Anda di halaman 1dari 77

HABITAT PENELURAN PENYU (Cheloniidae) DAN UPAYA

KONSERVASINYA

Studi Kasus: Pantai Sukamade dan Pantai Cemara - Kabupaten


Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur

KARYA ILMIAH PRAKTIK AKHIR

Oleh:
SADAR RIZKI PERDANA PUTRA

POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN


2022
2

HABITAT PENELURAN PENYU (Cheloniidae) DAN UPAYA


KONSERVASINYA

Oleh:
SADAR RIZKI PERDANA PUTRA
NRP 54185112447

Karya Ilmiah Praktik Akhir Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Perikanan

PROGRAM SARJANA TERAPAN


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN
POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN
JAKARTA
2022
KARYA ILMIAH PRAKTIK AKHIR

Judul : Habitat Peneluran Penyu (Cheloniidae) Dan Upaya


Konservasinya

Penyusun : Sadar Rizki Perdana Putra


NRP : 54185112447
Program Studi : Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan

Menyetujui
Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. I Nyoman Suyasa, MS Dra. Ratna Suharti, M.Si


Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. M. Hery Riyadi Alauddin, S.Pi., M.Si Dr. Meuthia A. Jabbar, A.Pi., M.Si
Direktur Ketua Program Studi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Ilmiah Praktik Akhir “Habitat
Peneluran Penyu (Cheloniidae) Dan Upaya Konservasinya” adalah karya saya
sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
Karya Ilmiah Praktik Akhir ini.
Apabila di kemudian hari pernyataan yang saya buat tidak sesuai, maka saya
bersedia dicabut gelar kesarjanaannya oleh Politeknik Ahli Usaha Perikanan.

Jakarta, 27 Juni 2022

Materai 10.000

SADAR RIZKI P PUTRA


NRP 54185112447
ii

© Hak Cipta Politeknik Ahli Usaha Perikanan, Tahun 2022


Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan, tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar Politeknik Ahli Usaha Perikanan.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis


dalam bentuk apa pun tanpa izin Politeknik Ahli Usaha Perikanan.
RINGKASAN

SADAR RIZKI PERDANA PUTRA, NRP 54185112447 HABITAT PENELURAN


PENYU (CHELONIIDAE) DAN UPAYA KONSERVASINYA . DIBIMBING OLEH
I NYOMAN SUYASA DAN RATNA SUHARTI.
Penyu merupakan salah satu hewan purba yang masih bertahan hidup hingga saat
ini, namun keberadaannya dengan status terancam punah. Maka dari itu,
diperlukan upaya pelestarian serta perlindungan sebagaimana yang terdaftar
dalam Appendix I berdasarkan Convention on International Trade in Endangered
Species of Wild Flora and Fauna (CITES). Penyu sendiri masuk dalam reptile laut
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Penyu tersebar luas di Samudera Pasifik,
Samudera Atlantik, dan Samudera Hindia. Hasil konvensi menetapkan bahwa
penyu merupakan spesies yang cukup tinggi dalam perdagangan illegal, sehingga
termasuk dalam kategori hewan terancam punah. Tujuan dari penelitian ini adalah
Mengidentifikasi karakteristik biofisik habitat peneluran penyu, Mempelajari upaya
konservasi penyu ( Cheloniidae ) yang dilakukan, serta Menganalisis tigkat
kelangsungan hidup semi alami dan penetasan alami, Pantai Sukamade dan
Pantai Cemara, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Penelitian
dilaksanakan pada tanggal 7 Maret sampai 30 Mei 2022 di pantai sukamade yang
merupakan kawasan Taman Nasional Meru Betiri dan Pantai Cemara, provinsi
Jawa Timur. Di pantai sukamade ditemukan dua jenis penyu yaitu penyu hijau
(Chelonia mydas) dan penyu lekang (Lepidochelys olivacae) sementara di pantai
cemara hanya ditemukan satu jenis peyu yaitu penyu lekang (Lepidochelys
olivacae). Dengan jumlah telur yang ditemukan di pantai sukamade berjumlah
16,647 butir dari 162 sarang, dan untuk pantai cemara berjumlah 1,516 butir dari
21 sarang yang ditemukan. Dengan vegetasi yang didapatkan adalah Cemara laut
(Casuarina equisetifolia), Pandan Laut (Pandanus sp), Katang-Katang (Ipomoea
pes capre), Ketapang (Terminalia catappa), Waru (Hibiscus tiliaceus). Dengan
kemiringan pantai yang dihasilkan memiliki rentang kemiringan pantai 6°-12,64°.
Suhu dan kelembaban yang terdapat di Pantai sukamade dan pantai cemara yaitu
25-33⁰ dengan kelembaban yang berkisar 70-84%. Adapun upaya Konservasi
yang dilakukan di pantai Sukamade dan Pantai Cemara dalam hal upaya
pelestarian penyu dengan cara melakukan relokasi telur dari pantai menuju sarang
semi alami sebanyak-banyaknya setiap malam hari untuk melakukan
penyelamatan telur penyu dari ancaman predator alami dan manusia.

Kata kunci: Habitat Peneluran dan Upaya Konservasi.

i
KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Ilmiah Praktik Akhir (KIPA) yang berjudul “Habitat Peneluran Penyu
(Cheloniidae) Dan Upaya Konservasinya”. Karya Ilmiah Praktik Akhir ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Terapan Perikanan
(S.Tr.Pi.) pada Program Studi Teknologi Pegelolaan Sumberdaya Perairan,
Politeknik Ahli Usaha Perikanan.
Laporan Karya Ilmiah Praktik Akhir ini terdiri dari 4 (empat) bab yaitu:
Pendahuluan, Metode Praktik / Metode Perancangan / Metodologi, Hasil dan
Pembahasan / Analisis Desain / Analisis Rancang Bangun, serta Simpulan dan
Saran. Bimbingan, koreksi, dan saran dari dosen pembimbing ( Dr. Ir. I Nyoman
Suyasa MS dan Dra. Ratna Suharti, M.Si ) dalam mewujudkan sebuah karya ilmiah
ini diharapkan bisa menambah ilmu pengetahuan bagi penulis, khususnya dalam
menyusun karya ilmiah.
Upaya maksimal telah penulis lakukan untuk merampung karya ini, namun
penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan penulis untuk
menyempurnakan karya ilmiah ini.

Jakarta, 27 Juni 2022

Sadar Rizki Perdana Putra

iii
iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya penyusunan Laporan Karya Ilmiah Praktik
Akhir ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Selama proses penyusunan
Karya Ilmiah Praktik Akhir (KIPA) ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Bapak Dr. Ir. I Nyoman Suyasa MS dan Ibu Dra. Ratna Suharti, M.Si.
Selaku Dosen Pembimbing I dan II, yang telah memberikan bimbingan, dorongan,
dan semangat dalam penyusunan Karya Ilmiah Praktik Akhir ini. Ucapan terima
kasih penulis sampaikan pula kepada:
1. Dr. M. Hery Riyadi Alauddin, S.Pi., M.Si., selaku Direktur Politeknik AUP;
2. Dr. Heri Triyono, A.Pi., M.Kom., selaku Wakil Direktur I Politeknik AUP;
3. Yenni Nuraini, S.Pi., M.Sc., selaku Wakil Direktur II Politeknik AUP;
4. Dr. Ita Junita Puspadewi, A.Pi., M.Pd., selaku Wakil Direktur III Politeknik AUP;
5. Dr. Meuthia A. Jabbar, A.Pi., M.Si selaku Ketua Program Studi Teknologi
Pengelolaan Sumberdaya Perairan, Politeknik AUP;
6. Keluarga besar Ali Madalias dan Ikhwanudin dan kakak-kakakku, adik-adikku
tersayang yang tidak bisa diucapkan satu persatu yang telah memberi
masukan dan motivasi selama 4 tahun masa pendidikan, Politeknik AUP;
7. KORAL AUP-STP Kabupaten Merauke;
8. Balai Taman Nasional Meru Betiri Kabupaten Banyuwag, Resort Sukamade
dan Kelompok KUB di Pantai Cemara Kabupaten Banyuwag atas bantuan
materi dan tenaga selama praktik di lapangan;
9. Sahabat, teman-teman, dan saudara seperjuangan selama masa pendidikan
di Politeknik AUP yaitu Angkatan 54 (Khususnya TPS 54, Corps Intim, Mentor
Hiu);
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Ilmiah Praktik
Akhir (KIPA).

iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... ix
1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 3
2 METODE PRAKTIK ...................................................................................... 4
2.1 Waktu dan Tempat ................................................................................. 4
2.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 5
2.3 Metode Pengambilan Data ..................................................................... 6
2.4 Teknik Pengambilan Data ...................................................................... 6
2.4.1 Data Primer........................................................................................ 6
2.4.2 Data Sekunder ................................................................................... 8
2.5 Metode Analisis Data ................................................................................ 8
2.5.1 Kemiringan Pantai.............................................................................. 8
2.5.2 Hatcing Rate (HR).............................................................................. 8
2.5.3 Survival Rate (SR) ............................................................................. 9
3 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................ 10
3.1 Kondisi Umum Lokasi Praktik.................................................................. 10
3.1.1 Pantai Sukamade Taman Nasional Meru Betiri ............................... 10
3.1.2 Pantai Cemara Kabupaten Banyuwangi........................................... 10
3.2 Penyu ..................................................................................................... 10
3.3 Identifikasi Populasi Berdasarkan Jenis .................................................. 14
3.4 Karakteristik Habitat Peneluran Penyu .................................................... 15
3.4.1 Karakteristik Kemiringan Pantai di Pantai Sukamade,Pantai Cemara16
3.4.2 Karakteristik Tekstur Pasir Pantai Sukamade dan Pantai Cemara ... 18
3.4.3 Vegetasi Pantai................................................................................ 19
3.5 Karakteristik Sarang ................................................................................ 20
3.5.1 Suhu Sarang .................................................................................... 20
3.5.2 Kelembaban Sarang ........................................................................ 22
3.5.3 Kedalaman dan Diameter Sarang .................................................... 24
3.6 Upaya Konservasi Penyu ........................................................................ 26
3.7 Hatching Rate (HR) ................................................................................. 28
3.8 Survival Rate (SR) .................................................................................. 30
3.9 Masa Inkubasi ......................................................................................... 31

v
vi

4 SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 33


4.1 Simpulan ................................................................................................ 33
4.2 Saran ..................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 35
LAMPIRAN ...................................................................................................... 42
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ 61

vi
DAFTAR TABEL

1. Lokasi Praktik Akhir. .................................................................................. 4


2. Alat dan Bahan .......................................................................................... 5
3. Aktivitas Penyu Yang Medarat ................................................................. 15
4. Kemiringan Pantai di Lokasi Praktik......................................................... 16
5. Tekstur Substrat Pasir ............................................................................. 19
6. Jenis Vegetasi Pantai .............................................................................. 20

vii
viii

DAFTAR GAMBAR

1. Peta Lokasi Praktik di Pantai Sukamade dan Pantai Cemara ........................ 4


2. Mengukur Kemiringan Pantai ......................................................................... 7
3. Sketsa pengukuran suhu dan kelembaban sarang ......................................... 8
4. Bagian-bagian tubuh penyu beserta fungsi .................................................. 11
5. Pengukuran Karapas Penyu ........................................................................ 12
6. Penyu Hijau (Chelonia mydas) ..................................................................... 12
7. Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) ........................................................ 13
8. Identifikasi Populasi Berdasarkan Jenis (sumber: Data Pribadi) ................... 14
9. Peta Lokasi Pengukuran Kemiringan Pantai Sukamade .............................. 17
10. Peta Lokasi Pengukuran Kemiringan Pantai Cemara ................................... 18
11. Suhu Sarang Semi alami dan Alami Pantai Sukamade ................................ 21
12. Suhu Sarang Semi Alami dan Alami Pantai Cemara. ................................... 22
13. Kelembaban Sarang Semi alami dan Alami Pantai Sukamade .................... 23
14. Kelembaban Sarang Semi alami Pantai Sukamade ..................................... 23
15. Kelembaban Sarang Semi alami dan Alami Pantai Cemara ......................... 24
16. Kedalaman sarang alami pantai sukamade dan pantai cemara ................... 25
17. Diameter sarang alami ................................................................................. 25
18. Data PSA Tahun 2017– 2021, Pantai Sukamade......................................... 27
19. Data PSA Tahun 2017– 2021, Pantai Cemara ............................................. 28
20. Presentase keberhasilan penetasan semi alami .......................................... 29
21. Presentase keberhasilan penetasan semi alami dan alami di Pantai
Sukamade dan Pantai Cemara .................................................................... 29
22. Presentase kelangsungan hidup semi alami dan alami pantai sukamade dan
pantai cemara .............................................................................................. 30
23. Masa inkubasi telur penyu di sarang semi alami dan alami di pantai
sukamade dan pantai cemara ...................................................................... 31

viii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Suhu dan Kelembaban sarang alami dan semi alami ................................... 42


2. Kedalama dan Diameter Sarang .................................................................. 44
3. Pendaratan Penyu Selama Praktik di Bulan Maret dan Mei ......................... 45
4. Data PSA Di Pantai Sukamade Dan Pantai Cemara Tahun 2017-2021 ....... 54
5. Keberhasilan Penetasan dan Kelangsungan hidup ...................................... 55
6. Dokumentasi pelaksanaan praktik akhir ....................................................... 58

ix
1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyu merupakan salah satu hewan purba yang masih bertahan hidup
hingga saat ini, namun keberadaannya dengan status terancam punah (Mardiana
et al., 2013). Maka dari itu, diperlukan pelestarian serta perlindungan sebagaimana
yang terdaftar dalam Appendix I berdasarkan Convention on International Trade
in Endangered Species of Wild Flora and Fauna ( CITES ) (Richayasa, 2015).
Penyu sendiri masuk dalam reptile laut yang mempunyai nilai ekonomi tinggi
(Irfansyah, 2018). Penyu tersebar luas di Samudera Pasifik, Samudera Atlantik,
dan Samudera Hindia . Penyu sering juga disebut dengan kura–kura laut. Menurut
para ilmuwan, penyu diperkirakan sudah ada sejak akhir zaman purba (145 – 208
juta tahun yang lalu) atau seusia dengan dinosaurus, oleh karena itu penyu laut
dikenal sebagai fosil hidup (Simbolon, 2017). Hasil konvensi menetapkan bahwa
penyu merupakan spesies yang cukup tinggi dalam perdagangan illegal, sehingga
termasuk dalam kategori hewan terancam punah (Pratiwi, 2016).
Keterlibatan masyarakat dalam upaya konservasi penyu merupakan salah
satu faktor penentu keberhasilan konservasi yang dilakukan masyarakat.
Masyarakat ikut berperan dalam upaya konservasi, hal ini adalah aspek yang
fundamental karena berinteraksi di lingkungan (relung ekologi) yang sama dengan
penyu sehingga berpotensi terjadi konflik (Sheavtiyan & Lovadi, 2014). Konservasi
penyu adalah salah satu upaya yang diharapkan dapat mencegah punahnya
habitat penyu. Penyu merupakan salah satu kelompok hewan yang sekarang ini
terancam keberadaanya karena mendekati kepunahan (Benni et al., 2017). Hal ini
disebabkan karena sebagian kelompok menganggap penyu menjadi salah satu
hewan laut yang mempunyai kelebihan. Selain, tempurung yang banyak diburu
dibuat untuk cinderamata, dagingnya juga dapat dimanfaatkan karena dianggap
berkhasiat untuk kesehatan (Fuentes et al., 2010).
Salah satu lokasi penangkaran penyu sebagai bagian dari konservasi dan
ekowisata berada di Pantai Cemara, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur (Endrawati & Redjeki, 2016). Pantai Pulau Santen dan
Pantai Boom keduanya merupakan lokasi pantai dengan pemandangan laut Selat
Bali (Ariska, 2015). Selain mendarat, penyu-penyu yang datang ke kedua pantai
ini juga melakukan aktivitas bertelur dan melakukan perjalanan di tepi pantai
(Roemantyo et al., 2012). Di Pantai Cemara terdapat zona penetasan penyu dan
penangkaran penyu dimana penyu-penyu yang dikelola, dilindungi melalui
penjagaan terhadap penyu yang mendarat, pembinaan habitat telur penyu berupa
usaha melakukan penetasan telur penyu secara semi alami pada lokasi penetasan
dan upaya pemeliharaan tukik yang baru menetas sampai dinyatakan mampu
dilepaskan ke laut (Rasyad, 2020).
Pantai Sukamade, Taman Nasional Meru Betiri, Banyuwangi Jawa Timur
adalah salah satu UPTD milik pemerintah di bawah naungan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu
tempat yang sudah ditetapkan sebagai kawasan perlindungan terhadap populasi
penyu dimana tingkat pendaratan induk untuk bertelur masih memiliki tingkat
2

kestabilan yang tinggi karena pengelolaan wilayah yang tetap alami dipilih dalam
pelaksanaan penelitian ini (Ariane, 1994).
Dalam siklus hidupnya penyu memiliki dua habitat, yakni laut dan darat.
Laut merupakan habitat penyu untuk bertahan hidup, sedangkan darat merupakan
habitat penyu untuk mencari makan dan bertelur (Samanya, 2015). Penyu
merupakan hewan yang memiliki karakter unik dalam bertelur, karena seringkali
induk penyu melakukan peneluran pada titik yang sama dimana telur penyu
ditetaskan (Nurhayati et al., 2020). Kondisi fisik pantai meliputi struktur vegetasi
alam yang tersedia karena memiliki peran yang cukup penting dalam menentukan
habitat saat musim peneluran. Umumnya, merupakan pantai yang luas dengan
kemiringan yang landai (Roemantyo et al., 2012). Secara umum penyu dalam
kehidupannya memerlukan berbagai habitat sesuai kebutuhan, yaitu habitat untuk
mencari makan (feeding ground), habitat untuk melangsungkan perkawinan
(meeting area), habitat untuk istirahat (resting area) dan habitat untuk bertelur/
bersarang (nesting area) (Budiantoro, 2017).
Tempat peneluran paling penting adalah Kepulauan Riau, Pantai
Pangumbahan, Jawa Barat dan Pantai Sukamade, Taman Nasional Meru Betiri
Jawa Timur (Elfidasari et al., 2018). Penyebaran penyu meliputi sebagian besar
pesisir Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Australia. Sebagian hidup penyu
dihabiskan untuk makan, beruaya dan kawin (Harnino et al., 2021). Setelah tiba
saatnya untuk bertelur betina akan mencari pantai untuk meletakkan telurnya.
Daerah bertelur penyu biasanya tidak jauh dari perairan laut yang menyediakan
rumput laut (Soetijono, 2019).

1.2 Tujuan
1. Mengidentifikasi karakteristik biofisik habitat peneluran penyu di Pantai
Sukamade dan Pantai Cemara, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.
2. Mempelajari upaya konservasi penyu ( Cheloniidae ), yang dilakukan di Pantai
Sukamade dan Pantai Cemara, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.
3. Menganalisis penetasan semi alami dan penetasan alami, Pantai Sukamade
dan Pantai Cemara, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan tujuan diatas penulis membatasi permasalahan yang akan
dibahas antara lain :
1. Karakteristik habitat penyu (Cheloniidae) meliputi: kemiringan pantai, vegetasi
pantai, tekstur substrat, suhu, kelembaban, serta tingkat keberhasilan
penetasan dan keberhasilan tukik keluar dari sarang.
2. Peninjauan langsung upaya konservasi penyu ( Cheloniidae ) yang dilakukan
oleh masyarakat dan pemerintah di Pantai Sukamade dan Pantai Cemara,
Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.
3. Penetasan semi alami dan penetasan alami meliputi: Keberhasila penetasan,
keberhasilan tukik keluar dari sarang dan masa inkubasi.
3

1.4 Manfaat
Manfaat dari kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Sebagai tambahan informasi dan bahan referensi tentang karakteristik
peneluran Penyu kawasan Pantai Sukamade dan pantai Cemara,
Banyuwangi.
2. Sebagai informasi dan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang upaya konservasi penyu serta menjaga karakteristik habitat peneluran
penyu di Pantai Sukamade dan Pantai Cemara, Banyuwangi.
4

2 METODE PRAKTIK
2.1 Waktu dan Tempat
Praktik dilaksanakan di 2 (dua) lokasi yaitu di pantai Cemara dan pantai
Sukamande yang merupakan kawasan Taman Nasional Meru Betiri, Kabupaten
Banyuwangi - Jawa Timur, dari tanggal 7 Maret sampai dengan 30 Mei 2022.
Metoda yang digunakan dalam praktik adalah partisipasi langsung dan observasi
di lapangan, untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan. Adapun peta
kedua lokasi praktik, disajikan melalui Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Praktik di Pantai Sukamade dan Pantai Cemara

Tabel 1. Lokasi Praktik Akhir.

No Kabupaten/Kota Lokasi Posisi Karakteristik

1 Kab. Taman 113⁰ 88’67.92” Dengan luas 2.155


Banyuwangi Nasional BT dan 8⁰ ha, perluasan ini
Meru Betiri 55’87.73” LS mencakup dua
Pantai wilayah
Sukamade perkebunan yaitu
PT Bandealit dan
PT Sukamade
Baru. Dengan
panjang garis
pantai 3400 m.
5

(Tabel ). Lanjutan.

No Kabupaten/Kota Lokasi Posisi Karakteristik

2 Kab. Konservasi 114° 37' 31.70" Batas wilayah


Banyuwangi penyu Pantai BT dan 8° 26' Pantai Cemara
Cemara 38.75" LS adalah Pada
bagian utara,
pantai Cemara
berbatasan dengan
pantai Sari dan
Pada bagian timur
berbatasan dengan
selat bali. Panjang
pantai 2000 meter

2.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan selama praktik di Konservasi Penyu Pantai Sukamade dan
Pantai Cemara (Tabel 2)
Tabel 2. Alat dan Bahan

Alat dan
Bahan Spesifikasi Jumlah Kegunaan
Head Lamp Voltage 12 volt 1 buah Pencahayaan
Roll meter Ketelitian 1mm, Range 100 m 1 buah Kemiringan
pantai, diamater
dan
kedalaman
sarang
Ember Plastik, Volume 10 Liter 1 Buah Menampung
telur saat
relokasi sarang
Kantung Plastik, Volume 2 Liter 5 buah Pengambilan
sampel pasir
Kamera digital Handphone Samsung A12 1 buah Dokumentasi
Camera 16 MP
Pita Ketelitian 1cm 1 buah Mengukur
Meteran morfologi penyu

Pengukur 1. Tongkat berskala 1 buah Mengukur


Kemiringan (Kayu, Ketelitian 1 kemiringan
Pantai cm) 1 buah pantai
2. Mistar siku – siku
(Plastik, Ketelitian 1 1 buah
mm)
3. Tali ukur (Ketelitian 1 1 buah
mm, Range 50 m)
4. Waterpass (Ketelitian 1cm)
6

(Tabel 1 ). Lanjutan
Alat dan
Bahan Spesifikasi Jumlah Kegunaan

Mistar Ketelitian 1 mm 1 buah Mengukur sarang


GPS Camera Handphone Samsung A12 1 buah Menentukan
Camera 16 MP koordinat lokasi
pengamatan
Waterpass Ukuran sedang 1 buah Mengukur
kemiringan pantai
Hygrometer HTC-2 1 buah Mengukur
kelmbaban
sarang suhu

2.3 Metode Pengambilan Data


Metode penelitian ini menggunakan metode Survei atau langsung dengan
cara melakukan pengamatan secara langsung dilokasi praktik. Pada penelitian ini
data diolah dari beberapa data primer yang diambil di lapangan yang di dukung
oleh data sekunder kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan uraian.

2.4 Teknik Pengambilan Data


2.4.1 Data Primer
Data primer yang diambil secara langsung di lapangan dalam hal ini
dilakukan dengan survey atau observasi yang mana melakukan pengamatan
secara langsung guna mengetahui kondisi karakteristik biofisik habitat penyu di
Pantai Cemara dan Pantai Sukamade Taman Nasional Meru Betiri, Kabupaten
Banyuwangi,Provinsi Jawa Timur. Hal yang diamati dan diukur meliputi klasifikasi
dan morfologi penyu, karakteristik pantai (kemiringan pantai, vegetasi pantai,
tekstur pasir, tipe pantai), karakteristik sarang (suhu sarang dan kelembaban
sarang, diameter dan kedalaman sarang), hatching rate, survival rate dan masa
inkubasi.
2.4.1.1 Kemiringan Pantai
Tahapan pengukuran kemiringan pantai (Putra et al., 2014) adalah sebagai
berikut :
1. Memasang patok di garis batas pantai tertinggi.
2. Tali disambungkan dari vegetasi terluar hingga ke pantai pertama kali basah
olehgelombang (pasang tertinggi), agar membentuk sudut 900.
3. Sudut diukur menggunakan mistarsiku-siku.
4. Panjang tali diukur dengan menggunakan rollmeter.
5. Mengukur tinggi tongkat yang ditandai oleh tali.
7

Gambar 2. Mengukur Kemiringan Pantai

2.4.1.2 Vegetasi Pantai


Tahapan identifikasi vegetasi pantai adalah sebagai berikut:
1. Menyusuri dan mengamati jenis tumbuhan yang ada disekitar pantai.
2. Mengambil sampel daun, bunga dan buah.
3. Mengidentifikasikan jenis tumbuhan.

2.4.1.3 Tekstur Pasir


Ukuran butir pasir digunakan sebagai data pelengkap dan perbandingan.
Pengukuran butiran pasir difokuskan untuk mendapatkan persentase berat
masing-masing ukuran diameter butiran pasir.
Tahap uji tekstur pasir adalah sebagai berikut:
1. Sampel pasir diambil sebanyak 1000g menggunakan metode pengambilan
secara in situ.
2. Disimpan kedalam plastik sampel lalu sampel pasir dibawa ke Laboratorium.
3. Kategorikan sampel pasir sesuai dengan tekstur.

2.4.1.4 Suhu Sarang


Tahapan pengukuran suhu adalah sebagai berikut (Iary et al., 2018) :
1. Menancapkan termometer pada substrat permukaan dan 50 cm dibawah
permukaan. Pengukuran substrat pada kedalaman ini diharapkan dapat
mewakili kondisi suhu substrat dalam sarang telur penyu.
2. Melihat perubahan skala.
3. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pada pukul 06.00 WIB, 12.00 WIB
dan 18.00 WIB kemudian catat hasilnya.

2.4.1.5 Kelembaban Sarang


Tahapan pengukuran kelembaban adalah sebagai berikut (Iary et al.,
2018):
1. Hygrometer dimasukkan kedalam pasir sarang yang akan diamati sedalam
telur pertama kali ditemukan.
2. Melihat perubahan skala.
8

3. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pada pukul 06.00 WIB, 12.00 WIB dan
18.00 WIB kemudian catat hasilnya.

Gambar 3. Sketsa pengukuran suhu dan kelembaban sarang

2.4.2 Data Sekunder


Data sekunder yang digunakan untuk menunjang kegiatan praktik yang
berasal dari literatur dan buku, serta data dari institusi terkait. Berupa data penyu
yang meliputi jumlah penyu naik dan bertelur atau tidak bertelur. Serta data terkait
letak dan luas lokasi praktik, dan status kawasan.

2.5 Metode Analisis Data


2.5.1 Kemiringan Pantai
Pengukuran kemiringan pantai dapat dihitung menggunakan rumus
Trigonometri (Putra et al., 2014) :

Tan 𝛼 ⹀ (a/b)
Atau
Kemiringan (%) ⹀ (a/b) 𝘅 100%

Keterangan :α = sudut kemiringan pantai


a = tinggi tongkat yang ditandai oleh tali
b = panjang tali yang diikat pada batas vegetasi terdekat garis pantai

2.5.2 Hatcing Rate (HR)


Haching rate adalah daya tetas telur atau atau yang menetas, keberhasilan
daya tetas telur yang tinggi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi
kualitas telur, dan penanganan saat penetasan. Persentase keberhasilan
penetasan telur penyu dihitung dengan cara (Direktorat Konservasi dan Taman
Nasional Laut 2009) (Kushartono & Hartati, 2016).

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐥𝐮𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐭𝐚𝐬


𝐇𝐑 % = 𝐗 𝟏𝟎𝟎%
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐥𝐮𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐭𝐞𝐭𝐚𝐬𝐤𝐚𝐧
9

2.5.3 Survival Rate (SR)


Survival Rate adalah jumlah tingkat kehidupan hewan dari penetasan hingga
akhir pemeliharaan. Penghitungan kelangsungan hidup menggunakan rumus
menurut (Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut 2009) (Kushartono &
Hartati, 2016):

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐮𝐤𝐢𝐤 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐡𝐚𝐬𝐢𝐥 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐬𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠


𝐒𝐑 = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐥𝐮𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐭𝐚𝐬
𝑿 𝟏𝟎𝟎%
10

3 HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Kondisi Umum Lokasi Praktik
3.1.1 Pantai Sukamade Taman Nasional Meru Betiri
Secara administrative Taman Nasionla Meru Betiri terletak di Kabupaten
Jember dan Kabupaten Banyuwang Provinsi Jawa Timur. Secara geografis Pantai
Sukamade terletak pada 113⁰ 88’67.92” BT dan 8⁰ 55’87.73” LS. Dengan luas
2.155 ha, perluasan ini mencakup dua wilayah perkebunan yaitu PT Bandealit dan
PT Sukamade Baru.
Pantai Sukamade, Kabupaten Banyuwangi dengan panjang garis pantai 3400
m merupakan lokasi tempat bertelurnya penyu di kawasan TNMB, yang dibagi
menjadi 32 sektor dengan jarak antar sektor yaitu 100 m. Di dalam pengelolaan
Pantai Sukamade, dibentuk sebuah unit kerja yaitu Unit Pengelolaan Konservasi
Penyu (UPKP) yang dilengkapi dengan ruang penetasan semi alami berupa
bangunan dengan luas ±120 m2 dengan atap berupa asbes.

3.1.2 Pantai Cemara Kabupaten Banyuwangi


Pantai cemara merupakan salah satu pantai yang berada di Desa Pakis
Kecamatan Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi. Pantai ini terletak di koordinat
114° 37' 31.70" BT - 8° 26' 38.75" LS. Batas wilayah Pantai Cemara yaitu Pada
bagian utara, pantai Cemara berbatasan dengan pantai Sari dan Pada bagian
timur berbatasan dengan selat bali.
Tempat ini terdiri dari tempat pembesaran dan edukasi penyu. Pantai Cemara
memiliki panjang pantai 2000 meter dan merupakan tempat bertelur bagi beberapa
spesies penyu antara lain penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu lekang
(Lepidochelys olivacea) namun yang paling dominan penyu lekang (Lepidochelys
olivacea).

3.2 Penyu
Berdasarkan hasil pengamatan jenis penyu yang mendarat dan bertelur di
Pantai Sukamade dan Pantai Cemara selama melakukan praktik, mendapatkan
dua jenis penyu yaitu penyu hijau (Chelonia mydas) dan Penyu Lekang
(Lepidochelys olivacea). Kedua jenis penyu dimaksud menurut menurut Hirth
(1971) memiliki klasifikasi sebagai berikut. Pengenalan terhadap bagian-bagian
tubuh penyu beserta fungsinya sangat diperlukan agar dapat melakukan
identifikasi dengan baik. Gambaran bagian-bagian tubuh tubuh penyu dapat dilihat
pada gambar.
11

Gambar 4. Bagian-bagian tubuh penyu beserta fungsi

1. Karapas, yaitu bagian tubuh yang dilapisi zat tanduk, terdapat di bagian
punggung dan berfingsi sebagai pelindung.
2. Plastron, yaitu penutup pada bagian dada dan perut.
3. Infra Marginal, yaitu keping penghubung antara bagiam karapas dan plastron.
Bagian ini dapat digunakan sebagai alat identifikasi.
4. Tungkai depan, yaitu kaki berenan di dalam air, berfungsi sebagai alat dayung.
5. Tungkai belakang, yaitu kaki bagian belakang (pore fliffer), berfungsi sebagai
atal penggali.

Selama melakukan praktik di pantai sukamade dan pantai cemara, terdapat


dua jenis penyu yang mendarat dan bertelur di dua lokasi selama melakukan
praktik, yaitu jenis penyu Hijau (Chelonia mydas) dan penyu Lekang (Lepidochelys
olivacae) pada bulan Maret-Mei 2022 sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 5
dengan jumlah telur yang dapat dilihat di Lampiran 3. Di Pantai Sukamade selama
praktik terdapat penyu hijau sebanyak 286 ekor dengan jumlah telur 14,919 butir
dan untuk jenis penyu lekang yang mendarat sebanyak 16 ekor dengan jumlah
telur 1,728 butir. Di pantai Cemara tidak terdapat jenis penyu hijau yang mendarat
tetapi terdapat jenis penyu lekang yang mendarat sebanyak 21 ekor dengan
jumlah telur 1,516 butir. Induk penyu di Pantai Sukamade dalam sekali bertelur
dapat menghasilkan telur antara 61 butir sampai 165 butir, di Pantai Cemara induk
penyu dalam sekali bertelur dapat menghasilkan 81 butir sampai 115 butir.
Lebar Kerapas Lengkung Curve Carapace Width (CWW) pada penyu Hijau
(Chelonia mydas) dewasa yang ditemukan berkisar antara 87 cm sampai dengan
113 cm dengan Panjang Kerapas Lengkung Curve Carapace Length (CCL)
berkisar antara 96 cm sampai dengan 118 cm. Sementara itu CCW pada penyu
Lekang (Lepidochelys olivacea) yang ditemukan di berkisar antara 62 cm sampai
dengan 93 cm dengan CCL berkisar antara 84 cm sampai dengan 74 cm. Seperti
pada (gambar 5) merupakan pengukuran karapas pada penyu yan ditemukan.
12

Gambar 5. Pengukuran Karapas Penyu

1. Penyu Hijau (Chelonia mydas)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Testudines
Family : Cheloniidae
Genus : Chelonia
Spesies : Chelonia mydas

Gambar 6. Penyu Hijau (Chelonia mydas)

Penyu hijau memiliki tempurung punggung yang terdiri dari sisik – sisik yang
tidak tumpang tindih. Warna kerapas penyu hijau yaitu abu-abu dan kehitaman
dengan titik-titik gelap (Ka, 2000). Hal ini sesuai dengan pernyataan Karnan (2008)
penyu hijau bukan karena sisiknya berwarna hijau tetapi, tubuhnya bisa berwarna
abu-abu, kehitaman atau kecoklatan dan karapasnya seringkali ditandai dengan
13

titik-titik yang lebih gelap atau loreng-loreng (Suwelo et al., 1992). Warna karapas
pada tukik adalah hitam, remaja berwarna coklat dengan bercak kekuningan
menyebar (radiating streak) kemudian warnanya akan bervariasi saat dewasa
mulai dari warna coklat muda, coklat kemerahan, kadang terdapat bintik yang lebih
gelap dari warna dasarnya (Juliono & Ridhwan, 2017). Penyu hijau (Chelonia
mydas) merupakan jenis penyu yang paling sering ditemukan dan hidup di laut
tropis (Pradana et al., 2012). Morfoligi penyu Hijau (Chelonia mydas) dapat dilihat
pada gambar.

2. Penyu Lekang (Lepidochelys olivacae)


Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Reptillia
Ordo : Testudines
Family : Cheloniidae
Genus : Lepidochelys
Spesies : Lepidochelys olivacea

Gambar 7. Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)

Penyu lekang (Lepidochelys olivaceae) merupakan salah satu dari enam


jenis penyu yang ada di Indonesia (Maulany et al., 2012). Penyu lekang termasuk
di antara jenis penyu terkecil, dengan berat 31-43 kg (Rachman, 2021). Warna
karapasnya abu-abu kehijauan, tukiknya berwarna abu-abu. Saat ini populasi
penyu lekang di Indonesia terus menurun. Penurunan ini disebabkan oleh
beberapa faktor mulai dari predator alami penyu hingga alam, namun yang paling
banyak adalah dari manusia (Rumere, 2010). Karapas penyu sering dijadikan
kerajinan yang indah dan mahal sehingga banyak manusia yang mencari untuk
dijual ke pengerajin (Setyawan et al., 2015). Penyu lekang banyak ditemukan di
Samudra Atlantik, Samudra Pasifik, Samudra Hindia dan Asia Tenggara (Wahyudi
et al., 2021). Menurut Nuitja (1992) pada umumnya besar dan kecilnya ukuran
14

karapas penyu dapat digunakan untuk mengetahui populasi umur penyu dan juga
berpengaruh pada ukuran dan jumlah telur penyu yang di hasilkan (Krismono et
al., 2017). Morfoligi penyu Lekang ( Lepidochelys olivaceae) dapat dilihat pada
gambar.

3.3 Identifikasi Populasi Berdasarkan Jenis


Populasi penyu hijau dan penyu lekang di Indonesia terus menurun,
penurunan populasi penyu hijau dan penyu lekang di alam disebabkan oleh
pencurian telur dan anak penyu (tukik) semakin meningkat, lalu lintas air yang
semakin ramai oleh para nelayan serta para pengunjung dan banyaknya vegetasi
yang rusak akibat terjadinya abrasi yang mengakibatkan terjadinya
pendegradasian habitat penyu.
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil pengamatan yang dilakukan di
Konservasi Penyu Pantai Sukamade dan Pantai Cemara di Banyuwangi, pada
bulan Maret-Mei tahun 2022 berdasarkan jenis dan jumlah penyu, dapat dilihat
pada Gambar 5.

350

300

250 286

200
EKOR

150

100

50
16 0 21
0
P Sukamade P Cemara

Penyu Hijau Penyu Lekang

Gambar 8. Identifikasi Populasi Berdasarkan Jenis (sumber: Data Pribadi)

Berdasarkan dari hasil pengamatan jenis penyu yang mendarat dan bertelur
di dua lokasi selama melakukan praktik, terdapat dua jenis penyu yang ditemukan
yaitu Penyu Hijau (Chelonia mydas) dan penyu Lekang (Lepidochelys olivacae)
pada bulan Maret-Mei 2022 di pantai sukamade dan pantai cemara, sebagaimana
dapat dilihat pada Gambar 5 dengan jumlah telur yang dapat dilihat di Lampiran 3.
Di Pantai Sukamade selama praktik terdapat 286 sarang penyu hijau dengan
jumlah telur 14,919 butir dan untuk jenis penyu lekang terdapat 16 sarang dengan
jumlah telur 1,728 butir. Di pantai Cemara tidak terdapat jenis penyu hijau yang
mendarat tetapi terdapat jenis penyu lekang yang mendarat. Dari hasil
pengamatan terdapat 21 sarang dengan jumlah telur 1,516 butir. Induk penyu di
Pantai Sukamade dalam sekali bertelur dapat menghasilkan telur antara 61 butir
15

sampai 165 butir, di Pantai Cemara induk penyu dalam sekali bertelur dapat
menghasilkan 81 butir sampai 115 butir.
Ada beberapa aktivitas penyu yang mendarat pada saat melakukan
pengamatan di pantai sukamade dan pantai cemara Kabupaten Bayuwangi.
Jumlah penyu yang mendarat dan aktivitas penyu dapat di lihat pada tabel 2.

Tabel 3. Aktivitas Penyu Yang Medarat


LOKASI MENDARAT(ekor) BERTELUR(ekor) MEMETI(ekor)
P. SUKAMADE 302 162 140
P. CEMARA 21 16 5

Penyu yang mendarat di kedua pantai tidak semuanya melakukan proses


peneluran, ada juga beberapa penyu yang naik hanya memeti (melakukan
perjalanan di tepi pantai) (Roemantyo et al., 2012). Di pantai sukamade jemlah
penyu yang mendarat sebayak 302 ekor, penyu yang melakukan proses peneluran
berjumlah 162 ekor dan yang memeti (melakukan perjalanan di tepi pantai)
berjumlah 140 ekor. Dan patai cemara jumlah penyu yan mendarat sebanyak 21
ekor, penyu yang melakukan peneluran berjumlah 16 ekor dan yang memeti
(melakukan perjalanan di tepi pantai) berjumlah 5 ekor.

3.4 Karakteristik Habitat Peneluran Penyu


Umumnya penyu memilih karakteristik pantai yang landai untuk bertelur
kemudian penyu Hijau dan Penyu Lekang mempunyai 3 macam habitat dalam
siklus hidupnya yaitu habitat makan dan habitat kawin penyu berada di perairan
yang memiliki karang, dan untuk habitat bertelur berada di pantai (Pratama &
Romadhon, 2020). Habitat peneluran pada praktik akhir ini adalah di Pantai
Sukamade dan Pantai Cemara, yang memiliki karakteristik lingkungan meliputi
kemiringan pantai, lebar pantai, suhu dan kelembaban pasir, substrat pasir,
vegetasi pantai, predator (kepiring kecil) serta makanan penyu. Keadaan pantai
peneluran harus tenang, tidak ada badai yang kencang dan dalam keadaan yang
gelap (Susilowati, 2002).
Habitat peneluran penyu memiliki karakteristik lingkungan yang khas. Habitat
peneluran penyu terletak diwilayah pesisir pantai, ketika penyu muncul didarat
untuk bertelur, penyu akan memasuki lingkungan heterogen yang relative luas,
sehingga penyu akan memilih lokasi tertentu untuk membuat sarang telur. Pantai
untuk bertelur harus mudah dijangkau oleh penyu (Tambun, 2017). Posisinya
sedikit lebih tinggi agar sarang penyu tidak terendam ketika pasang tertinggi
(Maftuchah, 2015). Lingkungan pantai terdapat dalam lingungan salinitas rendah,
lembab, dan substrat memiliki ventilasi yang baik agar tidak tergenang ketika masa
inkubasi (Eko et al., 2020). Karakteristik lingkungan tersebut akan mempengaruhi
keberhasilan pendaratan penyu dan proses penetasan telur penyu. Karakter fisik
tersebut antara lain kemiringan pantai, suhu sarang, Kelembaban sarang, ukuran
partikel sedimen, kondisi diatas pantai, kondisi laut disekitar pantai peneluran dan
sebagainya (Relva et al., 2020).
16

Habitat penyu sangat mempengaruhi dalam persarangannya, pada kawasan


pantai berpasir, dan juga vegetasi naungan dan perakarannya baik di pulau besar
maupun di pulau kecil. Hal ini menjadi pilihan penyu dalam meningkatkan
populasinya, ketersedian makanan, Perairan tempat kawin di sekitar pulau dan
pesisir pantai yang berpasir, dan juga perlindungan terhadap predator alami
maupun manusia (Sulumasi et al., 2020). Penyu melakukan persarangan, pada
umumnya ditemukan pada pasir berstektur halus sampai sedang dengan
komposisi pasir lebih dari 85% (Parinding, 2021). Lebar pantai juga berpengaruh
terhadap penyu dalam aktivitasnya untuk pembuatan sarang. Penyu memiliki
kecenderungan untuk memilih lokasi pantai yang luas dengan panjang dan lebar
pantai yang sempit. Penyu akan lebih mudah dalam menentukan lokasi peneluran
apabila garis pantainya panjang, sehingga terdapat area yang cukup luas dalam
melakukan observasi atau meyakinkan diri bahwa lokasi peneluran sudah cukup
aman dan jauh dari predator, sedangkan lebar pantai yang sempit akan
mempermudah induk penyu untuk kembali ke perairan setelah melaukan proses
peneluran (Mansula & Romadhon, 2020). Salah satu faktor pendukung
keberhasilan dalam konservasi penyu adalah habitat peneluran yang cukup baik
(Sahureka et al., 2018).

3.4.1 Karakteristik Kemiringan Pantai di Pantai Sukamade dan Pantai Cemara


Menurut Agustina et al. (2010), lebar dan kemiringan pantai juga sangat
berpengaruh pada penyu yang mendarat dan membuat sarang (Panjaitan, 2012).
Kemiringan pantai sangat berpengaruh terhadap penyu yang akan bertelur,
dikarenakan semakin curam pantai maka semakin banyak energi yang dibutuhkan
untuk naik dan penyu akan sulit untuk melihat objek yang ada didepan (Dharmadi
& Wiadnyana, 2017). Penyu menyukai pantai yang memiliki kemiringan 30°.
Pengukuran kemiringan pantai, dilakukan dengan menggunakan Roll meter
dengan tongkat berskala ukuran panjang 2 meter pengukuran ini dilakukan dari
batas pantai teratas dengan asumsi bahwa kemiringan pantai dari batas pasang
tertinggi sampai surut terendah adalah sama (Septikaningrum, 2020).
Berdasarkan dari hasil pengamatan bahwa kemiringan pantai dari masing-
masing pantai dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 4. Kemiringan Pantai di Lokasi Praktik
Lebar Pantai (m) Kemiringan Pantai (⁰)
Stasiun Pantai Pantai Pantai Pantai
Sukamade Cemara Sukamade Cemara
1 28.8 10 3.02 5
2 27 9.49 4 12.64
3 26.9 8.92 4.46 9.42
4 28.2 12.65 6.38 7.91
5 25 10.68 4.8 7.49
6 25.5 10.12 5.18 6.13
7 26 11.52 3.73 6.25
8 23 12 6.09 8.33
9 23.2 10.45 5.82 7.85
10 21.6 12.23 3.94 8.99
17

Dapat dilihat pada Tabel diatas, hasil dari pengukuran kemiringan pantai,
Pantai Sukamade memiliki rentang kemiringan pantai antara 3,02⁰-6,38⁰, Pantai
Cemara memiliki rentang kemiringan pantai antara 5⁰-12,64⁰. Berdasarkan
kesesuaian biofisik habitat bertelur penyu Pantai Sukamade, dan Pantai Cemara
memiliki kemiringan pantai yang sesuai bagi penyu untuk mendarat dan bertelur
karena kedua pantai tersebut memiliki kemiringan pantai kurang dari 30°. Semakin
curam pantai maka akan semakin besar pula energi penyu yang diperlukan untuk
naik membuat sarang dan semakin sulit penyu melihat objek yang berada jauh di
depan, karena mata penyu hanya mampu berakomodasi dan melihat dengan baik
pada sudut 150° ke bawah (Yusuf, 2000). Saat bertelur penyu Hijau dan Lekang
cenderung memilih pantai yang landai dan luas yang terletak di atas bagian pantai
dengan rata-rata kemiringan 30° (Limpus, 1984).

a. Peta Lokasi Pengukuran Kemiringan Pantai Sukamade


Pegukuran kemiringan pantai yang dilakukan di pantai sukamade berdasarkan
penyu yang naik dan bertelur, jumlah titik sampel pengukuran kemiringan
berjumlah 10 titik. Peta lokasi pegukuran kemiringan pantai dapat dilihap pada
gambar 9.

Gambar 9. Peta Lokasi Pengukuran Kemiringan Pantai Sukamade

Pada pantai sukamade lokasi pendaratan penyu dengan panjang pantai


3.400 m, dibagi menjadi 32 sektor dengan antar sektor yaitu 100 m, sepanjang
pantai merupakan lokasi pendaratan penyu untuk bertelur dan memeti.
Pengukuran kemiringan pantai di pantai sukamade berdasarkan penyu yang naik,
pengukuran kemiringan diambil 10 titik stasiun, titik stasiun pendaratan penyu
dapat dilihat pada gambar 9.
18

b. Peta Lokasi Pengukuran Kemiringan Pantai Cemara


Pegukuran kemiringan pantai yang dilakukan di pantai cemara berdasarkan
penyu yang naik dan bertelur, jumlah titik sampel pengukuran kemiringan
berjumlah 10 titik. Peta lokasi pegukuran kemiringan pantai dapat dilihap pada
gambar 10.

Gambar 10. Peta Lokasi Pengukuran Kemiringan Pantai Cemara

Pada pantai cemara lokasi pendaratan penyu dengan panjang pantai 2000
m, pada pantai cemara tidak ada pembagian sektor, penyu naik dan bertelur di
sepanjang pantai merupakan lokasi pendaratan penyu untuk bertelur dan memeti.
Pengukuran kemiringan pantai di pantai cemara berdasarkan penyu yang naik,
pengukuran kemiringan diambil 10 titik stasiun, titik stasiun pendaratan penyu
dapat dilihat pada gambar.

3.4.2 Karakteristik Tekstur Pasir Pantai Sukamade dan Pantai Cemara


Substrat merupakan media untuk meletakkan telur penyu yang umumnya
berpasir. Kandungan pasir akan cepat menyerap panas pada siang hari akibat
sinar matahari dan akan lama menyimpan suhu hangat yang berfungsi dalam
masa inkubasi telur penyu (Firliansyah et al., 2017). Daerah peneluran sebagai
ruang tempat bertelur penyu, mempunyai karakteristik yang menarik naluri penyu
untuk membuat sarang. Karakteristik pasir pantai sebagai media tempat penyu
bertelur dapat kita lihat pada Tabel 4.
19

Tabel 5. Tekstur Substrat Pasir


Komponen
Tekstur 5 Fraksi
Pasir Pasir
Pasir Halus Sangat Debu
Lokasi (%) Halus (%) Liat (%)
Kasar(%) (%)

P Sukamade 95,5 0,05 0,03 0,05 0,10


P Cemara 99,64 0,04 0,02 0,10 0,20

Ukuran butir pasir digunakan sebagai data pelengkap dan perbandingan.


Pengukuran butiran pasir difokuskan untuk mendapatkan persentase berat
masing- masing ukuran diameter butiran pasir (Fajasri et al., 2019). Faktor yang
mempengaruhi masa inkubasi telur Penyu selain suhu dan kelembaban adalah
tekstur dan komposisi pasir, kadar oksigen dan iklim . Dari hasil analisis fraksi pasir
pada peneluran penyu di Pantai Sukamade dan Pantai Cemara menunjukkan
bahwa fraksi pasir di Pantai Sukamade terdiri dari pasir kasar 95,5%, pasir halus
sebesar 0,05%, pasir sangat halus 0,3%, debu sebesar 0,05%, liat sebesar 0,10%.
Dan untuk fraksi pasir di Pantai Cemara menunjukkan bahwa fraksi pasir terdiri
dari pasir kasar sebesar 99,64%, pasir halus sebesar 0,04%, pasir sangat halus
sebesar 0,02%, debu sebesar 0,10%, dan liat sebesar 0,20%. Tekstur pasir dari
kedua pantai yaitu di pantai Sukamade dan pantai cemara dalam kateori sesuai
karena susunan tekstur pasir dengan butiran pasir tidak kurang dari 90%. Sesui
dengan pendapat Nuitja (1992) menyatakan bahwa susunan tekstur substrat
habitat peneluran penyu berupa pasir yang tidak kurang dari 90%. Penyu tidak
menyukai pantai dengan pasir sangat halus karena pasir yang terlalu halus akan
menyebabkan penyu sulit membuat sarang dan sarang akan mudah longsor
(Ridwan & Sara, n.d.). karakteristik pantai yang dipilih penyu lekang (L. olivacea)
sebagai tempat bertelur adalah pantai berpasir halus dengan hamparan yang luas
dan landai serta substrat pasir yang berwarna gelap (Sabilillah, 2014).

3.4.3 Vegetasi Pantai


Vegetasi pantai memiliki peran yang sangat penting bagi penyu untuk
melindungi telur terkena langsung sinar matahari, mencegah perubahan suhu
yang yang tajam di sekitarnya dan melindungi sarang dari gangguan predator serta
memberikan pengaruh terhadap kelembaban, suhu dan kestabilan pada pasir
yang memberikan keamanan saat penggalian lubang sarang (Armos et al., 2008).
Vegetasi juga berpegaruh dalam proses peneluran penyu (Wiyandhita & Koswara,
2017). Keberhasilan menetas telur penyu dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya kondisi lingkungan sarang. Dan selain untuk perlindungan dari cahaya
sinar matahari vegetasi tersebut juga dapat melindungi sarang telur dari para
predator juga para pemburu telur yang tidak bertanggung jawab. Vegetasi
berperan penting bagi penyu untuk melindungi telur nya agar tidak terkena
paparan sinar matahari secara langsung, mencegah perubahan suhu yang tinggi
serta melindungi sarang dari keruntuhan pasir (Manurung & Rifanjani, 2015).
Macam-macam jenis vegetasi seperti: Pandan laut (Pandanus tectorius),
20

Ketapang (Terminalia cattapa), Waru (Hibiscus tiliaceus), Nyamplung (Calophylum


inophylum), Bakung (Crinum asiacitum) Babakoan (Calotropis gigantea) (Harahap
et al., 2015).
Jenis vegetasi pantai di Pantai Sukamade dan Pantai Cemara, Provinsi Jawa
Timur, dapat dilihat pada (Tabel ) :

Tabel 6. Jenis Vegetasi Pantai


No Jenis Vegetasi Pantai Sukamade Pantai Cemara
1 Ketapang (Terminalia cattapa)  
2 Pandan Laut(Pandanus tectorius)  
3 Katang-Katang(Ipomoea pes capre)  
4 Waru(Hibiscus tiliaceus)  
5 Rumput Lari(Spinifex littoreus)  
Cembirit(Tabernaemontana
6
sphaerocarpa)  
7 Butun(Barringtonia asiatica)  
8 Cemara Laut(Casuariana equisetifalio) 

Berdasarkan hasil pengamatan vegetas, vegetasi yang didapatkan dari


kedua pantai yaitu pantai Sukamade dan Pantai Cemara adalah Cemara laut
(Casuarina equisetifolia), Pandan Laut (Pandanus tectorius), Katang-Katang
(Ipomoea pes capre), Ketapang (Terminalia catappa), Waru (Hibiscus tiliaceus).
Hal ini sesuai dengan pernyataan Bustard (1972) yang menjelaskan bahwa penyu
cenderung memilih pantai berpasir tebal dengan latar belakang vegetasi sebagai
tempat bertelurnya karena akan memberikan ketenangan dan rasa aman bagi telur
atau calon induk penyu mendatang. Penyu hijau paling sering bersarang di daerah
bervegetasi (Chan et al., 2007).

3.5 Karakteristik Sarang


3.5.1 Suhu Sarang
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi status kepunahan penyu saat
salah satunya adalah rendahnya keberhasilan daya tetas telur yang dipengaruhi
oleh perubahan iklim dan suhu (Ditmer & Stapleton, 2012). Suhu pasir sarang
memiliki peran penting terhadap kebugaran tukik, baik kecepatan penetasan telur
maupun kemampuan (berdasarkan kecepatan morfologi dan berenang)
menghadapi predator. Pengukuran suhu diperlukan untuk menjadi acuan bagi
tempat penetasan buatan (Satriadi et al., 2003). Perbedaan suhu pada tiap sarang
dipengaruhi oleh banyak faktor, sedikitnya intensitas cahaya yang diterima
permukaan sarang karena kalor akan diserap dan dirambatkan kepermukaan pasir
yang lebih dalam dan sebagian akan dipantulkan (Rofiah et al., 2012). Booth et al.,
2004, menyatakan bahwa suhu mempengaruhi jenis kelamin. Pada suhu ≤24°C
menghasilkan penyu jantan, sedangkan pada suhu ≥32°C menghasilkan penyu
betina. Suhu yang lebih rendah juga menunjukkan penambahan masa inkubasi .
Fuentes, 2010 menunjukkan bahwa suhu diatas 33°C dan dibawah 24°C
menyebakan kematian telur penyu. Suhu juga berpengaruh terhadap lamanya
periode inkubasi dan diferensiasi jenis kelamin (Afandy, 2016).
21

Pengamatan suhu dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari, yaitu Pagi hari
pada pukul 06.00 WIB, Siang hari pada pukul 12.00 WIB dan Sore 18.00 WIB.
Data suhu sarang semi alami dan sarang alami di Pantai Sukamade dan Pantai
Cemara dapat dilihat pada (Gambar 6).

1. Suhu Sarang Semi alami dan Alami Pantai Sukamade

40
35
30
25
SUHU C⁰

20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Suhu semi alami 6:00 Suhu semi alami 12:00 Suhu semi alami 18:00
Suhu Alami 6:00 Suhu Alami 12:00 Suhu Alami 18:00

Gambar 11. Suhu Sarang Semi alami dan Alami Pantai Sukamade

Dari gambar diatas suhu sarang semi alami dan sarang alami di Pantai
Sukamade selama 15 hari. Suhu sarang semi alami pada pagi hari berkisar antara
23-28°C, suhu paling tinggi yaitu 28°C dan paling rendah yaitu 23° C. Pada siang
hari suhu berkisar antara 28-33°C, suhu paling tinggi yaitu 33°C dan suhu paling
rendah yaitu 28°C. Pada sore hari suhu berkisar antara 20-25°C, suhu paling tinggi
yaitu 25°C suhu paling rendah yaitu 20°C. Suhu sarang alami pada pukul 06:00
suhu berkisar antara 26-29°C, suhu paling tinggi yaitu 29°C dan paling rendah
yaitu 26° C. Pada pukul 12:00 suhu berkisar antara 30-35°C, suhu paling tinggi
yaitu 35°C dan suhu paling rendah yaitu 20°C. Dan pada pukul 18:00 suhu berkisar
antara 26-29°C, suhu paling tinggi yaitu 29°C suhu paling rendah yaitu 26°C.
Pengamata suhu sarang alami lebih tinggi dibandingka suhu sarang semi alami
hal ini disebebkan oleh tidak terdapatnya naungan atau atap pada sarang alami
yang membuat sinar matahari secara langsung mengenai sarang, sehingga panas
dirambatkan ke dalam sarang. Sedangkan pada suhu sarang semi alami relativ
rendah dikarenakan terdapatnya atap atau naungan yang membuat chaya
matahari tidak dapat langsung menyinari sarang.
22

2. Suhu Sarang Semi Alami dan Alami Pantai Cemara

40
35
30
25
SUHU C⁰

20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Suhu Semi alami 6:00 Suhu Semi alami 12:00 Suhu Semi alami 18:00
Suhu Alami 6:00 Suhu Alami 12:00 Suhu Alami 18:00

Gambar 12. Suhu Sarang Semi Alami dan Alami Pantai Cemara.

Gambar diatas merupakan hasil pengamatan suhu sarang semi alami dan
sarang alami di Pantai Cemara selama 15 hari. Suhu sarang semi alami pada pagi
hari suhu berkisar antara 26-28°C, suhu paling tinggi yaitu 28°C dan paling rendah
yaitu 26° C. Pada siang hari suhu berkisar antara 29-33°C, suhu paling tinggi yaitu
33°C dan suhu paling rendah yaitu 29°C. Pada sore hari suhu berkisar antara 25-
28°C, suhu paling tinggi yaitu 28°C suhu paling rendah yaitu 25°C. Suhu sarang
alami pada pukul 06:00 suhu berkisar antara 23-27°C, suhu paling tinggi yaitu
27°C dan paling rendah yaitu 23° C. Pada pukul 12:00 suhu berkisar antara 28-
35°C, suhu paling tinggi yaitu 35°C dan suhu paling rendah yaitu 28°C. Pada pukul
18:00 suhu berkisar antara 25-28°C, suhu paling tinggi yaitu 28°C suhu paling
rendah yaitu 25°C. Pada suhu sarang alami dan sarang semi alami di pantai
cemara relativ sama hal ini dikarenakan penetasan semi alami pantai cemara
berada tepat di pinggir pantai, hal itu yang membuat suhu antara sarang semi
alami dan sarang alami relativ sama.

3.5.2 Kelembaban Sarang


Besarnya kelembaban berbanding terbalik dengan besarnya suhu, semakin
tinggi nilai kelembaban maka suhunya akan semakin rendah dan semakin dalam
sarang maka kelembabannya akan semakin tinggi (Yulmeirina et al., 2016). Hal ini
dikarenakan pasir memiliki pori-pori yang berfungsi sebagai alat sirkulasi udara
dan air (Juliono & Ridhwan, 2017). Air dan udara dalam sarang pasir berakumulasi
sehingga terjadi uap air. Kandungan uap air banyak terdapat pada sarang dengan
kedalaman yang jauh dari permukaan (Rouli, 2018). Kelembaban pasir dalam
rentang yang normal 69-95% (Anshary et al., 2014).
Kelembaban substrat merupakan parameter yang berperan dalam masa
inkubasi atau penetasan telur penyu. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali
dalam sehari, yaitu Pagi hari pada pukul 06.00 WIB, Siang hari pada pukul 12.00
23

WIB dan Sore 18.00 WIB. Data kelembaban sarang semi alami dan Sarang alami
Pantai Sukamade dan Pantai Cemara dapat dilihat pada lampiran dan gambar
berikut:

1. Kelembaban Sarang Semi alami dan Alami Pantai Sukamade

120

100
KELEMBABAN %

80

60

40

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Kelembaban semi alami 6:00 Kelembaban semi alami 12:00


Kelembaban semi alami 18:00 Kelembaban alami 6:00
Gambar 14. Kelembaban Sarang
Kelembaban alami 12:00 SemiKelembaban
alami Pantai Sukamade
alami 18:00

Gambar 13. Kelembaban Sarang Semi alami dan Alami Pantai


Sukamade

Gambar diatas merupakan hasil pengamatan suhu sarang semi alami dan
sarang alami di Pantai Sukamade selama 15 hari. Kelembaban sarang semi alami
di Pantai Sukamade pada pukul 06:00, berkisar antara 78-90%. Pada siang hari
pukul 12:00, kelembaban berkisar antara 70-80%. Pada sore hari pukul 18:00,
kelembaban berkisar antara 82-98%. Kelembaban sarang alami di Pantai
Sukamade. Pada pagi hari pukul 06:00, nilai kelembaban berkisar antara 70-89%.
Pada siang hari, pukul 12:00, nilai kelembaban berkisar antara 70-80% dan pada
sore hari, pukul 18:00, nilai kelembaban yang didapatkan berkisar antara 70-80%.
Kelembaban pada sarang penetasan semi alami di pantai sukamade cukup tinggi,
hal ini disebabkan oleh suhu pada penetasan semi alami tergolong rendah hal itu
yang membuat kelembaban semakin tinggi. Menurut Putera (2015) Kelembaban
sarang memberikan pengaruh besar terhadap penetasan telur, karena
kelembaban yang terlalu rendah dan kelembaban pasir yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan pembusukan pada telur penyu.
24

2. Kelembaban Sarang Semi alami dan Alami Pantai Cemara

100
90
80
70
60
KELEMBABAN %

50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Kelembaban semi alami 6:00 Kelembaban semi alami 12:00


Kelembaban semi alami 18:00 Kelembaban alami 6:00
Kelembaban alami 12:00 Kelembaban alami 18:00

Gambar 15. Kelembaban Sarang Semi alami dan Alami Pantai Cemara

Gambar diatas merupakan hasil dari pengamatan kelembaban sarang semi


alamu dan sarang alami di Pantai Cemara. Kelembaban sarang semi alami di
Pantai Cemara pada pukul 06:00, berkisar antara 75-82%. Pada siang hari pukul
12:00, kelembaban berkisar antara 70-78%. Pada sore hari pukul 18:00,
kelembaban berkisar antara 70-87%. Kemudian kelembaban pada sarang alami
di Pantai Cemara, Pada pagi hari, nilai kelembaban berkisar antara 75-80%. Pada
siang hari, pukul 12:00, nilai kelembaban berkisar antara 70-78% dan pada sore
hari, pukul 18:00, nilai kelembaban yang didapatkan berkisar antara 71-86%.
Hasil pengamatan di kedua Pantai yaitu Pantai Sukamade dan Pantai
Cemara, menunjukkan bahwa kelembaban di seluruh lokasi praktik sesuai bagi
penetasan penyu. Kelembaban pasir dalam rentang yang normal 69%-95%
(Samosir et al., 2018). Lingkungan yang memiliki tingkat kelembaban rendah
memiliki persentase kematian lebih tinggi, karena telur penyu sangat sensitif
terhadap kekeringan (Nugroho et al., 2017).

3.5.3 Kedalaman dan Diameter Sarang


Kedalaman sarang sangat berpengaruh terhadap suhu didalam sarang.
Kedalaman sarang dapat menjaga suhu sarang stabil. Menurut Nuitja (1992)
bahwa pada kedalaman lebih besar dari 35 dari permukaan pasir fluktuasi atau
perbedaan temperaturnya benar-benar stabil, sehingga memungkinkan telur-telur
penyu dapat menetas dalam persentase tinggi (Sudarsono, 2019). Dari faktor
kedalaman sarang, didapatkan bahwa kedalaman sarang berpengaruh terhadap
daya tetas telur penyu (Sumarmin et al., 2012).
Menurut Miller (1999) kedalaman yang sesuai 48,5-85,5 cm. Kedalaman
sarang dari tiap induk bervariasi dan tidak menutup kemungkinan bahwa dari satu
induk dapat menghasilkan kedalaman sarang yang bervariasi sesuai dengan
25

jumlah telur yang dikeluarkan ketika induk itu bertelur (Akbarinissa et al., 2018).
Semakin banyak telur yang dihasilkan semakin dalam penggalian sarang yang
dilakukan induk penyu tersebut (Bara et al., 2013).
Berikut data hasil pengukuran kedalaman dan diameter sarang penyu yang
didapatkan selama Praktik di Pantai Sukamade dan Pantai Cemara, Kabupaten
Banyuwangi. Kedalaman sarang dapat dilihat pada gambar 16.

100
90
80 90
70
60 70
50
40 50
43
30
20
10
0
P. Sukamade P. Cemara

Maximum Minimum

Gambar 16. Kedalaman sarang alami pantai sukamade dan pantai


cemara

Gambar diatas merupakan hasil dari pengukuran kedalaman sarang penyu


alami di Pantai Sukamade dan Pantai Cemara berdasarkan penyu bertelur yang
ditemukan selama praktik. Di Pantai Sukamade kedalaman saran yang ditemukan
berkisar antara 70-90 cm. Dan di Pantai Cemara kedalaman sarang yang
ditemukan berkisar antara 43-50 cm. Dari hasil diatas kedalaman sarang dari
kedua pantai masih sesuai, di karenakan semakin banyak telur yang dihasilkan
semakin dalam penggalian sarang yang dilakukan induk penyu tersebut.

30

25
26 25
20
21
15 18

10

0
P. Sukamade P. Cemara

Maximum Minimum

Gambar 17. Diameter sarang alami


26

Data diameter sarang penyu di lokasi praktik. Sarang alami di Pantai


Sukamade dengan diameter sarang kisaran 21-26 cm, sarang alami di Pantai
Cemara dengan diameter sarang kisaran 18-25 cm. Diameter tersebut masih
diantara kisaran sesuai dengan diameter sarang penyu. Diameter sarang dapat
dilihat pada gambar 17.

3.6 Upaya Konservasi Penyu


Konservasi merupakan upaya yang sangat penting demi kelestarian penyu itu
sendiri dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh faktor ancaman seperti
perburuan liar terhadap telur maupun cangkang dari penyu, serta predator alami
(Ario et al., 2016). Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2011
menyebutkan bahwa kegiatan pengawetan dalam upaya konservasi dilakukan
melalui pengelolaan habitat dan populasi baik tumbuhan maupun satwa.
Pengawetan juga memiliki makna menjaga dan mengembangbiakkan jenis
tumbuhan dan satwa untuk menghindari bahaya kepunahan (Wichaksono, 2018).
Keterlibatan masyarakat dalam upaya konservasi penyu merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan pelestarian penyu yang dilakukan oleh masyarakat.
Masyarakat ikut berperan dalam upaya konservasi (Mumpuni, Susilo, & Rohman,
2015), hal ini adalah aspek yang fundamental karena berinteraksi di lingkungan
(relung ekologi) yang sama dengan penyu sehingga berpotensi terjadi konflik
(Arunde et al., 2018). Konservasi penyu adalah salah satu upaya yang diharapkan
dapat mencegah punahnya habitat penyu. Penyu merupakan salah satu kelompok
hewan yang sekarang ini terancam keberadaanya karena mendekati kepunahan
(Benni et al., 2017). Hal ini disebabkan karena sebagian kelompok menganggap
penyu menjadi salah satu hewan laut yang mempunyai kelebihan. Selain,
tempurung yang banyak diburu dibuat untuk cinderamata, dagingnya juga dapat
dimanfaatkan karena dianggap berkhasiat untuk kesehatan (Enrenfeld, 1974).
Dengan adanya Pelestarian Penyu maka kesadaran masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam menjaga kawasan pelestarian penyu akan semakin
meningkat (Harahap et al., 2015). Eksploitasi penyu yang berlebihan tanpa
menghiraukan pelestariannya, akan menyebabkan status populasi di alam yang
sudah langka semakin terancam punah sehingga diperlukan upaya untuk
melestarikan populasinya melalui konservasi (Wiguna et al., 2019).
Adapun upaya Konservasi yang dilakukan di pantai Sukamade dan Pantai
Cemara dalam hal upaya pelestarian penyu dengan cara melakukan relokasi telur
dari pantai menuju sarang semi alami sebanyak-banyaknya setiap malam hari
untuk melakukan penyelamatan telur penyu dari ancaman predator alami dan
manusia (Sulmartiwi et al., 2015). Monitoring pantai yang di lakukan sekitar pukul
20.00 – 00.00 WIB, dan dilanjutakan pada pagi hari pada pukul 05:00-07:00 WIB.
Selain relokasi telur penyu dari sarang alami ke sarang semi alami, upaya
pelestarian yang dilakukan yaitu dengan melakukan pelepasan anak penyu (Tukik)
yang telah menetas dan siap dilepaskan di alamnya. Kondisi lingkungan pada
sarang alami merupakan kondisi terbaik untuk penetasan telur penyu (Direktorat
Konservasi dan Taman Nasional Laut, 2009), namun karena sulitnya pengawasan,
ancaman predator, dan sebagainya maka perlu dilakukan upaya relokasi atau
27

pemindahan telur penyu ke sarang semi alami sebagai upaya konservasi (Liza,
2018).
Berikut merupakan data penetasan semi alami yang ada di pantai sukamade
dan pantai cemara Kabupaten Banyuwangi jawa timur, data yang terlampir
merupakan data penetasan semi alami pada tahun 2017 – 2021. Data penetasan
semi alami dapat dilihat pada gambar 17 dan 18.

a. Diagram Batang

160000
140000
120000
Jumlah Telur

100000
(Butir)

80000
60000
40000
20000
0
2017 2018 2019 2020 2021
Di Tetaskan 123901 10727 108518 151682 143076
Menetas 88159 76569 81822 114951 118567
Gagal 35742 30701 26696 35467 24509
Mati 825 465 801 173 702

Gambar 18. Data PSA Tahun 2017– 2021, Pantai Sukamade

Dari data 5 tahun terakhir untuk penetasan semi alami pantai Sukamade
dapat diketahui bahwa jumlah telur penyu yang ditetaskan tertinggi terjadi pada
tahun 2020 dengan jumlah telur 123,901 butir telur dan jumlah telur yang terendah
terjadi ditahun 2018 dengan jumlah 10,727 butir telur. Dan untuk telur yang
berhasil menetas tertinggi terjadi pada tahun 2021 dengan jumlah 118,567 ekor,
untuk jumlah telur menetas terendah terjadi pada tahun 2018 dengan jumlah
76,569 ekor. Kemudian untuk data telur yang gagal menetas tertinggi terjadi pada
tahun 2017 dengan jumlah 35,743 butir telur, dan yang terendah terjadi pada tahun
2021 dengan jumlah telur 24,509 butir yang gagal menetas.Dan untuk jumlah tukik
yang mati tertinggi terjadi pada tahun 2017 dengan jumlah tukik 825 ekor, dan
yang terendah terjadi pada tahun 2020 dena jumlah 173 ekor.
28

b. Diagram Batang
3500
3000
2500
Jumlah Telur
(Butir)

2000
1500
1000
500
0
2017 2018 2019 2020 2021
Di Tetaskan 1302 2140 1756 615 3263
Menetas 1078 1242 1639 539 3093
Gagal 212 952 112 89 157
Mati 12 13 5 5 3

Gambar 19. Data PSA Tahun 2017– 2021, Pantai Cemara

Gambar diatas menunjukan data 5 tahun terakhir untuk penetasan semi


alami pantai Cemara, dapat diketahui bahwa jumlah telur penyu yang ditetaskan
tertinggi terjadi pada tahun 2021 dengan jumlah telur 3,263 butir telur dan jumlah
telur yang terendah terjadi ditahun 2020 dengan jumlah 615 butir telur. Dan untuk
telur yang berhasil menetas tertinggi terjadi pada tahun 2021 dengan jumlah 3,093
ekor, untuk jumlah telur menetas terendah terjadi pada tahun 2020 dengan jumlah
539 ekor. Kemudian untuk data telur yang gagal menetas tertinggi terjadi pada
tahun 2018 dengan jumlah 952 butir telur, dan yang terendah terjadi pada tahun
2020 dengan jumlah telur 89 butir yang gagal menetas.Dan untuk jumlah tukik
yang mati tertinggi terjadi pada tahun 2018 dengan jumlah tukik 13 ekor, dan yang
terendah terjadi pada tahun 2021 dena jumlah 3 ekor.

3.7 Hatching Rate (HR)


Keberhasilan dalam penetasan telur penyu dipengaruhi oleh faktor-faktor
ekologi, seperti suhu pasir dalam sarang, struktur pasir yang meliputi ukuran
partikel dan tekstur pasir, kadar air atau kelembapan pasir, panjang dan ketinggian
pantai, dan pasang surut air laut (Parinding et al., 2015). Akan tetapi, struktur
pasir tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan penetasan
telur penyu. Keberhasilan penetasan yang tinggi didukung oleh kondisi lingkungan
disekitarnya. Semakin tinggi persentase penetasan, berarti semakin tinggi jumlah
populasi penyu di alam (Ekawaty et al., 2018).
Kepadatan telur dalam sarang juga mempengaruhi keberhasilan penetasan.
Persentase keberhasilan penetasan pada kepadatan 50 butir per sarang ternyata
lebih besar daripada kepadatan 75 dan 100 butir persarang. Faktor perbedaan
kedalaman sarang antara 40 cm dengan 70 cm tidak mempengaruhi hasil
penetasan (Isdianto et al., 2014). Selanjutnya juga dikatakan bahwa posisi sarang
yang berada pada naungan menunjukkan keberhasilan tingkat penetasan yang
29

lebih baik daripada penanaman telur pada sarang tanpa naungan (Soedhono,
1985).
Berikut data presentase keberhasilan penetasan telur penyu yang didapatkan
di Sarang Semi Alami dan Alami Pantai Sukamade dan Pantai Cemara.

120

96 97 98
100 93 94
90 88

80 70

60

40

20

0
P Sukamade P Cemara P Sukamade P Cemara
HR ALAMI % HR SEMI ALAMI %
Gambar 20. Presentase keberhasilan penetasan semi alami
Maximum Minimum

Gambar 21. Presentase keberhasilan penetasan semi alami dan alami di


Pantai Sukamade dan Pantai Cemara

Gambar diatas merupakan hasil data persentase keberhasilan penetasan


telur penyu yang dilakukan di sarang semi alami dan alami dari kedua Pantai. Pada
penetasan semi alami di Pantai Sukamade, presentase sebesar 94% dan tingkat
persentase terendah sebesar 70%, dan untuk penetasan alami di pantai
sukamade tingkat kenerhasilannya mencapai 96% dan presentase terrendah
sebesar 90%. Sedangkan persentase keberhasilan penetasan telur penyu yang di
lakukan di sarang semi alami di Pantai Cemara sebesar 98% dan tingkat
persentase terendah sebesar 88%, presentase keberhasilan penetasan di sarang
alami di pantai cemara mencarai 97% dan 93%. Hal ini termasuk dalam kategori
sesuai sebagaimana pernyataan Iqraman et al., 2019 jumlah telur yang dapat
menetas maksimal antara 70-75% selanjutnya jumlah tukik hanya tersisa kurang
dari 1% yang dapat bertahan sampai dewasa dan dapat bertelur kembali.
Hasil pengolahan data persentase keberhasilan penetasan telur penyu yang
dilakukan di sarang Alami dari kedua Pantai, mendapatkan angka bahwa tingkat
persentase terbaik di Pantai Sukamade sebesar 96% dan tingkat persentase
terendah sebesar 90%, persentase keberhasilan penetasan telur penyu terbaik di
Pantai Cemara sebesar 97% dan tingkat persentase terendah sebesar 93%.
Penetasan yang dilakukan di sarang alami mendapatkan hasil presentase tidak
<90%. Hal ini disebabkan oleh suhu dan kelembaban sarang terkontrol.
30

3.8 Survival Rate (SR)


Survival Rate (SR) adalah jumlah tukik yang berhasil keluar dari sarang
(Soedhono, 1985). Beberapa kategori telur dan tukik yang diamati adalah
cangkang telur sisa menetas, tukik yang mati dalam sarang, tukik yang masih
hidup dan tertinggal di dalam sarang (Hermawan et al., 1993). kemudian dilakukan
pengambilan tukik yang hidup, mati dan gagal menetas. Perhitungan Hatching
Rate (HR) Dan Survival Rate (SR).
Berikut data persentase kelangsungan hidup tukik yang didapatkan di sarang
semi alami dan alami di Pantai Sukamade dan Pantai Cemara Kabupaten
Banyuwangi.

100 100 100 100 100

96
95

89

P SUMAKADE P CEMARA P SUMAKADE P CEMARA


SR ALAMI % SR SEMI ALAMI %

Maximum Minimum

Gambar 22. Presentase kelangsungan hidup semi alami dan alami


pantai sukamade dan pantai cemara

Berdasarkan hasil pengamatan data persentase kelangsungan hidup tukik


yang didapatkan di sarang semi alami da alami dari kedua pantai, mendapatkan
angka bahwa tingkat persentase tertinggi pada sarang semi alami di Pantai
Sukamade sebesar 100% dan tingkat persentase terendah sebesar 89%,
persentase keberhasilan tukik keluar dari sarang semi alamii di Pantai Cemara
sebesar 100% dan tingkat persentase terendah sebesar 96%. Pada sarang alami
di patai sukamade presentase keberhasilan tukik keluar dari sarang sebesar
100%. Di pantai cemara sendiri pada sarang alami presentase keberhasian tukik
keluar dari sarang mencapai 95% dan 100%. Berdasarkan hasil pengamatan,
data persentase kelangsungan hidup tukik yang didapatkan di sarang Alami dari
kedua pantai, Pantai Sukamade, tingkat keberhasilan tukik keluar dari sarang
mendapatkan presentase sebesar 100% dan persentase keberhasilan tukik keluar
dari sarang tertinggi di Pantai Cemara sebesar 100% dan tingkat persentase
terendah sebesar 95%. Beberapa kategori telur dan tukik yang diamati adalah
cangkang telur sisa menetas, tukik yang mati dalam sarang, tukik yang masih
hidup dan tertinggal di dalam sarang (Kasenda et al., 2013).
31

3.9 Masa Inkubasi


Masa inkubasi adalah lama masa waktu yang di butuhkan telur untuk
menetas menjadi anak penyu (tukik). Embrio dalam telur akan tumbuh menjadi
tukik mirip dengan induknya, masa inkubasi yang kurang lebih 2 bulan (Vyolita,
2021). Tahapan proses penetasan hingga tukik keluar dari sarang. Temperatur
memiliki pengaruh terbalik dengan periode inkubasi. Perubahan 1°C dalam
kisaran suhu 26-32°C dapat menambah atau mengurangi periode inkubasi
selama 5 hari (Miller et al., 1997). Perkembangan suhu secara teratur dan
bertahap pada batas-batas suhu yang baik (25ºC - 32ºC) akan menghasilkan laju
tetas yang terbaik dan waktu pengeraman yang relatife singkat (Agustina, 2008).
Berikut merupakan data masa inkubasi penetasan Semi Alami dan Sarang
Alami di Pantai Sukamade dan Pantai Cemara Kabupaten Banyuwagi dapat dilihat
pada (Gambar).

58
53
48 47 46 48 46
45

P SUKAMADE P CEMARA P SUKAMADE P CEMARA


ALAMI (HARI) SEMI ALAMI (HARI)

Maksumum Minimum

Gambar 23. Masa inkubasi telur penyu di sarang semi alami dan alami di pantai
sukamade dan pantai cemara

Gambar diatas merupakan hasil pengolahan data masa inkubasi telur penyu
di sarang semi alami dan sarang alami dari kedua pantai. Pada sarang semi alami
di Pantai Sukamade berkisar antara 53-58 hari, dan pada sarang alami di pantai
sukamade berkisar antara 45-48 hari. Masa inkubasi telur penyu pada sarang
semi alami di Pantai Cemara berkisar 46-48 hari. Menurut Spotila (2004), telur
penyu akan menetas setelah masa inkubasi 45-60 hari. Semakin tinggi suhu pasir,
maka telur akan lebih cepat menetas. Embrio dalam telur akan tumbuh menjadi
tukik mirip dengan induknya, masa inkubasi yang kurang lebih 2 bulan (Syaputra
et al., 2020). Masa inkubasi pada penetasan telur Penyu adalah selang waktu dari
awal oviposisi hingga tukik pertama kali muncul di permukaan sarang (Rudiana &
Maslukah, 2005).
Hasil pengolahan data masa inkubasi telur penyu di sarang Alami dari kedua
pantai, bahwa di Pantai Sukamade berkisar antara 45-48 hari, masa inkubasi telur
penyu di Pantai Cemara berkisar 46-47 hari. Tidak terdapatnya naungan atau atap
pada sarang alami di Pantai membuat masa inkubasi telur penyu menjadi lebih
pendek. Nuitja, (1992) menyatakan sarang tanpa naungan membuat masa
32

inkubasi terjadi lebih pendek, dikarenakan sinar matahari secara langsung


mengenai sarang, sehingga panas dirambatkan ke dalam sarang dengan proses
konduksi, konveksi, dan radiasi. Menurut Spotila (2004), telur penyu akan menetas
setelah masa inkubasi 45-60 hari. Semakin tinggi suhu pasir, maka telur akan lebih
cepat menetas . Embrio dalam telur akan tumbuh menjadi tukik mirip dengan
induknya, masa inkubasi yang kurang lebih 2 bulan. Perkembangan suhu secara
teratur dan bertahap pada batas-batas suhu yang baik (25ºC - 32ºC) akan
menghasilkan laju tetas yang terbaik dan waktu pengeraman yang relatife singkat
(Fathin & Anna , 2016).
33

4 SIMPULAN DAN SARAN


4.1 Simpulan
1. Karakteristik biofisik dan tempat peneluran penyu dari kedua lokasi tersebut
memiliki kemiringan pantai mulai dari 3,02⁰ hingga paling tinggi 12,64⁰.
berdasarkan kemiringan pantai dari kedua lokasi ini, sesuai dengan kondisi
penyu untuk mendarat dan bertelur karena penyu menyukai pantai yang landai
dengan kemiringan kurang dari 30⁰ .Vegetasi yang didapatkan disekitar habitat
peneluran adalah vegetasi ketapang, cemara laut, pandan laut, katang-katang,
dan waru. Hasil analisis fraksi pasir pada substrat peneluran penyu di kedua
lokasi, yang dominan merupakan tekstur pasir kasar sebesar lebih dari 50%
yang menyebabkan penyu sulit menggali lubang untuk membuat sarang. Tipe
pantai yang diamati merupakan tipe pantai berpasir yang berpengaruh dalam
penetasan penyu. Dari kedua lokasi praktik ini kondisi suhu pada penetasan
semi alami masuk dalam kategori baik bagi proses penetasan telur penyu
karena suhunya tidak melebihi 33⁰C. Dan pada penetasan alami suhu
cenderung lebih tinggi dengan kisaran 35⁰C. Dan dengan kelembaban sarang
dalam rentang yang normal yaitu 69-95%, apabila melebihinya maka embrio
tidak akan berkembang dengan sempurna. Kedalaman sarang semua berkisar
antara 40-90cm dengan diameter 18-26cm, ini merupakan kisaran yang sesuai
dengan diameter sarang.
2. Adapun upaya Konservasi yang dilakukan di pantai Sukamade dan Pantai
Cemara dalam hal upaya pelestarian penyu dengan cara melakukan relokasi
telur dari pantai menuju sarang semi alami sebanyak-banyaknya setiap malam
hari untuk melakukan penyelamatan telur penyu dari ancaman predator alami
dan manusia.Tempat pendaratan dan peneluran penyu di Taman Nasional
Meru Betiri, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, tepatnya di Pantai
Sukamade. Dan Konservasi penyu di Pantai Cemara Kabupaten Banyuwangi.
Jenis penyu yang mendarat dan bertelur yang di temukan dari kedua lokasi
praktik adalah jenis Penyu Hijau (Chelonia mydas) dan Penyu Lekang
(Lepidochelys olivacea).
3. Persentase keberhasilan penetasan telur penyu yang dilakukan di sarang semi
alami dan sarang alami dari kedua pantai yakni pantai sukamade dan pantai
cemara. Pada penetasan semi alami di pantai sukamade keberhasilan
penetasan dengan kisaran 70-94% dan pada penetasan alami dengan kisaran
90-96%. Dan pada penetasan semi alami di pantai cemara, keberhasilan
penetasan dengan kisaran 88-98%, dan pada penetasan alami dengan
kisaran 93-97%. Dengan persentase kelangsungan hidup tukik berkisar 89-
100% yang dapat dikategorikan dalam kategori baik, dengan masa inkubasi
pada penetasan semi alami dari kedua pantai antara 46-58 hari. Dan masa
inkubasi pada penetasan alami dari kedua pantai antara 45-48 hari.
34

4.2 Saran
Meningkatkan kepedulian terhadap keberadaan penyu di pantai Sukamade
dan Pantai cemara dengan membuat peraturan yang mendukung konservasi
penyu dan melakukan relokasi telur sebanyak-banyaknya serta melakukan
monitoring pantai di siang hari agar terhindarnya pencurian sarang dan wisata
yang tidak ramah penyu. Dan diharapkan masyarakat mampu memperhatikan
sekaligus menjaga keberadaan tempat bertelur Penyu di patai sukamade dan di
pantai cemara. Dan diharapkan masyarakat mampu bekerja sama dengan pihak
pemerintah (Balai Konservasi Sumberdaya Alam) untuk saling membantu dalam
penyelamatan Penyu dengan dengan berperan dalam melestarikannya agar tidak
punah.
35

DAFTAR PUSTAKA

Afandy, Y. A. (2016). Analisis Kesesuaian Habitat Penyu Hijau Untuk Penentuan


Sistem Zonasi Taman Pesisir Pantai Penyu Pangumbahan, Sukabumi.
[Phd Thesis]. Bogor Agricultural University (Ipb).
Agustina, A. E. (2008). Habitat Bertelur Dan Tingkat Keberhasilan Penetasan Telur
Penyu Abu-Abu (Lepidochelys Olivacea Eschsholtz 1829) Di Pantai Samas
Dan Pantai Trisik Yogyakarta [Phd Thesis]. Uajy.
Akbarinissa, R. D. A., Taufiq-Spj, N., & Hartati, R. (2018). Pengaruh Kedalaman
Dan Lokasi Sarang Semi Alami Terhadap Masa Inkubasi Dan Daya Tetas
Telur Penyu Hijau (Chelonia Mydas) Di Pantai Paloh, Kabupaten Sambas,
Provinsi Kalimantan Barat. Journal Of Marine Research, 7(1), 59–68.
Anshary, M., Setyawati, T. R., & Yanti, A. H. (2014). Karakteristik Pendaratan
Penyu Hijau (Chelonia Mydas, Linnaeus 1758) Di Pesisir Pantai Tanjung
Kemuning Tanjung Api Dan Pantai Belacan Kecamatan Paloh Kabupaten
Sambas. Jurnal Protobiont, 3(2).
Ariane, I. (1994). Studi Masa Inkubasi Dan Keberhasilan Penetasan Semi Alami
℡Ur Penyu Hijau (Chelonia Mydas L.) Di Pantai Sukamade, Taman
Nasional Meru Betiri [Phd Thesis]. Universitas Airlangga.
Ario, R., Wibowo, E., Pratikto, I., & Fajar, S. (2016). Pelestarian Habitat Penyu Dari
Ancaman Kepunahan Di Turtle Conservation And Education Center (Tcec),
Bali. Jurnal Kelautan Tropis, 19(1), 60–66.
Ariska, T. (2015). Akumulasi Logam Berat (Pb Dan Cu) Pada Kerang Kepah
(Polymesoda Erosa) Di Sungai Batu Rusa Merawang [Phd Thesis].
Universitas Bangka Belitung.
Armos, N. H., Ukkas, M., & Faizal, A. (2008). Studi Kesesuaian Lahan Pantai
Wisata Boe Desa Mappakalompo Kecamatan Galesong Ditinjau
Berdasarkan Biogeofisik.
Arunde, P., Boneka, F. B., Wagey, B. T., Mamangkey, G., Manembu, I., & Kambey,
A. (2018). Konservasi Penyu Di Pulau Talise, Gangga Dan Bangka
Kabupaten Minahasa Utara. E-Journal Budidaya Perairan, 6(2).
Bara, D. A., Redjeki, S., & Hariadi, H. (2013). Studi Habitat Peneluran Penyu Hijau
(Chelonia Mydas) Di Pantai Pangumbahan Sukabumi Jawa Barat. Journal
Of Marine Research, 2(3), 147–155.
Benni, B., Adi, W., & Kurniawan, K. (2017). Analisis Karakteristik Sarang Alami
Peneluran Penyu. Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan, 11(2), 1–6.
Booth, D. T., Burgess, E., Mccosker, J., & Lanyon, J. M. (2004). The Influence Of
Incubation Temperature On Post-Hatching Fitness Characteristics Of
Turtles. International Congress Series, 1275, 226–233.
Budiantoro, A. (2017). Zonasi Pantai Pendaratan Penyu Di Sepanjang Pantai
Bantul. Jurnal Riset Daerah. Edisi Khusus Tahun.
Chan, S. K.-F., Cheng, I.-J., Zhou, T., Wang, H.-J., Gu, H.-X., & Song, X.-J. (2007).
A Comprehensive Overview Of The Population And Conservation Status
Of Sea Turtles In China. Chelonian Conservation And Biology, 6(2), 185–
198.
36

Dharmadi, D., & Wiadnyana, N. N. (2017). Kondisi Habitat Dan Kaitannya Dengan
Jumlah Penyu Hijau (Chelonia Mydas) Yang Bersarang Di Pulau Derawan,
Berau-Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 14(2),
195–204.
Ditmer, M. A., & Stapleton, S. P. (2012). Factors Affecting Hatch Success Of
Hawksbill Sea Turtles On Long Island, Antigua, West Indies. Plos One,
7(7), E38472.
Ekawaty, R., Parawangsa, I. N. Y., & Arthana, I. W. (2018). Characteristic Influence
Of Sand Beach About Percentage Hatching Success Olive Ridley Sea
Turtle Egg On Conservation Effort Sea Turtle In Bali. Metamorfosa: Journal
Of Biological Sciences.
Eko, S. P., Harfiandri, D., & Nawir, M. (2020). Ekologi Habitat Peneluran Penyu
Hijau (Chelonia Mydas L) Di Kawasan Pulau Pandan Dan Laut Sekitarnya
[Phd Thesis]. Universitas Bung Hatta.
Elfidasari, D., Gifari, T., & Sugoro, I. (2018). Deteksi Cemaran Mikroorganisme
Pada Kawasan Konservasi Penyu Di Pangumbahan Sukabumi. Jurnal Al-
Azhar Indonesia Seri Sains Dan Teknologi, 4(1), 28–35.
Endrawati, H., & Redjeki, S. (2016). Analisa Persebaran Sarang Penyu Hijau
(Chelonia Mydas) Berdasarkan Vegetasi Pantai Di Pantai Sukamade
Merubetiri Jawa Timur. Buletin Oseanografi Marina, 5(2), 115–120.
Enrenfeld, D. W. (1974). Conservasing The Edible Sea Turtle. Can Marineculture
Help.
Fajasri, R. A., Damanhuri, H., & Muhar, N. (2019). Pengenalan Penyu Lekang
(Lepidochelys Olivacea) Di Pantai Ampiang Parak Melalui Karakter
Morfologi. Article Of Undergraduate Research, Faculty Of Fisheries And
Marine Science, Bung Hatta University, 15(1).
Fathin, I. N., & Anna, A. N. (2016). Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Habitat
Bertelur Penyu Lekang (Lepidochelys Olivacea) Di Sebagian Pesisir Pantai
Pelangi Kabupaten Bantul [Phd Thesis]. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Firliansyah, E., Kusrini, M. D., & Sunkar, A. (2017). Pemanfaatan Dan Efektivitas
Kegiatan Penangkaran Penyu Di Bali Bagi Konservasi Penyu. Journal Of
Tropical Biodiversity And Biotechnology, 2(1), 21–27.
Fuentes, M., Hamann, M., & Limpus, C. J. (2010). Past, Current And Future
Thermal Profiles Of Green Turtle Nesting Grounds: Implications From
Climate Change. Journal Of Experimental Marine Biology And Ecology,
383(1), 56–64.
Harahap, I. M., Fahrudin, A., & Wardiatno, Y. (2015). Pengelolaan Kolaboratif
Kawasan Konservasi Penyu Pangumbahan Kabupaten Sukabumi. Jurnal
Ilmu Pertanian Indonesia, 20(1), 39–46.
Harnino, T. Z. A. E., Parawangsa, I. N. Y., Sari, L. A., & Arsad, S. (2021). Efektifitas
Pengelolaan Konservasi Penyu Di Turtle Conservation And Education
Center Serangan, Denpasar Bali. Journal Of Marine And Coastal Science
Vol, 10, 1.
Hermawan, D., Silalahi, S., & Eidman, H. M. (1993). Studi Habitat Peneluran Penyu
Sisik (Eretmochelys Imbricata L) Di Pulau Peteloran Timur Dan Barat
37

Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan Dan


Perikanan Indonesia, 1(1), 33–37.
Iary, T., Santoso, A., & Ario, R. (2018). Studi Habitat Peneluran Penyu Sisik
(Eretmochelys Imbricata) Di Pulau Menjangan Kecil Kepulauan
Karimunjawa Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Journal Of Marine
Research, 7(3), 219–222.
Iqraman, I., Septa, I., & Meye, E. D. (2019). Keberhasilan Penetasan ℡Ur Penyu
Lekang (Lepidochelys Olivacea) Dengan Jumlah ℡Ur Yang Berbeda
Pada Sarang Semi Alami Di Taman Wisata Alam Pulau Menipo. Sainstek,
4(1), 543–551.
Irfansyah, M. N. (2018). Analisis Karakteristik Fisika Kimia Pantai Terhadap
Tingkat Penetasan Telur Penyu Hijau (Chelonia Mydas) Di Pantai
Sukamade, Jawa Timur [Phd Thesis]. Universitas Brawijaya.
Isdianto, A., Citrosiswoyo, W., & Sambodho, K. (2014). Zonasi Wilayah Pesisir
Akibat Kenaikan Muka Air Laut. Jurnal Permukiman, 9(3), 148–157.
Juliono, J., & Ridhwan, M. (2017). Penyu Dan Usaha Pelestariannya. Serambi
Saintia: Jurnal Sains Dan Aplikasi, 5(1).
Ka, U. (2000). Mengenal Penyu. Terjemahan Akil Yusuf, Yayasan Alam Lestari,
Jakarta.
Kasenda, P., Boneka, F. B., & Wagey, B. T. (2013). Lokasi Bertelur Penyu Di
Pantai Timur Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Pesisir
Dan Laut Tropis, 1(2), 58–62.
Krismono, A. S. N., Fitriyanto, A., & Wiadnyana, N. N. (2017). Aspek Morfologi,
Reproduksi, Dan Perilaku Penyu Hijau (Chelonia Mydas) Di Pantai
Pangumbahan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Bawal Widya Riset
Perikanan Tangkap, 3(2), 93–101.
Kushartono, E. W., & Hartati, R. (2016). Keberhasilan Penetasan Telur Penyu
Hijau (Chelonia Mydas) Dalam Sarang Semi–Alami Dengan Kedalaman
Yang Berbeda Di Pantai Sukamade, Banyuwangi, Jawa Timur. Jurnal
Kelautan Tropis, 19(2), 123–130.
Limpus, C. J. (1984). Laporan Diskusi/Seminar Penyu. Phpa, Wwf Indonesia,
Marine Conservation Project, Wwf Australia. Bksda Iii ….
Liza, N. (2018). Penetasan Telur Penyu Lekang (Lepidochelys Olivacea) Pada
Sarang Alami Dan Semi Alami Di Pantai Taman, Pacitan.
Maftuchah, L. (2015). Identifikasi Bakteri Pada Penyu Sisik (Eretmochelys
Imbricate) Di Taman Nasional Alas Purwo Kabupaten Banyuwangi [Phd
Thesis]. Universitas Brawijaya.
Mansula, J. G., & Romadhon, A. (2020). Analisis Kesesuaian Habitat Peneluran
Penyu Di Pantai Saba, Gianyar, Bali. Juvenil: Jurnal Ilmiah Kelautan Dan
Perikanan, 1(1), 8–18.
Manurung, B., & Rifanjani, S. (2015). Karakteristik Habitat Tempat Bertelur Penyu
Di Kawasan Taman Wisata Alam Tanjung Belimbing Kecamatan Paloh
Kabupaten Sambas. Jurnal Hutan Lestari, 4(2).
Mardiana, E., Pratomo, A., & Irawan, H. (2013). Tingkat Keberhasilan Penetasan
Telur Penyu Hijau (Chelonia Mydas) Pulau Wie Tambelan Di Lagoi.
Repository Umrah.
38

Maulany, R. I., Booth, D. T., & Baxter, G. S. (2012). The Effect Of Incubation
Temperature On Hatchling Quality In The Olive Ridley Turtle, Lepidochelys
Olivacea, From Alas Purwo National Park, East Java, Indonesia:
Implications For Hatchery Management. Marine Biology, 159(12), 2651–
2661.
Miller, J. D., Lutz, P. L., & Musick, J. A. (1997). Reproduction In Sea Turtles. The
Biology Of Sea Turtles. Volume I, 51–82.
Nugroho, A. D., Redjeki, S., & Taufiq, N. (2017). Studi Karakteristik Sarang Semi
Alami Terhadap Daya Tetas Telur Penyu Hijau (Chelonia Mydas) Di Pantai
Paloh Kalimantan Barat.
Nuitja, I. (1992). Biologi Dan Ekologi Pelestarian Penyu. Ipb Bogor.
Nurhayati, A., Herawati, T., Nurruhwati, I., & Riyantini, I. (2020). Tanggung Jawab
Masyarakat Lokal Pada Konservasi Penyu Hijau (Chelonia Mydas) Di
Pesisir Selatan Jawa Barat. Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada,
22(2), 77–84.
Panjaitan, R. A. (2012). Hubungan Perubahan Garis Pantai Terhadap Habitat
Bertelur Penyu Hijau (Chelonia Mydas) Di Pantai Pangumbahan Ujung
Genteng, Kabupaten Sukabumi. Jurnal Perikanan Kelautan, 3(3).
Parinding, Z. (2021). Preferensi Habitat Persarangan Penyu Di Kawasan Pulau
Kecil. Cendekia: Jurnal Ilmu Pengetahuan, 1(2), 8–14.
Parinding, Z., Basuni, S., Purnomo, H., Kosmaryandi, N., & Wardiatno, Y. (2015).
Karakteristik Fisik Peneluran Chelonia Mydas, Linn. 1758 Di Kaimana-
Papua Barat. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 20(1), 26–32.
Pradana, F. A., Said, S., & Siahaan, S. (2012). Habitat Tempat Bertelur Penyu
Hijau (Chelonia Mydas) Di Kawasan Taman Wisata Alam Sungai Liku
Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. Jurnal Hutan Lestari, 1(2).
Pratama, A. A., & Romadhon, A. (2020). Karakteristik Habitat Peneluran Penyu Di
Pantai Taman Kili-Kili Kabupaten Trenggalek Dan Pantai Taman
Hadiwarno Kabupaten Pacitan. Juvenil: Jurnal Ilmiah Kelautan Dan
Perikanan, 1(2), 198–209.
Pratiwi, B. W. (2016). Keragaman Penyu Dan Karakteristik Habitat Penelurannya
Di Pekon Muara Tembulih, Ngambur, Pesisir Barat [Skripsi]. Universitas
Lampung, Bandar Lampung.[Indonesian].
Putra, B. A., Kushartono, E. W., & Rejeki, S. (2014). Studi Karakteristik Biofisik
Habitat Peneluran Penyu Hijau (Chelonia Mydas) Di Pantai Paloh,
Sambas, Kalimantan Barat. Journal Of Marine Research, 3(3), 173–181.
Rachman, M. R. (2021). Karakteristik Habitat Peneluran Penyu Lekang
(Lepidochelys Olivacea) Di Pantai Cemara Banyuwangi [Phd Thesis]. Uin
Sunan Ampel Surabaya.
Rasyad, M. F. (2020). Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Habitat Bertelur Penyu
Sisik (Eretmochelys Imbricata) Berbasis Sistem Informasi Geografis Di
Pantai Serang, Kabupaten Blitar [Phd Thesis]. Universitas Brawijaya.
Relva, R., Rifardi, R., & Elizal, E. (2020). Hubungan Karakteristik Sedimen Dengan
Habitat Peneluran Penyu Di Pantai Tiram, Pantai Karambia Ampek, Dan
Pantai Gosong Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat.
Berkala Perikanan Terubuk, 48(2), 421–433.
39

Richayasa, A. (2015). Karakteristik Habitat Peneluran Penyu Sisik (Eretmachelys


Imbricata) Di Pulau Geleang, Karimunjawa. Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Ridwan, E. A., & Sara, L. (N.D.). Asriyana.(2017). Karakteristik Biofisik Habitat
Peneluran Penyu Hijau (Chelonia Mydas) Di Pantai Kampa, Konawe
Kepulauan. Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 2(4), 295–305.
Roemantyo, R., Nastiti, A. S., & Wiadnyana, N. N. (2012). Struktur Dan Komposisi
Vegetasi Sekitar Sarang Penyu Hijau (Chelonia Mydas Linnaeus) Pantai
Pangumbahan, Sukabumi Selatan, Jawa Barat. Berita Biologi, 11(3), 373–
387.
Rofiah, A., Hartati, R., & Wibowo, E. (2012). Pengaruh Naungan Sarang Terhadap
Persentase Penetasan Telur Penyu Lekang (Lepidochelys Olivacea) Di
Pantai Samas Bantul, Yogyakarta. Journal Of Marine Research, 1(2), 103–
108.
Rudiana, E., & Maslukah, L. (2005). Tingkat Keberhasilan Penetasan ℡Ur Penyu
Sisik Eretmochelys Imbricata Sarang Semi Alami.
Rumere, Y. S. (2010). Studi Populasi Dan Karakterisasi Sarang Penyu Lekang
(Lepidochelys Olivancea) Di Pantai Kairo Kabupaten Manokwari [Phd
Thesis]. Universitas Negeri Papua.
Sabilillah, M. K. (2014). Karakteristik Habitat Peneluran Penyu Lekang
(Lepidochelys Olivacea, Hirth 1971) Di Taman Wisata Alam Air Hitam,
Bengkulu.
Sahureka, I., Puttuhena, J. D., & Latupapua, Y. (2018). Formasi Vegetasi Habitat
Peneluran Penyu Belimbing (Dermochelys Coreacea) Di Pantai Jamursba
Medi Kabupaten Tambrauw. Jurnal Hutan Pulau-Pulau Kecil, 2(2), 177–
187.
Samanya, R. (2015). Biologi Konservasi Penyu Laut. Seminar Biokonservasi
Dalam Rangka Dies Natalis Ke-28 Fakultas Bioteknologi, Universitas
Kristen Duta Wacana, 23.
Samosir, S. H., Hernawati, T., Yudhana, A., & Haditanojo, W. (2018). Perbedaan
Sarang Alami Dengan Semi Alami Mempengaruhi Masa Inkubasi Dan
Keberhasilan Menetas Telur Penyu Lekang (Lepidochelys Olivacea) Pantai
Boom Banyuwangi. Jurnal Medik Veteriner, 1(2), 33–37.
Satriadi, A., Rudiana, E., & Af-Idati, N. (2003). Identifikasi Penyu Dan Studi
Karakteristik Fisik Habitat Penelurannya Di Pantai Samas, Kabupaten
Bantul, Yogyakarta. Ilmu Kelautan, 8(2), 69–75.
Septikaningrum, S. R. (2020). Pemetaan Kesesuaian Habitat Bertelur Penyu Sisik
(Eretmochelys Imbricata) Di Pulau Peteloran Timur Taman Nasional
Kepulauan Seribu, Jakarta [Phd Thesis]. Universitas Jenderal Soedirman.
Setyawan, D., Rohman, F., & Sutomo, H. (2015). Kajian Etnozoologi Masyarakat
Desa Hadiwaarno Kabupaten Pacitan Dalam Konservasi Penyu Sebagai
Bahan Penyusunan Booklet Penyuluhan Masyarakat. Jpbi (Jurnal
Pendidikan Biologi Indonesia), 1(3).
Sheavtiyan, T. R. S., & Lovadi, I. (2014). Tingkat Keberhasilan Penetasan Telur
Penyu Hijau (Chelonia Mydas, Linnaeus 1758) Di Pantai Sebubus,
Kabupaten Sambas. Jurnal Protobiont, 3(1).
40

Simbolon, W. J. (2017). Distribusi Peneluran Penyu Di Kecamatan Sorkam Barat


Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara.
Soedhono, R. V. J. (1985). Pedoman Pelaksanaan Praktek Penangkaran Telur
Penyu Hijau, Chelonia Mydas. Proyek Pembinaan Latihan Kehutanan Di
Ciawi.
Soetijono, I. K. (2019). Implementasi Perjanjian Internasional Terhadap Upaya
Pelestarian Penyu Di Indonesia. Fairness And Justice: Jurnal Ilmiah Ilmu
Hukum, 17(2), 147–161.
Sudarsono, S. M. (2019). Studi Tentang Kedalaman Sarang Dan Warna Pasir
Terhadap Keberhasilan Tetas Telur Penyu Lekang (Lepidochelys
Olivacea) Di Konservasi Ex–Situ Pulau Serangan, Bali. [Phd Thesis].
Universitas Airlangga.
Sulmartiwi, L., Tjahjaningsih, W., & Putera, A. A. R. (2015). Pengaruh Kedalaman
Sarang Penetasan Penyu Hijau (Chelonia Mydas) Terhadap Masa Inkubasi
Dan Persentase Keberhasilan Penetasan Di Pantai Sukamade, Taman
Nasional Meru Betiri, Banyuwangi Jawa Timur [Effect Of Nesting Site
Depth Of Green Turtle (Chelonia Mydas) On The Incubation Period And
Hatching Success Percentage In Sukamade Beach, Meru Betiri National
Park, Banyuwangi In East Java]. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan,
7(2), 195–198.
Sulumasi, S., Oedjoe, M. D. R., & Tallo, I. (2020). Studi Kondisi Bio-Fisik Habitat
Peneluran Penyu Di Pantai Keppo Dan Dahi Ae Desa Eilogo Kecamatan
Liae Kabupaten Sabu Raijua. Jurnal Aquatik, 3(1), 78–84.
Sumarmin, R., Helendra, H., & Putra, A. E. (2012). Daya Tetas ℡Ur Penyu Sisik
(Eretmochelys Imbricata L.) Pada Kedalaman Sarang Dan Strata
Tumpukan ℡Ur Berbeda. Eksakta, 1.
Susilowati, T. (2002). Studi Parameter Biofisik Pantai Peneluran Penyu Hijau
(Chelonia Mydas, L) Di Pantai Pangumbahan Sukabumi-Jawa Barat [Phd
Thesis]. Ipb (Bogor Agricultural University).
Suwelo, I. S., Ramono, W. S., & Somantri, A. (1992). Penyu Sisik Di Indonesia.
Oseana, 17(3), 97–109.
Syaputra, L. I., Mardhia, D., & Syafikri, D. (2020). Karakteristik Habitat Peneluran
Penyu Di Calon Kawasan Konservasi Perairan Taman Pesisir Lunyuk Dan
Tatar Sepang. Indonesian Journal Of Applied Science And Technology,
1(2), 55–63.
Tambun, P. C. (2017). Karakteristik Bio-Fisik Habitat Pantai Peneluran Terhadap
Tingkat Keberhasilan Penetasan Telur Penyu Hijau (Chelonia Mydas) Di
Pulau Penyu Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat.
Vyolita, A. V. (2021). Karakteristik Biofisik Habitat Penyu Lekang (Lepidochelys
Olivacea) Berdasarkan Tingkat Aktivitas Manusia Di Pantai Kili-Kili Dan
Pantai Konang Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek [Phd Thesis].
Universitas Muhammadiyah Malang.
Wahyudi, I., Bakhtiar, D., & Anggoro, A. (2021). Kajian Hambur Balik Akustik Dari
Tukik Penyu Lekang (Lepidochelys Olivacea) Melalui Pengukuran Secara
Terkontrol Pada Frekuensi 200 Khz. Barakuda 45: Jurnal Ilmu Perikanan
Dan Kelautan, 3(2), 81–93.
41

Wichaksono, A. (2018). Dinamika Peneluran Penyu Lekang (Lepidochelys


Olivaceae) Di Pantai Cemara Banyuwangi, Jawa Timur [Phd Thesis].
Universitas Brawijaya.
Wiguna, K. A. W., Suryatini, K. Y., Suanda, I. W., & Wiadnyana, I. G. A. G. (2019).
Pengaruh Pemberian Pakan Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Tukik
Penyu Lekang (Lepidochelys Olivacea) Di Turtle Conservation And
Education Center Pulau Serangan: Effect Of Different Feed Giving On The
Growth Of Lekang Sea Turtle (Lepidochelys Olivacea) In Tcec Serangan
Island. Emasains: Jurnal Edukasi Matematika Dan Sains, 8(1), 94–100.
Wiyandhita, D. P., & Koswara, A. Y. (2017). Faktor-Faktor Pengembangan
Ekowisata Pada Pantai Pathok Gebang Dan Ujung Pakis Di Desa
Jengglungharjo. Jurnal Teknik Its, 6(2), C339–C342.
Yulmeirina, Y., Thamrin, T., & Nasution, S. (2016). Habitat Characteristics Nesting
Environment Of Hawksbill Turtle (Eretmochelys Imbricata) In The East Yu
Island Of Thousand Islands National Park [Phd Thesis]. Riau University.
Yusuf, A. (2000). Mengenal Penyu. Yayasan Alam Lestari. Jakarta, 82.
42

LAMPIRAN

Lampiran 1. Suhu dan Kelembaban sarang alami dan semi alami


P. Sukamade semi alami

Suhu Kelembaban
Tanggal
6:00 12:00 18:00 6:00 12:00 18:00
25/3/2022 24 32 23 84 72 85
26/3/2022 25.2 30 21.5 87 76 90
27/3/2022 25 33 22 84 78 87
28/3/2022 25 31 24 78 75 88
29/3/2022 26 31.1 21 80 70 86
1/4/2022 27.6 32 20 85 72 89
2/4/2022 28 30.1 24 90 72 90
3/4/2022 25 31.7 23 89 80 98
4/4/2022 27.4 29 23 85 70 97
5/4/2022 23 30 21 86 75 96
1/5/2022 25 28 22 85 76 82
2/5/2022 23 31.3 23 80 73 88
3/5/2022 26.9 30.7 20 87 74 89
4/5/2022 24 31 22 88 73 87
5/5/2022 27 32 25 85 74 82
P. Sukamade alami

Suhu Kelembaban
Tanggal
6:00 12:00 18:00 6:00 12:00 18:00
25/3/2022 29.2 33 28.2 80 70 80
26/3/2022 29 34.1 27 75 76 70
27/3/2022 29.1 33 28 80 70 70
28/3/2022 28 31 28 80 75 75
29/3/2022 26 31.2 29.3 80 75 80
1/4/2022 28.3 32.2 27 85 72 80
2/4/2022 28 30 26.3 80 72 80
3/4/2022 29.3 31 27 89 80 70
4/4/2022 27 30 27 85 70 75
5/4/2022 26 30.1 28.2 86 75 80
1/5/2022 27.1 34 29 85 76 70
2/5/2022 26 33 29 80 73 80
3/5/2022 27.4 34.4 28 80 80 78
4/5/2022 28 34 27.3 70 75 75
5/5/2022 27 35 26 85 70 79
43

Lampiran 1. Lanjutan.
P. Cemara semi alami
Suhu Kelembaban
Tanggal 6:00 12:00 18:00 6:00 12:00 18:00
11/3/2022 28.3 29.3 26 78 76 80.2
12/3/2022 27 33.2 28.3 82 70 80
13/3/2022 27 32.4 28 81.6 72.5 76.1
14/3/2022 28.3 33.4 27.2 75.3 78.1 81
15/3/2022 27.5 33.4 27 78.6 73 73
16/3/2022 26 32.3 28 77 75 70
17/3/2022 27 31 26.1 76.8 78 71.3
18/3/2022 26 30 25.5 76.5 74.6 87
10/4/2022 27 33.1 26.4 78.8 74.3 85.5
11/4/2022 28 33.2 27 76.7 70 84.2
12/4/2022 26 32.1 25 76 78.4 82.1
13/4/2022 27.4 29.5 27.1 80 77 85
23/5/2022 26.2 30.3 28.1 79 76 80
24/5/2023 28 29 27 75 78.1 79
25/5/2024 27 33 26.5 82 78.4 83.4
P. Cemara alami
Suhu Kelembaban
Tanggal
6:00 12:00 18:00 6:00 12:00 18:00
11/3/2022 24.5 30.1 27 79 75 79
12/3/2022 26 29 25 75 70 78
13/3/2022 25.5 32.4 25 76 72.5 76.1
14/3/2022 25 35 26 75.3 78.1 80
15/3/2022 25.7 35 27 78.6 73 76
16/3/2022 26 29 28 77 72 78
17/3/2022 24.6 31 26.1 75 75 71.3
18/3/2022 26 30 25.5 76.5 74.6 80
10/4/2022 25.5 33.1 26.4 78.8 74.3 86.3
11/4/2022 23.5 33.2 27 76.7 70 80.1
12/4/2022 24.4 32.1 25 80 70 79
13/4/2022 25.2 29.5 27.1 79 77 78.2
23/5/2022 25.3 30.3 28.1 79 76 76
24/5/2023 27 29 27 76 75 76.2
25/5/2024 25.7 33 26.5 80 78.4 80
44

Lampiran 2. Kedalama dan Diameter Sarang


DALAM
DIAMETER
SARANG
SARANG(CM)
(CM)
71 26
80 26
81 25
74 24
80 22
80 22
80 23
80 25
85 24
80 23
80 23
80 21
80 24
P. 80 25
Sukamade 80 22
83 25
81 24
82 23
80 24
80 25
90 22
70 23
70 24
80 24
90 25
80 23
75 22
78 22
80 22
80 25
80 24
45

Lampiran 2. Lanjutan.
DALAM
DIAMETER
SARANG
SARANG(CM)
(CM)
45 20
43 23
48 25
46 25
48 22
50 25
47 22
48 20
P. Cemara 47 18
48 25
50 25
43 18
47 23
22 25
47 22
50 24
46 24
48 22
46 26

Lampiran 3. Pendaratan Penyu Selama Praktik di Bulan Maret dan Mei


AKTIFITAS
TANGGAL JENIS ∑ TELUR
BERTELUR MEMETI
1 83
23 Maret 2022 Hijau 1
1
1
24 Maret 2022 Hijau
1
1 119
1 83
25 Maret 2022 Hijau
1 81
1
46

Lampiran 3. Lanjutan.
AKTIFITAS
TANGGAL JENIS ∑ TELUR
BERTELUR MEMETI
1 104
1 108
1 109
1
1
1
26 Maret 2022 Hijau 1
1
1
1
1
1
1
1 105
1 122
1 93
1 92
1 83
1 100
27 Maret 2022 Hijau
1
1
1
1 97
1 115
1 109
1 128
1 61
28 Maret 2022 Hijau 1 142
1 107
1 94
1
1
1 165
1 99
29 Maret 2022 Hijau 1 134
1 128
1
1
1
47

Lampiran 3. Lanjutan.
AKTIFITAS
TANGGAL JENIS ∑ TELUR
BERTELUR MEMETI
1 94
1 96
1 118
1 102
30 Maret 2022 Hijau
1
1
1
1
1 137
31 Maret 2022 Hijau 1 123
1 77
1 87
1
1
01 April 2022 Hijau 1
1
1
1
1 101
1
1
1
02 April 2022 Hijau 1
1 83
1
1
1
1
03 April 2022 Hijau
1
1 98
1 103
04 April 2022 Hijau 1
1
1
48

Lampiran 3. Lanjutan.
AKTIFITAS
TANGGAL JENIS ∑ TELUR
BERTELUR MEMETI
1 102
1 92
1
05 April 2022 Hijau
1
1 114
1
06 April 2022 Hijau 1 114
1 138
1 132
07 April 2022 Hijau 1 74
1 135
1
1 88
08 April 2022 Hijau 1 94
1
1
09 April 2022 Hijau
1
1 79
10 April 2022 Hijau
1 91
1 96
Lekang
1 106
11 April 2022
1
Hijau
1
1 70
1
1 111
12 April 2022 Hijau
1 115
1
1
1 103
1 71
1
13 April 2022 Hijau
1
1 108
1
1
14 April 2022 Hijau 1
1
49

Lampiran 3. Lanjutan.
AKTIFITAS
TANGGAL JENIS ∑ TELUR
BERTELUR MEMETI
1 139
1 75
1
15 April 2022 Hijau
1
1
1
1 109
1
16 April 2022 Hijau 1
1 90
1
1 67
1 90
1 98
17 April 2022 Hijau - 1
1 105
1
1
1 144
1 73
18 April 2022 Hijau
1
1
1 114
1 131
1
1 81
19 April 2022 Hijau
1 115
1
1
1
1 50
20 April 2022 Hijau
1
1 130
21 April 2022 Hijau
1
1 100
1
22 April 2022 Hijau
1 97
1 132
50

Lampiran 3. Lanjutan.
AKTIFITAS
TANGGAL JENIS ∑ TELUR
BERTELUR MEMETI
1
23 April 2022 Hijau
1
1 68
24 April 2022 Hijau
1 79
1
1
25 April 2022 Hijau 1
1 96
1 139
1 101
1 91
26 April 2022 Hijau 1 114
1 22
1
Lekang 1 118
1
27 April 2022
Hijau 1
1
1 88
1
28 April 2022 Hijau
1
1
1 101
29 April 2022 Hijau 1 91
1
1 97
1 153
30 April 2022 Hijau
1 121
1 124
Lekang 1 106
1 Mei 2022 1 86
Hijau
1 88
Hijau 1 139
2 Mei 2022
Lekang 1 94
1
3 Mei 2022 Hijau
1
51

Lampiran 3. Lanjutan.
AKTIFITAS
TANGGAL JENIS ∑ TELUR
BERTELUR MEMETI
1 83
1 48
4 Mei 2022 Hijau
1
1
1 111
1
5 Mei 2022 Hijau
1
1
1
1
1
6 Mei 2022 Hijau
1
1
1
1 118
1 147
1 99
7 Mei 2022 Hijau 1 123
1 87
1 100
1
1
8 Mei 2022 Hijau 1
1 90
1 112
1 98
9 Mei 2022 Hijau
1 125
1
1 98
1 89
10 Mei 2022 Hijau 1
1
1
1 123
11 Mei 2022 Hijau 1 97
1
52

Lampiran 3. Lanjutan.
AKTIFITAS
TANGGAL JENIS ∑ TELUR
BERTELUR MEMETI
1 140
1 34
12 Mei 2022 Hijau 1
1
1
1 121
1 93
1
13 Mei 2022 Hijau
1 101
1 169
1
1 114
1
14 Mei 2022 Hijau
1 88
1
Lekang 1 119
15 Mei 2022
Hijau 1
1 115
Lekang
1 85
Hijau 1 91
Lekang 1 105
16 Mei 2022
1
1
Hijau
1 132
1 86
1 84
17 Mei 2022 Hijau 1
1
1 98
1 108
1 126
1 116
18 Mei 2022 Hijau 1
1 117
1 148
1
1
53

Lampiran 3. Lanjutan.
AKTIFITAS
TANGGAL JENIS ∑ TELUR
BERTELUR MEMETI
1 107
19 Mei 2022 Hijau
1 90
Lekang 1 129
20 Mei 2022 1
Hijau
1
Lekang 1 116
1 114
21 Mei 2022 1 106
Hijau
1 96
1 72
Hijau 1 134
Lekang 1 96
1 152
22 Mei 2022 Hijau 1 51
1 104
Lekang 1 120
Hijau 1 104
1 110
Lekang
1 108
1 129
1 94
23 Mei 2022 1 77
Hijau 1 32
1
1
1
1 66
1 80
Hijau
1
24 Mei 2022
1
Lekang 1 124
Hijau 1
1 133
25 Mei 2022 Hijau 1 116
1
54

Lampiran 3. Lanjutan.
AKTIFITAS
TANGGAL JENIS ∑ TELUR
BERTELUR MEMETI
1 82
10 Maret 2022 Lekang 1 82
1 81
13 Maret 2022 Lekang 1 92
1 94
15 Maret 2022 Lekang
1
1 101
17 Maret 2022 Lekang 1
1
19 Maret 2022 Lekang 1 101
23 Maret 2022 Lekang 1 98
1 105
26 Maret 2022 Lekang
1
1
29 Maret 2022 Lekang
1 115
08 April 2022 Lekang 1 97
09 April 2022 Lekang 1 97
15 April 2022 Lekang 1 105
19 April 2022 Lekang 1 97
3 Mei 2022 Lekang 1 80
6 Mei 2022 Lekang 1 89

Lampiran 4. Data Penetasan Di Pantai Sukamade Dan Pantai Cemara Tahun


2017-2021
P.
Sukamade 2017 2018 2019 2020 2021
Di Tetaskan 123901 10727 108518 151682 143076
Menetas 88159 76569 81822 114951 118567
Gagal 35742 30701 26696 35467 24509
Mati 825 465 801 173 702
2017 2018 2019 2020 2021
Ditetaskan 123.901 107.27 108.518 151.682 143076
2017 2018 2019 2020 2021
Menetas 88.159 76.569 81.822 114.951 118.567
2017 2018 2019 2020 2021
Gagal 35.742 30.701 26.696 35.467 24.509
55

Lampiran 4. Lanjutan.
2017 2018 2019 2020 2021
Mati 825 465 801 173 702

P. Cemara 2017 2018 2019 2020 2021


Di Tetaskan 1302 2140 1756 615 3263
Menetas 1078 1242 1639 539 3093
Gagal 212 952 112 89 157
Mati 12 13 5 5 3
2017 2018 2019 2020 2021
Di Tetaskan 1302 2140 1756 615 3263
2017 2018 2019 2020 2021
Menetas 1078 1242 1639 539 3093
2017 2018 2019 2020 2021
Gagal 212 952 112 89 157
2017 2018 2019 2020 2021
Mati 12 13 5 5 3

Lampiran 5. Keberhasilan Penetasan dan Kelangsungan hidup


Pantai Sukamade
TGL
TANGGAL ∑ TELUR HIDUP HR(%) SR(%)
MENETAS

17 Mei 2022
23 Maret 83 60 72 100
2022
Memeti

24 Maret
Memeti
2022

19 Mei 2022 119 83 70 100


25 Maret 9 Mei 2022
83 75 90 100
2022
11 Mei 2022 81 78 96 100
Memeti
56

Lampiran 5. Lanjutan.
Pantai Sukamade
TGL ∑
TANGGAL HIDUP HR(%) SR(%)
MENETAS TELUR
21 Mei 2022 104 80 77 100
21 Mei 2022 108 102 94 96
21 Mei 2022 109 100 92 97

26 Maret 2022

Memeti

105 97 92 97
122 108 89 94
93 84 90 93
22 Mei 2022
92 83 90 90
83 75 90 89
27 Maret 2022 100 93 93 89

Memeti

12 Mei 2022 115 110 96 100


57

Lampiran 5. Lanjutan.
Pantai Cemara

TANGGAL TGL MENETAS ∑ TELUR HIDUP HR(%) SR(%)

26 April 2022 82 72 88 97
10 Maret 2022 25 April 2022 82 72 88 100
26 April 2022 81 74 91 95
13 Maret 2022 29 April 2022 92 81 88 96
30 April 2022 94 90 96 100
15 Maret 2022
Memeti
4 Mei 2022 101 99 98 97
17 Maret 2022 Memeti
Memeti
19 Maret 2022 5 Mei 2022 101 87 86 98
23 Maret 2022 8 Mei 2022 98 90 92 100
13 Mei 2022 105 100 95 97
26 Maret 2022
Memeti
29 Maret 2022 Memeti
29 Maret 2022 16 Mei 2022 115 106 92 96
58

Lampiran 6. Dokumentasi pelaksanaan praktik akhir

Pengukuran Jejak Penyu Hijau Pembongkaran Sarang

Pengukuran kemiringan pantai Pengukuran kemiringan pantai


59

Pengukuran karapas penyu hijau Evakuasi telur penyu

Pengukuran karapas penyu lekang Pengukuran Jejak Penyu lekang


60

Proses penyu bertelur Penyu kembali kelaut

Proses relokasi telur penyu ke PSA Pendataan keberhasilan penetasan

Pembongkaran sarang Pengukuran suhu dan kelembaban


61

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Mearuke Provinsi


Papua pada tanggal 07 Juli 1999, anak ke-4 dari 4 bersaudara
dari pasangan Bapak Sudarno dan Ibu Sudirah. Penulis
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD INSPRES
Foto 3 x 4 SEMANGGA V Merauke pada tahun 2012. Pada tahun 2015
penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN
1 SATAP 2 Merauke dan pada tahun 2018 penulis
menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 3 Merauke,
Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Selanjutnya pada tahun
2018 penulis melanjutkan pendidikan Diploma IV Politeknik
Ahli Usaha Perikanan, jurusan Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan.
Penulis telah menempuh masa pendidikan selama 4 tahun dari semester I sampai
dengan semester VII dengan proses yang sangat indah hingga pada tahun 2022
penulis dapat menyelesaikan pendidikan Diploma IV dan meraih gelar Sarjana
Terapan Perikanan (S.Tr.Pi.) dengan Judul praktik : “ Habitat Peneluran Penyu
(Cheloniidae) Dan Upaya Konservasinya” di Pantai Sukamade Taman Nasional
Meru Betiri dan Pantai Cemara Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Anda mungkin juga menyukai