Anda di halaman 1dari 21

PENENTUAN HPP KAMAR PADA

HOTEL WHIZ PRIME MALANG

Disusun untuk memenuhi Tugas UAS Pengendalian Biaya Hotel

Dosen Pengampu: Mufarrohah, SE., AK., MSA., CA

Disusun Oleh :

Nama : Titan Almaida Feril Widiama


NIM : 204140314111059
Kelas : MP5B

PRODI D4 MANAJEMEN PERHOTELAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga tugas UAS makalah pada mata kuliah Pengendalian Biaya Hotel yang berjudul
“PENENTUAN HPP KAMAR PADA HOTEL WHIZ PRIME MALANG” ini dapat tersusun
sampai dengan selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mufarrohah,
SE., Ak,. MSA., CA selaku Dosen pengampu mata kuliah Pengendalian Biaya Hotel.

Saya menyadari adanya kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik
senantiasa diharapkan demi perbaikan makalah ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih dan semoga makalah ini mampu memberikan
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Malang, 15 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
BAB I...........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................4
1.3 Tujuan...........................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................6
2.1 Harga Pokok Penjualan.................................................................................................6
2.2 Tujuan dan Manfaat Harga Pokok Penjualan...............................................................7
2.3 Komponen-komponen Untuk Menghitung Harga Pokok Penjualan............................8
2.4 Metode Penetapan Harga Pokok Penjualan..................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................................11
3.1 Jenis Penelitian............................................................................................................11
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................................11
3.3 Teknis Pengumpulan Data..........................................................................................11
3.4 Teknis Analisis Data...................................................................................................12
BAB IV......................................................................................................................................13
HASIL & PEMBAHASAN.......................................................................................................13
4.1 Deskripsi Data.............................................................................................................13
4.1.1 Latar Belakang Hotel Whiz Prime Malang.........................................................13
4.1.2 Visi dan Misi Hotel Whiz Prime Malang............................................................13
Tabel V.I.............................................................................................................................14
Tabel IV.2...........................................................................................................................15
Tabel IV.3...........................................................................................................................15
Tabel IV.4...........................................................................................................................16
4.2 Analisis Data...............................................................................................................16
BAB V.......................................................................................................................................17
KESIMPULAN & SARAN.......................................................................................................17
5.1 Kesimpulan.................................................................................................................17
5.2 Saran............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan yang terjadi di semua lini usaha pada era perdagangan bebas membawa
berbagai macam dampak bagi perekonomian Indonesia. Adapun dampak positifnya adalah
memberikan peluang bagi Indonesia untuk mengekspor produk yang semakin luas.
Sedangkan dampak negatifnya adalah persaingan yang terjadi bukan hanya antar pelaku
bisnis domestik, tetapi melibatkan pula pelaku bisnis dari luar negeri yang semakin bebas
memasarkan produk di Indonesia.
Hotel adalah salah satu contoh organisasi berorientasi profit. Hotel adalah suatu bentuk
bangunan, lambang, perusahaan atau badan usaha akomodasi yang menyediakan
pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman serta fasilitas jasa lainnya
dimana semua pelayanan itu diperuntukkan bagi masyarakat umum, baik mereka yang
bermalam di hotel tersebut ataupun mereka yang hanya menggunakan fasilitas tertentu
yang dimiliki hotel itu (Fauzijah, Ami., Zain, M. Yasir, 2005:12).
Menurut USAH tahun 1996, ada tiga kelompok biaya yang mengurangi total
pendapatan, hingga menghasilkan laba/rugi sebelum pajak sebuah usaha perhotelan, yaitu
biaya departemental, biaya yang tidak didistribusikan (Undistributed Expenses) dan biaya
tetap. Dalam biaya departemen (department expenses), umumnya terkandung dua
kelompok biaya, yaitu harga pokok (cost of sales) dan biaya operasi. Khusus pada
departemen kamar, tidak terdapat unsur harga pokok, tetapi hanya biaya operasi y a n g
terdiri dari dua kelompok biaya, yaitu biaya tenaga kerja (gaji dan biaya lainnya yang
terkait), serta biaya operasional lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini, rumusan masalah yang akan dibahas antara lain:
1. Bagaimana pengelompokan kategori biaya pada industri?
2. Apa saja komponen biaya pada perhitungan HPP kamar?
3. Bagaimana penentuan harga pokok penjualan kamar tanpa breakfast
4. Bagaimana penentuan harga pokok penjualan kamar include breakfast (penentuan HPP
makan dan minum)?
5. Bagaimana penentuan tarif hotel?

1.3 Tujuan
Tujuan yang diharapkan tercapai setelah membaca makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengelompokan kategori biaya pada industri perhotelan
2. Untuk mengetahui komponen biaya pada perhitungan HPP kamar hotel
3. Untuk mengetahui harga pokok penjualan kamar tanpa breakfast
4. Untuk mengetahui harga pokok penjualan kamar include breakfast
5. Untuk mengetahui penentuan tarif hotel
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Harga Pokok Penjualan
Bagi sebuah perusahaan dagang, penghitungan dan penyusunan harga pokok adalah
suatu hal yang penting. Pengertian harga pokok penjualan sendiri, menurut prinsip
akuntansi indonesia dapat dijelaskan sebagai jumlah pengeluaran dan beban yang
diperkenankan, baik secara langsung maupun tidak langsung untukmenghasilkan barang
atau jasa di dalam kondisi dan tempat di mana barang itu dapat dijual atau digunakan.
Menurut Lestari dan Permana (2018:28), “bagian penting dalam laporan keuangan
adalah laporan laba rugi (income statement) yang memuat laporan tentang penjualan yang
telah dilakukan dan dibandingkan dengan biaya pembuatan barang jadi tersebut atau
diistilahkan harga pokok penjualan (Cost of good sold)” .
Menurut Soemarso (2009:234), “harga pokok penjualan(cost of goods sold) adalah
harga beli (perolehan) dari barang yang dijual”. Dalam sebuah perusahaan dagang harga
pokok penjualan dicari dengan :persediaan barang dagang pada awal periode ditambah
pembelian bersih selama periode dikurangi persediaan barang dagang pada akhir periode.
Menurut J.Sudarsono (2009:172), “hasil perhitungan dari pengorbanan pengorbanan
nilai tersebut akan menghasilkan angka yang disebut harga pokok suatu barang.
Menurut Hery (2016:21), “ketika barang dagangan di jual, nilai dari transaksi
penjualan ini akan dilaporkan sebagai pendapatan penjualan dan harga pokok dari barang
yang di jual akan diakui sebagai beban yang dinakaman harga pokok penjualan”.
Menurut Wiratna (2016:97), “harga pokok penjualan adalah semua biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang
dijual”.
Untuk dapat meninjau lebih terinci tentang harga pokok, perlu diketahui elemen-
elemen yang membentuk harga pokok. Setiap elemen merupakan salah satu faktor yang
menambah tingginya harga pokok setiap produk yang dihasilkan suatu proses produksi.
Masalah penentuan harga pokok merupakan masalah yang sangat penting, sebab
menyangkut kelangsungan hidup atau kontinuitas perusahaan, oleh karena itu perlu
dilakukan perhitungan yang tepat dan teliti. Sekalipun penetapan harga pokok cukup sulit,
namun perusahaan harus tetap menentukan.Produsen harus mengetahui besar pengorbanan
yang dilakukan pada saat penjualan barangnya.Hal ini berguna untuk dasar penetapan harga
penawaran di pasar, maupun untuk menetapkan pendapatan yang di peroleh dari penjualan.
Dengan demikian dapat diketahui apakah penjualan menghasilkan laba atau tidak.

2.2 Tujuan dan Manfaat Harga Pokok Penjualan


Sekalipun penetapan harga pokok penjualan cukup sulit, namun perusahaan harus tetap
menentukan. Dalam hal ini, produsen juga harus mengetahui besar pengorbanan yang
dilakukan pada saat penjualan barangnya. Hal ini bergunauntuk dasar penetapan harga
penawaran di pasar, maupun untuk menetapkanpendapatan yang diperoleh dari penjualan.
Dengan demikian dapat diketahui apakah penjualan menghasilkan laba atau tidak. Jadi
tujuan dari kalkulasi harga pokok penjualan adalah untuk menetapkan laba penjualan, yaitu
laba untuk setiap transaksi penjualan yang terdiri dari selisih yang menguntungkan antara
harga jual dan harga pokok penjualan. Disamping itu dengan diketahui harga pokok
penjualan, produsen dapat mengetahui transaksi penjualan atau hubungan antara masing-
masing transaksi tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara ekonomis. Dengan kata
lain, penetapan harga pokokpenjualan penting untuk kebijakan harga. Beberapa pendapat
mengenai manfaat dan tujuan harga pokok penjualan :
Prof. Dr. H. J. Van Der Schroeff dalam J. Sudarsono (2009:174),
“berpendapat bahwa harga pokok penjualan mempunyai manfaat dan tujuan
sebagai berikut:
1. Dasar untuk menetapkan harga di pasar penjualan.
2. Menetapkan pendapat yang di peroleh pada penjualan”.

Menurut Matz Curry dan Frank, dalam J. Sudarsono (2009:174), “harga pokok
penjualan mempunyai manfaat dan tujuan sebagai berikut :

1. Menetapkan biayamenurut barang yang di produksi berdasarkan prosesnya, yaitu


pesanan, satuan atau bagian.
2. Mengontrol pengeluaran yang berhubungan dengan proses produksi, distribusi atau
administrasi perusahaan.
3. Memberi dasar dalam penaksiran biaya suatu barang hasil produksi dan menetapkan
harga jual yang menguntungkan.
4. Memberi kemungkinan pada manajemen agar mendasarkan kebijakan operasinya pada
keterangan yang di berikan oleh bagian biaya”.

Adapun tujuan harga pokok penjualan sebagaimana di kemukakan Ais (2013:123),


adalah :

1. Untuk menentukan calon laba yang diinginkan.


2. Dengan calon laba yang diinginkan tersebut sebagai dasar untukmenentukan harga jual
barang dagang”.

Menurut Wiratna (2016:97), “tujuan harga pokok penjualan yaitu : sebagai tolak ukur
untuk menentukan harga jual dan untuk mengetahui laba yang diinginkan perusahaan”.

Dengan demikian, apabila diketahui harga pokok penjualan suatu barang yang
diproduksikan, maka penentuan harga pokok penjualan dapat pula ditentukan. Demikian
pula dengan diketahuinya harga pokok produksi dalam suatu barang, maka untuk
kepentingan pengendalian efisiensi dalam proses produksi dengan mudah dapat dilakukan
pengontrolan dan pengawasan. Efisiensi yang dimaksud tersebut adalah penawaran prinsip-
prinsip ekonomi dalam perusahaan, yaitu dengan pengorbanan yang seminisial akan
mencapai hasil yang maksimak mungkin. Harga pokok penjualan merupakan metode yang
digunakan perusahaan untuk menentukan harga pokok dari produk yang dijual oleh
perusahaan dagang. Harga pokok penjualan setidaknya memiliki dua manfaat diantaranya
yaitu : sebagai patokan untuk menentukan harga jual dan untuk mengetahui laba yang
diinginkan perusahaan. Harga jual yang lebih besar dari harga pokok penjualannya akan
memperoleh laba, dan sebaliknya harga jual yang lebih rendah dari harga pokok penjualan
akan mengalami kerugian.

2.3 Komponen-komponen Untuk Menghitung Harga Pokok Penjualan


1. Persediaan Barang Dagang (Merchandise Inventory)
Persediaan barang dagang pada akuntansi adalah barang yang tersedia di gudang yang
tersedia untuk di jual sekarang atau pun di masa yang akan datang, cara memperoleh
persediaan barang dagangan ini berbagai macam cara diantaranya mengolah sendiri dari
bahan baku menjadi barang jadi untuk dijual dan memperolehnya dari pembelian pihak
lain, kemudian dijual kembali.
2. Pembelian
Pembelian atau purchasing merupakan bagian dari kegiatan ekonomi yang biasa
dilakukan setiap harinya.Pada umumnya pembelian dilakukan karena membutuhkan
barang atau jasa tersebut untuk digunakan atau dikonsumsi. Istilah purchasing atau
pembelian sinonim dengan procurement atau pengadaan barang. Berikut adalah definisi
procurement menurut Bodnar Hopwood (2001323),yaitu:’Procurement is the business
process of selecting a source, ordering, and acquiring goods or servies.”pendapatan
tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa pembelian merupakan pengelolaan
masukan ke dalam proses produksi organisasi.
3. Retur Pembelian
Retur pembelian dan pengurangan harga adalah akun untuk mengembalikan sebagian
barang yang telah dibeli kepada penjual karena rusak atau tidak sesuai dengan pesanan,
sehingga akun ini mengurangin jumlah dari pembelian.
4. Potongan Pembelian
Potongan pembelian merupakan sejumlah uang yang diberikan saat melakukan
pembelian secara kredit atau tunai sesuai syarat/ termin tertentu. Akun potongan
pembelian nilainya akan mengurangi pembelian, sehingga dapat menghitung pembelian
bersih.
5. Beban Angkut Pembelian
Beban angkut pembelian atau sering disebut Freight in atau Freight paid merupakan
sejumlah nilai yang dibayar oleh pembeli untuk ongkos pengiriman barang. Akun ini
nilainya akan menambah pembelian bruto.

2.4 Metode Penetapan Harga Pokok Penjualan


Menurut Mulyadi (2015:17), “secara garis besar terdapat dua macam alternatif sistem
perhitungan harga pokok penjualan yaitu : sistem perhitungan harga pokok penuh (full
costing) dan sistem perhitungan harga pokok variabel (variabel costing)”.
1. Sistem perhitungan harga pokok penuh (full costing)
Menurut Mulyadi (2015:17), “full costing merupakan metode penentuan harga pokok
yang memperhitungkan semua unsur biaya kedalam harga pokok yang terdiri dari :
persediaan barang, biaya tenaga kerja langsung,biaya overhead tetap, biaya overhead
variabel”.
Dengan menggunakan metode full costing,
a. Biaya overhead baik yang variabel maupun tetap, dibebankan kepada produk atas
dasar tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya
overhead yang sesungguhnya.
b. Selisih biaya overhead akan timbul apabila biaya overhead yang
dibebankanberbeda dengan biaya overhead yang sesungguhnya terjadi.
c. Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka
pembebanan biaya overhead lebih atau kurang tersebut digunakan untuk
mengurangi atau menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik
produk dalam proses maupun produk jadi).
d. Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead tetap sebagai biaya sampai
saat produk yang bersangkutan dijual.
2. Sistem perhitungan harga pokok variabel (variabel costing)
Menurut Mulyadi (2009:18), “variabel costing merupakan metode penentuan harga
pokok penjualan yang hanya menghitung biaya yang berperilaku variabel ke dalam
harga pokok penjualan, yang terdiri dari : persediaan barang, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead variabel”.
Dengan menggunakan metode variabel costing :
a. Biaya overhead tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai
unsur harga pokok, sehingga biaya overhead tetap dibebankan sebagai biaya
dalam periode terjadinya.
b. Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual, biaya overhead tetap tidak
melekat pada persediaan tersebut tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam
periode terjadinya.
c. Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan
tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode yang akan
datang.
Laporan keuangan yang disusun berdasar metode variable costing bermanfaat bagi
manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek, pengendalian biaya, dan
pembuatan keputusan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian dengan cara
mengumpulkan, menyusun data, menginterpretasikan data, dan menganalisa data dengan
melakukan perbandingan antara teori-teori dengan objektif yang terjadi sehingga
memberikan gambaran yang lengkap tentang permasalahan penelitian. Penelitian yang
dilakukan untuk menggambarkan penerapan metode Activity Based Costing dalam
menetukan harga pokok penjualan kamar.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


A. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan literatur atau membaca referensi dari internet
tentang judul yang diangkat
B. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 15 Desember 2022 sampai dengan
selesai.

3.3 Teknis Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah :
A. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu :
- Studi Kepustakaan
Dalam studi kepustakaan ini dikumpulkan dan dipelajari berbagai teori dan
konsep dasar yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
B. Jenis Data
Jenis data pada penelitian ini adalah data kuantitatif adalah jenis data yang dapat
diukur atau dihitung secara langsung sebagai variabel angka atau bilangan.
C. Sumber Data
Sumber data sekunder adalah sumber data yang secara tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data. Data yang digunakan didalam penelitian ini adalah
harga pokok penjualan kamar hotel dan biaya yang di keluarkan oleh
3.4 Teknis Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif kuantitatif.
BAB IV

HASIL & PEMBAHASAN


4.1 Deskripsi Data
4.1.1 Latar Belakang Hotel Whiz Prime Malang
PT. Inti Whiz International secara resmi mulai beroperasi di Hotel Whiz
Prime Malang, Jawa Timur, pada tanggal 11 November 2017. Ini merupakan
hotel ke-21 yang dioperasikan jaringan hotel milik PT. Intiland Development
Tbk. Keberadaan hotel ini merupakan jawaban atas kebutuhan hotel bintang 3
yang tidak hanya menawarkan kenyamanan namun juga lokasi yang strategis
dan berharap dapat menambah pilihan akomodasi dan juga bisa menjadi salah
satu hotel favorit bagi masyarakat yang ingin menginap di Kota Malang ini.
Whiz Prime Hotel Malang berlokasi di Jalan Basuki Rahmad No. 85-87
Malang. Hotel ini hanya berjarak 5 menit menuju Alun-Alun Kota Malang,
Stasiun Kereta Api Malang, Pusat Perkantoran, dan Pusat Perbelanjaan.
Menyediakan sebanyak 156 kamar yang terdiri dari 2 tipe kamar, yaitu
Superior dan Deluxe, Hotel ini dilengkapi dengan fasilitas restoran, kolam
renang, meeting room, spa dan intemet comer. Hotel Whiz Prime Malang saat
mengalami musim normal dan ramai jumlah pengunjung 100% dapat dilihat
karena jumlah setiap jenis kamarnya selalu penuh, dan jika hotel mengalami
low season jumlah pengunjung menurun menjadi 75% dari keseluruhan jenis
kamar. Intiwhiz Hospitality Management berdiri sejak Tahun 2008 dengan
hotel pertama Whiz Hotel Malioboro Yogyakarta yang diresmikan pada Tahun
2010. Operator ini memiliki 3 brand yaitu Whiz Hotel (bintang 2), Whiz Prime
Hotel (bintang 3), Grand Whiz Hotel (bintang 4), dan Swift Inn (bintang 2).
Jaringan hotel ini tersebar di seluruh Indonesia antara lain Jakarta, Bogor,
Tangerang. Cilacap, Mojokerto, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Bali,
Balikpapan, Makasar, Manado, Lampung, Pekanbaru dan Malang.
4.1.2 Visi dan Misi Hotel Whiz Prime Malang
- Visi : Menjadi jaringan hotel yang paling dicari dan tumbuh cepat di seluruh
Indonesia.
- Misi : Menyediakan tempat bagi wisatawan yang mendapat nilai terbaik yang
sesuai dengan uang mereka.

Tabel V.I
Pengelompokan Biaya

Berdasarkan data biaya pada tabel IV.I biaya yang dikeluarkan untuk 10 kamar
jenis Junior Suite untuk September sebesar Rp. 6.589.353, Oktober Rp. 7.271.113
dan November Rp. 8.982.613.
Tabel IV.2

Berdasarkan data biaya pada tabel IV.2 biaya yang dikeluarkan untuk 10 kamar
jenis Junior Suite untuk September sebesar Rp. Rp 2.596.451, Oktober Rp. 2.823.704
dan November Rp. 3.394.204.

Pihak hotel menentukan harga pokoknya menggunakan metode tradisional


yakni menjumlah kan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam satu bulan lalu dibagikan
dengan jumlah kamar yang terjual per satu bulannya, berikut dapat dilihat ditabel
dibawah ini :

Tabel IV.3
Harga Pokok Penjualan Kamar
Berdasarkan tabel IV.3 hotel menetukan harga pokok penjualan kamar nya
cenderung tinggi dari harga yang seharusnya, hal ini mungkin disebabkan oleh distorsi
biaya yang dialami oleh pihak hotel. Dengan harga pokok yang besar pihak hotel sudah
memperoleh keuntungan akan tetapi biaya-biaya yang dikeluarkan tidak dapat
dikendalikan dengan tepat.

Tabel IV.4

4.2 Analisis Data


Harga pokok penjualan merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang dijual.
Penetepan biaya yang lebih tepat akan menghasilkan harga pokok produksi/jasa yang
lebih akurat. Penentuan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya
kepada suatu produk atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan
seluruh biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biaya produksi variabel saja.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data tiga bulan yakni dari mulai
bulan September sampai dengan bulan November 2019. Hal ini karena penulis ingin
melihat perbedaan harga pokok penjualan kamar yang dihasilkan dari tingkat hunian
menurun sampai meningkat, tingkat hunian terendah pada bulan September dan
tingkat hunian tertinggi pada bulan November. Jenis kamar yang ditawarkan oleh
hotel ini ada dua yakni Junior Suite dan Superior Suite harga yang ditawarkan untuk
kedua kamar ini berbeda akan tetapi fasilitas yang ditawarkan sama, maka dari itu
penulis merincikan biaya yang dikeluarkan untuk tiap jenis kamar yang ada di hotel
dari bulan September sampai Bulan November 2019.
Berdasarkan tabel IV.1 dan tabel IV.2 jenis biaya yang dikeluarkan sama akan
tetapi nominal dari biaya-biaya tersebut berbeda, jika dilihat dari tabel IV.1 dan IV.2
diatas jenis kamar Junior Suite cenderung memiliki biaya yang tinggi dibandingkan
Superior Suite. Karena biaya yang dikeluarkan oleh Junior Suite lebih tinggi mungkin
hal ini yang menyebabkan harga pokok kamar Junior Suite lebih tinggi.
Berdasarkan tabel IV.4, dapat dilihat jika harga pokok penjualan kamar include
breakfast dari bulan September sampai bulan November 2019 bertambah di bulan
September sebesar Rp 3.250.000 ,di bulan Oktober sebesar Rp 5.680.000, di bulan
November sebesar Rp 5.680.000.
BAB V

KESIMPULAN & SARAN


5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini antara lain :
1. Hasilnya menunjukkan perbedaan antara harga pokok penjualan
kamar yang ditentukan oleh manajemen hotel dan penerapan Activity
Based Costing. Penggunaan metode Activity Based Costing dalam
perhitungan harga pokok menghasilkan harga pokok kamar yang lebih
akurat itu dikarenakan biaya-biaya yang terjadi dibebankan pada
produk atas dasar aktivitas dan menggunakan lebih dari satu Cost
Driver.
2. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode Activity
Based Costing untuk bulan September jenis kamar Junior Suite
sebesar Rp. 155.311 dan jenis kamar Superior Suite sebesar Rp.
142.570 dengan, Bulan Oktober jenis kamar Junior Suite sebesar Rp.
123.357 dan jenis kamar Superior Suite sebesar Rp. 111.478 dan
bulan November jenis kamar Junior Suite sebesar Rp. 117.511 dan
jenis kamar Superior Suite sebesar Rp. 100.559
3. Penggunaan metode Activity Based Costing dalam perhitungan harga
pokok penjualan kamar akan menghasilkan harga pokok kamar yang
akurat dan tepat serta jika diterapkan pihak manajemen hotel dapat
mengelola seluruh biaya nya dengan baik.

5.2 Saran
Adapun saran pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Pihak hotel dari penelitian yang dilakukan dapat diketahui
dengan menggunakan metode Activity Based Costing perusahaan
dapat memperoleh informasi yang akurat tentang biaya karena metode
ini merupakan sistem analisis biaya berbasis aktivitas. Saran saya agar
pihak manajemen hotel bisa mempertimbangkan penerapan metode
Activity Based Costing dalam menghitung harga pokok penjualan
agar dapat memperoleh informasi yang tepat dan sebaiknya setiap
bulannya harus dihitung kembali harga pokok untuk setiap jenis
kamar hotel agar tidak hanya berpatok pada satu harga saja serta jika
pihak hotel menerapkan Activity Based Costing pihak hotel akan
dapat mengendalikan biaya nya dengan lebih baik sehingga harga
yang ditawarkan tidak terlalu tinggi.
2. Bagi Peneliti selanjutnya disarankan menggunakan data biaya satu
tahun serta data biaya yang digunakan lengkap dalam penentuan harga
pokok penjualan kamar, sehingga hasilnya penelitiannya lebih optimal
dan pembahasan lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Fueqoni, R. (2020). Penentuan Tarif Sewa Kamar Hotel Saat Low Season Menggunakan Metode
Cost Plus Pricing Pendekatan Full Costing. Malang.

DAMANIK, M. A. (2020). PENENTUAN HARGA POKOK PENJUALAN KAMAR MENGGUNAKAN ACTIVITY


BASED COSTING PADA ALAM HOTEL BY CORDELA. Medan .

Dr. BAMBANG HARIADI, M. A. (t.thn.). Penerapan Target Costing dalam Penentuan Tarif Kamar untuk
Mengoptimalkan Perencanaan Laba. Malang.

Anda mungkin juga menyukai