Anda di halaman 1dari 60

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN

PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii )


DI KECAMATAN BOLENG, KABUPATEN MANGGARAI BARAT,
PROVINSI NTT

KARYA ILMIAH PRAKTIK AKHIR

Oleh:
PIETER DANDI MAKATITA

POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN


2022
2
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii )
DI KECAMATAN BOLENG, KABUPATEN MANGGARAI BARAT,
PROVINSI NTT

Oleh:
PIETER DANDI MAKATITA
NRP 54185112442

Karya Ilmiah Praktik Akhir Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Perikanan

PROGRAM SARJANA TERAPAN


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN
POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN
JAKARTA
2022
4
KARYA ILMIAH PRAKTIK AKHIR

Judul : Analisis Kesesuaian Lahan Dan Daya Dukung Lingkungan


Perairan Untuk Budidaya Rumput Laut (Eucheuma Cottonii)
Di Kecematan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat,
Provinisi NTT
Penyusun : Pieter Dandi Makatita
NRP : 54185112443
Program Studi : Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan

Menyetujui
Dosen Pembimbing,

Aditya Bramana, S.Pi., M.Si Dr. Meuthia A.Jabbar.A.Pi.,M.Si


Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. M. Hery Riyadi Alauddin, S.Pi., M.Si Dr. Meuthia A. Jabbar, A. Pi, M.Si
Direktur Ketua Program Studi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Ilmiah Praktik Akhir “Analisis
Kesesuaian Lahan Dan Daya Dukung Lingkungan Perairan Untuk Budidaya
Rumput Laut (Eucheuma Cottonii ) Di Kecematan Boleng, Kabupaten
Manggarai Barat, Provinisi NTT” adalah karya saya sendiri dengan arahan
dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Ilmiah Praktik Akhir
ini.
Apabila di kemudian hari pernyataan yang saya buat tidak sesuai, maka saya
bersedia dicabut gelar kesarjanaannya oleh Politeknik Ahli Usaha Perikanan.

Jakarta,

Materai 10.000

Pieter Dandi Makatita


NRP 54185112443
ii

© Hak Cipta Politeknik Ahli Usaha Perikanan, Tahun 2021


Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan, tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar Politeknik Ahli Usaha Perikanan.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis


dalam bentuk apa pun tanpa izin Politeknik Ahli Usaha Perikanan.
RINGKASAN

PIETER DANDI MAKATITA, NRP54185112443. (ANALISIS


KESESUAIAN LAHAN DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN
UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DI
KECAMATAN BOLENG, KABUPATEN MANGGARAI BARAT, PROVINSI
NTT) Dibimbing oleh Aditya Bramana, S.Pi., M.Si dan Dr. Meuthia
A.Jabbar.A.Pi.,M.Si
Rumput laut atau seaweeds sangat populer dalam dunia perdagangan,
Usaha rumput laut sekarang telah berkembang dengan pesat, hal ini disebabkan
semakin meningkatnya permintaan pasar baik domestik maupun luar negeri
terutama akibat berkembangnya industri-industri yang berbasiskan bahan Baku
rumput laut. Praktek ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian lahan dan daya
dukung perairan untuk budidaya rumput laut (eucheuma cottonii) di kecamatan
boleng, kabupaten manggarai barat, provinsi ntt. Metode yang digunakan adalah
metode longline dan observasi secara langsung serta pengambilan sampel air
dilokasi secara acak. Parameter Fisika-Kimia yang diukur antara lain, gelombang,
kecepatan arus, Do, salinitas, suhu, nitrat, fosfat, derajat keasaman (pH),
kedalaman dan kekeruhan. Praktik Akhir ini dilaksanakan selama 90 hari, terhitung
mulai tanggal 7 Maret sampai dengan 30 Mei 2022. Praktik ini dilakukan di 5
tempat yaitu tanjung boleng, muara terang, pantai nanga Kantor, pantai longos
timur dan longos barat. Metode yang digunakan adalah metode longline, observasi
secara langsung dan random sampling untuk pengambilan sampel air secara acak
yang menjadi target pengamatan dan data yang digunakan berupa data primer
dan sekunder. Praktik ini diharapkan memberi informasi serta dapat dijadikan
bahan acuan oleh masyarakat atau pemerintah daerah dalam pengembangan
kegiatan budidaya rumput laut di lokasi tersebut.
Nelayan rumput laut dikecamatan boleng menggunakan perahu motor
ukuran rata-rata panjang perahu 9 meter dan lebar sekitar 1,6 meter yang secara
umum di gunakan untuk bertani rumput laut. Sedangkan kapal ukuran 15-20 GT
digunakan untuk membawa hasil rumput laut yang sudah kering ke dermaga untuk
diangkut kekapal kapal besar dan dibawah ke perusahaan untuk dikelola sesuai
kebutuhan.
Berdasarkan hasil penelitian kriteria parameter fisika-kimia-oseonografi
untuk kesesuain budidaya rumput laut di setiap stasiun masih dikatakan sesuai
untuk budidaya rumput, namun ada beberapa parameter yang tidak sesuai yaitu:
tingkat gelombang pada stasiun 1 (0,0m) tidak sesuai, fosfat pada stasiun 2 dan 3
(2,4 dan 1,2) tidak sesuai sedangkan stasiun 4 dan 5 memiliki kriteria sangat
sesuai dan sesuai untuk budidaya rumput. Nelayan diharapkan tetap
membudidayakan rumput laut walaupun harga rumput laut tidak baik, Pemerintah
setempat diharapkan dapat melihat kembali harga rumput laut yang sedang tidak
baik.
Kata kunci: parameter, nelayan dan rumput laut

i
ii

ii
KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Ilmiah Praktik Akhir (KIPA) yang berjudul “Analisis Kesesuaian Lahan Dan Daya
Dukung Lingkungan Perairan Untuk Budidaya Rumput Laut (Eucheuma
Cottonii ) Di Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Ntt”.
Karya Ilmiah Praktik Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Terapan Perikanan (S.Tr.Pi.) Pada Program Studi
Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan, Politeknik Ahli Usaha Perikanan.
Laporan Karya Ilmiah Praktik Akhir ini terdiri dari 4 (empat) bab yaitu:
Pendahuluan, Metode Praktik, Hasil dan Pembahasan, serta Simpulan dan Saran.
Bimbingan, koreksi, dan saran dari dosen pembimbing (Aditya Bramana, S.Pi.,
M.Si dan Dr. Meuthia A.Jabbar.A.Pi., M.Si.) dalam mewujudkan sebuah karya
ilmiah ini diharapkan bisa menambah ilmu pengetahuan bagi penulis, khususnya
dalam menyusun karya ilmiah.
Upaya maksimal telah penulis lakukan untuk merampung karya ini, namun
penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan penulis untuk
menyempurnakan karya ilmiah ini.

Jakarta,

Penulis
Pieter Dandi Makatita

iii
iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penyusunan Laporan Karya Ilmiah Praktik Akhir ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Selama proses penyusunan Karya Ilmiah
Praktik Akhir (KIPA) ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak
Aditya Bramana, S.Pi., M.Si dan Ibu Dr. Meuthia A.Jabbar.A.Pi., M.Si selaku
Dosen Pembimbing I dan II, yang telah memberikan bimbingan, dorongan, dan
semangat dalam penyusunan Karya Ilmiah Praktik Akhir ini. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan pula kepada:
1. Dr. M. Hery Riyadi Alauddin, S.Pi., M.Si selaku Direktur Politeknik AUP;
2. Dr. Heri Triyono, A.Pi., M.Kom., selaku Wakil Direktur I Politeknik AUP;
3. Yenni Nuraini, S.Pi., M.Sc selaku Wakil Direktur II Politeknik AUP;
4. Dr. Ita Junita Puspadewi, A.Pi., M.Pd., selaku Wakil Direktur III Politeknik AUP;
5. Dr. Meuthia A. Jabbar, A. Pi, M.Si selaku Ketua Program Studi Teknologi
Pengelolaan Sumberdaya Perairan, Politeknik AUP
6. Keluaraga tercinta yang telah mendukung secara moril maupun materil;
7. Sahabat, teman, dan saudara seperjuangan selama masa pendidikan di
Program Studi Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan, Politeknik AUP
yaitu Angkatan 54;
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Ilmiah Praktik
Akhir (KIPA).

iv
DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. iv


DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
1 PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 1
1.3 Batasan Masalah ...............................................................................2
2 METODE PENELITIAN ...............................................................................3
2.1 Waktu dan Tempat ............................................................................3
2.2 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 3
2.4 Metode Pengolahan Data ..................................................................5
2.5 Metode Analisis Data .........................................................................5
3 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................8
3.1 HASIL ....................................................................................................8
3.1.1 kondisi umum lokasi praktik ............................................................ 8
3.1.2 Jenis Jenis Rumput Luat dan luasan rumput laut ............................ 8
3.1.3 Parameter Fisika – Kimia ................................................................ 9
3.1.4 Aspek social ekonomi ................................................................... 15
3.1.5 Produksi Rumput Laut ..................................................................... 175
3.2 PEMBAHASAN....................................................................................17
3.2.1 Hubungan Parameter Fisika-kimia Perairan dengan Produksi
Rumput Laut ............................................................................................... 17
3.2.2 Hubungan produksi rumput laut dengan pendapatan nelayan ........... 19
3.2.3 Peran Lembaga Dalam Pengembangan Rumput Laut ....................... 21
4 SIMPULAN DAN SARAN .........................................................................22
4.1 Simpulan ........................................................................................22
4.2 Saran .............................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................23

v
vi

s
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kriteria Parameter Fisika-kimia Untuk Kesesuaian Perairan Budidaya


Rumput Laut ........................................................................................................ 6
Tabel 2 Pembobotan dan Skoring Dari Parameter Yang Terukur......................... 6
Tabel 3 Penentuan Kategori Kelayakan Berdasarkan Interval Kelas .................... 7
Tabel 4 data ketinggian gelombang ..................................................................... 9
Tabel 5 Nilai kriteria parameter untuk kesesuaian perairan budidaya rumput laut
cheuma cottonii.................................................................................................... 9

vi
DAFTAR GAMBAR

Peta Penilitian ...................................................................................................... 3


Jenis Rumput Laut Dikecamatan Boleng ............................................................. 9
Tinggi Gelombang Per Stasiun Di Kecamatan Boleng ....................................... 10
Kecepatan Arus Per Stasiun Di Kecamatan Boleng ........................................... 11
Konsentrasi Oksigen Terlarut (DO) Di Perairan Kecamatan Boleng................... 11
Konsentrasi Salinitas Perstasiun Di Kecamatan Boleng .................................... 12
Konsentrasi Suhu Perstasiun Dikecamatan Boleng ........................................... 12
Kadar Nitrat Perstasiun Di Kecamatan Boleng ................................................... 13
Kandungan Fosfat Di Perairan Kecamatan Boleng ........................................... 13
Konsentrasi Ph Diperairan Kecamatan Boleng .................................................. 14
Kedalaman Perstasiun Diperairan Kecamatan Boleng ...................................... 14
Konsentrasi Kekeruhan Diperairan Kecamatan Boleng Perstasiun .................... 15
Pendapatan Nelayan Rumput Laut Di Kecamatan Boleng ................................ 15
Grafik Tingkat Pendidikan Nelayan Dikecamatan Boleng .................................. 16
Grafik Umur Nelayan Rumput Laut Dikecamatan Boleng .................................. 16
Grafik Data Produksi Rumput Laut Dikecamaan Boleng ................................... 17

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampira dokumentasi kegiatan praktik ............................................................... 28


Wawancara dengan Nelayan rumput laut .......................................................... 29
Pengambilan Sampel air untuk mengukur daya dukung perairan untuk budidaya
rumput laut ......................................................................................................... 30
Lampiran data mentah kualitas perairan kecamatan boleng .............................. 36

viii
1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumput laut adalah sumberdaya hayati yang telah dimanfaatkan
masyarakat Indonesia sebagai mata pencarian, dan beberapa wilayah
menjadikannya mata pencarian utama. Rumput laut merupakan salah satu
komoditas sumberdaya laut yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, mudah
dibudidayakan serta biaya produksi yang rendah. Banyak negara-negara maju
yang memanfaatkan rumput laut sebagai bahan Baku produksinya, salah
satunya yaitu bahan Baku untuk kosmetik. Karena peluang ekonomi yang tinggi
banyak masyarakat Indonesia membudidayakan rumput laut.
Eucheuma cottonii atau Kappaphycus alvarezii adalah salah satu jenis
rumput laut yang banyak dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya di berbagai
negara Asia Pasifik termasuk Indonesia. Indonesia telah meningkatkan produksi
rumput laut jenis ini dari 25.000 ton pada tahun 2001 menjadi 55.000 ton pada
tahun 2004 dan diperkirakan 80.000 ton pada tahun 2005 (McHugh, 2006).
Euchema menghasilkan karaginan jenis kappa. Karagenan yang dihasilkan oleh
Euchema dimanfaatkan pada industri makanan, industri kosmetik, obat-obatan,
tekstil, cat dan sebagai materi dasar dari aromatic diffuser (Chapman dan
Chapman dalam Aslan, 1991).
Faktor utama keberhasilan kegiatan budidaya rumput laut adalah
pemilihan lokasi yang tepat. Penentuan lokasi dan kondisi perairan harus
disesuaikan dengan metode budidaya yang akan digunakan.Parameter
lingkungan yang menjadi penentu lokasi yang tepat untuk budidaya rumput laut
adalah kondisi lingkungan fisik yang meliputi gelombang, kecepatan arus, Do,
salinitas, suhu, nitrat, fosfat, derajat keasaman (pH), kedalaman dan kekeruhan.
Kabupaten Manggarai barat adalah salah satu daerah di Nusa Tenggara
Timur yang secara administratif memiliki daerah yang berbatasan langsung
dengan Nusa Tenggara Barat. Hal tersebut sangat mendukung pengelolaan
potensi di bidang kelautan, salah satu potensinya yaitu budidaya rumput laut,
khususnya di Kecamatan boleng yang baru beberapa tahun ini mengembangkan
budidaya rumput laut.
Meningkatnya produksi budidaya rumput laut di Kabupaten Manggarai
Barat khususnya di Kecamatan boleng secara maksimal, dan untuk menunjang
kegiatan ini perlu diadakan kajian kesesuaian perairan untuk lokasi budidaya
rumput laut ditinjau dari parameter fisika dan kimia perairan. Jika terjadi
kesalahan dalam pemilihan lokasi budidaya rumput laut maka produksi rumput
laut Akan menurun.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari karya ilmiah praktik akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi Rumput Laut di Manggarai Barat
2

2. Mengetahui tingkat kesesuaian perairan berdasarkan kondisi fisika-kimia


di kecamatan boleng
3. Mengidentifikasi parameter social ekonomi rumput laut
4. Mengetahui produktivitas rumput laut
5. Mengetahui peran lembaga dalam pengembangan rumput laut serta
potensi keberlanjutan rumput laut

1.3 Batasan Masalah


Pembahasan pada Praktik Akhir dibatasi:
1. Identifikasi Rumput Laut meliputi Jenis 2 rumput laut dan luasan rumput
laut
2. Tingkat kesesuaian perairan meliputi: gelombang, kec. Arus, Do,
salinitas, suhu, nitrat, fosfat, pH, kedalaman, dan kekeruhan
3. Identifikasi parameter social ekonomi aktivitas rumput laut, maliputi:
struktur usia, tingkat pendidikan,dan tingkat pendapatan
4. Produktivitas rumput laut meliputi data produksi perbulan atau pertahun
5. Peran lembaga dalam pengembangan rumput laut dan potensi
keberlanjutan rumput laut
3

2 METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat
Praktik Akhir ini dilaksanakan selama 90 hari, terhitung mulai tanggal 7
Maret sampai dengan 30 Mei 2022. Pengambilan sampel dilakukan di beberapa
titik sampel yang ada dikecamatan boleng, kab.manggarai barat, prov.NTT
Gambar 1 menampilkan peta lokasi pengambilan sampel.

Gambar 1 : Peta lokasi Penilitian .

2.2 Metode Pengumpulan Data


2.2.1 Tahap Persiapan
Tahap ini merupakan tahap awal penelitian yaitu studi literatur, kegiatan
observasi lapangan dan mengumpulkan atau menyiapkan alat-alat yang Akan
digunakan dalam penelitian di lapangan.

2.2.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan di lapangan pada penelitian ini adalah perahu motor,
Global Positioning System (GPS), layang-layang arus,tiang skala, stopwatch, tali
(10m), water quality tester, refaktometer, Do meter, turbudimeter, ph meter,
Hanna Nitrate Test Kit HI3874, Phosphate Test Kit HI3833 , kamera, alat tulis
menulis. Bahan lainya: Sampel air laut Tissue dan Akuades
Untuk pengolahan data dan penyusunan laporan akhir dipakai personal
computer (PC), software MS. Word, MS. Excel dan MS. Power point.

2.2.3 Tahap Penentuan Stasiun


Penentuan stasiun dilakukan secara acak yang mewakili lokasi yang meliputi
5 stasiun dengan melakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Dimana stasiun 1
terdapat kegiatan budidaya rumput laut, stasiun 2 di dekat muara Sungai, stasiun
4

3 terdapat kegiatan budidaya rumput laut namun masih di pengaruhi dengan


muara sungai, stasiun 4 dan 5 terdapat kegiatan budidaya rumput laut dan jauh
Dari muara sungai.

2.2.4 Tahap Pengukuran dan Pengambilan Data


Data – data diperoleh dengan Cara mengukur parameter oseanografi fisika
dan kimia. Pada setiap stasiun dilakukan pengukuran arus (arah dan kecepatan),
gelombang, Suhu, salinitas, oksigen terlarut (DO), dan pH air laut kedalaman dan
kekeruhan. Untuk mengetahui parameter kimia (nitrat dan fosfat) dilakukan di
laboratorium dengan mengambil sampel air di lapangan.
a. Data Gelombang / Ombak
Data ombak diukur menggunakan tiang skala yang ditancap pada
mintakat sebelum ombak pecah, ombak yang diukur adalah tinggi ombak 38 (H)
dengan Cara membaca bukit (crest) dan lembah (though) sebanyak 11
pengulangan. Pengukuran periode (T) ombak dilakukan dengan menggunakan
stop watch dengan menghitung banyaknya waktu yang diperlukan pada posisi
puncak dan lembah ombak dibagi dengan ombak yang datang.
b. Pengukuran Arus
Pengukuran kecepatan arus menggunakan layang-layang arus dan stop
watch yaitu dengan menghitung selang waktu yang dibutuhkan hingga mencapai
jarak yang ditentukan (10 meter). Arah arus ditentukan dengan menggunakan
kompas bidik
c. Nitrat, dan Fosfat (PO4)
Nitrat, dan fosfat (PO4) dengan Cara mencelupkan botol sampel di dalam
air lalu menutupnya dengan rapat. Setalah botol sampel terisi semua, botol
sampel tersebut dimasukkan ke dalam cool box lalu diawetkan dengan
menggunakan es batu.
d. Salinitas
Pengukuran salinitas menggunakan handrefractometer.
e. Suhu, Derajat Keasaman (pH),
Pengukuran suhu, derajat keasaman (pH) dilakukan dengan
menggunakan Water Quality Tester (WQT).
f. Kedalaman
Pengukuran kedalaman dilakukan menggunakan batu duga dengan
mengikat sebuah batu dengan seutas tali yang telah diukur panjangnya dengan
menggunakan rol meter, lalu mencelupkan alat tersebut.
g. DO
Pengukuran DO menggunakan DO meter
h. Kekeruhan
Pengukuran kekeruhan menggunakan turbudimeter dengan Cara mengambil
sampel air pada botol 10ml kemudian dimasukan kedlan turbidimeter kemudian
hidupkan turbudimeter lalu lihat hasilnya.
5

2.4 Metode Pengolahan Data


1. Kecepatan Arus Untuk menghitung kecepatan arus yang diukur
digunakan persamaan Kreyzig (1993, dalamRasyid, 2005) :
V=S/t

Dimana: V = kecepatan arus (m/detik)


s = jarak (m)
t = waktu (detik)
2. Kedalaman (Batimetri) Koreksi kedalaman dengan pasang surut
dengan menggunakan rumus (Ongkosono dan Suyarso, 1989):

∆d =dt – (ht – MSL)

Ket: ∆d = kedalaman suatu titik pada dasar perairan (m)


dt= kedalaman suatu titik pada dasar laut pada pukul t (m)
Ht = ketinggian permukaan air laut pada pukul t (m)
MSL = Mean Sea Level (duduk tengah muka air) (m)

Ket: MSL = Tinggi Muka Air Rata-Rata (cm)


H = Tinggi muka air (cm)
C = Konstanta Doodson I = Nomor pengamatan

3. Gelombang Data pengukuran untuk gelombang digunakan metode


dengan cara mengukur ketinggian ombak dengan rumus tinggi ombak
(metode Browden, 1983 dalam Syamsiah, 2007)adalah:

H0 = Puncak – Lembah

H1/3 = Nilai rata-rata dari 1/3 jumlah gelombang terbesar,

Dimana H0 ditunjukan dari yang terbesar ke yang terkecil

Dimana: H0 = Tinggi Ombak (cm)

H1/3 = Tinggi Ombak Signifikan (m)

n = Jumlah Pengamatan

2.5 Metode Analisis Data


Untuk mengetahui kesesuaian perairan budidaya rumput laut berdasarkan
kondisi lingkungan dibutuhkan kriteria sebagai acuan penentuan kelayakan
perairan pada Tabel 1
6

Tabel 1 Kriteria Parameter Fisika-kimia Untuk Kesesuaian Perairan


Budidaya Rumput Laut
sangat Tidak
parameter satuan sesuai (S2) Sumber
sesuai (S1) sesuai (S3)
0,1 – 0,2
GELOMBANG & 0,3 – < 0,1 & > Arianti et al.
m 0,2 – 0,3 0,4 0,4 (2007)
>0,10 – <0,25
KEC. ARUS & >0,40 –< < 0,10 / > Arianti et al.
m/det 0,25 – 0,40 0,60 0,60 (2007)
DO mg/l >6 4–6 <4 Dahuri (1998)
22 – 30 &
SALINITAS
ppt 30 – 32 32 - 34 < 22 & > 34 Gazali (2013)
Setiyanto et
SUHU
°C 24 – 30 20 - 24 < 20 & > 30 al. (2008)
0,1 - < 0,9
NITRAT & 3,3 – < 0,1 &
mg/l 0,9 – 3,2 3,4 > 3,4 Mala et al.(2016)
0,1 – 0,2
FOSFAT
mg/l 0,2 – 0,5 & 0,5 - 1 < 0,1 & > 1 Mala et al.(2016)
pH 6,5 – 8,5 4 – 6,5 & 8,5 - 9 < 4 & > 9.5 Gazali (2013)
Poncomuyo et al.,
KEDALAMAN
m 2,5 - 15 15-30 >40 2006
Adipu et al.
KEKERUHAN
NTU ≤ 10 < 10 - < 40 > 40 (2013)

Setelah mengetahui kriteria parameter fisika-kimia untuk kesesuaian


perairan budidaya rumput laut maka dilakukan penilaian secara kuantitatif
terhadap tingkat kelayakan perairan dengan metode skoring dan pembobotan.
Bobot yang besar diberikan kepada parameter yang mempunyai pengaruh
dominan terhadap penentuan wilayah tersebut, sebaliknya parameter yang
kurang dominan atau tidak berpengaruh besar terhadap budidaya diberi bobot
yang kecil, pembobotan dapat di lihat pada Tabel 2.

Table 2 Pembobotan dan Skoring Dari Parameter Yang Terukur


Bobot
No Parameter
Kriteria Batas Nilai % Nilai Skor
0,2 – 0,3 3 Sangat Sesuai 0,9
1 Gelombang 0,1 – 0,2& 0,3 –0,4 2 Sesuai 0,3 0,6
< 0,1 & > 0,4 1 Tidak Sesuai 0,3
0,25 – 0,40 3 Sangat Sesuai 0,36
>0,10 – <0,25& >0,40 –
2 Kec. Arus 0,12 0,24
<0,60 2 Sesuai
< 0,10 / > 0,60 1 Tidak Sesuai 0,12
>6 3 Sangat Sesuai 0,225
3 DO 4–6 2 Sesuai 0,075 0,15
<4 1 Tidak Sesuai 0,075
4 Salinitas 30 – 32 3 Sangat Sesuai 0,15 0,45
7

22 – 30 &32 - 34 2 Sesuai 0,3


< 22 & > 34 1 Tidak Sesuai 0,15
24 – 30 3 Sangat Sesuai 0,36
5 Suhu 20 - 24 2 Sesuai 0,12 0,24
< 20 & > 30 1 Tidak Sesuai 0,12
0,9 – 3,2 3 Sangat Sesuai 0,075
6 Nitrat 0,1 - < 0,9& 3,3 –3,4 2 Sesuai 0,025 0,05
< 0,1 &> 3,4 1 Tidak Sesuai 0,025
0,2 – 0,5 3 Sangat Sesuai 0,075
7 Fosfat 0,1 – 0,2& 0,5 - 1 2 Sesuai 0,025 0,05
< 0,1 & > 1 1 Tidak Sesuai 0,025
6,5 – 8,5 3 Sangat Sesuai 0,075
8 Ph 4 – 6,5 & 8,5 - 9 2 Sesuai 0,025 0,05
< 4 & > 9.5 1 Tidak Sesuai 0,025
2,5 - 15 3 Sangat Sesuai 0,075
9 Kedalam 15-30 2 Sesuai 0,025 0,05
>40 1 Tidak Sesuai 0,025
≤ 10 3 Sangat Sesuai 0,225
10 Kekeruhan < 10 - < 40 2 Sesuai 0,075 0,15
> 40 1 Tidak Sesuai 0,075
(Sumber: Hasil modifikasi dari Utojo et al., 2007)
Berdasarkan nilai skor setiap parameter maka dilakukan penilaian untuk
menentukan apakah lokasi tersebut sesuai untuk lahan budidaya rumput laut
dengan menggunakan formulasi yang dikemukakan oleh Utojo et
al.(2004)sebagai berikut:

Total skor setiap stasiun


Nilai Hasil Skor Evaluasi = x 100
3

Tabel 3 Penentuan Kategori Kelayakan Berdasarkan Interval Kelas


no kisaran nilai peneliaian hasil evaluasi
1 85 - 100 sangat sesuai

2 60 - 84 sesuai

3 < 60 tidak sesuai


Sumber Utojo et al. (2004) dalam Syamsiah (2007).
Metode skoring dengan menggunakan pembobotan untuk setiap parameter
dikarenakan setiap parameter memiliki hasil yang berbeda dalam menunjang
kehidupan komoditas.
8

3 HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 HASIL
3.1.1 Kondisi umum lokasi praktik
Luas wilayah Kabupaten Manggarai Barat adalah 9.450 km² yang terdiri dari
wilayah daratan seluas 2.947,50 km² dan wilayah lautan 7.052,97
km²,Kecamatan boleng merupakan salah satu kecamatan di kabupaten
manggarai barat,kecmatan boleng memiliki 11 desa yang meliputi : desa golo
sepang,desa mbuit, desa golo getak, desa golo lujang, desa sepang, desa
Pontianak, desa tanjung boleng, desa batu tiga, desa pota wangka, desa beo
sepang dan desa golo nobo.
Golo sepang merupakan ibu kota kecamatan Boleng Daerah Terang yang
merupakan daerah pesisir pantai, sangat dikenal oleh masyarakat yang
menghuni ketiga kabupaten Manggarai, alasannya tempat kawasan laut
di Terang sangat terkenal sebagai pemasok hasil tangkapan Ikan laut untuk
masyarakat manggarai. (Sala satu ikan yang sering disebut dalam bahasa
setempat yaitu ikan Cara). Ikan “Cara”(baronang) yang sering disebut demikian
oleh masyarakat setempat, menjadi salasatu asset hasil laut yang ada di
kawasan pantai dan menjadi primadona strategis bagi para nelayan setempat.
Upaya lain dalam memanfaatkan pesisir pantai di Terang yang saat ini sedang
digalakan oleh masyarakat Nelayan ditempat tersebut yaitu, Budi daya Rumput
Laut. Untuk Pemasaran Ikan laut dari daerah ini meliputi, seluruh wilayah
Manggarai dan diluar Manggarai.
Penelitian kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut E.cottonii
dilakukan pada 5 tempat yang terdapat di Kecamatan boleng yaitu tanjung
boleng, muara terang, desa nanga Kantor. Pulau longos barat dan pulau longos
timur. Pemilihan lokasi ini dilakukan karena lokasi ini merupakan daerah dimana
sebagian masyarakat di wilayah ini memanfaatkan perairan tersebut sebagai
salah satu lokasi mata pencaharian masyarakat untuk budidaya rumput laut.

3.1.2 Jenis Jenis Rumput Luat dan luasan rumput laut


Rumput laut (seaweed) secara biologi termasuk salah satu anggota alga
yang merupakan tumbuhan berklorofil. Secara garis besar, rumput laut dapat
dikelompokkan menjadi 4 (empat) jenis berdasarkan pigmen (zat warna) yang
dikandungnya, yaitu: Chlorophyceae (ganggang hijau), Rhodopyceae (ganggang
Merah), Phaeopyceae (ganggang coklat), dan Cyanophyceae (ganggang biru).
Jenis-jenis rumput laut yang bernilai ekonomis penting sebagai penghasil agar-
agar (Agarophyta) dari kelompok Rhodophyceae (ganggang merah) antara lain
adalah Acanthaopia, Glacillaria, Gelidium dan Pterrocclaidia.Sedangkan jenis
jenis rumput laut yang ada didikecamatan boleng hanya dua jenis yaitu glaria .sp
dan Eucheuma cottonii atau nama lokal “Cottonii” dengan luasan sepanjang
0,039 km2 yang berada disepanjang pesisir tanjung boleng hingga pulau longos
kecuali di muara terang yang tidak ada budidaya rumput laut.
9

a) Glacillaria b) E.cottonii
Gambar 2 jenis rumput laut Glacillaria dan E.cottonii

3.1.3 Parameter Fisika – Kimia


Wilayah penelitian yang dilakukan yakni disepanjang pesisir kecamatan
boleng dan disesuaikan dengan aktifitas pemanfaatan budidaya rumput laut.
Lokasi titik sampling terdapat 5 stasiun dimana tiap stasiun dilakukan 11 kali
pengulangan. Selain dari nilai skor hasil evaluasi skoring parameter fisika-kimia,
waktu pengambilan data juga harus diperhatikan karena hal ini berpengaruh
pada kondisi kualitas air laut untuk menetukan kesesuaian lokasi budidaya
rumput laut Eucheuma cottonii.

Table 4 Hasil Parameter Kualitas Perairan Perstasiun


stasiun stasiun stasiun stasiun stasiun
parameter satuan
1 2 3 4 5
GELOMBANG m 0,05 0,16 0,11 0,15 0,24
KEC. ARUS m/det 0,17 0,14 0,16 0,19 0,38
DO mg/l 5,65 4,15 5,00 5,67 5,67
SALINITAS ppt 31,0 25,0 26,6 30,8 31,1
SUHU °C 30,4 27,7 30,0 30,3 30,4
NITRAT mg/l 0,8 2,9 2,5 0,8 0,9
FOSFAT mg/l 0,5 2,4 1,2 0,4 0,4
pH 7,7 7,6 7,6 7,7 7,6
KEDALAMAN m 6,0 3,0 3,0 2,5 2,2
KEKERUHAN NTU 2,3 7,8 5,2 2,3 2,3

Tabel 5 : Nilai Skor Hasil Evaluasi Untuk Kesesuaian Perairan Budidaya


Rumput Laut E.cottonii
NILAI
STASI GLM K,AR SAL SUH NITRA FOSF KDLM KKRH
DO PH SKOR KET
UN BG US T U T AT N N
HASIL

1 0,3 0,24 0,15 0,45 0,36 0,05 0,075 0,075 0,075 0,15 64,17 SESUAI
2 0,9 0,24 0,15 0,3 0,36 0,075 0,025 0,075 0,075 0,15 78,33 SESUAI
3 0,6 0,24 0,15 0,3 0,36 0,075 0,025 0,075 0,075 0,15 68,33 SESUAI
4 0,9 0,24 0,15 0,45 0,36 0,05 0,075 0,075 0,075 0,15 84,17 SESUAI
SANGAT
5 0,9 0,36 0,15 0,45 0,36 0,05 0,075 0,075 0,075 0,15 88,17
SESUAI
10

Nilai hasil evaluasi setiap parameter diperoleh dari hasil pengulangan


setiap stasiun berdasarkan pengukuran dan analisis sampel yang dilakukan di
lapangan maupun di laboratorium, nilai setiap stasiun diberi bobot berdasarkan
Tabel 1 yaitu tabel kriteria parameter fisika-kimia untuk kesesuaian perairan
budidaya rumput laut yang terdapat pada table 5 .

a) Gelombang
Berdasarkan hasil pengukuran gelombang yang diukur Dari 5 stasiun
pengamatan diperoleh tinggi gelombang rata-rata setiap stasiun dapat dilihat
pada gambar 3 yang berkisar antara 0,05 m – 0,24 m, dimana stasiun 1 memiliki
tinggi gelombang yang rendah yaitu 0,05 m dan stasiun 5 memiliki tinggi
gelombang yang paling tinggi dari stasiun lain yaitu 0,24 m, hal ini diduga stasiun
5 dipengarui oleh kecepatan angin yang sangat kencang dikarenakan pulau
longos timur sendiri keadaan perairannya sangat terbuka .dapat dilihat pada
gambar 3.

0.30
TINGKAT GELOMBANG (M)

0.25 0.24

0.20
0.16 0.15
0.15
0.11
0.10
0.05
0.05

0.00
1 2 3 4 5
stasiun

Gambar 3 Tinggi Gelombang PerStasiun Di Kecamatan Boleng

b) Kecepatan arus
Dari hasil pengukuran diperoleh nilai kecepatan arus dari 5 stasiun rata rata
0,14-0,38 m/det dengan arus tertinggi terdapat pada stasiun 5 yaitu 0,38 m/det
sedangkan yang terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu 0,14 m/det,dapat dilihat
pada (Gambar 4)
11

0.45
KECEPATAN ARUS 0.40
0.38
0.35
0.30
(M/DETIK)

0.25
0.17 0.19
0.20 0.16
0.14
0.15
0.10
0.05
0.00
1 2 3 4 5
Stasiun
Gambar 4 kecepatan arus per stasiun di kecamatan boleng

c) DO
Berdasarkan hasil pengukuran DO Dari 5 stasiun pengamatan diperoleh
konsentrasi DO rata-rata setiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 4 yang
berkisar antara 4,15 mg/l – 5,67 mg/l, dimana stasiun 4 dan 5 memiliki
konsentrasi DO tertinggi yaitu 5,67 mg/l dan stasiun 2 memiliki konsentrasi yang
paling rendah dari stasiun lain yaitu 4,15 mg/l
7.00
6.00 5.65 5.67 5.67
5.00
KONSENTRAT DO (Mg/l)

5.00
4.15
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
1 2 3 4 5
stasiun

Gambar 5 Konsentrasi Oksigen Terlarut (DO) Di Perairan Kecamatan Boleng

d) Salinitas
Berdasarkan hasil pengukuran salinitas menunjukkan nilai antara 25 ppt – 31
ppt yang dapat di lihat pada Gambar 6. Konsentrasi salinitas yang tinggi pada
umumnya berada pada stasiun 5 dan konsentrasi terendah terdapat di stasiun 2.
Rendahnya salinitas pada stasiun 2 dikarenakan lokasi tersebut merupakan
muara terang. Adanya perbedaan salinitas disetiap stasiun diduga disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu adanya perbedaan waktu saat pengambilan sampel
berpengaruh pada proses penguapan, lokasi pengambilan sampel berada di
daerah muara sebagai contoh stasiun 2 yang memiliki salinitas yang rendah.
(Gambar 6)
12

35
31 31 31
30 27
25
SALINITAS (PPT)

25

20

15

10

05

00
1 2 3 4 5
stasiun

Gambar 6 Konsentrasi Salinitas Perstasiun Di Kecamatan Boleng

e) Suhu.
Suhu diperoleh di perairan kecamatan boleng rata-rata setiap stasiun dapat
dilihat pada Gambar 7 yang berkisar antara 27,75C – 30,41ºC , dimana stasiun
2 memiliki suhu yang rendah yaitu 27,75ºC dan stasiun 1 dan 5 memiliki suhu
yang tinggi yaitu 30,41 ºC.

32.00
KONSENTRAT SUHU (%)

31.00 30.41 30.29 30.40


29.98
30.00
29.00
27.75
28.00
27.00
26.00
25.00
1 2 3 4 5
stasiun

Gambar 7 Konsentrasi Suhu Perstasiun Di Kecamatan Boleng

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh suhu laut untuk masing –
masing stasiun berada pada kriteria sangat sesuai , menurut setiyanto
et.al.(2008) suhu yang baik untuk budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottonii
berkisar antara 24ºC – 30ºC

f) Nitrat
kandungan nitrat di perairan Kecamatan Sajoanging Kabupaten Wajoyang
diperoleh berkisar antara 0,8 mg/l – 2,9 mg/l (Gambar8).Dimana kandungan nitrat
tertinggi berada di stasiun 2 , terendah berada di stasiun 1 dan 4.
13

3.50
2.90
KONSENTRAT NITRAT
3.00
2.52
2.50
(MG/L)
2.00
1.50
0.80 0.83 0.86
1.00
0.50
0.00
1 2 3 4 5
stasiun
Gambar 8 Kadar Nitrat Perstasiun Di Kecamatan Boleng

g) Fosfat
Berdasarkan hasil pengukuran Kandungan fosfat pada 5 stasiun pengamatan
berkisar antara 0,43 mg/l – 2,42 mg/l (Gambar 9), Stasiun yang memiliki
kandungan fosfat rendah berada di stasiun 5, sedangkan kandungan fosfat yang
tinggi berada di stasiun 2 ini dikarenakan pada stasiun 2 yang merupakan muara
terang , aliran Sungai terang membawa fosfat yang melimpah dari daratan yang
berasal dari limbah limbah pertanian ataupun limbah pertambakan. Dapat dilihat
pada (Gambar 9).
3.00
2.42
2.50
FOSFAT (MG,L)

2.00

1.50 1.22
1.00
0.46 0.44 0.43
0.50

0.00
1 2 3 4 5
stasiun

Gambar 9 Kandungan Fosfat Di Perairan Kecamatan Boleng

h) PH
Berdasarkan hasil pengukuran derajat keasaman didapatkan PH berkisar
antara 7,59 – 7,68 (Gambar 10). Derajat keasaman (pH) perairan lokasi
pengamatan menunjukkan konsentrasi pH tertinggi berada di stasiun 4,
sedangkan konsentrasi pH terendah berada di stasiun 3.
14

DERAJAT KEASAMAN (PH) 7.72


7.70
7.68
7.68
7.65
7.66
7.64 7.63 7.63
7.62
7.60
7.59
7.58
7.56
7.54
7.52
1 2 3 4 5
stasiun

Gambar 10 Konsentrasi pH Diperairan Kecamatan Boleng

i) Kedalaman
Berdasarkan hasil pengukuran Kedalaman pada 5 stasiun berkisar antara
2,21 m – 6,00 m dapat dilihat pada (Gambar 11), dimana kedalaman terendah
berada di stasiun 5 yang merupakan stasiun yang berada di pulau longos timur
dan kedalaman yang tertinggi berada di stasiun 1yang berada di tanjung boleng.

7.00
6.00
6.00
KEDALAMAN (M)

5.00

4.00
3.00 3.00
3.00 2.50
2.21
2.00

1.00

0.00
1 2 3 4 5
stasiun

Gambar 11 Kedalaman Perstasiun Diperairan Kecamatan Boleng

j) Kekeruhan
Berdasarkan hasil pengukuran kekeruhan pada 5 stasiun berkisar antar 7,75
NTU-2,27NTU).dimana kekeruhan tertinggi terdapat pada stasiun 2 dan yang
terendh terdapat pada stasiun 1, dapat dilihat pada (Gambar12)
15

9.00
7.75
8.00
KEKERUHAN (NTU) 7.00
6.00 5.22
5.00
4.00
3.00 2.27 2.28 2.29
2.00
1.00
0.00
1 2 3 4 5
stasiun

Gambar 12 Konsentrasi Kekeruhan Diperairan Kecamatan Boleng


Perstasiun

Dari hasil pengamatan dan pengambilan data kekeruhan dari seluruh stasiun
di perairan Kecamatan boleng masuk dalam kriteria kesesuaian yaitu sesuai
untuk lokasi budidaya rumput luat E.cottonii.

3.1.4 Aspek social ekonomi


a) Pendapatan Nelayan
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 60 orang Nelayan rumput laut
dari 113 orang yang termasuk dalam kelompok budidaya rumput dikecamatan
boleng menunjukkan bahwa hasil pendapatan Nelayan untuk kisaran satu bulan
yaitu pendapatan terendah Rp 1.000.000 dan pendapatan tertinggi Rp 4.500.000
dengan rata-rata pendapatan Rp 2.000.000 – 3.000.000.dapat dilihat pada
(Gambar13)

Pendapatan
10%
22%

1 Juta
2-3 Juta
4-4,5 Juta

68%

Gambar 13 pendapatan nelayan rumput laut di kecamatan boleng


16

b) Tingkat Pendidikan Nelayan Rumput Laut Di Kecamatan Boleng

11, 18%

SD
14, 23% 35, 59%
SMP
SMA

Gambar 14 Tingkat Pendidikan Nelayan Di Kecamatan Boleng

Berdasarkan hasil wawancara tingkat pendidikan Nelayan rumput laut


dikecamatan boleng didapatkan bahwa hasil tingkatan tertinggi pada pendidikan
Sekolah Dasar (SD) dengan persentase 35,59%, kemudian tingkatan pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan persentase 14,23%, dan tingkatan
pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan persentase 11,18%.

c) Tingkat Umur Nelayan Rumput Laut Di Kecamatan Boleng

umur Nelayan
2, 3% 4, 7%

6, 10%
19-25
8, 13%
26-32
19, 32%
33-39
21, 35% 40-46
47-53
54-60

Gambar 15 Tingkat Umur Nelayan Rumput Laut Di Kecamatan Boleng

Berdasarkan hasil wawancara Tingkatan Umur Nelayan rumput laut


dikecamatan boleng dengan 60 responden di peroleh umur 19 -25 ada 4,7 %,
26-32 ada 19,32 %, 33-39 ada 21,35 %, 40-46 ada 8,13 %, 47-53 ada 6,10%,
54-60 ada 2,3%. Dari hasil persentase umur nelayan masih berada pada usia
17

produktif, dimana pada kelompok umur tersebut merupakan kelompok umur yang
potensial untuk bekerja bagi seorang tenaga kerja.

3.1.5 Produksi Rumput Laut

Data produksi R,laut per bulan thn 2021


12000.0
10260.0
10000.0 9050.0 9450.0
8600.0 8400.0
8000.0 6890.0 6670.0
5624.0
6000.0

4000.0

2000.0
0
-

Gambar 16 grafik data produksi rumput laut dikecamaan boleng

Berdasarkan hasil produksi tahun 2021 dikecamatan boleng yang


tertinggi ada pada bulan November dan terendah ada pada bulan april, hal ini
menunjukan bahwa produksi dikecamatan boleng meningkat naik. Musim
penanaman dan pasca panen pada setiap bulan berbeda beda sehingga dapat
kita lihat hasil produksi rumput laut tahun 2021 perbulan pada (Gambar 16)

3.2 PEMBAHASAN
3.2.1 Hubungan Parameter Fisika-kimia Perairan dengan Produksi Rumput
Laut
Hasil pengukuran parameter fisika-kimia pada bulan maret diperairan
kecamatan boleng sangat berpengharu terhadap pertumbuhan rumput laut
dimana parameter fisika kimia sangat dibutuhkan menjadi acuan atau kriteria
kesesuaian lahan untuk penanaman rumput laut jenis E. cottonii dapat dilihat
pada Tabel 1.Bulan maret merupakan bulan dimana para nelayan rumput laut
sedang menanam rumput lut atau baru memulai usaha mereka melalui
penanaman rumput laut sehingga pada bulan maret belum ada produksinya
tetapi kriteria parameter fisika-kimia sangat dibutuhkan untuk menentukan
lahan/area mana yang bisa digunakan untuk budidaya rumput laut jenis E.
cottonii .
Nilai skor hasil evaluasi parameter fisika kimia untuk stasiun 1 disetiap
pengulangan berada pada kisaran kriteria sesuai sampai untuk lokasi budidaya
rumput laut Eucheuma cottonii (Tabel 5). Untuk lokasi budidaya rumput laut jenis
Eucheuma cottonii pada stasiun 1 dimasukkan pada kategori sesuai, tetapi
terdapat 1 faktor pembatas yaitu gelombang yang masuk dalam kriteria tidak
18

sesuai ini dikarenakan gelombang pada stasiun 1 sangat rendah yaitu 0,05, hal
ini disebabkan pada stasiun 1 merupakan perairan yang tertutup yang
menyebabkan tidak adanya angin yang bertiup kencang untuk membentuk
gelombang, tetapi produksi pada stasiun 1 masih tetap stabil atau bias dikatakan
gelombang pada stasiun 1 tidak berpengaruh pada produksi rumput laut.
Parameter gelombang sangat berpengaruh terhadap budidaya rumput laut, baik
mengenai transportasi nutrien maupun kebersihan permukaan tanaman dari
substrat yang menempel.Ombak yang terlalu besar dapat menyebabkan
kekeruhan perairan sehingga dapat menghambat fotosintesis, selain itu ombak
yang besar dapat menyulitkan tanaman untuk menyerap nutrisi sehingga dapat
menghambat pertumbuhan menurut (Arianti et al.2007).
Nilai skor hasil evaluasi parameter fisika kimia untuk stasiun 2 dan 3 disetiap
pengulangan berada pada kisaran kriteria sesuai untuk lokasi budidaya rumput
laut Eucheuma cottonii (Tabel 5). Untuk lokasi budidaya rumput laut jenis
Eucheuma cottonii pada stasiun 2 dimasukkan pada kategori sesuai, tetapi
terdapat 1 faktor pembatas yaitu fosfat yang masuk pada kriteria tidak sesuai hal
ini dikarenakan fosfat yang tertinggi ada pada stasiun 2 dan3 yaitu 2,4 dan 1,2
menurut (Mala et al.2016) fosfat yang baik untuk kesesuian lahan berkisar antara
0,1 – 0,2 & 0,5 – 1, hal ini juga disebabkan karena stasiun 2 dan 3 berada dimuara
sungai sehingga mendapatkan pasokan fosfat yang tinggi dari sungai yang
membawa fosfat yang berasal dari limbah persawahan dan pertambakan. Maka
produksi rumput laut tidak ada sama sekali karena tingkat fosfat yang tinggi pada
stasiun 2 dan 3. Hal ini sangat berpengharu pada pertumbuhan hingga produksi
rumput laut. Pada tahun 2020 nelayan rumput laut pernah mengalami kerontokan
pada rumput laut yang mereka tanam hingga sekarag ini sehingga membuat
mereka sudah tidak lagi bertanam rumput laut pada stasiun 2 dan 3 yang berada
disekitar muara terang, Ucap’’ Pak Ruslan’’ salah satu nelayan rumput laut Ia
juga merupakan warga asli golo sepang kecamatan boleng.
Nilai skor hasil evaluasi parameter fisika kimia untuk stasiun 4 disetiap
pengulangan berada pada kisaran kriteria sesuai untuk lokasi budidaya rumput
laut Eucheuma cottonii (Tabel 5). Untuk lokasi budidaya rumput laut jenis
Eucheuma cottonii pada stasiun 4 dimasukkan pada kategori sesuai, Hal ini
dikarenakan beberapa parameter fisika kimia berada pada kategori sesuai yaitu
gelombang, kecepatan arus, DO, suhu, nitrat, salinitas, fospat, pH, kedalaman
dan kekeruhan berada pada kategori sesuai untuk lokasi budidaya rumput laut
jenis Eucheuma cottonii.produksi rumput laut yang ada di stasiun 4 termasuk baik
karena parameter fisika kimia nya baik, pertumbuhan hingga pasca penen juga
baik sehingga nelayan rumput laut dipulau longos barat atau distasiun 4 bisa
dikatan cukup sejahtera.
Nilai skor hasil evaluasi parameter fisika kimia untuk stasiun 5 disetiap
pengulangan berada pada kisaran kriteria sangat sesuai untuk lokasi budidaya
rumput laut Eucheuma cottonii (Tabel 5). Untuk lokasi budidaya rumput laut jenis
Eucheuma cottonii pada stasiun 5 dimasukkan pada kategori sesuai sampai
sangat sesuai, Hal ini dikarenakan beberapa parameter fisika kimia berada pada
kategori sesuai yaitu DO, nitrat, dan kekeruhan berada pada kategori sesuai
untuk lokasi budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottonii sedangkan
19

gelombang, kecepatan arus, suhu, salinitas, fospat, pH dan kedalaman berada


pada kategori sangat sesuai untuk lokasi budidaya rumput laut jenis Eucheuma
cottonii. Kecapatan arus juga merupakan salah factor sangat sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut.
Kecepatan arus berperan penting dalam perairan, misalnya pencampuran
massa air, pengangkutan unsur hara, transpotasi oksigen. Arus merupakan
faktor yang harus diutamakan dalam pemilihan lokasi budidaya rumput laut
karena arus akan mempengaruhi sedimentasi dalam perairan, yang pada
akhirnya mempengaruhi cahaya. Disamping itu arus berperan dalam
ketersediaan oksigen, ketika oksigen cukup dalam perairan maka rumput laut
dapat melakukan respirasi dengan baik secara optimal pada malam hari serta
Stasiun 5 yang memiliki tinggi gelombang yang tertinggi dibandingkan stasiun
lain, hal ini diduga stasiun 5 dipengarui oleh kecepatan angin yang sangat
kencang dikarenakan pulau longos timur sendiri keadaan perairannya sangat
terbuka .dapat dilihat pada Gambar 3. Produksi rumput laut pada stasiun 5
termasuk baik karena parameter fisika kimia nya baik, pertumbuhan hingga
pasca penen juga baik sehingga nelayan rumput laut dipulau longos timur atau
distasiun 5 bisa dikatan cukup sejahtera.

3.2.2 Hubungan produksi rumput laut dengan pendapatan nelayan


Hasil dari wawancara dan pengambilan data dengan petani rumput laut
sebanyak 60 orang dari 113 orang petani rumput laut berdasarkan kelompok
nelayan rumput laut yang terdftar didinas kabupaten manggarai barat, diperoleh
hasil analasis pendapatan, umur serta pendidikan yang berbeda-beda selama
kurun waktu kurang lebih 3 bulan . Dimana peningkatan dan penurunan harga
dipengaruhi oleh kenaikan dan penurunan harga yang tidak menetap dan faktor
musim yang mempengaruhi terjadinya peningkatan rumput laut. Semakin baik
lahan kesesuian untuk budidaya maka akan semakin tinggi produksi serta akan
semakin tinggi juga pendapatan nelayan rumput laut, jika lahan kesesuaian tidak
baik serta pertumbuhan tidak baik maka produksi aka menurun jika produksi
menurun maka pendapatan nelayan juga akan menurun (tidak sejahtera).
Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Masyarakat kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Dari
Undang–Undang di atas dapat kita cermati bahwa ukuran tingkat kesejahteraan
dapat dinilai dari kemampuan seorang individu atau kelompok dalam usahanya
memenuhi kebutuhan material dan spiritualnya. Kebutuhan material dapat kita
hubungkan dengan pendapatan yang nanti akan mewujudkan kebutuhan akan
pangan, sandang, papan dan kesehatan. Kemudian kebutuhan spiritual kita
hubungkan dengan pendidikan, kemudian keamanan dan ketentaraman hidup
(Undang-undang No 11 Tahun 2009).
Masyarakat nelayan merupakan bagian dari masyarakat yang tinggal di
wilayah pesisir. Wilayah pesisir diketahui memiliki karakteristik yang unik dan
memiliki keragaman potensi sumberdaya alam baik hayati maupun nonhayati
yang sangat tinggi. Potensi sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan oleh
20

penduduk yang tinggal di wilayah tersebut untuk mencapai kesejahteraan


(Muflikhati et al. 2010). Potensi sektor kelautan yang besar seharusnya mampu
memberi kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya
masyarakat nelayan dan dapat meningkatkan pembangunan yang merata.
Wilayah pesisir Kecamatan boleng mempunyai banyak potensi
sumberdaya.Dalam pandangan stakeholder masyarakat, sebagian besar
masyarakat pesisir Kecamatan boleng telah secara turun-temurun menjadikan
kegiatan perikanan sebagai mata pencaharian, Ditinjau dari aspek sosial,
keberadaan industri di daerah pesisir akan banyak menyerap tenaga kerja
sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Namun
terkadang pertumbuhan lapangan kerja tidak diikuti oleh peningkatan
kesejahteraan masyarakat setempat disebabkan tenaga kerja yang digunakan
berasal dari luar daerah.
Pendapatan kecamatan boleng terutama di Desa Pontianak atau biasa di
panggil Pulau Longos mayoritas penduduknya adalah muslim dan pekerjaannya
adalah nelayan dan diantaranya ada nelayan yang memiliki Keahlian akan Tetapi
tidak memiliki modal, sebaliknya pemodal tidak mempunyai skill untuk mengelola
modalnya maka keduanya melakukan kerja sama dengan menggabungkan
antara keahlian dengan modal yang dimiliki, yang kegiatannya adalah
penangkapan ikan dengan alat yang sudah disediakan oleh pemilik modal dan
kemudian hasil atau keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan di awal.
Pendapan merupakan hasil dari pekerjaan yang salama ini mereka kerjakan
salah satunya adalah menjual rumput laut mentah maupun kering sehingga
diperoleh hasil dari rumput laut tersebut.
Nelayan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
pola pikir dan tindakan seseorang. Tingkat pendidikan merupakan salah satu
aspek yang menentukan wawasan dan cara berfikir serta tingkat keterampilan
seseorang. Pendidikan seseorang dapat dilihat dari tingkat terkhir pendidikan.
Pendidikan yang rendah menjadi masyarakat nelayan cenderung bergantung
pada hasil laut (Ariska and Prayitno 2019). Pendidikan amatlah penting bagi
semua kalangan tak terkecuali anak–anak nelayan. Pentingnya pendidikan bagi
anak nelayan terletak pada kemampuan untuk meningkatkan kecerdasan anak,
serta menjadikan anak-anak mereka menjadi anak yang lebih maju dibidang ilmu
pengetahuan. Kesadaran masyarakat nelayan terhadap pendidikan anak di
masih rendah. Ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua yang sangat
minim sekali sehingga tidak pernah terpikirkan bagi mereka untuk
menyekolahkan anaknya sampai kejenjang yang lebih tinggi, dan karena orang
tua juga kurang memahami arti pentingnya pendidikan formal itu bagi anak, hal
ini dapat dibuktikan dari sikap orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan
bagi anak dengan membiarkan anaknya ikut bekerja dilaut padahal seharusnya
anak duduk dibangku sekolah bukan malah disibukkan untuk ikut bekerja
mencari uang.
Umur merupakan variabel bebas yang diasumsikan dapat mempengaruhi
tingkat kesejahteraan. Usia merupakan faktor penunjang dalam mencapai
keberhasilan dalam kegiatan usaha, umur yang masih produktif akan lebih cepat
dalam pengambilan keputusan terhadap inovasi baru (Suroyya, at.el 2017).
21

Umur nelayan turut mempengaruhi aktivitas usahanya. Nelayan yang berumur


masih muda Akan lebih tahan bekerja dibandingkan dengan nelayan yang sudah
tua, karena daya tahan tubuhnya yang sudah menurun (Tomasila, Syamsuddin,
and Polhaupessy 2020).Tingkatan Umur Nelayan yang ada di kecamatan boleng.

3.2.3 Peran Lembaga Dalam Pengembangan Rumput Laut


Peran Lembaga Dalam Pengembangan Rumput Laut, dalam hal ini masih
dipantau langsung oleh Dinas perikanan kabupaten manggarai barat dalam
menangani hal hal seperti penyuluhan perikanan pada setiap klompok nelayan,
mendanai beberapa usaha klompok perikanan yang ada dimanggarai barat,
mengarahkan klompok budiaya untuk tetap berusaha walapun terkadang
masyarakat sendiri hampir putus asa dalam budidaya rumput laut.
Peran pemerintah sebagai fasilitator yaitu menciptakan suatu kondisi
yang kondusif untuk pelaksanaan pembangunan dan menjembatangi segala
kepentingan masyarakat untuk mengoptimalkan pembangunan daerah. Secara
khusus disini pemerintah melakukan pelatihan, peningkatan keterampilan untuk
petani rumput laut, dan memberikan bantuan Dana atau pendanaan. Namun
masalah yang kemudian muncul yaitu masih kurangnya dukungan dari
pemerintahan Desa untuk memberdayakan masyarakat
Peran pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat adalah sebagai
regulator, adapun hal-hal yang dilaksanakan pemerintah sebagai regulator
seperti pembuatan peraturan terkait pengelolaan dan pemberdayaan petani
rumput laut, dan menyiapkan instrumen atau alat-alat prasarana oleh pemerintah
dalam melaksnakan tugas-tugasnya. Kenyataan yang terjadi yaitu masih belum
ada beberapa peraturan khusus tentang hal-hal yang mengatur pemberdayaan
petani rumput laut di Kabupaten manggarai barat, contohnya perahu yang
meraka gunakan masih milik sendiri atau dibiayai sendiri.
Peran pemerintah sebagai dinamisator seperti melakukan pengarahan
dengan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh petani rumput laut,
memberikan bimbingan, dan juga sebagai penggerak untuk meningkatkan
pemberdayaan petani rumput laut. Pemberian bimbingan dan pengarahan terkait
pengelolaan rumput laut masih belum efektif terbukti dengan masih kurangnya
pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan rumput laut di Kabupaten
manggarai barat.
22

4 SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
1. Jenis rumput laut yang ada dikecamatan boleng terdapat hanya dua jenis
yaitu Glacillaria dan E.cottonii
2. Berdasarkan tingkat kesesuaian perairan berdasarkan kondisi fisika-kimia
di kecamatan boleng pada stasiun 1-4 termasuk kriteria sesuai sedangkan
stasiun 5 sangat sesuai untuk budidaya rumput laut E.cottonii

3. Rata-rata pendapatan nelayan rumput dikecamatan boleng sebesar Rp


2.000.000 – 3.000.000 yang tertinggi Rp 4.500.000 dan yang terendah
senilai Rp 1.000.000.tingkat pendidikan Nelayan rumput laut dikecamatan
boleng didapatkan bahwa hasil tingkatan tertinggi pada pendidikan Sekolah
Dasar (SD) dengan persentase 35,59%, Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dengan persentase 14,23%, dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
dengan persentase 11,18%.umur nelayan yang tertinggi ada pada usia 33-
39, umur nelayan masih berada pada usia produktif, dimana pada
kelompok umur tersebut merupakan kelompok umur yang potensial untuk
bekerja bagi seorang tenaga kerja.

4. Hasil produksi tahun 2021 dikecamatan boleng yang tertinggi ada pada
bulan November dan terendah ada pada bulan April, hal ini menunjukan
bahwa produksi dikecamatan boleng meningkat naik.

5. Kurangnya fasilitator, regulator dan dinamisator dari pemerintah setempat

4.2 Saran
1. Nelayan rumput laut Di kecamatan boleng perlu Tingkankan lagi usaha
budidaya rumput laut sehingga dapat menghasilkan produksi yang baik,
sehingga pendapatan nelayan rumput laut juga bisa menjadi baik dari
sebelumnya

2. Program bantuan pemerintah untuk meningkatan nilai jual rumput laut


sangat diharapakan dalam upaya peningkatkan pendapatan petani rumput
laut, seperti pendampingan terhadap pengolahan rumput laut yang dapat
membantu meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat
pesisir.
3. Perlu melakukan penelitian kembali agar dapat melengkapi informasi
kesesuaian perairan untuk lokasi budidaya rumput laut Eucheuma cottonii
Diperairan kecamatan boleng
23

DAFTAR PUSTAKA

Anggadiredja Jana T, A. Zatnika, H. Purwoto Dan Sri Istini. 2011. Rumput Laut
(Pembudidayaan, Pengolahan, Dan Pemasaran Komoditas Perikanan
Potensial). Penebar Swadaya. Jakarta.
Indriani H Dan Suminarsih E. 2003. Budidaya, Pengolahan, Dan Pemasaran
Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kordi, M. Ghufran H. 2010. A To Z Budidaya Biota Akuatik Untuk Pangan, Kosmetik,
Dan Obat- Obatan. Andi Offset, Yogjakarta. 2011. Kiat Sukses
Budidaya Rumput Laut Di Laut Dan Tambak. Andi. Yogjakarta.
Siregar Syofian, 2012. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian: Dilengkapi Perhitungan
Manual Dan Aplikasi SPSS Versi 17. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Aslan. L.M. 2008. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius. Yogjakarta. 97
Hal.
Choi, T.S., Kang, E.J., Kim, J.H. & Kim, K.Y.,2010.Effect Of Salinity On Growth
And Nutrient Uptake Of Ulva Pertusa (Chlorophyta) From An Eelgrass
Bed. Algae, 25(1):17-26. DOI : 10.44 90/Algae.2010.25.1.017
Dhargalkar, V.K. 2004. Seaweeds: A Field Manual. National Institute Of
Ceanography. New Delhi.
Destalino. 2013. Budidaya Rumput Laut. Faktor Ekologi Yang Empengaruhi
Keberhasilan Budidaya. Penerbit Kanisius. Yogjakarta. 144 Hal
Asni, A. (2015). Analisis Poduksi Rumput Laut (Kappaphycus Alvarezii)
Berdasarkan Musim Dan Jarak Lokasi Budidaya Di Perairan Kabupaten
Bantaeng. Jurnal Akuatika Vol. VI No, 140, 153.
Gultom, R. C., Dirgayusaa, I. G. N. P., & Puspithaa, N. L. P. R. (2019). Perbandingan
Laju Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Dengan
Menggunakan Sistem Budidaya Ko-Kultur Dan Monokultur Di Perairan
Pantai Geger, Nusa Dua, Bali. JMRT, 2(1), 8-16.
Asaf, R., Makmur, M., & Suhaemi, R. A. (2014). Upaya Peningkatan Produktivitas
Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii Dengan Mengetahui Faktor
Pengelolaan Di Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi
Tenggara. Jurnal Riset Akuakultur, 9(3), 463-473.
Radiarta, I. N., & Erlania, E. (2015). Indeks Kualitas Air Dan Sebaran Nutrien Sekitar
Budidaya Laut Terintegrasi Di Perairan Teluk Ekas, Nusa Tenggara
Barat: Aspek Penting Budidaya Rumput Laut. Jurnal Riset
Akuakultur, 10(1), 141-152.
Wahyudin, Y., & Pi, S. (2007). Nilai Ekonomi Sumberdaya Rumput Laut Alam Di
Pesisir Ujung Kulon Banten. SSRN Electronic Journal, 9, 2007.
Ramadhan, A., Lindawati, L., & Kurniasari, N. (2017). Nilai Ekonomi Ekosistem
Terumbu Karang Di Kabupaten Wakatobi. Jurnal Sosial Ekonomi
Kelautan Dan Perikanan, 11(2), 133-146.
Tapotubun, A. M. (2018). Komposisi Kimia Rumput Laut (Caulerpa Lentillifera) Dari
Perairan Kei Maluku Dengan Metode Pengeringan Berbeda. Jurnal
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 21(1), 13-23.
Priono, B. (2016). Budidaya Rumput Laut Dalam Upaya Peningkatan Industrialisasi
Perikanan. Media Akuakultur, 8(1), 1-8.
24

Sinulingga, M., & Darmanti, S. (2007). Kemampuan Mengikat Air Oleh Tanah
Pasir Yang Diperlakukan Dengan Tepung Rumput Laut Gracilaria
Verrucosa. Anatomi Fisiologi, 15(2), 32-38.
Suparmi, S., & Sahri, A. (2009). Mengenal Potensi Rumput Laut: Kajian
Pemanfaatan Sumber Daya Rumput Laut Dari Aspek Industri Dan
Kesehatan. Majalah Ilmiah Sultan Agung, 44(118), 95-116.
Wulanningrum, R., & Rachmad, A. (2012). Pengenalan Rumput Laut Menggunakan
Euclidean Distance Berbasis Ekstraksi Fitur. In Seminar Nasional Aplikasi
Teknologi Informasi (SNATI).
Kasanah, N. (2019). Rumput Laut Indonesia: Keanekaragaman Rumput Laut Di
Gunung Kidul Yogyakarta. UGM PRESS..
Radiarta, I. N., Saputra, A., & Albasri, H. (2012). Pemetaan Kelayakan Lahan
Budidaya
Rumput Laut (Kappaphycus Alvarezii) Di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan
Riau Dengan Pendekatan Sistem Informasi Geografis Dan Penginderaan
Jauh. Jurnal Riset Akuakultur, 7(1), 145-157.
Aslan. L.M. 2008. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius. Yogjakarta. 97 Hal.
Campbell, N.A., Reece, J.B.& Urry, L.A. 2008. Biology, Eighth Edition. San
Francisco, Pearson Benjamin Cummings.
Aslan. L.M. 2008. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius. Yogjakarta. 97
Hal.Campbell, N.A., Reece, J.B.& Urry, L.A. 2008. Biology, Eighth Edition.
San Francisco,Pearson Benjamin Cummings.
Wibowo, E., Ario, R., Suryono, S., Taufiq, N., & Destalino, D. Struktur Komunitas
Rumput Laut Di Perairan Pasir Panjang Desa Olibuukabupaten Boalemo,
Gorontalo Buletin Oseanografi Marina, 7(1), 59-66.
Asaf, R., Suhaemi, R. A., & Rachmansyah, R. (2017, March). Upaya Peningkatan
Produktivitas Rumput Laut, Kappaphycus Alvarezii Dengan Mengetahui
Faktor Pengelolaan Di Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi
Tenggara. In Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur (Vol. 1, No.
1, Pp. 1025-1035).
Bengen, DG. 2004. Sinopsis Ekosistem Dan Sumber Daya Alam Pesisir Dan Laut
Serta Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir Dan
Lautan. Institut Pertanian Bogor.
Cahya Ningsih, Ni Made, Indrajaya, I Gusti Bagus. 2015. Pengaruh Modal Dan
Tingkat Upah Terhadap Nilai Produksi Serta Penyerapan Tenaga Kerja
Pada Industri Kerajinan Perak. Jurnal Ekonomi Pembangunan
Universitas Udayana. 4(3). Pp. 139 - 219).
Antari, N. K. N., & Utama, M. S. (2019). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Petani Rumput Laut. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan
Universitas Udayana, 8(1), 179-210.
Firman, H. (2019). Faktor–Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani
Rumput Laut Di Desa Tirowali Kecamatan Ponrang. Jurnal Ekonomi
Pembangunan STIE Muhammadiyah Palopo, 5(1), 14-22.
Yusri R, M. (2016). Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Peningkatan
Pendapatan Petani Rumput Laut Di Desa Laikang Kecamatan
25

Mangarabombang Kabupaten Takalar (Doctoral Dissertation, Universitas


Islam Negeri Alauddin Makassar).
Irayanti, I. (2020). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan
Petani Rumput Laut (Studi Kasus Di Desa Labuan Kertasari Kecamatan
Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat) (Doctoral Dissertation,
Universitas_Muhammadiyah_Mataram).
Madji, S., Engka, D. S., & Sumual, J. I. (2019). Analisis Faktor–Faktor Yang
Mempengaruhi Pendapatan Petani Rumput Laut Di Desa Nain Kecamatan
Wori Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Emba: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 7(3).
Kusrina, R. 2011. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kerupuk Perusahan Kerupuk
Cap Dua Gajah, Indramayu Jawa Barat. Skripsi Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomindan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nurmalina, R., T. Sarianti Dan A. Karyadi. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor:
Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. Institut Pertanian
Bogor.
Simatupang, P. 1994. Peranan Strategi Industri Kecil Dalam PJPT II Jakarta. LP-UKI.
Jakarta.
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. 174
Hal.
Suparmoko, M. 1997. Ekonomi Sumber Daya Alam Lingkungan (Suatu Pendekatan
Teoritis). Edisi 4. Badan Penerbit FE-UGM. Yogyakarta. 396 Hal.
Priono, B. (2016). Budidaya Rumput Laut Dalam Upaya Peningkatan Industrialisasi
Perikanan. Media Akuakultur, 8(1), 1-8.
Akrim, D. 2006. Perkembangan Industri Rumput Laut Di Indonesia. Diseminasi
Teknologi Dan Temu Bisnis Rumput Laut. Badan Riset Kelautan Dan
Perikanan. Makasar, 1 September 2006.
Anggadiredja, J.T., Zatnika, A., Purwoto, H., & Istini, S. 2008. Rumput Laut,
Pembudidayaan, Pengolahan, Dan Pemasaran Komoditas Perikanan
Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta, 147 Hlm.
Anggadiredja, J.T. 2007. Prospek Pasar Rumput Laut Indonesia Di Pasar Global.
Makalah Disampaikan Pada Lokakarya Implementasi Program Berkelanjutan
Sulawesi Selatan Menuju Sentra Rumput Laut Dunia. Makasar, 7 Mei 2007.
Anonim. 2004. Strategi Pengembangan Potensi Rumput Laut Nasional Untuk
Mendukung Usaha Pembudidayaan Dan Pengolahan Hasil Rumput Laut.
Makalah Disampaikan Pada Forum Rumput Laut Nasional. Mataram-NTB, 29
Juni—1 Juli 2004. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.
Anonim. 2012. Pengembangan Rumput Laut Di Sulawesi Dan Sumbawa. Paket
Kebijakan Industrialisasi Kelautan Dan Perikanan Skala UMKM. Kementerian
Kelautan Dan Perikanan.
Angreni, F., Litaay, M., Priosambodo, D., & Moka, W. (2017). Struktur Komunitas
Echinodermata Di Padang Lamun Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar
Sulawesi Selatan. Bioma: Jurnal Biologi Makassar, 2(1), 46-55.
Astiti, K. A., & Parera, L. M. (2020). Pemanfaatan Sumber Daya Rumput Laut Menjadi
Nata De Seaweed. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri), 4(6), 1167-1175.
26

Sahri, A. (2022). Mengenal Potensi Rumput Laut: Kajian Pemanfaatan Sumber


Daya Rumput Laut Dari Aspek Industri Dan Kesehatan. Majalah Ilmiah
Sultan Agung, 44(118), 95-116.
Jamilah, J. (2013). Analisis Kesesuaian Lahan Dan Daya Dukung Lingkungan Untuk
Budidaya Rumput Laut Di Perairan Baubau. Biosel: Biology Science And
Education, 2(1), 63-69.
Sujana, I. W., Al Zarliani, W. O., & Hastuti, H. (2020). Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Pesisir Melalui Pengolahan Rumput Laut. Jurnal Pengabdian
Pada Masyarakat Membangun Negeri, 4(1), 24-33.
Setiawan, A., & Ruslan, M. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Melalui
Pengolahan Rumput Laut Di Desa Tasiwalie Kecamatan Suppa Kabupaten
Pinrang. In Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat (Vol. 1, No. 2).
Imam, “Studi Tentang Pemberdayaan Masyarakat Petani Rumput Laut Di Kelurahan
Pantai Amal Kecamatan Tarakan Timur Kota Tarakan”. E Journal Ilmu
Pemerintahan, 4(1), 2016 : 64-77 ISSN-2458.
Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara Karang
dan Teluk Banten. Dalam : D.P. Praseno, R. Rositasari dan S.H. Riyono
(editor), Foraminifera Sebagai Bioindikator Pencemaran,Hasil Studi di
Perairan Estuarin Sungai Dadap, Tangerang. P3O – LIPI. Jakarta.
Syamsiah. 2007. Studi Fisika-Kimia Oseanografi Perairan Tonyaman Kabupaten
Polewali Mandar Untuk kesesuaian Lahan Budidaya Rumput Laut
Kappaphycus alvarezii. [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Sheehan, J., T. Dunahay, J. Benemann, and P. Roessler. 1998. A look Back at The U.S.
Departmentof Energy’s Aquatic Species Program : Biodiesel from Algae.
Colorado.USA.
Sidjabat, M. M., 1976. Pengantar Oseanografi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sni Bidang Pekerjaan Umum Mengenai Kualitas Air Edisi 1990 Sk Sni M – 49-1990 03.
Departemen Pekerjaan Umum. Sulisetijono, 2009. Bahan Serahan Alga.
Penerbit Uin Press. Malang.
Sulistijo. 1996. Perkembangan Budidaya Rumput Laut di Indonesia. Dalam: Pengenalan
Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanologi, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia. Jakarta.
Wardjan, Y. 2005. Seleksi Lokasi dan Estimasi Daya Dukung Lingkungan Perairan Untuk
Budidaya Ikan Kerapu dalam keramba jaring apung di Kab. Barru. [Tesis].
Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
Wardoyo, S.T. 1975. Kriteria Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Dapertemen
Tata Produksi Perikanan. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor
Winarno, F.G. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta.
Utojo, Malik. A. T., Hasnawi. 2007. Pemetaan Kelayakan Lahan Untuk Pengembangan
Budidaya Rumput Laut Di Teluk Sopura, Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi
Tenggara. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Torani. Makassar.
Utojo, Mansyur A., Pirzan A.M. Tarunamulia dan Pantjara B. 2004. Identifikasi kelayakan
lokasi lahan budidaya laut di perairan Teluk Saleh, Kabupaten Dompu Nusa
Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 10(5) : 1-18.
27

Atmadja, W.S. 1996. Pengenalan Jenis Algae Merah. Dalam: Pengenalan JenisJenis
Rumput Laut Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi,
Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia. Jakarta.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut; Aset Pembangunan Berkelanjutan.
Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. 2005. Profil rumput laut di Indonesia. Direktorat
Pembudidayaan Departemen Kelautan dan Perikanan.
Doty, M.S. 1985. Eucheuma alvarezii sp.nov (Gigartinales, Rhodophyta) from Malaysia.
In: Abbot I.A. and J.N. Norris (editors). Taxonomy of Economic Seaweeds.
California Sea Grant College Program. p 37 - 45.
Doty, M.S. 1986. Biotechnological and Economic Approaches to Industrial
Development Based on Marine Algae in Indonesia. Workshop on Marine
Algae Biotechnology. Summary Report.: National Academic Press.
Washington DC. p 31-34.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumberdaya Hayati
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta
Ghufran, M.H.K.K. 2010. A to Z Budidaya Biota Akuatik untuk Pangan, Kosmetik,
dan Obat-obatan. Lily Publisher. Yogyakarta.
Hutabarat, S dan S.M. Evans. 2008. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Hutagalung H. P. dan A. Rozak. 1997. Penentuan kadar Nitrat. Metode Analisis Air
Laut, Sedimen, dan Biota. H. P Hutagalung, D. Setiapermana dan S. H.
Riyono (Editor). Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. LIPI.
Jakarta.
Indriani, H. dan E. Sumiarsih. 1991. Budidaya, Pengelolaan dan Pemasaran
Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta.
KLH. 1988. Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup . Pedoman
Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup, Jakarta.
Kramer, K.J.M., U.H. Brockmann and R.M. Warwick. 1994. Tidal Estuaries: Manual
of sampling and Analytical Procedures. A.A. Balkema. Rotterdam.
28

LAMPIRAN

1. Lampiran dokumentasi kegiatan

Laporan di Dinas Prikanan Kabupaten manggarai barat

2.Wawancara dengan Nelayan rumput laut


29
30

3. Pengambilan Sampel air untuk mengukur daya dukung perairan untuk


budidaya rumput laut
31
32
33
34
35
36

4. Lampiran data mentah kualitas perairan kecamatan boleng


data sampel stasiun ke- 1

SALI KED
pengula Titik GELOM KEC. KEKER
DO NITA SUHU NITRAT FOSFAT pH ALA
ngan ke sampling BANG ARUS UHAN
S MAN

1 0 0,2 6 31 31 0,82 0,43 7,56 6 2,34


2 0 0,2 6 31 31 0,82 0,47 7,58 6 2,29
1 3 0 0,2 6 32 31 0,79 0,43 7,61 6 2,27
4 0 0,2 6 30 31,1 0,78 0,45 7,54 6 2,27
5 0 0,2 6 32 31 0,81 0,51 7,65 6 2,25
1 0,1 0,2 5 30 30 0,79 0,47 7,63 6 2,25
2 0,1 0,1 5 30 30 0,81 0,44 7,59 6 2,23
2 3 0,1 0,1 5 31 30 0,81 0,5 7,77 6 2,21
4 0,1 0,1 6 31 31 0,79 0,47 7,68 6 2,27
5 0,1 0,2 5 31 30 0,81 0,43 7,81 6 2,34
1 0 0,2 6 31 30 0,81 0,43 7,63 6 2,29
2 0 0,2 6 31 30 0,79 0,45 7,59 6 2,27
3 3 0 0,2 6 32 30 0,78 0,51 7,77 6 2,27
4 0 0,2 6 30 31 0,81 0,47 7,68 6 2,25
5 0 0,1 6 32 31,1 0,79 0,44 7,81 6 2,29
1 0 0,2 5 32 31 0,81 0,5 7,56 6 2,27
2 0 0,1 5 31 30 0,81 0,44 7,58 6 2,27
4 3 0 0,1 6 31 30 0,79 0,5 7,61 6 2,25
4 0 0,1 6 30 30 0,81 0,47 7,54 6 2,25
5 0 0,2 6 31 31 0,81 0,43 7,65 6 2,23
1 0,1 0,2 5 31 30 0,79 0,43 7,63 6 2,29
2 0,1 0,2 6 31 30 0,78 0,47 7,59 6 2,27
5 3 0,1 0,2 5 32 30 0,81 0,43 7,77 6 2,27
4 0,1 0,2 6 30 30 0,79 0,45 7,68 6 2,25
5 0,1 0,1 5 32 31 0,81 0,51 7,81 6 2,29
1 0 0,2 6 30 31,1 0,81 0,44 7,56 6 2,27
2 0 0,2 6 31 31 0,79 0,5 7,58 6 2,27
6 3 0 0,2 6 30 30 0,81 0,47 7,61 6 2,25
4 0 0,2 5 30 30 0,81 0,43 7,54 6 2,25
5 0 0,2 6 30 30 0,79 0,43 7,65 6 2,23
1 0,1 0,2 5 31 31 0,78 0,47 7,63 6 2,29
2 0,1 0,2 5 31 30 0,81 0,43 7,63 6 2,27
7 3 0,1 0,2 6 32 30 0,79 0,45 7,59 6 2,27
4 0,1 0,2 6 30 30 0,81 0,51 7,77 6 2,25
5 0,1 0,1 6 32 30 0,81 0,47 7,68 6 2,29
1 0,1 0,2 6 30 31 0,81 0,44 7,65 6 2,27
8
2 0,1 0,2 5 30 31,1 0,79 0,5 7,63 6 2,27
37

3 0,1 0,2 5 31 31 0,81 0,47 7,59 6 2,25


4 0,1 0,2 6 31 30 0,81 0,43 7,77 6 2,25
5 0,1 0,2 5 31 30 0,81 0,43 7,68 6 2,25
1 0 0,2 6 31 30 0,81 0,45 7,81 6 2,23
2 0 0,1 6 31 31 0,79 0,51 7,63 6 2,29
9 3 0 0,1 6 32 30 0,81 0,47 7,59 6 2,27
4 0 0,1 6 30 30 0,81 0,44 7,77 6 2,27
5 0 0,2 6 32 30 0,79 0,5 7,59 6 2,25
1 0,1 0,2 6 31 30 0,81 0,47 7,77 6 2,27
2 0,1 0,2 6 31 31 0,81 0,44 7,68 6 2,27
10 3 0,1 0,2 5 32 31,1 0,79 0,5 7,65 6 2,25
4 0,1 0,2 5 30 31 0,81 0,47 7,63 6 2,25
5 0,1 0,1 5 32 30 0,81 0,43 7,59 6 2,25
1 0 0,2 5 31 30 0,78 0,43 7,81 6 2,34
2 0 0,1 6 31 30 0,81 0,45 7,63 6 2,29
11 3 0 0,1 6 32 31 0,79 0,51 7,59 6 2,27
4 0 0,1 6 30 30 0,81 0,47 7,77 6 2,27
5 0 0,2 6 32 30 0,79 0,44 7,59 6 2,25
rata - rata 0,05 0,17 5,7 31,0 30,4 0,80 0,46 7,65 6 2,27
data sampel stasiun ke-
2

SALI KED
pengula Titik GELOM KEC. KEKER
DO NITA SUHU NITRAT FOSFAT pH ALA
ngan ke sampling BANG ARUS UHAN
S MAN

1 0,1 0,15 4,3 30 26 3,01 2,24 7,65 3 7,75


2 0,1 0,15 4 29 26 2,99 2,27 7,67 3 7,67
1 3 0,1 0,15 4 32 26 2,99 2,29 7,61 3 7,86
4 0,1 0,15 4,23 24 28 2,97 2,24 7,52 3 7,65
5 0,1 0,15 4 10 28 2,94 2,23 7,56 3 7,84
1 0,15 0,13 4 30 26 2,95 2,47 7,63 3 7,75
2 0,15 0,13 4,2 29 26 2,81 2,44 7,59 3 7,67
2 3 0,15 0,14 4 32 26 2,81 2,5 7,65 3 7,86
4 0,15 0,15 4,3 24 28 2,79 2,47 7,67 3 7,65
5 0,15 0,13 4,3 10 28 3,01 2,43 7,61 3 7,84
1 0,13 0,12 4,6 30 26 2,99 2,43 7,52 3 7,75
2 0,13 0,15 4,5 29 26 2,99 2,45 7,56 3 7,67
3 3 0,13 0,14 4,3 32 26 2,97 2,51 7,77 3 7,86
4 0,13 0,13 4 24 28 2,94 2,47 7,68 3 7,65
5 0,13 0,14 4 10 28 2,79 2,44 7,65 3 7,84
1 0,19 0,14 4 30 31 2,81 2,5 7,67 3 7,75
4 2 0,19 0,13 4 29 30 2,81 2,44 7,61 3 7,67
3 0,2 0,14 4,3 32 30 3,01 2,5 7,52 3 7,86
38

4 0,2 0,13 4,2 24 30 2,99 2,47 7,56 3 7,65


5 0,2 0,14 4,2 10 31 2,99 2,43 7,65 3 7,84
1 0,35 0,15 4 30 30 2,97 2,43 7,63 3 7,75
2 0,37 0,15 4 29 26 2,94 2,47 7,59 3 7,67
5 3 0,34 0,13 4 32 26 2,81 2,43 7,77 3 7,86
4 0,34 0,13 4 24 26 2,79 2,45 7,68 3 7,65
5 0,35 0,14 4,18 10 28 2,81 2,51 7,81 3 7,84
1 0,1 0,15 4,9 30 28 2,81 2,24 7,65 3 7,75
2 0,1 0,13 4,3 29 31 2,79 2,27 7,67 3 7,67
6 3 0,1 0,12 4,9 32 30 2,81 2,29 7,61 3 7,86
4 0,1 0,15 4 24 30 3,01 2,24 7,52 3 7,65
5 0,15 0,14 4 10 30 2,99 2,23 7,56 3 7,84
1 0,15 0,13 4 30 31 2,99 2,47 7,63 3 7,75
2 0,15 0,14 4 29 30 2,97 2,44 7,63 3 7,67
7 3 0,15 0,14 4,3 32 30 2,94 2,5 7,59 3 7,86
4 0,15 0,13 4 24 30 2,95 2,47 7,77 3 7,65
5 0,13 0,14 4 10 30 2,81 2,43 7,65 3 7,84
1 0,15 0,13 4,23 30 26 2,81 2,43 7,67 3 7,75
2 0,15 0,15 4 29 26 2,79 2,45 7,61 3 7,67
8 3 0,13 0,14 4 32 26 3,01 2,51 7,52 3 7,86
4 0,13 0,13 4,2 24 28 2,99 2,47 7,56 3 7,65
5 0,13 0,14 4 10 28 2,97 2,44 7,68 3 7,84
1 0,13 0,14 4,3 30 26 2,94 2,5 7,81 3 7,75
2 0,13 0,13 4,3 29 26 2,81 2,44 7,63 3 7,67
9 3 0,19 0,14 4,6 32 26 2,79 2,5 7,61 3 7,86
4 0,15 0,13 4 24 28 2,81 2,47 7,52 3 7,65
5 0,15 0,14 4 10 28 2,81 2,43 7,56 3 7,84
1 0,15 0,15 4 30 26 2,79 2,43 7,68 3 7,75
2 0,15 0,15 4 29 26 2,81 2,47 7,81 3 7,67
10 3 0,13 0,13 4,3 32 26 3,01 2,43 7,67 3 7,86
4 0,15 0,13 4 24 28 2,99 2,45 7,61 3 7,65
5 0,15 0,14 4 10 28 2,99 2,51 7,61 3 7,84
1 0,13 0,15 4,23 30 26 2,97 2,47 7,52 3 7,75
2 0,13 0,13 4 29 26 2,94 2,44 7,56 3 7,67
11 3 0,13 0,12 4 32 26 2,81 2,5 7,68 3 7,86
4 0,19 0,15 4,2 24 28 2,79 2,47 7,81 3 7,65
5 0,15 0,13 4 10 28 2,81 2,43 7,59 3 7,84
rata - rata 0,16 0,14 4,15 25 27,75 2,90 2,42 7,63 3 7,75
data sampel stasiun ke-
3
SALI KED
pengula Titik GELOM KEC. KEKER
DO NITA SUHU NITRAT FOSFAT pH ALA
ngan ke sampling BANG ARUS UHAN
S MAN
39

1 0,12 0,15 5 30 31 3,01 1,21 7,56 3 5,23


2 0,11 0,15 5 30 31 2,99 1,23 7,58 3 5,21
1 3 0,1 0,15 5 30 31 2,99 1,21 7,61 3 5,18
4 0,1 0,15 5 27 28 2,97 1,21 7,54 3 5,17
5 0,1 0,15 5 16 31 2,94 1,2 7,65 3 5,14
1 0,12 0,13 5 30 26 2,19 1,19 7,65 3 5,29
2 0,11 0,13 5 30 26 2,2 1,27 7,67 3 5,23
2 3 0,1 0,13 5 30 26 1,98 1,23 7,61 3 5,32
4 0,1 0,13 5 27 28 2,02 1,21 7,52 3 5,21
5 0,1 0,13 5 16 28 1,99 1,2 7,56 3 5,22
1 0,12 0,15 5 30 29 3,01 1,26 7,43 3 5,23
2 0,11 0,15 5 30 31 2,99 1,26 7,39 3 5,21
3 3 0,1 0,15 5 30 31 2,99 1,21 7,61 3 5,18
4 0,1 0,13 5 27 29 2,97 1,23 7,56 3 5,17
5 0,1 0,13 5 16 31 2,94 1,21 7,65 3 5,14
1 0,12 0,19 5 30 31 2,19 1,21 7,86 3 5,17
2 0,11 0,19 5 30 31 2,2 1,2 7,69 3 5,14
4 3 0,1 0,2 5 30 31 1,98 1,19 7,67 3 5,29
4 0,1 0,2 5 27 31 2,02 1,27 7,68 3 5,23
5 0,1 0,2 5 16 29 1,99 1,23 7,56 3 5,32
1 0,12 0,18 5 30 31 2,2 1,21 7,56 3 5,21
2 0,11 0,17 5 30 31 1,98 1,2 7,58 3 5,22
5 3 0,1 0,18 5 30 30 2,02 1,26 7,61 3 5,23
4 0,1 0,18 5 27 29 1,99 1,26 7,54 3 5,21
5 0,1 0,19 5 16 29 3,01 1,19 7,66 3 5,18
1 0,12 0,2 5 30 29 2,99 1,27 7,56 3 5,17
2 0,11 0,2 5 30 31 2,99 1,23 7,58 3 5,23
6 3 0,1 0,15 5 30 30 2,97 1,21 7,61 3 5,21
4 0,1 0,15 5 27 30 2,02 1,21 7,54 3 5,18
5 0,1 0,15 5 16 30 1,99 1,23 7,65 3 5,17
1 0,12 0,15 5 30 31 3,01 1,21 7,65 3 5,14
2 0,11 0,15 5 30 30 2,99 1,21 7,67 3 5,29
7 3 0,1 0,13 5 30 30 2,99 1,2 7,61 3 5,23
4 0,1 0,13 5 27 30 2,97 1,19 7,52 3 5,32
5 0,1 0,13 5 16 30 2,94 1,27 7,56 3 5,21
1 0,12 0,13 5 30 31 2,19 1,23 7,43 3 5,22
2 0,11 0,13 5 30 31 2,2 1,21 7,39 3 5,23
8 3 0,1 0,15 5 30 31 1,98 1,2 7,61 3 5,21
4 0,1 0,15 5 27 30 2,02 1,26 7,56 3 5,18
5 0,1 0,15 5 16 30 1,99 1,26 7,65 3 5,17
9 1 0,12 0,13 5 30 30 2,2 1,19 7,86 3 5,14
40

2 0,11 0,13 5 30 31 1,98 1,27 7,69 3 5,29


3 0,1 0,19 5 30 30 2,02 1,23 7,67 3 5,23
4 0,1 0,19 5 27 30 1,99 1,21 7,68 3 5,32
5 0,1 0,2 5 16 30 3,01 1,21 7,56 3 5,21
1 0,12 0,2 5 30 30 2,99 1,23 7,56 3 5,22
2 0,11 0,2 5 30 31 2,99 1,21 7,58 3 5,23
10 3 0,1 0,18 5 30 31 2,97 1,21 7,61 3 5,17
4 0,1 0,17 5 27 31 2,99 1,2 7,54 3 5,14
5 0,1 0,18 5 16 30 2,99 1,19 7,66 3 5,29
1 0,12 0,18 5 30 30 2,97 1,27 7,43 3 5,23
2 0,11 0,19 5 30 30 2,94 1,23 7,39 3 5,32
11 3 0,1 0,2 5 30 31 2,19 1,21 7,61 3 5,21
4 0,1 0,2 5 27 30 2,2 1,2 7,56 3 5,22
5 0,1 0,18 5 16 30 1,98 1,26 7,65 3 5,23
26,6
rata - rata 0,11 0,16 5 0 30,0 2,52 1,22 7,59 3 5,22
data sampel stasiun ke-
4

SALI KED
pengula Titik GELOM KEC. KEKER
DO NITA SUHU NITRAT FOSFAT pH ALA
ngan ke sampling BANG ARUS UHAN
S MAN

1 0,16 0,19 6 32 31 0,79 0,4 7,86 3 2,31


2 0,2 0,19 6 31 31 0,8 0,39 7,69 3 2,31
1 3 0,17 0,2 6 31 31 0,92 0,42 7,67 3 2,28
4 0,14 0,2 6 30 31 0,92 0,43 7,68 3 2,29
5 0,14 0,2 6 31 29 0,89 0,42 7,56 2,5 2,26
1 0,15 0,18 5 30 30 0,79 0,47 7,63 2,3 2,28
2 0,15 0,17 5 30 30 0,81 0,44 7,59 2,3 2,28
2 3 0,17 0,18 5 31 31 0,81 0,4 7,86 2,3 2,3
4 0,14 0,18 6 31 31 0,79 0,39 7,69 2,3 2,29
5 0,14 0,19 5 31 31 0,8 0,42 7,67 2,4 2,3
1 0,15 0,2 6 32 31 0,92 0,43 7,68 2 2,29
2 0,15 0,2 6 31 28 0,92 0,42 7,56 2 2,27
3 3 0,14 0,2 6 31 30 0,89 0,51 7,77 2 2,27
4 0,15 0,18 6 30 31 0,81 0,47 7,68 2,1 2,25
5 0,15 0,17 6 31 28 0,79 0,43 7,81 2,3 2,29
1 0,17 0,19 5 32 31 0,81 0,42 7,56 2,3 2,31
2 0,14 0,19 6 31 30 0,81 0,47 7,58 2,4 2,31
4 3 0,17 0,2 6 31 30 0,79 0,44 7,86 2 2,28
4 0,14 0,2 6 30 31 0,8 0,4 7,69 2 2,29
5 0,14 0,2 5 31 31 0,92 0,43 7,67 2 2,26
5 1 0,15 0,2 5 31 31 0,92 0,43 7,68 3 2,28
41

2 0,15 0,2 6 31 31 0,89 0,47 7,56 3 2,28


3 0,14 0,2 5 30 27 0,81 0,43 7,77 3 2,3
4 0,16 0,18 6 31 30 0,79 0,45 7,68 3 2,29
5 0,2 0,17 5 30 31 0,81 0,51 7,81 2,5 2,3
1 0,17 0,18 6 30 28 0,81 0,43 7,56 2,3 2,27
2 0,14 0,17 6 31 31 0,79 0,42 7,58 2,3 2,27
6 3 0,14 0,18 6 30 31 0,79 0,47 7,61 2,3 2,25
4 0,15 0,18 5 30 31 0,8 0,44 7,54 2,3 2,25
5 0,15 0,19 5 30 31 0,92 0,4 7,86 2,4 2,23
1 0,17 0,2 5 31 31 0,92 0,47 7,69 2 2,29
2 0,14 0,2 5 31 28 0,89 0,43 7,67 3 2,27
7 3 0,14 0,2 6 31 30 0,79 0,45 7,68 3 2,27
4 0,14 0,18 6 31 30 0,81 0,51 7,56 3 2,25
5 0,17 0,17 6 30 30 0,81 0,47 7,68 3 2,3
1 0,14 0,19 6 31 31 0,81 0,44 7,65 2,5 2,29
2 0,14 0,19 6 30 28 0,79 0,5 7,63 2,3 2,27
8 3 0,15 0,2 5 30 31 0,81 0,43 7,59 2,3 2,27
4 0,15 0,2 5 31 30 0,81 0,42 7,77 2,3 2,25
5 0,18 0,2 5 31 30 0,79 0,47 7,86 2,3 2,29
1 0,16 0,18 6 31 30 0,8 0,44 7,69 2,4 2,31
2 0,2 0,17 6 31 31 0,92 0,4 7,67 2 2,31
9 3 0,17 0,18 6 32 31 0,92 0,47 7,68 3 2,28
4 0,14 0,18 6 30 31 0,89 0,44 7,56 3 2,29
5 0,14 0,19 6 32 31 0,79 0,5 7,59 3 2,26
1 0,15 0,2 6 31 31 0,81 0,47 7,77 3 2,28
2 0,15 0,2 6 31 29 0,81 0,44 7,68 2,5 2,28
10 3 0,17 0,2 6 30 28 0,79 0,43 7,65 2,3 2,3
4 0,14 0,18 6 31 31 0,81 0,42 7,86 2,3 2,29
5 0,14 0,17 5 30 31 0,81 0,47 7,69 2,3 2,3
1 0,14 0,19 5 30 31 0,78 0,44 7,67 2,3 2,34
2 0,17 0,19 6 31 31 0,79 0,4 7,68 2,4 2,29
11 3 0,14 0,2 6 32 31 0,8 0,51 7,56 2 2,27
4 0,14 0,2 6 30 31,1 0,92 0,47 7,77 3,1 2,27
5 0,15 0,2 6 32 30 0,92 0,44 7,59 3 2,25
30,7
rata - rata 0,15 0,19 5,67 8 30,3 0,83 0,44 7,68 2,50 2,28
data sampel stasiun ke-
5

SALI KED
pengula Titik GELOM KEC. KEKER
DO NITA SUHU NITRAT FOSFAT pH ALA
ngan ke sampling BANG ARUS UHAN
S MAN

1 1 0,29 0,35 6 32 28 0,89 0,4 7,86 2,3 2,26


42

2 0,3 0,37 6 31 31 0,88 0,39 7,69 2,4 2,28


3 0,28 0,34 6 31 31 0,89 0,42 7,56 2 2,28
4 0,29 0,34 6 32 29 0,9 0,42 7,56 2 2,3
5 0,3 0,35 6 31 31 0,89 0,39 7,58 2 2,29
1 0,15 0,23 5 32 31 0,88 0,41 7,61 2,1 2,3
2 0,15 0,24 5 32 30 0,81 0,39 7,54 2,3 2,28
2 3 0,29 0,25 5 31 31 0,81 0,41 7,66 2,3 2,3
4 0,3 0,26 6 31 31 0,79 0,4 7,69 2,3 2,29
5 0,28 0,27 5 31 31 0,8 0,42 7,67 2,4 2,3
1 0,29 0,28 6 32 31 0,92 0,43 7,68 2 2,26
2 0,3 0,29 6 31 30 0,89 0,42 7,56 2 2,28
3 3 0,14 0,3 6 31 31 0,88 0,51 7,77 2 2,28
4 0,15 0,31 6 30 31 0,89 0,47 7,68 2,1 2,3
5 0,15 0,32 6 31 30 0,9 0,43 7,56 2,3 2,29
1 0,17 0,33 5 32 31 0,89 0,42 7,56 2,3 2,3
2 0,29 0,34 6 31 31 0,88 0,39 7,58 2,4 2,31
4 3 0,3 0,35 6 32 30 0,79 0,41 7,61 2 2,28
4 0,28 0,36 6 31 31 0,8 0,39 7,54 2 2,29
5 0,29 0,37 5 32 31 0,92 0,41 7,66 2 2,26
1 0,3 0,35 5 32 28 0,92 0,4 7,68 2,3 2,28
2 0,15 0,37 6 31 31 0,89 0,47 7,56 2,4 2,28
5 3 0,14 0,34 5 31 31 0,88 0,43 7,77 2 2,3
4 0,16 0,34 6 31 29 0,89 0,45 7,68 2 2,29
5 0,29 0,35 5 30 31 0,9 0,51 7,81 2 2,3
1 0,3 0,43 6 30 31 0,89 0,43 7,56 2,1 2,28
2 0,28 0,44 6 31 31 0,88 0,42 7,58 2,3 2,3
6 3 0,29 0,45 6 30 31 0,79 0,47 7,56 2,3 2,29
4 0,3 0,46 5 30 31 0,8 0,44 7,56 2,3 2,25
5 0,15 0,47 5 30 31 0,92 0,4 7,58 2,4 2,23
1 0,15 0,48 5 32 31 0,92 0,47 7,61 2 2,29
2 0,29 0,49 5 31 28 0,89 0,42 7,54 2,3 2,27
7 3 0,3 0,35 6 32 28 0,79 0,39 7,66 2,4 2,27
4 0,28 0,37 6 32 31 0,81 0,41 7,56 2 2,25
5 0,29 0,34 6 31 31 0,81 0,39 7,68 2 2,3
1 0,3 0,34 6 31 29 0,89 0,41 7,65 2 2,29
2 0,14 0,35 6 31 31 0,9 0,4 7,63 2,1 2,28
8 3 0,15 0,55 5 30 31 0,89 0,43 7,59 2,3 2,3
4 0,15 0,56 5 31 30 0,88 0,42 7,77 2,3 2,29
5 0,18 0,57 5 31 31 0,79 0,47 7,56 2,3 2,3
1 0,3 0,58 6 31 31 0,8 0,44 7,56 2,4 2,28
2 0,28 0,59 6 31 31 0,92 0,4 7,58 2 2,3
9
3 0,29 0,35 6 32 31 0,92 0,47 7,61 2,3 2,29
4 0,3 0,37 6 30 28 0,89 0,44 7,54 2,4 2,29
43

5 0,15 0,34 6 32 31 0,88 0,5 7,66 2 2,26


1 0,14 0,34 6 31 31 0,89 0,42 7,77 2 2,28
2 0,16 0,48 6 31 31 0,9 0,39 7,68 2 2,28
10 3 0,29 0,49 6 30 31 0,79 0,41 7,65 2,1 2,3
4 0,3 0,35 6 31 31 0,81 0,39 7,86 2,3 2,28
5 0,28 0,37 5 30 31 0,81 0,41 7,56 2,3 2,3
1 0,29 0,34 5 30 29 0,78 0,4 7,56 2,3 2,29
2 0,17 0,34 6 31 29 0,79 0,4 7,58 2,4 2,3
11 3 0,14 0,35 6 32 31 0,8 0,51 7,61 2 2,28
4 0,14 0,55 6 30 31 0,92 0,47 7,54 3,1 2,3
5 0,15 0,57 6 32 28 0,92 0,44 7,66 3 2,29
31,0
rata - rata 0,24 0,38 5,67 7 30,40 0,86 0,43 7,63 2,21 2,29
44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Maluku barat daya


pada tanggal 23 November 1999, anak pertama dari lima
bersaudara dari pasangan Bapak (Alrhm) Johanes makatita
dan Ibu Magdalena anaktototy. Penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 2011 di SDN,
kemudian pada tahun 2014 menamatkan Sekolah
Menengah Pertama di SMP satu atap Nakarhamto dan
melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di
SMAN 5 Maluku Barat Daya dan lulus pada tahun 2017.
Penulis kemudian melanjutkan pendidikannya ke jenjang salah satu
perguruan tinggi kedinasan di Indonesia, yaitu Politeknik Ahli Usaha
Perikanan Jakarta Diploma IV pada program studi Teknologi Pengelolaan
Sumberdaya Perairan (TPS), Penulis berhasil menyelesaikan Karya Ilmiah
Praktek Akhir yang berjudul “Analisis Kesesuaian Lahan Dan Daya Dukung
Lingkungan Perairan Untuk Budidaya Rumput Laut (Eucheuma Cottonii )
Di Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Ntt”. Pada
bulan Agustus 2022 penulis dinyatakan lulus dan memperoleh sebutan
Sarjana Terapan Perikanan (S.Tr.Pi).

Anda mungkin juga menyukai