0 1,8 3,1 0,5 3,6 25,0
7 69,5 12,9 4,4 3,9 2,5 4,6 10,4 13,3 1,8 6,5 7,5 36 3,0 1,5 2,6 0,4 3,0 21,5
8 67,7 12,5 4,2 3,8 2,3 4,1 10,0 12,8 1,7 6,3 7,3 33 2,7 1,5 2,4 0,4 2,8 22,9
9 67,0 12,2 4,1 3,5 2,1 4,1 10,0 12,6 1,6 6,2 6,9 33 2,6 1,5 2,3 0,4 2,4 23,7
10 62,4 11,4 3,8 3,4 2,1 3,7 9,2 11,9 1,6 5,8 6,6 37 2,7 1,4 2,3 0,4 2,8 20,5
11 70,5 12,9 4,4 4,0 2,4 4,2 10,1 13,1 1,6 6,5 7,2 45 2,4 1,8 2,6 0,4 1,3 27,8
12 63,8 11,3 3,7 3,5 2,3 3,8 8,9 11,5 1,8 5,7 6,6 50 2,8 1,9 2,2 0,3 1,4 16,0
13 77,5 14,7 4,6 4,3 2,8 5,0 11,6 15,3 2,0 7,1 8,4 40 2,3 2,3 2,9 0,3 2,0 22,0
14 72,4 13,8 4,7 4,2 2,7 4,7 11,2 13,9 1,8 7,1 8,1 45 2,4 1,9 2,4 0,4 2,3 21,0
15 70,2 12,9 4,7 4,0 2,7 4,4 11,1 13,5 1,8 6,9 7,9 40 2,4 2,1 2,4 0,4 1,7 19,0
16 73,9 13,2 4,7 4,0 2,8 4,5 11,0 13,4 1,8 6,8 7,7 40 2,4 2,3 2,5 0,3 1,6 25,0
17 76,0 13,2 4,8 4,4 2,9 4,8 11,5 13,7 1,9 7,0 7,9 50 3,0 2,4 2,7 0,4 1,8 27,3
18 76,3 13,8 4,7 4,4 2,9 4,8 11,6 14,0 1,9 7,0 8,0 40 2,5 2,1 2,8 0,3 1,7 22,2
19 66,8 11,6 4,0 3,7 2,7 4,2 9,8 12,0 1,9 6,1 7,0 45 2,5 2,1 2,2 0,3 1,9 19,0
20 78,0 14,0 6,3 4,0 2,5 4,7 11,2 14,0 2,0 6,2 7,0 50 5,0 2,0 2,6 0,6 3,0 25,5
21 75,0 13,6 4,7 4,1 2,8 4,8 11,2 13,9 1,8 7,0 8,0 43 3,2 2,0 2,7 0,4 2,9 29,0
22 69,8 13,3 4,6 4,2 2,1 4,2 10,4 13,2 2,3 5,7 6,5 35 1,8 2,1 2,5 0,5 2,9 24,5
Lampiran 19. Ikan layur yang diteliti

a) Trichiurus lepturus (layur meleu)

b) Leptracanthus savala (layur golok)

c) Gempylus serpens (layur gelang luyung)


Lampiran 20. Perahu kincang yang digunakan nelayan Pabuhanratu untuk melaut
Lampiran 21. Alat tangkap (pancing) yang digunakan nelayan Palabuhanratu
untuk menangkap ikan layur

Rawai layur

Pancing ulur

a) Pancing ulur b) Rawai layur

Mata pancing no. 8

c) Mata pancing nomor 8


Lampiran 22. Aktivitas pedagang di tempat pelelangan ikan (TPI) Palabuhanratu
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung pada tanggal 20 Juli


1986 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan
Bapak Marsumiyanto dan Ibu Jumiati.
Pendidikan penulis diawali dari SD Negeri 1 Ganjar
Agung, Lampung (1992 – 1998), SLTP Negeri 1 Metro,
Lampung (1998 – 2001), SMU Negeri 1 Metro, Lampung
(2001 – 2004). Pada tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, Program Studi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan
melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa
Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) sebagai kepala divisi protokoler
periode tahun 2006/2007. Selain itu, penulis juga menjadi asisten pada mata
kuliah Ekologi Perairan periode 2006/2007, Fisiologi Hewan Air periode
2006/2007 dan 2007/2008, serta Ikhtiologi Fungsional periode 2007/2008.
Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “ Kajian Pola Pertumbuhan dan
Ciri Morfometrik-Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur (Superfamili
Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat”.

Anda mungkin juga menyukai