KAT PRO
ODUKTIV VITAS DA
AN EFISIIENSI TE
EKNIS UN
NIT
PE
ENANGKKAPAN IKKAN MULLTIGEARR DI PERRAIRAN
SELAT
TAN JAWWA BARA AT
(
(STUDI K
KASUS KAPAL
K PSSP 01)
OR TEKNO
MAYO OLOGI DAAN MANAJJEMEN PE
ERIKANANN TANGKA
AP
DEP
PARTEMEN PEMAN NFAATAN SUMBERD DAYA PER
RIKANAN
N
FAKUL
LTAS PERIIKANAN DAN
D ILMU
U KELAUTTAN
INSTITU
UT PERTA
ANIAN BOG
GOR
BOGOOR
2010
0
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Tingkat Produktivitas dan Efisiensi
Teknis Unit Penangkapan Ikan Multigear di Perairan Selatan Jawa Barat (Studi
Kasus Kapal PSP 01) adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing
dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Kapal PSP 01 merupakan salah satu kapal perikanan yang beroperasi di sekitar
perairan Teluk Palabuhanratu dan mendaratkan hasil tangkapannya di PPN
Palabuhanratu. Dalam prakteknya, alat tangkap yang digunakan oleh Kapal PSP
01 ialah alat tangkap multigear (gillnet dan pancing). Tujuan dari penelitian ini
adalah 1) Mengidentifikasi keragaan unit penangkapan multigear Kapal PSP 01
yang berbasis di PPN Palabuhan ratu; 2) Mengestimasi tingkat produktivitas unit
penangkapan multigear Kapal PSP 01 dan membandingkan dengan unit
penangkapan single gear yang ada di PPN Palabuhanratu; 3) Menghitung efisiensi
teknis unit penangkapan ikan multigear Kapal PSP 01 dan membandingkan
dengan unit penangkapan single gear yang ada di PPN Palabuhanratu. Analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis hasil tangkapan per upaya
penangkapan (CPUE) dan analisis efisiensi teknis. Hasil penelitian menunjukan
bahwa Kapal PSP 01 merupakan Kapal multigear yang memiliki alat tangkap
gillnet, dan pancing. Dimensi utama Kapal PSP 01 adalah sebagai berikut
panjang total (LOA) 14,3 meter, lebar maximum (B max) 3,12 meter, dan
kedalaman (D) 1,2 meter, dengan tonase kapal sekitar 9,5 GT (Gross tonase).
Kapal PSP 01 terbuat dari kayu tamiyang, laban (Vitex pubesceus vahl), dan bayur
(Pterospermum javanicum. Tingkat produktivitas unit penangkapan Kapal PSP
01 lebih rendah dibandingkan dengan kapal payang (single gear) maupun kapal
pancing tonda. Efisiensi teknis unit penangkapan ikan Kapal PSP 01 secara teknis
memiliki efisiensi teknis yang lebih baik dari kapal single gear payang, namun
lebih rendah dibandingkan kapal single gear pancing tonda. Tingkat efisiensi
teknis, Kapal PSP 01 memiliki nilai paling baik dalam penggunaan BBM
dibandingkan kapal single gear.
Kata kunci: alat tangkap multigear, CPUE, efisiensi teknis, single gear
© Hak cipta IPB, tahun 2010
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber:
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.
TINGKAT PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI TEKNIS UNIT
PENANGKAPAN IKAN MULTIGEAR DI PERAIRAN
SELATAN JAWA BARAT
(STUDI KASUS KAPAL PSP 01)
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
NRP : C44062844
Disetujui :
Komisi Pembimbing
Ketua, Anggota,
Diketahui:
Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Halaman
DAFTAR ISI........................................................................................................i
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vi
1. PENDAHULUAN................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 2
i
5 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ ...33
5.1 Keragaan Unit Penangkapan Ikan .............................................................. ...33
5.1.1 Unit penangkapan ikan multigear (Kapal PSP 01) ..................... ...33
5.1.2 Unit penangkapan ikan yang menggunakan satu alat
(single gear) ................................................................................ ...43
5.2 Analisis Tingkat Produktivitas Unit Penangkapan Ikan ............................ ...50
5.2.1 Unit penangkapan multigear (Kapal PSP 01) ............................. ...50
5.2.2 Unit penangkapan single gear (kapal payang) ............................ ...51
5.2.3 Unit penangkapan single gear (kapal Pancing Tonda) ............... ...52
5.3 Analisis Efisiensi Teknis ............................................................................ ...53
5.3.1 Produksi per kapal per tahun ....................................................... ...55
5.3.2 Produksi per trip .......................................................................... ...57
5.3.3 Produksi per BBM ....................................................................... ...58
5.3.4 Produksi per tenaga kerja ............................................................ ...59
5.3.5 Produksi per GT .......................................................................... ...60
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jumlah produksi hasil tangkapan perikanan laut yang didaratkan
di PPN Palabuhanratu pada tahun 2003-2009................................................24
2. Perkembangan jumlah kapal yang menggunakan PPN Palabuhanratu
sebagai fishing base periode 2003-2009.......................................................26
3. Perkembangan jumlah nelayan di perairan Teluk Palabuhanratu
periode 2002-2009.........................................................................................27
4. Jumlah unit alat tangkap yang memiliki fishing base
di PPN Palabuhanratu tahun 2002-2009.......................................................28
5. Spesifikasi alat tangkap pancing tonda Kapal PSP 01..................................36
6. Spesifikasi alat tangkap pancing tomba Kapal PSP 01.................................39
7. Jumlah nelayan dan kedudukannya dalam operasi penangkapan
PSP 01...........................................................................................................40
8. Jumlah nelayan dan kedudukannya dalam operasi penangkapan .
pancing tonda.................................................................................................44
9. Bagian jaring payang......................................................................................47
10. Jumlah nelayan dan kedudukannya dalam operasi
penangkapan payang......................................................................................48
11. Perkembangan hasil tangkapan per upaya Kapal PSP 01 (multigear)..........51
12. Perkembangan upaya penangkapan ikan kapal payang.................................52
13. Perkembangan hasil tangkapan per upaya kapal pancing tonda....................52
14. Spesifikasi tenaga kerja, dan penggunaan bahan bakar minyak
Kapal PSP 01.................................................................................................55
15. Spesifikasi tenaga kerja, dan penggunaan bahan bakar minyak
kapal payang..................................................................................................54
16. Spesifikasi tenaga kerja, dan penggunaan bahan bakar minyak
kapal pancing tonda.......................................................................................55
17. Produksi hasil tangkapan ikan kapal PSP 01, payang dan pancing tonda.....56
18. Hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan Kapal PSP 01,
payang, dan pancing tonda............................................................................57
19. Perbandingan penggunaan BBM yang digunakan Kapal PSP 01,
payang, dan pancing tonda............................................................................58
20. Perbandingan penggunaan tenaga kerja yang digunakan
Kapal PSP 01, payang, dan pancing tonda...................................................59
21. Perbandingan ukuran GT yang digunakan Kapal PSP 01,
payang, dan pancing tonda...........................................................................60
iii
22. Produksi tangkapan berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan
Kapal PSP 01 (multigear) dan single gear (payang, pancing tonda)..........61
23. Fungsi nilai unit penangkapan ikan.............................................................63
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta lokasi daerah penelitian........................................................................71
2. Perhitungan CPUE Kapal PSP 01 dari tahun 2008-2010............................72
3. Perhitungan CPUE kapal payang dari tahun 2005-2009.............................74
4. Perhitungan CPUE kapal pancing tonda tahun 2005-2009.........................77
5. Perhitungan BBM Kapal PSP 01, payang dan pancing tonda.....................80
6. Perhitungan efisiensi BBM Kapal PSP 01, payang, dan pancing tonda......82
7. Perhitungan efisiensi tenaga kerja Kapal PSP 01, payang, dan
pancing tonda...............................................................................................83
8. Perhitungan efisiensi GT Kapal PSP 01, payang, dan pancing tonda.........84
vi
1 PENDAHULUAN
atau tidak bila dibandingkan dengan armada penangkapan ikan lain di PPN
Palabuhanratu yang hanya mengoperasikan satu alat tangkap (unit penangkapan
single gear). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai tingkat produktivitas dan efisiensi teknis dari unit penangkapan
multigear Kapal PSP-01 terhadap unit penangkapan single gear yang ada di
Palabuhanratu.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produktivitas
Produksi adalah segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna
atas suatu benda atau segala kegiatan yang ditunjukan untuk memuaskan orang
lain melalui transaksi. Produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat
output per unit periode atau waktu (Ariestine, 2001).
Dalam istilah ekonomi output (hasil) disebut produk atau keluaran,
sedangkan input (bahan atau alat) disebut sektor produksi, sumber produksi atau
masukan. Produktivitas memiliki kesamaan arti dengan fungsi produksi yaitu
suatu fungsi yang menghubungkan antara input dan output atau antara faktor
produksi dengan produksi (Ariestine, 2001).
Produktivitas dapat diartikan sebagai campuran dari produksi dan aktivitas
dimana daya produksi menjadi penyebabnya dan produktivitas mengukur hasil
dari daya produksi tersebut (Ravianto, 1986). Menurut badan pangan sedunia
FAO, produk merupakan hasil dari integrasi empat elemen produksi yaitu
sumberdaya alam, modal, tenaga kerja dan organisasi. Rasio dari elemen-elemen
tersebut terhadap produksi adalah ukuran produksitas. Peningkatan produktivitas
dapat dilihat dari 3 bentuk yaitu jumlah produksi meningkat dengan penggunakan
sumberdaya yang sama; jumlah produksi yang sama atau meningkat dicapai
dengan menggunakan sumberdaya yang kurang; dan jumlah produksi yang jauh
lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumberdaya yang relatif lebih kecil
(Ravianto, 1986).
Pengertian produktivitas berdasarkan oleh Pusat Produktivitas Nasional
dapat dipahami dari berbagai sudut yang antara lain, secara filosofis maka
produktivitas adalah suatu sikap mental yang selalu berusaha dan mempunyai
pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari
esok lebih baik dari pada hari ini. Sementara secara teknis mengandung
pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan
sumberdaya yang digunakan (input), atau dapat dikatakan sebagai ukuran tingkat
efesiensi dan efektivitas dari setiap sumber yang digunakan selama proses
4
2.2.2 Nelayan
Menurut Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 yang telah diamandemen
dalam UU No.45/2009 tentang Perikanan, nelayan diklasifikasikan berdasarkan
waktu yang digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan, yaitu sebagai
berikut :
1) Nelayan penuh, yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan
untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/binatang air
lainnya/tanaman air;
2) Nelayan sambilan utama, yaitu nelayan yang sebagian besar waktu
kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan
ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Disamping melakukan pekerjaan
penangkapan nelayan katagori ini dapat mempunyai pekerjaan lain;
3) Nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan yang sebagian kecil waktunya
digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan;
Alat tangkap gillnet umumnya membutuhkan 3 sampai 5 orang untuk
mengoperasikannya. Namun demikian, jumlah tersebut tergantung dari dimensi
ukuran jaring yang digunakannya.
Armada penangkapan pancing tonda umumnya membawa 1 hingga 4 orang
dalam satu perahu/kapal. Pembagian tugasnya adalah sebagai berikut: satu orang
sebagai juru mudi merangkap sebagai pemancing di bagian buritan perahu dan
lainnya bertugas sebagai pemancing sekaligus mencari tanda-tanda keberadaan
ikan (Endratno, 2002).
Sementara pada alat penangkapan payang memerlukan jumlah nelayan yang
cukup banyak untuk mengeoperasikannya. Menurut Girsang (2008), jumlah
nelayan payang dalam satu unit penangkapan berkisar antara 15 hingga 20 orang,
dengan pembagian tugas sebagai berikut:
1) Juru mudi, bertugas untuk memudikan perahu dan bertanggung jawab
terhadap kondisi mesin;
2) Pengawas, bertugas untuk mencari/mengintai gerombolan ikan target;
3) Petawur, bertugas untuk melempar jaring;
4) Juru batu, bertugas untuk membereskan pemberat, pelampung dan jaring
sebelum dan sesudah operasi penangkapan;
7
Gillnnet adalah alat tangkaap yang beerupa jaringg yang mennyerupai din
nding
besar dann dapat dipaasang padaa permukaan
n laut, dasar laut atauupun kedallaman
8
diantaranya. Ikan yang tertangkap akan terjerat pada bagian insang atau terpuntal
pada saat mereka melewati jaring. Kontruksi gillnet terdiri atas: badan jaring,
pelampung tanda, pemberat, tali ris atas dan tali selembar (Sainsbury, 1971).
Jaring tongkol yang sering disebut jaring nilon merupakan surface gillnet
yang tergolong dalam jaring insang hanyut (drift gillnet). Drift gillnet adalah
salah satu jenis gillnet yang populer di kalangan masyarakat perikanan Indonesia.
Penamaan gillnet di Indonesia dipengaruhi oleh kebiasaan nelayan setempat ada
yang memberi nama berdasarkan jenis ikan yang tertangkap atau berdasarkan
letak fishing ground dan ada yang berdasarkan jenis bahan jaring yang digunakan
(Ayodhyoa, 1981). Jaring ini dioperasikan dengan cara direntangkan dekat dasar
perairan dengan bantuan pemberat. Posisi jaring dalam air hanya dapat
diperkirakan melalui letak pelampung-pelampung tanda dari kedua ujung jaring
yang ada dipermukaan air. Baik buruknya rentangan jaring yang sebenarnya
sukar diketahui (Gunarso, 1996).
Menurut Subani dan Barus (1989), jaring insang (gillnet) adalah suatu alat
tangkap yang berbentuk persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung,
pemberat tali ris tas dan bawah. Jaring ini terdiri dari satu jaring biasa yang
disebut tingting.
Rancangan bangun gillnet bermacam-macam tergantung dari sasaran utama
penangkapan yang berhubungan dengan ukuran mata jaring, kondisi perairan yang
berhubungan dengan warna bahan mata jaring dan penempatan alat tangkap pada
perairan yang berhubungan dengan komponen alat tangkap yang digunakan.
Mengunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy dari pelampung
yang menuju ke atas dan sinking force dari pemberat ditambah dengan berat jaring
di dalam air yang menuju ke bawah, maka jaring akan terentang. Pertimbangan
dua gaya ini yang akan menentukan baik buruknya rentangan gillnet di dalam air
(Ayodhyoa, 1981).
Penentuan lebar jaring (jumlah mesh depth) didasarkan antara lain atas
pertimbangan terhadap posisi ke dalaman swimming layer dari jenis-jenis ikan
yang menjadi tujuan penangkapan, density dari gerombolan ikan, dan sebagainya.
Jumlah piece yang digunakan bergantung pada situasi operasi penangkapan,
volum kapal, dan sebagainya. Jumlah piece yang digunakan berpengaruh
9
terhadap besar kecilnya hasil tangkapan yang mungkin diperoleh dan juga akan
mempengaruhi besar kecilnya suatu usaha penangkapan ikan (Ayodyoa, 1981).
Pengoperasian alat tangkap jaring insang tiga lapis dan jaring insang dasar
tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan. Ada beberapa tahap yang harus
dilakukan ketika mengoperasikan alat tangkap ini, yaitu terdiri atas tahap
persiapan, pencarian daerah penangkapan, penurunan jaring (setting), perendaman
(soaking), pengangkatan jaring (hauling) dan penanganan hasil tangkapan.
1) Tahap persiapan.
Persiapan merupakan kegiatan yang dilakukan di fishing base sebelum
berangkat menuju ke daerah penangkapan berupa pemeriksaan perahu, alat
tangkap, mesin, bahan bakar, dan bahan perbekalan;
2) Pencarian daerah penangkapan.
Penentuan fishing ground untuk melakukan operasi penangkapan ikan
dilakukan berdasarkan pengalaman operasi penangkapan sebelumnya dan
informasi dari nelayan jaring insang lainnya. Waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai daerah penangkapan berkisar antara 1 - 1,5 jam;
3) Penurunan jaring (setting).
Setelah tiba di daerah penangkapan atau fishing ground, nelayan bersiap-
siap untuk melakukan setting. Penurunan lampu tanda dan pelampung
tanda, dilanjutkan dengan penurunan jaring secara perlahan dan diakhiri
dengan penurunan pelampung tanda. Pada saat penurunan jaring, kapal
berjalan dengan kecepatan rendah. Keberhasilan penangkapan sangat
tergantung pada beberapa kondisi di fishing ground, seperti arus perairan
dalam kondisi tenang dan alat tangkap lain yang sudah terpasang untuk
menghindari alat tangkap terbelit satu sama lain;
4) Perendaman (soaking).
Setelah selesai setting, pelampung tanda diikatkan ke badan kapal dan
mesin kapal dimatikan, kemudian jangkar kapal diturunkan. Selama proses
soaking, nelayan memanfaatkan waktu untuk beristirahat menunggu
sampai hauling akan dilakukan. Lama perendaman biasanya selama 2 – 4
jam;
10
2) Bottom gillnet, yaitu gillnet yang dipasang dekat atau di dasar laut dengan
menambahkan jangkar sehingga jenis ikan penangkapan adalah ikan
demersal;
3) Drift gillnet, yaitu gillnet yang dibiarkan hanyut disuatu perairan terbawa
arus dengan atau tanpa kapal. Posisi jaring ini ditentukan oleh jangkar,
sehingga pengaruh kecepatan arus terhadap kekuatan tubuh jaring dapat
diabaikan;
4) Encircling gillnet, yaitu gillnet yang dipasang melingkar terhadap
gerombolan ikan dengan maksud menghadang ikan.
Besar kecilnya ukuran mata jaring memiliki hubungan yang erat dengan
ikan yang tertangkap. Gillnet akan bersifat selektif terhadap ukuran hasil
tangkapan. Untuk dapat menghasilkan hasil tangkapan yang besar pada suatu
daerah penangkapan, maka ukuran jaring disesuaikan dengan besar badan ikan
yang terjerat. Pada umumnya ikan tertangkap secara terjerat pada bagian
insangnya (operculum), maka luas mata jaring harus disesuaikan dengan luas
penampang tubuh ikan antara batas tertutup insang sampai sekitar bagian sirip
dada (pectoral). Menurut Martasuganda (2002), jaring insang hanyut (drift
gillnet) adalah jaring yang cara pengoperasiannya dibiarkan hanyut di perairan
baik itu dihanyutkan dibagian permukaan (surface drift gillnet), kolam perairan
(mid water) atau dasar perairan (bottom gillnet).
(1981), jenis alat tangkap yang termasuk kedalam kelompok pancing adalah pole
and line, long line, troll line, vertical long line dan hand line.
Menurut Monintja dan Martasuganda (1991), perikanan pancing dapat
dioperasikan dimana saja, dimana alat tangkap lain tidak dapat beroperasi, seperti
di perairan dalam dan kondisi berarus kuat. Alat tangkap pancing dapat
dioperasikan oleh siapa saja, namun diperlukan keahlian dalam pengoperasian dan
pengetahuan tentang sifat dari jenis ikan sasaran penangkapan sehingga dapat
diperoleh hasil tangkapan yang diharapkan. Alat tangkap ini tergolong sangat
sederhana, karena hanya terdiri dari atas pancing, tali, gulungan dan pemberat.
Ukuran pancing dan besar tali disesuaikan dengan ikan yang menjadi sasaran
penangkapan (Farid et al, 1989).
Menurut Ayodhyoa (1981), pengoperasian angling adalah dengan
mengaitkan umpan pada mata pancing yang telah diberi tali dan
menenggelamkannya kedalam air. Ketika umpan dimakan ikan, maka mata
pancing akan tersangkut pada mulut ikan dan pancing ditarik ke perahu.
Konstruksi alat tangkap ini sangat sederhana, mudah dioperasikan dan hampir
semua orang bisa melakukannya. Von Brandt (1984) menyebutkan bahwa
pengoperasian angling sangat sederhana dan tidak memerlukan teknologi tinggi.
Jenis umpan dan cara pemasangannya pada kail sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap pancing
(Sadhori, 1984). Menurut (Farid et al, 1989), umpan yang digunakan pada
pancing ulur adalah layang Decapterus sp), kembung (Rastrelliger sp), dan cumi-
cumi (Loligo sp.) segar. Djatikusumo (1997) menambahkan bahwa persyaratan
umpan yang baik adalah:
1) Tahan lama, artinya umpan tersebut tidak mudah mengalami pembusukan;
2) Mempunyai warna yang mengkilat, sehingga mudah terlihat dan menarik
bagi ikan yang menjadi tujuan penangkapan;
3) Mempunyai bau yang spesifik yang dapat merangsang ikan sasaran
tangkapan;
4) Mudah diperoleh;
5) Harganya terjangkau;
13
juga ada yang terbuat dari tali rafia atau karet. Dasar pemikiran penggunaan
umpan buatan adalah :
1) Harga relatif murah dan mudah didapat;
2) Dapat dipakai berulang-ulang;
3) Dapat disimpan dalam waktu yang lama;
4) Warna dapat memikat; dan
5) Ukuran dapat disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut ikan.
2.3 Rumpon
Rumpon adalah suatu bangunan (benda) menyerupai pepohonan yang
dipasang atau ditanam di suatu tempat di tengah laut. Pada umumnya rumpon
terdiri dari empat bagian penting yaitu pelampung (float), tali panjang (rope),
pemikat (atraktor) berupa daun kelapa atau daun lontar, dan pemberat
(sinker/anchor) (Handriana 2007).
Rumpon adalah suatu kontruksi bangunan yang dipasang didalam air
dengan tujuan untuk memikat ikan agar berasosiasi dengannya sehingga
memudahkan penangkapan ikan disuatu tempat (Monintja 1995 diacu dalam
Zulkarnain 2002). Rumpon biasanya dijadikan alat bantu penangkapan karena
alat ini hanya dijadikan sebagai alat tambahan yang digunakan sebagai pengumpul
ikan pada suatu tempat atau titik untuk kemudian dilakukan operasi penangkapan
berdasarkan alat tangkap yang dikehendaki (Subani, 1986 vide Effendi, 2002).
Menurut Zakri (1993) vide Sianipar (2003) tipe-tipe rumpon yang dikembangkan
hingga saat ini dapat dikelompokkan atas kategori berikut:
17
Berbagai jenis ikan tertarik untuk berkumpul di sekitar rumpon, mulai dari
ikan pelagis kecil sampai ikan pelagis besar yang didominasi oleh tuna dan
cakalang (Monintja dan Zulkarnain, 1995 vide Ardianto, 2005). Tidak semua
jenis ikan yang beruaya dapat berasosiasi dengan rumpon, hanya beberapa jenis
tertentu yang sering berada di daerah rumpon. Subani (1986) vide Imawati (2003)
mengatakan bahwa ikan yang berkumpul di sekitar rumpon umumnya adalah ikan
pelagis kecil seperti layang (Decapterus maruadsi), deles (Decapterus
crumenophthalmus), kembung (Rastralliger sp.), lemuru (Sardinella longiceps),
tembang (Sardinella fimbriata), selar (Caranx leptolesis), pepetek (Megalaspis
cordyla). Sementara itu, sumberdaya ikan pelagis besar yang banyak berkumpul
di sekitar rumpon adalah cakalang (Katsuwonus pelamis), madidihang (Thunnus
albacares), tongkol (Euthynus sp.), dan tuna mata besar (Thunnus obesus)
(Monintja dan Zulkarnain, 1995 diacu dalam Ardianto, 2005).
3 METODE PENELITIAN
Ci
CPUEi =
fi
V (X) =
V (A) = ∑ 1,2,3 … … … … ,
Keterangan :
V(X) = fungsi nilai dari variabel X
Xi = Variabel ke-i
X1 = Nilai tertinggi / terbaik pada kriteria X
X0 = Nilai terendah / terburuk pada kriteria X
V(A) = Fungsi nilai dari alternatif A
Vi = Fungsi nilai dari alternatif pada kriteria ke-i
Bulan Mei, Juni dan Juli. Kisaran suhu di Perairan Palabuhanratu berkisar antara
27°C-30°C. Tinggi gelombang di perairan Palabuhanratu dapat berkisar antara 1-
3 meter.
7,000,000
6,000,000
Produksi (kg)
5,000,000
4,000,000
3,000,000
2,000,000
1,000,000
‐
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
Gambar 2 Grafik jumlah produksi (kg) hasil perikanan laut yang didaratkan
di PPN Palabuhanratu tahun 2003-2009.
1) Kapal
Kapal yang beroperasi di Palabuhanratu diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
kapal motor dan kapal motor tempel. Kapal motor merupakan kapal yang dalam
pengoperasiannya menggunakan mesin yang diletakkan di dalam badan kapal
(inboard) sedangkan perahu motor tempel merupakan perahu yang dalam
pengoperasiannya, mesin diletakkan diluar badan kapal (outboard). Armada
penangkapan ikan yang berpangkalan di PPN Palabuhanratu umumnya adalah
jenis kapal motor dengan ukuran kapal < 10 GT s/d ≤ 100 GT dengan berbagai
macam alat tangkap seperti gillnet, payang, jaring rampus, bagan, purse seine,
pancing ulur, tuna longline, pancing rawai, dan lainnya. Jumlah perahu motor
tempel dan kapal motor selengkapnya disajikan pada Tabel 2.
26
900
800
700
600 Kapal Motor (KM)
500
400 Perahu Motor Tempel
(PMT)
300
Jumlah Kapal/Perahu
200 Perikanan
100
0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Grafik 3 Jumlah kapal motor dan perahu motor tempel di PPN Palabuhanratu
tahun 2003-2009.
Berdasarkan Grafik 1 diketahui bahwa jumlah kapal (baik kapal inboard
ataupun outboard) mengalami fluktuasi tiap tahunnya. Jika dilihat dari tahun
2003-2009 jumlah kapal di PPN Palabuhanratu meningkat dan jumlah
27
tertingginya ada pada tahun 2007 sebesar 852 unit kapal dari berbagai jenis alat
tangkap. Sementara untuk jumlah kapal terendahnya ada pada tahun 2003 sebesar
381 unit.
2) Nelayan
Nelayan merupakan salah satu komponen penting dalam unit penangkapan
ikan, karena nelayan adalah orang yang mengoperasikan unit penangkapan ikan
atau sarana produksi. Nelayan di Palabuhanratu dikelompokan menjadi dua, yaitu
nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik adalah nelayan yang
memiliki armada penangkapan dan membiayai operasi penangkapan. Nelayan
buruh adalah nelayan yang langsung terlibat dalam operasi penangkapan ikan.
Berdasarkan waktu kerjanya, nelayan di Palabuhanratu dapat dikelompokan
menjadi nelayan penuh dan sambilan utama. Nelayan penuh merupakan nelayan
yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan,
sedangkan nelayan sambilan utama adalah nelayan sebagian besar waktunya
digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Adapun nelayan yang
ada di PPN Palabuhanratu pada tahun 2009 tercatat sebanyak 4453 orang (Tabel
3).
3) Alat tangkap
Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di PPN Palabuhanratu memiliki
jenis penangkapan ikan yang beragam seperti: pancing, payang, bagan, gillnet,
rawai, trammel net, purse seine, tuna longline, rampus dan jaring klitik. Dalam
operasional penangkapan ikan, jenis alat tangkap yang digunakan merupakan
faktor yang cukup penting selain faktor pengetahuan nelayan tentang tingkah laku
ikan, daerah penangkapan ikan (fishing ground) dan kemampuan menggunakan
alat tangkap yang akan digunakan. Perkembangan jenis alat tangkap yang
beroperasi di PPN Palabuhanratu dalam kurun waktu delapan tahun terakhir
disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Jumlah unit alat tangkap yang memiliki fishing base di PPN
Palabuhanratu Tahun (2002-2009).
Alat Tangkap (Unit) Jumlah Fluktuasi
No. Tahun
RMP PCG PYG BGN PRS GNT RWI LgLn (Unit) (%)
1 2002 - 204 64 102 1 135 12 - 518 -
2 2003 19 187 85 142 6 168 18 29 654 26,25
3 2004 48 244 89 96 8 147 25 36 693 5,96
4 2005 63 245 101 288 7 40 10 71 825 19,04
5 2006 46 280 166 263 2 94 7 34 892 8,12
6 2007 101 443 159 267 9 168 27 155 1.329 48,99
7 2008 35 294 45 200 3 80 7 110 774 -41,76
8 2009 46 190 81 14 2 39 ‐ 23 411 -46,9
Rata- Rata Kenaikan 2,8
Sumber: PPN Palabuhanratu 2008 dan PPN Palabuhanratu 2009
Ket: RMP = Rampus; PCG = Pancing; PYG = Payang; BGN = Bagan; PRS = Purse Saine;
GNT = Gillnet; RWI = Rawai; LgLn = Long Line.
Jenis alat tangkap yang dominan digunakan selama tahun 2005-2009 oleh
nelayan PPN Palabuhanratu adalah pancing kemudian disusul oleh bagan, gillnet,
payang dan tuna longline. Jumlah pengoperasian alat tangkap tertinggi pada
tahun 2007, yakni sebesar 1329 unit. Setelah itu terjadi penurunan alat tangkap
pada tahun berikutnya (2008 dan 2009). Penurunan alat tangkap tersebut diduga
disebabkan oleh semakin sulitnya mendapatkan ikan dan juga semakin mahalnya
biaya operasi penangkapan ikan, sehingga usaha penangkapan ikan semakin
sering merugi, akibatnya banyak armada yang tidak beroperasi lagi.
29
1) Fasilitas pokok
Fasilitas pokok adalah fasilitas dasar yang diperlukan dalam kegiatan di
suatu pelabuhan. Fasilitas ini berfungsi untuk menjamin keamanan dan
kelancaran kapal baik sewaktu berlayar keluar dan masuk pelabuhan maupun
sewaktu berlabuh di pelabuhan. Fasilitas pokok tersebut antara lain:
a. Areal pelabuhan
Areal Pelabuhan adalah bagian darat yang menampung seluruh fasilitas
pelabuhan. PPN Palabuhanratu memiliki luas areal seluas 10,29 ha dan areal
tersebut merupakan milik PPN Palabuhanratu yang mana sudah digunakan
untuk pembangunan fasilitas pelabuhan.
b. Dermaga
Suatu bangunan kelautan yang berfungsi sebagai tempat berlabuh dan
bertambatnya kapal, bongkar muatan hasil tangkapan dan mengisi bahan
perbekalan untuk keperluan penangkapan ikan di laut. Fasilitas yang terdapat
di dermaga diantaranya:
• Fender yaitu fasilitas yang berfungsi agar kapal terhindar dari
kerusakan akibat benturan dengan dermaga saat bertambat.
• Bolard yaitu suatu bentuk kontruksi di dermaga yang berfungsi untuk
menambatkan kapal
c. Kolam pelabuhan
Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk masuknya kapal
yang bersandar di dermaga. Kolam pelabuhan menurut fungsinya ada dua
yaitu:
• Alur pelayaran yang merupakan pintu masuk kolam pelabuhan sampai
ke dermaga
• Kolam putar yaitu daerah perairan untuk memutarnya kapal.
2) Fasilitas fungsional
b. Pasar ikan
Pasar ikan yang dimiliki PPN Palabuhanratu mempunyai luas 352 m2,
yang bersebelahan dengan gedung TPI dan dimanfaatkan sebagai tempat
untuk memasarkan hasil tangkapan.
d. Tangki BBM
Pelabuhan Perikanan Nusaantara di Palabuhanratu mempunyai dua unit
tangki BBM yang berkapasitas 320 m3 dan 208 m3 yang dipasok dari station
package dealer untuk nelayan (SPDN) yang dikelola oleh KUD Mina Mandiri
Sinar Laut.
2) Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasional pelabuhan perikanan. Fasilitas penunjang yang terdapat di PPN
Palabuhanratu antara lain:
• Fasilitas kesejahteraan, yaitu adalah Mushola, MCK (mandi, cuci, kakus),
poliklinik dan warung.
• Fasilitas admisnistrasi, yaitu kantor pengelola pelabuhan, ruang operator,
kantor syahbandar, dan kantor beacukai.
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
1) Kapal
Kapal PSP 01 merupakan kapal yang dimiliki oleh Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, yang terbuat dari bahan kayu. Dimensi Kapal PSP 01
adalah panjang total (LOA) 14,3 meter, lebar maximum (Bmax) 3,12 meter, dan
kedalaman (D) 1,2 m, Dengan ukuran kapal sekitar 9,5 GT (Gross tonase). Jenis
kayu yang digunakan dalam pembuatan Kapal PSP 01 adalah kayu kitamiang ,
laban (Vitex pubesceus vahl), dan bayur (Pterospermum javanicum).
Kapal PSP 01 digunakan sebagai unit usaha perikanan di Palabuhanratu.
Selain untuk usaha Kapal PSP 01 digunakan sebagai kapal penelitian dan latihan
bagi para mahasiswa. Kapal PSP 01 mulai beroperasi di Palabuhanratu terhitung
mulai bulan Mei 2008 hingga sekarang. Mesin yang digunakan untuk
mengoperasikan Kapal PSP 01 adalah mesin motor dengan merk Mitsubishi 4D30
80 PS/2100 rpm yang menggunakan bahan bakar solar. Dalam pengoperasiannya
kapal PSP 01 membawa bahan bakar solar sebanyak 4 drum, yang satu drumnya
berisi 100 liter bensin dan membawa air tawar sebanyak 3 blong, yang satu
blongnya berisi 100 liter air tawar. Kapal PSP 01 mempunyai 3 buah palka yang
terdiri dari satu palka untuk menyimpan alat tangkap (gillnet) sedangkan dua
palka yang lain dipergunakan untuk menyimpan hasil tangkapan. Kedua palka
yang dipergunakan untuk menyimpan hasil tangkapan mempunyai dimensi ukuran
yang berbeda. Palka yang pertama untuk menyimpan hasil tangkapan ukuran
dimensinya adalah panjang 125 cm, lebar 240 cm dan dalam 90 cm, sedangkan
34
2) Alat tangkap
Kapal PSP 01 mengoperasikan beberapa jenis alat penangkapan ikan
(multigear), yaitu pancing tonda, pancing ulur (tomba) dan gillnet. Pengoperasian
alat tangkap dilakukan berdasarkan musim dan keadaan daerah penangkapan ikan.
Pancing tonda adalah alat penangkap ikan yang dioperasikan secara aktif
dengan cara ditarik oleh perahu motor atau kapal kecil. Pancing tonda terdiri dari
beberapa bagian yaitu panjang tali utama, mata pancing, pemberat, dan umpan.
Berikut penjelasan dari bagian-bagian dari pancing tonda, yaitu:
• Tali utama
Tali utama pancing tonda terbuat dari bahan nylon yang memiliki panjang
sekitar 50-70 m. Jarak antar tali utama sekitar setengah depa atau 1,5 m. Dalam
sekali setting pancing tonda, dapat mengoperasikan 5-8 pancing.
35
• Mata pancing
Mata pancing yang digunakan untuk pancing tonda adalah mata pancing
berkait ganda terbuat dari stainless. Nomor mata pancing yang digunakan oleh
Kapal PSP 01 pancing tonda yaitu antara nomor 07 – 08.
50
0 – 70 m
2 cm
Gambar 8 Pancing to
onda saat diioperasikan
Tabel 5 Spesifikasi
S a tangkapp pancing to
alat onda Kapal PSP
P 01
Komponenn alat tangkkap Bahan, uku
uran dan jum
mlah pancinng tonda
Jumlah maata pancingg 5-8
Nomor maata pancing 7-8
Tali utamaa (m) 50-70
Diameter pancing
p (m
mm) 2
Bahan talii utama Nylon
Bahan maata pancing Tembaga (pancing gaanda)
Pemberat Timahh (20 gram))
Jenis umppan Buataan (plastik)
Sumber: Data
D primer,2010
37
Pancing tomba adalah alat penangkapan ikan yang berbentuk jerigen yang
pengoperasiannya dilakukan dengan cara mengaitkan umpan pada mata pancing
yang telah diberi tali kemudian menenggelamkannya kedalam air, dan menaruh
jerigen di permukaan air. Ketika umpan dimakan ikan, maka jerigen bergerak,
kemudian jerigen diangkat ke atas kapal.
Pancing tomba terdiri dari beberapa bagian yaitu jerigen, mata pancing, tali
utama, pemberat dan umpan. Berikut penjelasan dari bagian-bagian tersebut:
38
• Jerigen
Jerigen yang digunakan pada Kapal PSP 01 berukuran 35 x 10 x 25 cm.
Adapun penggunaan jerigen adalah sebagai pelampung pada saat pancing tomba
di operasikan.
• Tali utama
Tali utama yang digunakan oleh Kapal PSP 01 biasanya terbuat dari nylon.
Panjang tali utama yang digunakan sampai 100 meter, namun yang digunakan
dalam operasi penangkapan ikan umumnya sekitar 20-50 m tergantung dari
kondisi perairan daerah penangkapan ikan, Diameter tali utamanya adalah 2 mm.
Pancing tomba dalam setiap setting, nelayan pancing tomba dapat
mengoperasikan 7-9 unit pancing tomba.
• Mata pancing
Mata pancing yang digunakan untuk pancing tomba terbuat dari stainless
atau baja. Nomor mata pancing yang digunakan oleh Kapal PSP 01 antara nomor
02 – 03.
• Umpan
Umpan yang digunakan untuk pancing tomba adalah ikan segar. Umumnya
ikan segar yang digunakan oleh Kapal PSP 01 diperoleh dari hasil tangkapan
pancing tonda seperti ikan tongkol. Ikan tongkol hasil tangkapan pancing tonda
nantinya dijadikan umpan pada saat pengoperasian pancing tomba. Hal ini
dilakukan supaya memperoleh hasil tangkapan ikan tuna. Spesifikasi alat tangkap
pancing tomba Kapal PSP 01 disajikan pada Tabel 6.
a c
ukuran mata
jaring = 4 inchi
Keterangan : a. Pelam
mpung tanda d. Tali pelampung
p
b. Tali ris
r atas e. Pemb
berat
c. Pelam
mpung
3) Nelaayan
yang terbuat dari bulu ayam, kain yang berwarna menarik, dan bahan-bahan yang
terbuat dari plastik yang menyerupai bentuk asli hewan laut seperti cumi, ikan-
ikan kecil, dan sebagainya. Umumnya dalam sekali operasi penangkapan dapat
menghabiskan hingga 300-400 liter solar.
5.1.2 Unit penangkapan ikan yang menggunakan satu alat tangkap (single
gear)
Pada penelitian ini alat tangkap single gear yang diamati atau diteliti adalah
alat tangkap payang dan alat tangkap pancing tonda yang terdapat di PPN
Palabuhanratu. Unit penangkapan ikan terdiri dari kapal, alat dan nelayan kapal
itu sendiri. Penjelasan dari alat tangkap payang dan pancing tonda disajikan pada
bab dibawah ini.
1) Pancing tonda
a. Kapal
Kapal yang digunakan untuk mengoperasikan pancing tonda adalah jenis
kapal motor yang memiliki dimensi utama LOA = 12 meter, B = 2,8 meter, dan D
= 1,2 meter, maka dapat di ketahui GT untuk kapal pancing tonda sebesar 8 GT.
Mesin yang digunakan berkekuatan 22 PK dengan bahan bakar solar. Umumnya
kapal yang digunakan di palabuhanratu adalah jenis kapal kayu yang memiliki
umur teknis sekitar 10 tahun. Perawatan kapal dilakukan kurang lebih 6 bulan
sekali yang meliputi pengecetan, penambalan bagian yang bocor, dan
menghilangkan teritip.
b. Alat tangkap
Pancing jenis ini termasuk kedalam jenis pancing rumpon. Karena
pengoperasian pancing tonda di lakukan di daerah sekitar rumpon. Pancing tonda
terdiri atas dua bagian utama yaitu tali pancing, mata pancing dan pemberat.
Jumlah mata pancing yang digunakan nelayan Palabuhanratu berjumlah antara 5-7
unit mata pancing. Mata pancing umumnya terbuat dari kawat baja, kuningan,
atau bahan tahan karat dan tembaga. Nomor mata pancing tonda adalah 07-08
dan panjangnya sekitar 3 cm. Tali pancing tonda terbuat dari bahan PA
monofilament no. 60 dengan panjang sekitar 40 meter per unit dan umpan yang
digunakan berupa umpan buatan.
c. Nelayan
Nelayan yang mengoperasikan kapal pancing tonda ini berkisar 4-5 orang
per unit. Pembagian tugas nelayan antara lain, seorang nelayan mengatur jalannya
perahu sekaligus sebagai pemancing. Nelayan lainnya sebagai pemancing dan
melakukan persiapan sebelum operasi penangkapan berlangsung.
dilakukan sebanyak 2 – 4 trip dalam satu bulan, dimana dalam satu kali trip
nelayan menghabiskan waktu 7 – 10 hari. Adapun hari yang tidak dimanfaatkan
untuk melakukan kegiatan melaut adalah hari Jum’at karena para nelayan
melakukan kegiatan ibadah sholat Jum’at sekaligus dimanfaatkan untuk
beristirahat.
2) Payang
a. Kapal
Berdasarkan dari hasil wawancara nelayan payang di Palabuhanratu, kapal
yang digunakan untuk pengoperasikan payang adalah jenis kapal motor tempel
yang terbuat dari kayu. Dimensi kapal payang adalah panjang total (LOA) 12 m,
lebar (B) 2 m dan dalam (D) 0,8 m, Maka kapal payang yang terdapat di PPN
Palabuhanratu diketahui ukuran GT kapal sebesar 6,77 atau rata-rata 7 GT.
46
b. Alat tangkap
Payang merupakan alat tangkap yang memiliki tali penarik yang sangat
panjang dengan cara melingkari wilayah seluas-luasnya dan kemudian
menariknya ke kapal yang tidak bergerak. Alat tangkap payang termasuk
kedalam pukat kantong lingkar. Pukat kantong lingkar adalah suatu jaring yang
terdiri dari kantong (bunt or bag), badan (body), kaki atau sayap(wing) yang
dipasang pada kedua sisi (kiri dan kanan) mulut jaring.
Pada payang terdiri atas kantong, dua sayap, dua tali ris, tali selambar, serta
pelampung dan pemberat. Kantong yang terdapat pada payang merupakan satu
kesatuan yang berbentuk kerucut. Semakin ke ujung kantong jumlah mata jaring
semakin berkurang dan ukuran mata jaringnya semakin mengecil, hal ini
dilakukan untuk menghindari lolosnya ikan yang telah masuk kedalam kantong.
47
c. Nelayan
Pengoperasian alat tangkap payang memerlukan tenaga yang besar baik
pada saat menurunkan jaring (setting) maupun pada saat menarik jaring (hauling).
Hal inilah yang menyebabkan alat tangkap payang banyak menyerap tenaga kerja,
dimana untuk satu unit alat tangkap dibutuhkan 15-20 orang per unit. Tabel 10
berikut ini menjelaskan rincian dari jumlah nelayan dan kedudukannya pada satu
unit alat tangkap.
Kedudukan Jumlah
Juru mudi 1
Motoris 1
Pedaga dewasa (8-14)
Pedaga kecil (2-3)
Jumlah (15-20)
Sumber: Data primer,2010
seolah-olah hasil tangkapannya menurun dan demikian juga dengan nilai CPUE-
nya. Perkembangan CPUE Kapal PSP 01 (multigear) dari tahun 2008-2010,
dapat dilihat pada Tabel 11. Data perhitungan CPUE lebih rinci dapat dilihat
pada Lampiran 2,3,4.
Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2005, sebesar 3.106.329 kg dan
hasil tangkapan terendah terjadi pada tahun 2008 sebesar 206,679 kg. Sementara
untuk jumlah upaya penangkapan effort cenderung menurun selama periode tahun
tersebut (2005-2009). Menurunnya jumlah effort dipengaruh oleh berkurangnya
jumlah alat tangkap payang yang beroperasi di PPN Palabuhanratu. Hal ini di
karenakan kapal payang banyak yang tidak beroperasi atau beralihnya alat
tangkap payang ke alat tangkap lain seperti rumpon. Namun untuk hasil
tangkapan per upaya nilai catch/effort (CPUE) pada tahun terakhir (2009)
menunjukan peningkatan yang berarti atau cukup signifikan walaupun pada 4
tahun sebelumnya (2005-2008) cenderung menurun. Hal ini diduga karena
adanya prakiraan panen raya 5 tahun sekali.
Kapal pancing tonda dari tahun ke tahun produksi hasil tangkapan ikan
cenderung semakin fluktuasi dengan rata-rata produksi sebesar 337,11 kg dan
rata-rata CPUE sebesar 939,35 kg/trip. Terlihat dari Hasil tangkapan yang di
dapat oleh pancing tonda tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebanyak 601,221 kg
dan hasil tangkapan terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 198,804 kg. Begitu
juga dengan hasil tangkapan per upaya pada tahun 2006 kapal pancing tonda
meningkat hingga 1171,70 kg/trip. Pada tahun 2007-2009 upaya penangkapan
ikan cenderung menurun. Namun pada tahun 2009 menunjukan upaya
penangkapan ikan sebesar 639,59 kg/trip. Penurunan CPUE pada tahun 2009
diduga karena laju pertambahan effort lebih tinggi dibandingkan dengan laju
pertambahan produksi.
Jumlah tenaga kerja atau ABK yang terdapat pada Kapal PSP 01 berjumlah
5 orang nelayan. Jumlah tersebut relatif tetap setiap tahunnya, sementara
penggunaan BBM cenderung mengalami fluktuasi. Keragaan spesifikasi tenaga
kerja dan penggunaan BBM dapat dilihat pada Tabel 14 . Rincian penggunaan
BBM tiap bulannya dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tabel 16 Spesifikasi tenaga kerja dan penggunaan BBM kapal pancing tonda.
Tahun Tenaga kerja (orang) BBM
2005 5 51,90
2006 5 105,60
2007 5 76,50
2008 5 76,52
2009 5 325,20
Rata-Rata 5 127,14
Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu, 2009
penangkapan ikan. Produksi hasil tangkapan per kapal per tahun disajikan pada
Tabel 17.
Tabel 17 Produksi hasil tangkapan ikan kapal PSP 01, payang dan pancing tonda.
produksi hasil tangkapan Kapal PSP 01 lebih sedikit dibandingkan alat tangkap
single gear (pancing tonda).
Tabel 18 Hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan Kapal PSP 01, payang dan
pancing tonda.
Kapal PSP 01* Payang** Pancing tonda**
Tahun
CPUE(kg/trip) CPUE (kg/trip) CPUE (kg/trip)
2005 - 732,97 1057,46
2006 - 635,11 1171,70
2007 - 694,64 993,24
2008 462,16 463,40 834,76
2009 374,00 734,84 639,59
2010 215,00 - -
Rata-Rata 350,38 652,19 939,35
Sumber: *Data primer,2010 ** Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009
Tabel 18 diatas dapat dilihat bahwa CPUE diperoleh dari produksi hasil
tangkapan yang didapat dibagi dengan jumlah trip (effort) pengoperasian alat.
Hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan Kapal PSP 01 cenderung menurun
dari tahun 2008-2009 dengan rata-rata sebesar 350,38 kg/trip, begitu juga dengan
alat tangkap pancing tonda (single gear) cenderung menurun dari tahun 2005-
2009 dengan rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan sebesar 939,35
kg/trip. Namun untuk alat tangkap payang (single gear) cenderung berfluktuasi
setiap tahunnya dengan rata-rata sebesar 652,19 kg/trip. Besarnya CPUE
pancing tonda (single gear) dibandingkan kapal payang dan Kapal PSP 01
(multigear). Hal ini diduga karena kapal pancing tonda menggunakan rumpon
lebih dari satu rumpon sehingga hasil tangkapan yang diperoleh lebih banyak
dibandingkan dengan Kapal PSP 01. Selain itu faktor keberadaan ruaya ikan dan
faktor daerah penangkapan merupakan salah satu faktor hasil tangkapan pancing
tonda lebih besar dari pada Kapal PSP 01 dan kapal payang (single gear).
58
Tabel 19 Perbandingan pengunaan BBM yang digunakan Kapal PSP 01, kapal
payang dan pancing tonda.
Kapal PSP 01* Payang** Pancing tonda**
Tahun
Penggunaan Penggunaan Penggunaan
BBM(kg/trip/liter) BBM(kg/trip/liter) BBM(kg/trip/liter)
2005 - 0,0036 0,0204
2006 - - 0,0111
2007 - 0,0020 0,0130
2008 0,0963 0,0014 0,0109
2009 0,0445 0,0013 0,0020
2010 0,1265 - -
Rata-Rata 0,089 0,0021 0,0115
Sumber: *Data primer,2010 **Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009
tenaga kerja atau ABK dalam satu unit kapal sangat penting, maka perlu
dilakukan perhitungan efisien tenaga kerja atau ABK. Dengan cara menghitung
jumlah upaya penangkapan ikan yang dihasilkan (kg/trip) dibagi dengan jumlah
tenaga kerja dalam satu unit kapal.
Tabel 20 diketahui bahwa tenaga kerja yang dilakukan oleh nelayan kapal
PSP 01 setiap tahunnya semakin menurun. Pada tahun 2008 penggunaan tenaga
kerja tertinggi sebesar 92,43 kg/trip/orang, Sedangkan jumlah terendah terdapat
pada tahun 2009 sebesar 74,80 kg/trip/orang, Untuk data pada tahun 2010
penggunaan tenaga kerja nelayan Kapal PSP 01 tidak dapat di katakan menurun
karena pengoperasian pada tahun 2010 dilakukan belum sampai satu tahun.
Jika dilihat dari rata-rata penggunaan tenaga kerja maka untuk Kapal PSP
01 sebesar 70,07 kg/trip/orang. Sedangkan untuk kapal payang sebesar 43,47
kg/trip/orang dan untuk kapal pancing tonda sebesar 187,87 kg/trip/orang. Maka
60
dapat dijelaskan bahwa untuk efisiensi tenaga kerja yang terbaik terdapat pada
kapal pancing tonda. Hal ini diduga karena tenaga kerja/ABK kapal pacing tonda
dalam melakukan operasi penangkapan ikan (waktu dan setting) dan penentuan
daerah penangkapan lebih baik. Besarnya penggunaan tenaga kerja nelayan Kapal
PSP 01 dibandingkan dengan nelayan payang, karena jumlah tenaga kerja yang
dibutuhan nelayan payang lebih besar dibandingkan Kapal PSP 01. Dengan
demikian CPUE yang dihasilkan kapal payang dibagi dengan jumlah nelayan
yang terdapat di satu unit menghasilkan produksi per tenaga kerja lebih kecil dari
pada Kapal PSP 01. Data yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 7.
sebesar 652,19 kg/trip. Maka dapat diketahui bahwa besarnya ukuran kapal tidak
berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan yang di dapat.
Multigear
11.594,00 350,38 0,089 70,07 36,88
(PSP 01)
single gear
11.285,24 652,19 0,002 43,47 90,30
(Payang)
single gear
16.943,29 939,35 0,011 187,87
(Pancing Tonda) 117,42
Sumber: Data diolah,2010
sehingga penggunaan BBM kapal pancing tonda lebih besar dibandingkan Kapal
PSP 01.
Jumlah nelayan Kapal PSP 01 sebanyak 5 orang, sedangkan jumlah nelayan
kapal payang sebanyak 15 orang, dan jumlah kapal pancing tonda sama dengan
jumlah Kapal PSP 01 yaitu sebanyak 5 orang. Penggunaan tenaga kerja dapat
dihitung dengan cara jumlah upaya penangkapan ikan (CPUE) yang dihasilkan
dibagi dengan jumlah nelayan yang berada dalam satu unit kapal. Jika dilihat
dari rata-rata penggunaan tenaga kerja, maka untuk Kapal PSP 01 sebesar 70,07
kg/trip/orang. Sedangkan untuk kapal payang sebesar 43,47 kg/trip/orang. Dan
untuk kapal pancing tonda sebesar 187,87 kg/trip/orang. Hal ini menunjukan
bahwa untuk efisiensi tenaga kerja pancing tonda lebih efisien dari pada Kapal
PSP 01 atau kapal payang.
Efisiensi ukuran kapal didapat dari upaya penangkapan ikan (CPUE) dibagi
dengan jumlah GT kapal. Untuk Kapal PSP 01 ukuran kapal sebesar 9,5 GT
sedangkan untuk kapal payang ukuran kapal sebesar 7 GT dan untuk kapal
pancing tonda ukuran kapal sebesar 8 GT. Jika dilihat dari efisiensi kapal maka
rata-rata untuk Kapal PSP 01 sebesar 36,88 kg/trip/GT, sedangkan untuk kapal
payang rata-rata sebesar 90,30 kg/trip/GT. Sementara untuk kapal pancing tonda
rata-rata sebesar 117,42 kg/trip/GT.
Unit Penangkapan ikan terbaik di tentukan dengan menggunakan fungsi
nilai tertinggi. Tabel 22 di atas, maka dapat diketahui tingkat produktivitas dan
efisiensi teknis suatu alat tangkap. Dengan menghitung fungsi nilai dari produksi
trip/bbm, produksi trip/tenaga kerja, produksi trip/ABK dan produksi trip/ GT.
Dengan rumus fungsi nilai dapat diketahui produktivitas dan efisiensi teknis unit
penangkapan ikan yang lebih baik untuk dioperasikan di PPN Palabuhanratu yaitu
multigear atau single gear.
63
Multigear
1,54
(PSP 01) 0,04 0 1 0,5 0
Single gear
1,2
(Payang) 0 0,5 0,1 0 0,6
Single gear
(Pancing 4
Tonda) 1 1 0 1 1
Sumber: Data diolah, 2010
Mengetahui efisien atau tidaknya alat tangkap yang digunakan oleh Kapal
PSP 01 (multigear) dapat dilakukan dengan perbandingan antara alat tangkap
single gear payang dan pancing tonda. Berdasarkan Tabel 23, maka dapat
dijelaskan bahwa Kapal PSP 01 lebih baik dibandingkan dengan kapal single gear
payang, terlihat dari aspek produksi per kapal per tahunnya, produksi trip per
BBM, dan produksi trip per ABK. Namun jika dibandingkan dengan alat tangkap
single gear pancing tonda Kapal PSP 01 masih lebih rendah, terlihat dari aspek
produksi per kapal per tahunnya, produksi per trip dan produksi trip per ABK,
produksi trip per GT alat tangkap pancing tonda (single gear) lebih baik dari pada
kapal PSP 01. Sementara untuk alat tangkap Kapal PSP 01 fungsi nilai tertinggi
diperoleh dari produksi trip/BBM. Tingginya efisiensi BBM yang digunakan
Kapal PSP 01 dikarenakan lokasi daerah penangkapan Kapal PSP 01 dilakukan
dengan menggunakan alat bantu rumpon. Pengoperasian alat tangkap sangat
dipengaruhi oleh keberadaan dan posisi rumpon. Pengoperasian alat bantu
rumpon sudah banyak digunakan oleh nelayan pancing di Palabuhanratu
(Handriana 2007). Rumpon berfungsi sebagai alat untuk menarik perhatian agar
ikan berkumpul pada suatu tempat tertentu yang kemudian dilakukan operasi
penangkapan (Subani dan Barus, 1989).
mudah ditangkap dengan alat tangkap yang dikehendaki (Subani, 1986 vide
Effendi, 2002). Sedangkan untuk alat tangkap payang hanya beroperasi di teluk
palabuhanratu dan bergerak aktif dalam mencari gerombolan ikan. Ayodhyoa
(1981) menjelaskan bahwa indikator dalam menentukan gerombolan ikan pada
siang hari dapat dilakukan dengan melihat perubahan permukaan air laut, seperti
terlihatnya buih-buih di permukaan air laut akibat udara yang dikeluarkan ikan,
terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan yang berenang dekat permukaan
laut dan adanya burung-burung yang menukik menyambar permukaan laut.
Besarnya produktivitas dan efisiensi teknis unit penangkapan ikan kapal
PSP 01 (multigear) kurang efisien dibandingkan kapal single gear. Hal ini
dikarenakan adanya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu
rumpon PSP 01 hanya satu unit, pengetahuan nelayan terhadap ruaya ikan, dan
waktu setting yang tepat. Sedangkan faktor eksternal yaitu adanya musim ikan,
dan cuaca yang tidak mendukung untuk kegiatan penangkapan ikan.
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1) Kapal PSP 01 merupakan kapal multigear yang memiliki alat tangkap
gillnet, dan pancing. Kapal PSP 01 memiliki dimensi utama dengan
panjang total (LOA) 14,3 meter, lebar maximum (B max) 3,12 meter, dan
kedalaman (D) 1,2 meter, dengan ukuran kapal sekitar 9,5 GT (Gross
tonase). Kapal PSP 01 dibuat dari kayu kitamiang, laban (Vitex pubesceus
vahl), dan bayur (Pterospermum javanicum).
2) Tingkat produktivitas unit penangkapan Kapal PSP 01 lebih rendah sebesar
350,38 kg, dibandingkan dengan kapal (single gear) payang sebesar 652,19
kg, maupun kapal pancing tonda sebesar 939,35 kg.
3) Secara teknis Kapal PSP 01 memiliki efisiensi teknis yang lebih baik dari
kapal single gear payang, namun lebih rendah dibandingkan kapal single
gear pancing tonda. Efisiensi teknis unit penangkapan ikan Kapal PSP 01
dari segi jumlah produksi per kapal per tahun 11.594,00 kg; produksi per
trip 350,38 kg/trip; produksi per BBM 0,089 kg/trip/liter; produksi per ABK
70.07 kg/trip/ABK; produksi per GT 36,88 kg/trip/GT. Sedangkan efisiensi
teknis unit penangkapan ikan kapal payang dari segi jumlah produksi per
kapal per tahun 11.285,24 kg; produksi per trip 652,19 kg/trip; produksi per
BBM 0,002 kg/trip/liter; produksi per ABK 43,47 kg/trip/ABK; produksi
per GT 90,33 kg/trip/GT. efisiensi teknis alat tangkap pancing tonda jumlah
produksi per kapal per tahun 337.117,80 kg; produksi per trip 939,35
kg/trip; produksi per BBM 0,011 kg/trip/liter; produksi per ABK 187,87
kg/trip/ABK; produksi per GT 117,42 kg/trip/GT. Tingkat efisiensi teknis,
Kapal PSP 01 memiliki nilai paling baik dalam penggunaan BBM
dibandingkan kapal single gear.
66
6.2 Saran
1) Kapal PSP 01 disarankan untuk lebih memperhatikan pemilihan daerah
penangkapan ikannya, agar efisiensi teknisnya dapat lebih ditingkatkan lagi.
2) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai hubungan hasil tangkapan dengan
keberadaan rumpon dan lama waktu keberadaan ikan di rumpon setelah
dilakukan penangkapan.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, A. 2005. Pemanfaatan Rumpon Laut Dalam : Upaya Meningkatkan
Hasil Tangkapan Ikan Cakalang di PT. Usaha Mina (Persero) Bacan,
Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. Skripsi (tidak
dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Hal 52.
Ayodhyoa A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor : Yayasan Dewi Sri. 97
hal.
Brandt, A. von. 1984. Fish Catching Methods of the World. London : Fishing
News Book Ltd. 418 p.
Endratno. 2002. Uji Coba Benang Perak Pada Pancing Tonda Di Perairan
Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi (tidak dipublikasikan).
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 43
hal.
Fauziah. 1997. Studi Efisiensi Teknis Unit Penangkapan Jaring Cucut ( Liong
Bun) Di Cirebon Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 72 hal.
Fyson J. 1985. Design Of Small Fishing Vessel. London : FOA Fishing, News
Books. Ltd. p 183-203.
Girsang, H.S. 2008. Studi Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Tongkol Melalui
Pemetaan Penyebaran Klorofil A dan Hasil Tnagkapan Di Palabuhanratu,
Jawa Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Progam Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Istitut
Pertanian Bogor. Hal 70.
Gulland JA. 1983. Fish Stok Assesment : A Manual of Basic Methods. Chichester
– New York – Brisbane – Toronto – Singapore : John Willey and Sons. Hal
223.
Gunarso, W. 1996. Tingkah Laku Ikan dan Gillnet. Bogor: Fakultas Perikanan
IPB. 45 hal.
__________. 1998. Tingkah Laku Ikan dan Perikanan Pancing. Bahan kuliah
(tidak dipublikasikan). Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 119
hal.
Leksono, U. 1983. Suatu Studi Tentang Penggunaan Ikan Lemuru Sebagai Umpan
Pada Perikanan Rawai Tuna di PT. Pelabuhan Samudra Besar Benoa, Bali
Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan. Bogor. 101 hal
Rumpon Studi Group Bogor Agricultural University. 1987. Final Report Survey
On The Location And Design Of Rumpon (Payaos) In Ternate, Tidore And
Bacan Water. (tidak dipublikasikan). The Departement Of Fisheries
Resource Utilization Faculty Of Fisheries Bogor Agricultural University.
Hal V 1-10.
Sadhori, N., 1984. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.
Sainsbury, J.C. 1971. Commercial Fishing Method. Fishing News Book Ltd.
London England. 207 hal.
Sianipar, M.H. 2003. Komposisi Hasil Tangkapan Payang Menurut Waktu dan
Periode Bulan di Sekitar Rumpon di Perairan Pasuruan, Provinsi Banten.
70
Subani, W. dan H.R. Barus. 1985. Alat dan Cara penangkapan Ikan di Indonesia.
Lembaga Penelitian Perikanan Laut, Jakarta. Hal 248.
71
7o00’ LS
U
106o30’ BT
72
¾ Lampiran 5 Perhitungan BBM Kapal PSP 01, payang, dan pancing tonda
BBM yang digunakan Kapal PSP 01
Tahun
No Bulan
2008 2009 2010
1 Januari - 500 1100
2 Februari - 350 600
3 Maret - 1200 -
4 April - 800 -
5 Mei 500 1050 -
6 Juni 750 750 -
7 Juli 700 450 -
8 Agustus 400 900 -
9 September 700 600 -
10 Oktober 850 600 -
11 November 650 600 -
12 Desember 250 600 -
Jumlah 4800 8400 1700
BBM yang digunakan kapal payang dari tahun 2005-2009
Tahun
No Bulan
2005 2006 2007 2008 2009
1 Januari 23.010 - 21200 21.760 44540
2 Februari 20.400 - 25920 - 40060
3 Maret 18.210 - 19450 20.090 44930
4 April 18.240 - 32330 32.650 44540
5 Mei 26.730 - 16210 16.690 38150
6 Juni 15.180 - 34520 35.720 38665
7 Juli 9.120 - 20860 21.900 60085
8 Agustus 20.610 - 36140 36.940 68920
9 September 12.150 - 36210 37.490 57950
10 Oktober 12.300 - 37790 38.430 61810
11 November 12.210 - 38150 38.950 41090
12 Desember 17.010 - 23440 24.400 39240
Jumlah 205.170 - 342220 325.020 579980
81
¾ Lampiran 6 Perhitungan efisiensi BBM Kapal PSP 01, payang, dan pancing
tonda
Efisiensi BBM yang digunakan dari tahun 2008-2009.
Tahun CPUE (kg/trip) BBM (liter) Efisien
2008 462,1695 4800,00 0,0963
2009 374,0000 8400,00 0,0445
2010 215,0000 1700,00 0,1265
Rata-Rata 350,3898 4966,67 0,0891
¾ Lampiran 7 Perhitungan efisiensi tenaga kerja Kapal PSP 01, payang, dan
pancing tonda
Efisien produksi tenaga kerja Kapal PSP 01 tahun 2008-2010
Tahun CPUE Tenaga Kerja Efisien
2008 462,1695 5 92,4339
2009 374,0000 5 74,8000
2010 215,0000 5 43,0000
Rata-Rata 350,3898 5 70,0780
Efisiensi tenaga kerja kapal payang tahun 2005-2009
Tahun CPUE (kg/kapal) Tenaga kerja (orang) Efisien
2005 732,9705 15 48,8647
2006 635,1107 15 42,3407
2007 694,6482 15 46,3099
2008 463,4058 15 30,8937
2009 734,8401 15 48,9893
Rata-Rata 652,1951 15 43,4797
Efisiensi tenaga kerja pancing tonda tahun 2005-2009
Tahun CPUE (Kg/kapal) Tenaga kerja (orang) Efisiensi
2005 1057,468085 5 211,4936
2006 1171,700758 5 234,3402
2007 993,2447552 5 198,649
2008 834,7628571 5 166,9526
2009 639,5968085 5 127,9194
Rata-Rata 939,3546527 5 187,8709
84
¾ Lampiran 8 Perhitungan efisiensi GT kapal PSP 01, payang, dan pancing tonda
Efisien GT tahun 2008-2010
Tahun CPUE GT Efisien
2008 462,1695 9,5 48,65
2009 374,0000 9,5 39,37
2010 215,0000 9,5 22,63
Rata-Rata 350,3898 9,5 36,88