Anda di halaman 1dari 100

TINGK

KAT PRO
ODUKTIV VITAS DA
AN EFISIIENSI TE
EKNIS UN
NIT
PE
ENANGKKAPAN IKKAN MULLTIGEARR DI PERRAIRAN
SELAT
TAN JAWWA BARA AT
(
(STUDI K
KASUS KAPAL
K PSSP 01)

NITA SRI KUR


RNIAWA
ATI

OR TEKNO
MAYO OLOGI DAAN MANAJJEMEN PE
ERIKANANN TANGKA
AP
DEP
PARTEMEN PEMAN NFAATAN SUMBERD DAYA PER
RIKANAN
N
FAKUL
LTAS PERIIKANAN DAN
D ILMU
U KELAUTTAN
INSTITU
UT PERTA
ANIAN BOG
GOR
BOGOOR
2010
0
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Tingkat Produktivitas dan Efisiensi
Teknis Unit Penangkapan Ikan Multigear di Perairan Selatan Jawa Barat (Studi
Kasus Kapal PSP 01) adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing
dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2010

Nita Sri Kurniawati


ABSTRAK

NITA SRI KURNIAWATI. Tingkat Produktivitas dan Efisiensi Teknis Unit


Penangkapan Ikan Multigear di Perairan Selatan Jawa Barat (Studi Kasus Kapal
PSP 01). Dibimbing oleh: RONNY IRAWAN WAHJU dan SUGENG HARI
WISUDO.

Kapal PSP 01 merupakan salah satu kapal perikanan yang beroperasi di sekitar
perairan Teluk Palabuhanratu dan mendaratkan hasil tangkapannya di PPN
Palabuhanratu. Dalam prakteknya, alat tangkap yang digunakan oleh Kapal PSP
01 ialah alat tangkap multigear (gillnet dan pancing). Tujuan dari penelitian ini
adalah 1) Mengidentifikasi keragaan unit penangkapan multigear Kapal PSP 01
yang berbasis di PPN Palabuhan ratu; 2) Mengestimasi tingkat produktivitas unit
penangkapan multigear Kapal PSP 01 dan membandingkan dengan unit
penangkapan single gear yang ada di PPN Palabuhanratu; 3) Menghitung efisiensi
teknis unit penangkapan ikan multigear Kapal PSP 01 dan membandingkan
dengan unit penangkapan single gear yang ada di PPN Palabuhanratu. Analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis hasil tangkapan per upaya
penangkapan (CPUE) dan analisis efisiensi teknis. Hasil penelitian menunjukan
bahwa Kapal PSP 01 merupakan Kapal multigear yang memiliki alat tangkap
gillnet, dan pancing. Dimensi utama Kapal PSP 01 adalah sebagai berikut
panjang total (LOA) 14,3 meter, lebar maximum (B max) 3,12 meter, dan
kedalaman (D) 1,2 meter, dengan tonase kapal sekitar 9,5 GT (Gross tonase).
Kapal PSP 01 terbuat dari kayu tamiyang, laban (Vitex pubesceus vahl), dan bayur
(Pterospermum javanicum. Tingkat produktivitas unit penangkapan Kapal PSP
01 lebih rendah dibandingkan dengan kapal payang (single gear) maupun kapal
pancing tonda. Efisiensi teknis unit penangkapan ikan Kapal PSP 01 secara teknis
memiliki efisiensi teknis yang lebih baik dari kapal single gear payang, namun
lebih rendah dibandingkan kapal single gear pancing tonda. Tingkat efisiensi
teknis, Kapal PSP 01 memiliki nilai paling baik dalam penggunaan BBM
dibandingkan kapal single gear.

Kata kunci: alat tangkap multigear, CPUE, efisiensi teknis, single gear
© Hak cipta IPB, tahun 2010
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber:
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.
TINGKAT PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI TEKNIS UNIT
PENANGKAPAN IKAN MULTIGEAR DI PERAIRAN
SELATAN JAWA BARAT
(STUDI KASUS KAPAL PSP 01)

NITA SRI KURNIAWATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP


DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Judul Skripsi : Tingkat Produktivitas dan Efisiensi Teknis Unit
Penangkapan Ikan Multigear di Perairan Selatan Jawa
Barat (Studi Kasus Kapal PSP 01)

Nama Mahasiswa : Nita Sri Kurniawati

NRP : C44062844

Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui :
Komisi Pembimbing
Ketua, Anggota,

Ir. Ronny Irawan Wahju M. Phil Dr.Ir. Sugeng Hari Wisudo M. Si


NIP: 19610906 198703 1 002 NIP: 19660920 199103 1 001

Diketahui:
Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc.


NIP: 19621223 198703 1 001

Tanggal Lulus : 13 Agustus 2010


KATA PENGANTAR

Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada


Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan
Januari-Februari 2010 ini adalah Tingkat Produktivitas dan Efisiensi Teknis Unit
Penangkapan Ikan Multigear di Perairan Selatan Jawa Barat (Studi Kasus Kapal
PSP 01). Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Ronny Irawan Wahju, M.
Phil dan Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si. selaku pembimbing yang telah
membantu penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini
masih banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun. Semoga hasil penelitian dalam bentuk skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan di kemudian hari.

Bogor, Agustus 2010

Nita Sri Kurniawati


UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan penulis kepada:


1. Allah SWT. atas berkah dan karunianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tulisan ini walaupun masih jauh dari sempurna;
2. Bapak Ir. Ronny Irawan Wahju M. Phil dan Bapak Dr. Ir. Sugeng Hari
Wisudo M. Si. Sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan
bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;
3. Bapak Dr. Muhammad Imron, M. Si. Sebagai Komisi Pendidikan
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan;
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M. Sc. Selaku penguji tamu atas
kesediaan waktu, serta saran, arahan, dan masukannya;
5. Kantor Kepelabuhanan PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat;
6. Kedua orang tua (alm) Bapak Suparni Hadi Prabowo dan Ibu Sriyatun, atas
kasih sayang, perhatian, pengertian, kesabaran, dan ketabahannya;
7. Kakak-kakakku (Devi Endang Liawati, Heru kurniawan dan Nasser
Andriana), keponakanku (Keyla Putri Andriana), yang tak henti-hentinya
memberikan kasih sayang, perhatian, dan motivasi agar selalu semangat
mengerjakan skripsi ini;
8. Arief Mullah, seseorang yang selalu memberi semangat dan doa sehingga
skripsi ini dapat selesai;
9. Sahabat-sahabatku (Viona, Uty, Iniez, Lala, Acca, Yuri, Letta, Ninin, Sarah,
dan Ike) yang telah memberikan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini;
10. Teman-teman baikku di PSP 43 atas kekompakkan dan kebersamaan yang
indah selama ini; dan
11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
terselesaikannya penulisan skripsi ini.
RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor pada tanggal 16Juni 1988 dari


pasanganBapakSuparni Hadi Prabowo dan Ibu Sri
Yatun.Penulis adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara.
Pendidikan penulis diawali dengan bersekolah di SD Negeri
Bedahan II Cibinong dan lulus pada tahun 2000.Pada tahun
2000 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1
Cibinong dan pada tahun 2003 melanjutkan ke SMA Negeri 1 Cibinong dan lulus
pada tahun 2006.Pada tahunyang sama penulis lulus Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di IPB sebagai mahasiswa Fakultas
Perikanan danI lmu Kelautan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan dengan Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap. Selain
mengikuti perkuliahan mayor, penulis juga mengikuti perkuliahan Supporting
Course.Selamamenjadimahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan organisasi.
Penulis pernah menjabat sebagai anggota Departemen Informasi dan Komunikasi
HIMAFARIN (HimpunanMahasiswaPemanfaatanSumberdayaPerikanan) periode
2008-2009.
Pada tahun 2010, penulis melakukan penelitian dengan judul ”Tingkat
Produktivitas dan Efisiensi Teknis Unit Penangkapan Ikan Multigear Di Perairan
Selatan Jawa Barat (Studi Kasus Kapal PSP 01)” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Mayor Teknologi dan Manajemen
Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI........................................................................................................i
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vi

1. PENDAHULUAN................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 2

2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3


2.1 Produktivitas .................................................................................................. 3
2.2 Unit Penangkapan Ikan .................................................................................. 4
2.2.1 Kapal .................................................................................................. 4
2.2.2 Nelayan .............................................................................................. 6
2.2.3 Alat Tangkap ...................................................................................... 7
2.2.3.1 Alat tangkap jaring insang (gillnet) ....................................... 7
2.2.3.2 Alat tangkap pancing ulur (handline) ................................. 11
2.2.3.3 Alat tangkap pancing tonda.................................................. 13
2.1.3.4 Alat tangkap payang............................................................. 15
2.3 Rumpon ........................................................................................................ 16

3 METODE PENELITIAN ................................................................................. 19


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 19
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 19
3.3 Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 19
3.4 Metode Analisis Data ................................................................................... 20
3.4.1 Analisis tingkat produktivitas unit penangkapan ikan ................... 20
3.5.2 Analisis efisiensi teknis .................................................................. 20

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................................. 22


4.1 Letak Geografis dan Topografi ..................................................................... 22
4.2 Kondisi Iklim dan Musim ............................................................................. 23
4.3 Kondisi Oseanografi...................................................................................... 23
4.4 Kondisi Perikanan Tangkap .......................................................................... 24
4.4.1 Produksi .......................................................................................... 24
4.4.2 Unit penangkapan ikan ................................................................... 25
4.4.3 Fasilitas PPN Palabuhanratu .......................................................... 29


 
5 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ ...33
5.1 Keragaan Unit Penangkapan Ikan .............................................................. ...33
5.1.1 Unit penangkapan ikan multigear (Kapal PSP 01) ..................... ...33
5.1.2 Unit penangkapan ikan yang menggunakan satu alat
(single gear) ................................................................................ ...43
5.2 Analisis Tingkat Produktivitas Unit Penangkapan Ikan ............................ ...50
5.2.1 Unit penangkapan multigear (Kapal PSP 01) ............................. ...50
5.2.2 Unit penangkapan single gear (kapal payang) ............................ ...51
5.2.3 Unit penangkapan single gear (kapal Pancing Tonda) ............... ...52
5.3 Analisis Efisiensi Teknis ............................................................................ ...53
5.3.1 Produksi per kapal per tahun ....................................................... ...55
5.3.2 Produksi per trip .......................................................................... ...57
5.3.3 Produksi per BBM ....................................................................... ...58
5.3.4 Produksi per tenaga kerja ............................................................ ...59
5.3.5 Produksi per GT .......................................................................... ...60

6 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ ...65


6.1 Kesimpulan ................................................................................................ ...65
6.2 Saran........................................................................................................... ...66

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ...67

LAMPIRAN .................................................................................................... ...70

ii 
 
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jumlah produksi hasil tangkapan perikanan laut yang didaratkan
di PPN Palabuhanratu pada tahun 2003-2009................................................24
2. Perkembangan jumlah kapal yang menggunakan PPN Palabuhanratu
sebagai fishing base periode 2003-2009.......................................................26
3. Perkembangan jumlah nelayan di perairan Teluk Palabuhanratu
periode 2002-2009.........................................................................................27
4. Jumlah unit alat tangkap yang memiliki fishing base
di PPN Palabuhanratu tahun 2002-2009.......................................................28
5. Spesifikasi alat tangkap pancing tonda Kapal PSP 01..................................36
6. Spesifikasi alat tangkap pancing tomba Kapal PSP 01.................................39
7. Jumlah nelayan dan kedudukannya dalam operasi penangkapan
PSP 01...........................................................................................................40
8. Jumlah nelayan dan kedudukannya dalam operasi penangkapan .
pancing tonda.................................................................................................44
9. Bagian jaring payang......................................................................................47
10. Jumlah nelayan dan kedudukannya dalam operasi
penangkapan payang......................................................................................48
11. Perkembangan hasil tangkapan per upaya Kapal PSP 01 (multigear)..........51
12. Perkembangan upaya penangkapan ikan kapal payang.................................52
13. Perkembangan hasil tangkapan per upaya kapal pancing tonda....................52
14. Spesifikasi tenaga kerja, dan penggunaan bahan bakar minyak
Kapal PSP 01.................................................................................................55
15. Spesifikasi tenaga kerja, dan penggunaan bahan bakar minyak
kapal payang..................................................................................................54
16. Spesifikasi tenaga kerja, dan penggunaan bahan bakar minyak
kapal pancing tonda.......................................................................................55
17. Produksi hasil tangkapan ikan kapal PSP 01, payang dan pancing tonda.....56
18. Hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan Kapal PSP 01,
payang, dan pancing tonda............................................................................57
19. Perbandingan penggunaan BBM yang digunakan Kapal PSP 01,
payang, dan pancing tonda............................................................................58
20. Perbandingan penggunaan tenaga kerja yang digunakan
Kapal PSP 01, payang, dan pancing tonda...................................................59
21. Perbandingan ukuran GT yang digunakan Kapal PSP 01,
payang, dan pancing tonda...........................................................................60

iii 
 
22. Produksi tangkapan berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan
Kapal PSP 01 (multigear) dan single gear (payang, pancing tonda)..........61
23. Fungsi nilai unit penangkapan ikan.............................................................63

iv 
 
DAFTAR GAMBAR
Halaman

1. Cara ikan tertangkap pada gillnet.................................................................7


2. Grafik jumlah produksi (kg) hasil perikanan laut yang didaratkan
di PPN Palabuhanratu tahun 2003-2009....................................................25
3. Grafik jumlah kapal motor dan perahu motor tempel
di PPN Palabuhanratu tahun 2003-2009.....................................................26
4. Kapal PSP 01 tahun 2010...........................................................................34
5. Mata pancing tonda.....................................................................................35
6. Umpan buatan (plastik)...............................................................................35
7. Umpan buatan (benang sutera)...................................................................35
8. Pancing tonda saat dioperasikan.................................................................36
9. Deskripsi pancing tomba yang digunakan Kapal PSP 01..........................37
10. Alat tangkap pancing ulur menggunakan jerigen (pancing tomba)............38
11. Mata pancing tomba....................................................................................38
12. Deskripsi gillnet yang digunakan Kapal PSP 01........................................40
13. Kapal pancing tonda di PPN Palabuhanratu tahun 2010............................43
14. Kapal payang di PPN Palabuhanratu tahun 2010.......................................46
15. Deskripsi alat tangkap payang yang terdapat di PPN Palabuhanratu.........47


 
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Peta lokasi daerah penelitian........................................................................71
2. Perhitungan CPUE Kapal PSP 01 dari tahun 2008-2010............................72
3. Perhitungan CPUE kapal payang dari tahun 2005-2009.............................74
4. Perhitungan CPUE kapal pancing tonda tahun 2005-2009.........................77
5. Perhitungan BBM Kapal PSP 01, payang dan pancing tonda.....................80
6. Perhitungan efisiensi BBM Kapal PSP 01, payang, dan pancing tonda......82
7. Perhitungan efisiensi tenaga kerja Kapal PSP 01, payang, dan
pancing tonda...............................................................................................83
8. Perhitungan efisiensi GT Kapal PSP 01, payang, dan pancing tonda.........84

vi 
 
1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Palabuhanratu merupakan salah satu basis perikanan tangkap yang berada
di selatan Jawa Barat dengan aktivitas yang relatif tinggi. Menurut data statistik
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, jumlah unit penangkapan
ikan yang dioperasikan cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Tahun 2006 tercatat sebanyak 798 dan tahun 2007 sebanyak 852 unit
penangkapan ikan yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu. Nelayan Palabuhanratu dalam melakukan operasinya
menggunakan berbagai jenis alat penangkapan ikan, diantaranya adalah bagan,
jaring insang (gillnet), payang, pancing tonda, pancing ulur (hand line), dan
pancing layur (vertical line). Setelah terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak
(BBM) yang cukup tinggi pada tahun 2005, jenis alat tangkap yang paling
dominan dioperasikan di Palabuhanratu adalah alat tangkap gillnet dan pancing
ulur. Namun belakangan ini, alat tangkap yang cenderung dianggap lebih
menguntungkan, sehingga lebih banyak dioperasikan oleh para nelayan
Palabuhanratu adalah pancing rumpon. Salah satu faktor penyebab nelayan
Palabuhanratu menggunakan alat tangkap lebih dari satu unit adalah pada waktu
tidak musim ikan alat tangkap yang digunakan dapat disesuaikan, dan hasil
tangkapan yang diperoleh lebih banyak dibandingkan dengan yang hanya
mengoperasikan satu alat tangkap.
Kapal PSP-01 adalah kapal perikanan yang beroperasi di perairan Teluk
Palabuhanratu yang merupakan kapal pertama milik Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Kapal PSP-01 membawa dan mengoperasikan lebih dari satu alat tangkap,
sehingga dapat dikategorikan sebagai unit penangkapan multigear. Jenis alat
tangkap yang digunakan oleh Kapal PSP-01 adalah: alat tangkap gillnet (jaring
insang), pancing tonda, dan hand line (pancing ulur). Target penangkapannya
adalah ikan pelagis yang memiliki nilai ekonomis tinggi, seperti tuna, cakalang,
tongkol, dan ikan setuhuk. Namun demikian, tingkat keberhasilan Kapal PSP-01
yang bersifat multigear ini belum dapat diketahui secara pasti, apakah lebih baik

 

atau tidak bila dibandingkan dengan armada penangkapan ikan lain di PPN
Palabuhanratu yang hanya mengoperasikan satu alat tangkap (unit penangkapan
single gear). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai tingkat produktivitas dan efisiensi teknis dari unit penangkapan
multigear Kapal PSP-01 terhadap unit penangkapan single gear yang ada di
Palabuhanratu.

1.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
1) Mengidentifikasi keragaan unit penangkapan multigear Kapal PSP-01
yang berbasis di PPN Palabuhan ratu;
2) Mengestimasi tingkat produktivitas unit penangkapan multigear Kapal
PSP-01 dan membandingkan dengan unit penangkapan single gear
yang ada di PPN Palabuhanratu; dan
3) Menghitung efisiensi teknis unit penangkapan ikan multigear Kapal
PSP-01 dan membandingkan dengan unit penangkapan single gear
yang ada di PPN Palabuhanratu.

1.3 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi tentang penggunaan
unit penangkapan ikan berbasis multigear yang dapat dipakai sebagai acuan dalam
pengembangan usaha penangkapan ikan untuk tujuan komersil.
 
 

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produktivitas
Produksi adalah segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna
atas suatu benda atau segala kegiatan yang ditunjukan untuk memuaskan orang
lain melalui transaksi. Produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat
output per unit periode atau waktu (Ariestine, 2001).
Dalam istilah ekonomi output (hasil) disebut produk atau keluaran,
sedangkan input (bahan atau alat) disebut sektor produksi, sumber produksi atau
masukan. Produktivitas memiliki kesamaan arti dengan fungsi produksi yaitu
suatu fungsi yang menghubungkan antara input dan output atau antara faktor
produksi dengan produksi (Ariestine, 2001).
Produktivitas dapat diartikan sebagai campuran dari produksi dan aktivitas
dimana daya produksi menjadi penyebabnya dan produktivitas mengukur hasil
dari daya produksi tersebut (Ravianto, 1986). Menurut badan pangan sedunia
FAO, produk merupakan hasil dari integrasi empat elemen produksi yaitu
sumberdaya alam, modal, tenaga kerja dan organisasi. Rasio dari elemen-elemen
tersebut terhadap produksi adalah ukuran produksitas. Peningkatan produktivitas
dapat dilihat dari 3 bentuk yaitu jumlah produksi meningkat dengan penggunakan
sumberdaya yang sama; jumlah produksi yang sama atau meningkat dicapai
dengan menggunakan sumberdaya yang kurang; dan jumlah produksi yang jauh
lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumberdaya yang relatif lebih kecil
(Ravianto, 1986).
Pengertian produktivitas berdasarkan oleh Pusat Produktivitas Nasional
dapat dipahami dari berbagai sudut yang antara lain, secara filosofis maka
produktivitas adalah suatu sikap mental yang selalu berusaha dan mempunyai
pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari
esok lebih baik dari pada hari ini. Sementara secara teknis mengandung
pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan
sumberdaya yang digunakan (input), atau dapat dikatakan sebagai ukuran tingkat
efesiensi dan efektivitas dari setiap sumber yang digunakan selama proses

 

produktivitas berlangsung, dengan membandingkan antara jumlah yang dihasilkan


terhadap setiap sumber yang dipergunakan atau seluruh sumber.
Secara umum produktivitas berarti perbandingan, dan dapat dibedakan
dalam tiga jenis (Sinungan, 2008). Perbedaan tersebut antara lain perbandingan
antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak
menunjukan apakah pelaksanaan sekarang ini telah memuaskan, tetapi hanya
mengetengahkan apakah meningkat, berkurang dan berapa tingkatannya.
Perbedaan kedua adalah perbandingan pelaksanaan antara satu unit alat dalam
suatu proses produksi dengan lainnya, dan pengukuran seperti ini menunjukkan
pencapaian relatif. Selanjutnya adalah perbandingan pelaksanaan sekarang
dengan targetnya, yang merupakan indikasi terbaik dalam memusatkan perhatian
pada sasaran atau tujuan. Disamping produktivitas tanah, modal dan tenaga kerja,
yang biasanya lebih menonjol dan menjadi pusat perhatian adalah produktivitas
alat/mesin yang digunakan selama proses produksi.
Pada umumnya rumus yang dipakai untuk mengukur produktivitas alat
tangkap adalah dengan menghitung nilai catch per unit effort (CPUE).
Perhitungan CPUE dilakukan dengan rumus : c/f dimana c adalah jumlah hasil
tangkapan (ton) dan f adalah effort/upaya penangkapan (unit). Perhitungan
dengan CPUE akan memudahkan dalam membandingkan produktivitas suatu alat
tangkap, karena produktivitas alat tangkap ikan dapat dicerminkan oleh besarnya
nilai CPUE. Secara garis besarnya produktivitas suatu unit penangkapan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi daerah penangkapan (fishing
ground), ukuran kapal dan alat yang digunakan, musim dan sumber daya
manusianya. Sebelum membahas produktivitas unit penangkapan lebih lanjut,
maka pada bahasan berikut akan dijelaskan secara umum beberapa deskripsi unit
penangkapan yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu.

2.2 Unit penangkapan ikan


2.2.1 Kapal
Menurut Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan, kapal
perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung yang dipergunakan untuk
melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan,

 

membudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan-pelatihan


perikanan dan penelitian atau eksplorasi perikanan. Kapal merupakan salah satu
sarana di laut untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Kapal adalah alat
khusus yang dibentuk untuk menjalankan tugas tertentu, ukuran, perlengkapan,
dek, kapasitas daya angkut, akomodasi mesin dan semua perlengkapan di
hubungkan dalam melaksanakan operasi penangkapan (Fyson, 1985).
Menurut jenisnya kapal ikan dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis alat
pengerak dan material badan kapal (hull). Jika dilihat dari jenis alat pengerak
kapal dibedakan menjadi kapal yang menggunakan mesin (inboard engine) dan
kapal yang mengunakan tenaga penggerak seperti dayung atau layar. Klasifikasi
menurut material badan kapal dapat dibedakan menjadi 5 kelompok, antara lain
kayu kapal, kapal besi atau baja, kapal ferrocement, kapal alumunium dan kapal
FRP (fiberglass reinforced plastic) (Nomura dan Yamazaki, 1977).
Pada umumnya kapal gillnet menggunakan mesin dalam (inboard engine)
sebagai tenaga penggeraknya dengan bahan bakar solar. Secara umum ukuran
kapal gillnet berkaitan erat dengan jumlah jaring yang dioperasikan, semakin
besar ukuran kapal maka semakin panjang ukuran jaring yang digunakan
(Ayodhyoa, 1981).
Sementara perahu yang digunakan oleh nelayan pancing tonda di
Palabuhanratu adalah perahu motor tempel dari jenis congkreng (perahu bercadik)
yang memiliki panjang 6 m dan terbuat dari bahan kayu (Nugroho, 2002). Pada
umumnya kapal pancing tonda memiliki ruang kemudi dibagian depan kapal atau
haluan dan dek tempat bekerja berada di bagian belakang atau buritan (Sainsbury,
1971).
Kapal yang digunakan pada pengoperasian alat tangkap payang di berbagai
daerah di Indonesia memiliki dimensi yang berbeda-beda, selain itu mesin yang
dipakai serta jumlah nelayan yang mengoperasikan juga berbeda. Kapal payang
umumnya memiliki kekuatan mesin penggerak yang besar, karena dalam
pengoperasiannya membutuhkan kecepatan untuk melakukan pelingkaran
gerombolan ikan agar terkurung dalam badan jaring sehingga operasi
penangkapan ikan menjadi berhasil (Saptaji, 2005).

 

2.2.2 Nelayan
Menurut Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 yang telah diamandemen
dalam UU No.45/2009 tentang Perikanan, nelayan diklasifikasikan berdasarkan
waktu yang digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan, yaitu sebagai
berikut :
1) Nelayan penuh, yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan
untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/binatang air
lainnya/tanaman air;
2) Nelayan sambilan utama, yaitu nelayan yang sebagian besar waktu
kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan
ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Disamping melakukan pekerjaan
penangkapan nelayan katagori ini dapat mempunyai pekerjaan lain;
3) Nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan yang sebagian kecil waktunya
digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan;
Alat tangkap gillnet umumnya membutuhkan 3 sampai 5 orang untuk
mengoperasikannya. Namun demikian, jumlah tersebut tergantung dari dimensi
ukuran jaring yang digunakannya.
Armada penangkapan pancing tonda umumnya membawa 1 hingga 4 orang
dalam satu perahu/kapal. Pembagian tugasnya adalah sebagai berikut: satu orang
sebagai juru mudi merangkap sebagai pemancing di bagian buritan perahu dan
lainnya bertugas sebagai pemancing sekaligus mencari tanda-tanda keberadaan
ikan (Endratno, 2002).
Sementara pada alat penangkapan payang memerlukan jumlah nelayan yang
cukup banyak untuk mengeoperasikannya. Menurut Girsang (2008), jumlah
nelayan payang dalam satu unit penangkapan berkisar antara 15 hingga 20 orang,
dengan pembagian tugas sebagai berikut:
1) Juru mudi, bertugas untuk memudikan perahu dan bertanggung jawab
terhadap kondisi mesin;
2) Pengawas, bertugas untuk mencari/mengintai gerombolan ikan target;
3) Petawur, bertugas untuk melempar jaring;
4) Juru batu, bertugas untuk membereskan pemberat, pelampung dan jaring
sebelum dan sesudah operasi penangkapan;

 

5) Bubbulang, berttugas untukk memperb


baiki jaringg yang russak saat op
perasi
penaangkapan;
6) Penddega, bertuggas untuk menarik
m jarin
ng; dan
7) Anaak payang, untuk mengghalau gero
ombolan ikan yang heendak kaburr dari
jarinng payang.
Hal inilahh yang mennyebabkan alat tangkaap payang memerlukan
m n banyak teenaga
kerja,.

2.2.3 Alatt tangkap


2.2.3.1 Allat tangkap
p jaring insang (Gillneet)
Jariing insang (gillnet) addalah suatu alat penanngkapan ikaan berupa jaring
j
yang berbbentuk emppat persegi panjang; alat ini dilenngkapi denngan pelamp
pung,
pemberat, ris atas, kaadang ris baawah. Alat penangkapaan ikan ini memiliki ju
umlah
mesh deptth lebih sediikit dari jum
mlah mesh pada
p arah paanjang jarinng sehingga lebar
atau tingggi jaring lebbih pendek dari panjan
ngnya. Ukuuran mata ddari bahan jaring
j
adalah sam
ma pada seeluruh badaan jaring yang
y disesuuaikan denggan sasaran
n ikan
yang tertaangkap, seehingga serring diangg
gap jenis alat
a tangkaap yang seelektif
(Ayodhyooa, 1981).

Gambar 1 Cara ikan tertangkap pada gillneet.

Gillnnet adalah alat tangkaap yang beerupa jaringg yang mennyerupai din
nding
besar dann dapat dipaasang padaa permukaan
n laut, dasar laut atauupun kedallaman

 

diantaranya. Ikan yang tertangkap akan terjerat pada bagian insang atau terpuntal
pada saat mereka melewati jaring. Kontruksi gillnet terdiri atas: badan jaring,
pelampung tanda, pemberat, tali ris atas dan tali selembar (Sainsbury, 1971).
Jaring tongkol yang sering disebut jaring nilon merupakan surface gillnet
yang tergolong dalam jaring insang hanyut (drift gillnet). Drift gillnet adalah
salah satu jenis gillnet yang populer di kalangan masyarakat perikanan Indonesia.
Penamaan gillnet di Indonesia dipengaruhi oleh kebiasaan nelayan setempat ada
yang memberi nama berdasarkan jenis ikan yang tertangkap atau berdasarkan
letak fishing ground dan ada yang berdasarkan jenis bahan jaring yang digunakan
(Ayodhyoa, 1981). Jaring ini dioperasikan dengan cara direntangkan dekat dasar
perairan dengan bantuan pemberat. Posisi jaring dalam air hanya dapat
diperkirakan melalui letak pelampung-pelampung tanda dari kedua ujung jaring
yang ada dipermukaan air. Baik buruknya rentangan jaring yang sebenarnya
sukar diketahui (Gunarso, 1996).
Menurut Subani dan Barus (1989), jaring insang (gillnet) adalah suatu alat
tangkap yang berbentuk persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung,
pemberat tali ris tas dan bawah. Jaring ini terdiri dari satu jaring biasa yang
disebut tingting.
Rancangan bangun gillnet bermacam-macam tergantung dari sasaran utama
penangkapan yang berhubungan dengan ukuran mata jaring, kondisi perairan yang
berhubungan dengan warna bahan mata jaring dan penempatan alat tangkap pada
perairan yang berhubungan dengan komponen alat tangkap yang digunakan.
Mengunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy dari pelampung
yang menuju ke atas dan sinking force dari pemberat ditambah dengan berat jaring
di dalam air yang menuju ke bawah, maka jaring akan terentang. Pertimbangan
dua gaya ini yang akan menentukan baik buruknya rentangan gillnet di dalam air
(Ayodhyoa, 1981).
Penentuan lebar jaring (jumlah mesh depth) didasarkan antara lain atas
pertimbangan terhadap posisi ke dalaman swimming layer dari jenis-jenis ikan
yang menjadi tujuan penangkapan, density dari gerombolan ikan, dan sebagainya.
Jumlah piece yang digunakan bergantung pada situasi operasi penangkapan,
volum kapal, dan sebagainya. Jumlah piece yang digunakan berpengaruh

 

terhadap besar kecilnya hasil tangkapan yang mungkin diperoleh dan juga akan
mempengaruhi besar kecilnya suatu usaha penangkapan ikan (Ayodyoa, 1981).
Pengoperasian alat tangkap jaring insang tiga lapis dan jaring insang dasar
tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan. Ada beberapa tahap yang harus
dilakukan ketika mengoperasikan alat tangkap ini, yaitu terdiri atas tahap
persiapan, pencarian daerah penangkapan, penurunan jaring (setting), perendaman
(soaking), pengangkatan jaring (hauling) dan penanganan hasil tangkapan.
1) Tahap persiapan.
Persiapan merupakan kegiatan yang dilakukan di fishing base sebelum
berangkat menuju ke daerah penangkapan berupa pemeriksaan perahu, alat
tangkap, mesin, bahan bakar, dan bahan perbekalan;
2) Pencarian daerah penangkapan.
Penentuan fishing ground untuk melakukan operasi penangkapan ikan
dilakukan berdasarkan pengalaman operasi penangkapan sebelumnya dan
informasi dari nelayan jaring insang lainnya. Waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai daerah penangkapan berkisar antara 1 - 1,5 jam;
3) Penurunan jaring (setting).
Setelah tiba di daerah penangkapan atau fishing ground, nelayan bersiap-
siap untuk melakukan setting. Penurunan lampu tanda dan pelampung
tanda, dilanjutkan dengan penurunan jaring secara perlahan dan diakhiri
dengan penurunan pelampung tanda. Pada saat penurunan jaring, kapal
berjalan dengan kecepatan rendah. Keberhasilan penangkapan sangat
tergantung pada beberapa kondisi di fishing ground, seperti arus perairan
dalam kondisi tenang dan alat tangkap lain yang sudah terpasang untuk
menghindari alat tangkap terbelit satu sama lain;
4) Perendaman (soaking).
Setelah selesai setting, pelampung tanda diikatkan ke badan kapal dan
mesin kapal dimatikan, kemudian jangkar kapal diturunkan. Selama proses
soaking, nelayan memanfaatkan waktu untuk beristirahat menunggu
sampai hauling akan dilakukan. Lama perendaman biasanya selama 2 – 4
jam;
10 
 

5) Pengangkatan jaring (hauling).


Pengangkatan jaring dimulai dengan pengangkatan jangkar ke atas kapal
disusul dengan pelampung tanda, kemudian jaring ditarik ke atas kapal
secara perlahan. Pembagian tugas bagi nelayan adalah seorang nelayan
menarik tali ris atas, seorang nelayan menarik bagian jaring yang berada di
tengah, seorang nelayan mengangkat tali ris bawah, dan seorang nelayan
lagi mengeluarkan hasil tangkapan yang terpuntal pada bagian jaring.
Selanjutnya, setelah hauling selesai, dilakukan setting berikutnya;
6) Penanganan hasil tangkapan.
Penanganan hasil tangkapan dilakukan dengan meletakkan hasil tangkapan
pada cool box agar kualitas hasil tangkapan tetap segar tidak busuk.
Secara umum gillnet dapat diklasifikasikan berdasarkan penempatan posisi
jaringnya (Sainsbury, 1971), yakni sebagai berikut:
1) Surface gillnet, yaitu gillnet yang dioperasikan pada bagian permukaan
kolam perairan dengan tujuan penangkapan adalah jenis ikan pelagis;
2) Bottom gillnet, yaitu gillnet yang dioperasikan pada bagian dasar perairan
dengan sasaran penangkapan ikan adalah jenis ikan demersal;
Sementara menurut von Brandt (1984) gillnet dibagi menjadi 5, antara lain;
1) Bottom set gillnet, yaitu gillnet yang dipasang secara menetap didasar
perairan;
2) Anchored floating gillnet, gillnet yang dioperasikan menggunakan jangkar
mirip dengan batom set gillnet namun mencakup gillnet lebih luas;
3) Free drifting gillnet, yaitu gillnet yang dioperasikan bebas secara
terhanyut mengikuti arus, biasanya untuk menangkap jenis ikan pelagis;
4) Encircling gillnet, yaitu gillnet yang dioperasikan secara melingkar;
5) Dragged gillnet, gillnet yang dioperasikan dengan cara ditarik oleh kapal;
Kemudian, Ayodhyoa (1981) mengklasifikasikan gillnet berdasarkan cara
pengoperasiannya atau kedudukan jaring di daerah penangkapan, yaitu :
1) Surface gillnet, yaitu gillnet yang direntangkan dilapisan permukaan
dengan area daerah penangkapan sempit;
11 
 

2) Bottom gillnet, yaitu gillnet yang dipasang dekat atau di dasar laut dengan
menambahkan jangkar sehingga jenis ikan penangkapan adalah ikan
demersal;
3) Drift gillnet, yaitu gillnet yang dibiarkan hanyut disuatu perairan terbawa
arus dengan atau tanpa kapal. Posisi jaring ini ditentukan oleh jangkar,
sehingga pengaruh kecepatan arus terhadap kekuatan tubuh jaring dapat
diabaikan;
4) Encircling gillnet, yaitu gillnet yang dipasang melingkar terhadap
gerombolan ikan dengan maksud menghadang ikan.
Besar kecilnya ukuran mata jaring memiliki hubungan yang erat dengan
ikan yang tertangkap. Gillnet akan bersifat selektif terhadap ukuran hasil
tangkapan. Untuk dapat menghasilkan hasil tangkapan yang besar pada suatu
daerah penangkapan, maka ukuran jaring disesuaikan dengan besar badan ikan
yang terjerat. Pada umumnya ikan tertangkap secara terjerat pada bagian
insangnya (operculum), maka luas mata jaring harus disesuaikan dengan luas
penampang tubuh ikan antara batas tertutup insang sampai sekitar bagian sirip
dada (pectoral). Menurut Martasuganda (2002), jaring insang hanyut (drift
gillnet) adalah jaring yang cara pengoperasiannya dibiarkan hanyut di perairan
baik itu dihanyutkan dibagian permukaan (surface drift gillnet), kolam perairan
(mid water) atau dasar perairan (bottom gillnet).

2.2.3.2 Alat tangkap pancing ulur (Handline)


Satu unit pancing terdiri dari atas line (tali) dan hook (mata pancing). Tali
pancing umumnya terbuat dari bahan benang katun, nylon, polyethylene, dan
senar. Mata pancing terbuat dari baja, kuningan atau bahan lain yang tahan karat
(Subani dan Barus 1989).
Berdasarkan kontruksinya, pancing ulur termasuk dalam kelompok angling
(Ayodhyoa,1981). Von Brandt (1984) mendeskripsikan pancing adalah alat
tangkap yang sederhana, dioperasikan oleh nelayan kecil, memerlukan modal
kecil dan tidak membutuhkan kapal khusus. Alat ini digolongkan ke dalam
fishing with line yang dilengkapi dengan mata pancing. Menurut Ayodhyoa
12 
 

(1981), jenis alat tangkap yang termasuk kedalam kelompok pancing adalah pole
and line, long line, troll line, vertical long line dan hand line.
Menurut Monintja dan Martasuganda (1991), perikanan pancing dapat
dioperasikan dimana saja, dimana alat tangkap lain tidak dapat beroperasi, seperti
di perairan dalam dan kondisi berarus kuat. Alat tangkap pancing dapat
dioperasikan oleh siapa saja, namun diperlukan keahlian dalam pengoperasian dan
pengetahuan tentang sifat dari jenis ikan sasaran penangkapan sehingga dapat
diperoleh hasil tangkapan yang diharapkan. Alat tangkap ini tergolong sangat
sederhana, karena hanya terdiri dari atas pancing, tali, gulungan dan pemberat.
Ukuran pancing dan besar tali disesuaikan dengan ikan yang menjadi sasaran
penangkapan (Farid et al, 1989).
Menurut Ayodhyoa (1981), pengoperasian angling adalah dengan
mengaitkan umpan pada mata pancing yang telah diberi tali dan
menenggelamkannya kedalam air. Ketika umpan dimakan ikan, maka mata
pancing akan tersangkut pada mulut ikan dan pancing ditarik ke perahu.
Konstruksi alat tangkap ini sangat sederhana, mudah dioperasikan dan hampir
semua orang bisa melakukannya. Von Brandt (1984) menyebutkan bahwa
pengoperasian angling sangat sederhana dan tidak memerlukan teknologi tinggi.
Jenis umpan dan cara pemasangannya pada kail sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap pancing
(Sadhori, 1984). Menurut (Farid et al, 1989), umpan yang digunakan pada
pancing ulur adalah layang Decapterus sp), kembung (Rastrelliger sp), dan cumi-
cumi (Loligo sp.) segar. Djatikusumo (1997) menambahkan bahwa persyaratan
umpan yang baik adalah:
1) Tahan lama, artinya umpan tersebut tidak mudah mengalami pembusukan;
2) Mempunyai warna yang mengkilat, sehingga mudah terlihat dan menarik
bagi ikan yang menjadi tujuan penangkapan;
3) Mempunyai bau yang spesifik yang dapat merangsang ikan sasaran
tangkapan;
4) Mudah diperoleh;
5) Harganya terjangkau;
13 
 

6) Mempunyai ukuran yang memadai; dan


7) Disenangi oleh ikan yang menjadi tujuan penangkapan.

2.2.3.3 Alat tangkap pancing tonda


Pancing tonda atau pancing tarik merupakan alat penangkapan ikan
tradisional. Alat ini digunakan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis yang
biasa hidup dekat permukaan, mempunyai nilai ekonomis tinggi dan mempunyai
kualitas daging dengan mutu tinggi (Gunarso,1998).
Pancing tonda adalah alat penangkapan ikan yang terdiri atas seutas tali
panjang, mata pancing dan umpan. Pancing ditarik dibelakang perahu motor atau
kapal yang sedang bergerak. Umpan yang dipakai adalah umpan buatan
(Ayodhyoa,1981).
Perikanan pancing tonda adalah sistem penangkapan pancing yang
dilakukan dengan cara menarik alat tangkap dengan perahu motor atau kapal
kecil. Alat tangkap pancing tonda dipergunakan untuk tujuan penangkapan ikan-
ikan pelagis yang mempunyai kualitas tinggi seperti ikan tuna, yellow fin, skip
jack (cakalang), sword fish (pedang), dorado (lemadang) dan ikan pelagis lainya
(Monintja dan Martasuganda, 1991).
Menurut Subani dan Barus (1985), pancing tarik umumnya lebih dikenal
dengan nama pancing tonda. Pancing ini pada prinsipnya terdiri atas tali panjang,
mata pancing dan pemberat. Cara penangkapan dilakukan dengan menarik
(menonda) pancing tersebut, baik dengan perahu layar maupun perahu motor
secara horizontal menelusuri lapisan permukaan air.
Menurut Ayodhyoa (1981), pancing tonda dikelompokan pada alat tangkap
pancing dengan beberapa kelebihan, yaitu :
1) Metode pengoperasian relatif sederhana;
2) Modal yang diperlukan lebih sedikit;
3) Dapat menggunakan umpan buatan;
4) Syarat-syarat fishing ground relatif lebih sedikit dan dapat bebas memilih;
5) Ikan yang tertangkap seekor demi seekor, sehingga kesegarannya dapat
terjamin.
14 
 

Beberapa kekurangannya adalah :


1) Jumlah hasil tangkapan lebih sedikit dibandingkan alat tangkap lain; dan
2) Keahlian perseorangan sangatlah berpengaruh pada penentuan tempat,
waktu dan syarat-syarat lain.
Umpan merupakan faktor yang sangat penting didalam usaha penangkapan
ikan menggunakan alat tangkap pancing tonda, sebab umpanlah satu-satunya alat
perangsang agar ikan dapat mencapai mata pancing (Ayodhyoa, 1981).
Umumnya ikan mendektesi adanya umpan melalui reseptor yang dimilikinya dan
hal ini tergantung pada jenis reseptor tertentu yang mendominasi pada jenis ikan
tersebut. Oleh karena itu, memilih umpan disesuaikan dengan kesukaan makan
ikan sasaran, dengan mempertimbangkan kemampuan ikan mendekteksi makanan
(Gunarso, 1998).
Umumnya umpan dibagi menjadi dua golongan, yaitu umpan asli dan
umpan buatan. Di Indonesia, dalam pengoperasian pancing tonda jarang sekali
menggunakan umpan asli, karena umpan asli akan mudah lepas atau rusak oleh
gerakan air selama operasi penangkapan ikan berlangsung (Gunarso,1998).
Dalam pengoperasian pancing tonda, umpan adalah satu-satunya yang
menjadi perangsang bagi ikan untuk mendekati mata pancing. Umpan alami yang
baik (Kaynayama 1959 vide Leksono 1983), Harus memenuhi syarat :
1) Warna mengkilap;
2) Sirip tidak terlalu tebal, punggung kuat;
3) Bentuk badan memanjang (panjang dan lebar berkisar antara 15-25 cm dan
3-5 cm);
4) Masih segar; dan
5) Mempunyai bau yang khas (anyir) sebagai ikan umpan.
Sifat umpan alami memiliki banyak kekurangan sehingga para nelayan lebih
memilih menggunakan umpan buatan dalam pengoperasian penangkapan ikan
dengan menggunakan pancing tonda.
Umpan yang digunakan banyak berasal dari bulu ayam yang halus, yaitu
bulu yang terdapat dibagian leher dan ujung ekor saja. Bulu ayam yang
digunakan biasanya yang berwarna putih. Selain umpan buatan dari bulu ayam,
15 
 

juga ada yang terbuat dari tali rafia atau karet. Dasar pemikiran penggunaan
umpan buatan adalah :
1) Harga relatif murah dan mudah didapat;
2) Dapat dipakai berulang-ulang;
3) Dapat disimpan dalam waktu yang lama;
4) Warna dapat memikat; dan
5) Ukuran dapat disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut ikan.

2.2.3.4 Alat tangkap payang


Payang termasuk ke dalam kelompok seine net atau danish seine (Von
Brandt, 1984). Seine net adalah alat penangkapan ikan yang mempunyai bagian
badan, sayap dan tali penarik yang sangat panjang dengan atau tanpa kantong.
Alat penangkapan ikan ini di operasikan dengan cara melingkari area seluas-
luasya dan kemudian menarik alat ke kapal atau pantai. Payang merupakan salah
satu seine net yang dioperasikan dengan cara melingkari kawanan ikan lalu di
tarik ke atas kapal yang tidak bergerak.
Subani dan Barus (1989) mendeskripsikan payang sebagai berikut: besar
mata dari ujung kantong sampai ujung kaki berbeda-beda, bervariasi mulai dari 1
cm atau kurang sampai ± 4 cm. Payang memiliki tali ris bawah yang lebih
pendek, yang di maksudkan agar dapat mencegah kemungkinan ikan dapat lolos
ke bawah, karena pada umumnya payang dioperasikan untuk menangkap jenis-
jenis ikan pelagis yang biasa hidup di bagian lapisan atas perairan dan mempunyai
sifat cenderung bergerak ke lapisan bawah bila terkurung jaring. Menurut
Marwardi (1990) vide Saptaji (2005), mengungkapkan bahwa yang menjadi
tujuan utama dari operasi penangkapan payang di palabuhan adalah jenis-jenis
ikan pelagis yang mempunyai nilai ekonomis penting seperti: cakalang
(katsuwonus pelamis), tongkol (Auxis thazard) dan banyar (Euthynus alletteratus).
Fyson, (1985) membagi pengoperasian alat tangkap berdasarkan gerak
umum kapal menjadi 3 kelompok, yaitu :
1) Pengoperasian dilingkarkan (encircling gear);
Contoh: purse seine, payang, dogol, dan sejenisnya.
2) Pengoperasian ditarik (towed/dragged gear); dan
Contoh: cantrang, pukat ikan, trawl, lampara, tonda dan sejenisnya.
16 
 

3) Pengoperasian pasif (static gear);


Contoh: gillnet, jaring rampus, jaring klitik dan sejenisnya.
Berdasarkan pembagian di atas, alat tangkap payang termasuk ke dalam
encircling gear. Operasi penangkapan ikan dengan alat tangkap payang dapat
dilakukan baik pada siang hari ataupun malam hari (Subani dan Barus, 1989).
Operasi penangkapan ikan pada malam hari dapat dilakukan dengan
menggunakan alat bantu lampu petromak. Sementara untuk penangkapan yang di
lakukan pada siang hari menggunakan alat bantu rumpon.
Ayodhyoa (1972) vide Saptaji (2005) menjelaskan bahwa indikator dalam
menentukan gerombolan ikan pada siang hari dapat dilakukan dengan melihat
perubahan permukaan air laut, seperti terlihatnya buih-buih di permukaan air laut
akibat udara yang dikeluarkan ikan, terlihat riak-riak kecil karena gerombolan
ikan yang berenang dekat permukaan laut dan adanya burung-burung yang
menukik menyambar permukaan laut.

2.3 Rumpon
Rumpon adalah suatu bangunan (benda) menyerupai pepohonan yang
dipasang atau ditanam di suatu tempat di tengah laut. Pada umumnya rumpon
terdiri dari empat bagian penting yaitu pelampung (float), tali panjang (rope),
pemikat (atraktor) berupa daun kelapa atau daun lontar, dan pemberat
(sinker/anchor) (Handriana 2007).
Rumpon adalah suatu kontruksi bangunan yang dipasang didalam air
dengan tujuan untuk memikat ikan agar berasosiasi dengannya sehingga
memudahkan penangkapan ikan disuatu tempat (Monintja 1995 diacu dalam
Zulkarnain 2002). Rumpon biasanya dijadikan alat bantu penangkapan karena
alat ini hanya dijadikan sebagai alat tambahan yang digunakan sebagai pengumpul
ikan pada suatu tempat atau titik untuk kemudian dilakukan operasi penangkapan
berdasarkan alat tangkap yang dikehendaki (Subani, 1986 vide Effendi, 2002).
Menurut Zakri (1993) vide Sianipar (2003) tipe-tipe rumpon yang dikembangkan
hingga saat ini dapat dikelompokkan atas kategori berikut:
17 
 

1) Berdasarkan posisi dari pemikat, rumpon dapat dibagi menjadi rumpon


perairan permukaan lapisan tengah dan dasar. Rumpon perairan permukaan
lapisan tengah terdiri dari jenis perairan dangkal dan perairan dalam.
2) Berdasarkan kriteria permanensi, rumpon dapat dikelompokkan menjadi
rumpon yang dijangkar secara tetap (statis) dan rumpon yang dijangkar tetapi
dapat dipindah-pindahkan (dinamis).
3) Berdasarkan tingkat teknologi yang digunakan, rumpon dikelompokkan
menjadi rumpon tradisional dan modern.
Berbagai alasan dikemukakan oleh Samples dan Sproul (1985) vide Imawati
(2003) untuk menjelaskan ketertarikan ikan terhadap rumpon, antara lain sebagai
berikut:
1) Rumpon sebagai tempat berlindung dari predator bagi ikan tertentu;
2) Rumpon sebagai tempat mencari makan (feeding ground) bagi ikan
tertentu;
3) Rumpon sebagai substrat untuk meletakkan telur bagi ikan tertentu;
4) Rumpon sebagai tempat berteduh (shading place) bagi beberapa jenis ikan
tertentu; dan
5) Rumpon sebagai tempat titik acuan navigasi (meeting point) bagi ikan
tertentu.
Pelampung (float) berfungsi sebagai penanda keberadaan rumpon, pada
pelampung biasanya dipasang bendera tanda. tali panjang (rope) berfungsi
menghubungkan pelampung dengan pemberat, sedangkan pemberat fungsinya
adalah sebagai jangkar dengan tujuan agar rumpon menetap pada satu tempat dan
tidak berpindah-pindah. Atraktor merupakan bagian yang paling penting karena
berfungsi sebagai alat pemikat atau terkumpulnya ikan.
Menurut tim pengkajian rumpon (Rumpon Study Group Bogor Agricultural
University, 1987) persyaratan umum dari komponen-komponen dari konstruksi
rumpon adalah sebagai berikut :
a) Pelampung,
- mempunyai kemampuan mengapung yang cukup baik
- kontruksi cukup kuat
- tahan terhadap gelombang dan air
18 
 

- mudah dikenali dari jarak jauh


- bahan pembuatnya mudah didapat
b) Pemikat,
- Mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan
- Tahan lama
- Mempunyai bentuk seperti posisi vertical dengan arah kebawah
- Melindungi ikan-ikan kecil
- Terbuat dari bahan yang kuat, tahan lama dan murah
c) Tali temali,
- Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah busuk
- Harganya relatif murah
- Mempunyai daya apung yang cukup untuk mencegah gesekan terhadap
benda-benda lainnya dan terhadap arus
- Tidak bersimpul (less knot)
d) Pemberat,
- Bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh
- Permukaan tidak licin sehingga dapat mencengkram dasar perairan dan
memiliki massa jenis yang besar.

Berbagai jenis ikan tertarik untuk berkumpul di sekitar rumpon, mulai dari
ikan pelagis kecil sampai ikan pelagis besar yang didominasi oleh tuna dan
cakalang (Monintja dan Zulkarnain, 1995 vide Ardianto, 2005). Tidak semua
jenis ikan yang beruaya dapat berasosiasi dengan rumpon, hanya beberapa jenis
tertentu yang sering berada di daerah rumpon. Subani (1986) vide Imawati (2003)
mengatakan bahwa ikan yang berkumpul di sekitar rumpon umumnya adalah ikan
pelagis kecil seperti layang (Decapterus maruadsi), deles (Decapterus
crumenophthalmus), kembung (Rastralliger sp.), lemuru (Sardinella longiceps),
tembang (Sardinella fimbriata), selar (Caranx leptolesis), pepetek (Megalaspis
cordyla). Sementara itu, sumberdaya ikan pelagis besar yang banyak berkumpul
di sekitar rumpon adalah cakalang (Katsuwonus pelamis), madidihang (Thunnus
albacares), tongkol (Euthynus sp.), dan tuna mata besar (Thunnus obesus)
(Monintja dan Zulkarnain, 1995 diacu dalam Ardianto, 2005).
3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan sejak bulan Januari-Februari 2010, bertempat di
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Kuesioner;
2) Alat perekam;
3) Kamera digital; dan
4) Alat pengukur, penggaris, jangka sorong.

3.3 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan survey lapang. Jenis data
yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Pengambilan data
primer dilakukan dengan cara wawancara melalui kuesioner yang telah disiapkan.
Sementara data sekunder diperoleh dari instansi terkait, seperti Dinas Kelautan
dan Perikanan Palabuhanratu dan PPN Palabuhanratu, dan dari referensi terkait
yang diperoleh melalui penelusuran pustaka, utamanya yang tersedia di
perpustakaan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK-IPB.
Khusus untuk pengumpulan data primer unit penangkapan multigear, data
hanya diambil dari Kapal PSP-01. Sementara untuk data primer unit penangkapan
single gear, yang dipilih sebagai data pembanding adalah pancing tonda dan
payang, dengan pertimbangan bahwa kedua jenis alat tangkap tersebut umumnya
dioperasikan oleh nelayan Palabuhanratu secara tunggal (single gear) tanpa
kombinasi dengan alat tangkap yang lain. Pengumpulan data unit penangkapan
single gear dilakukan dengan metode purposive sampling, yakni berdasarkan pada
responden yang bersedia diwawancara dan mampu menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan peneliti secara terbuka (Singarimbun dan Efendi, 1989).
Jumlah sampel data ditentukan sebanyak 6 responden, dengan komposisi 3
responden dari unit penangkapan pancing tonda dan 3 responden dari unit
penangkapan payang.
20 
 

3.4 Analisis Data


3.4.1 Analisis tingkat produktivitas unit penangkapan ikan.
Estimasi tingkat produktivitas unit penangkapan ikan dilakukan dengan
pendekatan nilai catch per unit effort (CPUE). Nilai CPUE dapat
menggambarkan nilai laju tangkap per upaya penangkapan ikan berdasarkan atas
pembagian total hasil tangkapan (catch) dengan upaya penangkapan (effort).
Menurut Gulland (1983) rumus yang digunakan untuk menghitung CPUE adalah:

Ci
CPUEi =
fi

Keterangan : CPUEi = Jumlah hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan


ke-i (kg/trip);
Ci = Hasil tangkapan bulan ke-i (kg); dan
fi = Upaya penangkapan persatuan upaya penangkapan ke-i
(trip).
i = 1,2,3............................n

3.4.2 Analisis Efisiensi Teknis


Analisis efisiensi teknis dilakukan dengan membandingkan keragaan
teknis unit penangkapan multigear dengan unit penangkapan single gear. Kriteria
yang digunakan untuk menilai efisiensi teknis dari kedua jenis unit penangkapan
tersebut adalah :
a) Produksi per kapal per tahun
b) Produksi per trip
c) Produksi per tenaga kerja
d) Produksi per gross tonase (GT)
e) Produksi per BBM

Selanjutnya untuk dapat menilai semua kriteria tersebut digunakan suatu


nilai tukar atau nilai standar. Unit usaha yang memperoleh skor tertinggi berarti
lebih baik dari pada yang lainnya. Untuk mendapatkan nilai tukar ini digunakan
fungsi nilai yang mengantarkan preferensi pengambilan keputusan dalam
21 
 

menghadapi kriteria majemuk. Standarisasi dengan fungsi nilai dapat dilakukan


dengan rumus (Mangunsubroto dan Trisnadi, 1987 vide Fauziah,1997) sebagai
berikut :

V (X) =

V (A) = ∑ 1,2,3 … … … … ,

Keterangan :
V(X) = fungsi nilai dari variabel X
Xi = Variabel ke-i
X1 = Nilai tertinggi / terbaik pada kriteria X
X0 = Nilai terendah / terburuk pada kriteria X
V(A) = Fungsi nilai dari alternatif A
Vi = Fungsi nilai dari alternatif pada kriteria ke-i

V adalah fungsi nilai yang mencerminkan pilihan pengambilan keputusan, maka


alternatif yang terbaik adalah memberikan nilai V(A) terbesar atau tertinggi.
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Georafis dan Topografi


Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di wilayah
Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi terletak pada
posisi 06˚57’-07˚25’ LS dan 106˚49’-107˚00’ BT, sedangkan Palabuhanratu
berada pada 06˚57’-07˚07’ LS dan 106˚22’-106˚33’ BT (Peta Palabuhanratu dapat
dilihat pada Lampiran 1). Luas wilayah Palabuhanratu mencapai 6,59% dari total
wilayah Kabupaten Sukabumi secara keseluruhan, atau mencapai ± 27.210,130
Hektar. Kecamatan Palabuhanratu terbagi kedalam 13 desa yaitu Citepus,
Tanjong, Cikadu, Citarik, Pasirsuren, Cidadap, Loji, Cibuntu, Mekarasih,
Kertajaya, Cihaur, Buniwangi dan Cibodas. Batas-batas Wilayah Kecamatan
Palabuhanratu Secara administratif antara lain :
1) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cikidang;
2) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ciemas dan Simpenan;
3) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Warung Kiara; dan
4) Sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
Topografi wilayah Palabuhanratu adalah bertekstur kasar, sebagian besar
wilayahnya merupakan dataran bergelombang dan terdiri atas daerah perbukitan,
daerah aliran sungai serta pantai. Teluk Palabuhanratu berhubungan langsung
dengan Samudra Hindia. Teluk Palabuhanratu merupakan teluk terbesar
sepanjang pantai selatan Pulau Jawa. Panjang garis pantai kurang lebih 105 km.
Ditinjau dari topografi dasar laut, perairan hingga kedalaman 200 m di teluk
tersebut dapat dijumpai hingga jarak sekitar 300 m dari garis pantai. Setelah itu
dasar laut menurun dengan tajam mencapai kedalaman lebih dari 600 m di bagian
tengah teluk (Pariwono et al.,1998).
Perairan Palabuhanratu merupakan tempat bermuaranya dua sungai besar
dan lima sungai kecil. Sungai yang bermuara di Teluk Palabuhanratu dan
tergolong sungai besar adalah Sungai Cimandiri atau Citarik dan Sungai
Cibareno. Sungai tergolong kecil adalah Sungai Cimaja, Cipelabuhan, Cibuntu,
Cikantak dan Sungai Citepus. Pada bagian tengah Teluk Palabuhanratu
23 
 

merupakan lereng kontinental (continental shelf). Perairan Palabuhanratu juga di


pengaruhi oleh adanya arus sepanjang pantai (Sanusi,1994).

4.2 Kondisi Iklim dan Musim


Kondisi iklim tropis di wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi dipengaruhi oleh musim angin barat yang bertiup dari timur ke barat,
dan musim angin timur yang bertiup dari barat ke timur. Musim angin barat
bertiup dari bulan Desember sampai dengan Bulan Maret, pada musim barat
nelayan tidak banyak melakukan operasi penangkapan di laut karena pada musim
ini sering terjadi hujan yang lebat, angin yang sangat kencang dan ombak yang
besar. Sementara musim angin timur berlangsung antara bulan Juni sampai
dengan bulan September. Pada musim timur keadaan perairan relatif tenang,
jarang terjadi hujan dan angin yang bertiup tidak kencang. Keadaan ini
memungkinkan bagi nelayan untuk turun ke laut dan biasanya merupakan puncak
banyak ikan. Curah hujan tahunan di pesisir Teluk Palabuhanratu dan sekitarnya
berkisar antara 2.500-3.500 mm per tahun dan hari hujan antara 110-170 hari per
tahun. Suhu udara di sekitar wilayah ini berkisar antara 18°-30°C dan memiliki
kelembaban udara yang berkisar antara 70-90%, (Astuti, 2008)

4.3 Kondisi Oseanografi


Menurut Pariwono, et al (1998) diacu dalam Dharmayanti (1989), sifat arus
Teluk Palabuhanratu berlawanan arah dengan arus di laut dalam Samudera
Hindia. Selama bulan Februari sampai Juni, arus permukaan di Selatan Jawa
bergerak ke arah timur di sepanjang pantai Jawa, sedangkan arus Samudera
Hindia menuju ke arah barat.
Pada bulan Februari arus pantai mencapai 75 cm per detik kemudian
melemah sampai dengan kecepatan 50 cm per detik selama April sampai dengan
Juni. Pada bulan Agustus, arus pantai berganti arah ke barat dengan kecepatan 75
cm per detik, kemudian menurun hingga kecepatan 50 cm per detik sampai
dengan bulan Oktober. Menurut Pariwono, et al (1998) salinitas di perairan
Palabuhanratu berkisar antara 32,33-35,96 ppt dengan tingkat tertinggi terjadi
pada bulan Agustus, September dan Oktober, sedangkan terendah terjadi pada
24 
 

Bulan Mei, Juni dan Juli. Kisaran suhu di Perairan Palabuhanratu berkisar antara
27°C-30°C. Tinggi gelombang di perairan Palabuhanratu dapat berkisar antara 1-
3 meter.

4.4 Kondisi Perikanan Tangkap


4.4.1 Produksi
Produksi hasil tangkapan adalah banyaknya hasil tangkapan yang didaratkan
di tempat pendaratan ikan dalam hal ini PPN Palabuhanratu. Produksi ikan yang
didaratkan di PPN Palabuhanratu berasal dari hasil tangkapan kapal-kapal ikan
yang berpangkal di Palabuhanratu dan kapal-kapal ikan pendatang yang
diantaranya berasal dari Cilacap, Jakarta, Bali, Sibolga dan Binuangeun.
Perkembangan jumlah produksi hasil perikanan laut yang didaratkan di PPN
Palabuhanratu selama tujuh tahun terakhir disajikan pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Jumlah Produksi hasil tangkapan Perikanan Laut yang didaratkan di
PPN Palabuhanratu pada tahun 2003-2009.
Produksi Pendaratan Ikan Perkembangan
Tahun
(kg) (%)
2003 4.105.260 -
2004 3.367.517 -17,97
2005 6.600.530 96,01
2006 5.461.561 -17,26
2007 6.056.256 10,89
2008 4.580.683 -24,36
2009 3.950.267 -13,76
Sumber : PPN Palabuhanratu, 2009.
Tabel 1 diatas terlihat sejak tahun 2003 sampai tahun 2009 produksi ikan
yang didaratkan di PPN Palabuhanratu mengalami fluktuasi. Produksi ikan yang
didaratkan di PPN Palabuhanratu pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar
-24,36 % dari tahun sebelumnya. Begitu pula produksi pada tahun 2009 yang
turun sebesar -13,76% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah
produksi ikan terbesar terjadi pada tahun 2005 sebesar 96,01%. Terjadinya
fluktuasi produksi ikan dikarenakan adanya pengaruh musim penangkapan ikan
yang tidak menentu dan faktor pendukung operasi penangkapan ikan yang ada di
PPN Palabuhanratu. Berikut ini gambar grafik produksi ikan yang didaratkan di
PPN Palabuhanratu pada tahun 2003-2009 dapat dilihat pada Gambar 2.
25 
 

7,000,000 
6,000,000 

Produksi (kg)
5,000,000 
4,000,000 
3,000,000 
2,000,000 
1,000,000 

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun

Gambar 2 Grafik jumlah produksi (kg) hasil perikanan laut yang didaratkan
di PPN Palabuhanratu tahun 2003-2009.

4.4.2 Unit Penangkapan Ikan


Dalam satu unit penangkapan ikan terdiri atas kapal, alat tangkap dan
nelayan yang mengoperasikan. Unit penangkapan ikan tersebut merupakan satu
kesatuan teknik dalam operasi penangkapan ikan.

1) Kapal
Kapal yang beroperasi di Palabuhanratu diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
kapal motor dan kapal motor tempel. Kapal motor merupakan kapal yang dalam
pengoperasiannya menggunakan mesin yang diletakkan di dalam badan kapal
(inboard) sedangkan perahu motor tempel merupakan perahu yang dalam
pengoperasiannya, mesin diletakkan diluar badan kapal (outboard). Armada
penangkapan ikan yang berpangkalan di PPN Palabuhanratu umumnya adalah
jenis kapal motor dengan ukuran kapal < 10 GT s/d ≤ 100 GT dengan berbagai
macam alat tangkap seperti gillnet, payang, jaring rampus, bagan, purse seine,
pancing ulur, tuna longline, pancing rawai, dan lainnya. Jumlah perahu motor
tempel dan kapal motor selengkapnya disajikan pada Tabel 2.
26 
 

Tabel 2 Perkembangan jumlah kapal yang menggunakan PPN Palabuhanratu


sebagai fishing base periode 2003-2009

Tahun Kapal/perahu perikanan (unit) Jumlah


motor tempel kapal motor
2003 253 128 381
2004 266 264 530
2005 428 248 676
2006 511 287 798
2007 531 321 852
2008 416 230 646
2009 364 394 758
Sumber: PPN Palabuhanratu 2009.
Bedasarkan Tabel 2 Jumlah unit kapal perikanan yang menggunakan PPN
Palabuhanratu sebagai fishing base secara umum cenderung mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2009 terdapat 758 unit yang terdiri dari
perahu motor tempel sebanyak 364 unit dan kapal motor sebanyak 394 unit.
Jumlah kapal yang beroperasi di Perairan Teluk Palabuahnratu pada tahun 2009
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 17,34% atau 112 unit
kapal, dapat dilihat pada Gambar 3 .

900
800
700
600 Kapal Motor (KM)
500
400 Perahu Motor Tempel 
(PMT)
300
Jumlah Kapal/Perahu 
200 Perikanan
100
0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Grafik 3 Jumlah kapal motor dan perahu motor tempel di PPN Palabuhanratu
tahun 2003-2009.
Berdasarkan Grafik 1 diketahui bahwa jumlah kapal (baik kapal inboard
ataupun outboard) mengalami fluktuasi tiap tahunnya. Jika dilihat dari tahun
2003-2009 jumlah kapal di PPN Palabuhanratu meningkat dan jumlah
27 
 

tertingginya ada pada tahun 2007 sebesar 852 unit kapal dari berbagai jenis alat
tangkap. Sementara untuk jumlah kapal terendahnya ada pada tahun 2003 sebesar
381 unit.

2) Nelayan
Nelayan merupakan salah satu komponen penting dalam unit penangkapan
ikan, karena nelayan adalah orang yang mengoperasikan unit penangkapan ikan
atau sarana produksi. Nelayan di Palabuhanratu dikelompokan menjadi dua, yaitu
nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik adalah nelayan yang
memiliki armada penangkapan dan membiayai operasi penangkapan. Nelayan
buruh adalah nelayan yang langsung terlibat dalam operasi penangkapan ikan.
Berdasarkan waktu kerjanya, nelayan di Palabuhanratu dapat dikelompokan
menjadi nelayan penuh dan sambilan utama. Nelayan penuh merupakan nelayan
yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan,
sedangkan nelayan sambilan utama adalah nelayan sebagian besar waktunya
digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Adapun nelayan yang
ada di PPN Palabuhanratu pada tahun 2009 tercatat sebanyak 4453 orang (Tabel
3).

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di perairan Teluk Palabuhanratu periode


2002-2009.
Tahun Nelayan (orang) Perkembangan (%)
2002 2.519 -
2003 3.340 24,58
2004 3.439 2,88
2005 3.498 1,69
2006 4.363 19,82
2007 5.994 27,21
2008 3.900 -53,69
2009 4.453 12,42
Sumber: PPN Palabuhanratu 2009.

Selama periode tahun 2002-2009, peningkatan jumlah nelayan tertinggi


terjadi pada tahun 2007, yakni sebesar 27,21%. Pada tahun 2009 jumlah nelayan
yang terdapat di PPN palabuhanratu sebesar 4.453 orang atau meningkat sebesar
12,42% dari tahun sebelumnya.
28 
 

3) Alat tangkap
Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di PPN Palabuhanratu memiliki
jenis penangkapan ikan yang beragam seperti: pancing, payang, bagan, gillnet,
rawai, trammel net, purse seine, tuna longline, rampus dan jaring klitik. Dalam
operasional penangkapan ikan, jenis alat tangkap yang digunakan merupakan
faktor yang cukup penting selain faktor pengetahuan nelayan tentang tingkah laku
ikan, daerah penangkapan ikan (fishing ground) dan kemampuan menggunakan
alat tangkap yang akan digunakan. Perkembangan jenis alat tangkap yang
beroperasi di PPN Palabuhanratu dalam kurun waktu delapan tahun terakhir
disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Jumlah unit alat tangkap yang memiliki fishing base di PPN
Palabuhanratu Tahun (2002-2009).
Alat Tangkap (Unit) Jumlah Fluktuasi
No. Tahun
RMP PCG PYG BGN PRS GNT RWI LgLn (Unit) (%)
1 2002 - 204 64 102 1 135 12 - 518 -
2 2003 19 187 85 142 6 168 18 29 654 26,25
3 2004 48 244 89 96 8 147 25 36 693 5,96
4 2005 63 245 101 288 7 40 10 71 825 19,04
5 2006 46 280 166 263 2 94 7 34 892 8,12
6 2007 101 443 159 267 9 168 27 155 1.329 48,99
7 2008 35 294 45 200 3 80 7 110 774 -41,76
8 2009 46 190 81 14 2     39  ‐ 23 411  -46,9
Rata- Rata Kenaikan 2,8
Sumber: PPN Palabuhanratu 2008 dan PPN Palabuhanratu 2009
Ket: RMP = Rampus; PCG = Pancing; PYG = Payang; BGN = Bagan; PRS = Purse Saine;
GNT = Gillnet; RWI = Rawai; LgLn = Long Line.

Jenis alat tangkap yang dominan digunakan selama tahun 2005-2009 oleh
nelayan PPN Palabuhanratu adalah pancing kemudian disusul oleh bagan, gillnet,
payang dan tuna longline. Jumlah pengoperasian alat tangkap tertinggi pada
tahun 2007, yakni sebesar 1329 unit. Setelah itu terjadi penurunan alat tangkap
pada tahun berikutnya (2008 dan 2009). Penurunan alat tangkap tersebut diduga
disebabkan oleh semakin sulitnya mendapatkan ikan dan juga semakin mahalnya
biaya operasi penangkapan ikan, sehingga usaha penangkapan ikan semakin
sering merugi, akibatnya banyak armada yang tidak beroperasi lagi.
29 
 

4.4.3 Fasilitas PPN Palabuhanratu


Palabuhan perikanan dalam melaksanakan fungsi dan peranannya
dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas tersebut berupa fasilitas pokok,
fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang.

1) Fasilitas pokok
Fasilitas pokok adalah fasilitas dasar yang diperlukan dalam kegiatan di
suatu pelabuhan. Fasilitas ini berfungsi untuk menjamin keamanan dan
kelancaran kapal baik sewaktu berlayar keluar dan masuk pelabuhan maupun
sewaktu berlabuh di pelabuhan. Fasilitas pokok tersebut antara lain:
a. Areal pelabuhan
Areal Pelabuhan adalah bagian darat yang menampung seluruh fasilitas
pelabuhan. PPN Palabuhanratu memiliki luas areal seluas 10,29 ha dan areal
tersebut merupakan milik PPN Palabuhanratu yang mana sudah digunakan
untuk pembangunan fasilitas pelabuhan.

b. Dermaga
Suatu bangunan kelautan yang berfungsi sebagai tempat berlabuh dan
bertambatnya kapal, bongkar muatan hasil tangkapan dan mengisi bahan
perbekalan untuk keperluan penangkapan ikan di laut. Fasilitas yang terdapat
di dermaga diantaranya:
• Fender yaitu fasilitas yang berfungsi agar kapal terhindar dari
kerusakan akibat benturan dengan dermaga saat bertambat.
• Bolard yaitu suatu bentuk kontruksi di dermaga yang berfungsi untuk
menambatkan kapal

Dermaga yang terdapat di PPN Palabuhanratu memiliki panjang


operasional 509 m. Namun meningkatnya jumlah kapal yang menggunakan
PPN Palabuhanratu untuk mendaratkan hasil tangkapan setiap tahunnya
mengakibatkan terjadinya kapasitas yang terdapat di palabuhanratu
melampaui batas penggunaannya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
pelayanan, pada tahun 2002 pihak PPN Palabuhanratu telah membangun
dermaga baru (dermaga 2) dengan panjang 410 m. Pelabuhan Perikanan
Nusantara di Palabuhanratu saat ini menggunakan dermaga 1 untuk melayani
30 
 

tambat labuh kapal-kapal ukuran <30 GT, sedangkan dermaga 2 digunakan


untuk kapal-kapal ukuran >30 GT.

c. Kolam pelabuhan
Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk masuknya kapal
yang bersandar di dermaga. Kolam pelabuhan menurut fungsinya ada dua
yaitu:
• Alur pelayaran yang merupakan pintu masuk kolam pelabuhan sampai
ke dermaga
• Kolam putar yaitu daerah perairan untuk memutarnya kapal.

Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu mempunyai kolam


pelabuhan dengan luas sekitar 3 ha dengan variasi kedalaman -3 m, -2,5 m,
dan -2 m. Pada tahun 2002 bersamaan dengan dibangunnya dermaga 2, PPN
Palabuhanratu juga membangun kolam pelabuhan baru (kolam 2) seluas 2 ha
dengan kedalaman -4 m.

d. Pemecah gelombang (Breakwater)


Breakwater atau pemecah gelombang adalah suatu struktur bangunan
kelautan yang berfungsi khusus untuk melindungi pantai atau daerah di
sekitar pantai terhadap pengaruh gelombang laut. Panjang breakwater yang
dimiliki PPN Palabuhanratu bagian selatan 294 m, bagian utara 125 m,
bagian barat 50 m, dan bagian timur 200 m. Breakwater berguna untuk
melindungi kapal-kapal perikanan yang tambat labuh di dermaga terhadap
pengaruh gelombang laut

2) Fasilitas fungsional

Menurut Lubis (2006) fasilitas fungsional adalah fasilitas yang berfungsi


untuk meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok sehingga dapat menunjang
aktivitas di palabuhan. Fasilitas fungsional merupakan fasilitas yang berfungsi
untuk menjalankan kegiatan operasional di pelabuhan perikanan. Fasilitas
fungsional yang terdapat di PPN Palabuhanratu adalah :
31 
 

a. Gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI)


Gedung TPI PPN Palabuhanratu memiliki luas 900 m2. Gedung TPI
tersebut dilengkapi dengan kantor dan tempat pelelangan. Tempat Pelelangan
Ikan PPN Palabuhanratu saat ini tidak dimanfaatkan sebagaimana fungsinya
sebagai tempat pelelangan ikan.

b. Pasar ikan
Pasar ikan yang dimiliki PPN Palabuhanratu mempunyai luas 352 m2,
yang bersebelahan dengan gedung TPI dan dimanfaatkan sebagai tempat
untuk memasarkan hasil tangkapan.

c. Menara air dan instalasi


Pelabuhan Perikanan Nusantara di Palabuhanratu mempunyai fasilitas air
bersih berupa satu unit menara air dengan kapasitas 400 m3 yang berada di
dekat kantor PPN Palabuhanratu. Saat ini telah terpasang instalasi air yang
baru, khusus untuk kegiatan masyarakat.

d. Tangki BBM
Pelabuhan Perikanan Nusaantara di Palabuhanratu mempunyai dua unit
tangki BBM yang berkapasitas 320 m3 dan 208 m3 yang dipasok dari station
package dealer untuk nelayan (SPDN) yang dikelola oleh KUD Mina Mandiri
Sinar Laut.

e. Listrik dan instalasi


Listrik yang terdapat di PPN Palabuhanratu bersumber dari PLN dengan
kapasitas daya 82,5 kilo volt ampere (KVA).

f. Tempat perbaikan jaring


Pelabuhan Perikanan Nusantara di Palabuhanratu mempunyai tempat
untuk memperbaiki jaring dengan luas bangunan 500 m2 dan areal untuk
penjemuran dan perbaikan jaring seluas 3000 m2.

g. Balai pertemuan nelayan


Balai pertemuan nelayan PPN Palabuhanratu mempunyai luas 150 m2,
dimanfaatkan untuk pertemuan nelayan, rapat KUD, penyuluhan, dan
pelatihan-pelatihan di bidang perikanan.
32 
 

h. Forklift, dump truck, truck folder crane


Fasilitas ini berfungsi untuk alat bantu memindahkan barang dari dermaga
ke tempat penumpukan barang.

2) Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasional pelabuhan perikanan. Fasilitas penunjang yang terdapat di PPN
Palabuhanratu antara lain:
• Fasilitas kesejahteraan, yaitu adalah Mushola, MCK (mandi, cuci, kakus),
poliklinik dan warung.
• Fasilitas admisnistrasi, yaitu kantor pengelola pelabuhan, ruang operator,
kantor syahbandar, dan kantor beacukai.
 
5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Keragaan Unit Penangkapan Ikan


5.1.1 Unit penangkapan ikan multigear (Kapal PSP 01)
Penangkapan ikan Kapal PSP 01 menggunakan alat tangkap multigear,
yaitu mengoperasikan alat tangkap lebih dari satu unit alat tangkap. Alat tangkap
yang terdapat di Kapal PSP 01 antara lain adalah pancing tonda, pancing ulur
(handline), dan gillnet.

1) Kapal
Kapal PSP 01 merupakan kapal yang dimiliki oleh Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, yang terbuat dari bahan kayu. Dimensi Kapal PSP 01
adalah panjang total (LOA) 14,3 meter, lebar maximum (Bmax) 3,12 meter, dan
kedalaman (D) 1,2 m, Dengan ukuran kapal sekitar 9,5 GT (Gross tonase). Jenis
kayu yang digunakan dalam pembuatan Kapal PSP 01 adalah kayu kitamiang ,
laban (Vitex pubesceus vahl), dan bayur (Pterospermum javanicum).
Kapal PSP 01 digunakan sebagai unit usaha perikanan di Palabuhanratu.
Selain untuk usaha Kapal PSP 01 digunakan sebagai kapal penelitian dan latihan
bagi para mahasiswa. Kapal PSP 01 mulai beroperasi di Palabuhanratu terhitung
mulai bulan Mei 2008 hingga sekarang. Mesin yang digunakan untuk
mengoperasikan Kapal PSP 01 adalah mesin motor dengan merk Mitsubishi 4D30
80 PS/2100 rpm yang menggunakan bahan bakar solar. Dalam pengoperasiannya
kapal PSP 01 membawa bahan bakar solar sebanyak 4 drum, yang satu drumnya
berisi 100 liter bensin dan membawa air tawar sebanyak 3 blong, yang satu
blongnya berisi 100 liter air tawar. Kapal PSP 01 mempunyai 3 buah palka yang
terdiri dari satu palka untuk menyimpan alat tangkap (gillnet) sedangkan dua
palka yang lain dipergunakan untuk menyimpan hasil tangkapan. Kedua palka
yang dipergunakan untuk menyimpan hasil tangkapan mempunyai dimensi ukuran
yang berbeda. Palka yang pertama untuk menyimpan hasil tangkapan ukuran
dimensinya adalah panjang 125 cm, lebar 240 cm dan dalam 90 cm, sedangkan
34 
 

palka ke dua untuk menyimpan hasil tangkapan ukuran dimensinya adalah


panjang 125 cm, lebar 210 cm dan dalam 90 cm.

Gambar 4 Kapal PSP 01 tahun 2010.

2) Alat tangkap
Kapal PSP 01 mengoperasikan beberapa jenis alat penangkapan ikan
(multigear), yaitu pancing tonda, pancing ulur (tomba) dan gillnet. Pengoperasian
alat tangkap dilakukan berdasarkan musim dan keadaan daerah penangkapan ikan.

a. Pancing tonda (Troll line)

Pancing tonda adalah alat penangkap ikan yang dioperasikan secara aktif
dengan cara ditarik oleh perahu motor atau kapal kecil. Pancing tonda terdiri dari
beberapa bagian yaitu panjang tali utama, mata pancing, pemberat, dan umpan.
Berikut penjelasan dari bagian-bagian dari pancing tonda, yaitu:

• Tali utama
Tali utama pancing tonda terbuat dari bahan nylon yang memiliki panjang
sekitar 50-70 m. Jarak antar tali utama sekitar setengah depa atau 1,5 m. Dalam
sekali setting pancing tonda, dapat mengoperasikan 5-8 pancing.
35 
 

• Mata pancing
Mata pancing yang digunakan untuk pancing tonda adalah mata pancing
berkait ganda terbuat dari stainless. Nomor mata pancing yang digunakan oleh
Kapal PSP 01 pancing tonda yaitu antara nomor 07 – 08.

Gambar 5 Mata pancing untuk tonda.


• Pemberat
Pemberat yang digunakan untuk alat tangkap pancing tonda terbuat dari
timah atau semen. Jumlah pemberat yang digunakan untuk setiap unit pancing
tonda adalah satu unit dengan berat 20 gram.
• Umpan
Umpan yang digunakan dalam pengoperasian pancing tonda menggunakan
umpan buatan. Karena dinilai lebih efisien dibandingkan dengan umpan alami
berupa ikan segar atau hidup. Selain itu, keunggulan dari umpan buatan adalah
tidak mudah rusak dan dapat digunakan berulang kali.

Gambar 6 umpan buatan (plastik). Gambar 7 umpan buatan


(benang sutera).
36 
 

50
0 – 70 m

2 cm

Ketterangan : a. Tali utamaa c. Pemberat


b. Mata panccing

Gambar 8 Pancing to
onda saat diioperasikan

Bagian utama dari


d pancingg tonda adallah mata panncing, tali uutama, pemb
berat,
dan umpaan. Spesifikkasi alat tanngkap panccing tonda Kapal
K PSP 01 dapat dilihat
d
pada Tabeel 5.

Tabel 5 Spesifikasi
S a tangkapp pancing to
alat onda Kapal PSP
P 01
Komponenn alat tangkkap Bahan, uku
uran dan jum
mlah pancinng tonda
Jumlah maata pancingg 5-8
Nomor maata pancing 7-8
Tali utamaa (m) 50-70
Diameter pancing
p (m
mm) 2
Bahan talii utama Nylon
Bahan maata pancing Tembaga (pancing gaanda)
Pemberat Timahh (20 gram))
Jenis umppan Buataan (plastik)
Sumber: Data
D primer,2010
37 
 

b. Pancing ulur (Hand line)


Alat tangkap pancing ulur yang digunakan oleh Kapal PSP 01 disebut juga
sebagai pancing tomba karena pengoperasian pancing ulur dimodifikasi dengan
menggunakan jerigen. Secara umum deskripsi alat tangkap pancing tomba dapat
dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Deskripsi pancing tomba yang digunakan Kapal PSP 01.

Pancing tomba adalah alat penangkapan ikan yang berbentuk jerigen yang
pengoperasiannya dilakukan dengan cara mengaitkan umpan pada mata pancing
yang telah diberi tali kemudian menenggelamkannya kedalam air, dan menaruh
jerigen di permukaan air. Ketika umpan dimakan ikan, maka jerigen bergerak,
kemudian jerigen diangkat ke atas kapal.
Pancing tomba terdiri dari beberapa bagian yaitu jerigen, mata pancing, tali
utama, pemberat dan umpan. Berikut penjelasan dari bagian-bagian tersebut:
38 
 

• Jerigen
Jerigen yang digunakan pada Kapal PSP 01 berukuran 35 x 10 x 25 cm.
Adapun penggunaan jerigen adalah sebagai pelampung pada saat pancing tomba
di operasikan.

Gambar 10 Alat tangkap pancing ulur menggunakan jerigen (pancing tomba).

• Tali utama
Tali utama yang digunakan oleh Kapal PSP 01 biasanya terbuat dari nylon.
Panjang tali utama yang digunakan sampai 100 meter, namun yang digunakan
dalam operasi penangkapan ikan umumnya sekitar 20-50 m tergantung dari
kondisi perairan daerah penangkapan ikan, Diameter tali utamanya adalah 2 mm.
Pancing tomba dalam setiap setting, nelayan pancing tomba dapat
mengoperasikan 7-9 unit pancing tomba.

• Mata pancing
Mata pancing yang digunakan untuk pancing tomba terbuat dari stainless
atau baja. Nomor mata pancing yang digunakan oleh Kapal PSP 01 antara nomor
02 – 03.

Gambar 11 Mata pancing untuk pancing tomba.


39 
 

• Umpan
Umpan yang digunakan untuk pancing tomba adalah ikan segar. Umumnya
ikan segar yang digunakan oleh Kapal PSP 01 diperoleh dari hasil tangkapan
pancing tonda seperti ikan tongkol. Ikan tongkol hasil tangkapan pancing tonda
nantinya dijadikan umpan pada saat pengoperasian pancing tomba. Hal ini
dilakukan supaya memperoleh hasil tangkapan ikan tuna. Spesifikasi alat tangkap
pancing tomba Kapal PSP 01 disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Spesifikasi alat tangkap pancing tomba Kapal PSP 01.


Komponen alat tangkap Bahan, ukuran dan jumlah pancing tomba
Jumlah mata pancing 7-9
Nomor mata pancing 02-03
Tali utama (m) 100
Diameter pancing (mm) 2
Bahan tali utama Nylon monofilament
Bahan mata pancing Baja (J-Type)
Pemberat Timah (100 gram)
Jenis Umpan Ikan Segar (tongkol)
Sumber: Data primer,2010

c. Jaring insang (Gillnet)


Jenis gillnet yang dioperasikan di Kapal PSP 01 ada dua macam jenis yaitu
drift gillnet dan jaring bloon. Drift gillnet adalah jaring yang dibiarkan hanyut
disuatu perairan terbawa arus, drift gillnet digunakan untuk menangkap ikan-ikan
pelagis, sedangkan jaring bloon dioperasikan untuk menangkap udang atau ikan
demersal.
Drift gillnet yang di memiliki Kapal PSP 01 memiliki panjang total kurang
lebih 800 depa (1200 meter), dengan jumlah mata jaring sebanyak kurang lebih
18000 mesh. Ukuran mata jaring sebesar 4 inci, Bahan jaring terbuat dari bahan
PA multifilamen hijau. Dan tali ris terbuat dari tambang PE dengan diameter 0,8
cm. Berikut ini deskripsi gambar gillnet yang terdapat pada Kapal PSP 01, dapat
dilihat pada Gambar 12.
40 
 

Panjang totaal = 1.200 m

a c

ukuran mata
jaring = 4 inchi

Keterangan : a. Pelam
mpung tanda d. Tali pelampung
p
b. Tali ris
r atas e. Pemb
berat
c. Pelam
mpung

Gambar 122 Deskripssi gillnet yan


ng digunakaan Kapal PS
SP 01.

3) Nelaayan

Nelaayan yang teerdapat di Kapal


K 0 umumnyya berasal dari nelayan lokal
PSP 01
di Palabuhhanratu. Neelayan yangg mengoperrasikan Kappal PSP 01 antara 5-6 orang
o
per trip. Pembagian
P t
tugas nelayaan adalah seebagai berikkut : satu orrang sebagaai juru
mudi untuuk mengatuur jalannya kapal, 4-5
5 orang sebbagai pemanncing atau yang
mengoperrasikan gillnnet serta melakukan
m peersiapan sebbelum operrasi penangk
kapan
ikan berlanngsung, sepperti menyiaapkan umpaan dan menyyalakan petrromaks.

Tabel 7 Juumlah nelayyan dan keddudukannyaa dalam operasi penanggkapan.


Keddudukan Jum
mlah
Juru Mudii 1
Nelayan 4
Jumlah 5
Sumber: Data
D primer,2010
41 
 

4) Metode pengoperasian alat tangkap Kapal PSP 01


Sebelum berangkat menuju fishing ground nelayan PSP 01 melakukan
persiapan terlebih dahulu yaitu mempersiapkan perbekalan, pemeriksaan mesin
dan perahu, serta penyusunan alat tangkap di perahu. Nelayan Kapal PSP 01
meninggalkan fishing base sekitar pukul 17.00 WIB dan akan kembali dari fishing
ground 7 hari kemudian pukul 09.30 WIB. Waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai fishing ground tergantung dari jarak fishing ground yang akan dituju.
Penentuan fishing ground ini ditentukan berdasarkan pengalaman nelayan.
Nelayan Kapal PSP 01 cenderung memiliki fishing ground yang tetap, kalaupun
berpindah tempat tidak akan jauh dari fishing ground sebelumnya.
Tahapan selanjutnya yaitu setting alat tangkap drift gillnet, yang dimulai
dengan penurunan pelampung tanda. Setelah pelampung tanda diturunkan
kemudian dilanjutkan dengan penurunan jaring satu per satu. Setting di lakukan
pada waktu malam hari sekitar pukul 20.00 WIB lamanya setting kurang lebih 1
jam, setelah setting dilakukan proses selanjutnya dihanyutkan (drifting) jaring
selama 2-3 jam dan tahap terakhir hauling selama 3 jam. Untuk pengoperasian
drift gillnet dan jaring bloon berbeda pada lokasi daerah penangkapannya, jaring
gillnet dilakukan di tengah laut, sedangkan jaring bloon di sekitar teluk.
Cara operasional pancing tonda adalah dengan cara menonda (menarik)
pancing secara horizontal di permukaan perairan. Sementara tahapan untuk alat
tangkap pancing tonda yang pertama dilakukan yaitu memasang umpan pada mata
pancing, dan menurunkan pancing satu persatu ke perairan. Kemudian mengikat
ujung tali pada salah satu ujung kanan atau kiri dan bagian buritan kapal. Tali
pancing yang telah direntangkan di sisi kanan atau kiri perahu ditarik terus
menerus menyusuri daerah penangkapan dengan tujuan umpan buatan yang
dipakai bergerak-gerak seperti ikan mangsa. Pada saat salah satu umpan dimakan
ikan, pemancing langsung memberitahukan juru mudi untuk menaikkan kecepatan
perahu. Juru mudi akan mempercepat laju perahu dengan tujuan agar ikan yang
memakan umpan cepat tersangkut pada mata pancing dan mencegahnya terlepas
kembali. Persiapan setting dilakukan sekitar 30 menit lamanya dan setting sekitar
5 jam/hari. Alat tangkap pancing tonda menggunakan umpan dalam
pengoperasiannya. Umpan yang digunakan adalah umpan buatan (artificial bait),
42 
 

yang terbuat dari bulu ayam, kain yang berwarna menarik, dan bahan-bahan yang
terbuat dari plastik yang menyerupai bentuk asli hewan laut seperti cumi, ikan-
ikan kecil, dan sebagainya. Umumnya dalam sekali operasi penangkapan dapat
menghabiskan hingga 300-400 liter solar.

5) Daerah penangkapan ikan


Daerah penangkapan Kapal PSP 01 dilakukan di daerah rumpon wilayah
selatan dan daerah rumpon wilayah barat. Adapun rumpon yang terdapat di
Palabuhanratu merupakan rumpon yang dibuat oleh pemerintah maupun pihak
swasta. Satu rumpon di wilayah Palabuhanratu umumnya digunakan oleh 1 – 8
kapal. Lokasi daerah penangkapan Kapal PSP 01 berada di perairan selatan Jawa
Barat. Daerah tersebut meliputi 07o LS – 09o LS dan 105o BT – 107o BT. Dari
data yang didapat, fishing ground Kapal PSP 01 antara lain di daerah Ujung
Kulon, Binuangeun, perairan Legundi, perairan Selat Panaitan, Cisokan, Karang
Bolong. Kegiatan operasional Kapal PSP 01 di Palabuhanratu berlangsung
sepanjang tahun mulai dari tahun 2008 hingga sekarang. Kapal PSP 01 dalam
sekali operasi penangkapan ikan melakukan trip sebanyak 3 kali per bulan dengan
lama 1 trip antara 5 sampai dengan 7 hari.

6) Komposisi hasil tangkapan


Berdasarkan data Kapal PSP 01, komposisi hasil tangkapan yang didapatkan
cukup beranekaragam tergantung dari alat tangkap yang di operasikan pada waktu
penangkapan. Ketika Kapal PSP 01 mengoperasikan alat tangkap gillnet, hasil
tangkapan yang didapatkan berupa ikan pelagis seperti cakalang (Katsuwonus
pelamis), layur (Trichiurus sp.), tenggiri (Scomberomorus sp.), jangilus
(Istiophorus sp.), dan tongkol (Auxis sp.). Sementara ketika alat tangkap pancing
yang dioperasikan hasil tangkapan yang didapatkan adalah tuna madidihang
(Thunnus albacores), albakora (Thunnus alalunga), tuna mata besar (Thunnus
obesus), dan tongkol (Auxis sp.). Ketika Kapal PSP 01 mengoperasikan jaring
bloon atau bubu maka didapatkan udang karang dan lobster seperti udang mutiara
(Penaeus sp.), dan lobster hijau pasir (Panulirus versicolor).
43 
 

5.1.2 Unit penangkapan ikan yang menggunakan satu alat tangkap (single
gear)
Pada penelitian ini alat tangkap single gear yang diamati atau diteliti adalah
alat tangkap payang dan alat tangkap pancing tonda yang terdapat di PPN
Palabuhanratu. Unit penangkapan ikan terdiri dari kapal, alat dan nelayan kapal
itu sendiri. Penjelasan dari alat tangkap payang dan pancing tonda disajikan pada
bab dibawah ini.

1) Pancing tonda
a. Kapal
Kapal yang digunakan untuk mengoperasikan pancing tonda adalah jenis
kapal motor yang memiliki dimensi utama LOA = 12 meter, B = 2,8 meter, dan D
= 1,2 meter, maka dapat di ketahui GT untuk kapal pancing tonda sebesar 8 GT.
Mesin yang digunakan berkekuatan 22 PK dengan bahan bakar solar. Umumnya
kapal yang digunakan di palabuhanratu adalah jenis kapal kayu yang memiliki
umur teknis sekitar 10 tahun. Perawatan kapal dilakukan kurang lebih 6 bulan
sekali yang meliputi pengecetan, penambalan bagian yang bocor, dan
menghilangkan teritip.

Gambar 13 Kapal pancing tonda di PPN Palabuhanratu tahun 2010.


44 
 

b. Alat tangkap
Pancing jenis ini termasuk kedalam jenis pancing rumpon. Karena
pengoperasian pancing tonda di lakukan di daerah sekitar rumpon. Pancing tonda
terdiri atas dua bagian utama yaitu tali pancing, mata pancing dan pemberat.
Jumlah mata pancing yang digunakan nelayan Palabuhanratu berjumlah antara 5-7
unit mata pancing. Mata pancing umumnya terbuat dari kawat baja, kuningan,
atau bahan tahan karat dan tembaga. Nomor mata pancing tonda adalah 07-08
dan panjangnya sekitar 3 cm. Tali pancing tonda terbuat dari bahan PA
monofilament no. 60 dengan panjang sekitar 40 meter per unit dan umpan yang
digunakan berupa umpan buatan.

c. Nelayan
Nelayan yang mengoperasikan kapal pancing tonda ini berkisar 4-5 orang
per unit. Pembagian tugas nelayan antara lain, seorang nelayan mengatur jalannya
perahu sekaligus sebagai pemancing. Nelayan lainnya sebagai pemancing dan
melakukan persiapan sebelum operasi penangkapan berlangsung.

Tabel 8 Jumlah nelayan dan kedudukannya dalam operasi penangkapan.


Kedudukan Jumlah
Juru Mudi 1
Nelayan/ ABK 4
Jumlah 5
Sumber: Data primer,2010

d. Metode pengoperasian alat


Dalam pengoperasian alat tangkap pancing tonda, digunakan beberapa alat
bantu penangkapan seperti gacok untuk mematikan ikan, lampu untuk
penerangan, serta umpan buatan yang berupa cumi-cumi palsu atau kain perca.
Alat bantu lainnya yang sangat penting dalam pengoperasian alat tangkap pancing
tonda di wilayah Palabuhanratu yaitu rumpon yang digunakan untuk
mengumpulkan ikan.
Pengoperasian alat tangkap pancing tonda yaitu mengulur alat tangkap
perlahan-lahan ke perairan dan mengikat ujung tali pada salah satu ujung kanan
atau kiri perahu dan buritan dengan jarak tertentu. Pengoperasian biasanya
45 
 

dilakukan sebanyak 2 – 4 trip dalam satu bulan, dimana dalam satu kali trip
nelayan menghabiskan waktu 7 – 10 hari. Adapun hari yang tidak dimanfaatkan
untuk melakukan kegiatan melaut adalah hari Jum’at karena para nelayan
melakukan kegiatan ibadah sholat Jum’at sekaligus dimanfaatkan untuk
beristirahat.

e. Daerah penangkapan ikan


Daerah penangkapan ikan untuk pancing tonda di wilayah Palabuhanratu
berada di sekitar rumpon. Rumpon digunakan untuk mengumpulkan ikan.
Terdapat beberapa daerah di Teluk Palabuhanratu yang terdapat rumpon yang
biasa didatangi oleh nelayan pancing tonda. Salah satu daerah tersebut yaitu
ujung genteng yang berjarak 50 mil dari PPN Palabuhanratu atau sekitar 3,5 – 4
jam perjalanan menggunakan kapal. Adapun nelayan pancing tonda di
Palabuhanratu sering pula menyebutkan daerah lintang 7 – 8 sebagai daerah
penangkapan ikan.

f. Komposisi hasil tangkapan


Hasil tangkapan utama dari alat tangkap pancing tonda selama penelitian
adalah ikan jenis tuna seperti Big eye tuna (Thunnus obesus), dan tuna madidihang
(Thunnus albacares) yang berada di sekitar rumpon. Selain itu terdapat pula hasil
tangkapan sampingan pancing tonda yaitu cakalang (Katsuwonus pelamis), dan
tongkol (Auxis sp.). Adapun hasil tangkapan nelayan pancing tonda pada saat
musim puncak dapat mencapai sekitar 800 kg dan pada saat musim paceklik
hanya mencapai sekitar 150 kg.

2) Payang
a. Kapal
Berdasarkan dari hasil wawancara nelayan payang di Palabuhanratu, kapal
yang digunakan untuk pengoperasikan payang adalah jenis kapal motor tempel
yang terbuat dari kayu. Dimensi kapal payang adalah panjang total (LOA) 12 m,
lebar (B) 2 m dan dalam (D) 0,8 m, Maka kapal payang yang terdapat di PPN
Palabuhanratu diketahui ukuran GT kapal sebesar 6,77 atau rata-rata 7 GT.
46 
 

Umumnya kapal payang yang digunakan di Palabuhanratu memiliki umur teknis


20 tahun. Perawatan kapal dilakukan 4-6 bulan sekali yang meliputi pengecatan,
penambalan bagian yang bocor. Kapal payang umumnya menggunakan satu
mesin tempel yang berkekuatan 40 PK. Bahan bakar yang digunakan bensin, dan
minyak tanah.

Gambar 14 Kapal payang di PPN Palabuhanratu tahun 2010.

b. Alat tangkap
Payang merupakan alat tangkap yang memiliki tali penarik yang sangat
panjang dengan cara melingkari wilayah seluas-luasnya dan kemudian
menariknya ke kapal yang tidak bergerak. Alat tangkap payang termasuk
kedalam pukat kantong lingkar. Pukat kantong lingkar adalah suatu jaring yang
terdiri dari kantong (bunt or bag), badan (body), kaki atau sayap(wing) yang
dipasang pada kedua sisi (kiri dan kanan) mulut jaring.
Pada payang terdiri atas kantong, dua sayap, dua tali ris, tali selambar, serta
pelampung dan pemberat. Kantong yang terdapat pada payang merupakan satu
kesatuan yang berbentuk kerucut. Semakin ke ujung kantong jumlah mata jaring
semakin berkurang dan ukuran mata jaringnya semakin mengecil, hal ini
dilakukan untuk menghindari lolosnya ikan yang telah masuk kedalam kantong.
47 
 

Berikut inni deskripsi gambar payyang yang terdapat


t di PPN Palabuuhanratu, seeperti
dapat dilihhat pada Gaambar 15.

Gambar 15 Deskrippsi alat tanggkap payang


g yang terdaapat di PPN Palabuhanrratu.

Tali ris terbuat dari bahan PE multifila


ament mem
mpunyai diam
meter sekitaar 3-4
mm dengaan panjang tali antara 300-400
3 m. Sementaraa tali ris baw
wah diameteer 5-6
mm denggan panjangg tali kuranng lebih 24
40-350m. Tali
T selambbar atau peenarik
terbuat daari bahan PE
E dengan diameter 16 mm.
m Panjanng tali depann dibagian sayap
s
kiri sekitaar 15-20 m dan untuk bagian belaakang sekittar 120-2000 m. Pelam
mpung
terdapat dua macam
m bambu dan plastiik, dengann ukuran ssilinder pan
njang
sekitar1000-120 cm, plastik berrukuran 20 liter. Pem
mberat timaah dengan berat
sekitar 1,55-2 kg. Baggian dan fuungsi dari jaaring payanng secara lenngkap di saajikan
pada Tabeel 9.
Tabel 9 Bagian
B jarinng payang.
No Bagian jaringg payang
B Fungsi
1 Sayyap Penggiringg atau penggurung ikan
2 Kantong Tempat beerkumpulnyya ikan yangg tertangkapp
Untuk merentangkan jaring sertaa mengikat
3 Talli ris pelampung g dan pembberat
4 Sellambar Penarikan
n jaring saat setting dann hauling
Menjaga jaring tetap terapung daan
5 Pellampung mempertaahankan benntuk jaring
Merendamm bagian baw wah jaring supaya
6 Pem mberat bukaan jarring maksimmal
Sumber : Monintja
M (11991) vide Yulia
Y (2006)
48 
 

c. Nelayan
Pengoperasian alat tangkap payang memerlukan tenaga yang besar baik
pada saat menurunkan jaring (setting) maupun pada saat menarik jaring (hauling).
Hal inilah yang menyebabkan alat tangkap payang banyak menyerap tenaga kerja,
dimana untuk satu unit alat tangkap dibutuhkan 15-20 orang per unit. Tabel 10
berikut ini menjelaskan rincian dari jumlah nelayan dan kedudukannya pada satu
unit alat tangkap.

Tabel 10 Jumlah nelayan dan kedudukannya dalam operasi penangkapan.

Kedudukan Jumlah
Juru mudi 1
Motoris 1
Pedaga dewasa (8-14)
Pedaga kecil (2-3)
Jumlah (15-20)
Sumber: Data primer,2010

Juru mudi adalah orang yang memimpin jalannya operasi penangkapan,


menentukan lokasi daerah penangkapan, menentukan melaut atau tidaknya dan
membagi-bagi pendapatan antar nelayan. Keberhasilan operasi penangkapan
payang banyak ditentukan oleh juru mudi, karena turunnya pelampung tanda dan
tali selambar pada saat pengoperasian ditentukan oleh juru mudi, untuk itu juru
mudi harus tahu dengan pasti kapan tali selambar diturunkan.
Motoris adalah orang yang bertanggung jawab untuk persiapan operasi
penangkapan seperti perawatan kondisi mesin, menangani kerusakan-kerusakan
kecil yang terjadi pada saat operasi. Keberhasilan dalam penangkapan ditentukan
oleh kemampuan juru mudi dalam mengatur kecepatan mesin pada saat
pengoperasian.
Pendega dewasa adalah orang yang bekerja pada saat setting dan hauling,
serta menangani hasil tangkapan. Pada waktu tidak operasi/docking, mereka
bekerja memperbaiki jaring dan bagian-bagian kapal yang rusak. Sementara
pendega kecil, bertugas membantu pendega dewasa saat pengoperasian serta
menyiapkan konsumsi untuk keperluan seluruh nelayan.
49 
 

d. Metode pengoperasian alat


Operasi penangkapan payang dapat dilakukan baik siang maupun malam
hari. Namun pengoperasian umumnya dilakukan pada siang hari, sedangkan
operasi malam hari dilakukan pada musim Barat, dimana pengoperasian siang hari
pada musim Barat ini sering tidak memberi hasil.
Sebelum berangkat ke fishing ground, nelayan payang terlebih dahulu
mempersiapkan perbekalan yang dibutuhkan seperti bensin, oli, air tawar dan
makanan. Nelayan payang meninggalkan fishing base sekitar pukul 06.00 WIB
dan kembali lagi dari fishing ground sekitar pukul 18.00 WIB. Waktu yang di
butuhkan untuk mencapai fishing ground sekitar 2-3 jam atau tergantung dari
fishing ground yang dituju.
Penentuan fishing ground ini ditentukan berdasarkan pengalaman nelayan
dan tanda-tanda alam. Nelayan payang cenderung memiliki fishing ground yang
tetap, karena pengoperasian payang hanya di sekitar Teluk Palabuhanratu.
Menurut Sainsbury (1971), payang biasanya dioperasikan di lapisan
permukaan air (water surface), dengan tujuan menangkap ikan pelagis yang
membentuk kelompok (schooling). Dasar dari seine net adalah melingkari area
perairan dengan. Prinsip pengoperasian alat ini adalah membatasi gerak ikan
sehingga terkurung pada bagian sayap dan selanjutnya ikan masuk kedalam
kantong. Penarikan dua sisi sayap dilakukan secara bersama, sehingga kelompok
ikan tergiring masuk kedalam jaring. Umumnya dalam sekali operasi
penangkapan dapat menghabiskan hingga 10-30 liter bensin

e. Daerah penangkapan ikan


Daerah penangkapan payang ditentukan berdasarkan pengalaman nelayan
dan tanda-tanda alam. Umumnya payang dioperasikan di lapisan permukaan air
bagian atas dengan tujuan menangkap ikan pelagis yang membentuk kelompok
(schooling). Selain itu payang dioperasikan di daerah-daerah yang terlihat terdapat
keberadaan gerombolan ikan.
Tiga hal sebagai indikator adanya gerombolan ikan, seperti yang
dikemukakan oleh Ayodhyoa (1981), yaitu:
(1) Adanya lompatan-lompatan ikan dipermukaan laut;
50 
 

(2) Burung-burung yang menukik-nukik dan menyambar-nyambar


permukaan laut;
(3) Adanya buih-buih dipermukaan laut.

f. Komponen hasil tangkapan


Hasil tangkapan yang diperoleh payang tergantung pada kondisi daerah
penangkapan ikan dan musim. Namun umumnya jenis ikan dari hasil tangkapan
payang adalah layang ( Decapterus spp. ), selar (Selaroides sp.), kembung (
Rastrelliger spp. ), lemuru ( Sardinella sp. ), dan tembang ( Sardinella fimbriata ).

5.2 Analisis Tingkat Produktivitas Unit Penangkapan Ikan.


Tingkat produktivitas suatu unit penangkapan dapat diestimasi dengan
pendekatan hasil tangkap per satuan upaya atau catch per unit effort (CPUE).
Oleh karena itu, pendekatan CPUE ini selanjutnya digunakan untuk mengetahui
tingkat produktivitas unit penangkapan ikan multigear (Kapal PSP 01) dan single
gear (payang dan pancing tonda).

5.2.1 Unit penangkapan multigear (Kapal PSP 01)


Kapal PSP 01 mulai beroperasi di Palabuhanratu terhitung mulai bulan Mei
tahun 2008 hingga sekarang. Upaya penangkapan ikan alat tangkap multigear
yang dilakukan oleh Kapal PSP 01 pada tahun 2010 tercatat sebanyak 5 trip . hal
ini karena data upaya pada tahun tersebut baru diperoleh untuk 2 bulan, yakni
Januari dan Februari. Produksi penangkapan Kapal PSP 01 cenderung mengalami
perubahan setiap tahunnya, terlihat pada tahun 2008-2009 mengalami
peningkatan. Namun jika dilihat dari rata-rata hasil tangkapan per upaya tertinggi
didapat pada tahun 2008, sebesar 462,1695 kg/trip. Terjadinya peningkatan hasil
tangkapan per upaya pada tahun 2008, disebabkan pertambahan jumlah produksi
lebih tinggi dibandingkan pertambahan jumlah effort. Namun pada tahun 2010
hasil tangkapan Kapal PSP 01 menurun hingga 215,00 kg/trip. Menurunnya hasil
tangkapan pada tahun 2010 dikarenakan data yang diperoleh dari Kapal PSP 01
terhitung sejak bulan Januari-Februari, padahal musim banyak ikan di
palabuhanratu umumnya dimulai bulan April hingga bulan Oktober, sehingga
51 
 

seolah-olah hasil tangkapannya menurun dan demikian juga dengan nilai CPUE-
nya. Perkembangan CPUE Kapal PSP 01 (multigear) dari tahun 2008-2010,
dapat dilihat pada Tabel 11. Data perhitungan CPUE lebih rinci dapat dilihat
pada Lampiran 2,3,4.

Tabel 11 Perkembangan hasil tangkapan per upaya Kapal PSP 01 (multigear).


Tahun Produksi (kg) Effort (trip) CPUE ( kg/trip)
2008 9.705,56 21 462,16
2009 11.594,00 31 374,00
2010 1.075,00 5 215,00
Rata-Rata 7458,18 19 350,38
Sumber: Data primer,2010

Tabel 11 menjelaskan bahwa hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan


Kapal PSP 01 setiap tahun mengalami penurunan. Terjadinya penurunan dapat
disebabkan faktor eksternal atau internal. Jika dilihat dari faktor eksternal diduga
karena adanya penurunan ketersedian sumberdaya ikan yang sedikit setiap
tahunnya, faktor cuaca yang berbeda-beda mempengaruhi kondisi penangkapan
ikan saat melaut dan faktor musim ikan. Sementara faktor internal disebabkan
pengetahuan terhadap ruaya ikan, pengetahuan nelayan terhadap daerah
penangkapan yang menyangkut aspek oseanografi, serta penggunaan rumpon
hanya satu unit. Dari data hasil upaya penangkapan ikan Kapal PSP 01
(multigear), maka dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah produksi hasil
tangkapan dari tahun 2008-2010 sebesar 7.458,18 kg, sedangkan hasil tangkapan
persatuan upaya (CPUE) per trip rata-rata sebesar 350,38 kg/trip.

5.2.2 Unit penangkapan single gear (kapal payang)


Hasil tangkapan atau produksi ikan dengan menggunakan alat tangkap
payang di Perairan Teluk Palabuhanratu cenderung berfluktuasi, selama periode
tahun 2005-2009. Hasil tangkapan alat tangkap payang di perairan Teluk
Palabuhanratu disajikan pada Tabel 12.
52 
 

Tabel 12 Perkembangan upaya penangkapan ikan kapal payang.


Tahun Produksi (kg) effort (trip) CPUE(kg/trip)
2005 3.106.329 4.238 732,97
2006 1.687.489 2.657 635,11
2007 1.451.120 2089 694,64
2008 206.679 446 463,40
2009 216.043 294 734,84
Rata-Rata 1.333.532 1.945 652,19
Sumber: Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009

Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2005, sebesar 3.106.329 kg dan
hasil tangkapan terendah terjadi pada tahun 2008 sebesar 206,679 kg. Sementara
untuk jumlah upaya penangkapan effort cenderung menurun selama periode tahun
tersebut (2005-2009). Menurunnya jumlah effort dipengaruh oleh berkurangnya
jumlah alat tangkap payang yang beroperasi di PPN Palabuhanratu. Hal ini di
karenakan kapal payang banyak yang tidak beroperasi atau beralihnya alat
tangkap payang ke alat tangkap lain seperti rumpon. Namun untuk hasil
tangkapan per upaya nilai catch/effort (CPUE) pada tahun terakhir (2009)
menunjukan peningkatan yang berarti atau cukup signifikan walaupun pada 4
tahun sebelumnya (2005-2008) cenderung menurun. Hal ini diduga karena
adanya prakiraan panen raya 5 tahun sekali.

5.2.3 Unit penangkapan single gear (kapal pancing tonda)


Produksi ikan yang didarat di Palabuhanratu dengan alat tangkap pancing
tonda cenderung fluktuasi, selama periode tahun 2005-2009. Sementara untuk
jumlah upaya penangkapan jumlah effort cenderung menurun selama periode
tahun tersebut (2005-2009), seperti dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Perkembangan hasil tangkapan per upaya kapal pancing tonda.


Tahun Produksi Effort (trip) CPUE
2005 198,804 188 1057,47
2006 309,329 264 1171,70
2007 284,068 286 993,24
2008 292,167 350 834,76
2009 601,221 940 639,60
Rata-Rata 337,118 405,60 939,35
Sumber: Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009
53 
 

Kapal pancing tonda dari tahun ke tahun produksi hasil tangkapan ikan
cenderung semakin fluktuasi dengan rata-rata produksi sebesar 337,11 kg dan
rata-rata CPUE sebesar 939,35 kg/trip. Terlihat dari Hasil tangkapan yang di
dapat oleh pancing tonda tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebanyak 601,221 kg
dan hasil tangkapan terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 198,804 kg. Begitu
juga dengan hasil tangkapan per upaya pada tahun 2006 kapal pancing tonda
meningkat hingga 1171,70 kg/trip. Pada tahun 2007-2009 upaya penangkapan
ikan cenderung menurun. Namun pada tahun 2009 menunjukan upaya
penangkapan ikan sebesar 639,59 kg/trip. Penurunan CPUE pada tahun 2009
diduga karena laju pertambahan effort lebih tinggi dibandingkan dengan laju
pertambahan produksi.

5.3 Analisis Efisiensi Teknis


Analisis efisiensi teknis dilakukan untuk untuk mendapat nilai semua
kriteria yang digunakan suatu nilai tukar atau nilai standar. Unit usaha yang
memperoleh skor tertinggi berarti lebih baik dari pada yang lainnya. Untuk
mendapatkan nilai tukar ini digunakan fungsi nilai (V) yang merupakan nilai
perbandingan relatif. Alternatif yang terbaik adalah alternatif yang dapat
memberikan nilai V(x) tertinggi. Hal ini dapat dilihat dari aspek produksi per
kapal per tahun, produksi per trip, produksi per BBM, produksi per tenaga kerja,
dan produksi per GT.

Jumlah tenaga kerja atau ABK yang terdapat pada Kapal PSP 01 berjumlah
5 orang nelayan. Jumlah tersebut relatif tetap setiap tahunnya, sementara
penggunaan BBM cenderung mengalami fluktuasi. Keragaan spesifikasi tenaga
kerja dan penggunaan BBM dapat dilihat pada Tabel 14 . Rincian penggunaan
BBM tiap bulannya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 14 Spesifikasi tenaga kerja dan BBM Kapal PSP 01.


Tahun Tenaga kerja (orang) BBM (liter)
2008 5 4800,00
2009 5 8400,00
2010 5 1700,00
Rata-Rata 5 4966,67
Sumber: Data primer,2010
54 
 

Produksi BBM yang digunakan Kapal PSP 01 setiap tahunnya mengalami


penurunan. Terlihat pada tahun 2008-2010 BBM yang digunakan mengalami
perubahan dengan rata-rata jumlah BBM yang digunakan sebesar 4.966,67 liter.
Jumlah BBM yang digunakan terbesar pada tahun 2009 sebesar 8.400 liter dan
terkecil pada tahun 2008 sebesar 4.800 liter. Namun besarnya penggunaan BBM
pada tahun 2009 tidak seimbang dengan hasil tangkapan yang di peroleh pada
tahun 2009. Hal ini dikarenakan adanya musim ikan yang menyebabkan Kapal
PSP 01 melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan tidak hanya di daerah
rumpon namun kedaerah penangkapan lain, sehingga terjadi penggunaan jumlah
BBM yang besar. Sedikitnya jumlah hasil tangkapan pada tahun 2009 yang
diperoleh Kapal PSP 01 dibandingkan dengan jumlah BBM yang digunakan,
mengakibatkan BBM yang digunakan Kapal PSP 01 tidak efisien dibandingkan
tahun 2008.

Jumlah nelayan payang yang terdapat di Palabuhanratu berkisar antara 12-


19 orang dalam 1 unit penangkapan ikan. Oleh karena itu untuk mengetahui
penghitungan efisiensi tenaga kerja pada nelayan payang, maka menggunakan
rata-rata jumlah nelayan 15 orang dalam satu unit penangkapan kapal payang.
Keragaan spesifikasi tenaga kerja dan penggunaan BBM dapat dilihat pada Tabel
15. Rincian penggunaan BBM tiap bulannya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 15 Spesifikasi tenaga kerja dan penggunaan BBM kapal payang.


Tahun Tenaga kerja (orang) BBM (liter)
2005 15 205,17
2006 15 -
2007 15 342,22
2008 15 322,94
2009 15 579,98
Rata-Rata 15 362,57
Sumber: Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009

Tabel 15 menjelaskan bahwa Produksi BBM alat tangkap payang


menggunakan bahan bakar bensin. rata-rata BBM yang digunakan alat tangkap
dari tahun 2005-2009 sebesar 362,57 liter. Jumlah BBM yang digunakan kapal
payang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2005 jumlah BBM
untuk kapal payang sebesar 205,17 liter. Pada tahun 2009 jumlah BBM yang
55 
 

digunakan kapal payang meningkat hingga 579,98 liter. Meningkatnya produksi


BBM yang digunakan kapal payang dikarenakan jauhnya lokasi daerah
operasional dan juga lamanya waktu pengoperasian alat tangkap.

Penurunan atau peningkatan jumlah upaya penangkapan ikan kapal pancing


tonda yang berada di PPN Palabuhanratu disebabkan adanya musim ikan yang
tidak menentu, dan faktor cuaca saat melakukan melaut atau operasi penangkapan
ikan. Jumlah nelayan pancing tonda yang terdapat di PPN Palabuhanratu rata-rata
sekitar 3-5 orang dalam satu unit penangkapan ikan. Namun berdasarkan hasil
wawancara jumlah kapal pancing tonda sama dengan jumlah nelayan kapal PSP
01 sebanyak 5 orang dalam satu unit penangkapan. Keragaan spesifikasi CPUE,
dan Penggunaan BBM dapat dilihat pada Tabel 16. Rincian penggunaan BBM
tiap bulannya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 16 Spesifikasi tenaga kerja dan penggunaan BBM kapal pancing tonda.
Tahun Tenaga kerja (orang) BBM
2005 5 51,90
2006 5 105,60
2007 5 76,50
2008 5 76,52
2009 5 325,20
Rata-Rata 5 127,14
Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu, 2009

Jumlah BBM yang digunakan kapal pancing tonda mengalami perubahan


setiap tahunnya. Terlihat pada tahun 2005 jumlah BBM yang digunakan sebesar
51,90 liter. Meningkat pada tahun 2006 sebesar 105,60 liter dan menurun pada
tahun 2007-2008 sebesar 75,50-75,52 liter. Namun pada tahun 2009 jumlah
penggunaan BBM meningkat hingga 325.20 liter. Meningkatnya jumlah BBM
yang digunakan kapal pancing tonda dikarenakan jauhnya lokasi daerah
penangkapan ikan.

5.3.1 Produksi hasil tangkapan per kapal per tahun


Produksi hasil tangkapan per kapal per tahun digunakan untuk mengetahui
jumlah produksi hasil tangkapan yang terdapat di kapal, selama satu tahun operasi
56 
 

penangkapan ikan. Produksi hasil tangkapan per kapal per tahun disajikan pada
Tabel 17.

Tabel 17 Produksi hasil tangkapan ikan kapal PSP 01, payang dan pancing tonda.

Kapal PSP 01* Payang** Pancing tonda**


Tahun Produksi (kg) Produksi (kg) Produksi (kg)
2005 - 30.755,73 22.089,33
2006 - 10.165,60 15.466,45
2007 - 9.126,54 9.795,45
2008 - 4.592,87 7.304,18
2009 11.594,00 1.785,48 30.061,05
2010 - - -
Rata-Rata 11.594,00 11.285,24 16.943,29
Sumber: *Data primer,2010 **Data statistik PPN Palabuhanratu,2009

Berdasarkan Tabel 17 bahwa produksi hasil tangkapan ikan terbesar


terdapat pada alat tangkap single gear (pancing tonda) dengan rata-rata sebesar
16.943,29 kg. Namun jika dibandingkan Kapal PSP 01 dengan kapal single gear
payang, maka produksi hasil tangkapan Kapal PSP 01 lebih besar dari kapal
payang dengan rata-rata sebesar 11.594,00 kg. Produksi Kapal PSP 01 yang
digunakan untuk perbandingan dengan kapal payang dan kapal pancing tonda
yaitu tahun 2009. Hal ini di karenakan Kapal PSP 01 dalam melakukan operasi
penangkapan ikan terhitung mulai bulan Mei 2008 hingga sekarang. Namun yang
beroperasi penuh selama satu tahun yaitu pada tahun 2009.
Besarnya produksi Kapal PSP 01 dibandingkan kapal payang karena Kapal
PSP 01 menggunakan alat bantu rumpon sehingga hasil tangkapan yang diperoleh
lebih besar dari pada payang yang cara pengoperasian alatnya berdasarkan tanda-
tanda alam. Hasil tangkapan yang didapat diduga tidak menentu dibandingkan
yang menggunakan alat bantu rumpon.

Menurun hasil tangkapan ikan Kapal PSP 01 dibandingkan dengan kapal


pancing tonda karena Kapal PSP 01 hanya menggunakan satu rumpon sedangkan
kapal pancing tonda diduga lebih dari satu rumpon. Kurang pengetahuan
keberadaan ruaya ikan dan faktor musim ikan merupakan salah satu faktor
57 
 

produksi hasil tangkapan Kapal PSP 01 lebih sedikit dibandingkan alat tangkap
single gear (pancing tonda).

5.3.2 Produksi per trip


Produksi per trip digunakan untuk mengetahui laju pertambahan produksi
hasil tangkapan (catch) dengan laju pertambahan upaya penangkapan atau effort
(trip). Hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan Kapal PSP 01, payang dan
pancing tonda.
Kapal PSP 01* Payang** Pancing tonda**
Tahun
CPUE(kg/trip) CPUE (kg/trip) CPUE (kg/trip)
2005 - 732,97 1057,46
2006 - 635,11 1171,70
2007 - 694,64 993,24
2008 462,16 463,40 834,76
2009 374,00 734,84 639,59
2010 215,00 - -
Rata-Rata 350,38 652,19 939,35
Sumber: *Data primer,2010 ** Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009

Tabel 18 diatas dapat dilihat bahwa CPUE diperoleh dari produksi hasil
tangkapan yang didapat dibagi dengan jumlah trip (effort) pengoperasian alat.
Hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan Kapal PSP 01 cenderung menurun
dari tahun 2008-2009 dengan rata-rata sebesar 350,38 kg/trip, begitu juga dengan
alat tangkap pancing tonda (single gear) cenderung menurun dari tahun 2005-
2009 dengan rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan sebesar 939,35
kg/trip. Namun untuk alat tangkap payang (single gear) cenderung berfluktuasi
setiap tahunnya dengan rata-rata sebesar 652,19 kg/trip. Besarnya CPUE
pancing tonda (single gear) dibandingkan kapal payang dan Kapal PSP 01
(multigear). Hal ini diduga karena kapal pancing tonda menggunakan rumpon
lebih dari satu rumpon sehingga hasil tangkapan yang diperoleh lebih banyak
dibandingkan dengan Kapal PSP 01. Selain itu faktor keberadaan ruaya ikan dan
faktor daerah penangkapan merupakan salah satu faktor hasil tangkapan pancing
tonda lebih besar dari pada Kapal PSP 01 dan kapal payang (single gear).
58 
 

5.3.3 Produksi per BBM


Bahan bakar minyak merupakan salah satu faktor yang penting untuk
melakukan operasi penangkapan ikan. Lamanya kapal beroperasi atau jauhnya
daerah penangkapan bergantung pada jumlah BBM yang digunakan saat
beroperasi. Untuk mengetahui efisiensi BBM yang digunakan oleh kapal, Maka
dapat dihitung dengan cara CPUE yang diproduksi satu unit kapal selama 1 tahun
dibagi dengan jumlah BBM yang digunakan oleh kapal dalam 1 tahun.
Perbandingan Pengunaan BBM yang digunakan Kapal PSP 01, kapal payang dan
pancing tonda, seperti dapat dilihat pada Tabel 19. Data yang lebih rinci dapat
dilihat pada Lampiran 6.

Tabel 19 Perbandingan pengunaan BBM yang digunakan Kapal PSP 01, kapal
payang dan pancing tonda.
Kapal PSP 01* Payang** Pancing tonda**
Tahun
Penggunaan Penggunaan Penggunaan
BBM(kg/trip/liter) BBM(kg/trip/liter) BBM(kg/trip/liter)
2005 - 0,0036 0,0204
2006 - - 0,0111
2007 - 0,0020 0,0130
2008 0,0963 0,0014 0,0109
2009 0,0445 0,0013 0,0020
2010 0,1265 - -
Rata-Rata 0,089 0,0021 0,0115
Sumber: *Data primer,2010 **Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009

Tabel 19 menjelaskan bahwa penggunaan BBM untuk Kapal PSP 01 lebih


baik dari pada kapal payang atau kapal pancing tonda. Terlihat dari rata-rata BBM
yang digunakan Kapal PSP 01 sebesar 0,0891 kg/trip/liter. Dibandingkan dengan
kapal payang sebesar 0,0021 kg/trip/liter dan kapal pancing tonda sebesar 0,0115
kg/trip/liter. Hal ini dikarenakan Kapal PSP 01 dalam pengoperasian alat tangkap
berada di daerah rumpon sehingga lokasi daerah penangkapan tidak perlu
berpindah-pindah.

Tenaga kerja atau ABK merupakan faktor penentu keberhasilan dalam


operasi penangkapan ikan. Seperti bagaimana mereka mengoperasikan alat
tangkap, bagaimana mereka mengetahui adanya daerah penangkapan dan
menentukan keberadaan ruaya ikan. Oleh karena itu mengetahui penggunaan
59 
 

tenaga kerja atau ABK dalam satu unit kapal sangat penting, maka perlu
dilakukan perhitungan efisien tenaga kerja atau ABK. Dengan cara menghitung
jumlah upaya penangkapan ikan yang dihasilkan (kg/trip) dibagi dengan jumlah
tenaga kerja dalam satu unit kapal.

5.3.4 Produksi per tenaga kerja


Tabel 20 Perbandingan penggunaan tenaga kerja yang digunakan Kapal PSP 01,
kapal payang dan pancing tonda.
Kapal PSP 01* Payang** Pancing tonda**
Tahun
Penggunaan Penggunaan Penggunaan
ABK(kg/trip/orang) ABK(kg/trip/orang) ABK(kg/trip/orang)
2005 - 48,86 211,49
2006 - 42,340 234,34
2007 - 46,30 198,64
2008 92,43 30,89 166,95
2009 74,80 48,98 127,91
2010 43,00 - -
Rata-Rata 70,07 43,47 187,87
Sumber: *Data primer,2010 **Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009

Tabel 20 diketahui bahwa tenaga kerja yang dilakukan oleh nelayan kapal
PSP 01 setiap tahunnya semakin menurun. Pada tahun 2008 penggunaan tenaga
kerja tertinggi sebesar 92,43 kg/trip/orang, Sedangkan jumlah terendah terdapat
pada tahun 2009 sebesar 74,80 kg/trip/orang, Untuk data pada tahun 2010
penggunaan tenaga kerja nelayan Kapal PSP 01 tidak dapat di katakan menurun
karena pengoperasian pada tahun 2010 dilakukan belum sampai satu tahun.

Sedangkan untuk kapal payang penggunaan tenaga kerja cenderung


fluktuasi, tertinggi terdapat pada tahun 2009 sebesar 48,98 kg/trip/orang.
penggunaan terendah terdapat pada tahun 2008 sebesar 30,98 kg/trip/orang.
Untuk kapal pancing tonda penggunaan tenaga kerja cenderung menurun.
Tertinggi pada tahun 2006 sebesar 234,34 kg/trip/orang dan terendah pada tahun
2009 sebesar 127,91 kg/trip/orang.

Jika dilihat dari rata-rata penggunaan tenaga kerja maka untuk Kapal PSP
01 sebesar 70,07 kg/trip/orang. Sedangkan untuk kapal payang sebesar 43,47
kg/trip/orang dan untuk kapal pancing tonda sebesar 187,87 kg/trip/orang. Maka
60 
 

dapat dijelaskan bahwa untuk efisiensi tenaga kerja yang terbaik terdapat pada
kapal pancing tonda. Hal ini diduga karena tenaga kerja/ABK kapal pacing tonda
dalam melakukan operasi penangkapan ikan (waktu dan setting) dan penentuan
daerah penangkapan lebih baik. Besarnya penggunaan tenaga kerja nelayan Kapal
PSP 01 dibandingkan dengan nelayan payang, karena jumlah tenaga kerja yang
dibutuhan nelayan payang lebih besar dibandingkan Kapal PSP 01. Dengan
demikian CPUE yang dihasilkan kapal payang dibagi dengan jumlah nelayan
yang terdapat di satu unit menghasilkan produksi per tenaga kerja lebih kecil dari
pada Kapal PSP 01. Data yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 7.

5.3.5 Produksi per GT


Tabel 21 Perbandingan ukuran GT yang digunakan Kapal PSP 01 dan payang dan
pancing tonda.
Kapal PSP 01* Payang** Pancing tonda**
ukuran kapal ukuran kapal ukuran kapal
Tahun
(kg/trip/GT) (kg/trip/GT) (kg/trip/GT)
2005 - 104,71 132,18
2006 - 90,73 146,46
2007 - 92,18 124,16
2008 48,65 60,80 104,35
2009 39,37 103,07 79,95
2010 22,63 - -
Rata-Rata 36,88 90,30 117,42
Sumber: *Data primer,2010 **Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009
Berdasarkan Tabel 21 menjelaskan bahwa rata-rata efisiensi untuk kapal
PSP 01 sebesar 36,88 kg/trip/GT. Sedangkan untuk kapal payang efisiensi ukuran
kapal sebesar 90,30 kg/trip/GT dan kapal Pancing tonda sebesar 117,42
kg/trip/GT. Data yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 8.
Maka dapat dijelaskan bahwa efisiensi kapal yang terbaik adalah kapal
pancing tonda, karena dengan ukuran kapal sebesar 8 GT dapat memproduksi
hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan dengan rata-rata sebesar 939,35
kg/trip (dapat dilihat pada Tabel 13). Dibandingkan dengan Kapal PSP 01 dengan
ukuran kapal sebesar 9,5 GT rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan
ikan sebesar 350,38 kg/trip (dapat dilihat pada Tabel 11) dan Ukuran payang
sebesar 7 GT, dengan hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan rata-rata
61 
 

sebesar 652,19 kg/trip. Maka dapat diketahui bahwa besarnya ukuran kapal tidak
berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan yang di dapat.

Tabel 22 Produksi tangkapan berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan


Kapal PSP 01 (multigear) dan single gear (payang, pancing tonda).

Jenis unit Produksi/kapal Produksi/ Produksi Produksi Produksi


penangkapan ikan /tahun trip trip/BBM trip/ABK trip/GT

Multigear
11.594,00 350,38 0,089 70,07 36,88
(PSP 01)
single gear
11.285,24 652,19 0,002 43,47 90,30
(Payang)
single gear
16.943,29 939,35 0,011 187,87
(Pancing Tonda) 117,42
Sumber: Data diolah,2010

Berdasarkan Tabel 22 hasil produksi tangkapan ikan pertahunnya


menggunakan alat tangkap multigear yang digunakan Kapal PSP 01 lebih kecil
11.594,00 kg dari pada alat tangkap single gear pancing tonda 16.943 kg. Namun
lebih besar dari pada alat tangkap payang (single gear). Kecilnya produksi hasil
tangkapan PSP 01 di pengaruhi oleh penggunaan rumpon yang hanya satu unit
rumpon dibandingkan kapal pancing tonda yang diduga lebih dari satu rumpon.
Namun jika dilihat dari produksi/trip (CPUE) maka kapal single gear pancing
tonda lebih besar 939,35 kg/trip dari pada alat tangkap payang sebesar 652,19
kg/trip dan Kapal PSP 01 sebesar 350,38 kg/trip. Kecilnya upaya penangkapan
ikan (CPUE) Kapal PSP 01 disebabkan menurunnya produksi hasil tangkapan
yang diperoleh Kapal PSP 01 setiap tahunnya dibandingkan kapal payang atau
kapal pancing tonda.

Efisiensi BBM untuk Kapal PSP 01 sebesar 0,089 kg/trip/liter sedangkan


untuk kapal payang sebesar 0,002 kg/trip/liter. Pada kapal pancing tonda sebesar
0.011 kg/trip/liter. Tingginya efisiensi penggunaan BBM Kapal PSP 01
disebabkan daerah penangkapan ikan yang sudah pasti dilakukan disekitar daerah
rumpon, Dibandingkan kapal payang yang pengoperasian alat tangkap dilakukan
berdasarkan tanda-tanda alam untuk mengetahui keberadaan ikan sehingga
membutuhkan BBM yang lebih besar. Kapal pancing tonda pengoperasian alat
tangkap sama dengan Kapal PSP 01 yaitu dilakukan didaerah rumpon. Namun
kapal pancing tonda diduga menggunakan rumpon lebih dari satu rumpon
62 
 

sehingga penggunaan BBM kapal pancing tonda lebih besar dibandingkan Kapal
PSP 01.
Jumlah nelayan Kapal PSP 01 sebanyak 5 orang, sedangkan jumlah nelayan
kapal payang sebanyak 15 orang, dan jumlah kapal pancing tonda sama dengan
jumlah Kapal PSP 01 yaitu sebanyak 5 orang. Penggunaan tenaga kerja dapat
dihitung dengan cara jumlah upaya penangkapan ikan (CPUE) yang dihasilkan
dibagi dengan jumlah nelayan yang berada dalam satu unit kapal. Jika dilihat
dari rata-rata penggunaan tenaga kerja, maka untuk Kapal PSP 01 sebesar 70,07
kg/trip/orang. Sedangkan untuk kapal payang sebesar 43,47 kg/trip/orang. Dan
untuk kapal pancing tonda sebesar 187,87 kg/trip/orang. Hal ini menunjukan
bahwa untuk efisiensi tenaga kerja pancing tonda lebih efisien dari pada Kapal
PSP 01 atau kapal payang.
Efisiensi ukuran kapal didapat dari upaya penangkapan ikan (CPUE) dibagi
dengan jumlah GT kapal. Untuk Kapal PSP 01 ukuran kapal sebesar 9,5 GT
sedangkan untuk kapal payang ukuran kapal sebesar 7 GT dan untuk kapal
pancing tonda ukuran kapal sebesar 8 GT. Jika dilihat dari efisiensi kapal maka
rata-rata untuk Kapal PSP 01 sebesar 36,88 kg/trip/GT, sedangkan untuk kapal
payang rata-rata sebesar 90,30 kg/trip/GT. Sementara untuk kapal pancing tonda
rata-rata sebesar 117,42 kg/trip/GT.
Unit Penangkapan ikan terbaik di tentukan dengan menggunakan fungsi
nilai tertinggi. Tabel 22 di atas, maka dapat diketahui tingkat produktivitas dan
efisiensi teknis suatu alat tangkap. Dengan menghitung fungsi nilai dari produksi
trip/bbm, produksi trip/tenaga kerja, produksi trip/ABK dan produksi trip/ GT.
Dengan rumus fungsi nilai dapat diketahui produktivitas dan efisiensi teknis unit
penangkapan ikan yang lebih baik untuk dioperasikan di PPN Palabuhanratu yaitu
multigear atau single gear.
63 
 

Tabel 23 Fungsi nilai unit penangkapan ikan.

Jenis unit Produksi/ Produksi Produksi Produksi


Produksi/
penangkapan kapal trip trip trip Jumlah
trip
ikan /tahun /BBM /ABK /GT

Multigear
1,54
(PSP 01) 0,04 0 1 0,5 0
Single gear
1,2
(Payang) 0 0,5 0,1 0 0,6
Single gear
(Pancing 4
Tonda) 1 1 0 1 1
Sumber: Data diolah, 2010

Mengetahui efisien atau tidaknya alat tangkap yang digunakan oleh Kapal
PSP 01 (multigear) dapat dilakukan dengan perbandingan antara alat tangkap
single gear payang dan pancing tonda. Berdasarkan Tabel 23, maka dapat
dijelaskan bahwa Kapal PSP 01 lebih baik dibandingkan dengan kapal single gear
payang, terlihat dari aspek produksi per kapal per tahunnya, produksi trip per
BBM, dan produksi trip per ABK. Namun jika dibandingkan dengan alat tangkap
single gear pancing tonda Kapal PSP 01 masih lebih rendah, terlihat dari aspek
produksi per kapal per tahunnya, produksi per trip dan produksi trip per ABK,
produksi trip per GT alat tangkap pancing tonda (single gear) lebih baik dari pada
kapal PSP 01. Sementara untuk alat tangkap Kapal PSP 01 fungsi nilai tertinggi
diperoleh dari produksi trip/BBM. Tingginya efisiensi BBM yang digunakan
Kapal PSP 01 dikarenakan lokasi daerah penangkapan Kapal PSP 01 dilakukan
dengan menggunakan alat bantu rumpon. Pengoperasian alat tangkap sangat
dipengaruhi oleh keberadaan dan posisi rumpon. Pengoperasian alat bantu
rumpon sudah banyak digunakan oleh nelayan pancing di Palabuhanratu
(Handriana 2007). Rumpon berfungsi sebagai alat untuk menarik perhatian agar
ikan berkumpul pada suatu tempat tertentu yang kemudian dilakukan operasi
penangkapan (Subani dan Barus, 1989).

Pengumpulan ikan dengan rumpon umumnya untuk ikan bermigrasi yang


secara tidak sengaja melewati keberadaan rumpon, lalu tertarik untuk beruaya di
sekitar rumpon baik untuk sementara maupun permanen. Rumpon pada
hakekatnya dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan ikan agar sekumpulan ikan
64 
 

mudah ditangkap dengan alat tangkap yang dikehendaki (Subani, 1986 vide
Effendi, 2002). Sedangkan untuk alat tangkap payang hanya beroperasi di teluk
palabuhanratu dan bergerak aktif dalam mencari gerombolan ikan. Ayodhyoa
(1981) menjelaskan bahwa indikator dalam menentukan gerombolan ikan pada
siang hari dapat dilakukan dengan melihat perubahan permukaan air laut, seperti
terlihatnya buih-buih di permukaan air laut akibat udara yang dikeluarkan ikan,
terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan yang berenang dekat permukaan
laut dan adanya burung-burung yang menukik menyambar permukaan laut.
Besarnya produktivitas dan efisiensi teknis unit penangkapan ikan kapal
PSP 01 (multigear) kurang efisien dibandingkan kapal single gear. Hal ini
dikarenakan adanya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu
rumpon PSP 01 hanya satu unit, pengetahuan nelayan terhadap ruaya ikan, dan
waktu setting yang tepat. Sedangkan faktor eksternal yaitu adanya musim ikan,
dan cuaca yang tidak mendukung untuk kegiatan penangkapan ikan.
6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1) Kapal PSP 01 merupakan kapal multigear yang memiliki alat tangkap
gillnet, dan pancing. Kapal PSP 01 memiliki dimensi utama dengan
panjang total (LOA) 14,3 meter, lebar maximum (B max) 3,12 meter, dan
kedalaman (D) 1,2 meter, dengan ukuran kapal sekitar 9,5 GT (Gross
tonase). Kapal PSP 01 dibuat dari kayu kitamiang, laban (Vitex pubesceus
vahl), dan bayur (Pterospermum javanicum).
2) Tingkat produktivitas unit penangkapan Kapal PSP 01 lebih rendah sebesar
350,38 kg, dibandingkan dengan kapal (single gear) payang sebesar 652,19
kg, maupun kapal pancing tonda sebesar 939,35 kg.
3) Secara teknis Kapal PSP 01 memiliki efisiensi teknis yang lebih baik dari
kapal single gear payang, namun lebih rendah dibandingkan kapal single
gear pancing tonda.    Efisiensi teknis unit penangkapan ikan Kapal PSP 01
dari segi jumlah produksi per kapal per tahun 11.594,00 kg; produksi per
trip 350,38 kg/trip; produksi per BBM 0,089 kg/trip/liter; produksi per ABK
70.07 kg/trip/ABK; produksi per GT 36,88 kg/trip/GT. Sedangkan efisiensi
teknis unit penangkapan ikan kapal payang dari segi jumlah produksi per
kapal per tahun 11.285,24 kg; produksi per trip 652,19 kg/trip; produksi per
BBM 0,002 kg/trip/liter; produksi per ABK 43,47 kg/trip/ABK; produksi
per GT 90,33 kg/trip/GT. efisiensi teknis alat tangkap pancing tonda jumlah
produksi per kapal per tahun 337.117,80 kg; produksi per trip 939,35
kg/trip; produksi per BBM 0,011 kg/trip/liter; produksi per ABK 187,87
kg/trip/ABK; produksi per GT 117,42 kg/trip/GT. Tingkat efisiensi teknis,
Kapal PSP 01 memiliki nilai paling baik dalam penggunaan BBM
dibandingkan kapal single gear.
66 
 

6.2 Saran
1) Kapal PSP 01 disarankan untuk lebih memperhatikan pemilihan daerah
penangkapan ikannya, agar efisiensi teknisnya dapat lebih ditingkatkan lagi.
2) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai hubungan hasil tangkapan dengan
keberadaan rumpon dan lama waktu keberadaan ikan di rumpon setelah
dilakukan penangkapan.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, A. 2005. Pemanfaatan Rumpon Laut Dalam : Upaya Meningkatkan
Hasil Tangkapan Ikan Cakalang di PT. Usaha Mina (Persero) Bacan,
Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. Skripsi (tidak
dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Hal 52.

Ariestine, D. 2001. Analisis Faktor Teknis Perikanan Jaring Nilon di Perairan


Teluk Jakarta, Muara Angke. Bogor: Skripsi (tidak dipublikasikan).
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Hal 97.

Astuti, W. 2008. Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Layur Di


Perairan Palabuhanratu. Sukabumi Jawa Barat. Skripsi (tidak
dipublikasikan). Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Hal 47-48.

Ayodhyoa A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor : Yayasan Dewi Sri. 97
hal.

Brandt, A. von. 1984. Fish Catching Methods of the World. London : Fishing
News Book Ltd. 418 p.

Djatikusumo, E.W., 1997. Biologis Ikan Ekonomi Penting. Akademi Usaha


Perikanan, Jakarta. 44 hal.

Dharmayanti, S. 1989. Evaluasi Beberapa Faktor Oseanografi Dan Musim


Terhadap Hasil Tangkapan di Pelabuhanratu. Laporan Praktek Lapang
(tidak dipublikasikan) Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Endratno. 2002. Uji Coba Benang Perak Pada Pancing Tonda Di Perairan
Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi (tidak dipublikasikan).
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 43
hal.

Effendi, I. 2002. Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung Terhadap


Hasil Tangkapan. Skripsi (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Hal 8.

Farid, A., A. Fauji, N. Bambang, Fachrudin dan Sudiono, 1989. Teknologi


Penangkapan Ikan Tuna, Jaringan Informasi Perikanan Indonesia, Direktorat
Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta. 71 hal.
68 
 

Fauziah. 1997. Studi Efisiensi Teknis Unit Penangkapan Jaring Cucut ( Liong
Bun) Di Cirebon Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 72 hal.

Fyson J. 1985. Design Of Small Fishing Vessel. London : FOA Fishing, News
Books. Ltd. p 183-203.

Girsang, H.S. 2008. Studi Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Tongkol Melalui
Pemetaan Penyebaran Klorofil A dan Hasil Tnagkapan Di Palabuhanratu,
Jawa Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Progam Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Istitut
Pertanian Bogor. Hal 70.

Gulland JA. 1983. Fish Stok Assesment : A Manual of Basic Methods. Chichester
– New York – Brisbane – Toronto – Singapore : John Willey and Sons. Hal
223.

Gunarso, W. 1996. Tingkah Laku Ikan dan Gillnet. Bogor: Fakultas Perikanan
IPB. 45 hal.

__________. 1998. Tingkah Laku Ikan dan Perikanan Pancing. Bahan kuliah
(tidak dipublikasikan). Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 119
hal.

Handriana, J. 2007. Pengoperasian Pancing Tonda Pada Rumpon di Selatan


Perairan Teluk Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Skripsi. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Hal 56.

Imawati, N. 2003. Studi Tentang Kepadatan Ikan Pelagis di Sekitar Rumpon di


Perairan Pasauran, Banten. Skripsi (tidak dipublikasikan). Bogor:
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Hal 7-8.

Leksono, U. 1983. Suatu Studi Tentang Penggunaan Ikan Lemuru Sebagai Umpan
Pada Perikanan Rawai Tuna di PT. Pelabuhan Samudra Besar Benoa, Bali
Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan. Bogor. 101 hal

Lubis E. 2006. Buku I Pengantar Pelabuhan Perikanan. Bogor: Departemen


Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 120.

Martasuganda, S. 2002. Jaring Insang (Gillnet). Serial Teknologi Penangkapan


Ikan Berwawasan Lingkungan. Bogor: Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Hal 144.
69 
 

Monintja, R.D. dan S. Martasuganda. 1991. Teknologi Pemanfaatan Sumberdaya


Hayati Laut II. Diktat Kuliah (tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan,
Institut Pertanian Bogor, Bogor. 90 hal.

Nomura, M dan Yamazaki, T. 1977. Teknik Penangkapan ikan Bagian I. Bogor:


Alih Bahasa oleh Wisnu Gunarso. Hal 140-149.

Nugroho, P. 2002. Pengaruh Perbedaan Ukuran Mata Pancing Terhadap Hasil


Tangkapan Pancing Tonda Di perairan Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat.
Skripsi (tidak Dipublikasikan). Progam Studi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
46 hal.

Pariwono, J. L., M. Eidman, R. Santoso, M. Purba, T. Pratono, R. Widodo, U.


Djuariah dan J.H. Hutapea. 1998. Studi Upwelling di Perairan Selatan Pulau
Jawa. Laporan Penelitian (tidak di publikasikan). Fakultas Perikanan,
Institut Pertanian Bogor, Bogor. 66 hal.

Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. 2008. Statistik Perikanan Tahun


2008. Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. Sukabumi: Pelabuhan
Perikanan Nusantara Palabuhanratu. Direktorat Jendral Perikanan Tangkap.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 77 hal.

Ravianto, J. 1986. Orientasi produktivitas dan Ekonomi Jepang Edisi 1 Cetakan 2.


Jakarta: Penerbit universitas Indonesia Press.154 hal.

Rumpon Studi Group Bogor Agricultural University. 1987. Final Report Survey
On The Location And Design Of Rumpon (Payaos) In Ternate, Tidore And
Bacan Water. (tidak dipublikasikan). The Departement Of Fisheries
Resource Utilization Faculty Of Fisheries Bogor Agricultural University.
Hal V 1-10.

Sadhori, N., 1984. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.

Sainsbury, J.C. 1971. Commercial Fishing Method. Fishing News Book Ltd.
London England. 207 hal.

Sanusi, H.S. 1994. Karakteristik Kimia dan Kesuburan Perairan Teluk


Palabuhanratu (Tahap II – musim timur). Laporan Penelitian. Fakultas
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hal 89.

Saptaji, T. 2005. Hasil Tangkapan Utama dan Sampingan Unit


Penangkapanpayang di Palabuhanratu, Sukabumi. [Skripsi] (tidak
dipublikasikan). Progam Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Istitut Pertanian Bogor. Hal 70.

Sianipar, M.H. 2003. Komposisi Hasil Tangkapan Payang Menurut Waktu dan
Periode Bulan di Sekitar Rumpon di Perairan Pasuruan, Provinsi Banten.
70 
 

Skripsi (tidak dipublikasikan). Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya


Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Bogor. Hal 7-10.

Singarimbun, M dan Effendi, S. 1989. Metode Penelitian Survai Edisi Revisi.


LP3ES. Jakarta. 336 hal.

Sinungan, M. 2008. Upaya Pengembangan Produktivitas, Apa dan Bagaimana.


Cet. 7. Bumi Aksara, Jakarta. Hal 154.

Subani, W. dan H.R. Barus. 1985. Alat dan Cara penangkapan Ikan di Indonesia.
Lembaga Penelitian Perikanan Laut, Jakarta. Hal 248.

______________________. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di


Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Nomor: 50 Tahun 1988/1989.
Jakarta: Balai Perikanan Laut, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian. 248 hal.

Undang-Undang Nomor 31. 2004 tentang Perikanan. Jakarta : Departemen


Kelautan dan Perikanan. Diterbitkan oleh Seketaris Jenderal. 35 hal.

Yulia, T. 2006. Evaluasi Keragaan Faktor-Faktor Produksi dan Analisis Usaha


Unit Penangkapan Payang di PPN Palabuhanratu, Sukabumi. [Skripsi]
(tidak dipublikasikan). Progam Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Istitut Pertanian Bogor. 73 hal

Zulkarnain. 2002. Studi Penggunaan Rumpon Pada Bagan Apung di Teluk


Palabuhanratu, Jawa Barat. Thesis [tidak dipublikasikan]. Program
Pascasarjana. Bogor : Institut Pertanian Bogor. 116 hal.
LAMPIRAN

 
 
 
 
71 
 

¾ Lampiran 1 Peta lokasi daerah penelitian

7o00’ LS 

 
106o30’ BT 
 

(Sumber: http://www.googlemaps.com, 2 Agustus 2010)

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
72 
 

¾ Lampiran 2 Perhitungan CPUE Kapal PSP 01 dari tahun 2008-2010


Perhitungan Catch per Unit Effort (CPUE) tahun 2008
No. Bulan Jumlah Trip Produksi CPUE
1 Januari - - -
2 Februari - - -
3 Maret - - -
4 April - - -
5 Mei 1 375,00 375,00
6 Juni 4 1653,00 413,25
7 Juli 3 3354,00 1118,00
8 Agustus 2 1325,00 662,50
9 September 3 1143,00 381,00
10 Oktober 3 770,00 256,67
11 November 3 392,56 130,85
12 Desember 2 693,00 346,50
Jumlah 21 9705,56 462,17
 
Perhitungan Catch per Unit Effort (CPUE) tahun 2009
No Bulan Jumlah trip Produksi CPUE
1 Januari 2 470 235,00
2 Februari 2 350 175,00
3 Maret 4 1254 313,50
4 April 3 912 304,00
5 Mei 4 1307 326,75
6 Juni 3 768 256,00
7 Juli 2 631 315,50
8 Agustus 3 2083 694,33
9 September 2 1137 568,50
10 Oktober 2 1442 721,00
11 November 2 644 322,00
12 Desember 2 596 298,00
Jumlah 31 11594 374,00
 
 
 
 
 
 
 
73 
 

Perhitungan Catch per Unit Effort (CPUE) tahun 2010


No Bulan Jmlh Trip Produksi CPUE
1 Januari 3 597 199,00
2 Februari 2 478 239,00
3 Maret - - -
4 April - - -
5 Mei - - -
6 Juni - - -
7 Juli - - -
8 Agustus - - -
9 September - - -
10 Oktober - - -
11 November - - -
12 Desember - - -
Jumlah 5 1075 215
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
74 
 

¾ Lampiran 3 Perhitungan CPUE kapal Payang dari tahun 2005-2009 


Perhitungan Catch per Unit Effort (CPUE) tahun 2005
No Bulan Payang (Produksi) Effort CPUE
1 Januari 33.918 133 255
2 Februari 88.937 128 695
3 Maret 190.070 223 852
4 April 430.681 604 713
5 Mei 1.017.925 889 1.145
6 Juni 298.075 446 668
7 Juli 164.470 253 650
8 Agustus 341.466 674 507
9 September 161.584 339 477
10 Oktober 71.317 168 425
11 November 27.751 94 295
12 Desember 280.135 287 976
Jumlah 3.106.329 4.238 733

Perhitungan Catch per Unit Effort (CPUE) tahun 2006


No Bulan Payang (Produksi) Effort CPUE
1 Januari 39.752 92 432
2 Februari 79.115 129 613
3 Maret 83.703 140 598
4 April 63.948 109 587
5 Mei 63.052 164 384
6 Juni 128.555 400 321
7 Juli 189.681 331 573
8 Agustus 126.442 208 608
9 September 293.276 333 881
10 Oktober 128.960 166 777
11 November 326.627 290 1.126
12 Desember 164.378 295 557
Jumlah 1.687.489 2.657 635
75 
 

Perhitungan Catch per Unit Effort (CPUE) tahun 2007


No Bulan Payang (Produksi) Effort CPUE
1 Januari 41.087 110 373,52
2 Februari 97.075 153 634,48
3 Maret 39.851 52 766,37
4 April 227.175 222 1023,31
5 Mei 37.903 96 394,82
6 Juni 79.423 257 309,04
7 Juli 28.054 52 539,50
8 Agustus 102.096 171 597,05
9 September 86.683 110 788,03
10 Oktober 405.506 418 970,11
11 November 287.935 422 682,31
12 Desember 18.332 26 705,08
Jumlah 1.451.120 2.089 695

Perhitungan Catch per Unit Effort (CPUE) tahun 2008


No Bulan Payang (Produksi) Effort CPUE
1 Januari 34.594 120 288
2 Februari 8.099 22 368
3 Maret 7.480 11 680
4 April 18.073 22 822
5 Mei 14.359 51 282
6 Juni 36.799 46 800
7 Juli 49.353 103 479
8 Agustus 9.105 19 479
9 September 9.961 18 553
10 Oktober 9.738 16 609
11 November 4.782 10 478
12 Desember 4.336 8 542
Jumlah 206.679 446 463
76 
 

Perhitungan Catch per Unit Effort (CPUE) tahun 2009


No Bulan Payang (Produksi) Effort CPUE
1 Januari 6.416 9 712,89
2 Februari 1.650 1 1650,00
3 Maret 3.423 9 380,33
4 April 8.319 16 519,94
5 Mei 27.759 35 793,11
6 Juni 53.636 55 975,20
7 Juli 33.923 32 1060,09
8 Agustus 31.201 49 636,76
9 September 26.701 41 651,24
10 Oktober 3.533 7 504,71
11 November 7.841 18 435,61
12 Desember 11.641 22 529,14
Jumlah 216.043 294 734,84
77 
 

¾ Lampiran 4 Perhitungan CPUE kapal pancing tonda dari tahun 2005-2009 


Perhitungan Catch Per Unit Effort (CPUE) tahun 2005
No Bulan Produksi Effort CPUE
1 Januari 8.787 13 676
2 Februari 25.871 18 1.437
3 Maret 24.206 23 1.052
4 April 20.310 20 1.016
5 Mei 15.562 17 915
6 Juni 24.090 17 1.417
7 Juli 15.985 17 940
8 Agustus 19.319 17 1.136
9 September 3.328 5 666
10 Oktober 3.575 4 894
11 November 14.951 17 879
12 Desember 22.820 20 1.141
Jumlah 198.804 188 1.057

Perhitungan Catch Per Unit Effort (CPUE) tahun 2006


No Bulan Produksi Effort CPUE
1 Januari 45.186 32 1.412
2 Februari 57.986 37 1.567
3 Maret 34.950 37 945
4 April 57.106 41 1.393
5 Mei 20.642 27 765
6 Juni 14.765 16 923
7 Juli 12.570 13 967
8 Agustus 22.357 17 1.315
9 September 15.164 15 1.011
10 Oktober 1.791 4 448
11 November 13.134 14 938
12 Desember 13.678 11 1.243
Jumlah 309.329 264 1.172
78 
 

Perhitungan Catch Per Unit Effort (CPUE) tahun 2007


No Bulan Produksi Effort CPUE
1 Januari 41.229 36 1145,25
2 Februari 19.391 22 881,41
3 Maret 10.161 11 923,73
4 April 35.911 30 1197,03
5 Mei 7.112 13 547,08
6 Juni 21.137 24 880,71
7 Juli 33.627 30 1120,90
8 Agustus 30.883 31 996,23
9 September 28.035 20 1401,75
10 Oktober 5.091 6 848,50
11 November 36.719 38 966,29
12 Desember 14.772 25 590,88
Jumlah 284.068 286 993

Perhitungan Catch Per Unit Effort (CPUE) tahun 2008


No Bulan Produksi Effort CPUE
1 Januari 10.663 18 592,39
2 Februari 6.588 12 549,00
3 Maret 20.131 25 805,24
4 April 25.277 30 842,57
5 Mei 29.536 43 686,88
6 Juni 46.149 46 1003,24
7 Juli 57.624 50 1152,48
8 Agustus 26.590 30 886,33
9 September 26.794 28 956,93
10 Oktober 27.666 41 674,78
11 November 8.729 14 623,50
12 Desember 6.420 13 493,85
Jumlah 292.167 350 835
79 
 

Perhitungan Catch Per Unit Effort (CPUE) tahun 2009


No Bulan Produksi Effort CPUE
1 Januari 16.377 27 606,56
2 Februari 19.474 29 671,52
3 Maret 26.634 47 566,68
4 April 51.370 85 604,35
5 Mei 64.042 95 674,13
6 Juni 79.203 126 628,60
7 Juli 66.325 109 608,49
8 Agustus 81.260 111 732,07
9 September 58.119 99 587,06
10 Oktober 66.028 94 702,43
11 November 53.596 74 724,27
12 Desember 18.793 44 427,11
Jumlah 601.221 940 640
 
80 
 

¾ Lampiran 5 Perhitungan BBM Kapal PSP 01, payang, dan pancing tonda  
BBM yang digunakan Kapal PSP 01
Tahun
No Bulan
2008 2009 2010
1 Januari - 500 1100
2 Februari - 350 600
3 Maret - 1200 -
4 April - 800 -
5 Mei 500 1050 -
6 Juni 750 750 -
7 Juli 700 450 -
8 Agustus 400 900 -
9 September 700 600 -
10 Oktober 850 600 -
11 November 650 600 -
12 Desember 250 600 -
Jumlah 4800 8400 1700
 
BBM yang digunakan kapal payang dari tahun 2005-2009
Tahun
No Bulan
2005 2006 2007 2008 2009
1 Januari 23.010 - 21200 21.760 44540
2 Februari 20.400 - 25920 - 40060
3 Maret 18.210 - 19450 20.090 44930
4 April 18.240 - 32330 32.650 44540
5 Mei 26.730 - 16210 16.690 38150
6 Juni 15.180 - 34520 35.720 38665
7 Juli 9.120 - 20860 21.900 60085
8 Agustus 20.610 - 36140 36.940 68920
9 September 12.150 - 36210 37.490 57950
10 Oktober 12.300 - 37790 38.430 61810
11 November 12.210 - 38150 38.950 41090
12 Desember 17.010 - 23440 24.400 39240
Jumlah 205.170 - 342220 325.020 579980
 
 
 
 
 
 
81 
 

BBM yang digunakan kapal pancing tonda dari tahun 2005-2009


Tahun
No Bulan
2005 2006 2007 2008 2009
1 Januari 3.900 12.800 13.200 13.200 21.300
2 Februari 5.400 14.800 7.500 7.500 24.600
3 Maret 6.900 14.800 4.200 4.205 27.600
4 April 6.000 16.400 5.600 5.603 25.500
5 Mei 5.100 10.800 8.200 8.201 28.200
6 Juni 5.100 6.400 5.400 5.400 38.100
7 Juli 5.100 5.200 8.400 8.412 33.000
8 Agustus 5.100 6.800 7.000 7.000 34.800
9 September 1.500 6.000 4.000 4.000 29.400
10 Oktober 1.200 1.600 2.400 2.400 27.000
11 November 1.500 5.600 5.600 5.600 22.500
12 Desember 5.100 4.400 5.000 5.000 13.200
Jumlah 51.900 105.600 76.500 76.521 325.200
82 
 

¾ Lampiran 6 Perhitungan efisiensi BBM Kapal PSP 01, payang, dan pancing  
tonda  
 
Efisiensi BBM yang digunakan dari tahun 2008-2009.
Tahun CPUE (kg/trip) BBM (liter) Efisien
2008 462,1695 4800,00 0,0963
2009 374,0000 8400,00 0,0445
2010 215,0000 1700,00 0,1265
Rata-Rata 350,3898 4966,67 0,0891

Efesiensi BBM yang digunakan kapal payang tahun 2005-2009.


Tahun CPUE(kg/kapal) BBM (liter) Efisien
2005 732,9705 205.170 0,0036
2006 635,1107 9.200 0,0690
2007 694,6482 342.220 0,0020
2008 463,4058 322.945 0,0014
2009 734,8401 579.980 0,0013
Rata-Rata 652,1951 291.903 0,0155

Efesiensi BBM pancing tonda tahun 2005-2009


Tahun CPUE (kg/kapal) BBM (liter) Efisien
2005 1057,468085 51900 0,0204
2006 1171,700758 105600 0,0111
2007 993,2447552 76500 0,0130
2008 834,7628571 76521 0,0109
2009 639,5968085 325200 0,0020
Rata-Rata 939,3546527 127144,2 0,0115
83 
 

¾ Lampiran 7 Perhitungan efisiensi tenaga kerja Kapal PSP 01, payang, dan  
pancing tonda  
 
Efisien produksi tenaga kerja Kapal PSP 01 tahun 2008-2010
Tahun CPUE Tenaga Kerja Efisien
2008 462,1695 5 92,4339
2009 374,0000 5 74,8000
2010 215,0000 5 43,0000
Rata-Rata 350,3898 5 70,0780
 
Efisiensi tenaga kerja kapal payang tahun 2005-2009
Tahun CPUE (kg/kapal) Tenaga kerja (orang) Efisien
2005 732,9705 15 48,8647
2006 635,1107 15 42,3407
2007 694,6482 15 46,3099
2008 463,4058 15 30,8937
2009 734,8401 15 48,9893
Rata-Rata 652,1951 15 43,4797
 
Efisiensi tenaga kerja pancing tonda tahun 2005-2009
Tahun CPUE (Kg/kapal) Tenaga kerja (orang) Efisiensi
2005 1057,468085 5 211,4936
2006 1171,700758 5 234,3402
2007 993,2447552 5 198,649
2008 834,7628571 5 166,9526
2009 639,5968085 5 127,9194
Rata-Rata 939,3546527 5 187,8709
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
84 
 

¾ Lampiran 8 Perhitungan efisiensi GT kapal PSP 01, payang, dan pancing tonda  
Efisien GT tahun 2008-2010
Tahun CPUE GT Efisien
2008 462,1695 9,5 48,65
2009 374,0000 9,5 39,37
2010 215,0000 9,5 22,63
Rata-Rata 350,3898 9,5 36,88

Ukuran kapal (GT) kapal payang tahun 2005-2009


Tahun CPUE Ukuran kapal (GT) Efisien
2005 732,9705 7 104,71
2006 635,1107 7 90,73
2007 694,6482 7 92,18
2008 463,4058 7 60,80
2009 734,8401 7 103,07
Rata-Rata 652,1951 7 90,30

Ukuran kapal pancing tonda tahun 2005-2009


Tahun CPUE (kg/kapal) Ukuran kapal (GT) Efisien
2005 1057,4681 8 132,18
2006 1171,7008 8 146,46
2007 993,2448 8 124,16
2008 834,7629 8 104,35
2009 639,5968 8 79,95
Rata-Rata 939,3547 8 117,42
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Anda mungkin juga menyukai