Anda di halaman 1dari 68

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN LINGKUNGAN PERAIRAN DI WADUK

WADASLINTANG KABUPATEN WONOSOBO DAN KEBUMEN PROVINSI


JAWA TENGAH

KARYA ILMIAH PRAKTIK AKHIR

Oleh:
BERKAH MAULANA
54185112427

POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN


2022
2
ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN LINGKUNGAN PERAIRAN DI WADUK
WADASLINTANG KABUPATEN WONOSOBO DAN KEBUMEN PROVINSI
JAWA TENGAH

Oleh:
BERKAH MAULANA
54185112427

Karya Ilmiah Praktik Akhir Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Perikanan

PROGRAM SARJANA TERAPAN


PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERAIRAN
POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN
JAKARTA
2022
KARYA ILMIAH PRAKTIK AKHIR

Judul : Analisis Produktivitas dan Lingkungan Perairan Di Waduk


Wadaslintang Kabupaten Wonosobo dan Kebumen
Provinsi Jawa Tengah
Penyusun : Berkah Maulana
NRP : 54185112427
Program Studi : Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan

Menyetujui
Dosen Pembimbing,

…………………………… ……………………………
Heri Triyono, Dr. A.Pi., M.Kom Mira Maulita, S.Pi., MM

Mengetahui,

……………………………… ………………………………
Dadan Zulkifli, S.Ag., MM Dr. Meuthia A. Jabbar,A.Pi M.Si.,
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Ilmiah Praktik Akhir ’’ANALISIS
PRODUKTIVITAS DAN LINGKUNGAN PERAIRAN DI WADUK
WADASLINTANG KABUPATEN WONOSOBO DAN KEBUMEN PROVINSI
JAWA TENGAH” adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Ilmiah Praktik Akhir ini.
Apabila di kemudian hari pernyataan yang saya buat tidak sesuai, maka
saya bersedia dicabut gelar kesarjanaannya oleh Politeknik Ahli Usaha
Perikanan.

Purwokerto, Juni 2022

Materai 10.000

Berkah Maulana
54185112427
ii

© Hak Cipta Politeknik Ahli Usaha Perikanan, Tahun 2022


Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan, tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar Politeknik Ahli Usaha Perikanan.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis


dalam bentuk apa pun tanpa izin Politeknik Ahli Usaha Perikanan.
RINGKASAN

BERKAH MAULANA, 54185112427. Analisis Produktivitas Dan Lingkungan


Perairan Di Waduk Wadaslintang Kabupaten Wonosobo Dan Kebumen
Provinsi Jawa Tengah. Dibimbing OLEH HERI TRIYONO, DAN MIRA
MAULITA.
Propinsi Jawa Tengah memiliki beberapa perairan waduk yang potensial
untuk usaha perikanan, baik usaha perikanan tangkap maupun usaha budi daya
ikan. Salah satunya adalah waduk yang terdapat di Kabupaten Wonosobo yaitu
Waduk Wadaslintang dengan luas permukaan air maksimal 1.400 ha, sedangkan
luas minimal adalah 1.120 ha (Azizi et al., 2017). Waduk ini dimanfaatkan untuk
berbagai kebutuhan, diantaranya untuk perikanan tangkap, keramba jaring
apung, pariwisata, air bersih, dan PLTA. Pemanfaatan waduk Wadaslintang
belum terukur secara ekonomi sehingga perlu dilakukan studi tentang besarnya
nilai ekonomi pemanfaatan waduk sebagai dasar upaya pengelolaan (Manullang
et al., 2018). Dengan demikian, perairan waduk tersebut sangat potensial untuk
pengembangan perikanan rakyat, khususnya pengembangan perikanan tangkap.
Untuk keperluan pengelolaan perikanan, di perairan ini telah ditetapkan
pewilayahan perairan untuk perikanan yang terdiri atas wilayah untuk budi daya
ikan, wilayah untuk penangkapan ikan, wilayah untuk reservat (konservasi), dan
wilayah untuk pemanfaatan lainnya, seperti pariwisata dan perhubungan serta
wilayah bahaya untuk fungsi utama waduk (Kartamihardja & Purnomo, 2017).
Adapun daya dukung memiliki peran penting dalam pengambilan
keputusan pengelolaan sumber daya perikanan dan daya dukung merupakan
populasi organisme akuatik yang akan ditunjang oleh suatu kawasan atau areal
atau volume perairan yang ditentukan tanpa mengalami penurunan mutu atau
deteriorasi (Agista et al., 2018). Astuti & Tjahjo (2020) mendefinisikan daya
dukung sebagai kuantitas maksimum ikan yang dapat didukung oleh suatu
badan air selama jangka waktu panjang Definisi lain menyebutkan daya dukung
adalah batasan untuk banyaknya organisme hidup dalam jumlah atau massa
yang dapat di dukung oleh suatu habitat (Setyowati et al., n.d.). Jadi daya
dukung adalah biota yang keterbatasan lingkungan seperti ketersediaan
makanan, ruang atau tempat berpijah, penyakit, siklus predator, temperatu
cahaya matahari, atau salinitas (Kurniyawan & Hendrasari, 2020).
Praktik akhir ini bertujuan untuk mengetahui kualitas perairan di waduk
wadaslintang, mengidentifikasi dampak pencemaran, mengidentifikasi
produktivitas lingkungan perairan waduk, meliputi kualitas perairan. Mengetahui
parameter kualitas perairan di perairan waduk wadaslintang kabupaten
Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah, meliputi: suhu, pH, kecerahan, DO, nitrit,
amonia, plankton, keanekaragaman, hubungan panjang berat . Metode yang
digunakan selama praktik akhir adalah menggunakan metode survei, yaitu data
yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer yang meliputi
parameter lingkungan perairan (suhu, kecerahan, pH,DO, nitrit, amonia dan

i
ii

plankton, kelimpahan plankton, keanekaragaman, hubungan panjang berat).


Sedangkan untuk data sekunder yang diperoleh dari pustaka berupa buku dan
jurnal yang berhubungan dengan topik yang diangkat.
Hasil pengamatan yaitu di waduk wadaslintang terpantau tercemar
ringan, akibat limbah pakan keramba jaring apung dan masih banyak sampah
masyarakat yang melakukan pembuangan sampah sembarangan. Ikan yang
didapat 3 spesies, yaitu ikan nila hitam, ikan nila merah, dan ikan mujair.
Berdasakan indeks storet waduk wadaslintang tercemar ringan di sebabkan leh
adanya beberapa parameter kualitas air yang tidak memenuhi batas baku mutu
kelas II. Peranan plankton yang tertangkap yaitu sebagai produsen karena
keberadaannya tidak bergantung pada ketersediaan makanan, akan tetapi
keseimbangan alam.

Kata kunci: Kualitas perairan, dampak pencemaran, kelimpahan plankton

ii
KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Ilmiah Praktik Akhir (KIPA) yang berjudul “Analisis Produktivitas dan
Lingkungan Perairan Di Waduk Wadaslintang Kabupaten Wonosobo dan
Kebumen Provinsi Jawa Tengah”. Karya Ilmiah Praktik Akhir ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Terapan Perikanan (S.Tr.Pi.)
pada Program Studi Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan, Politeknik
Ahli Usaha Perikanan.
Laporan Karya Ilmiah Praktik Akhir ini terdiri dari 4 (empat) bab yaitu:
Pendahuluan, Metode Praktik / Metode Perancangan / Metodologi, Hasil dan
Pembahasan / Analisis Desain / Analisis Rancang Bangun, serta Simpulan dan
Saran. Bimbingan, koreksi, dan saran dari dosen pembimbing (Heri Triyono, Dr.
A.Pi., M.Kom dan Mira Maulita, S.Pi., MM) dalam mewujudkan sebuah karya
ilmiah ini diharapkan bisa menambah ilmu pengetahuan bagi penulis, khususnya
dalam menyusun karya ilmiah.
Upaya maksimal telah penulis lakukan untuk merampung karya ini, namun
penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan penulis untuk
menyempurnakan karya ilmiah ini.

Jakarta, 30 Juni 2022

Berkah Maulana

iii
iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya penyusunan Laporan Karya Ilmiah Praktik
Akhir ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Selama proses penyusunan
Karya Ilmiah Praktik Akhir (KIPA) ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Bapak Dr. Heri Triyono, A.Pi., M.Kom., dan Ibu Mira Maulita, S.Pi.,
MM selaku Dosen Pembimbing I dan II, yang telah memberikan bimbingan,
dorongan, dan semangat dalam penyusunan Karya Ilmiah Praktik Akhir ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:
1. Dr. M. Hery Riyadi Alaudin, S.Pi., M.Si., selaku Direktur Politeknik AUP;
2. Dr. Heri Triyono, A.Pi., M.Kom., selaku Wakil Direktur I Politeknik AUP;
3. Yenni Nuraini, s. Pi., M.Sc., selaku Wakil Direktur II Politeknik AUP;
4. Dr. Ita Junita Puspadewi, A.Pi., M.Pd., selaku Wakil Direktur III Politeknik
AUP;
5. Rahmat Mualim, S.St.Pi., M.Si., selaku Ketua Program Studi Teknologi
Penangkapan Ikan, Politeknik AUP;
6. Keluarga besar Panikkay dan kakak-kakakku tersayang yang tidak bisa
diucapkan satu persatu yang telah memberi masukan dan motivasi selama 4
tahun masa pendidikan di Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan,
Politeknik AUP;
7. Sahabat, teman, dan saudara seperjuangan selama masa pendidikan di
Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan, Politeknik AUP yaitu Angkatan
54 (…………………………..);
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Ilmiah Praktik
Akhir (KIPA).

iv
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................ iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ................................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................................. 2
2 METODE PENELITIAN ................................................................................. 3
2.1 Waktu dan Tempat ................................................................................ 3
2.2 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 3
2.3 Teknik pengambilan data .................................................................... 4
2.3.1 Data Primer.......................................................................................... 4
2.3.2 Data Sekunder ..................................................................................... 4
2.3.3 Prosedur Kerja ..................................................................................... 4
2.3.4 Penentuan Titik Sampel ....................................................................... 4
2.4 Metode Pengolahan Data .................................................................... 4
2.4.1 Fitoplankton ......................................................................................... 4
2.4.2 Komposisi jenis .................................................................................... 5
2.4.3 Indeks Keanekaragaman ..................................................................... 5
2.5 Metode Analisis Data ........................................................................... 5
2.5.1 Kualitas Peraian Waduk ....................................................................... 5
2.5.2 Indeks Keanekaragaman (H’) .............................................................. 7
2.5.3 Kelimpahan Relatif ............................................................................... 7
3 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 9
3.1 Hasil .......................................................................................................... 9
3.1.1 Kondisi Perairan ................................................................................ 9
3.1.1.1 Suhu Air ............................................................................................ 9

v
vi

3.1.1.2 Kecerahan ...................................................................................... 10


3.1.1.3 Power of Hydrogen (pH) ................................................................ 10
3.1.1.4 Disolved Oxygen (DO) ................................................................... 10
3.1.1.5 Nitrit ................................................................................................ 11
3.1.1.6 Amonia............................................................................................ 11
3.1.1.7 Plankton .......................................................................................... 11
3.2.1 Identifikasi Ikan Hasil tangkapan .................................................... 12
3.3.1 Metode Analisis Data ....................................................................... 13
3.3.1.1 Kelimpahan Relatif .......................................................................... 13
3.3.1.2 Indeks Keanekaragaman H’ dan Keseragaman E ........................... 13
3.3.1.3 Hubungan Panjang – Berat ............................................................. 13
3.3.1.4 Status Baku Mutu............................................................................ 14
3.2 Pembahasan ........................................................................................... 15
3.2.1 Kondisi Umum Lokasi Praktik ......................................................... 15
3.2.1.1 Suhu Air .......................................................................................... 16
3.2.1.2 Kecerahan ...................................................................................... 16
3.2.1.3 Power of Hydrogen (pH) ................................................................ 16
3.1.1.4 Disolved Oxygen (DO) ................................................................... 17
3.2.1.5 Nitrit ................................................................................................ 18
3.2.1.6 Amonia............................................................................................ 18
3.2.1.7 Plankton .......................................................................................... 18
3.3.1 Identifikasi Ikan Hasil tangkapan .................................................... 19
3.4.1 Metode Analisis Data ....................................................................... 22
3.4.1.1 Kelimpahan Relatif .......................................................................... 22
3.4.1.2 Indeks Keanekaragaman H’ dan Keseragaman E ........................... 23
3.4.1.3 Hubungan Panjang – Berat ............................................................. 23
3.4.1.4 Status Baku Mutu............................................................................ 24
4 SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 24
4.1 Simpulan ............................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 26
LAMPIRAN ...................................................................................................... 38

vi
DAFTAR TABEL

1. Alat dan bahan ......................................................................................... 4


2. Hubungan nilai pH dengan kondisi perairan ............................................. 6
3. Baku mutu ................................................. Error! Bookmark not defined.
4. Plankton .................................................... Error! Bookmark not defined.
5. Jenis Ikan .................................................. Error! Bookmark not defined.
6. Hasil Tangkapan Berdasarkan Alat Tangkap........... Error! Bookmark not
defined.
7. Status Mutu Perairan per Stasiun Pengamatan ....... Error! Bookmark not
defined.

vii
viii

DAFTAR GAMBAR

1. Peta lokasi praktik .................................................................................... 3


2. Suhu air.................................................................................................... 9
3. Kecerahan .............................................................................................. 10
4. Power of Hydrogen (pH) ........................... Error! Bookmark not defined.
5. Disolved Oxygen (DO)............................... Error! Bookmark not defined.
6. nitrit ........................................................................................................ 11
7. Amonia ...................................................... Error! Bookmark not defined.
8. Nilai kelimpahan Plankton ......................... Error! Bookmark not defined.
9. Nila Hitam............................................................................................... 20
10. Nila Merah .............................................................................................. 21
11. Ikan Mujair.............................................................................................. 22
12. Kelimpahan Relatif ................................................................................. 13
13. Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman, indeks dominansi13
14. Hubungan Panjang – berat Ikan Nila Hitam ............. Error! Bookmark not
defined.
15. Hubungan Panjang – berat Ikan Nila Merah ............ Error! Bookmark not
defined.
16. Hubungan Panjang – berat Ikan Mujair ..... Error! Bookmark not defined.

viii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Kualitas Air Suhu.................................................................................... 38


2. Kualitas Air Power of Hydrogen (pH) .................................................... 39
3. Kualitas Air Disolved Oxygen (DO)......................................................... 40
4. Kualitas Air Nitrit ..................................................................................... 41
5. Kualitas Air Kecerahan ........................................................................... 42
6. Kualitas Air Amonia ............................................................................... 43
7. Penilaian Indeks Storet Stasiun 1 ........................................................... 44
8. Penilaian Indeks Storet Stasiun 2 ........................................................... 45
9. Penilaian Indeks Storet Stasiun 3 ........................................................... 45
10. Penilaian Indeks Storet Stasiun 4 ........................................................... 46
11. Penilaian Indeks Storet Stasiun 5 ........................................................... 46
12. Penilaian Indeks Storet Stasiun 6 ........................................................... 47
13. Dokumentasi kegiatan ............................................................................ 47

ix
1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Propinsi Jawa Tengah memiliki beberapa perairan waduk yang potensial
untuk usaha perikanan, baik usaha perikanan tangkap maupun usaha budidaya
ikan. Salah satunya adalah waduk yang terdapat di Kabupaten Wonosobo yaitu
Waduk Wadaslintang dengan luas permukaan air maksimal 1.400 ha, sedangkan
luas minimal adalah 1.120 ha (Azizi et al., 2017). Waduk ini dimanfaatkan untuk
berbagai kebutuhan, diantaranya untuk perikanan tangkap, keramba jaring
apung, pariwisata, air bersih, dan PLTA. Pemanfaatan waduk Wadaslintang
belum terukur secara ekonomi sehingga perlu dilakukan studi tentang besarnya
nilai ekonomi pemanfaatan waduk sebagai dasar upaya pengelolaan (Manullang
et al., 2018). Dengan demikian, perairan waduk tersebut sangat potensial untuk
pengembangan perikanan rakyat, khususnya pengembangan perikanan tangkap
(B. D. A. Nugroho & Arif, 2019). Untuk keperluan pengelolaan perikanan, di
perairan ini telah ditetapkan pewilayahan perairan untuk perikanan yang terdiri
atas wilayah untuk budi daya ikan, wilayah untuk penangkapan ikan, wilayah
untuk reservat (konservasi), dan wilayah untuk pemanfaatan lainnya, seperti
pariwisata dan perhubungan serta wilayah bahaya untuk fungsi utama waduk
(Kartamihardja & Purnomo, 2017).
Dengan pencemaran yang terjadi di perairan waduk, itu merupakan masalah
penting yang perlu memperoleh perhatian dari berbagai pihak (Soetrisno, 2002).
Adapun sumber bahan pencemar yang masuk ke perairan dapat berasal dari
buangan yang di klasifikasikan sebagai point : (1) point source discharges
(sumber titik) dan (2) non point source (sumber menyebar) (Taufik & Setiawan,
2016). Umumnya masyarakat sekitar danau membuang limbah domestik, baik
limbah cair maupun limbah padatnya langsung ke perairan waduk. Hal ini akan
memberikan tekanan terhadap ekosistem perairan waduk (Air, n.d.)
Adapun daya dukung memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan
pengelolaan sumber daya perikanan dan daya dukung merupakan populasi
organisme akuatik yang akan ditunjang oleh suatu kawasan atau areal atau
volume perairan yang ditentukan tanpa mengalami penurunan mutu atau
deteriorasi (Satmaidi, 2015). Astuti & Tjahjo (2020) mendefinisikan daya dukung
sebagai kuantitas maksimum ikan yang dapat didukung oleh suatu badan air
selama jangka waktu panjang Definisi lain menyebutkan daya dukung adalah
batasan untuk banyaknya organisme hidup dalam jumlah atau massa yang dapat
di dukung oleh suatu habitat (Suparjo, 2008). Jadi daya dukung adalah biota
yang keterbatasan lingkungan seperti ketersediaan makanan, ruang atau tempat
berpijah, penyakit, siklus predator, temperatu cahaya matahari, atau salinitas
(Oktavia & Yanuar, 2017). Jadi daya dukung Iingkungan dapat berkurang akibat
kerusakan yang ditimbulkan oleh manusia yang mengurangi ketersediaan suplai
energi atau penggunaan energy. Daya dukung lingkungan sangat erat kaitannya
dengan kapasitas asimilasi dari lingkungan yang menggambarkan jumlah limbah
2

yang dapat dibuang ke dalam lingkungan tanpa menyebabkan polusi (Purnomo


et al., 2016).

1.2 Tujuan
1. Mengidentifikasi kualitas perairan di Waduk Wadaslintang
2. Mengidentifikasi dampak pencemaran di Waduk Wadaslintang
3. Mengidentifikasi Produktivitas Lingkungan Perairan Waduk

1.3 Batasan Masalah


1. Mengidentifikasi kualitas perairan di Waduk Wadaslintang meliputi:
suhu, kecerahan, kedalaman, pH, DO, Nitrat, amoina, Fitoplankton
2. Mengidentifikasi dampak pencemaran di Waduk Wadaslintang meliputi:
Kualitas perairan, Pemanfaatan, Biota Akuatik.
3. Mengidentifikasi Pengelolaan Lingkungan di Waduk Wadaslintang
meliputi : Hubungan panjang berat, Kelimpahan plankton

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah penulis dapat
memberikan informasi kepada pembaca dan dapat membantu dalam memberi
informasi tentang Produktivitas lingkungan, kualitas air, dan dampak
pencemaran.
.
3

2 METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat
Praktik Karya Ilmiah Tingkat Akhir dilaksanakan selama 90 hari, terhitung
mulai dari tanggal 7 Maret 2022 sampai dengan 30 Mei 2022 dilakukan di Waduk
Wadaslintang Kabupaten Wonosobo dan Kebumen Provinsi Jawa Tengah.
Pengambilan sampel dilakukan di 6 lokasi yang berbeda sebanyak 3 kali
pengambilan. Pengambilan sampel dilakukan di 6 stasiun yang mewakili zona
masuknya air dari saluran (inlet), tengah (middle) dan zona keluarnya air dari
saluran (outlet).

Gambar 1 Peta lokasi praktik

2.2 Metode Pengumpulan Data


Metode penelitian ini menggunakan metode Survei dengan melakukan
observasi langsung terhadap kegiatan pada lokasi penelitian. Pada penelitian ini
diolah dari beberapa data primer yang diambil di lapangan yang di dukung oleh
data sekunder kemudian disajikan dalam bentuk tabel informasi dan dalam
bentuk uraian.
2.2.1Alat dan Bahan
Alat yang digunakan selama praktik di Waduk Wadaslintang Kabupaten
Wonosobo Provinsi Jawa Tengah.
4

Tabel 1 Alat dan bahan

No Parameter Alat Bahan


1 Suhu Termometer
2 Kecerahan Secchi disk
3 pH pH paper dan Water quality meter
4 DO Water quality meter
5 Nitrit Teskit
6 Amonia Teskit
7 Fitoplankton 1. Ember kecil 10 L Larutan Formalin 4%
2. Plankton net
3. Botol
4. Pipet tetes

2.3 Teknik pengambilan data


2.3.1 Data Primer
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara pengumpulan data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil observasi
langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara).
2.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang
sudah ada. Pegambilan data secara sekunder adalah berupa data yang
digunakan atau data yang terkait dalam bidang perikanan, termasuk dalam buku
referensi dan dari instansi.
2.3.3 Prosedur Kerja
Adapun langkah kerja yang dilakukan di lapangan dalam praktik ini yaitu
meliputi penentuan titik sampel, penentuan posisi titik pengamatan, pengambilan
sampel air, pengukuran parameter kualitas air, perhitungan kelimpahan plankton,
dan menghitung indeks keanekaragaman ikan.
2.3.4 Penentuan Titik Sampel
Metode sampling menggunakan metode purposive sampling. Beberapa
pertimbangan yang digunakan dalam penetapan lokasi sampling adalah :
a. Lokasi yang dianggap mewakili suatu kawasan yang ditinjau, bebas dari
gangguan lokal.
b. Penentuan titik pengambilan sampel air danau juga didasarkan pada
pertimbangan kemudahan akses, biaya, dan waktu. Titik sampel berada di
inlet (air masuk), tengah, dan outlet (air keluar) pada seluruh situ.
Penentuan lokasi titik sampel penelitian ini yaitu di bagi menjadi 6 stasiun
yaitu 2 outlet (air keluar) 2 inlet (air masuk) 2 tengah.

2.4 Metode Pengolahan Data


2.4.1 Fitoplankton
Kelimpahan fitoplankton diukur secara lintasan berdasarkan metode
Sedwick-Rafter Counting cell (Aida & Utomo, 2016) yaitu
5

𝑌 𝑥 1000 (𝑎𝑥 1000)𝑥 𝑐


𝑎 = [𝐿 𝑥 𝐷 𝑥 𝑆 𝑥 𝑊] 𝑛=[ 1
]
Keterangan:
Y: Jumlah plankton yang ditemukan 1000: Konversi dari mm3
S: Jumlah alur SR yang dihitung n: Kelimpahan plankton/l
L: Panjang alur SR a: jumlah rata-rata plankton dalam 1 l
D: Tinggi alur SR c:volume plankton pekat tersaring
W: Lebar alur SR

2.4.2 Komposisi jenis


Komposisi jenis adalah perbandingan antara jumlah individu setiap
spesies dengan jumlah individu seluruh spesies yang tertangkap (Megawati et
al., 2014) Pengolahan data komposisi jenis menggunakan persamaan Odum
(1971), yaitu:
𝑁𝑖
𝑃= 𝑥 100%
𝑁
Keterangan:
P :Komposisi Jenis
Ni : Jumlah individu jenis tertentu yang ditemukan
N :Jumlah keseluruhan jenis-jenis yang ditemukan

2.4.3 Indeks Keanekaragaman


Untuk melihat indeks keanekaragaman (H’) jenis organisme perairan digunakan
rumus Shannon Wiener (Sidomukti & Wardhana, 2021) sebagai berikut:
𝑖

𝐻 = − ∑ (𝑝𝑖 𝑙𝑜𝑔2 𝑝𝑖 )
𝑖=1,2,3
Keterangan:
H’ : Indeks keanekaragaman
Pi : Proporsi Individu ke-1 terhadap jumlah semua spesies (Pi = ni/N)
Ni : Jumlah individu pada spesies ke 1
N : Total individu semua spesies
Log2 : 3,321928

2.5 Metode Analisis Data


2.5.1 Kualitas Peraian Waduk
Dengan penghitungan parameter Fisika, kimia, dan biologi
a. Suhu
Pengukuran suhu menggunakan termometer air raksa. Skala pada
thermometer mulai dari 00C sampai 1000C dan tingkat ketelitian 0,10C .
Suhu air diukur dengan cara mencelupkan termometer air raksa kedalam
perairan (Sulaiman et al., 2020). Diamkan selama beberapa saat (2-5
menit) hingga indikator air raksa menunjukkan nilai stabil. Kemudian baca
dan catat skala suhunya. Nilai yang tertera pada termometer tersebut
adalah nilai suhu yang didapatkan (Wartono et al., 2018).
6

b. Kecerahan
Pengkuran kecerahan pada setiap titik lokasi pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan secchi disk. Secchi disk dimasukan ke
dalam perairan kemudian dilihat skala dimana secchi disk masih terlihat
jelas (K1) dan skala dimana secchi disk terlihat remang-remang (Hariono
et al., 2017).
c. pH (Derajat Keasaman)
Nilai pH dapat diukur menggunakan pH meter atau menggunakan
kertas indikator universal yang dicelupkan kedalam air sampel. Kemudian
cocokkan hasilnya dengan warna kalibrasi yang ada pada indikator (P.
Nugroho et al., 2018).

Tabel 2 Hubungan nilai pH dengan kondisi perairan


Nilai Kondisi
pH
<7 Asam
7 Normal
>7 Basa

d. DO (Dissolved Oxygen)
Pengukuran DO dilakukan dengan menggunakan DO meter di
setiap titik pengambilan sampel. Sebelum menggunakan DO meter,
pastikan alat dalam kondisi baik (Komarawidjaja, 2019). Kemudian
lepaskan sensor dari badan alat dan lakukan kalibrasi sesuai dengan
panduan pada buku alat. Celupkan sensor ke dalam perairan sesuai
kedalaman yang diinginkan. Tekan tombol ON pada alat hingga
muncul angka pada layar monitor. Tunggu sampai stabil, lalu catat
hasilnya (Megawati et al., 2014).
e. Nitrit
Siapkan 5 ml aquades pada tabung sebagai blangko. Sampel
air diambil 5 ml lalu dimasukkan ke dalam tabung. Kemudian
tambahkan lima tetes NO1, selanjutnya kocok tabung (Risamasu &
Prayitno, 2011). Masukkan satu sendok NO2, kocok tabung selama
satu menit. Bersihkan sisi luar tabung dengan tisu yang lembut.
Tunggu sampai 5 menit. Selanjutnya analisis menggunakan
photometer PF-12 dengan kode nitrat 5411(Fitri et al., 2016).
7

f. Plankton
Penyaringan, dan pengukuran kelimpahan plankton dengan
proses sebagai berikut :
1. Menyiapkan plankton net, botol sampel yang sudah diberikan
alkohol 70% 2-3 tetes, dan ember
2. Memposisikan plankton net, dan botol sampel sampai tegak lurus
3. Menyaring sampel air sebanyak 25 liter menggunakan ember
berukuran 5 liter kedalam botol sampel ukuran 100 mL
2.5.2 Indeks Keanekaragaman (H’)
Untuk menghitung indeks keanekaragaman ikan yang terdapat di waduk
wadaslintang digunakan indeks keanekaragaman menggunakan Indeks
Keanekaragaman Shannon-Wiener (Sirait et al., 2018). sebagai berikut:

𝒔

(𝐇 ) = ∑[𝐏𝒊𝟏𝐧𝐏𝒊]
𝒊=𝟏

Keterangan :
H’ = indeks keanekaragaman Shannon Wiener
S = jumlah spesies ikan
Pi = perbandingan jumlah ikan yang tertangkap spesies ke-i (ni) terhadap
jumlah total ikan yang tertangkap (N) = n/N

Kriteria :
H’ < 1 : keanekaragaman populasi rendah
1 < H’ <3 : keanekaragaman populasi rendah
H’ > 3 : keanekaragaman populasi tinggi

2.5.3 Kelimpahan Relatif


Komposisi jenis ikan yang tertangkap dapat berperan dalam menentukan
perkembangan populasi ikan di perairan. Komposisi tersebut dapat dilihat
berdasarkan jumlah dan jenis ikan yang tertangkap, menggunakan persamaan
(Nurjannah & Irawan, 2013).yaitu:
𝑷 = ∑𝐱𝐢 𝐍𝐱 × 𝟏𝟎𝟎%
Keterangan :
P = persentase jenis ikan jenis ke-i
∑ xi = jumlah individu ikan jenis ke-i
N = jumlah individu semua jenis ikan (jumlah total individu setiap pengambilan
sampel)
i = 1,2,3,....n;
Bervariasinya ukuran ikan yang tertangkap juga disebabkan oleh sifat
biologi ikan yang terkait dengan tingkah laku bergerombol ikan, yang umumnya
8

akan bergerombol dengan ukuran yang sama dan jenis yang sama (Paramita et
al., 2015).
9

3 HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
3.1.1 Kondisi Perairan
Kondisi peraira di waduk wadaslintang dilakukan di 6 stasiun. Analisis
menunakan 7 parameter yang terdiri dari parameter fisika, kimia, dan biologi.
Analisis Kualitas air menunaka baku mutu kelas II.

Tabel 3 Baku mutu


Waduk Wadaslintang
NO. Parameter Satuan Baku Mutu Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6
I II III I II III I II III I II III I II III I II
A. FISIKA
1 Suhu Air °C Deviasi 3 31 31 31 30 30 30 30 30 31 31 31 31 31 31 30 31 31
2 Kecerahan cm - 43 45 47 70 67 72 60 53 58 60 57 48 42 40 40 47 43
B. KIMIA
1 pH - 6- 9 6,9 7,2 7,2 5,6 4,9 7,1 6,8 7,3 7,4 7,1 7,2 6,8 7,2 7,2 7,2 6,8 8
2 DO mg/L 4 3,8 3,1 2,7 4,9 6,9 4,9 5,8 4,8 4,5 5,4 5,1 5 7,6 6,6 8,1 4,9 7
3 Nitrit mg/L 10 0,01 0,1 0,1 0,01 0,04 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,04 0,002 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
4 Amonia mg/L 2 1,2 0,8 1,3 0,7 0,7 0,8 1,2 1,2 1 0,8 1 0,8 1 1,3 1,2 1,2 1

3.1.1.1 Suhu Air

32
31
31
30
30
29
29
STASI STASI STASI STASI STASI STASI
UN 1 UN 2 UN 3 UN 4 UN 5 UN 6

Suhu air

Gambar 2 Suhu air


10

3.1.1.2 Kecerahan
80

60

40

20

0
STASI STASI STASI STASI STASI STASI
UN 1 UN 2 UN 3 UN 4 UN 5 UN 6

Kecerahan

Gambar 3 Kecerahan
3.1.1.3 Power of Hydrogen (pH)
8.0

6.0

4.0

2.0

0.0
STASI STASI STASI STASI STASI STASI
UN 1 UN 2 UN 3 UN 4 UN 5 UN 6

pH

Gambar 4 Power of Hydrogen (pH)


3.1.1.4 Disolved Oxygen (DO)
10
8
6
4
2
0
STASI STASI STASI STASI STASI STASI
UN 1 UN 2 UN 3 UN 4 UN 5 UN 6

DO

Gambar 5 Disolved Oxygen (DO)


11

3.1.1.5 Nitrit
0.08
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
STASI STASI STASI STASI STASI STASI
UN 1 UN 2 UN 3 UN 4 UN 5 UN 6

Nitrit

Gambar 6 nitrit
3.1.1.6 Amonia
1.5

1.0

0.5

0.0
STASI STASI STASI STASI STASI STASI
UN 1 UN 2 UN 3 UN 4 UN 5 UN 6

Amonia

Gambar 7 Amonia
3.1.1.7 Plankton
800,000
700,000
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4

Gambar 8 Nilai kelimpahan Plankton


12

Tabel 4 Plankton
Plankton Waduk Wadaslintang
Jumlah
NO Family Spesies St 1 St 2 St 3 St 4
(ind/mL)
(ind) (ind) (ind) (ind)
1 Nostocales Anabaena sp. 0 5 2 0 7
2 Aulacoseiraceae Aulacoseira sp. 1 0 0 2 3
3 Catenulaceae Amphora sp. 0 21 11 0 32
Ankistrodesmus
4 Selenastraceae sp. 0 0 0 1 1
5 Chroococcaceae Chroococcus sp. 2 0 20 21 43
6 Closteriaceae Closterium sp. 0 0 0 0
7 Scenedesmaceae Coelastrum sp. 28 5 12 14 59
Coelosphaerium
8 Coelosphaeriaceae sp. 10 10 25 2 47
9 Cymbellaceae Cymbella sp. 0 0 1 0 1
10 Euglenaceae Euglena sp. 15 10 16 16 57
12 Microcystaceae Microsystis sp. 0 0 2 0 2
Monoraphidium
13 Selenastraceae sp. 0 0 0 0
14 Naviculaceae Navicula sp. 0 0 0 3 3
16 Phacaceae Phacus sp. 9 2 0 0 11
17 Peridiniaceae Perinidium sp. 0 0 1 0 1
19 Diatomaceae Synedra sp. 0 0 6 1 7
Trachelomonas
20 Euglenaceae sp. 3 1 0 0 4
Jumlah 68 54 96 60 278

3.2.1 Identifikasi Ikan Hasil tangkapan


Tabel 5 Jenis Ikan

Jenis Ikan Lokasi Pengamatan


Nama
NO Lokal Nama Ilmiah Stasiun1 Stasiun2 Stasiun3 Stasiun4 Stasiun5 Stasiun6
Ikan Oreochromis
1 Mujaer mossambicus 2 5 7 3 1 -
Ikan Oreochromis
Nila niloticus
2 Hitam bleeker 5 15 12 10 2 -
Ikan
Nila Oreochromis
3 Merah niloticus 3 14 6 2 1 -
Ikan Cyprinus
4 Mas carpio - 1 - - - -
Ikan
5 Patin Pangasius - 1 - - - -
13

3.3.1 Metode Analisis Data


3.3.1.1 Kelimpahan Relatif

1% 1% Oreochromis
mossambicus
20% Oreochromis
29%
niloticus bleeker
Oreochromis
49% niloticus
Cyprinus carpio

Pangasius

Gambar 9 Kelimpahan Relatif


3.3.1.2 Indeks Keanekaragaman H’ dan Keseragaman E
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
st1 st2 st3 st4 st5 st6
H' 1.0297 1.1959 1.0512 0.8609 1.0397 0
E 3.0362 3.2989 3.017 2.8459 3 0
D 0.04 0.2390134 0.0834568 0.0001234 0.0001234 0.362717

Gambar 10 Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman, indeks


dominansi
3.3.1.3 Hubungan Panjang – Berat
a. ikan nila hitam
18
16 W = 1.6705L11,29
14 R² = 0.8614
12
10
8
6
4
2
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16

Gambar 11 Hubungan Panjang – berat Ikan Nila Hitam


14

b. Ikan nila Merah

18
W = 1,5915e0,1678x
16 R² = 0,9208
14
12
10
8
6
4
2
0
0 5 10 15

Gambar 12 Hubungan Panjang – berat Ikan Nila Merah


c. Ikan Mujair

18
16 W= 1,6784e0,1642x
R² = 0.9093
14
12
10
8
6
4
2
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16

Gambar 13 Hubungan Panjang – berat Ikan Mujair


3.3.1.4 Status Baku Mutu
Tabel 6 Status Mutu Perairan per Stasiun Pengamatan
No. Lokasi Nilai Indek Storet Kategori
1 Stasiun 1 -4 KELAS B = BAIK

2 Stasiun 2 -4 KELAS B = BAIK

3 Stasiun 3 0 KELAS A = BAIK SEKALI

4 Stasiun 4 0 KELAS A = BAIK SEKALI

5 Stasiun 5 0 KELAS A = BAIK SEKALI


6 Stasiun 6 0 KELAS A = BAIK SEKALI
15

3.2 Pembahasan
3.2.1 Kondisi Umum Lokasi Praktik
Waduk Wadaslintang adalah waduk yang terletak di 2 kabupaten yaitu di
kabupaten Kebumen dan kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia.
Waduk Wadaslintang terletak di bagian selatan wilayah Kecamatan
Wadaslintang berbatasan dengan kecamatan Padureso di Kabupaten Kebumen.
Waduk ini menggunakan Kali Medono atau Kali Gede atau Kali Bedegolan
sebagai sumber air utamanya dengan beberapa anak sungai kecil lainnnya yang
menyuplai air ke Waduk Wadaslintang. Luas daerah tangkapan air (DTA) dari
waduk ini adalah sekitar 196 km2. Waduk ini merupakan salah satu sumber air
tawar yang ada di daratan bumi. Waduk juga banyak kita jumpai di Indonesia
dengan ukuran yang bervariasi dai yang kecil, sedang, hingga besar. Sebagai
salah satu sumber air yang ada di daratan, air di waduk ini mempunyai sifat
tenang, tidak mengalir dan memiliki banyak fungsi waduk (Fuadi & Munawar,
2013).

Lokasi pengambilan sampel


1. Stasiun 1 (Bendungan)
Stasiun 1 yaitu keluarnya air danau yang berlokasi di desa sigudeg,
sendangdalem, karakteristik di stasiun 1 yaitu air tenang dan terdapat
sampah di sekitar bendungan. Adapun aktivitas di sekitar lokasi yaitu sebagai
tempat wisata bagi warga setempat.
2. Stasiun 2 (Pemancingan)
Stasiun 2 berlokasi di sekitaran lapak pemancingan Sabar Bawor Kali
Lanang, karakteristik di stasiun 2 yaitu air tenang dan terdapat sampah di
sekitar lapak pemancingan tersebut. Adapun aktivitas di sekitar lokasi yaitu
sebagai tempat hiburan bagi pemancing .
3. Stasiun 3 (TPI 1)
Stasiun 3 berlokasi di desa sumberejo, karakteristik di stasiun 3 yaitu air
tenang dan terdapat banyak aktivitas keramba jaraing apung di sekitar
stasiun 3. Untuk aktivitas warga yaitu memancing dan menjaring ikan.
4. Stasiun 4 (TPI 3)
Stasiun 4 berlokasi di desa sumberejo yang dimana memiliki karakteristik
air tenang dan terdapat banyak aktivitas keramba jaring apung di sekitar
stasiun 4. Untuk aktivitas warga yaitu menjaring.
5. Stasiun 5 (Tajung Serut)
Stasiun 5 berlokasi di tempat wisata tanjung serut yang dimana memiliki
karakteristik air tenang dan terdapat aktivitas warga setempat sebagai sarana
wisata alam bagi sebagian warga setempat maupun warga luar.
6. Stasiun 6 ( Lubang seribu)
Stasiun 6 berlokasi di tempat wisata Wonderful pandagan yang dimana
memiliki karakteristik air tenang dan terdapat beberapa aktivitas keramba
jarin apung disekitar area tersebut.
16

3.2.1.1 Suhu Air


Suhu adalah derajat panas yang dinyatakan dalam satuan panas derajat
celcius (Patty, 2013). Suhu merupakan parameter fisika dipengaruhi oleh
keceraha dan kedalaman. Air dangkal dan daya tembus cahaya matahari yang
tinggi dapat meningkatkan suhu perairan(Wartono et al., 2018). Suhu perairan
Waduk Wadaslintang berkisar antara 29- 31 ⁰C dengan rata-rata 31,8 ⁰C. Suhu
yang baik untuk kehidupan ikan di daerah tropis berkisar antara 25 -32 ⁰C. Angka
kecerahan berkisar antara 0,63- 2,7 cm dengan rata–rata 1,73 m. Hal ini
berkaitan dengan kekeruhan yang berperan sebagai penentu nilai kecerahan
yang memberikan gambaran kedalaman eufotik yang secara tidak langsung akan
menentukan produktivitas perairan (Sitorus, 2009). Tingkat kecerahan juga
berkaitan dengan keberadaan fitoplankton beserta kandungan nutrient perairan
waduk (Shaleh et al., 2014).
Berdasarkan hasil pengukuran parameter suhu air di perairan waduk
wadaslintang pada masing masing stasiun pengamatan menunjukkan bahwa
tidak terjadi perbedaan suhu yang signifikan dan relatif stabil. Stasiun 2 dan
stasiun 3 memiliki suhu yang relatif rendah dengan rata rata suhu air sebesar 30
⁰C dan 31,3 ⁰C dan suhu tertinggi berada di stasiun 1 dengan rata rata suhu 31,8
⁰C. Stratifikasi suhu di suatu perairan berperan penting dalam proses ekologis
badan air (Djunaidah et al., 2017). Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh
musim, lintang, ketingian dari permukaan laut, waktu dalam hari, penutupan
awan, dan kedalaman perairan (Yuliastuti, 2011). Suhu tertinggi di setiap stasiun
didapatkan pada saat pengukuran di lapisan permukaa perairan dan terjadi pada
saat cahaya matahari optimum yaitu sekitar pukul 14.00 sampai 18.00 WIB
3.2.1.2 Kecerahan
Nilai kecerahan suatu perairan berhubungan erat dengan penetrasi
cahaya matahari kedalam air, cahaya matahari akan membantu proses
terjadinya fotosintesis yang akan menghasilkan oksigen terlarut yang masuk
kedalam faktor penting dalam kehidupan biota akuatik (Elfidasari et al., 2017).
Kecerahan juga sangat erat kaitannya dengan sedimen, bahan organik, dan
anorganik dalam air (Aminin et al., 2019). Hal ini sesuai dengan Mustapha (2008)
menyatakan bahwa transparasi secchi disk yang rendah dimusim hujan (Arum et
al., 2017). Rendahnya nilai kecerahan akan membatasi penetrasi cahaya
matahari, sehingga kemampuan fotosintes dan kehidupan biota perairan
berkurang kualitasnya (Soliha & Rahayu, 2018).
3.2.1.3 Power of Hydrogen (pH)
Derajat keasaman atau Power of Hydrogen (pH) merupakan suatu indeks
ion hidrogen yang mencerika keseimbangan asam dan basa (R. A. Nugroho et
al., 2012). pH perairan waduk tergolong netral berkisar 6- 8 dengan rata-rata
7,63. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan
menyukai pH sekitar 7 8,5. Kandungan oksigen terlarut berkisar antara 4 ,8 mg/l
dengan rata rata keseluruhan 5,3 mg/l. Kandungan oksigen tertinggi berada pada
daerah stasiun 5 dengan rata-rata 7,4 mg/l. Pada umumnya kandungan oksigen
sebesar 5 ppm dengan suhu air antara 20- 30 ⁰C relatif masih baik untuk
17

kehidupan ikan (Sofarini, 2012). Bahkan apabila dalam perairan tidak terdapat
senyawa-senyawa yang bersifat toksik (tidak tercemar) kandungan oksigen 2
ppm sudah cukup untuk mendukung kehidupan organisme perairan(Handayani &
Patria, 2010).
Berdasarkan hasil pengukuran nilai derajat keasaman (pH) di waduk
wadaslintang rata-rata 7-8 yang dimana perairan cenderun bersifat netral. pH
terendah terdapat pada stasiun 2 dengan nilai 4,8 dan nilai pH tertingi 7,8. Nilai
pH di waduk wadaslitang tidak melebihi baku mutu sehingga pH air waduk
wadaslintang di 6 lokasi stasiun dikategorikan normal (Wibowo & Purnomo,
2017). Sebagian biota aquatik hidup normal pada pH ini. Perubahan nilai pH bisa
disebabkan oleh masukan senyawa organik maupun anoranik ke dalam air.
Perubahan pH dipengaruhi juga oleh adanya senyawa-senyawa yan masuk ke
dalam likungan perairan (Indonesia, 2004).
3.1.1.4 Disolved Oxygen (DO)
Oksigen terlarut dalam perairan merupakan faktor penting sebagai
pengatur metabolisme tubuh organisme untuk tumbuh dan berkembang biak .(P.
Nugroho et al., 2018). Disolved Oxygen (DO) merupakan banyaknya oksigen
terlarut dalam suatu perairan. Hasil yang diperoleh dari pengukuran DO air,
dapat dijelaskan bahwa nilai DO air pada masing-masing stasiun penelitian
memperlihatkan variasi yang sangat berbeda (Djunaidah et al., 2017). Yang
dimana rata-rata DO antar stasiun berada kisaran 4,2-7,9 mg/l. Rata-rata nilai
DO air tertinggi ditemukan di stasiun 6 sebesar 8 mg/l dan rata-rata nilai terendah
pada stasiun I sebesar 2,1 mg/l (Kadim et al., 2017).
Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter kimia air yang berperan
pada kehidupan biota air. Penurunan oksigen terlarut dapat mengurangi efisiensi
pengambilan oksigen bagi biota perairan, sehingga menurunkan kemampuannya
untuk hidup normal (Anas et al., 2017). (Hamuna et al., 2018) semakin tinggi
suhu perairan kelarutan oksigen semakin rendah. Kadar oksigen terlarut di
perairan bila sama dengan kadar oksigen secara teoritis berdasarkan suhu maka
disebut kadar oksigen jenuh atau saturasi, yang melebihi nilai jenuh disebut
lewat jenuh dan yang kurang dari nilai jenuh disebut tidak jenuh (Aristawidya et
al., 2020). Bila kadar oksigen jenuh maka terjadi keseimbangan dengan kadar
oksigen di atmosfir, tidak ada difusi oksigen dari udara ke dalam air dan
sebaliknya. Difusi oksigen dari udara ke perairan dan sebaliknya akan terjadi bila
kondisi jenuh belum tercapai (tidak jenuh) (Aida & Utomo, 2016).
Stasiun 6 memilki nilai DO yang tinggi dikarenakan sedikit terjadinya
pencemaran dan stasiun 5 memeliki kandungan DO yang rendah dikarenakan
banyaknya sampah dari aktivitas warga di sekitar. Banyaknya sampah baik
organik dan anorganik yang terdapat di waduk wadaslintang. Sampah yang
terdapat di stasiun 5 menumpuk menjadikan pelarutan sampah dalam waduk
wadaslintang sehingga warna air berubah dan mengurangi penetrasi cahaya
matahari ke dalam air sehingga oranisme air akan terganggu dan membuat nilai
DO rendah (Rahayu et al., 2020).
18

3.2.1.5 Nitrit
Nitrit adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan
sumber nutrisi utama bagi pertumbuhan fitoplankton dan tumbuhan air lainnya
(Kartamihardja & Purnomo, 2017). Nilai konsentrasi nitrat tertinggi yaitu di stasiun
1 dengan ulangan ketiga sebesar 0,021 mg/l dan terendah di stasiun 2 dengan
nilai 0,002 mg/l.Nitrit merupakan senyawa nitrogen beracun yang biasanya
ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit (Marganof et al., 2007). Baku mutu
air kelas dua mensyaratkan maksimal kandungan nitrit adalah 0,06 mg/l. Semua
titik sampling pada perairan waduk wadaslintang mengandung nitrit yang tidak
melebihi baku mutu(Amidarhana, 2001).
Berdasarkan pengamatan rata-rata nilai nitrit tertinggi berada di stasiun 1
dengan rata-rata sebesar 0,05 mg/l sementara nilai terendah berada di stasiun 6
dengan rata-rata sebesar 0,01 mg/l. Penurunan nilai kadar nitrit disebabkan oleh
limbah kegiatan pemukiman masyarakat. Nitrit merupakan nutrisi yang penting
bagi tanaman, tetapi jika berada pada kadar yang berlebihan dapat
menyebabkan masalah kualitas air yang signifikan (Dara & Sugiri, 2014). Nitrat
yang berlebih akan mempercepat eutrofikasi dan menyebabkan peningkatan
pertumbuhan tanaman air sehingga mempengaruhi kadar oksigen terlarut, suhu,
dan parameter lainnya(Cahyani, 2020).
3.2.1.6 Amonia
Amonia merupakan senyawa nitrogen yang berubah menjadi ion NH4
pada pH rendah. Amoniak berasal dari limbah domestik dan limbah pakan ikan
(Prinajati, 2019). Ammonia di perairan waduk dapat berasal dari nitrogen organik
dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air berasal dari
dekomposisi bahan organik oleh mikroba dan jamur (Harahap, 2013). Selain itu,
amoniak juga berasal dari denitrifikasi pada dekomposisi limbah oleh mikroba
pada kondisi anaerob (Priyanto & Ariyani, 2008). Kandungan amonia mengalami
penurunan pada masing-masing perlakuan dan waktu tinggal.
Kandungan amonia yang tinggi dalam air limbah domestik bersifat toksik
bagi ikan (Berutu, 2018). Namun, setelah diolah dengan fitoremediasi nilai
amonia dalam air limbah tersebut berkurang sehingga nilainya tidak lebih dari 0,2
mg/l (Samosir, 2014). Apabila nilai amoniak lebih dari 0,2 mg/l dalam perairan
maka amoniak bersifat toksik dan dapat mematikan beberapa jenis ikan (Yanuar,
2017).
3.2.1.7 Plankton
Keberadaan plankton di perairan dapat dijadikan salah satu indikator
suatu perairan karena sangat mempengaruhi kualitas air (H. A. Nugroho et al.,
2015). Plankton memegang peranan penting dalam suatu perairan(Aristawidya et
al., 2020). Plankton memiliki fungsi ekologi sebagai produsen primer dan awal
mata rantai dalam jaring makanan. Jenis plankton yang ditemukan diperairan
waduk wadaslintang terdapat 20 genus. di empat stasiun di parairan waduk
wadaslintang (Hasan et al., 2017).
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus kelimpahan plankton
metode Sedwick-Rafter Countinig cell, telihat bahwa kelimpahan plankton pada
19

titik tengah. Menurut Basmi (1987) menyatakan bahwa suatu kelimpahan


fitoplankton sebanyak <2000 individu/l termasuk kedalam perairan oligotrofik
(tingkat kesuburan rendah), perairan mesotrofik memiliki tingkat kesuburan
sedang dengan kelimpahan plankton 2000-15000 in/l (Indriani et al., 2016), dan
perairan eutrofik memiliki tingkat kesuburan tinggi dengan kelimpahan plankton
>15000 (Abdunnasir, 2019). Dilihat dari hasil perhitungan kelimpahan plankton
kedalam perairan mesotrofik, yaitu perairan yang mengandung unsur hara
sedang (Aristawidya et al., 2020). Peran plankton sebagai indikator kesuburan
perairan berdasarkan perhitungan kelimpahan plankton, dan plankton jika
dibidang perikanan berperan penting sebagai sumber nutrisi perairan dan
merupakan pakan alami bagi ikan diperairan(Sudinno et al., 2017).
Stasiun 3 memiliki kelimpahan fitoplankton tertinggi karena terdapat
budidaya karamba jaring apung, dengan adanya budidaya keramba jaring apung
maka pada stasun ini terdapat bahan organik atau sisa pakan yang diberikan
pada ikan. Hal ini dapat meningkatkan kandungan fosfat dan nitrat perairan,
meningkatnya kandungan fosfat dan nitrat akan merangsang pertumbuhan
fitoplankton.Pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton berkaitan dengan
ketersediaan unsur hara, fitoplankton akan tumbuh dan berkembang dengan baik
apabila unsur yang dibutuhkan tersedia dalam jumlah yang mencukupi (Melani et
al., 2020).

3.3.1 Identifikasi Ikan Hasil tangkapan


Ikan yang terdapat di perairan Waduk Wadaslintang merupakan ikan air
tawar yang memiliki perbedaan fisiologis dengan ikan laut dalam beberapa aspek
(Silalahi et al., 2020). Insang mereka harus mampu mendifusikan air sembari
menjaga kadar 10 garam dalam cairan tubuh secara simultan (Anas et al., 2017).
Adaptasi pada bagian sisik ikan juga memainkan peran penting; ikan air tawar
yang kehilangan banyak sisik akan mendapatkan kelebihan air yang berdifusi ke
dalam kulit, dan dapat menyebabkan kematian pada ikan (Andani et al., 2017).
Dari catatan yang dikumpulkan oleh fishbase, spesies ikan yang ada di Indonesia
berjumlah 1193 spesies (Isnaeni & Purnomo, 2015). Hal ini mendekati perkiraan
bahwa jumlah spesies ikan air tawar di Indonesia lebih kurang sebesar 1300
spesies. Keanekaragaman spesies ikan air tawar Indonesia nomor tiga terkaya di
dunia (Fatah & Adjie, 2015). Produksi perikanan air tawar didominasi oleh ikan
mas, mujair, nila, lele, patin, dan gurame. Jenis-jenis tersebut menyumbang lebih
dari 80% dari total produksi, sisanya adalah budidaya tambak air payau,
budidaya di laut (Oktavia & Yanuar, 2017). Pada umumnya ikan yang terdapat di
waduk wadaslintag tersebut ada berbagai macam ikan air tawar yang biasa,
seperti Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus bleeker), ikan nila merah
(Oreochromis niloticus sp.), ikan mujair (Oreochromis mossambicus). Dengan
berbagai morfologi yang berbeda (Syafei, 2017)..
3.3.1.1 Klasifikasi Ikan Nila Hitam
Ikan nila merupakan ikan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di
Indonesia (Meidiana & Hari, 2018), maka dari itu nila merupakan ikan yang
20

menjadi target utama dalam kegiatan penangkapan ikan di waduk wadaslitang


(Rejeki et al., 2013). Nama Nilotika menunjukkan tempat ikan ini berasal, yakni
sungai Nil di Benua Afrika. Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan
Oreochromis ini memang berbeda dengan kelompok tilapia. Secara umum,
bentuk tubuh Ikan Nila panjang tepinya berwarna putih (Kusriani & Widjarnako,
2017). Gurat sisi (Linea literalis) terputus dibagian tengah badan kemudian
berlanjut, tetapi letaknya lebih kebawah daripada letak garis yang memanjang di
atas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah (Nelwan, 2011).
Sirip punggung berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian
pinggir sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir sirip punggung berwarna
abu-abu atau hitam (Nastiti et al., 2017).

Berikut klasifikasi ikan nila hitam:


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus bleeker
Ikan Nila Hitam yang tertangkap bisa dilihat pada Gambar . berikut:

Gambar 14 Nila Hitam


Gambar ikan nila hitam Ikan nila pertama kali masuk indonesia lewat Jawa
Barat pada tahun 1969. Ikan inidiintroduksi dari Taiwan. Pada tahun 1975
didatangkan hibrid (hasil silang Tilapia nilotica dan Tilapia mossambica) Taiwan
(Rofiqoh, 2020). Nila merah yang muncul pada tahun 1981,diintroduksi dari
Filipina. Pada tahun 1988-1989 didatangkan parent stock nila citralada dari
Thailand namun tidak berkembang(Fahmi & Sentosa, 2014; Fatah & Adjie,
2015).
3.3.1.2 Klasifikasi Ikan Nila Merah
21

Ikan nila merah merupakan salah satu komoditas ikan budidaya yang
memilikipotensi yang sangat tinggi (Simeon, 2013). Ikan ini unggul dalam
budidaya di Indonesia karena memiliki pertumbuhan yang relatif cepat (Arifin,
2017). Semakin banyaknya permintaan pasar terhadap ikan ini, maka
budidayanya dilakukan secara intensif dengan padat penebaran serta pemberian
pakan yang tinggi (Mangunwardoyo et al., 2016). Berikut klasifikasi ikan nila
merah:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Ikan nila merupakan bahan pangan yang mengandung gizi yang cukup
tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh dengan kandungan protein ikan nila
sebesar 43,76; lemak 7,01%; kadar abu 6,80% dan air 4,28% per 100 gram berat
ikan(Yanuar, 2017). Ikan nila merah memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan ikan air tawar yang lain. Keunggulan tersebut yaitu pertumbuhan cepat,
mudah dikembang biakkan, dan efisien terhadap pemberian makan tambahan
(Liviawaty & Afrianto, 2014). Ikan ini juga tahan terhadap penyakit serta dapat
toleransi terhadap perubahan lingkungan (Aristawidya et al., 2020).Ikan Nila
Merah hasil tangkapan dapat dilihat pada Gambar . berikut:

Gambar 15 Nila Merah


Ikan nila merah ini juga banyak dikembangbiakkan dan dibudidayakan
oleh petani pembesar di Indonesia karena memiliki bentuk yang hampir
menyerupai ikan kakap merah, dan rasa dagingnya pun tidak jauh berbeda
dengan ikan kakap merah juga sering dijadikan ikan hias karna warnanya yang
cantik (Manullang et al., 2018). Ikan nila merah merupakan hasil dari persilangan
Oreochromis mossambicus (Mujair), Oreochromis niloticus (ikan nila), dan
Oreochromis homorum (Mekarsari & Utomo, 2019)
3.3.1.3 Klasifikasi Ikan Mujair
Ikan mujair merupakan ikan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di
Indonesia (Meidiana & Hari, 2018), maka dari itu nila merupakan ikan yang
22

menjadi target utama dalam kegiatan penangkapan ikan di Waduk wadaslintang


Berikut klasifikasi ikan nila hitam:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus bleeker

Gambar 16 Ikan Mujair


Ikan Mujair memiliki kebiasaan unik setelah memijah, induk betinanya
mengulum telur-telur yang telah dibuahi di dalam rongga mulutnya atau mouth
breeder (mengerami telur dalam mulut) (Jamin & Erlangga, 2016).
Ikan Mujair relatif cepat dalam proses pertumbuhan dan memiliki respon
yang baik terhadap lingkungannya sehingga sangat mudah untuk dibudidayakan
(Irawati & Rachmawati, 2015). Ditinjau dari kebiasaan makannya, ikan nila
adalah ikan pemakan segala atau aomnivore (Arie, 1999), pemakan plankton,
sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini dapat dimanfaatkan sebagai
pengendali gulma air(Ohee et al., 2019)
3.4.1 Metode Analisis Data
Hasil perhitungan Indeks Keanekaragaman, Indeks keseragaman,
digunakan untuk menganalisis kondisi suatu hubungan antara kelimpahan jenis
ikan dengan tekanan lingkungan (Elviana & Sunarni, 2018). Indeks
keanekaragaman <2,0 menunjukkan keanekaragaman rendah dan tekanan
lingkungan kuat (Abida, 2010). Semakin besar H’ maka keanekaragaman
semakin tinggi serta terjadi keseimbangan antara kelimpahan dengan tekanan
lingkungan, secara umum telah digunakan untuk mengetahui status ekologis
komintas ikan terkait dengan kestabilan ekosistem (Adiwilaga et al., 2012).
3.4.1.1 Kelimpahan Relatif
Kelimpahan adalah jumlah fitoplankton dalam tiap liter air di suatu
perairan (Suryanto, 2011). Jumlah individu dari setiap jenis ikan hasil tangkapan
di Waduk Wadaslintang yaitu Ikan mujair (Oreochromis mossambicus) sebanyak
18 individu, Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) sebanyak 26 individu, Ikan
23

Nila Hitam (Oreochromis niloticus bleeker) sebanyak 44 individu, Ikan Mas


(Cyprinus carpio) sebanyak 1, dan Ikan Lele (Clarias sp.) sebanyak 1 individu,
oleh karena itu persentase kelimpahan relatifnya sangat berbeda jauh (Garno,
2016).
3.4.1.2 Indeks Keanekaragaman H’ dan Keseragaman E
Keanekaragaman jenis ikan merupakan sumberdaya perairan yang dapat
digali terutama jenis ikan yang memiliki nilai ekonomi yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia (Rusdiyani & Purnomo, 2020). Indeks keanekaragaman
menunjukkan keanekaragaman rendah dan tekanan lingkungan kuat. Semakin
besar H’ maka keanekaragaman semakin tinggi serta terjadi keseimbangan
antara kelimpahan dengan tekanan lingkungan (Sagala, 2012). Secara umum
telah digunakan untuk mengetahui status ekologis komintas ikan terkait dengan
kestabilan ekosistem (Girsang et al., 2019). Indeks keanekaragaman, indeks
keseragaman, dan indeks dominansi ini menggambarkan indeks ekologis pada
suatu komunitas, dimana semakin tinggi nilai indeks maka kualitas lingkungan
semakin baik dan cocok dengan kehidupan ikan yang terdapat di Waduk
Wadaslintang (Sirait et al., 2018).

3.4.1.3 Hubungan Panjang – Berat


a. ikan nila hitam
Hasil analisis hubungan panjang bobot dari jumlah ikan nila hitam
yang tertangkap sebanyak 44 ekor dari Waduk Wadaslintang.
Berdasarkan hasil perhitungan ikan nila hitam . di Waduk Wadaslintang
sebanyak 44 ekor dengan persamaan W = 1.6705L11,29 dengan koefisien
determinasi (R² ) sebesar 0.8614 yang artinya 86% pertambahan berat
tubuh ikan terjadi karena pertambahan panjang tubuh ikan. Jika nila b
kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus dimana
pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya.
b. Ikan nila Merah
Hasil analisis hubungan panjang bobot dari jumlah ikan nila Merah
yang tertangkap sebanyak 26 ekor dari Waduk Wadaslintang.Berdasarkan
hasil pengolahan data hubungan panjang berat. Berdasarkan hasil
perhitungan ikan nila Merah. Di Waduk Wadaslintang sebanyak 26 ekor
dengan persamaan W = 1,59150,1678 dengan koefisien determinasi (R² )
sebesar 0,9208 yang artinya 96% pertambahan berat tubuh ikan terjadi
karena pertambahan panjang tubuh ikan. Jika nila b kurang dari 3
menunjukkan keadaan ikan yang kurus dimana pertambahan panjangnya
lebih cepat dari pertambahan beratnya.
c. Ikan Mujair
Hasil analisis hubungan panjang bobot dari jumlah ikan Mujair yang
tertangkap sebanyak 18 ekor dari Waduk Wadaslintang.Berdasarkan hasil
pengolahan data hubungan panjang berat. Berdasarkan hasil perhitungan
24

ikan nila Mujair. Di Waduk Wadaslintang sebanyak 18 ekor dengan


persamaan W = 1,67840,1642 dengan koefisien determinasi (R² ) sebesar
0.9093 yang artinya 90% pertambahan berat tubuh ikan terjadi karena
pertambahan panjang tubuh ikan. Jika nila b kurang dari 3 menunjukkan
keadaan ikan yang kurus dimana pertambahan panjangnya lebih cepat dari
pertambahan beratnya.

3.4.1.4 Status Baku Mutu


Data dianalisis dengan Metode Storet (Storage and Retrieval).
Metode Storet merupakan salah satu metode yang umum digunakan untuk
menentukan status mutu air (Rachmawati et al., 2020). Khususnya sebagai
acuan dalam memantau kualitas air tanah dan mengetahui status mutu
suatu sistem akuatik (Christiana et al., 2020). Kriteria Mutu Air yang
digunakan sebagai acuan kelayakan kualitas air adalah Kelas II
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan
didasarkan pada sistem nilai US-EPA (Environmental Protection Agency)
(Sahabuddin et al., 2014).
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Indeks Storet
terhadap 6 lokasi pengamatan memiliki dua kategori baik sekali /
memenuhi baku mutu dan baik / tercemar ringan dengan skor 0 pada
Stasiun 3, Stasiun 4, Stasiun 5, Stasiun 6 dan skor -4 pada Stasiun 1 dan
Stasiun 2.

4 SIMPULAN DAN SARAN


25

4.1 Simpulan
1. Hasil pengukuran kualitas air di telah melewati batas baku mutu kualitas air
kelas II menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Waduk
Wadaslintang dari 6 titik lokasi stasiun. Dilihat dari kolerasi Fisika, Kimia, dan
Mikrobiologi dalam kondisi tercemar ringan.
2. Berdasarkan penilaian Indeks Storet, bahwa Indeks Storet terhadap 6 lokasi
di Waduk Wadaslintang pengamatan memiliki dua kategori baik sekali /
memenuhi baku mutu dan baik / tercemar ringan Stasiun 3, Stasiun 4,
Stasiun 5, Stasiun 6 dan skor -4 pada Stasiun 1 dan Stasiun 2). Hal ini
ditunjukkan dengan terdapatnya beberapa parameter kualitas air yang
melebihi baku mutu kualitas air Kelas II.
3. Berdasarkan hasil perhitungan ikan nila hitam, ikan nila merah, ikan mujair .
di Waduk Wadaslintang sebanyak 88 ekor dapat disimpulkan bahwa dari
hasil perhitungan Jika nila b kurang dari 3 menunjukkan alometrik negatif
yang dimana pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan
beratnya. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus kelimpahan
plankton metode Sedwick-Rafter Countinig cell, telihat bahwa kelimpahan
plankton pada stasiun 3 memiliki kelimpahan fitoplankton tertinggi karena
terdapat budidaya karamba jaring apung, dengan adanya budidaya keramba
jaring apung maka pada stasun ini terdapat bahan organik atau sisa pakan
yang diberikan pada ikan. Hal ini dapat meningkatkan kandungan fosfat dan
nitrat perairan, meningkatnya kandungan fosfat dan nitrat akan merangsang
pertumbuhan fitoplankton.
26

DAFTAR PUSTAKA

Abdunnasir, a. j. (2019). hubungan konsentrasi bahan organik terhadap struktur

komunitas plankton di sungai kanceng, desa maneron, kecamatan

sepulu, kabupaten bangkalan [PhD Thesis]. Universitas Airlangga.

Abida, I. W. (2010). Struktur komunitas dan kelimpahan fitoplankton di perairan

muara Sungai Porong Sidoarjo. Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of

Marine Science and Technology, 3(1), 36–40.

Adiwilaga, E. M., Harris, E., & Pratiwi, N. T. (2012). Hubungan antara kelimpahan

fitoplankton dengan parameter fisik-kimiawi perairan di Teluk Jakarta.

Jurnal Akuatika, 3(2).

Agista, R., Rahman, M., & Yasmi, Z. (2018). Produktivitas Primer Sekitar

Keramba Jaring Apung (KJA) di Perairan Waduk Riam Kanan Kecamatan

Aranio Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. AQUATIC (Jurnal

Tugas Akhir Mahasiswa), 1(2), 119–131.

Aida, S. N., & Utomo, A. D. (2016). Tingkat kesuburan perairan Waduk Kedung

Ombo di Jawa Tengah. BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap, 4(1),

56–66.

Air, K. (n.d.). Agustianto, DA. 2014. Model Hubungan Hujan Dan Run Off.

Universitas Sriwijaya: Palembang. Jurnal Teknik Sipil, Vol. 2, No. 2

Anonim. 1986. Kriteria Perencanaan Irigasi Bagian Jaringan Irigasi KP-

01. Direktorat Jendral Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum. Anonim.

2019. Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jurnal

Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Vol, 14(2), 97–103.


27

Amidarhana, A. (2001). Analisis Produktivitas Usaha Budidaya Ikan dalam

Keramba Jaring Apung Di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Putwakarta,

Propinsi Jawa Barat [PhD Thesis].

Aminin, A., Bagus, G., & Kusuma, A. F. (2019). KUALITAS AIR DAN STATUS

KESUBURAN PERAIRAN DI ℡AGA NGIPIK, WADUK BUNDER DAN ℡

AGA DOWO DI KABUPATEN GRESIK. Jurnal Perikanan Pantura (JPP),

2(2), 51–60.

Anas, P., Jubaedah, I., & Sudinno, D. (2017). Kualitas Air dan Beban Limbah

Karamba Jaring Apung di Waduk Jatiluhur Jawa Barat. Jurnal

Penyuluhan Perikanan Dan Kelautan, 11(1), 35–47.

Andani, A., Herawati, T., & Hamdani, H. (2017). Identifikasi dan inventarisasi ikan

yang dapat beradaptasi di Waduk Jatigede pada tahap inundasi awal.

Jurnal Perikanan Kelautan, 8(2).

Arifin, M. Y. (2017). Pertumbuhan dan survival rate ikan nila (Oreochromis. Sp)

strain merah dan strain hitam yang dipelihara pada media bersalinitas.

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 16(1), 159–166.

Aristawidya, M., Hasan, Z., Iskandar, I., Yustiawati, Y., & Herawati, H. (2020).

Status Pencemaran Situ Gunung Putri di Kabupaten Bogor Berdasarkan

Metode STORET dan Indeks Pencemaran. Limnotek: Perairan Darat

Tropis Di Indonesia, 27(1).

Arum, O., Piranti, A. S., & Christiani, C. (2017). Tingkat Pencemaran Waduk

Penjalin Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes Ditinjau Dari

Struktur Komunitas Plankton. Scripta Biologica, 4(1), 169266.

Astuti, L. P., & Tjahjo, D. W. H. (2020). POTENSI BEBAN PENCEMARAN

FOSFOR DI WADUK IR. H. DJUANDA, PURWAKARTA, JAWA BARAT.

BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap, 12(1), 41–50.


28

Azizi, A., Kartamihardja, E. S., & Sadili, D. (2017). Analisis Sosial Ekonomi

Usaha Perikanan Jaring Insang Di Wadaslintang, Jawa Tengah. Jurnal

Penelitian Perikanan Indonesia, 7(2), 79–86.

Berutu, W. P. (2018). Produktivitas Primer Perairan Danau Toba Kecamatan

Silalahi Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara.

Cahyani, F. A. (2020). Upaya Peningkatan Daya Dukung Lingkungan Hidup

Melalui Instrumen Pencegahan Kerusakan Lingkungan Hidup

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Nurani Hukum, 2(1),

53–60.

Christiana, R., Anggraini, I. M., & Syahwanti, H. (2020). Analisis Kualitas Air dan

Status Mutu Serta Beban Pencemaran Sungai Mahap di Kabupaten

Sekadau Kalimantan Barat. Jurnal Serambi Engineering, 5(2).

Dara, J. Y., & Sugiri, A. (2014). Kajian Penanganan Dampak Penambangan Pasir

Besi terhadap Lingkungan Fisik Pantai Ketawang Kabupaten Purworejo.

Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota), 3(1), 220–229.

Djunaidah, I. S., Supenti, L., Sudinno, D., & Suhrawardhan, H. (2017). Kondisi

perairan dan struktur komunitas plankton di Waduk Jatigede. Jurnal

Penyuluhan Perikanan Dan Kelautan, 11(2), 79–93.

Elfidasari, D., Noriko, N., Effendi, Y., & Puspitasari, R. L. (2017). Kualitas air Situ

Lebak Wangi Bogor berdasarkan analisa fisika, kimia dan biologi. Jurnal

Al-Azhar Indonesia Seri Sains Dan Teknologi, 3(2), 104–112.

Elviana, S., & Sunarni, S. (2018). Komposisi dan Kelimpahan Jenis Ikan Gelodok

Kaitannya dengan Kandungan Bahan Organik di Perairan Estuari

Kabupaten Merauke. Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan, 11(2), 38–43.


29

Fahmi, Z., & Sentosa, A. A. (2014). KARAKTERISTIK MORFOMETRI

PERAIRAN DAN ESTIMASI KELIMPAHAN IKAN DI WADUK

MALAHAYU DENGAN METODE HIDROAKUSTIK1. Seminar Nasional

Perikanan Indonesia, 20, 21.

Fatah, K., & Adjie, S. (2015). Struktur tingkat trofik komunitas ikan di waduk

wadaslintang kabupaten wonosobo, Jawa Tengah. BAWAL Widya Riset

Perikanan Tangkap, 7(3), 155–163.

Fitri, N., Hidayat, A. H., & Gandhi, P. (2016). Daya dukung lingkungan dan

kelembagaan usaha Keramba Jaring Apung (KJA) di Waduk Jatiluhur.

RISALAH KEBIJAKAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN Rumusan

Kajian Strategis Bidang Pertanian Dan Lingkungan, 3(3), 248–261.

Fuadi, A., & Munawar, M. (2013). Penentuan Karakteristik Air Waduk Dengan

Metode Koagulasi. Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology),

11(1), 7–14.

Garno, Y. S. (2016). Dampak eutrofikasi terhadap struktur komunitas dan

evaluasi metode penentuan kelimpahan fitoplankton. Jurnal Teknologi

Lingkungan, 13(1), 67–74.

Girsang, e. v., aryawati, r., & fauziyah, f. (2019). hubungan kelimpahan dan

keanekaragaman fitoplankton dengan zooplankton di perairan muara

sungai musi provinsi sumatera selatan [PhD Thesis]. Sriwijaya University.

Hamuna, B., Tanjung, R. H., & MAury, H. (2018). Kajian kualitas air laut dan

indeks pencemaran berdasarkan parameter fisika-kimia di perairan Distrik

Depapre, Jayapura.

Handayani, S., & Patria, M. P. (2010). Komunitas zooplankton di perairan waduk

Krenceng, Cilegon, Banten. Makara Journal of Science.


30

Harahap, S. (2013). Pencemaran perairan akibat kadar amoniak yang tinggi dari

limbah cair industri tempe. Jurnal Akuatika, 4(2).

Hariono, B., Riskiawan, H. Y., Sugiyarto, S., & Anwar, S. (2017). Penentuan

Status Mutu Air Metode Storet DAS Kalibaru. Prosiding Sentrinov

(Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif), 3(1), TK31–TK40.

Hasan, O. S., Sudinno, D., Danapraja, S., Suhaedy, E., & Djunaidah, I. S. (2017).

Diversitas plankton dan kualitas perairan Waduk Darma Kabupaten

Kuningan Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan Perikanan Dan Kelautan, 11(3),

144–159.

Indonesia, S. N. (2004). Air dan air limbah-Bagian 11: Cara uji derajat keasaman

(pH) dengan menggunakan alat pH meter. Jakarta (ID): Badan

Standarisasi Nasional.

Indriani, W., Hutabarat, S., & Ain, C. (2016). Status trofik perairan berdasarkan

nitrat, fosfat, dan klorofil-a di Waduk Jatibarang, Kota Semarang.

Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES), 5(4), 258–

264.

Irawati, D., & Rachmawati, D. (2015). Performa Pertumbuhan Benih Ikan Nila

Hitam (Oreochromis Niloticus Bleeker) Melalui Penambahan Enzim

Papain Dalam Pakan Buatan. Journal of Aquaculture Management and

Technology, 4(1), 1–9.

Isnaeni, N., & Purnomo, P. W. (2015). Kesuburan Perairan Berdasarkan Nitrat,

Fosfat, dan Klorofil-a di Perairan Ekosistem Terumbu karang Pulau

Karimunjawa. Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES),

4(2), 75–81.

Jamin, J., & Erlangga, E. (2016). Pengaruh insektisida golongan organofosfat

terhadap benih ikan nila gift (Oreochromis niloticus, Bleeker): Analisis


31

histologi hati dan insang. Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, 3(2),

46–53.

Kadim, M. K., Pasisingi, N., & Paramata, A. R. (2017). Kajian kualitas perairan

Teluk Gorontalo dengan menggunakan metode STORET. Depik, 6(3),

235–241.

Kartamihardja, E. S., & Purnomo, K. (2017). Parameter populasi, kebiasaan

makan, dan total hasil tangkapan ikan dominan di Waduk Wadaslintang,

Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 12(1), 13–24.

Komarawidjaja, W. (2019). Pengaruh perbedaan dosis oksigen terlarut (DO)

pada degradasi amonium kolam kajian budidaya udang. Jurnal Hidrosfir

Indonesia, 1(1).

Kurniyawan, R. D., & Hendrasari, R. S. (2020). ANALISA DAM BREAK WADUK

WADASLINTANG DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE HEC-RAS

5.06 DAM BREAK ANALYSIS OF WADASLINTANG DAM USING HEC-

RAS5. 06 SOFTWARE [PhD Thesis]. University Technology Yogyakarta.

Kusriani, M., & Widjarnako, P. (2017). Tingkat kesuburan perairan di Waduk

Wonorejo dalam kaitannya dengan potensi ikan. JFMR (Journal of

Fisheries and Marine Research), 1(2), 88–94.

Liviawaty, E., & Afrianto, E. (2014). Penentuan waktu rigor mortis ikan nila merah

(Oreochromis niloticus) berdasarkan pola perubahan derajat keasaman.

Jurnal Akuatika, 5(1).

Mangunwardoyo, W., Ismayasari, R., & Riani, E. (2016). Aktivitas kitinase,

lesitinase, dan hemolisin isolat dari bakteri ikan nila (Oreochromis

niloticus Lin.) yang dikultur dalam keramba jaring apung Waduk Jatiluhur,

Purwakarta. Jurnal Riset Akuakultur, 4(2), 257–265.


32

Manullang, P., Saputra, S. W., & Ain, C. (2018). VALUASI EKONOMI

PEMANFAATAN WADUK WADASLINTANG KABUPATEN WONOSOBO

(The Economic Valuation of Utilization Wadaslintang Reservoir of

Wonosobo Regency). Management of Aquatic Resources Journal

(MAQUARES), 6(4), 508–514.

Marganof, M., Darusman, L. K., Riani, F., & Pramudya, B. (2007). Anal1sis

Beban Pencemaran, Kapasitas Asimilasi dan Tingkat Pencemaran dalam

Upaya Pengendalian Pencemaran Perairan Danau Maninjau. Jurnal

Perikanan Dan Kelautan, 12(01), 8–14.

Megawati, C., Yusuf, M., & Maslukah, L. (2014). Sebaran kualitas perairan

ditinjau dari zat hara, oksigen terlarut dan pH di perairan selat bali bagian

selatan. Journal of Oceanography, 3(2), 142–150.

Mekarsari, R., & Utomo, P. (2019). Analisis Tingkat Bahaya Erosi pada Waduk

Wadaslintang dengan Aplikasi Arcgis. Jurnal Geografi Gea, 19(2), 93–

104.

Melani, W. R., Apriadi, T., Lestari, F., Saputra, Y. O., Hasan, A., Mawaddah, M.

A. R., & Fatmayanti, N. (2020). Keanekaragaman Makrofita dan

Fitoplankton di Waduk Gesek, Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Limnotek:

Perairan Darat Tropis Di Indonesia, 27(1).

Nastiti, A. S., Krismono, K., & Kartamihardja, E. S. (2017). Dampak Budi Daya

Ikan Dalam Keramba Jaring Apung Terhadap Peningk, Atan Unsur N Dan

P Di Perairan Waduk Saguling, Girata, Dan Jatiluhur. Jurnal Penelitian

Perikanan Indonesia, 7(2), 22–30.

Nelwan, A. (2011). Kapasitas penangkapan ikan pelagis kecil di perairan pantai

barat sulawesi selatan. Fish Scientiae, 1(2), 117–137.


33

Nugroho, B. D. A., & Arif, S. S. (2019). Pembaharuan Konsep Prediksi Debit

Andalan untuk Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Modern. Jurnal Irigasi,

14(1), 25–32.

Nugroho, H. A., Rosyid, A., & Fitri, A. D. P. (2015). Analisis indeks

keanekaragaman, indeks dominasi dan proporsi hasil tangkapan non

target pada jaring arad modifikasi di Perairan Kabupaten Kendal. Journal

of Fisheries Resources Utilization Management and Technology, 4(1), 1–

11.

Nugroho, P., Dwiloka, B., & Rizqiati, H. (2018). Rendemen, nilai ph, tekstur, dan

aktivitas antioksidan keju segar dengan bahan pengasam ekstrak bunga

rosella ungu (Hibiscus sabdariffa L.). Jurnal Teknologi Pangan, 2(1).

Nugroho, R. A., Pambudi, L. T., Chilmawati, D., & Haditomo, A. H. C. (2012).

Aplikasi Teknologi Aquaponic pada budidaya ikan air tawar untuk

optimalisasi kapasitas produksi. Saintek Perikanan: Indonesian Journal of

Fisheries Science and Technology, 8(1), 46–51.

Nurjannah, M., & Irawan, H. (2013). Keanekaragaman Gastropoda Di Padang

Lamun Perairan Kelurahan Senggarang Kota Tanjungpinang Provinsi

Kepulauan Riau. Repository UMRAH.

Ohee, h. l., ngamelubun, g., ansaka, j. j., korwa, n. h., & sujarta, P. (2019).

Ekologi dan Kelimpahan Ikan Sentani Gudgeon (Oxyeleotris heterodon,

Weber 1908) dan Snakehead Gudgeon (Giuris margaritacea,

Valenciennes 1837) di Danau Sentani, Papua.

Oktavia, D., & Yanuar, V. (2017). Pengolahan air limbah tepung ikan

menggunakan bioremedian komersil dan konsorsium bakteri. Seminar

Nasional Tahunan XIV Hasil Penelitian Perikanan Dan Kelautan, 22 Juli

2017.
34

Paramita, E. C., Kuntjoro, S., & Ambarwati, R. (2015). Keanekaragaman dan

kelimpahan jenis burung di Kawasan Mangrove Center Tuban.

LenteraBio, 4(3), 161–167.

Patty, S. I. (2013). Distribusi suhu, salinitas dan oksigen terlarut di Perairan

Kema, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax, 1(3).

Prinajati, P. D. (2019). Kualitas air Waduk Jatiluhur di Purwakarta terhadap

pengaruh keramba jaring apung. Journal of Community Based

Environmental Engineering and Management, 3(2), 78–86.

Priyanto, N., & Ariyani, F. (2008). Kandungan logam berat (Hg, Pb, Cd, dan Cu)

pada ikan, air, dan sedimen di Waduk Cirata, Jawa Barat. Jurnal

Pascapanen Dan Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan, 3(1), 69–78.

Purnomo, K., Warsa, A., & Kartamihardja, E. S. (2016). Daya Dukung Dan

Potensi Produksi Ikan Waduk Sempor Di Kabupaten Kebumen-Propinsi

Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 19(4), 203–212.

Rachmawati, I. P., Riani, E., & Riadi, A. (2020). Status mutu air dan beban

pencemaran Sungai Krukut, DKI Jakarta. Journal of Natural Resources

and Environmental Management, 10(2), 220–233.

RAHAYU, D. R. U. S., Anggoro, S., & Soeprobowati, T. R. (2020). Fit [PhD

Thesis]. School of Postgraduate Studies.

Rejeki, S., Hastuti, S., & Elfitasari, T. (2013). UJI COBA BUDIDAYA NILA

LARASATI DI KARAMBA JARING APUNG DENGAN PADAT TEBAR

BERBEDA (Test of Tilapia Culture in Net Cage with Different Stocking

Density). Jurnal Saintek Perikanan, 9(1), 29–39.

Risamasu, F. J., & Prayitno, H. B. (2011). Kajian zat hara fosfat, nitrit, nitrat dan

silikat di perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan. ILMU

KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences, 16(3), 135–142.


35

Rofiqoh, A. A. (2020). Identifikasi Jenis dan Kelimpahan Mikroplastik pada Air

dan Usus Ikan Nila (Oreochromis niloticus, Linnaeus. 1758) di Waduk

Sutami Kabupaten Malang, Jawa Timur [PhD Thesis]. Universitas

Brawijaya.

Rusdiyani, A. A., & Purnomo, T. (2020). Kualitas Perairan Pantai Barung Toraja

Sumenep Madura Berdasarkan Indeks Keanekaragaman Plankton.

Sagala, E. P. (2012). Komparasi indeks keanekaragaman dan indeks saprobik

plankton untuk menilai kualitas perairan Danau Toba Propinsi Sumatera

Utara.

Sahabuddin, H., Harisuseno, D., & Yuliani, E. (2014). Analisa status mutu air dan

daya tampung beban pencemaran sungai wanggu kota kendari. Jurnal

Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering, 5(1), 19–28.

Samosir, B. S. L. (2014). Pelaksanaan Kewajiban Pengelolaan Limbah Oleh

Pengelola Usaha Laundry Dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan

Hidup Di Kota Yogyakarta. Jurnal Ilmu Hukum, 1–17.

Satmaidi, E. (2015). Indonesian Journal of DIALECTICS (IJAD), 5(3), 127–132.

Setyowati, D., Rahayu, D. R. U. S., & Piranti, A. S. (n.d.). Struktur Komunitas

Fitoplanton di Waduk Cacaban Kabupaten Tegal. BioEksakta: Jurnal

Ilmiah Biologi Unsoed, 3, 163–175.

Shaleh, F. R., Soewardi, K., & Hariyadi, S. (2014). Kualitas air dan status

kesuburan perairan waduk Sempor, Kebumen. Jurnal Ilmu Pertanian

Indonesia, 19(3), 169–173.

Sidomukti, G. C., & Wardhana, W. (2021). Suhu. Jurnal Teknologi, 14(1), 28–38.

Silalahi, B. P., Limbong, I., Ariani, F., Nauli, M., & Fani, F. (2020). Studi

Produktivitas Ikan Hasil Tangkapan Kapal Purse Seine Di Ppn Sibolga.

Jurnal Enggano, 5(3), 416–423.


36

Simeon, B. M. (2013). Respons Tingkah Laku Ikan Nila Merah (Oreochromis

Niloticus) Pada Jaring Arad (Small Bottom Trawl) Modifikasi Pada Uji

Flume Tank (Skala Laboratorium). Journal of Fisheries Resources

Utilization Management and Technology, 2(1), 114–122.

Sirait, M., Rahmatia, F., & Pattulloh, P. (2018). Komparasi indeks

keanekaragaman dan indeks dominansi fitoplankton di sungai ciliwung

jakarta (comparison of diversity index and dominant index of

phytoplankton at ciliwung river jakarta). Jurnal Kelautan: Indonesian

Journal of Marine Science and Technology, 11(1), 75–79.

Sitorus, M. (2009). Hubungan Nilai Produktivitas Primer Dengan Konsentrasi

Klorofil a, dan Faktor Fisik Kimia di Perairan Danau Toba, Balige,

Sumatera Utara.

Soetrisno, Y. (2002). Beban pencemaran limbah perikanan budidaya dan

yutrofikasi di perairan waduk pada das citarum. Jurnal Teknologi

Lingkungan, 3(2).

Sofarini, D. (2012). Keberadaan dan kelimpahan fitoplankton sebagai salah satu

indikator kesuburan lingkungan perairan di Waduk Riam Kanan.

EnviroScienteae, 8(1), 30–34.

Soliha, E., & Rahayu, S. S. (2018). KUALITAS AIR DAN KEANEKARAGAMAN

PLANKTON DI DANAU CIKARET, CIBINONG, BOGOR. Ekologia, 16(2),

1–10.

Sudinno, D., Sunaryo, A., Kasmawijaya, A., Anas, P., & Jubaedah, I. (2017).

Kualitas Air Waduk Ir. H. Djuanda Purwakarta Berdasarkan Indeks

Keanekaragaman Plankton. Prosiding Simposium Nasional Ikan Dan

Perikanan.
37

Sulaiman, P. S., Rachmawati, P. F., Puspasari, R., & Wiadnyana, N. N. (2020).

Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kematian Massal Ikan di

Danau dan Waduk. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, 12(2), 59–73.

Suparjo, M. N. (2008). Daya Dukung Lingkungan Perairan Tambak Desa

Mororejo Kabupaten Kendal. Saintek Perikanan: Indonesian Journal of

Fisheries Science and Technology, 4(1), 50–55.

Suryanto, A. M. (2011). Kelimpahan dan komposisi fitoplankton di waduk selorejo

kecamatan ngantang kabupaten malang. Jurnal Kelautan: Indonesian

Journal of Marine Science and Technology, 4(2), 135–140.

Syafei, L. S. (2017). Keanekaragaman hayati dan konservasi ikan air tawar.

Jurnal Penyuluhan Perikanan Dan Kelautan, 11(1), 48–62.

Taufik, M., & Setiawan, A. (2016). Model Pemanfaatan Waduk Wadaslintang

Untuk Irigasi Dan Non Irigasi. SURYA BETON-Fakultas Teknik, 4(01).

Wartono, M., Puruhito, B., & Adrianto, A. (2018). Kesesuaian Termometer

Inframerah Dengan Termometer Air Raksa Terhadap Pengukuran Suhu

Aksila Pada Usia Dewasa Muda (18-22 Tahun). DIPONEGORO

MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO), 7(2),

1520–1529.

Wibowo, A. S., & Purnomo, N. H. (2017). Persepsi dan karakteristik sosial

ekonomi masyarakat area terdampak pembangunan waduk di Dusun

Bendo Desa Ngindeng Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo. Swara

Bhumi, 5(4).

Yanuar, V. (2017). PENGARUH PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILA (Oreochiomis

niloticus) DAN KUALITAS AIR DI AKUARIUM PEMELIHARAAN (Effect.

42, 91–99.
38

Yuliastuti, E. (2011). Kajian Kualitas Air Sungai Ngringo Karanganyar dalam

Upaya Pengendalian Pencemaran Air. Universitas Diponegoro,

Semarang.

LAMPIRAN
Lampiran 1 Kualitas Air Suhu
Lokasi Waktu Suhu Air Rata-rata
31
STASIUN 1 Hari 1
32 31
39

31
31
Hari 2 31
31
32
30
Hari 3 32 31
30
30
Hari 1 29,1 30
30
29,3
STASIUN 2 Hari 2 31 30
30
30
Hari 3 30 30
29,4
30
Hari 1 30 30
29,5
30
STASIUN 3 Hari 2 31 30
29,5
31,6
Hari 3 31,3 31
31
Hari 1 32
32 31
30
Hari 2 31
STASIUN 4 32 31
31
Hari 3 30
33 31
31
31
Hari 1 31 31
31
30
STASIUN 5 Hari 2 32 31
31
30
Hari 3 30 30
31
33
Hari 1 31 31
30
STASIUN 6
31
Hari 2 31 31
31

Lampiran 2 Kualitas Air Power of Hydrogen (pH)


Lokasi Waktu pH Rata-rata
6,8
STASIUN 1 Hari 1 7,2 6,9
6,8
40

7,4
Hari 2 7,3 7,2
7
7
Hari 3 7,3 7,2
7,2
5,4
Hari 1 6 5,6
5,3
4,9
STASIUN 2 Hari 2 4,5 4,9
5,2
7,1
Hari 3 7,2 7,1
7
6,6
Hari 1 6,8 6,8
7,1
7,3
STASIUN 3 Hari 2 7,3 7,3
7,3
7,4
Hari 3 7,5 7,4
7,4
7,5
Hari 1 6,9 7,1
7
7,2
STASIUN 4 Hari 2 6,9 7,2
7,5
6,42
Hari 3 6,9 6,8
7,1
6,8
Hari 1 7,7 7,2
7
7,5
STASIUN 5 Hari 2 7,2 7,2
7
7
Hari 3 7,35 7,2
7,1
6,8
Hari 1 6,5 6,8
7
STASIUN 6
7,5
Hari 2 7,9 8
7,3

Lampiran 3 Kualitas Air Disolved Oxygen (DO)


Lokasi Waktu DO Rata-rata
4,8
STASIUN 1 Hari 1 3,9 3,8
2,7
41

4
Hari 2 2,7 3,1
2,6
2,3
Hari 3 2,6 2,7
3,1
4
Hari 1 5 4,9
5,6
6,8
STASIUN 2 Hari 2 6,9 6,9
7,1
4,9
Hari 3 4,4 4,9
5,4
5,3
Hari 1 6,9 5,8
5,2
5,1
STASIUN 3 Hari 2 4,8 4,8
4,4
4,8
Hari 3 4,1 4,5
4,6
4,8
Hari 1 5,5 5,4
5,8
4,9
STASIUN 4 Hari 2 5,5 5,1
4,8
5,3
Hari 3 5 5,0
4,8
8,5
Hari 1 5,5 7,6
8,8
4,8
STASIUN 5 Hari 2 7,7 6,6
7,2
8
Hari 3 7,9 8,1
8,3
4,4
Hari 1 4,8 4,9
5,4
STASIUN 6
7,4
Hari 2 6,3 7,0
7,2

Lampiran 4 Kualitas Air Nitrit


Lokasi Waktu Nitrit Rata-rata
0,01
STASIUN 1 Hari 1 0,01
0,01 0,01
42

0
Hari 2 0,1
0,1 0,1
0,01
Hari 3 0,1
0,1 0,1
0,005
Hari 1 0,01
0,01 0,01
0,01
STASIUN 2 Hari 2 0,1
0,005 0,04
0,01
Hari 3 0
0,01 0,01
0
Hari 1 0,005
0,01 0,01
0,01
STASIUN 3 Hari 2 0,01
0,01 0,01
0,01
Hari 3 0
0,005 0,01
0,005
Hari 1 0,005
0,01 0,01
0,01
STASIUN 4 Hari 2 0,01
0,1 0,04
0,005
Hari 3 0
0 0,002
0,01
Hari 1 0,01
0,01 0,01
0,005
STASIUN 5 Hari 2 0,005
0,005 0,01
0,01
Hari 3 0
0,01 0,01
0,01
Hari 1 0
0,01 0,01
STASIUN 6
0,01
Hari 2 0,01
0,005 0,01

Lampiran 5 Kualitas Air Kecerahan


Lokasi Waktu Kecerahan Rata-rata
STASIUN 1 Hari 1 40 43
43

30
60
35
Hari 2 40
60 45
40
Hari 3 40
60 47
70
Hari 1 80
60 70
70
STASIUN 2 Hari 2 70
60 67
75
Hari 3 80
60 72
50
Hari 1 70
60 60
50
STASIUN 3 Hari 2 50
60 53
55
Hari 3 60
60 58
40
Hari 1 60
80 60
40
STASIUN 4 Hari 2 60
70 57
45
Hari 3 50
50 48
35
Hari 1 30
60 42
30
STASIUN 5 Hari 2 30
60 40
30
Hari 3 40
50 40
40
Hari 1 50
50 47
STASIUN 6
40
Hari 2 50
40 43

Lampiran 6 Kualitas Air Amonia


Lokasi Waktu Amonia Rata-rata
STASIUN 2
Hari 1
1 0,5 1,2
44

1
1
Hari 2 0,5
1 0,8
2
Hari 3 1
1 1,3
0,5
Hari 1 1
0,5 0,7
0,5
STASIUN
Hari 2 0,5
2
1 0,7
1
Hari 3 0,5
1 0,8
1,5
Hari 1 1
1 1,2
1,5
STASIUN
Hari 2 1
3
1 1,2
1
Hari 3 1
1 1
0,5
Hari 1 1,5
0,5 0,8
0,5
STASIUN
Hari 2 1,5
4
1 1
0,5
Hari 3 1
1 0,8
1
Hari 1 1,5
0,5 1
1
STASIUN
Hari 2 2
5
1 1,3
1
Hari 3 2
0,5 1,2
2
Hari 1 1
STASIUN 0,5 1,2
6 1,5
Hari 2 1
0,5 1

Lampiran 7 Penilaian Indeks Storet Stasiun 1

Stasiun 1
Parameter Satuan Baku mutu Hasil pengukuran Total skor
45

Max Min rata-rata


Hasil Skor Hasil Skor Hasil Skor
Parameter Fisika
Suhu Air °C Deviasi 3 32 30 31 0
Kecerahan cm - 60 30 45 0
Parameter kimia
pH 6-9 7,4 0 6,8 0 7,1 0 0
DO mg/L 4 4,8 0 2,3 -2 3,2 -2 -4
Nitrat mg/L 10 0 0 0,01 0 0,05 0 0
Amonia mg/L 2 2 0,5 1,2
KELAS B = BAIK -4

Lampiran 8 Penilaian Indeks Storet Stasiun 2

Stasiun 2
Hasil pengukuran
Parameter Satuan Baku mutu Max Min rata-rata Total skor
Hasil Skor Hasil Skor Hasil Skor
Parameter Fisika
Suhu Air °C Deviasi 3 31 0 29,4 0 30 0 0
Kecerahan cm - 80 60 70
Parameter kimia
pH 6-9 7,2 0 4,5 -2 5,8 -2 -4
DO mg/L 4 7,1 0 4 0 5,6 0 0
Nitrit mg/L 10 0,1 0 0,005 0 0,02 0 0
Amonia mg/L 2 1 0,5 0,75
KELAS B = BAIK -4

Lampiran 9 Penilaian Indeks Storet Stasiun 3

Stasiun 3
46

Hasil pengukuran
Parameter Satuan Baku mutu Max Min rata-rata Total skor
Hasil Skor Hasil Skor Hasil Skor
Parameter Fisika
Suhu Air °C Deviasi 3 31,6 0 29,5 0 30 0 0
Kecerahan cm - 70 50 60
Parameter kimia
pH 6-9 7,5 0 6,6 0 7,2 0 0
DO mg/L 4 6,9 0 4,1 0 5 0 0
Nitrit mg/L 10 0,01 0 0 0 0,01 0 0
Amonia mg/L 2 1,5 1 1,2
KELAS A = BAIK SEKALI 0

Lampiran 10 Penilaian Indeks Storet Stasiun 4

Stasiun 4
Hasil pengukuran
Parameter Satuan Baku mutu Max Min rata-rata Total skor
Hasil Skor Hasil Skor Hasil Skor
Parameter Fisika
Suhu Air °C Deviasi 3 33 0 30 0 31 0 0
Kecerahan cm - 80 40 60
Parameter kimia
pH 6-9 7,5 0 6,41 0 7 0 0
DO mg/L 4 5,8 0 4,8 0 5,2 0 0
Nitrit mg/L 10 0,1 0 0 0 0,02 0 0
Amonia mg/L 2 1,5 0,5 1
KELAS A = BAIK SEKALI 0

Lampiran 11 Penilaian Indeks Storet Stasiun 5


Stasiun 5
47

Hasil pengukuran
Parameter Satuan Baku mutu Max Min rata-rata Total skor
Hasil Skor Hasil Skor Hasil Skor
Parameter Fisika
Suhu Air °C Deviasi 3 32 0 30 0 31 0 0
Kecerahan cm - 60 30 45
Parameter kimia
pH 6-9 7,7 0 6,8 0 7,2 0 0
DO mg/L 4 8,5 0 4,8 0 7,4 0 0
Nitrit mg/L 10 0,01 0 0 0 0,01 0 0
Amonia mg/L 2 2 0,5 1,2
KELAS A = BAIK SEKALI 0

Lampiran 12 Penilaian Indeks Storet Stasiun 6

Stasiun 6
Hasil pengukuran
Parameter Satuan Baku mutu Max Min rata-rata Total skor
Hasil Skor Hasil Skor Hasil Skor
Parameter Fisika
Suhu Air °C Deviasi 3 33 0 30 0 31 0 0
Kecerahan cm - 50 40 45
Parameter kimia
pH 6-9 7,9 0 6,5 0 7,1 0 0
DO mg/L 4 7,4 0 4,4 0 5,9 0 0
Nitrit mg/L 10 0,01 0 0 0 0,01 0 0
Amonia mg/L 2 2 0,5 1,2
KELAS A = BAIK SEKALI 0

Lampiran 13 Dokumentasi kegiatan


48

Pengukuran kualitas air menggunakan Water quality meter

Pengukuran pH Pengukuran Kecerahan

Wawancara Nelayan Kegiatan nelayan menangkap ikan


49

Pengukuran kualitas air Pengukuran pH menggunakan pH paper

Pengambilan sampel plankton Mengidentifikasi plankton


50

Alat mengukur kadar nitrit Alat mengukur kadar amnia

Mikroskop Water quality meter

Secci disk Planktonnet

Anda mungkin juga menyukai