Oleh:
REVA BALQIS AMIR
Oleh:
REVA BALQIS AMIR
NRP 53175212081
Karya Ilmiah Praktik Akhir Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Perikanan
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
Mengetahui,
Ilham, S.St.Pi., M.Sc., Ph.D Dr. Meuthia Aula Jabbar, A.Pi., M.Si
Direktur Ketua Program Studi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Ilmiah Praktik Akhir “Struktur
Komunitas Ikan di Situ Gede dan Situ Tamansari Kota Bogor Provinsi Jawa
Barat” adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Ilmiah Praktik Akhir ini.
Apabila di kemudian hari pernyataan yang saya buat tidak sesuai, maka saya
bersedia dicabut gelar kesarjanaannya oleh Politeknik Ahli Usaha Perikanan.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan, tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar Politeknik Ahli Usaha Perikanan.
RINGKASAN
Praktik akhir ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas ikan yang
tertangkap, meliputi keanekaragaman dan keseragaman spesies, indeks dominansi,
kelimpahan relatif, hubungan panjang-berat, dan tingkat trofik. Mengetahui parameter
kualitas perairan di perairan Situ Gede dan Situ Tamansari Kota Bogor, Provinsi Jawa
Barat, meliputi: suhu, pH, kecerahan, DO, BOD, COD, nitrat, fosfat, dan plankton.
Metode yang digunakan selama praktik akhir adalah menggunakan metode survei, yaitu
data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer yang meliputi
data struktur komunitas ikan (keanekaragaman, keseragaman spesies, indeks dominasi,
kelimpahan relatif, hubungan panjang-berat, dan tingkat trofik), parameter lingkungan
perairan (suhu, kecerahan, pH, DO, BOD, COD, nitrat, fosfat, dan plankton). Sedangkan
untuk data sekunder yang diperoleh dari pustaka berupa buku dan jurnal yang
berhubungan dengan topik yang diangkat. Dengan cara penangkapan, penangkapan
adalah kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan ikan-ikan yang ada diperairan yang
tidak dalam keadaan dibudidayakan (Rusmilyansari & Aminah, 2012).
Hasil pengamatan yaitu kondisi kedua situ terpantau tercemar ringan, akibat masih
banyaknya masyarakat yang melakukan pembuangan sampah sembarangan ke
perairan situ. Ikan yang tertangkap hanya 4 spesies, yaitu ikan nila hitam, ikan nila
merah, ikan gabus dan ikan sapu-sapu. Berdasarkan persentase tingkat trofik di Situ
Situ Gede dan Situ Tamansari, terpantau bahwa ikan yang memiliki nilai trofik paling
tinggi yaitu jenis omnivora sebesar 93% dan terendah 3% yaitu karnivora.
Menggambarkan interaksi langsung antar spesies yang ada pada Situ Gede dan Situ
Tamansari. Peranan plankton yang tertangkap yaitu sebagai produsen karena
keberadaannya tidak bergantung pada ketersediaan makanan, akan tetapi
keseimbangan alam. Peranan ikan nila dan ikan sapu-sapu, sebagai konsumen
pertama. sedangkan peranan ikan gabus sebagai predator. Berdasarkan hal ini bahwa
Situ Gede dan Situ Tamansari memiliki energi yang besar karena pendeknya rantai
makanannya.
Kata kunci : Situ Gede, Situ Tamansari, tingkat trofik, struktur komunitas
i
i
iii
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah
Praktik Akhir (KIPA) yang berjudul “Struktur Komunitas Ikan Di Situ Gede dan Situ
Tamansari, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat”. Karya Ilmiah Praktik Akhir ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Terapan
Perikanan (S.Tr.Pi.) pada Program Studi Teknologi Pengelolaan Sumberdaya
Perairan, Politeknik Ahli Usaha Perikanan.
Laporan Karya Ilmiah Praktik Akhir ini terdiri dari 4 (empat) bab yaitu:
Pendahuluan, Metodologi, Hasil dan Pembahasan, serta Simpulan dan Saran.
Bimbingan, koreksi, dan saran dari dosen pembimbing (Bapak Basuki Rachmad dan
Bapak Dadan Zulkifli) dalam mewujudkan sebuah karya ilmiah ini diharapkan bisa
menambah ilmu pengetahuan bagi penulis, khususnya dalam menyusun karya ilmiah.
Upaya maksimal telah penulis lakukan untuk merampung karya ini, namun
penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan penulis untuk
menyempurnakan karya ilmiah ini.
Penulis
iii
iv
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penyusunan Laporan Karya Ilmiah Praktik Akhir ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Selama proses penyusunan Karya Ilmiah
Praktik Akhir (KIPA) ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dadan
Zulkifli, S. Ag., M.M, Bapak Ir. Basuki Rachmad, M. Si selaku Dosen Pembimbing I
dan Dosen Pembimbing II juga Bapak Eri Setiadi, S. Si, M. Sc selaku Dosen
Pembimbing III yang telah memberikan bimbingan, dorongan, dan semangat dalam
penyusunan Karya Ilmiah Praktik Akhir ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
pula kepada:
1. Ilham, S.St.Pi., M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Politeknik AUP;
2. Dr. Heri Triyono, A.Pi., M.Kom., selaku Wakil Direktur I Politeknik AUP;
3. Arpan Nasri Siregar, A.Pi, M.St.Pi., selaku Wakil Direktur II Politeknik AUP;
4. Dr. Ita Junita Puspadewi, A.Pi., M.Pd., selaku Wakil Direktur III Politeknik AUP;
5. Dr. Meuthia A. Jabbar, A.Pi., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Teknologi
Pengelolaan Sumberdaya Perairan, Politeknik AUP;
6. Kedua orang tua yang senantiasa selalu mendukung, baik moral maupun materil;
7. Kepala Instalasi Riset Teknologi Budidaya Air Tawar dan Toksikologi Cibalagung
beserta staf yang telah membantu selama pengambilan data di lapangan dan
analisis di laboratorium;
8. Keluarga Bapak Hendra yang telah banyak membantu saat di lapangan;
9. Sahabat, teman, adik tingkat, kakak tingkat, dan rekan seperjuangan yang telah
banyak membantu selama masa pendidikan di Politeknik AUP;
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Ilmiah Praktik Akhir
(KIPA).
iv
v
DAFTAR ISI
v
vi
3.2.8 Fosfat................................................................................................. 31
3.2.9 Plankton............................................................................................. 32
3.3 Identifikasi Ikan Hasil tangkapan .............................................................. 34
3.3.1 Ikan Nila Hitam .................................................................................. 37
3.3.2 Ikan Nila Merah .................................................................................. 38
3.3.3 Ikan Gabus ........................................................................................ 39
3.3.4 Ikan Sapu-sapu.................................................................................. 41
3.4 Struktur Komunitas Ikan ........................................................................... 42
3.4.1 Indeks Keaenekaragaman (H’), Keseragaman (E), Dominansi (D) .... 42
3.4.2 Kelimpahan Relatif ............................................................................. 43
3.4.3 Hubungan Panjang - Berat................................................................. 44
3.4.4 Tingkat Trofik Ikan Yang Tertangkap ................................................. 50
4. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 53
4.1 Simpulan .................................................................................................. 53
4.2 Saran........................................................................................................ 53
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 54
LAMPIRAN ........................................................................................................ 58
vi
vii
DAFTAR TABEL
vii
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
9
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Situ merupakan istilah di Jawa Barat, untuk danau atau suatu badan air tergenang
yang terbentuk baik secara alamiah maupun buatan manusia. Sumber air yang
ditampung dapat berasal dari mata air, air limpasan, sungai, atau saluran pembuangan
(Lukman, 2010). Ekosistem perairan tergenang terdiri atas situ, waduk, rawa, dan
empang. Indonesia memiliki banyak situ dan waduk dengan berbagai tipe dan di
klasifikasikan berjumlah total 521 buah dari situ dan waduk dengan luas lebih dari 10
hektar dengan jumlah luas total 491,724 hektar situ dan waduk pada saat ini mengalami
permasalahan lingkungan (Badruddin, 2010). Contoh dari perairan menggenang atau
tidak mengalir (lentic water) yaitu danau, waduk dan rawa atau biasa disebut Situ, oleh
masyarakat Jawa Barat. Perairan ini memiliki aliran tetapi aliran-aliran tersebut tidak
memiliki peranan penting karena alirannya tidak besar dan tidak mempengaruhi
kehidupan jasad-jasad di dalamnya. Yang memegang peranan penting dan berpengaruh
besar terhadap jasad-jasad hidup di dalamnya adalah terbaginya perairan tersebut
menjadi beberapa lapisan dari atas ke bawah yang berbeda-beda sifatnya karena airnya
berhenti (Nybakken, 1988). Situ adalah perairan lentik (Lentic water) atau badan air yang
merupakan bagian dari ekosistem perairan darat yang sering dihubungkan dengan
keadaan kandungan nutrien yang dipengaruhi oleh kondisi hidrologi dan komunitas biota
yang keberadaannya memperkaya ekosistem situ (Augusta & Evi, 2014). Memiliki fungsi
yang sangat penting bagi pembangunan dan kehidupan manusia juga berjasa sebagai
kenyamanan, budaya, pendidikan, jasa lingkungan, kemasyarakatan, jasa spiritual,
ketahanan masyarakat, ekonomi, sosial-ekologi dan rekreasi (Partomo et al., 2011).
Berdasarkan cara terbentuknya dibedakan menjadi dua yaitu, situ alami dan situ buatan.
Situ alami merupakan situ yang terbentuk secara alamiah dimana airnya bersumber dari
dalam tanah atau permukaan, sedangkan situ buatan adalah situ yang sengaja dibentuk
oleh manusia dimana airnya bersumber dari permukaan (Nancy, 2007). Semua makhluk
hidup membutuhkan air untuk kehidupannya sehingga sumberdaya air perlu dilindungi
agar dapat tetap dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup lainnya
(Ahmad et al., 2015).
Situ Gede, yang berada di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota
Bogor (Sukmawati & Santosa, 2020). Situ Gede tepat berada di kelurahan Situ Gede
berbatasan dengan Desa Semplak di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan
Kelurahan Bubulak, sebelah barat berbatasan dengan Desa Cikarawang, dan sebelah
selatan berbatasan dengan Kelurahan Balumbang (Nurjanah et al., 2012). Dengan
memiliki luas 5,3 Ha dan kedalaman air 6 m, juga merupakan tempat wisata yang cukup
populer karena strategis berada di dekat pusat Kota Bogor. Situ gede juga merupakan
sumber pengairan lahan pertanian, pemasok air bagi kolam ikan disekitar situ, dan
digunakan sebagai pemenuh kebutuhan air warga (Ningrum et al., 2014). Jika diolah
secara serius bisa berkembang menjadi situ yang menarik baik untuk manusia dan biota
air, dengan panorama hutan CIFOR (Center For International Forestry Research) yang
masih memiliki suasana asri merupakan potensi yang sangat besar bagi Kota Bogor
(Popy & Siti, 2018). Situ yang berpotensi kedua yaitu Situ Tamansari, yang berada di
kecamatan Tamansari, Kota Bogor yang merupakan sumber pengairan lahan pertanian
disekitar situ dengan bagian utara terdapat Gunung Salak dan situ ini terletak tepat
dibawah kaki Gunung Salak. Kedua situ tersebut telah dimanfaatkan masyarakat di
10
sektor perikanan, selain sektor pariwisata yang telah berkembang sebelumnya (Suryono
et al., 2006).
Pada umumnya, situ yang terdapat di Kota Bogor memiliki kekurangan dibalik
keindahan dan potensinya, yaitu masalah pencemaran, penurunan kualitas air situ,
penurunan debit air terutama pada musim kemarau dan pendangkalan situ (Purwati et
al., 2019). Perubahan lingkungan maupun kualitas air pada perairan situ akan
memperngaruhi keberadaan komunitas ikan yang berada pada situ tersebut. Fenomena
ini tentu akan mengancam penurunan populasi ikan dan terancam pada kepunahan jika
tidak dilakukan upaya konservasi. Permasalahan pada pengembangan perikanan di
perairan situ, terutama pada situ yang diamati, adalah terkait dari kondisi alami dan
faktor manusia. Konsep komunitas berperan untuk menganalisis kondisi suatu
lingkungan perairan (Agus & Danu, 2012). Komposisi dan karakteristik komunitas
merupakan indikator yang sangat baik untuk menunjukkan kondisi lingkungan dan status
ekologi komunitas ikan terkait dengan kestabilan ekosistem (Krebs, 1989). Karena
apabila keseimbangan kualitas air mulai terganggu maka akan terjadi permasalahan
lingkungan yang angat merugikan bagi keberlangsungan hidup biota perairan (Yuanda
et al., 2012). Informasi mengenai komunitas ikan-ikan di situ situ gede dan situ situ
tamansari relatif masih jarang. Oleh karena itu, suatu penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui struktur komunitas ikan di situ gede dan situ tamansari berdasarkan indeks-
indeks ekologisnya perlu dilakukan.
1.2 Tujuan
Mengetahui struktur komunitas ikan hasil tangkapan di Situ Gede dan Situ
Tamansari, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat.
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang struktur komunitas
ikan, kualitas perairan, dan upaya pengelolaan di Situ Gede dan Situ Tamansari, Kota
Bogor, Provinsi Jawa Barat.
11
2. METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Praktik akhir ini dilaksanakan selama 90 hari, terhitung dari tanggal 8 Maret sampai
dengan 6 Juni 2021 bertempatkan di Situ Gede dan Situ Tamansari, Kota Bogor,
Provinsi Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan secara in situ dan ex situ.
Stasiun pengamatan di Situ Gede terdapat lima titik, berdasarkan arah mata angin
(Tabel 1). berikut:
Titik stasiun di Situ Gede meliputi dua titik inlet yang dekat dengan pemukiman
warga, dipenuhi oleh sampah-sampah hasil pembuangan sembarangan, satu titik
tengah cenderung bersih dengan kedalaman hingga 5-6 meter, dan dua titik outlet yang
dekat dengan pemukiman warga juga aktifitas wisata yang dekat dengan kolam-kolam
pemancingan milik warga dan sungai. Ada pun peta lokasi praktik yang kedua yaitu Situ
Tamansari, bisa dilihat pada (Gambar 2). berikut:
Dengan stasiun pengamatan di Situ Tamansari terdapat lima titik, berdasarkan arah
mata angin (Tabel 2). berikut:
Titik stasiun di Situ Tamansari meliputi dua titik inlet yang terdapat satu rumah warga
juga lahan pertanian, satu titik tengah cenderung bersih dengan kedalaman hingga +4
meter, dan dua titik outlet yang dekat dengan warung-warung tradisional, juga
merupakan pusat kawasan ekowisata yang lumayan banyak sampah.
2.3.4.2 Kecerahan
Pengkuran kecerahan pada setiap titik lokasi pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan secchi disk. Secchi disk dimasukan ke dalam perairan kemudian
dilihat skala dimana secchi disk masih terlihat jelas (K1) dan skala dimana secchi disk
terlihat remang-remang (K2) (Arizuna et al., 2014). persamaan untuk mengukur
kecerahan sebagai berikut:
15
𝒌𝟏 + 𝒌𝟐
𝑫=
𝟐
Keterangan:
D : kecerahan (cm)
K1 : Secchi disk masih terlihat jelas (cm)
K2 : Secchi disk terlihat remang-remang (cm)
terus menambahkan larutan titrasi sampai larutan dalam kapal plastik berubah dari
biru menjadi tidak berwarna
12. Setelah itu, membaca mililiter larutan titrasi dari skala jarum suntik dan kalikan
dengan 10 untuk mendapatkan oksigen mg/L (ppm)
13. Jika hasilnya lebih rendah dari 5 mg/L, presisi tes dapat ditingkatkan dengan
menambahkan sejumlah sampel yang tidak digunakan dalam botol kaca ke tanda 10
mL bejana plastik
14. Kemudian, dengan tes seperti yang dijelaskan sebelumnya dan kalikan nilai pada
skala jarum suntik sebesar 5 untuk mendapatkan oksigen mg/L dalam sampel.
Tabel 4. Status Kualitas Air Berdasarkan Kadar Oksigen Terlarut (Sitorus, 2009)
Kadar Oksigen Terlarut (mg/L) Status Kualitas Air
2.3.4.7 Nitrat
Pengukuran Nitrat menggunakan Uv-Visible Agilent Spectrophometer, dengan
proses pengukuran sebagai berikut :
1. Mengambil masing-masing sampel air yang akan diperiksa sebanyak 5 ml, lalu
masukkan ke dalam Erlenmeyer 50 ml,
17
2.3.4.8 Fosfat
Pengukuran Fosfat menggunakan Uv-Visible Agilent Spectrophometer, dengan
proses pengukuran sebagai berikut :
1. Pipet 50 mL contoh uji secara duplo dan masukkan masing-masing ke dalam
erlenmeyer;
2. Menambahkan 1 tetes indikator fenolftalin. Jika terbentuk warna merah muda,
tambahkan tetes demi tetes H2SO4 5N sampai warna hilang;
3. Menambahkan 8 mL larutan campuran dan dihomogenkan;
4. Memasukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat serapannya
pada panjang gelombang 880 nm dalam kisaran waktu antara 10 menit sampai 30
menit.
2.3.4.9 Plankton
Penyaringan, dan pengukuran kelimpahan plankton dengan proses sebagai berikut :
1. Menyiapkan plankton net, botol sampel yang sudah diberikan alkohol 70% 2-3 tetes,
dan ember
2. Memposisikan plankton net, dan botol sampel sampai tegak lurus
3. Menyaring sampel air sebanyak 25 liter menggunakan ember berukuran 5 liter kedalam
botol sampel ukuran 100 mL
Kelimpahan plankton diukur secara lintasan berdasarkan metode Sedwick-Rafter
Countinig cell, yaitu:
𝒀 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝑷=
𝑳𝒙𝑫𝒙𝑺𝒙𝑾
Keterangan;
Y = jumlah plankton yang ditemukan
S = jumlah alur SR
L = panjang alur SR
D = tinggi alur SR
W = lebar alur SR
1000 = konversi dari mm3
(𝒂𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎)𝒙 𝒄
𝒏=
𝟏
18
n = kelimpahan plankton/L
a = jumlah rata-rata plankton dalam 1 L
c = volume plankton tersaring
Keterangan :
H’ = indeks keanekaragaman Shannon Wiener
S = jumlah spesies ikan
Pi = perbandingan jumlah ikan yang tertangkap spesies ke-i (ni) terhadap jumlah
total ikan yang tertangkap (N) = n/N
Kriteria :
H’ < 1 : keanekaragaman populasi rendah
1 < H’ <3 : keanekaragaman populasi rendah
H’ > 3 : keanekaragaman populasi tinggi
𝐇′
E= 𝐦𝐚𝐱
Keterangan :
H’ maks = keanekaragaman jenis maksimal
S = Jumlah jenis dalam komunitas
E = Indeks keseragaman jenis
∑𝐱𝐢
𝑷= × 𝟏𝟎𝟎%
𝐍𝐱
Keterangan :
P = persentase jenis ikan jenis ke-i
∑ xi = jumlah individu ikan jenis ke-i
N = jumlah individu semua jenis ikan (jumlah total individu setiap pengambilan
sampel)
i = 1,2,3,....n;
Bervariasinya ukuran ikan yang tertangkap juga disebabkan oleh sifat biologi ikan
yang terkait dengan tingkah laku bergerombol ikan, yang umumnya akan bergerombol
dengan ukuran yang sama dan jenis yang sama (Kasmi et al., 2017).
𝐧𝐢
𝑫 = 𝚺( )²
𝑵
Keterangan :
D = indeks dominansi
S = jumlah individu tiap spesies
Pi = jumlah individu seluruh spesies
Nilai indeks dominansi berkisar antara 1-0. Semakin tinggi nilai indeks tersebut, maka
akan terlihat suatu biota mendominasi substrat dasar perairan. Jika nilai indeks dominasi
(C) mendekati nol, maka hal ini menunjukkan pada perairan tersebut tidak ada biota
yang mendominasi dan biasanya diikuti oleh nilai keseragaman (E) yang tinggi.
Sebaliknya jika, nilai indeks dominasi (C) mendekati satu, maka hal ini menggambarkan
pada perairan tersebut ada salah satu biota yang mendominasi dan biasanya diikuti oleh
nilai keseragaman yang rendah.
panjang dan berat merupakan fungsi bilangan berpangkat. Menurut (Hile 1936 dalam
Effendie, 1997), persamaan hubungan panjang berat adalah sebagai berikut:
𝑾 = 𝒂𝑳ᵇ
Keterangan:
W = berat ikan (gr)
L = panjang tubuh ikan (cm)
a = konstanta
b = penduga pola pertumbuhan panjang dan berat
Hubungan panjang berat ini berdasarkan data primer yang berupa data panjang
dan berat yang telah diperoleh, kemudian disusun dalam tabel kisaran antara panjang
dan berat tubuh ikan. Parameter a dan b diperoleh melalui analisis regresi linear dengan
input log L sebagai variabel bebas (x) dan log W sebagai variabel tak bebas (y) sehingga
didapatkan persamaan regresi y = a + bx, dan untuk Pengujian nilai b = 3 atau b 3
dilakukan uji-t dengan hipotesis H0: b=3, hubungan panjang dengan bobot adalah
isometrik; H1:b3, hubungan panjang dengan bobot adalah allometrik. Pengambilan
keputusannya adalah tolak H0 jika t-hitung > t-tabel atau terima H0 jika t-hitung < t-tabel
(Walpole, 1993). Apabila didapatkan b = 3 (terima H0) maka pertambahan bobot
seimbang dengan pertambahan panjang (isometrik). Apabila didapatkan b < 3 (Tolak
H0) maka pertambahan panjang lebih cepat dibanding pertambahan bobotnya
(allometrik negatif) dan jika b>3 maka pertambahan bobot lebih cepat dibanding
pertambahan panjangnya (allometrik positif).
𝒑
𝐏𝐢 𝐱 𝐓𝐫𝐨𝐟𝐢𝐤ᵢ
𝑻𝑳 = ∑
∑𝑷𝒊
𝒊=𝟏
Keterangan:
TL = rata-rata tingkat trofik
Pi = fraksi makanan ke-i
Trofik i = tingkat trofik makanan ke-i
21
Kondisi kedalaman Situ Gede pada saat musim hujan masuk kedalam kondisi
sedang, karena Situ Gede mempunyai kedalaman rata-rata hingga 5 meter. sedangkan
kondisi penurunan muka air pada saat musim kemarau masuk pada kondisi rendah,
karena penurunan muka air Situ Gede terjadi berkisar dibawah 0,5 meter. Hal ini
disebabkan karena sumber air dari Situ Gede adalah mata air serta juga dari Sungai
Cisindangbarang yang dibendung di Bendung Cibanten dan Bendung Cibenda yang
terjaga pasokan airnya. Sehingga menyebabkan Situ Gede tetap terjaga ketinggian
muka airnya.
Beberapa jenis ikan yang terdapat di Situ Gede adalah Ikan bungkreng (Poecilia
reticula), Ikan nila hitam (Oreochromis niloticus bleeker), Ikan nilai merah (Oreochromis
mossambicus), Ikan gabus (Channa striata), Ikan bawal (Bramidae), Ikan lele (Clarias
sp.), Ikan sapu-sapu (Hyptomus plecostomus), dan ikan mujair (Oreochromis
mossambicus). Hasil penangkapan ikan akan lebih banyak jika sudah terjadi hujan deras
didaerah tersebut. Akan tetapi, untuk ikan bawal, ikan lele, sulit didapat.
Kondisi perairan di Situ Gede ini terbilang tidak kondusif karena cukup banyak
terdapat sampah dibagian inlet akibat masyarakat setempat yang membuang sampah
sembarangan. Pemanfaatan situ situ gede adalah sebagai: 1) kontrol sumber air dan
banjir, 2) sarana irigasi bagi lahan pertanian sekitar situ, 3) sebagai sumber air bagi
lahan perikanan sekitar situ, 4) sebagai salah satu kawasan ekowisata di Kota Bogor
meliputi: perahu kayu, bebek-bebekkan, dan sempadan yang dipenuhi banyak
pepohonan yang menjadi primadona warga sekitar yang berekowisata 5) sebagai
22
Kondisi perairan di situ ini terbilang cukup kondusif karena tidak banyak tanaman
penggangu seperti eceng gondok, kangkungan, terataian, tetapi untuk sampah, masih
relatif banyak dibagian hilir, karena dijadikan pusat ekowisata. Pemanfaatan situ adalah
sebagai: 1) kontrol sumber air dan banjir, 2) sarana irigasi bagi lahan pertanian disekitar
situ, 3) sebagai salah satu kawasan ekowisata, cukup mensejahtrakan masyarakat
sekitar yang menggantungkan nasibnya sebagai penjaga prakir, warung-warung kecil,
jasa perahu.
Untuk mengetahui suatu air situ tercemar ataupun tidak tercemar harus dilakukan
analisis kualitas air. Kualitas air meliputi parameter fisika, kimia, dan biologi. Semua
parameter tersebut harus seimbang agar tetap dapat menunjang keberlangsungan
hidup organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Ketidakseimbangan nilai dari tiap
parameter tersebut dapat mneyebabkan terjadinya gangguan dalam berjalannya siklus
hidup pada ekosistem perairan tersebut (Rizki et al., 2015).
Parameter perairan pada kedua situ yang diukur dalam praktir akhir ini meliputi
suhu, kecerahan, pH, COD, BOD, Nitrat, Fosfat, dan Plankton yang telah diuji di
laboratorium Intalasi Penelitian dan Pengembangan Teknologi Lingkungan dan
Toksikologi Cibalagung, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Data hasil analisis kualitas perairan yang dilakukan pada lima stasiun pengamatan,
dengan sembilan parameter. Dengan menggunakan baku mutu air kelas II dalam
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
budidaya ikan air tawar, peternakan, mengairi tanaman, atau peruntukan lainnya yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Berdasarkan hasil
pengamatan terhadap parameter kondisi perairan menunjukan bahwa kondisi kualitas
perairan tidak jauh berbeda pada setiap stasiun di lokasi pengamatan. Berikut hasilnya:
Berikut adalah hasil pengamatan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup
Dapartemen Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bogor, sebagai hasil
pembanding dari hasil pengamatan pada praktik akhir:
24
Tabel 6. Kualitas Perairan Situ Gede (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bogor,
2015)
Berdasarkan rekapitulasi dari kedua hasil analisis diatas, diketahui bahwa terjadinya
penurunan pada kadar DO dan COD, dan mengalami penaikkan pada BOD. Yang
artinya secara mutlak setelah 6 tahun perairan Situ Situ Gede telah mengalami
pencemaran rendah. Pengujian kualitas air yang dilakukan di lima titik stasiun pada Situ
Situ Gede menunjukkan bahwa stasiun uji telah melampaui baku mutu parameter
sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 untuk
kelas II. Jumlah baku mutu parameter yang terlampaui bervariasi mulai dari parameter
fosfat dan BOD pada semua stasiun melampaui baku mutu. Semakin banyak baku mutu
setiap parameter yang terlampaui, makan dapat diperkirakan kualitas air pada perairan
situ tersebut semakin buruk.
Berdasarkan rekapitulasi hasil analisis tersebut diketahui bahwa pengujian kualitas air
yang dilakukan di lima titik stasiun pada Situ Tamansari menunjukkan bahwa parameter
DO, BOD, dan fosfat tidak memenuhi baku mutu sebagaimana yang ditetapkan dalam
25
peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 untuk kelas II. Jumlah baku mutu parameter
yang terlampaui bervariasi mulai dari parameter fosfat, BOD, dan DO pada semua
stasiun melampaui baku mutu. Semakin banyak baku mutu setiap parameter yang
terlampaui, makan dapat diperkirakan kualitas air pada perairan situ tersebut semakin
buruk.
3.2.1 Suhu
Suhu merupakan parameter yang dipengaruhi oleh kecerahan dan kedalaman dan
dinyatakan dalam satuan panas derajat Celcius (°C) (Sari, 2018). Air yang dangkal
dengan daya tembus cahaya matahari tinggi dapat meningkatkan suhu pada peraian
terkait (Fitriyah et al., 2016). Perbedaan suhu antara suhu udara dengan suhu air yang
diperbolehkan pada baku mutu yang ditetapkan pada PP 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Kelas (II) yaitu, maksimum
±3 ºC. Sedangkan nilai suhu perairan situ situ gede dan situ tamansari berkisar antara
27 - 30ºC.
Suhu yang cocok untuk organisme perairan adalah sekitar 20-30ºC (Azis et al.,
2020). Peningkatan suhu dapat menyebabkan peningkatan evaporasi, dan volatisasi
serta peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air (Telaumbanua,
2019). Peningkatan suhu menyebabkan penurunan kadar terlarut yang digunakan dalam
proses dekomposisi bahan-bahan organik oleh mikroba mikroba (Atmaja, 2019). Kondisi
optimum kualitas suhu di perairan bagi pertumbuhan fitoplankton antara 20-30°C
sedangkan kondisi optimum untuk aktifitas pertumbuhan bakteri pada proses
dekomposisi adalah 25-35°C (Ma’arif, 2018).
30 29.3
29
28 27.9
27.7
28 27.3 27.3
26.8 26.9
27 26.6
Suhu (oC)
26
24.9
25
24
23
22
I II III IV V
Situ Gede 28 27.7 27.3 27.9 29.3
Situ Tamansari 27.3 24.9 26.6 26.8 26.9
Stasiun Pengamatan
Hasil pengukuran suhu terhadap kedua situ selama praktik memperlihatkan bahwa air
pada masing-masing situ berkisar antara 27 – 29,3°C yang artinya tidak menunjukkan
variasi yang tinggi. Rata-rata suhu air tertinggi terdapat pada stasiun V (29,3°C) dan
rata-rata suhu terendah terdapat pada stasiun II (24,9°C). Grafik perubahan suhu pada
26
setiap stasiun pengambilan dapat dilihat pada Gambar 5. Kondisi rata-rata nilai suhu air
pada perairan Situ Gede dan Situ Tamansari masih berada dalam kisaran yang dapat
ditoleransi oleh organisme akuatik dan baik untuk kegiatan budidaya. Hal ini sesuai
dengan penyataan Aisyah dan Luki (2012) yang menyatakan nilai suhu yang optimum
bagi budidaya perikanan berkisar antara 27 – 32°C.
3.2.2 Kecerahan
Nilai kecerahan suatu perairan berhubungan erat dengan penetrasi cahaya
matahari kedalam air, cahaya matahari akan membantu proses terjadinya fotosintesis
yang akan menghasilkan oksigen terlarut yang masuk kedalam faktor penting dalam
kehidupan akuatik (Elfidasari et al., 2017). Kecerahan juga sangat erat kaitannya
dengan sedimen, bahan organik, dan anorganik dalam air. Hal ini sesuai dengan
Mustapha (2008) menyatakan bahwa transparasi secchi disk yang rendah dimusim
hujan. Hal ini disebabkan oleh pencucian sedimen, puing-puing, organik dan anorganik
ditangguhkan partikel ke dalam reservoir yang menerima run off tertinggi dari partikel-
partikel ini. Berikut adalah hasil pengukuran kecerahan pada situ gede dan situ
tamansari:
90 85 85
80 75 75 75 75
70 65
60 55 55
Kecerahan (cm)
50
40
30
30
20
10
0
I II III IV V
Situ Gede 30 55 55 65 75
Situ Tamansari 85 75 75 75 85
Stasiun Pengamatan
10 9 9 9 9 9
9
8
7
6
pH
5
4
3
2
1
0 I II III IV V
Situ Gede 5.68 5.88 7.08 7.09 7.01
Situ Tamansari 7.1 6.91 7.08 7.09 7.07
Baku Mutu Awal 6 6 6 6 6
Baku Mutu Akhir 9 9 9 9 9
Stasiun Pengamatan
Berdasarkan hasil pengukuran derajat keasaman (pH) terhadap lokasi praktik akhir,
masing-masing stasiun memperlihatkan variasi yang berbeda jauh, dimana rata-rata pH
antar stasiun berada pada kisaran 5,68 – 7,09. Dengan nilai pH tertinggi berada distasiun
ke-4. Perubahan nilai pH bisa disebabkan oleh masukan senyawa organik maupun
anorganik ke dalam air. Perubahan pH dipengaruhi juga oleh adanya senyawa-senyawa
yang masuk ke dalam lingkungan perairan.
8
7.14
6.81
7 6.32
6.13 6.12 6.13 5.97
6 5.33 5.48
5.29
5
DO (mg/L)
4 4 4 4 4
4
0 I II III IV V
Situ Gede 5.33 5.29 6.13 5.48 6.32
Situ Tamansari 6.13 6.12 7.14 5.97 6.81
Baku Mutu 4 4 4 4 4
Stasiun Pengamatan
Rendahnya suatu DO pada stasiun I disebabkan oleh tumbuhan air yang mati pada
dasar perairan. Nilai DO sangat erat kaitannya dengan BOD dan COD, karena semakin
tinggi BOD dan COD akan menyebabkan berkurangnya DO di perairan. Rendahnya
konsentrasi oksigen disebabkan adanya dekomposisi bahan organik dari tumbuhan air
yang telah mati. DO sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan, terutama untuk
pertumbuhan, memperbaiki jaringan, dan reproduksi. Sumber DO dapat berasal dari
difusi oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas fotosintesis oleh
tumbuhan air dan fitoplankton.
Kebutuhan DO minimum untuk ikan air tawar tropis + 5 mg/L (80% saturasi), ikan-
ikan yang gesit pada umumnya lebih banyak membutuhkan oksigen, sementara ikan lele
dan gurame termasuk jenis ikan yang mampu hidup di perairan dengan kandungan DO
sedikit, karena kedua ikan tersebut mempunyai pernafasan tambahan yang
memungkinkan untuk mengambil oksigen dari udara di luar air (Sugianti & Astuti, 2018).
Jika oksigen terlarut tidak seimbang akan menyebabkan stress pada ikan karena otak
tidak mendapat suplai oksigen yang cukup, serta kematian akibat kekurangan oksigen
(anoxia) yang disebabkan jaringan tubuh ikan tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut
dalam darah (Frits et al., 2013).
28.4
30
25.68
25 22.45 25.15
24.18
22.05
20.66
20
17.45 15.36
BOD (mg/L
15
10.98
10
5 3 3 3 3 3
0
I II III IV V
Situ Gede 22.45 25.68 28.4 10.98 15.36
Situ Tamansari 22.05 25.15 24.18 20.66 17.45
Baku Mutu 3 3 3 3 3
Stasiun Pengamatan
Nilai BOD lebih kecil atau sama dengan 2,9 mg/L adalah tergolong air tidak tercemar
(Silalahi, 2009). Tingginya nilai BOD pada stasiun III menunjukkan bahwa banyaknya
bahan organik yang didekomposisi oleh bakteri aerob dibandingkan dengan stasiun
yang lainnya. Semakin tinggi nilai BOD maka perairan tersebut semakin tercemar
(Yogendra dan Puttaiah, 2008). Kandungan BOD yang tinggi, mengartikan bahwa
minimnya kadar oksigen terlarut yang terdapat di dalam perairan (Tamamu, 2020).
30
25 25 25 25 25
25
20
COD (mg/L)
15 13.05 13.25
13.37
12.28
10
5.18 5.25
5.78 3.05
5
4.02
3.14
0 I II III IV V
Situ Gede 5.18 5.25 3.05 13.05 13.25
Situ Tamansari 3.14 5.78 4.02 13.37 12.28
Baku Mutu 25 25 25 25 25
Stasiun Pengamatan
Gambar 10. Nilai COD perairan Situ Gede dan Situ Tamansari
COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Hal ini karena bahan
organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat
kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat, sehingga
segala macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit
urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan BOD memberikan
gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di perairan (Boyd, 1990).
3.2.7 Nitrat
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan
sumber nutrisi utama bagi pertumbuhan fitoplankton dan tumbuhan air lainnya. Kadar
nitrat yang lebih dari 5 mg/L menggambarkan telah terjadinya pencemaran (Frits et al.,
2013). Berdasarkan hasil pengamatan nilai nitrat pada perairan Situ Gede dan Situ
Tamansari berkisar antara 0,01 – 0,02 mg/L. Grafik nilai Nitrat dapat dilihat pada Gambar
11.
31
12
10 10 10 10 10 10
8
Nitrat (mg/L)
0 0.01 0.01 0.01 0.01 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.02
I II III IV V
Situ Gede 0.01 0.01 0.01 0.01 0.02
Situ Tamansari 0.01 0.01 0.02 0.01 0.01
Baku Mutu 10 10 10 10 10
Stasiun Pengamatan
Gambar 11. Nilai Nitrat perairan Situ Gede dan Situ Tamansari
Penurunan nilai kadar nitrat disebabkan oleh limbah kegiatan pemukiman masyarakat,
kegiatan ekowisata berupa sampah-sampah yang masih dibuang sembarangan ke
wilayah inlet di Situ Gede dan wilayah outlet di Situ Tamansari. Nitrat merupakan nutrisi
yang penting bagi tanaman, tetapi jika berada pada kadar yang berlebihan dapat
menyebabkan masalah kualitas air yang signifikan. Nitrat yang berlebih akan
mempercepat eutrofikasi dan menyebabkan peningkatan pertumbuhan tanaman air
sehingga mempengaruhi kadar oksigen terlarut, suhu, dan parameter lainnya (Irwan et
al., 2017). Nitrat berasal dari ammonium yang masuk ke perairan melalui limbah. Kadar
nitrat dapat menurun karena aktifitas mikroorganisme dalam air (Patricia et al., 2018).
Konsentrasi nitrat rendah dikarenakan terjadinya proses denitrifikasi dimana nitrat
melalui nitrit akan menghasilkan nitrogen bebas yang akhirnya kembali menjadi amoniak
(Rahman et al., 2016).
3.2.8 Fosfat
Kandungan fosfat dalam perairan tidak berdampak langsung kepada manusia
ataupun hewan, tetapi jika dikonsumsi terus menerus akan berdampak kepada masalah
pencemaran (Ismail, 2011)). Grafik nilai fosfat pada perairan Situ Gede dan Situ
Tamansari dapat dilihat pada Gambar 12.
32
0.25
0.22
0.23 0.21
0.2 0.2 0.2 0.2 0.2
0.21 0.19
0.2
0.19
0.16
0.17
Fosfat (mg/L)
0.15 0.15
0.12
0.1
0.05
0 I II III IV V
Situ Gede 0.22 0.19 0.21 0.16 0.12
Situ Tamansari 0.21 0.23 0.17 0.19 0.15
Baku Mutu 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2
Stasiun Pengamatan
Gambar 12. Nilai Fosfat perairan Situ Gede dan Situ Tamansari
Nilai rata-rata fosfat yang diperoleh dari pengukuran berkisar antara 0,12 – 0,23 mg/L.
Nilai tertinggi terdapat pada stasiun II yaitu 0,23 mg/L dan nilai terendah terdapat pada
stasiun V 0,12 mg/L. Dapat dikatakan perairan Situ Situ Gede dan Situ Fosfat memiliki
tingkat kesuburan sedang.
Berdasarkan kadar fosfat perairan diklasifikan menjadi tiga yaitu, perairan dengan
tingkat kesuburan rendah memiliki kadar fosfat berkisar antara 0 – 0,02 mg/L, perairan
dengan tingkat kesuburan sedang memiliki kadar fosfat total berkisar anatara 0,02 – 0,05
mg/L, perairan dengan tingkat kesuburan tinggi memiliki kadar fosfat total berkisar
anatara 0,051 – 0,1 mg/L (Effendi, 2003). Fosfat merupakan unsur penting dalam
perairan, terutama berasal dari sedimen yang selanjutnya akan terfiltrasi dalam air tanah
dan akhirnya masuk ke dalam sistem perairan terbuka. Selain itu juga dapat berasal dari
atmosfer bersama air hujan masuk ke sistem perairan (Barus, 2004). Jumlah fosfat yang
tinggi akan menghasilkan pertumbuhan alga yang sangat besar dan berakibat
kurangnya sinar matahari yang masuk ke perairan. Ketika alga mati, bakteri akan
memecahnya menggunakan oksigen terlarut di dalam air (Patricia et al., 2018).
.
3.2.9 Plankton
Keberadaan plankton di perairan dapat dijadikan salah satu indikator suatu
perairan karena sangat mempengaruhi kualitas air (Makmur et al., 2011). Plankton
memegang peranan penting dalam suatu perairan. Plankton memiliki fungsi ekologi
sebagai produsen primer dan awal mata rantai dalam jaring makanan (Eha et al., 2016).
Jenis-jenis plankton yang ditemukan para perairan Situ Gede dan Situ Tamansari sangat
beranekaragam. Jenis plankton yang ditemukan diperairan Situ Gede dan Situ
Tamansari terdapat 18 jenis, dengan jenis yg paling banyak ditemukan yaitu Coelastrum
sp. sebanyak 133 individu pada Situ Tamansari dan Euglena sp. sebanyak 73 individu
pada Situ Gede. Proses identifikasi plankton pada praktik akhir ini sesuai dengan buku
Fitoplankton Situ – situ di Pulau Jawa yang ditulis oleh Sulastri, pada tahun 2018. Berikut
pada Tabel 8. daftar plankton yang tertangkap di Situ Gede
33
Dan berikut daftar plankton yang tertangkap di Situ Tamansari, dapat dilihat pada
Tabel 9. Berikut
Hasil perhitungan kelimpahan plankton dari kedua situ tersebut, dapat dilihat pada
Gambar 13.
34
400,000
351,750
350,000 332,500
300,000
260,000 265,000
247,500
individu/L
200,000 172,500
100,000
50,000
-
I II III IV V
Stasiun
Situ Gede Situ Tamansari
Gambar 13. Nilai kelimpahan Plankton di perairan Situ Gede dan Situ Tamansari
Produksi perikanan air tawar didominasi oleh ikan mas, mujair, nila, lele, patin, dan
gurame. Jenis-jenis tersebut menyumbang lebih dari 80% dari total produksi, sisanya
adalah budidaya tambak air payau, budidaya di laut (Hance & Sri, 2015).
Tabel 10. Ikan Yang Mendiami Situ Gede dan Situ Tamansari
Pada umumnya ikan yang terdapat di kedua situ tersebut ada berbagai macam ikan air
tawar yang biasa, seperti ikan bungkreng atau cere (Mosquitofish), ikan nila
(Oreochromis niloticus sp.), ikan mujair (Mozambique tilapia), ikan lele (Clarias sp.), ikan
gabus (Channa striata), ikan bawal (Bramidae). Dengan berbagai morfologi yang
berbeda. Bagian-bagian pada tubuh ikan secara morfologi dapat ditunjukkan pada
Gambar 14. berikut ini:
36
Penangkapan ikan pada praktik ini menggunakan jaring senar nilon dengan ukuran
jaring 2 inch dan lebar 4 x 60 meter, jaring kecrik, dan alat pancing.
Hasil tangkapan ikan terdapat 4 jenis: Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus
bleeker), Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus), Ikan Sapu-sapu (Hyposarcus sp),
yang merupakan ikan introduksi dan Ikan Gabus (Channa striata) yang merupakan ikan
endemik. Ikan endemik di Indonesia berjumlah sekitar 120 spesies (Lenny, 2017).
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus bleeker
Dalam bahasa inggris ikan nila dikenal sebagai Nile Tilapia. Ikan nila memiliki kebiasaan
unik setelah memijah, induk betinanya mengulum telur-telur yang telah dibuahi di dalam
rongga mulutnya atau mouth breeder (mengerami telur dalam mulut). Ikan Nila Hitam
yang tertangkap bisa dilihat pada Gambar 16. berikut:
38
Ikan nila pertama kali masuk indonesia lewat Jawa Barat pada tahun 1969. Ikan ini
diintroduksi dari Taiwan. Pada tahun 1975 didatangkan hibrid (hasil silang Tilapia nilotica
dan Tilapia mossambica) Taiwan. Nila merah yang muncul pada tahun 1981,diintroduksi
dari Filipina. Pada tahun 1988-1989 didatangkan parent stock nila citralada dari Thailand
namun tidak berkembang.
Ikan nila relatif cepat dalam proses pertumbuhan dan memiliki respon yang baik
terhadap lingkungannya sehingga sangat mudah untuk dibudidayakan. Ditinjau dari
kebiasaan makannya, ikan nila adalah ikan pemakan segala atau omnivore (Arie, 1999),
pemakan plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini dapat
dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air (Resky, 2016).
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
39
Ikan nila merupakan bahan pangan yang mengandung gizi yang cukup tinggi dan
bermanfaat bagi kesehatan tubuh dengan kandungan protein ikan nila sebesar 43,76;
lemak 7,01%; kadar abu 6,80% dan air 4,28% per 100 gram berat ikan (Mukayat, 1995).
Ikan nila merah memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan ikan air tawar yang
lain. Keunggulan tersebut yaitu pertumbuhan cepat, mudah dikembang biakkan, dan
efisien terhadap pemberian makan tambahan.Ikan ini juga tahan terhadap penyakit serta
dapat toleransi terhadap perubahan lingkungan (Niken & Suwartiningsih, 2019). Ikan
Nila Merah hasil tangkapan dapat dilihat pada Gambar 17. berikut:
Ikan nila merah ini juga banyak dikembangbiakkan dan dibudidayakan oleh petani
pembesar di Indonesia karena memiliki bentuk yang hampir menyerupai ikan kakap
merah, dan rasa dagingnya pun tidak jauh berbeda dengan ikan kakap merah juga
sering dijadikan ikan hias karna warnanya yang cantik (M. Yusuf, 2016). Ikan nila merah
merupakan hasil dari persilangan Oreochromis mossambicus (Mujair), Oreochromis
niloticus (ikan nila), dan Oreochromis homorum (Sucipto & Prihartono, 2007).
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Channidae
Genus : Channa
Spesies : Channastriata
40
Ikan gabus merupakan ikan asli dari Indonesia yang tersebar di wilayah perairan umum
Indonesia dan merupakan ikan asli di Paparan Sunda (Sumatera, Jawa, dan
Kalimantan), Wallacea (Sulawesi, Sunda Kecil, Maluku), dan Paparan Sahul (Papua).
Ikan gabus hasil tangkapan bisa dilihat pada Gambar 18. berikut:
Ikan gabus kaya akan kandungan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh, terutama protein.
Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu
membangun serta memelihara sel-sel jaringan tubuh. Protein dibutuhkan untuk proses
pertumbuhan, mengatur proses metabolisme tubuh serta menyediakan energi bagi
tubuh. Mustafa et al., (2013), dalam penelitiannya menemukan ikan gabus mengandung
Cu, Fe, Ca dan Zn, bahwa ikan gabus jenis C. striata sangat kaya akan sumber albumin,
salah satu jenis protein penting yang diperlukan tubuh manusia setiap hari. Sumber
albumin ikan gabus sangat baik digunakan bagi penderita hipoalbumin (rendah albumin)
dan penyembuhan luka pasca operasi maupun luka bakar. Bahkan masyarakat
setempat sejak dahulu telah mengetahui manfaat ikan gabus untuk mempercepat
proses penyembuhan sehingga biasanya wanita dianjurkan mengkonsumsi ikan gabus
pasca melahirkan atau pasca khitanan anak lakilaki. Menurut (Ulandari et al., 2011), ikan
gabus memiliki manfaat antara lain meningkatkan kadar albumin dan daya tahan tubuh,
mempercepat proses penyembuhan luka dalam atau luka luar.
Secara biologi ikan gabus juga merupakan ikan yang masih tahan terhadap
lingkungan perairan yang kurang baik. Dalam kondisi kekurangan air ikan gabus masih
mampu bertahan hidup karena ikan gabus memiliki alat bantu pernafasan sehingga
dapat memanfaatkan oksigen bebas di udara untuk proses pernafasan (Muslim, 2017).
Ikan gabus adalah salah satu jenis ikan tawar yang paling digemari di pasaran sebagai
ikan konsumsi karena memiliki kandungan gizi terbaik dari sekian banyak jenis ikan air
tawar dengan kadar protein terbanyak dalam plasma darah mencapai 60% sampai
memiliki manfaat untuk membantu jaringan sel baru (Sumarno, 2012) dalam luka
biasanya banyak dimanfaatkan oleh ibu yang baru saja melahirkan secara caesar.
41
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Family : Loricariidae
Genus : Glyptoperichthys
Penyebaran Daerah Asli : Ekuador, Peru
Penyerbaran Daerah Asing : Polandia
Ikan sapu-sapu ini memiliki warna tubuh coklat hitam kekuningan dengan sirip punggung
yang besar. Dengan makanannya seperti alga, ganggang bentik, detritus, cacing, dan
beberapa jenis larva serangga (Ozedilek, 2007). Ikan ini hidup diperairan tawar beriklim
tropis dan berhabitat di dasar perairan juga ikan sapu-sapu ini aktif pada malam hari
(nokturnal). Dampak yang dapat ditimbulkan oleh ikan ini meliputi perubahan struktur
lingkungan perairan, gangguan rantai makanan, persaingan dengan spesies endemik
dalam hal pemanfaatan sumberdaya penting seperti makanan dan ruang hidup,
42
perubahan komunitas tumbuhan air, dan kerusakan pada alat tangkap ikan (BKIPM,
2011).
1
0.9
0.8
0.7
0.6
Indeks ekologis
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
I II III IV V
H' 0.928521 0.73344 0.634688 0.832751 0.900909
E 0.33816721 0.381898247 0.632061895 0.601567373 0.686132101
D 0.526026 0.049927 0.000657 0.001624 0.004347301
H' E D
Dari lima titik stasiun pada Situ Tamansari, indeks keanekaragaman tertinggi terdapat
pada stasiun IV yaitu 0,70 dalam ketegori “rendah”. Indeks keseragaman tertinggi
terdapat pada stasiun IV yaitu 0,98 dalam kategori “tinggi”. Indeks Dominansi tertinggi
terdapat pada stasiun III yaitu 0,16 dalam kategori “rendah” di dominansi oleh ikan nila
43
1.2
1
Indeks Ekologis
0.8
0.6
0.4
0.2
0
I II III IV V
H' 0.610864 0.647718 0.614902 0.70618 0.59827
E 0.6912461 0.7860051 0.753144 0.9826783 0.6714603
D 0.001153635 0.06914952 0.16297668 0.025363512 0.00444444
H' E D
3.97%
2.53%
22%
71.50%
Jumlah individu dari setiap jenis ikan hasil tangkapan di Situ Tamansari, yaitu ikan
nila hitam (Oreochromis niloticus bleeker) sebanyak 107 individu, ikan nila merah
(Oreochromis niloticus) sebanyak 48 individu, dan ikan sapu-sapu (Hyposarcus sp.)
sebanyak 6 individu, oleh karena itu persentase kelimpahan relatifnya sangat berbeda
jauh. Persentase kelimpahan relatif Situ Tamansari dapat dilihat pada Gambar 23.
3.51%
28.07%
62.50%
beratnya. Dalam biologi perikanan, hubungan panjang-berat ikan merupakan salah satu
informasi pelengkap yang perlu diketahui dalam kaitan pengelolaan sumber daya
perikanan, misalnya dalam penentuan selektifitas alat tangkap agar ikan±ikan yang
tertangkap hanya yang berukuran layak tangkap (Zainal et al., 2016).
Tabel 12. Hasil Perhitungan Panjang - Berat Ikan Nila Hitam di Situ Gede
Pola
n a b r W=aLb T.hitung
pertumbuhan
Allometrik
198 0.028888 2.74809 0.83111 0.02889L 2.74809 0.25616 negatif
Keterangan :
a = intercept
b = slope
r = koefisien korelasi
n = jumlah ikan
W = persamaan linear
Berdasarkan analisis pada Tabel 13., nilai b di bawah 3 disebut alometrik negatif yang
artinya pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan bobot.
60
50
y = 3.8622x - 18.329
40 r² = 0.6816
Berat (gr)
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
-10
Panjang (cm)
Berdasarkan hasil perhitungan ikan nila hitam Gambar 24. di Situ Gede sebanyak 198
ekor dengan persamaan W = 0,25616L2.74809 dengan koefisien determinasi (r2) sebesar
0,83111 yang artinya 60% pertambahan berat tubuh ikan terjadi karena pertambahan
panjang tubuh ikan. Jika nila b kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus
dimana pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya.
Hasil analisis hubungan panjang bobot dari jumlah ikan gabus hasil tangkapan
sebanyak 4 ekor dari Situ Situ Gede dilakukan dengan bobot eksponene bukan linear
karena ada batas limit panjang pada jenis ikan yang tertangkap.
46
Tabel 13. Hasil Perhitungan Hubungan Panjang – berat Ikan Gabus di Situ Gede
Pola
n a b r W=aLb
T.hitung pertumbuhan
Allometrik
2.74809
4 0,0197 2.84969 0.9987 0,0197L 2.776445 negatif
Keterangan :
a = intercept
b = slope
r = koefisien korelasi
n = jumlah ikan
W = persamaan linear
Berdasarkan analisis pada Tabel 14., nilai b di bawah 3 yang artinya pola pertumbuhan
disebut alometrik negatif dengan artian pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan
dengan pertambahan bobot.
50
40
y = 3.6957x - 17.104
r² = 0.9318
Berat (gr)
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Panjang (cm)
Berdasarkan hasil perhitungan ikan gabus Gambar 25. di Situ Gede sebanyak 4 ekor
dengan persamaan W = 0,0197L 2.74809 dengan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,9318
yang artinya pertambahan berat tubuh ikan terjadi karena pertambahan panjang tubuh
ikan. Jika nila b kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus dimana
pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya.
Tabel 14. Hasil Perhitungan Hubungan Panjang – berat Ikan Sapu-sapu di Situ Gede
Pola
n a b R W=aLb T.hitung
pertumbuhan
Allometrik
0,714392
11 4,758133 0,714392 0.9997 4,758133L 44,282565 negatif
Keterangan :
a = intercept
47
b = slope
r = koefisien korelasi
n = jumlah ikan
W = persamaan linear
Berdasarkan analisis pada Tabel 15., nilai b di bawah 3 yang artinya pola pertumbuhan
disebut alometrik negatif dengan artian pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan
dengan pertambahan bobot.
40
35 y = 1.6506x + 8.2145
r² = 0.9493
30
25
Berat (gr)
20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Panjang (cm)
Berdasarkan hasil perhitungan ikan sapu-sapu Gambar 26. di Situ Gede sebanyak 198
ekor dengan persamaan W = 4,758133L0,714392 dengan koefisien determinasi (r2) sebesar
0,9493. Jika nila b kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus dimana
pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya.
Hasil analisis hubungan panjang bobot dari jumlah ikan nila hitam yang tertangkap
sebanyak ekor dari Situ Situ Tamansari dilakukan dengan regresi eksponen.
Tabel 15. Hasil Perhitungan Hubungan Panjang - berat Ikan Nila Hitam Di Situ
Tamansari
Pola
n a b r W=aLb T.hitung
pertumbuhan
Allometrik
107 0,00863 2,2774 0,9994 0,00863L2,2774 5,1117 negatif
Keterangan :
a = intercept
b = slope
r = koefisien korelasi
n = jumlah ikan
W = persamaan linear
48
Berdasarkan Tabel 16. nilai b dibawah 3 yang artinya pola pertumbuhan disebut
alometrik negatif dengan artian pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan dengan
pertumbuhan bobot.
50
40
y = 3.4278x - 14.588
30 r² = 0.6693
Berat (gr)
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
-10
Panjang (cm)
Berdasarkan hasil perhitungan ikan nila hitam Gambar 27. di Situ Tamansari sebanyak
107 ekor dengan persamaan W = 4,758133L0,714392 dengan koefisien determinasi (r2)
sebesar 5,1117. Jika nila b kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus dimana
pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya.
Tabel 16. Hasil Perhitungan Hubungan Panjang - berat Ikan Nila Merah di Situ
Tamansari
Pola
n a b r W=aLb T.hitung
pertumbuhan
Allometrik
0,0035
48 9,3249 0,0035 0,9987 9,3249L 9,8119 negatif
Keterangan :
a = intercept
b = slope
r = koefisien korelasi
n = jumlah ikan
W = persamaan linear
Berdasarkan Tabel 17. Nilai b dibawah 3 yang artinya pola pertumbuhan disebut
alometrik negatif dengan artian pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan dengan
pertumbuhan bobot.
49
50
40
y = 3.8027x - 17.673
30 r² = 0.7318
Berat (gr)
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
-10
Panjang (cm)
Berdasarkan hasil perhitungan ikan nila merah Gambar 28. di Situ Tamansari sebanyak
48 ekor dengan persamaan W = 9,3249L0,0035 dengan koefisien determinasi (r2) sebesar
0,7318. Jika nila b kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus dimana
pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya.
Pola
n a b r W=aLb T.hitung
Pertumbuhan
Alometrik
6 0,1132 2,16324 0,999063 0,1132L2,16324 2,083958 negative
Keterangan :
a = intercept
b = slope
r = koefisien korelasi
n = jumlah ikan
W = persamaan linear
Berdasarkan Tabel 18. Nilai b dibawah 3 yang artinya pola pertumbuhan disebut
alometrik negatif dengan artian pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan dengan
pertumbuhan bobot.
50
45
40 y = 3.6397x - 17.368
35 r² = 0.7752
30
Berat (gr)
25
20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Panjang (cm)
Berdasarkan hasil perhitungan ikan sapu-sapu Gambar 29. Di Situ Tamansari sebanyak
6 ekor dengan persamaan W = 9,3249L0,0035 dengan koefisien determinasi (r2) sebesar
0,7752. Jika nila b kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus dimana
pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya.
Gambar 30. Trofik Level pada Situ Gede dan Situ Tamansari
4.2 Saran
1. Untuk masyarakat sekitar situ dan pengunjung ekowisata situ gede dan situ tamansari
dimohon untuk tidak melakukan pembuangan sampah secara sembarangan. Hal
tersebut bertujuan agar tidak terjadi pencemaran pada kualitas air dan pencemaran
pada ekosistem.
2. Upaya pelestarian biota darat maupun perairan sekitar Situ Gede dan Situ Tamansari
perlu dilakukan secara terpadu, terintegrasi, dan berkelanjutan.
3. Perlunya penambahan stok ikan karnivor seperti: ikan bawal, ikan lele dan juga stok
ikan herbivor seperti ikan nilem, ikan tawes, dan ikan mas agar struktur komunitas
ikan di situ situ gede dan situ tamansari seimbang.
54
DAFTAR PUSTAKA
Agus, A. S., & Danu, W. (2012). Struktur Komunitas Ikan Introduksi Di Danau Batur, Bali.
Berita Biologi 11(3).
Ahmad, R., Yunafsi, & Ahmad, M. (2015). Analisis Kualitas Air Dan Beban Pencemaran
Di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. 9(4), 57–66.
Ardianto, D. (2015). Buku Pintar Budidaya Ikan Gabus. Flashbooks.
Arie, A. T. (1999). Kualitas Air Dalam Pembesaran Ikan Nila. Penebar Swadaya, 128.
Arizuna, M., Suprapto, D., & Muskananfola, M. R. (2014). Kandungan Nitrat Dan Fosfat
Dalam Air Pori Sedimen Di Sungai Dan Muara Sungai Wedung Demak.
Diponegoro Journal Of Maquares Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 7-
16. Http://Ejournal-S1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Maquares, 3, 7–16.
Asnawi. (2018). Uji Biologis Peranan Ikan Sapu-Sapu (Hypostomus Plecostomus)
Sebagai Pakan Itik Mojosari.
Atmaja, D. M. (2019). Analisis Kualitas Air Sumur Di Desa Candikuning Kecamatan
Baturiti. Media Komunikasi Geografi, 19(2), 147.
Https://Doi.Org/10.23887/Mkg.V19i2.14644
Augusta, T. S., & Evi, S. U. (2014). Analisis Hubungan Kualitas Air Terhadap Komunitas
Zooplankton Dan Ikan Di Danau Hanjalu. 3(2).
Azis, Abd., Nurgayah, W., & Salwiyah, . (2020). Hubungan Kualitas Perairan Dengan
Kelimpahan Fitoplankton Di Perairan Koeono, Kecamatan Palangga Selatan,
Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal Sapa Laut (Jurnal Ilmu Kelautan), 5(3), 221.
Https://Doi.Org/10.33772/Jsl.V5i3.13452
Badruddin, M. (2010). Model Perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau
Dan Waduk.
Barus, T. A. (2004). Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Sungai Dan Danau.
Baskara, S. (2020). Hubungan Panjang Bobot Dan Faktor Kondisi Ikan Sapu-Sapu
(Pterygoplichthys Pardalis) Di Danau Buaya, Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan.
Bkipm. (2011). Invasive Alien Species—Ikan Sapu-Sapu.
Bond, C. E. (1979). Biology Of Fishes. Saunders Company, Philadelpia.
Boyd, C. E. (1990). Water Quality In Ponds For Aquaculture. Alabama Agricultural
Experiment Station, Auburn University, Alabama.
Diana, A., Asthervina, W. P., Diana, P. R., & Irawati, M. W. (2019). Status Tropik Dan Isi
Lambung Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Dari Waduk Wonorejo, Tulungagung,
Jawa Timur.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan
Perairan.
Effendie, M. I. (1997). Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor, 112 Hal.
Effendie, M. I. (2002). Biologi Perikanan.(Id): Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
163hlm.
Eha, S., S. Y., S. R., & Triastinurmiatiningsih. (2016). Kualitas Air Dan Keanekaragaman
Plankton Di Danau Cikaret, Cibinong, Bogor.
Elfidasari, D., Noriko, N., Effendi, Y., & Puspitasari, R. L. (2017). Kualitas Air Situ Lebak
Wangi Bogor Berdasarkan Analisa Fisika, Kimia Dan Biologi. Jurnal Al-Azhar
55
M. Yusuf, A. (2016). Pertumbuhan Dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis. Sp) Strain
Merah Dan Strain Hitam Yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas. 16 No 1.
Ma’arif, M. C. (2018). Perbandingan Keanekaragaman Dan Kelimpahan Plankton Pada
Ekosistem Terumbu Karang Alami Dengan Terumbu Buatan Di Perairan Pasir
Putih Situbondo. 83.
Makmur, Rachmansyah, & Mat Fahrur. (2011). Hubungan Antara Kualitas Air Dan
Plankton Di Tambak Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi.
Mc Clanahan, Tr., & Sc Mangi. (2004). Gear-Based Management Of A Tropical Artisanal
Fishery Based On Spesies Selectivity And Capture Size. Fisheries Management
And Ecology, 51–60.
Mcclanahan, T., & Mangi. (2004). Gearbased Management Of A Tropical Artisanal
Fishery Based On Species Selectivity And Capture Size. Fisheries Management
And Ecology, 51–60.
Meidiana, S., & Hari, S. (2018). Teknik Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
Di Instalasi Budidaya Air Tawar Pandaan, Jawa Timur. 7 (3).
Mukayat. (1995). Pengantar Lingkungan Perairan Dan Budidaya Air. Penerbit Liberty.
Muslim, S. Pi., M. Si. (2017). Budidaya Ikan Gabus (Channa Striata).
Mustafa, A., H., S., & N., P. M. A. W. (2013). Determination Of Nutrient And Amino Acid
Composition Of Pasuruan Channa Striata Extrct.
Nancy, E. (2007). Kajian Pengelolaan Kawasan Wisata Di Lido Kabupaten Bogor, Jawa
Barat.
Niken, K. N., & Suwartiningsih, N. (2019). Pertumbuhan Dan Survival Rate Ikan Nila
Merah (Oreochromis Sp.) Nilasa Pada Beberapa Salinitas.
Ningrum, E. W., Romandani, I., Gayatri, L., & A’yun, Z. Q. A. (2014). Efektivitas Bivalvia
Sebagai Bioremidiator Polutan Perairan: Studi Kasus Waduk Situ Gede Bogor.
Nurjanah, Sembiring, R., & Abdullah, A. (2012). Analisis Kandungan Logam Berat
Daging Kijing (Pilsbryoconcha Exilis) Lokal Dari Perairan Situ Gede, Bogor. 1, 1–
7.
Nurranisa, I., Suryanti, & Pujiono, W. P. (2015). Kesuburan Perairan Berdasarkan Nitrat,
Fosfat, Dan Klorofil-A Di Perairan Ekosistem Terumbu Karang Pulau
Karimunjawa. 4 (2).
Nybakken, J. W. (1988). Biologi Laut Sutau Pendekatan Ekologi.
Odum, E. P. (1993). Dasar-Dasar Ekologi. Penerjemahan: Samingan, T Dan B.
Srigandono. Gajahmada University Press.
Ozedilek, S. Y. (2007). Possible Therats For Middle East Inland Water; An Exotic
Species, Pterygoplichthys Disjuntivus (Weber 1991) In Asi River, Turkey (Pisces:
Loricariidae). 302–306.
Partomo, Mangkuprawira, S., Hubeis, A. V. S., & Adrianto, L. (2011). Pengelolaan Danau
Berbasis Co-Management: Kasus Rawa Pening. (1) 2, 106–113.
Patricia, C., Astono, W., & Hendrawan, D. I. (2018). Kandungan Nitrat Dan Fosfat Di
Sungai Ciliwung. Prosiding Seminar Nasional Cendekiawan, 179–185.
Popy, M., & Siti, A. (2018). Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata
Berbasis Potensi Desa Di Kampung Wisata Situ Gede Bogor. Jurnal Sains
Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat (Jskpm), Vol. 2 (1): 59-70.
57
Purwati, H., Fachrul, M. F., & Hendrawan, D. I. (2019). Penentuan Status Mutu Air Situ
Gede, Kota Tangerang Menggunakan Metode Indeks Kualitas Air-National
Sanitation Foundation (Ika-Nsf). 196–204.
Rahman, E. C., Masyamsir, & Rizal, A. (2016). Kajian Variabel Kualitas Air Dan
Hubungannya Dengan Produktivitas Primer Fitoplankton Di Perairan Waduk
Darma Jawa Barat. 7 No 1, 93–102.
Resky, Y. N. (2016). Keanekaragaman Ikan Air Tawar Di Perairan Danau Tempe.
Rizki, A., Djayus, Y., & Muhtadi, A. (2015). Analisis Kualitas Air Dan Beban Pencemaran
Di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat (Analysis Of
Water Quality And Pollution Load In Pondok Lapan Lake Kecamatan Salapian
Kabupaten Langkat). Aquacoastmarine, 57–66.
Rusmilyansari, & Aminah, S. (2012). Buku Teknologi Dan Manajemen Perikanan
Tangkap.
Sari, R. (2018). Kandungan Sisa Klor Bebas Pada Kolam Renang Umum Dan Gejala
Iritasi Mata Serta Kulit Di Kabupaten Jember. 94.
Sitorus, M. (2009). Hubungan Nilai Produktivitas Primer Dengan Konsentrasi Klorofil A,
Dan Faktor Fisik Kimia Di Perairan Danau Toba, Balige, Sumatera Utara.
Sparre, P., & Venema, S. C. (1992). Introduction To Tropical Fish Stock Assessment.
Part I-Manual. Fao Fisheries Technical Paper. Danida Fao.
Sri, R., Aditia, S. F., Afresa, B. P. E., & Hanif, Z. (2021). Kajian Cod Dan Bod Dalam Air
Di Lingkungan Tempat Pemrosesan Akhir (Tpa) Sampah Kaliori Kabupaten
Banyumas. 13, 40–49.
Sucipto, & Prihartono. (2007). Pembesaran Nila Hitam Bangkok Di Karamba Jaring
Apung, Kolam Air Deras, Kolam Air Tenang Dan Karamba.
Sudinno, D., Jubaedah, I., & Anas, P. (2015). Kualitas Air Dan Komunitas Plankton Pada
Tambak Pesisir Kabupaten Subang, Jawa Barat. 13–28.
Sugianti, Y., & Astuti, L. (2018). Respon Oksigen Terlarut Terhadap Pencemaran Dan
Pengaruhnya Terhadap Keberadaan Sumber Daya Ikan Di Sungai Citarum.
Sukmawati, R., & Santosa, E. (2020). Program Kawasan Agrowisata Pertanian Talas Di
Kelurahan Situ Gede Kabupaten Bogor. 2 (5), 696–700.
Sumarno, S. (2012). Albumin Ikan Gabus (Snakesheads Fish) Dan Kesehatan. 10 No 1,
60–63.
Suryono, T., F, S., S, S., Aa, M., & Triyanto. (2006). Kajian Karakteristik Limnologi Untuk
Untuk Pengelolaan Habitat Perairan D. Batur. Pusat Penelitian Limnologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong, 233.
Tamamu, A. D. (2020). Analisis Bod (Biological Oxygen Demand) Di Perairan Desa
Prancak Kecamatan Sepulu, Bangkalan. 1.
Telaumbanua, K. (2019). Pengaruh Pemberian Hasil Fermentasi Dedak Dengan Ragi
Roti Terhadap Parameter Fisika, Kimia Dan Biologi Air Serta Pertumbuhan Dan
Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Sangkuriang (Clarias Sp). 15.
Ulandari, A. D., D., K., & A. S, P. (2011). Potensi Protein Ikan Gabus Dalam Mencegah
Kwashiorkor Pada Balita Di Provinsi Jambi. Universitas Jambi.
Ungaro, N., G, M., & R, M. (1998). Demersal Fish Asssemblages Biodiversity As An
Index Of Fishery Resources Exploitation. 551–516.
Wening, I., Sahala, H., & Churun, A. (2016). Status Trofik Perairan Berdasarkan Nitrat,
Fosfat, Dan Klorofil-A Di Waduk Jatibarang, Kota Semarang. 5 (4), 258–264.
58
Yuanda, M. A., Dhahiyat, Y., & Herawati, T. (2012). Struktur Komunitas Ikan Di Hulu
Sungai Cimanuk Kabupaten Garut. 3 No. 3, 229–236.
Zainal, M., Irma, D., & Dwinna Aliza. (2016). Kajian Hubungan Panjang Berat Dan Faktor
Kondisi Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Dan Ikan Belanak (Mugil Cephalus)
Yang Tertangkap Di Sungai Matang Guru, Kecamatan Madat, Kabupaten Aceh
Timur. 1, 397–403.
LAMPIRAN
59
Stasiun Pengamatan
Jumlah
No Family Spesies I II III IV V
(ind)
(ind) (ind) (ind) (ind) (ind)
Oreochromis niloticus
16 57 83 31 11 198
1 Cichlidae bleeker
2 Cichlidae Oreochromis niloticus 12 9 23 12 5 61
3 Channidae Channa striata 1 2 0 4 0 3
4 Loricarinae Hyposarcus sp. 1 5 3 0 2 11
Jumlah 30 73 109 47 18 273
Situ Tamansari
Stasiun Pengamatan
Jumlah
No Family Spesies I II III IV V
(ind)
(ind) (ind) (ind) (ind) (ind)
Oreochromis niloticus
7 25 44 21 10 107
1 Cichlidae bleeker
2 Cichlidae Oreochromis niloticus 3 12 17 12 4 48
4 Loricarinae Hyposarcus sp. 0 2 4 0 0 6
Jumlah 10 39 65 43 14 161
60
Lampiran 2. Data Hubungan Panjang – Berat Ikan Nila Hitam Situ Gede
P (cm)
No
X B (gr) Y Ln.B Ln.P X2 Y2 XY
1 12.5 28.2 2.525729 3.339322 6.379305 40.69553 8.434221
2 9.1 10.4 2.208274 2.341806 4.876476 23.78002 5.17135
3 13.5 26.7 2.60269 3.284664 6.773994 45.88699 8.54896
4 10.8 30.4 2.379546 3.414443 5.66224 32.06096 8.124824
5 6.5 3 1.871802 1.098612 3.503643 12.27552 2.056385
6 6.8 4.7 1.916923 1.547563 3.674592 13.50263 2.966558
7 8.9 8.6 2.186051 2.151762 4.77882 22.83712 4.703863
8 10 28.6 2.302585 3.353407 5.301898 28.11012 7.721504
9 6 3.2 1.791759 1.163151 3.210402 10.30668 2.084086
10 4 2.4 1.386294 0.875469 1.921812 3.693362 1.213657
11 12.6 30.5 2.533697 3.417727 6.41962 41.21152 8.659483
12 9.2 8.9 2.219203 2.186051 4.924864 24.25429 4.851293
13 13.6 34.2 2.61007 3.532226 6.812464 46.40967 9.219355
14 10.1 29.1 2.312535 3.370738 5.34782 28.59918 7.794951
15 6 3.9 1.791759 1.360977 3.210402 10.30668 2.438543
16 12.6 28 2.533697 3.332205 6.41962 41.21152 8.442796
17 9.2 27.3 2.219203 3.306887 4.924864 24.25429 7.338654
18 13.5 34.2 2.60269 3.532226 6.773994 45.88699 9.193287
19 10 29.3 2.302585 3.377588 5.301898 28.11012 7.777183
20 6.5 3.8 1.871802 1.335001 3.503643 12.27552 2.498858
21 6 4.1 1.791759 1.410987 3.210402 10.30668 2.528149
22 8.5 8.9 2.140066 2.186051 4.579883 20.97533 4.678294
23 6.5 3.2 1.871802 1.163151 3.503643 12.27552 2.177188
24 7.2 4.9 1.974081 1.589235 3.896996 15.18658 3.137279
25 10.8 29.2 2.379546 3.374169 5.66224 32.06096 8.02899
26 12.7 27.2 2.541602 3.303217 6.459741 41.72825 8.395463
27 9.3 7 2.230014 1.94591 4.972964 24.73037 4.339408
28 13.7 37.2 2.617396 3.616309 6.850761 46.93293 9.465311
29 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
30 6 8 1.791759 2.079442 3.210402 10.30668 3.725859
31 12.7 27.1 2.541602 3.299534 6.459741 41.72825 8.386102
32 9.3 8 2.230014 2.079442 4.972964 24.73037 4.637185
33 13.7 2 2.617396 0.693147 6.850761 46.93293 1.814241
34 10 26.7 2.302585 3.284664 5.301898 28.11012 7.563217
35 6.17 8.1 1.819699 2.091864 3.311304 10.96473 3.806563
36 6 27 1.791759 3.295837 3.210402 10.30668 5.905347
37 8.2 9 2.104134 2.197225 4.427381 19.6017 4.623255
38 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 6.709604 1.768148
39 6.2 3.3 1.824549 1.193922 3.32898 11.08211 2.17837
40 8.2 8 2.104134 2.079442 4.427381 19.6017 4.375424
41 12.8 27.1 2.549445 3.299534 6.499671 42.24572 8.41198
61
P (cm)
No
X B (gr) Y Ln.B Ln.P X2 Y2 XY
42 9.4 10 2.24071 2.302585 5.02078 25.20823 5.159425
43 13.8 36.7 2.624669 3.602777 6.888885 47.45674 9.456095
44 10 28.9 2.302585 3.363842 5.301898 28.11012 7.745532
45 7 6.5 1.94591 1.871802 3.786566 14.33808 3.642359
46 12.8 28.3 2.549445 3.342862 6.499671 42.24572 8.522443
47 7 4.1 1.94591 1.410987 3.786566 14.33808 2.745654
48 13.4 34 2.595255 3.526361 6.735347 45.3649 9.151804
49 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
50 7 6.5 1.94591 1.871802 3.786566 14.33808 3.642359
51 11 27 2.397895 3.295837 5.749902 33.06137 7.903072
52 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 6.709604 1.768148
53 4.2 2.6 1.435085 0.955511 2.059468 4.241407 1.37124
54 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
55 8 4 2.079442 1.386294 4.324077 18.69764 2.882718
56 12 27 2.484907 3.295837 6.174761 38.12767 8.189847
57 9.5 25.1 2.251292 3.222868 5.068315 25.68781 7.255616
58 13.9 34.9 2.631889 3.552487 6.926839 47.9811 9.34975
59 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
60 6.3 3.8 1.84055 1.335001 3.387623 11.47599 2.457136
61 12.3 30 2.509599 3.401197 6.298088 39.66592 8.535642
62 9.5 25.1 2.251292 3.222868 5.068315 25.68781 7.255616
63 13 34 2.564949 3.526361 6.578965 43.28278 9.044936
64 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
65 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
66 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
67 6 2.5 1.791759 0.916291 3.210402 10.30668 1.641773
68 9.3 24.2 2.230014 3.186353 4.972964 24.73037 7.105612
69 8 4 2.079442 1.386294 4.324077 18.69764 2.882718
70 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
71 12 37.2 2.484907 3.616309 6.174761 38.12767 8.98619
72 9 26.2 2.197225 3.265759 4.827796 23.30761 7.175607
73 12 10 2.484907 2.302585 6.174761 38.12767 5.721709
74 9 24.9 2.197225 3.214868 4.827796 23.30761 7.063787
75 13 34 2.564949 3.526361 6.578965 43.28278 9.044936
76 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
77 6.5 2.14 1.871802 0.760806 3.503643 12.27552 1.424078
78 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
79 8 7.1 2.079442 1.960095 4.324077 18.69764 4.075903
80 10 28.1 2.302585 3.33577 5.301898 28.11012 7.680893
81 6 2.9 1.791759 1.064711 3.210402 10.30668 1.907706
82 7 3.4 1.94591 1.223775 3.786566 14.33808 2.381357
83 7 3.4 1.94591 1.223775 3.786566 14.33808 2.381357
62
P (cm)
No
X B (gr) Y Ln.B Ln.P X2 Y2 XY
84 7 3.4 1.94591 1.223775 3.786566 14.33808 2.381357
85 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
86 6 2.9 1.791759 1.064711 3.210402 10.30668 1.907706
87 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
88 11 26.9 2.397895 3.292126 5.749902 33.06137 7.894174
89 9.1 10.4 2.208274 2.341806 4.876476 23.78002 5.17135
90 13.5 26.7 2.60269 3.284664 6.773994 45.88699 8.54896
91 10.8 30.4 2.379546 3.414443 5.66224 32.06096 8.124824
92 6.5 3 1.871802 1.098612 3.503643 12.27552 2.056385
93 6.8 4.7 1.916923 1.547563 3.674592 13.50263 2.966558
94 8.9 8.6 2.186051 2.151762 4.77882 22.83712 4.703863
95 10 28.6 2.302585 3.353407 5.301898 28.11012 7.721504
96 6 3.2 1.791759 1.163151 3.210402 10.30668 2.084086
97 4 2.4 1.386294 0.875469 1.921812 3.693362 1.213657
98 12.6 30.5 2.533697 3.417727 6.41962 41.21152 8.659483
99 9.2 8.9 2.219203 2.186051 4.924864 24.25429 4.851293
100 13.6 34.2 2.61007 3.532226 6.812464 46.40967 9.219355
101 10.1 29.1 2.312535 3.370738 5.34782 28.59918 7.794951
102 6 3.9 1.791759 1.360977 3.210402 10.30668 2.438543
103 12.6 28 2.533697 3.332205 6.41962 41.21152 8.442796
104 9.2 27.3 2.219203 3.306887 4.924864 24.25429 7.338654
105 13.5 34.2 2.60269 3.532226 6.773994 45.88699 9.193287
106 10 29.3 2.302585 3.377588 5.301898 28.11012 7.777183
107 6.5 3.8 1.871802 1.335001 3.503643 12.27552 2.498858
108 6 4.1 1.791759 1.410987 3.210402 10.30668 2.528149
109 8.5 8.9 2.140066 2.186051 4.579883 20.97533 4.678294
110 6.5 3.2 1.871802 1.163151 3.503643 12.27552 2.177188
111 7.2 4.9 1.974081 1.589235 3.896996 15.18658 3.137279
112 10.8 29.2 2.379546 3.374169 5.66224 32.06096 8.02899
113 12.7 27.2 2.541602 3.303217 6.459741 41.72825 8.395463
114 9.3 7 2.230014 1.94591 4.972964 24.73037 4.339408
115 13.7 37.2 2.617396 3.616309 6.850761 46.93293 9.465311
116 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
117 6 8 1.791759 2.079442 3.210402 10.30668 3.725859
118 12.7 27.1 2.541602 3.299534 6.459741 41.72825 8.386102
119 9.3 8 2.230014 2.079442 4.972964 24.73037 4.637185
120 13.7 2 2.617396 0.693147 6.850761 46.93293 1.814241
121 10 26.7 2.302585 3.284664 5.301898 28.11012 7.563217
122 6.17 8.1 1.819699 2.091864 3.311304 10.96473 3.806563
123 6 27 1.791759 3.295837 3.210402 10.30668 5.905347
124 8.2 9 2.104134 2.197225 4.427381 19.6017 4.623255
125 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 6.709604 1.768148
63
P (cm)
No
X B (gr) Y Ln.B Ln.P X2 Y2 XY
126 6.2 3.3 1.824549 1.193922 3.32898 11.08211 2.17837
127 8.2 8 2.104134 2.079442 4.427381 19.6017 4.375424
128 12.8 27.1 2.549445 3.299534 6.499671 42.24572 8.41198
129 9.4 10 2.24071 2.302585 5.02078 25.20823 5.159425
130 13.8 36.7 2.624669 3.602777 6.888885 47.45674 9.456095
131 10 28.9 2.302585 3.363842 5.301898 28.11012 7.745532
132 7 6.5 1.94591 1.871802 3.786566 14.33808 3.642359
133 12.8 28.3 2.549445 3.342862 6.499671 42.24572 8.522443
134 7 4.1 1.94591 1.410987 3.786566 14.33808 2.745654
135 13.4 34 2.595255 3.526361 6.735347 45.3649 9.151804
136 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
137 7 6.5 1.94591 1.871802 3.786566 14.33808 3.642359
138 11 27 2.397895 3.295837 5.749902 33.06137 7.903072
139 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 6.709604 1.768148
140 4.2 2.6 1.435085 0.955511 2.059468 4.241407 1.37124
141 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
142 8 4 2.079442 1.386294 4.324077 18.69764 2.882718
143 12 27 2.484907 3.295837 6.174761 38.12767 8.189847
144 9.5 25.1 2.251292 3.222868 5.068315 25.68781 7.255616
145 13.9 34.9 2.631889 3.552487 6.926839 47.9811 9.34975
146 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
147 6.3 3.8 1.84055 1.335001 3.387623 11.47599 2.457136
148 12.3 30 2.509599 3.401197 6.298088 39.66592 8.535642
149 9.5 25.1 2.251292 3.222868 5.068315 25.68781 7.255616
150 13 34 2.564949 3.526361 6.578965 43.28278 9.044936
151 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
152 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
153 11 25.6 2.397895 3.242592 5.749902 33.06137 7.775397
154 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
155 9 24.9 2.197225 3.214868 4.827796 23.30761 7.063787
156 8 4 2.079442 1.386294 4.324077 18.69764 2.882718
157 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
158 12 37.2 2.484907 3.616309 6.174761 38.12767 8.98619
159 9 26.2 2.197225 3.265759 4.827796 23.30761 7.175607
160 12 10 2.484907 2.302585 6.174761 38.12767 5.721709
161 9 24.9 2.197225 3.214868 4.827796 23.30761 7.063787
162 13 34 2.564949 3.526361 6.578965 43.28278 9.044936
163 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
164 6.5 2.14 1.871802 0.760806 3.503643 12.27552 1.424078
165 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
166 8 7.1 2.079442 1.960095 4.324077 18.69764 4.075903
167 10 28.1 2.302585 3.33577 5.301898 28.11012 7.680893
64
P (cm)
No
X B (gr) Y Ln.B Ln.P X2 Y2 XY
168 6 2.9 1.791759 1.064711 3.210402 10.30668 1.907706
169 7 3.4 1.94591 1.223775 3.786566 14.33808 2.381357
170 7 3.4 1.94591 1.223775 3.786566 14.33808 2.381357
171 7 3.4 1.94591 1.223775 3.786566 14.33808 2.381357
172 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
173 6 2.9 1.791759 1.064711 3.210402 10.30668 1.907706
174 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
175 12 28 2.484907 3.332205 6.174761 38.12767 8.280217
176 12.3 30 2.509599 3.401197 6.298088 39.66592 8.535642
177 9.5 25.1 2.251292 3.222868 5.068315 25.68781 7.255616
178 13 34 2.564949 3.526361 6.578965 43.28278 9.044936
179 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
180 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
181 11 25.6 2.397895 3.242592 5.749902 33.06137 7.775397
182 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
183 9 24.9 2.197225 3.214868 4.827796 23.30761 7.063787
184 8 4 2.079442 1.386294 4.324077 18.69764 2.882718
185 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
186 12 37.2 2.484907 3.616309 6.174761 38.12767 8.98619
187 9 26.2 2.197225 3.265759 4.827796 23.30761 7.175607
188 12 10 2.484907 2.302585 6.174761 38.12767 5.721709
189 9 24.9 2.197225 3.214868 4.827796 23.30761 7.063787
190 13 34 2.564949 3.526361 6.578965 43.28278 9.044936
191 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
192 6.5 2.14 1.871802 0.760806 3.503643 12.27552 1.424078
193 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
194 8 7.1 2.079442 1.960095 4.324077 18.69764 4.075903
195 10 28.1 2.302585 3.33577 5.301898 28.11012 7.680893
196 6 2.9 1.791759 1.064711 3.210402 10.30668 1.907706
197 7 3.4 1.94591 1.223775 3.786566 14.33808 2.381357
198 7 3.4 1.94591 1.223775 3.786566 14.33808 2.381357
Jumlah 428.0404 474.5144 943.9381 4837.608 1076.906
Rata-
rata 2.16182 2.396537 4.767364 24.43236 5.438919
T.
(3-b)/sb Hitung 2.995358
tinv(0.05,n) T.Tabel 1.999624
tinv(0.01,n) 2.658857
66
Lampiran 3. Data Hubungan Panjang – Berat Ikan Nila Merah Situ Gede
T.
(3-b)/sb Hitung 2.995358
tinv(0.05,n) T.Tabel 1.999624
tinv(0.01,n) 2.658857
68
T.
(3-b)/sb Hitung 0.307885
tinv(0.05,n) T.Tabel 2.776445
tinv(0.01,n) 4.604095
69
T.
(3-b)/sb Hitung 44.28257
tinv(0.05,n) T.Tabel 2.200985
tinv(0.01,n) 3.105807
70
Lampiran 6. Data Hubungan Panjang – Berat Ikan Nila Hitam Situ Tamansari
T.
(3-b)/sb Hitung 5.111686
73
Lampiran 7. Data Hubungan Panjang – Berat Ikan Nila Merah Situ Tamansari
T.
(3-b)/sb Hitung 9.811853
tinv(0.05,n) T.Tabel 2.010635
tinv(0.01,n) 2.682204
76
T.
(3-b)/sb Hitung 2.083958
tinv(0.05,n) T.Tabel 2.446912
77
Lampiran 9. Dokumentasi
Ikan gabus yang tertangkap; Pancing Mengeluarkan ikan dari jaring nilon
RIWAYAT HIDUP