Anda di halaman 1dari 87

STRUKTUR KOMUNITAS IKAN DI SITU GEDE DAN SITU TAMANSARI

KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

KARYA ILMIAH PRAKTIK AKHIR

Oleh:
REVA BALQIS AMIR

POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN


2021
2

STRUKTUR KOMUNITAS IKAN DI SITU GEDE DAN SITU TAMANSARI


KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

Oleh:
REVA BALQIS AMIR
NRP 53175212081

Karya Ilmiah Praktik Akhir Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Perikanan

PROGRAM SARJANA TERAPAN


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN
POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN
JAKARTA
2021
KARYA ILMIAH PRAKTIK AKHIR

Judul : Struktur Komunitas Ikan di Situ Gede dan Situ Tamansari,


Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat
Penyusun : Reva Balqis Amir
NRP : 53175212081
Program Studi : Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan

Menyetujui
Dosen Pembimbing,

Dadan Zulkifli, S. Ag., M.M Ir. Basuki Rachmad, M. Si


Pembimbing I Pembimbing II

Eri Setiadi, S. Si, M. Sc


Pembimbing III

Mengetahui,

Ilham, S.St.Pi., M.Sc., Ph.D Dr. Meuthia Aula Jabbar, A.Pi., M.Si
Direktur Ketua Program Studi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Ilmiah Praktik Akhir “Struktur
Komunitas Ikan di Situ Gede dan Situ Tamansari Kota Bogor Provinsi Jawa
Barat” adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Ilmiah Praktik Akhir ini.
Apabila di kemudian hari pernyataan yang saya buat tidak sesuai, maka saya
bersedia dicabut gelar kesarjanaannya oleh Politeknik Ahli Usaha Perikanan.

Jakarta, 19 Agustus 2021

REVA BALQIS AMIR


NRP 53175212081
ii

© Hak Cipta Politeknik Ahli Usaha Perikanan, Tahun 2021


Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan, tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar Politeknik Ahli Usaha Perikanan.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis


dalam bentuk apa pun tanpa izin Politeknik Ahli Usaha Perikanan.
3

RINGKASAN

REVA BALQIS AMIR, NRP 53175212081. STRUKTUR KOMUNITAS IKAN DI SITU


GEDE DAN SITU TAMANSARI, KOTA BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT.
DIBIMBING OLEH DADAN ZULKIFLI, BASUKI RACHMAD, DAN ERI SETIADI.
Situ merupakan istilah di Jawa Barat, untuk danau atau suatu badan air tergenang
yang terbentuk baik secara alamiah maupun buatan manusia. Sumber air yang
ditampung dapat berasal dari mata air, air limpasan, sungai, atau saluran pembuangan
(Lukman, 2010). Situ adalah perairan lentik (lentic water) atau badan air yang
merupakan bagian dari ekosistem perairan darat yang sering dihubungkan dengan
keadaan kandungan nutrien yang dipengaruhi oleh kondisi hidrologi dan komunitas biota
yang keberadaannya memperkaya ekosistem situ (Augusta & Evi, 2014). Situ memiliki
fungsi yang sangat penting bagi pembangunan dan kehidupan manusia juga berjasa
sebagai kenyamanan, budaya, pendidikan, jasa lingkungan, kemasyarakatan, jasa
spiritual, ketahanan masyarakat, ekonomi, sosial-ekologi dan rekreasi (Partomo et al.,
2011). Berdasarkan cara terbentuknya situ dibedakan menjadi dua yaitu, situ alami dan
situ buatan. Situ alami merupakan situ yang terbentuk secara alamiah, sedangkan situ
buatan adalah situ yang sengaja dibentuk oleh manusia (Nancy, 2007).
Situ yang berpotensi yaitu situ Situ Gede, yang berada di Kelurahan Situ Gede,
Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor (Sukmawati & Santosa, 2020). Dari 7 situ yang
terdapat di Kota Bogor, Situ Gede secara geografis, terletak pada 6° 33′ 8.1″ LS, 106°
44′ 46.5″ BT tepat berada di kelurahan Situ Gede berbatasan dengan Desa Semplak di
sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Bubulak, sebelah barat
berbatasan dengan Desa Cikarawang, dan sebelah selatan berbatasan dengan
Kelurahan Balumbang (Nurjanah et al., 2012). Situ Gede juga merupakan sumber
pengairan lahan pertanian, pemasok air bagi kolam ikan disekitar situ, juga digunakan
sebagai pemenuh kebutuhan air warga (Ningrum et al., 2014). Situ yang berpotensi
kedua yaitu Situ Situ Tamansari, yang berada di kecamatan Tamansari, Kota Bogor.
Kedua situ tersebut telah dimanfaatkan masyarakat di sektor perikanan, selain sektor
pariwisata yang telah berkembang sebelumnya (Suryono et al., 2006).
Perubahan lingkungan maupun kualitas air pada perairan situ akan mempengaruhi
keberadaan komunitas ikan yang berada pada situ tersebut. Fenomena ini tentu akan
mengancam penurunan populasi ikan dan terancam pada kepunahan jika tidak
dilakukan upaya konservasi. Konsep komunitas berperan untuk menganalisis kondisi
suatu lingkungan perairan (Agus & Danu, 2012). Komposisi dan karakteristik komunitas
merupakan indikator yang sangat baik untuk menunjukkan kondisi lingkungan dan status
ekologi komunitas ikan terkait dengan kestabilan ekosistem (Krebs, 1989). Karena
apabila keseimbangan kualitas air mulai terganggu maka akan terjadi permasalahan
lingkungan yang angat merugikan bagi keberlangsungan hidup biota perairan (Yuanda
et al., 2012). Informasi mengenai komunitas ikan-ikan di Situ Gede dan Situ Tamansari
relatif masih jarang. Oleh karena itu, suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
struktur komunitas ikan di Situ Gede dan Situ Tamansari berdasarkan indeks-indeks
ekologisnya perlu dilakukan.
4

Praktik akhir ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas ikan yang
tertangkap, meliputi keanekaragaman dan keseragaman spesies, indeks dominansi,
kelimpahan relatif, hubungan panjang-berat, dan tingkat trofik. Mengetahui parameter
kualitas perairan di perairan Situ Gede dan Situ Tamansari Kota Bogor, Provinsi Jawa
Barat, meliputi: suhu, pH, kecerahan, DO, BOD, COD, nitrat, fosfat, dan plankton.
Metode yang digunakan selama praktik akhir adalah menggunakan metode survei, yaitu
data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer yang meliputi
data struktur komunitas ikan (keanekaragaman, keseragaman spesies, indeks dominasi,
kelimpahan relatif, hubungan panjang-berat, dan tingkat trofik), parameter lingkungan
perairan (suhu, kecerahan, pH, DO, BOD, COD, nitrat, fosfat, dan plankton). Sedangkan
untuk data sekunder yang diperoleh dari pustaka berupa buku dan jurnal yang
berhubungan dengan topik yang diangkat. Dengan cara penangkapan, penangkapan
adalah kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan ikan-ikan yang ada diperairan yang
tidak dalam keadaan dibudidayakan (Rusmilyansari & Aminah, 2012).
Hasil pengamatan yaitu kondisi kedua situ terpantau tercemar ringan, akibat masih
banyaknya masyarakat yang melakukan pembuangan sampah sembarangan ke
perairan situ. Ikan yang tertangkap hanya 4 spesies, yaitu ikan nila hitam, ikan nila
merah, ikan gabus dan ikan sapu-sapu. Berdasarkan persentase tingkat trofik di Situ
Situ Gede dan Situ Tamansari, terpantau bahwa ikan yang memiliki nilai trofik paling
tinggi yaitu jenis omnivora sebesar 93% dan terendah 3% yaitu karnivora.
Menggambarkan interaksi langsung antar spesies yang ada pada Situ Gede dan Situ
Tamansari. Peranan plankton yang tertangkap yaitu sebagai produsen karena
keberadaannya tidak bergantung pada ketersediaan makanan, akan tetapi
keseimbangan alam. Peranan ikan nila dan ikan sapu-sapu, sebagai konsumen
pertama. sedangkan peranan ikan gabus sebagai predator. Berdasarkan hal ini bahwa
Situ Gede dan Situ Tamansari memiliki energi yang besar karena pendeknya rantai
makanannya.

Kata kunci : Situ Gede, Situ Tamansari, tingkat trofik, struktur komunitas
i

i
iii

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah
Praktik Akhir (KIPA) yang berjudul “Struktur Komunitas Ikan Di Situ Gede dan Situ
Tamansari, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat”. Karya Ilmiah Praktik Akhir ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Terapan
Perikanan (S.Tr.Pi.) pada Program Studi Teknologi Pengelolaan Sumberdaya
Perairan, Politeknik Ahli Usaha Perikanan.
Laporan Karya Ilmiah Praktik Akhir ini terdiri dari 4 (empat) bab yaitu:
Pendahuluan, Metodologi, Hasil dan Pembahasan, serta Simpulan dan Saran.
Bimbingan, koreksi, dan saran dari dosen pembimbing (Bapak Basuki Rachmad dan
Bapak Dadan Zulkifli) dalam mewujudkan sebuah karya ilmiah ini diharapkan bisa
menambah ilmu pengetahuan bagi penulis, khususnya dalam menyusun karya ilmiah.
Upaya maksimal telah penulis lakukan untuk merampung karya ini, namun
penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan penulis untuk
menyempurnakan karya ilmiah ini.

Jakarta, 19 Agustus 2021

Penulis

iii
iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penyusunan Laporan Karya Ilmiah Praktik Akhir ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Selama proses penyusunan Karya Ilmiah
Praktik Akhir (KIPA) ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dadan
Zulkifli, S. Ag., M.M, Bapak Ir. Basuki Rachmad, M. Si selaku Dosen Pembimbing I
dan Dosen Pembimbing II juga Bapak Eri Setiadi, S. Si, M. Sc selaku Dosen
Pembimbing III yang telah memberikan bimbingan, dorongan, dan semangat dalam
penyusunan Karya Ilmiah Praktik Akhir ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
pula kepada:
1. Ilham, S.St.Pi., M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Politeknik AUP;
2. Dr. Heri Triyono, A.Pi., M.Kom., selaku Wakil Direktur I Politeknik AUP;
3. Arpan Nasri Siregar, A.Pi, M.St.Pi., selaku Wakil Direktur II Politeknik AUP;
4. Dr. Ita Junita Puspadewi, A.Pi., M.Pd., selaku Wakil Direktur III Politeknik AUP;
5. Dr. Meuthia A. Jabbar, A.Pi., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Teknologi
Pengelolaan Sumberdaya Perairan, Politeknik AUP;
6. Kedua orang tua yang senantiasa selalu mendukung, baik moral maupun materil;
7. Kepala Instalasi Riset Teknologi Budidaya Air Tawar dan Toksikologi Cibalagung
beserta staf yang telah membantu selama pengambilan data di lapangan dan
analisis di laboratorium;
8. Keluarga Bapak Hendra yang telah banyak membantu saat di lapangan;
9. Sahabat, teman, adik tingkat, kakak tingkat, dan rekan seperjuangan yang telah
banyak membantu selama masa pendidikan di Politeknik AUP;
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Ilmiah Praktik Akhir
(KIPA).

iv
v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii


UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
1. PENDAHULUAN ............................................................................................. 9
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 9
1.2 Tujuan ...................................................................................................... 10
1.3 Batasan Masalah ...................................................................................... 10
1.4 Manfaat .................................................................................................... 10
2. METODOLOGI .............................................................................................. 11
2.1 Waktu dan Tempat ................................................................................... 11
2.1 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 14
2.2 Teknik Pengambilan Data......................................................................... 14
2.2.1 Identifikasi Jenis Ikan Yang Tertangkap; ............................................ 14
2.4 Metode Analisis Data................................................................................ 18
2.4.4 Indeks Keanekaragaman (H’) ............................................................ 18
2.4.6 Kelimpahan Relatif ............................................................................. 18
2.4.7 Indeks Dominansi .............................................................................. 19
2.4.9 Tingkat Trofik Ikan Yang Tertangkap ................................................. 20
3. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 21
3.1 Kondisi Umum Lokasi Praktik ................................................................... 21
3.1.1 Kondisi Umum Lokasi Praktik Situ Gede ............................................ 21
3.1.2 Kondisi Umum Lokasi Praktik Situ Tamansari .................................... 22
3.2 Kualitas Perairan ...................................................................................... 22
3.2.1 Suhu .................................................................................................. 25
3.2.2 Kecerahan ......................................................................................... 26
3.2.3 Power of Hydrogen (pH) .................................................................... 26
3.2.4 Dissolved Oxyge (DO) ....................................................................... 27
3.2.5 Biochemical Oxygen Demand (BOD) ................................................. 28
3.2.6 Chemical Oxygen Demand (COD) ..................................................... 29
3.2.7 Nitrat .................................................................................................. 30

v
vi

3.2.8 Fosfat................................................................................................. 31
3.2.9 Plankton............................................................................................. 32
3.3 Identifikasi Ikan Hasil tangkapan .............................................................. 34
3.3.1 Ikan Nila Hitam .................................................................................. 37
3.3.2 Ikan Nila Merah .................................................................................. 38
3.3.3 Ikan Gabus ........................................................................................ 39
3.3.4 Ikan Sapu-sapu.................................................................................. 41
3.4 Struktur Komunitas Ikan ........................................................................... 42
3.4.1 Indeks Keaenekaragaman (H’), Keseragaman (E), Dominansi (D) .... 42
3.4.2 Kelimpahan Relatif ............................................................................. 43
3.4.3 Hubungan Panjang - Berat................................................................. 44
3.4.4 Tingkat Trofik Ikan Yang Tertangkap ................................................. 50
4. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 53
4.1 Simpulan .................................................................................................. 53
4.2 Saran........................................................................................................ 53
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 54
LAMPIRAN ........................................................................................................ 58

vi
vii

DAFTAR TABEL

1. Titik Stasiun di Situ Gede .................................................................................... 11


2. Titik Stasiun di Situ Tamansari............................................................................ 12
3. Alat dan Bahan ................................................................................................... 13
4. Status Kualitas Air Berdasarkan Kadar Oksigen Terlarut (Sitorus, 2009) ............ 16
5. Kualitas Perairan Situ Gede ................................................................................ 23
6. Kualitas Perairan Situ Gede (BPLHKB, 2015) ..................................................... 24
7. Kualitas Perairan Situ Tamansari ........................................................................ 24
8. Hasil identifikasi plankton yang tertangkap di Situ Gede ..................................... 33
9. Hasil identifikasi plankton yang tertangkap di Situ Tamansari ............................. 33
10. Ikan Yang Mendiami Situ Gede dan Situ Tamansari ......................................... 35
12. Hasil Tangkapan Berdasarkan Alat Tangkap .................................................... 37
13. Hasil Perhitungan Hubungan Panjang - berat Ikan Nila Hitam di Situ Gede ...... 45
14. Hasil Perhitungan Hubungan Panjang - berat Ikan Gabus di Situ Gede ............ 46
15. Hasil Perhitungan Hubungan Panjang - berat Ikan Sapu-sapu di Situ Gede ..... 46
16. Hasil Perhitungan Hubungan Panjang - berat Ikan Nila Hitam di Situ Gede ...... 47
17. Hasil Perhitungan Hubungan Panjang - berat Ikan Nila Merah di Situ
Tamansari ........................................................................................................ 48
18. Hasil perhitungan hubungan panjang-berat Ikan Sapu-sapu di Situ
Tamansari ........................................................................................................ 49

vii
viii

DAFTAR GAMBAR

1. Peta Lokasi Praktik Situ Gede ............................................................................ 11


2. Peta Lokasi Praktik di Situ Tamansari ................................................................. 12
3. Situ Situ Gede..................................................................................................... 21
4. Situ Tamansari.................................................................................................... 22
5. Nilai suhu perairan Situ Gede dan Situ Tamansari .............................................. 25
6. Nilai kecerahan perairan Situ Gede dan Situ Tamansari ..................................... 26
7. Nilai pH perairan Situ Gede dan Situ Tamansari ................................................. 27
8. Nilai DO perairan Situ Gede dan Situ Tamansari ................................................ 28
9. Nilai BOD perairan Situ Gede dan Situ Tamansari .............................................. 29
10. Nilai COD perairan Situ Gede dan Situ Tamansari............................................ 30
11. Nilai Nitrat perairan Situ Gede dan Situ Tamansari ........................................... 31
12. Nilai Fosfat perairan Situ Gede dan Situ Tamansari .......................................... 32
13. Nilai kelimpahan Plankton di perairan Situ Gede dan Situ Tamansari ............... 34
14. Bagian-bagian Tubuh Ikan Secara Biologi ........................................................ 36
15. Jaring senar nilon.............................................................................................. 36
16. Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus bleeker) ................................................ 38
17. Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) ........................................................... 39
18. Anakan Ikan Gabus (Channa striata) ................................................................ 40
19. Ikan Sapu-sapu (Hyposarcus sp) ...................................................................... 41
20. Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman, dan Indeks Dominansi
Situ Gede ......................................................................................................... 42
21. Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman, dan Indeks Dominansi
Situ Tamansari ................................................................................................. 43
22. Nilai Kelimpahan Relatif Situ Gede ................................................................... 44
23. Hubungan Panjang - berat Ikan Nila Hitam ....................................................... 45
24. Hubungan Panjang - berat Ikan Gabus ............................................................. 46
25. Hubungan Panjang - berat Ikan Sapu-sapu ...................................................... 47
26. Hubungan Panjang - berat Ikan Nila Hitam ....................................................... 48
27. Hubungan Panjang - berat Ikan Nila Merah ...................................................... 49
28. Hubungan Panjang - berat Ikan Sapu-sapu ...................................................... 50
29. Trofik Level pada Situ Gede dan Situ Tamansari .............................................. 51

viii
9

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Situ merupakan istilah di Jawa Barat, untuk danau atau suatu badan air tergenang
yang terbentuk baik secara alamiah maupun buatan manusia. Sumber air yang
ditampung dapat berasal dari mata air, air limpasan, sungai, atau saluran pembuangan
(Lukman, 2010). Ekosistem perairan tergenang terdiri atas situ, waduk, rawa, dan
empang. Indonesia memiliki banyak situ dan waduk dengan berbagai tipe dan di
klasifikasikan berjumlah total 521 buah dari situ dan waduk dengan luas lebih dari 10
hektar dengan jumlah luas total 491,724 hektar situ dan waduk pada saat ini mengalami
permasalahan lingkungan (Badruddin, 2010). Contoh dari perairan menggenang atau
tidak mengalir (lentic water) yaitu danau, waduk dan rawa atau biasa disebut Situ, oleh
masyarakat Jawa Barat. Perairan ini memiliki aliran tetapi aliran-aliran tersebut tidak
memiliki peranan penting karena alirannya tidak besar dan tidak mempengaruhi
kehidupan jasad-jasad di dalamnya. Yang memegang peranan penting dan berpengaruh
besar terhadap jasad-jasad hidup di dalamnya adalah terbaginya perairan tersebut
menjadi beberapa lapisan dari atas ke bawah yang berbeda-beda sifatnya karena airnya
berhenti (Nybakken, 1988). Situ adalah perairan lentik (Lentic water) atau badan air yang
merupakan bagian dari ekosistem perairan darat yang sering dihubungkan dengan
keadaan kandungan nutrien yang dipengaruhi oleh kondisi hidrologi dan komunitas biota
yang keberadaannya memperkaya ekosistem situ (Augusta & Evi, 2014). Memiliki fungsi
yang sangat penting bagi pembangunan dan kehidupan manusia juga berjasa sebagai
kenyamanan, budaya, pendidikan, jasa lingkungan, kemasyarakatan, jasa spiritual,
ketahanan masyarakat, ekonomi, sosial-ekologi dan rekreasi (Partomo et al., 2011).
Berdasarkan cara terbentuknya dibedakan menjadi dua yaitu, situ alami dan situ buatan.
Situ alami merupakan situ yang terbentuk secara alamiah dimana airnya bersumber dari
dalam tanah atau permukaan, sedangkan situ buatan adalah situ yang sengaja dibentuk
oleh manusia dimana airnya bersumber dari permukaan (Nancy, 2007). Semua makhluk
hidup membutuhkan air untuk kehidupannya sehingga sumberdaya air perlu dilindungi
agar dapat tetap dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup lainnya
(Ahmad et al., 2015).
Situ Gede, yang berada di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota
Bogor (Sukmawati & Santosa, 2020). Situ Gede tepat berada di kelurahan Situ Gede
berbatasan dengan Desa Semplak di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan
Kelurahan Bubulak, sebelah barat berbatasan dengan Desa Cikarawang, dan sebelah
selatan berbatasan dengan Kelurahan Balumbang (Nurjanah et al., 2012). Dengan
memiliki luas 5,3 Ha dan kedalaman air 6 m, juga merupakan tempat wisata yang cukup
populer karena strategis berada di dekat pusat Kota Bogor. Situ gede juga merupakan
sumber pengairan lahan pertanian, pemasok air bagi kolam ikan disekitar situ, dan
digunakan sebagai pemenuh kebutuhan air warga (Ningrum et al., 2014). Jika diolah
secara serius bisa berkembang menjadi situ yang menarik baik untuk manusia dan biota
air, dengan panorama hutan CIFOR (Center For International Forestry Research) yang
masih memiliki suasana asri merupakan potensi yang sangat besar bagi Kota Bogor
(Popy & Siti, 2018). Situ yang berpotensi kedua yaitu Situ Tamansari, yang berada di
kecamatan Tamansari, Kota Bogor yang merupakan sumber pengairan lahan pertanian
disekitar situ dengan bagian utara terdapat Gunung Salak dan situ ini terletak tepat
dibawah kaki Gunung Salak. Kedua situ tersebut telah dimanfaatkan masyarakat di
10

sektor perikanan, selain sektor pariwisata yang telah berkembang sebelumnya (Suryono
et al., 2006).
Pada umumnya, situ yang terdapat di Kota Bogor memiliki kekurangan dibalik
keindahan dan potensinya, yaitu masalah pencemaran, penurunan kualitas air situ,
penurunan debit air terutama pada musim kemarau dan pendangkalan situ (Purwati et
al., 2019). Perubahan lingkungan maupun kualitas air pada perairan situ akan
memperngaruhi keberadaan komunitas ikan yang berada pada situ tersebut. Fenomena
ini tentu akan mengancam penurunan populasi ikan dan terancam pada kepunahan jika
tidak dilakukan upaya konservasi. Permasalahan pada pengembangan perikanan di
perairan situ, terutama pada situ yang diamati, adalah terkait dari kondisi alami dan
faktor manusia. Konsep komunitas berperan untuk menganalisis kondisi suatu
lingkungan perairan (Agus & Danu, 2012). Komposisi dan karakteristik komunitas
merupakan indikator yang sangat baik untuk menunjukkan kondisi lingkungan dan status
ekologi komunitas ikan terkait dengan kestabilan ekosistem (Krebs, 1989). Karena
apabila keseimbangan kualitas air mulai terganggu maka akan terjadi permasalahan
lingkungan yang angat merugikan bagi keberlangsungan hidup biota perairan (Yuanda
et al., 2012). Informasi mengenai komunitas ikan-ikan di situ situ gede dan situ situ
tamansari relatif masih jarang. Oleh karena itu, suatu penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui struktur komunitas ikan di situ gede dan situ tamansari berdasarkan indeks-
indeks ekologisnya perlu dilakukan.

1.2 Tujuan
Mengetahui struktur komunitas ikan hasil tangkapan di Situ Gede dan Situ
Tamansari, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat.

1.3 Batasan Masalah


Dengan beberapa batasan masalah:
1. Mengetahui struktur komunitas ikan hasil tangkapan, meliputi keanekaragaman dan
keseragaman spesies, indeks dominansi, kelimpahan relatif, hubungan panjang-
berat, dan tingkat trofik.
2. Mengetahui parameter kualitas perairan di perairan Situ Gede dan Situ Tamansari,
Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, meliputi : suhu, pH, kecerahan, DO, BOD, COD,
nitrat, fosfat, dan plankton.

1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang struktur komunitas
ikan, kualitas perairan, dan upaya pengelolaan di Situ Gede dan Situ Tamansari, Kota
Bogor, Provinsi Jawa Barat.
11

2. METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Praktik akhir ini dilaksanakan selama 90 hari, terhitung dari tanggal 8 Maret sampai
dengan 6 Juni 2021 bertempatkan di Situ Gede dan Situ Tamansari, Kota Bogor,
Provinsi Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan secara in situ dan ex situ.

Gambar 1. Peta Lokasi Praktik Situ Gede

Stasiun pengamatan di Situ Gede terdapat lima titik, berdasarkan arah mata angin
(Tabel 1). berikut:

Tabel 1. Titik Stasiun di Situ Gede


No Stasiun Posisi Lokasi Karakteristik
6° 33’ 5.20” S dan Terdapat pemukiman warga,
1 I Inlet
106° 44’ 48.75” E banyak terdapat sampah
6° 33’ 7.18” S dan Terdapat pemukiman warga,
2 II Inlet
106° 44’ 49.30” E banyak terdapat sampah
6° 33’ 8.40” S dan Cenderung bersih dan banyak
3 III Tengah
106° 44’ 51.44” E bebatuan besar
6° 33’ 10.94” S dan Cenderung bersih, dekat
4 IV Outlet
106° 44’ 54.66” E dengan sempadan pepohonan
6° 33’ 10.73” S dan Terdapat pemukiman warga
5 V Outlet
106° 44’ 48.94” E dan dekat dengan sungai
12

Titik stasiun di Situ Gede meliputi dua titik inlet yang dekat dengan pemukiman
warga, dipenuhi oleh sampah-sampah hasil pembuangan sembarangan, satu titik
tengah cenderung bersih dengan kedalaman hingga 5-6 meter, dan dua titik outlet yang
dekat dengan pemukiman warga juga aktifitas wisata yang dekat dengan kolam-kolam
pemancingan milik warga dan sungai. Ada pun peta lokasi praktik yang kedua yaitu Situ
Tamansari, bisa dilihat pada (Gambar 2). berikut:

Gambar 2. Peta Lokasi Praktik di Situ Tamansari

Dengan stasiun pengamatan di Situ Tamansari terdapat lima titik, berdasarkan arah
mata angin (Tabel 2). berikut:

Tabel 2. Titik Stasiun di Situ Tamansari


No Stasiun Posisi Lokasi Karakteristik
6° 39’11.91” S dan
1 I Inlet Terdapat satu rumah warga
106° 45’ 14.09” E
6° 39’ 15.55” S dan
2 II Inlet Terdapat pepohonan
106° 45’ 14.97” E
6° 39’ 16.32” S dan
3 III Tengah Cenderung bersih
106° 45’ 11.83” E
6° 39’ 18.46” S dan Dekat dengan sempadan
4 IV Outlet
106° 45’ 10.56” E pepohonan
6° 39’ 20.12” S dan Terdapat pemukiman warga dan
5 V Outlet
106° 45’ 8.45” E tempat wisata
13

Titik stasiun di Situ Tamansari meliputi dua titik inlet yang terdapat satu rumah warga
juga lahan pertanian, satu titik tengah cenderung bersih dengan kedalaman hingga +4
meter, dan dua titik outlet yang dekat dengan warung-warung tradisional, juga
merupakan pusat kawasan ekowisata yang lumayan banyak sampah.

2.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan praktik adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Alat dan Bahan


No Jenis Peralatan Spesifikasi Jumlah Kegunaan
Termometer (in Temometer Gea-006 &
1 2 buah Mengukur suhu
situ) Termometer Digital
Monotaro Waterproof Handy
2 pH meter (in situ) pH meter (sensor exchange 1 set Mengukur pH
type) PH-6011A-OM
Dissolved Oxygen Mengukur
3 HANNA HI 3812 TOP 1 set
Test Kit (in situ) karbon terlarut
Biological Oxygen
HACH. B.O.D Incubator,
4 Demand 1 buah Mengukur BOD
HRI3P-2
Incubator (ex situ)
Spektrofotometer Uv-Visible Agilent
5 1 buah Mengukur fosfat
(ex situ) Spectrophometer
Spektrofotometer Uv-Visible Agilent
6 1 buah Mengukur nitrat
(ex situ) Spectrophometer
Spektrofotometer Uv-Visible Agilent
7 1 buah Mengukur COD
(ex situ) Spectrophometer
Tali berskala dengan Mengukur
Secchi disk (in
8 pringsecchi juga batu 1 buah kecerahan
situ)
pemberat perairan
10 Tempat sampel
9 Botol sampel 500 mL
buah air
10 Tempat sampel
10 Botol sampel 100 mL
buah plankton
Menyaring
11 Plankton net 50 microns 1 buah
Fitoplankton
Buku Fitoplankton Untuk
12 situ-situ di Pulau Sulastri, 2018 1 buah mengidentifikasi
Jawa fitoplankton
Pengambilan
13 Ember 1 liter 1 buah
sampel air
Pengambilan
14 Tali 2 meter 1 buah
sampel air
Jaring Senar Pengambilan
15 2 inch 4 x 60 meter 1 set
Nilon ikan
Menimbang
16 Timbangan Digital SIGMA max. 3kg 1 set
ikan
17 Penggaris 30cm 1 buah Mengukur ikan
Kamera
18 16 MP 1 buah Dokumentasi
Genggam
14

2.1 Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam pengumpulan data selama praktik akhir adalah
menggunakan metode survei, yaitu data yang dikumpulkan berupa data primer dan
sekunder. Data primer yang meliputi data struktur komunitas ikan (keanekaragaman,
keseragaman spesies, indeks dominasi, kelimpahan relatif, hubungan panjang-berat,
dan tingkat trofik), parameter lingkungan perairan (suhu, kecerahan, pH, DO, BOD,
COD, nitrat, fosfat, dan plankton). Sedangkan untuk data sekunder yang diperoleh dari
pustaka berupa buku dan jurnal yang berhubungan dengan topik yang diangkat. Dengan
metode dilapangan yang digunakan dalam praktik akhir ini menggunakan percobaan di
lapangan (eksperimental fishing). Dengan cara penangkapan, penangkapan adalah
kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan ikan-ikan yang ada diperairan yang tidak
dalam keadaan dibudidayakan (Rusmilyansari & Aminah, 2012).

2.2 Teknik Pengambilan Data


2.2.1 Identifikasi Jenis Ikan Yang Tertangkap;
Proses identifikasi dengan melihat ciri-ciri ikan dengan praduga dan buku
membutuhkan waktu yang cukup lama dan memungkinkan terjadinya kesalahan (Laxmi
et al., 2017). Proses identifikasi terhadap ikan yang tertangkap, dengan cara:
1. Memisahkan hasil ikan yang tertangkap dengan jaring
2. Mengukur panjang dan berat ikan
3. Mengidentifikasi jenis ikan yang tertangkap menggunakan kaidah jurnal tentang ikan
air tawar.

2.3.4 Parameter Kualitas Perairan


2.3.4.1 Suhu
Alat yang digunakan dalam pengukuran suhu yaitu Lab 301 Digital Center
Thermometer dan Thermometer Ghea-006. Berikut proses pengukuran suhu di Situ
Tamansari, menggunakan thermometer digital :
1. Mengaktifkan termometer
2. Mengarahkan termometer ke permukaan perairan
3. Menunggu sampai hasil suhu terbaca di monitor termometer
Adapun proses pengukuran suhu di Situ Gede, menggunakan thermometer ghea-
006:
1. Mengambil sampel air menggunakan tali dan ember
2. Setelah itu, memposisikan termometer untuk bagian ujung bawah agar tidak
menyentuh dasar dari ember
3. Menunggu sampai garis merah berhenti disuatu nomor

2.3.4.2 Kecerahan
Pengkuran kecerahan pada setiap titik lokasi pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan secchi disk. Secchi disk dimasukan ke dalam perairan kemudian
dilihat skala dimana secchi disk masih terlihat jelas (K1) dan skala dimana secchi disk
terlihat remang-remang (K2) (Arizuna et al., 2014). persamaan untuk mengukur
kecerahan sebagai berikut:
15

𝒌𝟏 + 𝒌𝟐
𝑫=
𝟐
Keterangan:
D : kecerahan (cm)
K1 : Secchi disk masih terlihat jelas (cm)
K2 : Secchi disk terlihat remang-remang (cm)

2.3.4.3 Derajat Keasaman (Power of Hydrogen/pH)


Pengukuran derajat keasaman dilakukan menggunakan pH meter digital dengan
proses sebagai berikut:
1. Terlebih dahulu, mengambil sampel air yang akan diukur menggunakan tali dan
ember
2. Kemudian, nyalakan dengan menekan tombol on pada pH
3. Setelah itu, pH ke dalam wadah yang berisi air sampel yang akan diuji
4. Pada saat dimasukkan ke dalam air, skala angka akan bergerak cepat secara acak
5. Ditunggu hingga angka tersebut berhenti dan tidak berubah-ubah

2.3.4.4 Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen/DO)


Pengukuran oksigen terlarut dilakukan menggunakan DO test kit dengan proses
sebagai berikut:
1. Terlebih dahulu membilas botol kaca 3 kali dengan sampel air dan isi hingga meluap
2. Kemudian paskan stopper dan tambahkan 5 tetes masing-masing Manganous
Sulphate dan Alkali-Azide Reagent
3. Setelah itu, tambah beberapa sampel lagi untuk mengisi botol sepenuhnya. Hentikan
botol dengan hati-hati lagi dan pastikan bahwa sebagian sampel tumpah. ini untuk
memastikan bahwa tidak ada gelembung udara telah terperangkap di dalam, yang
akan merusak pembacaan
4. Kemudian balikkan beberapa kali botol. sampel menjadi oranye-kuning dan
presipitasi flocculent akan terbentuk jika oksigen ada
5. Setelah itu, biarkan sampel berdiri dan presipitasi flocculent akan mulai menetap
6. Setelah kurang lebih 2 menit, ketika bagian atas botol menjadi lemas, menambahkan
10 tetes larutan Asam Sulfat
7. Sekali lagi stopper botol dan balikkan sampai semua bahan partikulat dilarutkan.
sampel siap untuk pengukuran ketika berwarna kuning dan benar-benar lemas
8. Kemudian melepaskan tutupnya dari wadah plastik. bilas wadah plastik dengan
larutan dalam botol, isi ke tanda 5mL dan ganti tutupnya
9. Setelah itu, menambahkan 1 tetes Starch Indicator melalui port topi dan campur
dengan hati-hati memutar kapal dalam lingkaran ketat. solusinya akan mengubah
ungu menjadi warna biru
10. Kemudian mendorong dan memutar ujung pipet ke ujung jarum suntik meruncing dan
dorong plunger sepenuhnya ke jarum suntik. masukkan tip ke dalam HI 3810-0 Titrant
Solution dan tarik plunger keluar sampai tepi bawah segel plunger berada pada tanda
0 mL jarum suntik
11. Ujung jarum suntik diletakkan ke bagian tutup wadah plastik dan perlahan tambahkan
larutan titrasi yang dikeringkan, berputar-putar untuk dicampur setelah setiap tetes.
16

terus menambahkan larutan titrasi sampai larutan dalam kapal plastik berubah dari
biru menjadi tidak berwarna
12. Setelah itu, membaca mililiter larutan titrasi dari skala jarum suntik dan kalikan
dengan 10 untuk mendapatkan oksigen mg/L (ppm)
13. Jika hasilnya lebih rendah dari 5 mg/L, presisi tes dapat ditingkatkan dengan
menambahkan sejumlah sampel yang tidak digunakan dalam botol kaca ke tanda 10
mL bejana plastik
14. Kemudian, dengan tes seperti yang dijelaskan sebelumnya dan kalikan nilai pada
skala jarum suntik sebesar 5 untuk mendapatkan oksigen mg/L dalam sampel.

Tabel 4. Status Kualitas Air Berdasarkan Kadar Oksigen Terlarut (Sitorus, 2009)
Kadar Oksigen Terlarut (mg/L) Status Kualitas Air

> 6,5 Tidak tercemar

4,5 - 6,4 Tercemar ringan

2,0 - 4,4 Tercemar sedang

< 2,0 Tercemar berat

2.3.4.5 Kebutuhan Oksigen Alami (Biology Oxygen Demand/BOD)


Pengukuran BOD menggunakan HACH. B.O.D Incubator, HRI3P-2, dengan proses
pengukuran sebagai berikut:
1. Mempersiapkan 2 buah botol BOD, tandai masing-masing botol dengan notasi A1; A2;
2. Larutan contoh uji dimasukkan ke dalam masing-masing botol BOD A1 dan A2; sampai
meluap, kemudian tutup masing masing botol secara hati-hati untuk menghindari
terbentuknya gelembung udara;
3. Botol dikocok beberapa kali, kemudian menambahkan air bebas mineral pada sekitar
mulut botol BOD yang telah ditutup;
4. Botol A2 disimpan dalam lemari inkubator 20 C ± 1 C selama 5 hari;

2.3.4.6 COD (Chemical Oxygen Demand)


Pengukuran COD menggunakan Uv-Visible Agilent Spectrophometer, dengan proses
pengukuran sebagai berikut :
1. Homogenkan sampel
2. Sampel yang tersedia tuangkan menggunakan pipet
3. Membiarkan refluks tertutup selama 2 jam pada suhu 150°C ± 2°C
4. Setelah itu, memindahkannya ke tabung erlenmeyer dan indikator
5. Titrasi dengan FAS, memperlakukan blanko sebagaimana sempel
6. Dan yang terakhir, menghitung kadar hasil COD

2.3.4.7 Nitrat
Pengukuran Nitrat menggunakan Uv-Visible Agilent Spectrophometer, dengan
proses pengukuran sebagai berikut :
1. Mengambil masing-masing sampel air yang akan diperiksa sebanyak 5 ml, lalu
masukkan ke dalam Erlenmeyer 50 ml,
17

2. Menambahkan larutan Brusin 0, 25 ml kemudian kocok hingga homogen,


3. Menambahkan larutan H2SO4 10 ml, tetes demi tetes sambil mengaduk,
4. Lalu mendinginkan,
5. Kemudian menambahkan aquades 10 ml, agar volume -+ 25 ml,
6. Mendinginkan kembali
7. Selanjutnya mengukur serapannya satu persatu dengan menggunakan spektrofometer
440 nm dengan celah 1 cm,
8. Terakhir catat hasilnya.

2.3.4.8 Fosfat
Pengukuran Fosfat menggunakan Uv-Visible Agilent Spectrophometer, dengan
proses pengukuran sebagai berikut :
1. Pipet 50 mL contoh uji secara duplo dan masukkan masing-masing ke dalam
erlenmeyer;
2. Menambahkan 1 tetes indikator fenolftalin. Jika terbentuk warna merah muda,
tambahkan tetes demi tetes H2SO4 5N sampai warna hilang;
3. Menambahkan 8 mL larutan campuran dan dihomogenkan;
4. Memasukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat serapannya
pada panjang gelombang 880 nm dalam kisaran waktu antara 10 menit sampai 30
menit.

2.3.4.9 Plankton
Penyaringan, dan pengukuran kelimpahan plankton dengan proses sebagai berikut :
1. Menyiapkan plankton net, botol sampel yang sudah diberikan alkohol 70% 2-3 tetes,
dan ember
2. Memposisikan plankton net, dan botol sampel sampai tegak lurus
3. Menyaring sampel air sebanyak 25 liter menggunakan ember berukuran 5 liter kedalam
botol sampel ukuran 100 mL
Kelimpahan plankton diukur secara lintasan berdasarkan metode Sedwick-Rafter
Countinig cell, yaitu:

𝒀 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝑷=
𝑳𝒙𝑫𝒙𝑺𝒙𝑾

Keterangan;
Y = jumlah plankton yang ditemukan
S = jumlah alur SR
L = panjang alur SR
D = tinggi alur SR
W = lebar alur SR
1000 = konversi dari mm3
(𝒂𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎)𝒙 𝒄
𝒏=
𝟏
18

n = kelimpahan plankton/L
a = jumlah rata-rata plankton dalam 1 L
c = volume plankton tersaring

2.4 Metode Analisis Data


2.4.4 Indeks Keanekaragaman (H’)
Untuk menghitung indeks keanekaragaman ikan yang terdapat di situ digunakan
indeks keanekaragaman menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener,
sebagai berikut:
𝒔

(𝐇 ) = ∑[𝐏𝒊𝟏𝐧𝐏𝒊]
𝒊=𝟏

Keterangan :
H’ = indeks keanekaragaman Shannon Wiener
S = jumlah spesies ikan
Pi = perbandingan jumlah ikan yang tertangkap spesies ke-i (ni) terhadap jumlah
total ikan yang tertangkap (N) = n/N

Kriteria :
H’ < 1 : keanekaragaman populasi rendah
1 < H’ <3 : keanekaragaman populasi rendah
H’ > 3 : keanekaragaman populasi tinggi

2.4.5 Indeks Keseragaman (E)


Indeks ini menunjukkan pola sebaran biota, yaitu merata atau tidak. Jika nilai
indeks keseragaman relatif tinggi maka keberadaan setiap jenis biota di perairan dalam
kondisi merata. Indeks keseragaman menggunakan rumus Shannon Wiener (Fachrul,
2012):

𝐇′
E= 𝐦𝐚𝐱

Keterangan :
H’ maks = keanekaragaman jenis maksimal
S = Jumlah jenis dalam komunitas
E = Indeks keseragaman jenis

Kategori tingkat keseragaman adalah sebagai berikut:


E <0,4 : keseragaman populasi rendah
0,4 <E <0,6 : keseragaman populasi sedang
E >0,6 : keseragaman populasi tinggi

2.4.6 Kelimpahan Relatif


Komposisi jenis ikan yang tertangkap dapat berperan dalam menentukan
perkembangan populasi ikan di perairan. Komposisi tersebut dapat dilihat berdasarkan
jumlah dan jenis ikan yang tertangkap, menggunakan persamaan (Odum, 1993), yaitu:
19

∑𝐱𝐢
𝑷= × 𝟏𝟎𝟎%
𝐍𝐱

Keterangan :
P = persentase jenis ikan jenis ke-i
∑ xi = jumlah individu ikan jenis ke-i
N = jumlah individu semua jenis ikan (jumlah total individu setiap pengambilan
sampel)
i = 1,2,3,....n;
Bervariasinya ukuran ikan yang tertangkap juga disebabkan oleh sifat biologi ikan
yang terkait dengan tingkah laku bergerombol ikan, yang umumnya akan bergerombol
dengan ukuran yang sama dan jenis yang sama (Kasmi et al., 2017).

2.4.7 Indeks Dominansi


Untuk melihat indeks dominansi suatu jenis digunakan indeks dominansi
Simpson (Odum, 1993), sebagai berikut:

𝐧𝐢
𝑫 = 𝚺( )²
𝑵

Keterangan :
D = indeks dominansi
S = jumlah individu tiap spesies
Pi = jumlah individu seluruh spesies

Nilai indeks dominansi berkisar antara 1-0. Semakin tinggi nilai indeks tersebut, maka
akan terlihat suatu biota mendominasi substrat dasar perairan. Jika nilai indeks dominasi
(C) mendekati nol, maka hal ini menunjukkan pada perairan tersebut tidak ada biota
yang mendominasi dan biasanya diikuti oleh nilai keseragaman (E) yang tinggi.
Sebaliknya jika, nilai indeks dominasi (C) mendekati satu, maka hal ini menggambarkan
pada perairan tersebut ada salah satu biota yang mendominasi dan biasanya diikuti oleh
nilai keseragaman yang rendah.

Nilai indeks dominasi dikelompokkan dalam 3 kriteria, yaitu :


0 < C ≤ 0.5 : Dominasi rendah
0.5 < C ≤ 0.75 : Dominasi Sedang
0.75 < C ≤ : Dominasi tinggi

2.4.8 Hubungan Panjang - Berat


Hubungan panjang berat adalah faktor penting dalam studi biologi ikan (Sparre
& Venema, 1992). Persamaan ini membantu dalam menduga bobot ikan dari
panjangnya. Biomassa ikan sering dihitung dari kelimpahan melalui panjang dengan
menggunakan hubungan panjang bobot. Selain itu, analisis panjang-berat ikan
dilakukan sebagai indikator biologi dari kondisi ekosistem perairan tersebut. Analisis
hubungan panjang dan berta dilakukan dengan regresi linear logaritma dikarenakan
20

panjang dan berat merupakan fungsi bilangan berpangkat. Menurut (Hile 1936 dalam
Effendie, 1997), persamaan hubungan panjang berat adalah sebagai berikut:

𝑾 = 𝒂𝑳ᵇ
Keterangan:
W = berat ikan (gr)
L = panjang tubuh ikan (cm)
a = konstanta
b = penduga pola pertumbuhan panjang dan berat

Hubungan panjang berat ini berdasarkan data primer yang berupa data panjang
dan berat yang telah diperoleh, kemudian disusun dalam tabel kisaran antara panjang
dan berat tubuh ikan. Parameter a dan b diperoleh melalui analisis regresi linear dengan
input log L sebagai variabel bebas (x) dan log W sebagai variabel tak bebas (y) sehingga
didapatkan persamaan regresi y = a + bx, dan untuk Pengujian nilai b = 3 atau b 3
dilakukan uji-t dengan hipotesis H0: b=3, hubungan panjang dengan bobot adalah
isometrik; H1:b3, hubungan panjang dengan bobot adalah allometrik. Pengambilan
keputusannya adalah tolak H0 jika t-hitung > t-tabel atau terima H0 jika t-hitung < t-tabel
(Walpole, 1993). Apabila didapatkan b = 3 (terima H0) maka pertambahan bobot
seimbang dengan pertambahan panjang (isometrik). Apabila didapatkan b < 3 (Tolak
H0) maka pertambahan panjang lebih cepat dibanding pertambahan bobotnya
(allometrik negatif) dan jika b>3 maka pertambahan bobot lebih cepat dibanding
pertambahan panjangnya (allometrik positif).

2.4.9 Tingkat Trofik Ikan Yang Tertangkap


Analisis tingkat trofik (trophic level) atau jenjang rantai makanan digunakan untuk
meihat dampak penangkapan terhadap komunitas ikan di perairan. Rata-rata trofik level
hasil tangkapan pada setiap alat tangkap dihitung dengan rumus sebagai berikut,
(McClanahan & Mangi, 2004):

𝒑
𝐏𝐢 𝐱 𝐓𝐫𝐨𝐟𝐢𝐤ᵢ
𝑻𝑳 = ∑
∑𝑷𝒊
𝒊=𝟏

Keterangan:
TL = rata-rata tingkat trofik
Pi = fraksi makanan ke-i
Trofik i = tingkat trofik makanan ke-i
21

3 HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Kondisi Umum Lokasi Praktik
3.1.1 Kondisi Umum Lokasi Praktik Situ Gede
Secara administratif Situ Gede terletak di Kelurahan Situ gede, Kota Bogor,
Provinsi Jawa Barat pada koordinat geografis 6° 33 ’8.1” LS, 106° 44’ 46.5” BT dengan
batas sebelah Timur dan Selatan berbatasan dengan hutan CIFOR, sebelah Utara
dengan jalan, dan sebelah Barat dengan sawah yang luas areanya sebesar 4 Ha.
Terletak di tepi Hutan Dramaga, yakni hutan penelitian milik Badan Litbang Kehutanan,
Dapartemen Kehutanan, dengan luas Situ Gede +6 ha.

Gambar 3. Situ Gede

Kondisi kedalaman Situ Gede pada saat musim hujan masuk kedalam kondisi
sedang, karena Situ Gede mempunyai kedalaman rata-rata hingga 5 meter. sedangkan
kondisi penurunan muka air pada saat musim kemarau masuk pada kondisi rendah,
karena penurunan muka air Situ Gede terjadi berkisar dibawah 0,5 meter. Hal ini
disebabkan karena sumber air dari Situ Gede adalah mata air serta juga dari Sungai
Cisindangbarang yang dibendung di Bendung Cibanten dan Bendung Cibenda yang
terjaga pasokan airnya. Sehingga menyebabkan Situ Gede tetap terjaga ketinggian
muka airnya.
Beberapa jenis ikan yang terdapat di Situ Gede adalah Ikan bungkreng (Poecilia
reticula), Ikan nila hitam (Oreochromis niloticus bleeker), Ikan nilai merah (Oreochromis
mossambicus), Ikan gabus (Channa striata), Ikan bawal (Bramidae), Ikan lele (Clarias
sp.), Ikan sapu-sapu (Hyptomus plecostomus), dan ikan mujair (Oreochromis
mossambicus). Hasil penangkapan ikan akan lebih banyak jika sudah terjadi hujan deras
didaerah tersebut. Akan tetapi, untuk ikan bawal, ikan lele, sulit didapat.
Kondisi perairan di Situ Gede ini terbilang tidak kondusif karena cukup banyak
terdapat sampah dibagian inlet akibat masyarakat setempat yang membuang sampah
sembarangan. Pemanfaatan situ situ gede adalah sebagai: 1) kontrol sumber air dan
banjir, 2) sarana irigasi bagi lahan pertanian sekitar situ, 3) sebagai sumber air bagi
lahan perikanan sekitar situ, 4) sebagai salah satu kawasan ekowisata di Kota Bogor
meliputi: perahu kayu, bebek-bebekkan, dan sempadan yang dipenuhi banyak
pepohonan yang menjadi primadona warga sekitar yang berekowisata 5) sebagai
22

sumber mata pencaharian masyarakat setempat: tukang parkir, warung-warung kecil,


jasa perahu, jasa bebek-bebekkan.

3.1.2 Kondisi Umum Lokasi Praktik Situ Tamansari


Situ tamansari merupakan salah satu situ di kota Bogor yang memiliki banyak
potensial yang perlu dikaji. Terletak sekitar 8 km dari ramainya perkotaan, situ tamansari
menyimpan banyak ketertarikan bagi warga sekitar maupun warga pendatang. Selain
menjadi tempat untuk memancing, ngubek, situ ini menjadi tempat ekowisata bagi warga
Bogor, meliputi spot foto jaman kekinian, aula, berkeliling menaiki perahu. Disuguhi
langsung dengan pemandangan gunung salak yang cantik menjadikan Situ Tamansari
sangat sejuk.
Beberapa jenis ikan yang terdapat di Situ Tamansari adalah Ikan cere (Gambusia
affinis), Ikan bawal (Bramidae), Ikan sapu-sapu (Hyptomus plecostomus), Ikan nila hitam
(Oreochromis niloticus bleeker), nila merah (Oreochromis niloticus), dan ikan mujair
(Oreochromis mossambicus).

Gambar 4. Situ Tamansari

Kondisi perairan di situ ini terbilang cukup kondusif karena tidak banyak tanaman
penggangu seperti eceng gondok, kangkungan, terataian, tetapi untuk sampah, masih
relatif banyak dibagian hilir, karena dijadikan pusat ekowisata. Pemanfaatan situ adalah
sebagai: 1) kontrol sumber air dan banjir, 2) sarana irigasi bagi lahan pertanian disekitar
situ, 3) sebagai salah satu kawasan ekowisata, cukup mensejahtrakan masyarakat
sekitar yang menggantungkan nasibnya sebagai penjaga prakir, warung-warung kecil,
jasa perahu.

3.2 Kualitas Perairan


Perairan situ memiliki peran yang sangat penting di dalam lingkungan. Peran situ
diantaranya sebagai daerah resapan air tanah, membantu memperbaiki air permukaan,
irigasi, rekreasi, perikanan serta pendukung keanekaragaman hayati perairan. Situ yang
terdapat di Kota Bogor pada umumnya mengalami masalah pencemaran, penurunan
kualitas air, penurunan debit air terutama pada musim kemarau dan pendangkalan situ
(Purwati et al., 2019).
23

Untuk mengetahui suatu air situ tercemar ataupun tidak tercemar harus dilakukan
analisis kualitas air. Kualitas air meliputi parameter fisika, kimia, dan biologi. Semua
parameter tersebut harus seimbang agar tetap dapat menunjang keberlangsungan
hidup organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Ketidakseimbangan nilai dari tiap
parameter tersebut dapat mneyebabkan terjadinya gangguan dalam berjalannya siklus
hidup pada ekosistem perairan tersebut (Rizki et al., 2015).
Parameter perairan pada kedua situ yang diukur dalam praktir akhir ini meliputi
suhu, kecerahan, pH, COD, BOD, Nitrat, Fosfat, dan Plankton yang telah diuji di
laboratorium Intalasi Penelitian dan Pengembangan Teknologi Lingkungan dan
Toksikologi Cibalagung, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Data hasil analisis kualitas perairan yang dilakukan pada lima stasiun pengamatan,
dengan sembilan parameter. Dengan menggunakan baku mutu air kelas II dalam
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
budidaya ikan air tawar, peternakan, mengairi tanaman, atau peruntukan lainnya yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Berdasarkan hasil
pengamatan terhadap parameter kondisi perairan menunjukan bahwa kondisi kualitas
perairan tidak jauh berbeda pada setiap stasiun di lokasi pengamatan. Berikut hasilnya:

Tabel 5. Kualitas Perairan Situ Gede


Baku Situ Situ Gede
NO. Parameter Satuan
Mutu* Titik I Titik II Titik III Titik IV Titik V
A. FISIKA
Deviasi
1 Suhu Air °C 3 28 27,7 27,3 27,9 29.3
2 Kecerahan Cm - 30 55 55 65 75
B. KIMIA
3 pH - 6–9 5,68 5,88 7,08 7,09 7,01
4 DO mg/L 4 2,40 2,90 3,18 3,25 3,10
5 BOD mg/L 3 22,45 25,68 28,40 10,98 15,36
6 COD mg/L 25 5,18 5,25 3,05 13,05 13,25
7 Nitrat mg/L 10 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02
8 Fosfat mg/L 0,2 0,22 0,19 0,21 0,16 0,12
C. BIOLOGI
9 Plankton ind/mL - 351.750 127.500 230.000 135.000 220.000
Keterangan: * ) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 kelas II.

Berikut adalah hasil pengamatan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup
Dapartemen Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bogor, sebagai hasil
pembanding dari hasil pengamatan pada praktik akhir:
24

Tabel 6. Kualitas Perairan Situ Gede (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bogor,
2015)

Baku Situ Situ Gede


NO. Parameter Satuan
Mutu* Titik I Titik II Titik III Titik IV Titik V
A. KIMIA
DO mg/L 4 4 3 - 4 4
BOD mg/L 3 14 21 - 9 11
COD mg/L 25 22 34 - 13 19
B. BIOLOGI
Total Caliform ind 5.000 3.000 5.900 - 2.500 3.300
Keterangan: * ) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 kelas II.

Berdasarkan rekapitulasi dari kedua hasil analisis diatas, diketahui bahwa terjadinya
penurunan pada kadar DO dan COD, dan mengalami penaikkan pada BOD. Yang
artinya secara mutlak setelah 6 tahun perairan Situ Situ Gede telah mengalami
pencemaran rendah. Pengujian kualitas air yang dilakukan di lima titik stasiun pada Situ
Situ Gede menunjukkan bahwa stasiun uji telah melampaui baku mutu parameter
sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 untuk
kelas II. Jumlah baku mutu parameter yang terlampaui bervariasi mulai dari parameter
fosfat dan BOD pada semua stasiun melampaui baku mutu. Semakin banyak baku mutu
setiap parameter yang terlampaui, makan dapat diperkirakan kualitas air pada perairan
situ tersebut semakin buruk.

Tabel 7. Kualitas Perairan Situ Tamansari


Baku Situ Situ Tamansari
NO. Parameter Satuan
Mutu* Titik I Titik II Titik III Titik IV Titik V
A. FISIKA
Deviasi
1 Suhu Air °C 3 27,3 24,9 26,6 26,8 26,9
2 Kecerahan cm 85 75 75 75 85
B. KIMIA
3 pH - 6-9 7,10 6,91 7,08 7,09 7,07
4 DO mg/L 4 6,13 6,12 7,14 5,97 6,81
5 BOD mg/L 3 22,05 25,15 24,18 20,66 17,45
6 COD mg/L 3,14 5,78 4,02 13,27 12,28
7 Nitrat mg/L 10 0,01 0,001 0,02 0,01 0,01
8 Fosfat mg/L 0,2 0,22 0,20 0,17 0,19 0,15
C. BIOLOGI
9 Plankton indivi/mL - 247.000 260.000 332.500 172.000 265.000
Keterangan: * ) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 kelas II.

Berdasarkan rekapitulasi hasil analisis tersebut diketahui bahwa pengujian kualitas air
yang dilakukan di lima titik stasiun pada Situ Tamansari menunjukkan bahwa parameter
DO, BOD, dan fosfat tidak memenuhi baku mutu sebagaimana yang ditetapkan dalam
25

peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 untuk kelas II. Jumlah baku mutu parameter
yang terlampaui bervariasi mulai dari parameter fosfat, BOD, dan DO pada semua
stasiun melampaui baku mutu. Semakin banyak baku mutu setiap parameter yang
terlampaui, makan dapat diperkirakan kualitas air pada perairan situ tersebut semakin
buruk.

3.2.1 Suhu
Suhu merupakan parameter yang dipengaruhi oleh kecerahan dan kedalaman dan
dinyatakan dalam satuan panas derajat Celcius (°C) (Sari, 2018). Air yang dangkal
dengan daya tembus cahaya matahari tinggi dapat meningkatkan suhu pada peraian
terkait (Fitriyah et al., 2016). Perbedaan suhu antara suhu udara dengan suhu air yang
diperbolehkan pada baku mutu yang ditetapkan pada PP 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Kelas (II) yaitu, maksimum
±3 ºC. Sedangkan nilai suhu perairan situ situ gede dan situ tamansari berkisar antara
27 - 30ºC.
Suhu yang cocok untuk organisme perairan adalah sekitar 20-30ºC (Azis et al.,
2020). Peningkatan suhu dapat menyebabkan peningkatan evaporasi, dan volatisasi
serta peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air (Telaumbanua,
2019). Peningkatan suhu menyebabkan penurunan kadar terlarut yang digunakan dalam
proses dekomposisi bahan-bahan organik oleh mikroba mikroba (Atmaja, 2019). Kondisi
optimum kualitas suhu di perairan bagi pertumbuhan fitoplankton antara 20-30°C
sedangkan kondisi optimum untuk aktifitas pertumbuhan bakteri pada proses
dekomposisi adalah 25-35°C (Ma’arif, 2018).

30 29.3

29
28 27.9
27.7
28 27.3 27.3
26.8 26.9
27 26.6
Suhu (oC)

26
24.9
25

24

23

22
I II III IV V
Situ Gede 28 27.7 27.3 27.9 29.3
Situ Tamansari 27.3 24.9 26.6 26.8 26.9
Stasiun Pengamatan

Gambar 5. Nilai suhu perairan Situ Gede dan Situ Tamansari

Hasil pengukuran suhu terhadap kedua situ selama praktik memperlihatkan bahwa air
pada masing-masing situ berkisar antara 27 – 29,3°C yang artinya tidak menunjukkan
variasi yang tinggi. Rata-rata suhu air tertinggi terdapat pada stasiun V (29,3°C) dan
rata-rata suhu terendah terdapat pada stasiun II (24,9°C). Grafik perubahan suhu pada
26

setiap stasiun pengambilan dapat dilihat pada Gambar 5. Kondisi rata-rata nilai suhu air
pada perairan Situ Gede dan Situ Tamansari masih berada dalam kisaran yang dapat
ditoleransi oleh organisme akuatik dan baik untuk kegiatan budidaya. Hal ini sesuai
dengan penyataan Aisyah dan Luki (2012) yang menyatakan nilai suhu yang optimum
bagi budidaya perikanan berkisar antara 27 – 32°C.

3.2.2 Kecerahan
Nilai kecerahan suatu perairan berhubungan erat dengan penetrasi cahaya
matahari kedalam air, cahaya matahari akan membantu proses terjadinya fotosintesis
yang akan menghasilkan oksigen terlarut yang masuk kedalam faktor penting dalam
kehidupan akuatik (Elfidasari et al., 2017). Kecerahan juga sangat erat kaitannya
dengan sedimen, bahan organik, dan anorganik dalam air. Hal ini sesuai dengan
Mustapha (2008) menyatakan bahwa transparasi secchi disk yang rendah dimusim
hujan. Hal ini disebabkan oleh pencucian sedimen, puing-puing, organik dan anorganik
ditangguhkan partikel ke dalam reservoir yang menerima run off tertinggi dari partikel-
partikel ini. Berikut adalah hasil pengukuran kecerahan pada situ gede dan situ
tamansari:

90 85 85

80 75 75 75 75

70 65

60 55 55
Kecerahan (cm)

50
40
30
30
20
10
0
I II III IV V
Situ Gede 30 55 55 65 75
Situ Tamansari 85 75 75 75 85
Stasiun Pengamatan

Gambar 6. Nilai kecerahan perairan Situ Gede dan Situ Tamansari

Rendahnya nilai kecerahan akan membatasi penetrasi cahaya matahari, sehingga


kemampuan fotosintes dan kehidupan biota perairan berkurang kualitasnya (Harmoko &
Krisnawati, 2018).

3.2.3 Power of Hydrogen (pH)


Derajat keasaman atau Power of Hydrogen (pH) merupakan suatu indeks ion
hidrogen yang mencirikan keseimbangan asam dan basa. Menurut baku mutu air untuk
perikanan, pH yang cocok digunakan untuk perikanan adalah sekitar 6,5-9,0. Hasil
pengukuran pH yang diperoleh di Situ Situ Gede dan Situ Tamansari, dapat dilihat pada
Gambar 7. berikut:
27

10 9 9 9 9 9
9
8
7
6
pH

5
4
3
2
1
0 I II III IV V
Situ Gede 5.68 5.88 7.08 7.09 7.01
Situ Tamansari 7.1 6.91 7.08 7.09 7.07
Baku Mutu Awal 6 6 6 6 6
Baku Mutu Akhir 9 9 9 9 9

Stasiun Pengamatan

Gambar 7. Nilai pH perairan Situ Gede dan Situ Tamansari

Berdasarkan hasil pengukuran derajat keasaman (pH) terhadap lokasi praktik akhir,
masing-masing stasiun memperlihatkan variasi yang berbeda jauh, dimana rata-rata pH
antar stasiun berada pada kisaran 5,68 – 7,09. Dengan nilai pH tertinggi berada distasiun
ke-4. Perubahan nilai pH bisa disebabkan oleh masukan senyawa organik maupun
anorganik ke dalam air. Perubahan pH dipengaruhi juga oleh adanya senyawa-senyawa
yang masuk ke dalam lingkungan perairan.

3.2.4 Dissolved Oxyge (DO)


Hasil yang diperoleh dari pengukuran DO air, dapat dijelaskan bahwa nilai DO
air pada masing-masing stasiun penelitian memperlihatkan variasi yang sangat berbeda,
dimana rata-rata DO antar stasiun berada kisaran 5,33 – 6,81 mg/L. Rata-rata nilai DO
air tertinggi ditemukan di stasiun V sebesar 6,81 mg/L dan rata-rata nilai terendah pada
stasiun I sebesar 5,33. Grafik nilai DO pada Situ Gede dan Situ Tamansari dapat dilihat
pada Gambar 8.
28

8
7.14
6.81
7 6.32
6.13 6.12 6.13 5.97
6 5.33 5.48
5.29

5
DO (mg/L)

4 4 4 4 4
4

0 I II III IV V
Situ Gede 5.33 5.29 6.13 5.48 6.32
Situ Tamansari 6.13 6.12 7.14 5.97 6.81
Baku Mutu 4 4 4 4 4

Stasiun Pengamatan

Gambar 8. Nilai DO perairan Situ Gede dan Situ Tamansari

Rendahnya suatu DO pada stasiun I disebabkan oleh tumbuhan air yang mati pada
dasar perairan. Nilai DO sangat erat kaitannya dengan BOD dan COD, karena semakin
tinggi BOD dan COD akan menyebabkan berkurangnya DO di perairan. Rendahnya
konsentrasi oksigen disebabkan adanya dekomposisi bahan organik dari tumbuhan air
yang telah mati. DO sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan, terutama untuk
pertumbuhan, memperbaiki jaringan, dan reproduksi. Sumber DO dapat berasal dari
difusi oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas fotosintesis oleh
tumbuhan air dan fitoplankton.
Kebutuhan DO minimum untuk ikan air tawar tropis + 5 mg/L (80% saturasi), ikan-
ikan yang gesit pada umumnya lebih banyak membutuhkan oksigen, sementara ikan lele
dan gurame termasuk jenis ikan yang mampu hidup di perairan dengan kandungan DO
sedikit, karena kedua ikan tersebut mempunyai pernafasan tambahan yang
memungkinkan untuk mengambil oksigen dari udara di luar air (Sugianti & Astuti, 2018).
Jika oksigen terlarut tidak seimbang akan menyebabkan stress pada ikan karena otak
tidak mendapat suplai oksigen yang cukup, serta kematian akibat kekurangan oksigen
(anoxia) yang disebabkan jaringan tubuh ikan tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut
dalam darah (Frits et al., 2013).

3.2.5 Biochemical Oxygen Demand (BOD)


Nilai BOD yang diperoleh pada dasarnya menunjukkan indikasi tentang tingginya
kadar bahan organik dalam air, karna nilai BOD merupakan nilai yang menunjukkan
kebutuhan oksigen oleh bakteri aerob untuk mengoksidasi bahan organik dalam air.
Hasil pengukuran nilai BOD di perairan Situ Gede dan Situ Tamansari yang memiliki nilai
paling tinggi berada di stasiun III pada Situ Gede dengan nilai 28,4 mg/L, dan nilai yang
paling rendah berada di stasiun IV sebesar 10,48 mg/L. Grafik perubahan BOD dapat
dilihat pada Gambar 9.
29

28.4
30
25.68

25 22.45 25.15
24.18

22.05
20.66
20
17.45 15.36
BOD (mg/L

15
10.98

10

5 3 3 3 3 3

0
I II III IV V
Situ Gede 22.45 25.68 28.4 10.98 15.36
Situ Tamansari 22.05 25.15 24.18 20.66 17.45
Baku Mutu 3 3 3 3 3
Stasiun Pengamatan

Gambar 9. Nilai BOD perairan Situ Gede dan Situ Tamansari

Nilai BOD lebih kecil atau sama dengan 2,9 mg/L adalah tergolong air tidak tercemar
(Silalahi, 2009). Tingginya nilai BOD pada stasiun III menunjukkan bahwa banyaknya
bahan organik yang didekomposisi oleh bakteri aerob dibandingkan dengan stasiun
yang lainnya. Semakin tinggi nilai BOD maka perairan tersebut semakin tercemar
(Yogendra dan Puttaiah, 2008). Kandungan BOD yang tinggi, mengartikan bahwa
minimnya kadar oksigen terlarut yang terdapat di dalam perairan (Tamamu, 2020).

3.2.6 Chemical Oxygen Demand (COD)


COD merupakan kebutuhan oksigen kimia untuk mengurai seluruh bahan
organik yang terkandung dalam air (Sri et al., 2021). Hasil yang diperoleh dari
pengukuran rata-rata antar stasiun berada kisaran 3,05 – 13,25 mg/L. Dengan nilai
tertinggi terdapat pada stasiun V sebesar 13,25 mg/L dan nilai terendah pada stasiun III
sebesar 3,05 mg/L. Grafik perubahan COD pada setiap stasiun dapat dilihat pada
Gambar 10.
30

30
25 25 25 25 25
25

20
COD (mg/L)

15 13.05 13.25
13.37
12.28
10
5.18 5.25
5.78 3.05
5
4.02
3.14

0 I II III IV V
Situ Gede 5.18 5.25 3.05 13.05 13.25
Situ Tamansari 3.14 5.78 4.02 13.37 12.28
Baku Mutu 25 25 25 25 25

Stasiun Pengamatan

Gambar 10. Nilai COD perairan Situ Gede dan Situ Tamansari

COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Hal ini karena bahan
organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat
kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat, sehingga
segala macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit
urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan BOD memberikan
gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di perairan (Boyd, 1990).

3.2.7 Nitrat
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan
sumber nutrisi utama bagi pertumbuhan fitoplankton dan tumbuhan air lainnya. Kadar
nitrat yang lebih dari 5 mg/L menggambarkan telah terjadinya pencemaran (Frits et al.,
2013). Berdasarkan hasil pengamatan nilai nitrat pada perairan Situ Gede dan Situ
Tamansari berkisar antara 0,01 – 0,02 mg/L. Grafik nilai Nitrat dapat dilihat pada Gambar
11.
31

12

10 10 10 10 10 10

8
Nitrat (mg/L)

0 0.01 0.01 0.01 0.01 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.02
I II III IV V
Situ Gede 0.01 0.01 0.01 0.01 0.02
Situ Tamansari 0.01 0.01 0.02 0.01 0.01
Baku Mutu 10 10 10 10 10
Stasiun Pengamatan

Gambar 11. Nilai Nitrat perairan Situ Gede dan Situ Tamansari

Penurunan nilai kadar nitrat disebabkan oleh limbah kegiatan pemukiman masyarakat,
kegiatan ekowisata berupa sampah-sampah yang masih dibuang sembarangan ke
wilayah inlet di Situ Gede dan wilayah outlet di Situ Tamansari. Nitrat merupakan nutrisi
yang penting bagi tanaman, tetapi jika berada pada kadar yang berlebihan dapat
menyebabkan masalah kualitas air yang signifikan. Nitrat yang berlebih akan
mempercepat eutrofikasi dan menyebabkan peningkatan pertumbuhan tanaman air
sehingga mempengaruhi kadar oksigen terlarut, suhu, dan parameter lainnya (Irwan et
al., 2017). Nitrat berasal dari ammonium yang masuk ke perairan melalui limbah. Kadar
nitrat dapat menurun karena aktifitas mikroorganisme dalam air (Patricia et al., 2018).
Konsentrasi nitrat rendah dikarenakan terjadinya proses denitrifikasi dimana nitrat
melalui nitrit akan menghasilkan nitrogen bebas yang akhirnya kembali menjadi amoniak
(Rahman et al., 2016).

3.2.8 Fosfat
Kandungan fosfat dalam perairan tidak berdampak langsung kepada manusia
ataupun hewan, tetapi jika dikonsumsi terus menerus akan berdampak kepada masalah
pencemaran (Ismail, 2011)). Grafik nilai fosfat pada perairan Situ Gede dan Situ
Tamansari dapat dilihat pada Gambar 12.
32

0.25
0.22
0.23 0.21
0.2 0.2 0.2 0.2 0.2
0.21 0.19
0.2
0.19
0.16
0.17
Fosfat (mg/L)

0.15 0.15
0.12

0.1

0.05

0 I II III IV V
Situ Gede 0.22 0.19 0.21 0.16 0.12
Situ Tamansari 0.21 0.23 0.17 0.19 0.15
Baku Mutu 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2

Stasiun Pengamatan

Gambar 12. Nilai Fosfat perairan Situ Gede dan Situ Tamansari

Nilai rata-rata fosfat yang diperoleh dari pengukuran berkisar antara 0,12 – 0,23 mg/L.
Nilai tertinggi terdapat pada stasiun II yaitu 0,23 mg/L dan nilai terendah terdapat pada
stasiun V 0,12 mg/L. Dapat dikatakan perairan Situ Situ Gede dan Situ Fosfat memiliki
tingkat kesuburan sedang.
Berdasarkan kadar fosfat perairan diklasifikan menjadi tiga yaitu, perairan dengan
tingkat kesuburan rendah memiliki kadar fosfat berkisar antara 0 – 0,02 mg/L, perairan
dengan tingkat kesuburan sedang memiliki kadar fosfat total berkisar anatara 0,02 – 0,05
mg/L, perairan dengan tingkat kesuburan tinggi memiliki kadar fosfat total berkisar
anatara 0,051 – 0,1 mg/L (Effendi, 2003). Fosfat merupakan unsur penting dalam
perairan, terutama berasal dari sedimen yang selanjutnya akan terfiltrasi dalam air tanah
dan akhirnya masuk ke dalam sistem perairan terbuka. Selain itu juga dapat berasal dari
atmosfer bersama air hujan masuk ke sistem perairan (Barus, 2004). Jumlah fosfat yang
tinggi akan menghasilkan pertumbuhan alga yang sangat besar dan berakibat
kurangnya sinar matahari yang masuk ke perairan. Ketika alga mati, bakteri akan
memecahnya menggunakan oksigen terlarut di dalam air (Patricia et al., 2018).
.
3.2.9 Plankton
Keberadaan plankton di perairan dapat dijadikan salah satu indikator suatu
perairan karena sangat mempengaruhi kualitas air (Makmur et al., 2011). Plankton
memegang peranan penting dalam suatu perairan. Plankton memiliki fungsi ekologi
sebagai produsen primer dan awal mata rantai dalam jaring makanan (Eha et al., 2016).
Jenis-jenis plankton yang ditemukan para perairan Situ Gede dan Situ Tamansari sangat
beranekaragam. Jenis plankton yang ditemukan diperairan Situ Gede dan Situ
Tamansari terdapat 18 jenis, dengan jenis yg paling banyak ditemukan yaitu Coelastrum
sp. sebanyak 133 individu pada Situ Tamansari dan Euglena sp. sebanyak 73 individu
pada Situ Gede. Proses identifikasi plankton pada praktik akhir ini sesuai dengan buku
Fitoplankton Situ – situ di Pulau Jawa yang ditulis oleh Sulastri, pada tahun 2018. Berikut
pada Tabel 8. daftar plankton yang tertangkap di Situ Gede
33

Tabel 8. Hasil identifikasi plankton yang ditemukan di Situ Gede

Plankton Situ Gede (ind/mL) Jumlah


No Family Spesies
(ind/mL)
I II III IV V
1 Nostocales Anabaena sp. 0 5 2 0 0 7
2 Aulacoseiraceae Aulacoseira sp. 1 0 0 2 0 3
3 Catenulaceae Amphora sp. 0 21 11 0 1 33
4 Selenastraceae Ankistrodesmus sp. 0 0 0 1 2 3
5 Chroococcaceae Chroococcus sp. 2 0 20 21 11 54
6 Closteriaceae Closterium sp. 0 0 0 0 17 17
7 Scenedesmaceae Coelastrum sp. 28 5 12 14 12 71
8 Coelosphaeriaceae Coelosphaerium sp. 10 10 25 2 0 47
9 Cymbellaceae Cymbella sp. 0 0 1 0 2 3
10 Euglenaceae Euglena sp. 15 10 16 16 16 73
12 Microcystaceae Microsystis sp. 0 0 2 0 19 21
13 Selenastraceae Monoraphidium sp. 0 0 0 0 2 2
14 Naviculaceae Navicula sp. 0 0 0 3 1 4
16 Phacaceae Phacus sp. 9 2 0 0 0 11
17 Peridiniaceae Perinidium sp. 0 0 1 0 0 1
19 Diatomaceae Synedra sp. 0 0 6 1 0 7
20 Euglenaceae Trachelomonas sp. 3 1 0 0 5 9
Jumlah 68 51 92 54 88 366

Dan berikut daftar plankton yang tertangkap di Situ Tamansari, dapat dilihat pada
Tabel 9. Berikut

Tabel 9. Hasil identifikasi plankton yang ditemukandi Situ Tamansari

Plankton Situ Tamansari (ind/mL) Jumlah


No Family Spesies
(ind/mL)
I II III IV V
1 Nostocales Anabaena sp. 0 1 5 0 0 6
3 Catenulaceae Amphora sp. 0 40 13 0 0 53
4 Selenastraceae Ankistrodesmus sp. 0 0 0 0 0 0
5 Chroococcaceae Chroococcus sp. 5 0 31 25 16 77
6 Closteriaceae Closterium sp. 1 0 0 0 28 29
7 Scenedesmaceae Coelastrum sp. 40 15 20 20 18 113
8 Coelosphaeriaceae Coelosphaerium sp. 14 20 27 1 0 62
9 Cymbellaceae Cymbella sp. 1 0 0 0 0 1
10 Euglenaceae Euglena sp. 7 22 29 15 18 91
11 Merismopediaceae Merismopedia sp. 1 0 0 0 0 1
12 Microcystaceae Microsystis sp. 5 0 0 0 13 18
13 Selenastraceae Monoraphidium sp. 0 0 0 0 4 4
14 Naviculaceae Navicula sp. 2 1 0 0 2 5
15 Oscillatoriaceae Oscillatoria sp. 2 0 0 0 1 3
16 Phacaceae Phacus sp. 13 0 0 0 0 13
17 Peridiniaceae Perinidium sp. 0 0 0 2 1 3
18 Scenedesmaceae Scenendesmus sp. 1 0 0 0 0 1
19 Diatomaceae Synedra sp. 0 5 8 4 0 17
20 Euglenaceae Trachelomonas sp. 7 0 0 2 5 14
Jumlah 99 104 133 69 106 511

Hasil perhitungan kelimpahan plankton dari kedua situ tersebut, dapat dilihat pada
Gambar 13.
34

400,000
351,750
350,000 332,500

300,000
260,000 265,000
247,500
individu/L

250,000 230,000 220,000

200,000 172,500

150,000 127,500 135,000

100,000

50,000

-
I II III IV V
Stasiun
Situ Gede Situ Tamansari

Gambar 13. Nilai kelimpahan Plankton di perairan Situ Gede dan Situ Tamansari

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus kelimpahan plankton metode


Sedwick-Rafter Countinig cell, telihat bahwa kelimpahan plankton pada Situ Gede pada
titik inlet yang paling banyak dan titik tengah pada Situ Tamansari.
Menurut Basmi (1987) menyatakan bahwa suatu kelimpahan fitoplankton sebanyak
<2000 individu/L termasuk kedalam perairan oligotrofik (tingkat kesuburan rendah),
perairan mesotrofik memiliki tingkat kesuburan sedang dengan kelimpahan plankton
2000-15000 in/L (Wening et al., 2016), dan perairan eutrofik memiliki tingkat kesuburan
tinggi dengan kelimpahan plankton >15000 (Diana et al., 2019). Dilihat dari hasil
perhitungan kelimpahan plankton pada perairan Situ Gede dan Situ Tamansari termasuk
kedalam perairan mesotrofik, yaitu perairan yang mengandung unsur hara sedang
(Nurranisa et al., 2015). Peran plankton sebagai indikator kesuburan perairan
berdasarkan perhitungan kelimpahan plankton, dan plankton jika dibidang perikanan
berperan penting sebagai sumber nutrisi perairan dan merupakan pakan alami bagi ikan
diperairan (Sudinno et al., 2015).

3.3 Identifikasi Ikan Hasil tangkapan


Ikan yang terdapat di perairan Situ Gede dan Situ Tamansari merupakan ikan air
tawar yang memiliki perbedaan fisiologis dengan ikan laut dalam beberapa aspek.
Insang mereka harus mampu mendifusikan air sembari menjaga kadar 10 garam dalam
cairan tubuh secara simultan. Adaptasi pada bagian sisik ikan juga memainkan peran
penting; ikan air tawar yang kehilangan banyak sisik akan mendapatkan kelebihan air
yang berdifusi ke dalam kulit, dan dapat menyebabkan kematian pada ikan. Dari catatan
yang dikumpulkan oleh fishbase, spesies ikan yang ada di Indonesia berjumlah 1193
spesies. Hal ini mendekati perkiraan Kottelt & Whitten (1996) bahwa jumlah spesies ikan
air tawar di Indonesia lebih kurang sebesar 1300 spesies. Keanekaragaman spesies
ikan air tawar Indonesia nomor tiga terkaya di dunia.
35

Produksi perikanan air tawar didominasi oleh ikan mas, mujair, nila, lele, patin, dan
gurame. Jenis-jenis tersebut menyumbang lebih dari 80% dari total produksi, sisanya
adalah budidaya tambak air payau, budidaya di laut (Hance & Sri, 2015).

Tabel 10. Ikan Yang Mendiami Situ Gede dan Situ Tamansari

Jenis Ikan Lokasi Pengamatan


No
Nama Lokal Nama Ilmiah Situ Gede Situ Tamansari
1 Ikan Mujaer Oreochromis mossambicus - -
2 Ikan Gabus Channa striata 3 -
3 Benteur Puntius binotatus - -
4 Ikan Nila Hitam Oreochromis niloticus bleeker 198 107
5 Ikan Nila Merah Oreochromis niloticus 61 48
6 Ikan Sapu-sapu Hyposarcus sp. 11 6
7 Ikan Lele Clarias sp. - -
8 Ikan Bawal Bramidae sp. - -
9 Ikan Mas Cyprinus carpio - -
10 Ikan Betok Anabas testudineus - -

Pada umumnya ikan yang terdapat di kedua situ tersebut ada berbagai macam ikan air
tawar yang biasa, seperti ikan bungkreng atau cere (Mosquitofish), ikan nila
(Oreochromis niloticus sp.), ikan mujair (Mozambique tilapia), ikan lele (Clarias sp.), ikan
gabus (Channa striata), ikan bawal (Bramidae). Dengan berbagai morfologi yang
berbeda. Bagian-bagian pada tubuh ikan secara morfologi dapat ditunjukkan pada
Gambar 14. berikut ini:
36

Gambar 14. Bagian-bagian Tubuh Ikan Secara Biologi (Bond, 1979).

Penangkapan ikan pada praktik ini menggunakan jaring senar nilon dengan ukuran
jaring 2 inch dan lebar 4 x 60 meter, jaring kecrik, dan alat pancing.

Gambar 15. Jaring senar nilon


Jaring senar nilon yang digunakan berukuran 60 meter, dijadikan satu menjadi 240
meter. Penggunaan alat tangkap jaring dilakukan pada malam hari, sedangkan pancing
pada siang hari dan sore.
37

Tabel 11. Hasil Tangkapan Berdasarkan Alat Tangkap


Hasil Tangkapan (ekor)
No Alat Tangkap
Situ Gede Situ Tamansari
1 Pancing 10 18
2 Jaring Kecrik 74 31
3 Jaring Nilon 189 112
Jumlah 273 161

Hasil tangkapan ikan terdapat 4 jenis: Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus
bleeker), Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus), Ikan Sapu-sapu (Hyposarcus sp),
yang merupakan ikan introduksi dan Ikan Gabus (Channa striata) yang merupakan ikan
endemik. Ikan endemik di Indonesia berjumlah sekitar 120 spesies (Lenny, 2017).

3.3.1 Ikan Nila Hitam


Ikan nila merupakan ikan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia
(Meidiana & Hari, 2018), maka dari itu nila merupakan ikan yang menjadi target utama
dalam kegiatan penangkapan ikan di Situ Situ Gede dan Situ Situ Tamansari. Nama
Nilotika menunjukkan tempat ikan ini berasal, yakni sungai Nil di Benua Afrika.
Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan Oreochromis ini memang berbeda dengan
kelompok tilapia. Secara umum, bentuk tubuh Ikan Nila panjang tepinya berwarna putih.
Gurat sisi (Linea literalis) terputus dibagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi
letaknya lebih kebawah daripada letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Jumlah
sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah. Sirip punggung berwarna hitam dan sirip
dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian
pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam. Berikut klasifikasi ikan nila hitam:

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus bleeker

Dalam bahasa inggris ikan nila dikenal sebagai Nile Tilapia. Ikan nila memiliki kebiasaan
unik setelah memijah, induk betinanya mengulum telur-telur yang telah dibuahi di dalam
rongga mulutnya atau mouth breeder (mengerami telur dalam mulut). Ikan Nila Hitam
yang tertangkap bisa dilihat pada Gambar 16. berikut:
38

Gambar 16. Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus bleeker)

Ikan nila pertama kali masuk indonesia lewat Jawa Barat pada tahun 1969. Ikan ini
diintroduksi dari Taiwan. Pada tahun 1975 didatangkan hibrid (hasil silang Tilapia nilotica
dan Tilapia mossambica) Taiwan. Nila merah yang muncul pada tahun 1981,diintroduksi
dari Filipina. Pada tahun 1988-1989 didatangkan parent stock nila citralada dari Thailand
namun tidak berkembang.
Ikan nila relatif cepat dalam proses pertumbuhan dan memiliki respon yang baik
terhadap lingkungannya sehingga sangat mudah untuk dibudidayakan. Ditinjau dari
kebiasaan makannya, ikan nila adalah ikan pemakan segala atau omnivore (Arie, 1999),
pemakan plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini dapat
dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air (Resky, 2016).

3.3.2 Ikan Nila Merah


Ikan nila merah merupakan salah satu komoditas ikan budidaya yang memiliki
potensi yang sangat tinggi. Ikan ini unggul dalam budidaya di Indonesia karena memiliki
pertumbuhan yang relatif cepat. Semakin banyaknya permintaan pasar terhadap ikan
ini, maka budidayanya dilakukan secara intensif dengan padat penebaran serta
pemberian pakan yang tinggi. Berikut klasifikasi ikan nila merah (Sucipto & Prihartono,
2007) :

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
39

Ikan nila merupakan bahan pangan yang mengandung gizi yang cukup tinggi dan
bermanfaat bagi kesehatan tubuh dengan kandungan protein ikan nila sebesar 43,76;
lemak 7,01%; kadar abu 6,80% dan air 4,28% per 100 gram berat ikan (Mukayat, 1995).
Ikan nila merah memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan ikan air tawar yang
lain. Keunggulan tersebut yaitu pertumbuhan cepat, mudah dikembang biakkan, dan
efisien terhadap pemberian makan tambahan.Ikan ini juga tahan terhadap penyakit serta
dapat toleransi terhadap perubahan lingkungan (Niken & Suwartiningsih, 2019). Ikan
Nila Merah hasil tangkapan dapat dilihat pada Gambar 17. berikut:

Gambar 17. Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus)

Ikan nila merah ini juga banyak dikembangbiakkan dan dibudidayakan oleh petani
pembesar di Indonesia karena memiliki bentuk yang hampir menyerupai ikan kakap
merah, dan rasa dagingnya pun tidak jauh berbeda dengan ikan kakap merah juga
sering dijadikan ikan hias karna warnanya yang cantik (M. Yusuf, 2016). Ikan nila merah
merupakan hasil dari persilangan Oreochromis mossambicus (Mujair), Oreochromis
niloticus (ikan nila), dan Oreochromis homorum (Sucipto & Prihartono, 2007).

3.3.3 Ikan Gabus


Ikan gabus atau Snaked fish (Channa striata) memiliki ciri-ciri tubuh memanjang
dengan kepala bersisik yang berbentuk pipih dan lebar, dengan mata uang terdapat
pada bagian anterior kepala, sirip punggung lebih panjang dari sirip ekor, serta warna
tubuh pada bagian pungung hijau kehitaman dan bagian perut berwarna krem atau putih.
Menurut Ardianto 2015, klasifikasi ikan gabus adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Channidae
Genus : Channa
Spesies : Channastriata
40

Ikan gabus merupakan ikan asli dari Indonesia yang tersebar di wilayah perairan umum
Indonesia dan merupakan ikan asli di Paparan Sunda (Sumatera, Jawa, dan
Kalimantan), Wallacea (Sulawesi, Sunda Kecil, Maluku), dan Paparan Sahul (Papua).
Ikan gabus hasil tangkapan bisa dilihat pada Gambar 18. berikut:

Gambar 18. Anakan Ikan Gabus (Channa striata)

Ikan gabus kaya akan kandungan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh, terutama protein.
Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu
membangun serta memelihara sel-sel jaringan tubuh. Protein dibutuhkan untuk proses
pertumbuhan, mengatur proses metabolisme tubuh serta menyediakan energi bagi
tubuh. Mustafa et al., (2013), dalam penelitiannya menemukan ikan gabus mengandung
Cu, Fe, Ca dan Zn, bahwa ikan gabus jenis C. striata sangat kaya akan sumber albumin,
salah satu jenis protein penting yang diperlukan tubuh manusia setiap hari. Sumber
albumin ikan gabus sangat baik digunakan bagi penderita hipoalbumin (rendah albumin)
dan penyembuhan luka pasca operasi maupun luka bakar. Bahkan masyarakat
setempat sejak dahulu telah mengetahui manfaat ikan gabus untuk mempercepat
proses penyembuhan sehingga biasanya wanita dianjurkan mengkonsumsi ikan gabus
pasca melahirkan atau pasca khitanan anak lakilaki. Menurut (Ulandari et al., 2011), ikan
gabus memiliki manfaat antara lain meningkatkan kadar albumin dan daya tahan tubuh,
mempercepat proses penyembuhan luka dalam atau luka luar.
Secara biologi ikan gabus juga merupakan ikan yang masih tahan terhadap
lingkungan perairan yang kurang baik. Dalam kondisi kekurangan air ikan gabus masih
mampu bertahan hidup karena ikan gabus memiliki alat bantu pernafasan sehingga
dapat memanfaatkan oksigen bebas di udara untuk proses pernafasan (Muslim, 2017).
Ikan gabus adalah salah satu jenis ikan tawar yang paling digemari di pasaran sebagai
ikan konsumsi karena memiliki kandungan gizi terbaik dari sekian banyak jenis ikan air
tawar dengan kadar protein terbanyak dalam plasma darah mencapai 60% sampai
memiliki manfaat untuk membantu jaringan sel baru (Sumarno, 2012) dalam luka
biasanya banyak dimanfaatkan oleh ibu yang baru saja melahirkan secara caesar.
41

3.3.4 Ikan Sapu-sapu


Ikan sapu-sapu merupakan ikan air tawar yang hidup pada perairan yang kotor,
dan hidup didasar perairan (Asnawi, 2018). Di dunia terdapat 19 spesies ikan sapu-sapu
dari marga Pterygoplicththys, sedangkan di Indonesia diinformasikan baru spesies yaitu
P. disjunctivus dan P. pardalis (Elfidasari D et al., 2016) dan ditambahkan oleh (Haryono
et al., 2017) tiga spesies yaitu P. anisitsi, P. gibbiceps dan P. multiradiatus. Sapu-sapu
mendiami perairan tenang sampai deras, dan dapat dijumpai hampir di seluruh perairan
tawar seperti sungai, anak sungai, situ, kolam, parit, sawah, rawa-rawa dan beberapa
berenang di perairan payau. Berikut klasifikasi ikan sapu-sapu menurut Badan Karantina
Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, KKP:

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Family : Loricariidae
Genus : Glyptoperichthys
Penyebaran Daerah Asli : Ekuador, Peru
Penyerbaran Daerah Asing : Polandia

Makanan sapu-sapu adalah alga, ganggang, bentik, detritus, cacing, fitoplankton,


dan beberapa jenis larva serangga. Sehingga selama ini sebagian besar masyarakat
memanfaatkan ikan tersebut hanya sebagai pembersih akuarium atau kolam (Baskara,
2020). Ikan ini juga banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber pangan
(Kukuh & Novy, 2016). Ikan Sapu-sapu yang tertangkap dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19. Ikan Sapu-sapu (Hyposarcus sp)

Ikan sapu-sapu ini memiliki warna tubuh coklat hitam kekuningan dengan sirip punggung
yang besar. Dengan makanannya seperti alga, ganggang bentik, detritus, cacing, dan
beberapa jenis larva serangga (Ozedilek, 2007). Ikan ini hidup diperairan tawar beriklim
tropis dan berhabitat di dasar perairan juga ikan sapu-sapu ini aktif pada malam hari
(nokturnal). Dampak yang dapat ditimbulkan oleh ikan ini meliputi perubahan struktur
lingkungan perairan, gangguan rantai makanan, persaingan dengan spesies endemik
dalam hal pemanfaatan sumberdaya penting seperti makanan dan ruang hidup,
42

perubahan komunitas tumbuhan air, dan kerusakan pada alat tangkap ikan (BKIPM,
2011).

3.4 Struktur Komunitas Ikan


3.4.1 Indeks Keaenekaragaman (H’), Keseragaman (E), Dominansi (D)1
Struktur Komunitas umumnya dianalisis berdasarkan indeks-indeks ekologi
(Fachrul, 2012). Hasil perhitungan Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman, dan
Indeks Dominansi digunakan untuk menganalisis kondisi suatu hubungan antara
kelimpahan jenis ikan dengan tekanan lingkungan. Indeks keanekaragaman <2,0
menunjukkan keanekaragaman rendah dan tekanan lingkungan kuat. Semakin besar H’
maka keanekaragaman semakin tinggi serta terjadi keseimbangan antara kelimpahan
dengan tekanan lingkungan, secara umum telah digunakan untuk mengetahui status
ekologis komintas ikan terkait dengan kestabilan ekosistem (Ungaro et al., 1998).
Dari lima titik stasiun pada Situ Gede, indeks keanekaragaman tertinggi terdapat
pada stasiun I yaitu 0,92 dalam kategori “rendah”. Indeks keseragaman tertinggi terdapat
pada stasiun V yaitu 0,68 dalam kategori “rendah”. Indeks Dominansi tertinggi terdapat
pada stasiun I yaitu 0,53 dalam kategori sedang. Di dominansi oleh ikan nila hitam.
Grafik indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi di Situ Gede dapat dilihat
pada Gambar 20.

1
0.9
0.8
0.7
0.6
Indeks ekologis

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
I II III IV V
H' 0.928521 0.73344 0.634688 0.832751 0.900909
E 0.33816721 0.381898247 0.632061895 0.601567373 0.686132101
D 0.526026 0.049927 0.000657 0.001624 0.004347301

H' E D

Gambar 20. Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman, dan Indeks


Dominansi Situ Gede

Dari lima titik stasiun pada Situ Tamansari, indeks keanekaragaman tertinggi terdapat
pada stasiun IV yaitu 0,70 dalam ketegori “rendah”. Indeks keseragaman tertinggi
terdapat pada stasiun IV yaitu 0,98 dalam kategori “tinggi”. Indeks Dominansi tertinggi
terdapat pada stasiun III yaitu 0,16 dalam kategori “rendah” di dominansi oleh ikan nila
43

hitam. Grafik indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi di Situ Situ


Tamansari dapat dilihat pada Gambar 21.

1.2

1
Indeks Ekologis

0.8

0.6

0.4

0.2

0
I II III IV V
H' 0.610864 0.647718 0.614902 0.70618 0.59827
E 0.6912461 0.7860051 0.753144 0.9826783 0.6714603
D 0.001153635 0.06914952 0.16297668 0.025363512 0.00444444
H' E D

Gambar 21. Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman, dan Indeks


Dominansi Situ Tamansari

Indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansi ini


menggambarkan indeks ekologis pada suatu komunitas, dimana semakin tinggi nilai
indeks maka kualitas lingkungan semakin baik dan cocok dengan kehidupan ikan yang
terdapat di Situ Situ Gede dan Situ Situ Tamansari.

3.4.2 Kelimpahan Relatif


Jumlah individu dari setiap jenis ikan hasil tangkapan di Situ Gede, yaitu ikan nila
hitam (Oreochromis niloticus bleeker) sebanyak 198 individu, ikan nila merah
(Oreochromis niloticus) sebanyak 61 individu, ikan gabus (Channa striata) sebanyak 3
individu, dan ikan sapu-sapu (Hyposarcus sp.) sebanyak 11 individu, oleh karena itu
persentase kelimpahan relatifnya sangat berbeda jauh. Persentase kelimpahan relatif
Situ Gede dapat dilihat pada Gambar 22.
44

3.97%
2.53%

22%

71.50%

Oreochromis niloticus bleeker Oreochromis niloticus Channa striata Hyposarcus sp.

Gambar 22. Nilai Kelimpahan Relatif Situ Gede

Jumlah individu dari setiap jenis ikan hasil tangkapan di Situ Tamansari, yaitu ikan
nila hitam (Oreochromis niloticus bleeker) sebanyak 107 individu, ikan nila merah
(Oreochromis niloticus) sebanyak 48 individu, dan ikan sapu-sapu (Hyposarcus sp.)
sebanyak 6 individu, oleh karena itu persentase kelimpahan relatifnya sangat berbeda
jauh. Persentase kelimpahan relatif Situ Tamansari dapat dilihat pada Gambar 23.

3.51%

28.07%

62.50%

Oreochromis niloticus bleeker Oreochromis niloticus Hyposarcus sp.

Gambar 23. Nilai Indeks Kelimpahan Relatif Situ Tamansari

3.4.3 Hubungan Panjang - Berat


Hasil analisis hubungan panjang bobot dari jumlah ikan nila hitam yang tertangkap
sebanyak 198 ekor dari Situ Situ Gede dilakukan dengan regresi linear. Menurut
Carlender (1969) dalam (Effendie, 2002), nilai b kurang dari 3 menunjukkan keadaan
ikan yang kurus dimana pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan
45

beratnya. Dalam biologi perikanan, hubungan panjang-berat ikan merupakan salah satu
informasi pelengkap yang perlu diketahui dalam kaitan pengelolaan sumber daya
perikanan, misalnya dalam penentuan selektifitas alat tangkap agar ikan±ikan yang
tertangkap hanya yang berukuran layak tangkap (Zainal et al., 2016).

Tabel 12. Hasil Perhitungan Panjang - Berat Ikan Nila Hitam di Situ Gede
Pola
n a b r W=aLb T.hitung
pertumbuhan
Allometrik
198 0.028888 2.74809 0.83111 0.02889L 2.74809 0.25616 negatif

Keterangan :
a = intercept
b = slope
r = koefisien korelasi
n = jumlah ikan
W = persamaan linear

Berdasarkan analisis pada Tabel 13., nilai b di bawah 3 disebut alometrik negatif yang
artinya pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan bobot.

60
50
y = 3.8622x - 18.329
40 r² = 0.6816
Berat (gr)

30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
-10
Panjang (cm)

Gambar 24. Hubungan Panjang – berat Ikan Nila Hitam

Berdasarkan hasil perhitungan ikan nila hitam Gambar 24. di Situ Gede sebanyak 198
ekor dengan persamaan W = 0,25616L2.74809 dengan koefisien determinasi (r2) sebesar
0,83111 yang artinya 60% pertambahan berat tubuh ikan terjadi karena pertambahan
panjang tubuh ikan. Jika nila b kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus
dimana pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya.
Hasil analisis hubungan panjang bobot dari jumlah ikan gabus hasil tangkapan
sebanyak 4 ekor dari Situ Situ Gede dilakukan dengan bobot eksponene bukan linear
karena ada batas limit panjang pada jenis ikan yang tertangkap.
46

Tabel 13. Hasil Perhitungan Hubungan Panjang – berat Ikan Gabus di Situ Gede
Pola
n a b r W=aLb
T.hitung pertumbuhan
Allometrik
2.74809
4 0,0197 2.84969 0.9987 0,0197L 2.776445 negatif

Keterangan :
a = intercept
b = slope
r = koefisien korelasi
n = jumlah ikan
W = persamaan linear

Berdasarkan analisis pada Tabel 14., nilai b di bawah 3 yang artinya pola pertumbuhan
disebut alometrik negatif dengan artian pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan
dengan pertambahan bobot.

50

40
y = 3.6957x - 17.104
r² = 0.9318
Berat (gr)

30

20

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Panjang (cm)

Gambar 25. Hubungan Panjang – berat Ikan Gabus

Berdasarkan hasil perhitungan ikan gabus Gambar 25. di Situ Gede sebanyak 4 ekor
dengan persamaan W = 0,0197L 2.74809 dengan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,9318
yang artinya pertambahan berat tubuh ikan terjadi karena pertambahan panjang tubuh
ikan. Jika nila b kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus dimana
pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya.

Tabel 14. Hasil Perhitungan Hubungan Panjang – berat Ikan Sapu-sapu di Situ Gede
Pola
n a b R W=aLb T.hitung
pertumbuhan
Allometrik
0,714392
11 4,758133 0,714392 0.9997 4,758133L 44,282565 negatif

Keterangan :
a = intercept
47

b = slope
r = koefisien korelasi
n = jumlah ikan
W = persamaan linear

Berdasarkan analisis pada Tabel 15., nilai b di bawah 3 yang artinya pola pertumbuhan
disebut alometrik negatif dengan artian pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan
dengan pertambahan bobot.

40
35 y = 1.6506x + 8.2145
r² = 0.9493
30
25
Berat (gr)

20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Panjang (cm)

Gambar 26. Hubungan Panjang - berat Ikan Sapu-sapu

Berdasarkan hasil perhitungan ikan sapu-sapu Gambar 26. di Situ Gede sebanyak 198
ekor dengan persamaan W = 4,758133L0,714392 dengan koefisien determinasi (r2) sebesar
0,9493. Jika nila b kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus dimana
pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya.
Hasil analisis hubungan panjang bobot dari jumlah ikan nila hitam yang tertangkap
sebanyak ekor dari Situ Situ Tamansari dilakukan dengan regresi eksponen.

Tabel 15. Hasil Perhitungan Hubungan Panjang - berat Ikan Nila Hitam Di Situ
Tamansari
Pola
n a b r W=aLb T.hitung
pertumbuhan
Allometrik
107 0,00863 2,2774 0,9994 0,00863L2,2774 5,1117 negatif

Keterangan :
a = intercept
b = slope
r = koefisien korelasi
n = jumlah ikan
W = persamaan linear
48

Berdasarkan Tabel 16. nilai b dibawah 3 yang artinya pola pertumbuhan disebut
alometrik negatif dengan artian pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan dengan
pertumbuhan bobot.

50

40
y = 3.4278x - 14.588
30 r² = 0.6693
Berat (gr)

20

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
-10
Panjang (cm)

Gambar 27. Hubungan Panjang - berat Ikan Nila Hitam

Berdasarkan hasil perhitungan ikan nila hitam Gambar 27. di Situ Tamansari sebanyak
107 ekor dengan persamaan W = 4,758133L0,714392 dengan koefisien determinasi (r2)
sebesar 5,1117. Jika nila b kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus dimana
pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya.

Tabel 16. Hasil Perhitungan Hubungan Panjang - berat Ikan Nila Merah di Situ
Tamansari
Pola
n a b r W=aLb T.hitung
pertumbuhan
Allometrik
0,0035
48 9,3249 0,0035 0,9987 9,3249L 9,8119 negatif

Keterangan :
a = intercept
b = slope
r = koefisien korelasi
n = jumlah ikan
W = persamaan linear

Berdasarkan Tabel 17. Nilai b dibawah 3 yang artinya pola pertumbuhan disebut
alometrik negatif dengan artian pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan dengan
pertumbuhan bobot.
49

50

40
y = 3.8027x - 17.673
30 r² = 0.7318
Berat (gr)

20

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
-10
Panjang (cm)

Gambar 28. Hubungan Panjang - berat Ikan Nila Merah

Berdasarkan hasil perhitungan ikan nila merah Gambar 28. di Situ Tamansari sebanyak
48 ekor dengan persamaan W = 9,3249L0,0035 dengan koefisien determinasi (r2) sebesar
0,7318. Jika nila b kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus dimana
pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya.

Tabel 17. Hasil perhitungan hubungan panjang-berat Ikan Sapu-sapu di Situ


Tamansari

Pola
n a b r W=aLb T.hitung
Pertumbuhan
Alometrik
6 0,1132 2,16324 0,999063 0,1132L2,16324 2,083958 negative

Keterangan :
a = intercept
b = slope
r = koefisien korelasi
n = jumlah ikan
W = persamaan linear

Berdasarkan Tabel 18. Nilai b dibawah 3 yang artinya pola pertumbuhan disebut
alometrik negatif dengan artian pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan dengan
pertumbuhan bobot.
50

45
40 y = 3.6397x - 17.368
35 r² = 0.7752
30
Berat (gr)

25
20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Panjang (cm)

Gambar 29. Hubungan Panjang – berat Ikan Sapu-sapu

Berdasarkan hasil perhitungan ikan sapu-sapu Gambar 29. Di Situ Tamansari sebanyak
6 ekor dengan persamaan W = 9,3249L0,0035 dengan koefisien determinasi (r2) sebesar
0,7752. Jika nila b kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus dimana
pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya.

3.4.4 Tingkat Trofik Ikan Yang Tertangkap


Tingkat trofik dapat digunakan untuk mengevaluasi Kesehatan dan kondisi
ekosistem, sehingga merupakan mata rantai awal yang dpenting dipertimbangkan untuk
menjaga keberlanjutan sumberdaya perikanan (Erna et al., 2013). Tingkatan trofik
menggambarkan tahapan transfer material atau energi dari setiap tingkat atau kelompok
ke tingkat berikutnya, yang dimulai dengan produser primer, konsumer primer (herbivor),
kemudian sekunder, tersier dan diakhiri dengan predator puncak. Pada dasarnya tingkat
trofik (trophic level) merupakan urut-urutan tingkat pemanfaatan pakan atau material dan
energi seperti yang tergambar oleh rantai makanan (food chain). (Mc Clanahan & SC
Mangi, 2004) menyatakan bahwa penangkapan dapat merubah kelimpahan mutlak dan
relatif spesies sehingga merubah komposisi spesies dalam tingkat trofik dan bahkan
merubah biomass relatif pada berbagai tingkat trofik. Sedangkan menurut Garisson &
Lingk (2000) dalam Lo’poez et al., 2005, adanya penangkapan dapat merubah distribusi
spasial dan kelimpahan ikan dan selanjutnya bepengaruh penting terhadap interaksi
spesies dan struktur trofik pada umumnya. Hasil analisis tingkat trofik di Situ Gede dan
Situ Tamansari menurut jenjang rantai makanan dapat dilihat pada Gambar 30.
51

Gambar 30. Trofik Level pada Situ Gede dan Situ Tamansari

Setiap populasi makhluk hidup menempati tingkat tertentu berdasarkan sumber


makanan atau sumber energinya. Berdasarkan persentase tingkat trofik di Situ Gede
dan Situ Tamansari, terpantau bahwa ikan yang memiliki nilai trofik paling tinggi (trofik
I) yaitu jenis omnivora sebesar 93% dan terendah 3% yaitu karnivora. Menggambarkan
interaksi langsung antar spesies yang ada pada Situ Gede dan Situ Tamansari. Peranan
plankton yang tertangkap yaitu sebagai produsen karena keberadaannya tidak
bergantung pada ketersediaan makanan, akan tetapi keseimbangan alam. Peranan Ikan
Nila sebagai konsumen I dengan trofik II. Peranan ikan Sapu-sapu sebagai konsumen II
dengan trofik III. Sedangkan peranan ikan Gabus sebagai predator dengan tingkat trofik
IV. Berdasarkan hal ini bahwa Situ Gede dan Situ Tamansari memiliki energi yang besar
karena pendeknya rantai makanan. Masih rendahnya proposi ikan karnivora pada trofik
IV khususnya ikan gabus merupakan indikator penting bahwa rantai makanan (food
chain) kurang baik dan tidak mendukung untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup
ikan-ikan pada trofik level lebih tinggi.
Keberadaan ikan nila di Situ Gede dan Situ Tamansari tersebut menggambarkan
kondisi ikan introduksi yang telah berhasil hidup dan beradaptasi secara baik dengan
lingkungan. Kottelat et al., 1993 menyatakan bahwa pengaruh introduksi ikan di perairan
Indonesia belum banyak diteliti secara mendalam namun diduga terdapat pengaruh
negatif terhadap struktur komunitas ikan asli atau endemik (Kottelat et al., 1993).
Ikan nila dan Ikan Sapu-sapu termasuk kedalam jenis-jenis ikan introduksi (Ike &
G., 2006). Ikan Nila hasil tangkapan berstatus ikan introduksi mendominasi struktur
komunitas ikan di Situ Gede dan Situ Tamansari yang menyebabkan penekanan
terhadap ikan Native spesies yaitu Ikan Gabus. Tingginya proses reproduksi dan
mudahnya beradaptasi terhadap lingkungan yang kurang baik menjadi alasan
banyaknya ikan nila. Jenis ikan di Situ Gede dan Situ Tamansari yang berperan dalam
menyokong komunitas ikan adalah ikan nila, ikan gabus, dan ikan ini merupakan target
penangkapan nelayan atau masyarakat setempat karena memilki nilai ekonomis tinggi
sebagai ikan konsumen (Khoirul & Susilo, 2015).
53

4. SIMPULAN DAN SARAN


4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil praktik akhir yang telah dilaksanakan pada tanggal 8 Maret - 5
Juni 2021, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Struktur komunitas ikan hasil tangkapan di Situ Gede dan Situ Tamansari terdapat 4
jenis yaitu ikan nila hitam (Oreochromis niloticus blekeer) dan ikan nila merah
(Oreochromis niloticus) sebagai konsumen I yang menduduki tingkat trofik II, ikan
sapu-sapu (Hyposarcus sp.) sebagai konsumen II menduduki tingkat trofik III, ikan
gabus (Channa striata) sebagai predator yang menduduki tingkat trofik IV.
2. Kondisi perairan pada situ situ gede dan situ tamansari masih bisa dijadikan biota
perairan sebagai tempat tinggal. Karakteristik sumber pencemaran yang
mempengaruhi kualitas air pada situ situ gede dan situ tamansari disebabkan oleh;
limbah rumah tangga, kagiatan pertanian, dan kegiatan ekowisata.

4.2 Saran
1. Untuk masyarakat sekitar situ dan pengunjung ekowisata situ gede dan situ tamansari
dimohon untuk tidak melakukan pembuangan sampah secara sembarangan. Hal
tersebut bertujuan agar tidak terjadi pencemaran pada kualitas air dan pencemaran
pada ekosistem.
2. Upaya pelestarian biota darat maupun perairan sekitar Situ Gede dan Situ Tamansari
perlu dilakukan secara terpadu, terintegrasi, dan berkelanjutan.
3. Perlunya penambahan stok ikan karnivor seperti: ikan bawal, ikan lele dan juga stok
ikan herbivor seperti ikan nilem, ikan tawes, dan ikan mas agar struktur komunitas
ikan di situ situ gede dan situ tamansari seimbang.
54

DAFTAR PUSTAKA

Agus, A. S., & Danu, W. (2012). Struktur Komunitas Ikan Introduksi Di Danau Batur, Bali.
Berita Biologi 11(3).
Ahmad, R., Yunafsi, & Ahmad, M. (2015). Analisis Kualitas Air Dan Beban Pencemaran
Di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. 9(4), 57–66.
Ardianto, D. (2015). Buku Pintar Budidaya Ikan Gabus. Flashbooks.
Arie, A. T. (1999). Kualitas Air Dalam Pembesaran Ikan Nila. Penebar Swadaya, 128.
Arizuna, M., Suprapto, D., & Muskananfola, M. R. (2014). Kandungan Nitrat Dan Fosfat
Dalam Air Pori Sedimen Di Sungai Dan Muara Sungai Wedung Demak.
Diponegoro Journal Of Maquares Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 7-
16. Http://Ejournal-S1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Maquares, 3, 7–16.
Asnawi. (2018). Uji Biologis Peranan Ikan Sapu-Sapu (Hypostomus Plecostomus)
Sebagai Pakan Itik Mojosari.
Atmaja, D. M. (2019). Analisis Kualitas Air Sumur Di Desa Candikuning Kecamatan
Baturiti. Media Komunikasi Geografi, 19(2), 147.
Https://Doi.Org/10.23887/Mkg.V19i2.14644
Augusta, T. S., & Evi, S. U. (2014). Analisis Hubungan Kualitas Air Terhadap Komunitas
Zooplankton Dan Ikan Di Danau Hanjalu. 3(2).
Azis, Abd., Nurgayah, W., & Salwiyah, . (2020). Hubungan Kualitas Perairan Dengan
Kelimpahan Fitoplankton Di Perairan Koeono, Kecamatan Palangga Selatan,
Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal Sapa Laut (Jurnal Ilmu Kelautan), 5(3), 221.
Https://Doi.Org/10.33772/Jsl.V5i3.13452
Badruddin, M. (2010). Model Perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau
Dan Waduk.
Barus, T. A. (2004). Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Sungai Dan Danau.
Baskara, S. (2020). Hubungan Panjang Bobot Dan Faktor Kondisi Ikan Sapu-Sapu
(Pterygoplichthys Pardalis) Di Danau Buaya, Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan.
Bkipm. (2011). Invasive Alien Species—Ikan Sapu-Sapu.
Bond, C. E. (1979). Biology Of Fishes. Saunders Company, Philadelpia.
Boyd, C. E. (1990). Water Quality In Ponds For Aquaculture. Alabama Agricultural
Experiment Station, Auburn University, Alabama.
Diana, A., Asthervina, W. P., Diana, P. R., & Irawati, M. W. (2019). Status Tropik Dan Isi
Lambung Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Dari Waduk Wonorejo, Tulungagung,
Jawa Timur.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan
Perairan.
Effendie, M. I. (1997). Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor, 112 Hal.
Effendie, M. I. (2002). Biologi Perikanan.(Id): Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
163hlm.
Eha, S., S. Y., S. R., & Triastinurmiatiningsih. (2016). Kualitas Air Dan Keanekaragaman
Plankton Di Danau Cikaret, Cibinong, Bogor.
Elfidasari, D., Noriko, N., Effendi, Y., & Puspitasari, R. L. (2017). Kualitas Air Situ Lebak
Wangi Bogor Berdasarkan Analisa Fisika, Kimia Dan Biologi. Jurnal Al-Azhar
55

Indonesia Seri Sains Dan Teknologi, 3(2), 104.


Https://Doi.Org/10.36722/Sst.V3i2.193
Elfidasari D, Qoyyimah, Fd., Fahmi, M. R., & Puspitasari R.I. (2016). Variasi Ikan Sapu-
Sapu (Loricariidae) Berdasarkan Karakter Morfologi Di Perairan Ciliwung. 221–
225.
Erna, A., Mulyono, S. B., Roza, Y., & Am Azbas, T. (2013). Dampak Penangkapan
Terhadap Struktur Dan Tingkat Trofik Hasil Tangkapan Ikan Di Perairan Maluku
Tenggara. 4(2), 131–138.
Fachrul, M. F. (2012). Metode Sampling Bioekologi. Penerbit Bumi Aksara.
Fitriyah, Y., Sulardiono, B., & Widyorini, N. (2016). Struktur Komunitas Diatom Di
Perairan Tandon Air Untuk Tambak Garam Di Desa Kedung Mutih Kecamatan
Wedung, Demak. 5, 6.
Frits, T., Ockstan, K., & Robert, R. (2013). Studi Parameter Fisika Kimia Air Pada Areal
Budidaya Ikan Di Danau Tondano, Desa Paleloanm Kabupaten Minahasa.
Hance, B. L., & Sri, H. (2015). Sistem Pendukung Untuk Memilih Budidaya Ikan Air
Tawar Menggunakan Af-Topsis. 9 (2), 197–206.
Haryono, W., R., F., Y. Anggraeni, & D. Darmantani. (2017). Pedoman Pemeriksaan/
Identifikasi Ikan Dilarang Dan/ Atau Bersifat Invasif.
Ike, R., & G., W. (2006). Jenis-Jenis Ikan Introduksi Di Perairan Tawar Jawa Barat Dan
Banten: Catatan Tentang Taksonomi Dan Distribusinya. 6(2).
Irwan, M., Alianto, Toja, & Yori, T. (2017). Kondisi Fisik Kimia Air Sungai Yang Bermuara
Di Teluk Sawaibu Kabupaten Manokwari. 1 (1), 81–92.
Ismail, Z. (2011). Monitoring Trends Of Nitrate, Chloride And Phosphate Levels In An
Urban River. 3 No. 7, 132–138.
Kasmi, M., Hadi, S., & Kantun, W. (2017). Biologi Reproduksi Ikan Kembung Lelaki,
Raestreliger Kanagurta (Curvier, 1816) Di Perairan Pesisir Takalar, Sulawesi
Selatan. 17 (3), 259–271.
Khoirul, F., & Susilo, A. (2015). Struktur Tingkat Trofik Komunitas Ikan Di Waduk
Wadaslintang Kabupaten Wonosobo, Jawatengah. 7(3), 155–163.
Kottelat, M., Anthony J. Whitten, Sri, N. K., & Soetikno, W. (1993). Freshwater Fishes Of
Western Indonesia And Sulawesi. Jakarta (Indonesia) Periplus Ed.
Krebs, Cj. (1989). Ecological Methodology. Harper & Row Publisher, New York, 652.
Kukuh, M., & Novy, E. (2016). Keanekaragaman Ikan Yang Bernilai Ekonomi Dan
Kandungan Logam Berat Pb Dan Cd Pada Ikan Sapu-Sapu Di Sungai Bedadung
Jember. 717–722.
Laxmi, G. F., Eosina, P., & Fatimah, F. (2017). Analisis Perbandingan Metode Prewitt
Dan Canny Untuk Identifikasi Ikan Air Tawar. Prosiding Sintak.
Lenny, S. S. (2017). Keanekaragaman Hayati Dan Konservasi Ikan Air Tawar. 11(1),
48–62.
Lo’poez, A., D Mouillot, Tc Chi, & Jr Miranda. (2005). Ecological Indicators Based On
Fish Biomasss Distribution Along Trophic Levels: An Application To The
Terminos Coastal Lagoon, Mexico. Ices Journal Of Marine Science, 453–458.
Lukman. (2010). Kondisi Perikanan Perairan Situ Dan Studi Empat Situ Di Wilayah
Bogor. Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
Cibinong, 4, 371–379.
56

M. Yusuf, A. (2016). Pertumbuhan Dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis. Sp) Strain
Merah Dan Strain Hitam Yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas. 16 No 1.
Ma’arif, M. C. (2018). Perbandingan Keanekaragaman Dan Kelimpahan Plankton Pada
Ekosistem Terumbu Karang Alami Dengan Terumbu Buatan Di Perairan Pasir
Putih Situbondo. 83.
Makmur, Rachmansyah, & Mat Fahrur. (2011). Hubungan Antara Kualitas Air Dan
Plankton Di Tambak Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi.
Mc Clanahan, Tr., & Sc Mangi. (2004). Gear-Based Management Of A Tropical Artisanal
Fishery Based On Spesies Selectivity And Capture Size. Fisheries Management
And Ecology, 51–60.
Mcclanahan, T., & Mangi. (2004). Gearbased Management Of A Tropical Artisanal
Fishery Based On Species Selectivity And Capture Size. Fisheries Management
And Ecology, 51–60.
Meidiana, S., & Hari, S. (2018). Teknik Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
Di Instalasi Budidaya Air Tawar Pandaan, Jawa Timur. 7 (3).
Mukayat. (1995). Pengantar Lingkungan Perairan Dan Budidaya Air. Penerbit Liberty.
Muslim, S. Pi., M. Si. (2017). Budidaya Ikan Gabus (Channa Striata).
Mustafa, A., H., S., & N., P. M. A. W. (2013). Determination Of Nutrient And Amino Acid
Composition Of Pasuruan Channa Striata Extrct.
Nancy, E. (2007). Kajian Pengelolaan Kawasan Wisata Di Lido Kabupaten Bogor, Jawa
Barat.
Niken, K. N., & Suwartiningsih, N. (2019). Pertumbuhan Dan Survival Rate Ikan Nila
Merah (Oreochromis Sp.) Nilasa Pada Beberapa Salinitas.
Ningrum, E. W., Romandani, I., Gayatri, L., & A’yun, Z. Q. A. (2014). Efektivitas Bivalvia
Sebagai Bioremidiator Polutan Perairan: Studi Kasus Waduk Situ Gede Bogor.
Nurjanah, Sembiring, R., & Abdullah, A. (2012). Analisis Kandungan Logam Berat
Daging Kijing (Pilsbryoconcha Exilis) Lokal Dari Perairan Situ Gede, Bogor. 1, 1–
7.
Nurranisa, I., Suryanti, & Pujiono, W. P. (2015). Kesuburan Perairan Berdasarkan Nitrat,
Fosfat, Dan Klorofil-A Di Perairan Ekosistem Terumbu Karang Pulau
Karimunjawa. 4 (2).
Nybakken, J. W. (1988). Biologi Laut Sutau Pendekatan Ekologi.
Odum, E. P. (1993). Dasar-Dasar Ekologi. Penerjemahan: Samingan, T Dan B.
Srigandono. Gajahmada University Press.
Ozedilek, S. Y. (2007). Possible Therats For Middle East Inland Water; An Exotic
Species, Pterygoplichthys Disjuntivus (Weber 1991) In Asi River, Turkey (Pisces:
Loricariidae). 302–306.
Partomo, Mangkuprawira, S., Hubeis, A. V. S., & Adrianto, L. (2011). Pengelolaan Danau
Berbasis Co-Management: Kasus Rawa Pening. (1) 2, 106–113.
Patricia, C., Astono, W., & Hendrawan, D. I. (2018). Kandungan Nitrat Dan Fosfat Di
Sungai Ciliwung. Prosiding Seminar Nasional Cendekiawan, 179–185.
Popy, M., & Siti, A. (2018). Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata
Berbasis Potensi Desa Di Kampung Wisata Situ Gede Bogor. Jurnal Sains
Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat (Jskpm), Vol. 2 (1): 59-70.
57

Purwati, H., Fachrul, M. F., & Hendrawan, D. I. (2019). Penentuan Status Mutu Air Situ
Gede, Kota Tangerang Menggunakan Metode Indeks Kualitas Air-National
Sanitation Foundation (Ika-Nsf). 196–204.
Rahman, E. C., Masyamsir, & Rizal, A. (2016). Kajian Variabel Kualitas Air Dan
Hubungannya Dengan Produktivitas Primer Fitoplankton Di Perairan Waduk
Darma Jawa Barat. 7 No 1, 93–102.
Resky, Y. N. (2016). Keanekaragaman Ikan Air Tawar Di Perairan Danau Tempe.
Rizki, A., Djayus, Y., & Muhtadi, A. (2015). Analisis Kualitas Air Dan Beban Pencemaran
Di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat (Analysis Of
Water Quality And Pollution Load In Pondok Lapan Lake Kecamatan Salapian
Kabupaten Langkat). Aquacoastmarine, 57–66.
Rusmilyansari, & Aminah, S. (2012). Buku Teknologi Dan Manajemen Perikanan
Tangkap.
Sari, R. (2018). Kandungan Sisa Klor Bebas Pada Kolam Renang Umum Dan Gejala
Iritasi Mata Serta Kulit Di Kabupaten Jember. 94.
Sitorus, M. (2009). Hubungan Nilai Produktivitas Primer Dengan Konsentrasi Klorofil A,
Dan Faktor Fisik Kimia Di Perairan Danau Toba, Balige, Sumatera Utara.
Sparre, P., & Venema, S. C. (1992). Introduction To Tropical Fish Stock Assessment.
Part I-Manual. Fao Fisheries Technical Paper. Danida Fao.
Sri, R., Aditia, S. F., Afresa, B. P. E., & Hanif, Z. (2021). Kajian Cod Dan Bod Dalam Air
Di Lingkungan Tempat Pemrosesan Akhir (Tpa) Sampah Kaliori Kabupaten
Banyumas. 13, 40–49.
Sucipto, & Prihartono. (2007). Pembesaran Nila Hitam Bangkok Di Karamba Jaring
Apung, Kolam Air Deras, Kolam Air Tenang Dan Karamba.
Sudinno, D., Jubaedah, I., & Anas, P. (2015). Kualitas Air Dan Komunitas Plankton Pada
Tambak Pesisir Kabupaten Subang, Jawa Barat. 13–28.
Sugianti, Y., & Astuti, L. (2018). Respon Oksigen Terlarut Terhadap Pencemaran Dan
Pengaruhnya Terhadap Keberadaan Sumber Daya Ikan Di Sungai Citarum.
Sukmawati, R., & Santosa, E. (2020). Program Kawasan Agrowisata Pertanian Talas Di
Kelurahan Situ Gede Kabupaten Bogor. 2 (5), 696–700.
Sumarno, S. (2012). Albumin Ikan Gabus (Snakesheads Fish) Dan Kesehatan. 10 No 1,
60–63.
Suryono, T., F, S., S, S., Aa, M., & Triyanto. (2006). Kajian Karakteristik Limnologi Untuk
Untuk Pengelolaan Habitat Perairan D. Batur. Pusat Penelitian Limnologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong, 233.
Tamamu, A. D. (2020). Analisis Bod (Biological Oxygen Demand) Di Perairan Desa
Prancak Kecamatan Sepulu, Bangkalan. 1.
Telaumbanua, K. (2019). Pengaruh Pemberian Hasil Fermentasi Dedak Dengan Ragi
Roti Terhadap Parameter Fisika, Kimia Dan Biologi Air Serta Pertumbuhan Dan
Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Sangkuriang (Clarias Sp). 15.
Ulandari, A. D., D., K., & A. S, P. (2011). Potensi Protein Ikan Gabus Dalam Mencegah
Kwashiorkor Pada Balita Di Provinsi Jambi. Universitas Jambi.
Ungaro, N., G, M., & R, M. (1998). Demersal Fish Asssemblages Biodiversity As An
Index Of Fishery Resources Exploitation. 551–516.
Wening, I., Sahala, H., & Churun, A. (2016). Status Trofik Perairan Berdasarkan Nitrat,
Fosfat, Dan Klorofil-A Di Waduk Jatibarang, Kota Semarang. 5 (4), 258–264.
58

Yuanda, M. A., Dhahiyat, Y., & Herawati, T. (2012). Struktur Komunitas Ikan Di Hulu
Sungai Cimanuk Kabupaten Garut. 3 No. 3, 229–236.
Zainal, M., Irma, D., & Dwinna Aliza. (2016). Kajian Hubungan Panjang Berat Dan Faktor
Kondisi Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Dan Ikan Belanak (Mugil Cephalus)
Yang Tertangkap Di Sungai Matang Guru, Kecamatan Madat, Kabupaten Aceh
Timur. 1, 397–403.

LAMPIRAN
59

Lampiran 1. Hasil Identifiksi Ikan Yang Tertangkap


Situ Gede

Stasiun Pengamatan
Jumlah
No Family Spesies I II III IV V
(ind)
(ind) (ind) (ind) (ind) (ind)
Oreochromis niloticus
16 57 83 31 11 198
1 Cichlidae bleeker
2 Cichlidae Oreochromis niloticus 12 9 23 12 5 61
3 Channidae Channa striata 1 2 0 4 0 3
4 Loricarinae Hyposarcus sp. 1 5 3 0 2 11
Jumlah 30 73 109 47 18 273

Situ Tamansari
Stasiun Pengamatan
Jumlah
No Family Spesies I II III IV V
(ind)
(ind) (ind) (ind) (ind) (ind)
Oreochromis niloticus
7 25 44 21 10 107
1 Cichlidae bleeker
2 Cichlidae Oreochromis niloticus 3 12 17 12 4 48
4 Loricarinae Hyposarcus sp. 0 2 4 0 0 6
Jumlah 10 39 65 43 14 161
60

Lampiran 2. Data Hubungan Panjang – Berat Ikan Nila Hitam Situ Gede
P (cm)
No
X B (gr) Y Ln.B Ln.P X2 Y2 XY
1 12.5 28.2 2.525729 3.339322 6.379305 40.69553 8.434221
2 9.1 10.4 2.208274 2.341806 4.876476 23.78002 5.17135
3 13.5 26.7 2.60269 3.284664 6.773994 45.88699 8.54896
4 10.8 30.4 2.379546 3.414443 5.66224 32.06096 8.124824
5 6.5 3 1.871802 1.098612 3.503643 12.27552 2.056385
6 6.8 4.7 1.916923 1.547563 3.674592 13.50263 2.966558
7 8.9 8.6 2.186051 2.151762 4.77882 22.83712 4.703863
8 10 28.6 2.302585 3.353407 5.301898 28.11012 7.721504
9 6 3.2 1.791759 1.163151 3.210402 10.30668 2.084086
10 4 2.4 1.386294 0.875469 1.921812 3.693362 1.213657
11 12.6 30.5 2.533697 3.417727 6.41962 41.21152 8.659483
12 9.2 8.9 2.219203 2.186051 4.924864 24.25429 4.851293
13 13.6 34.2 2.61007 3.532226 6.812464 46.40967 9.219355
14 10.1 29.1 2.312535 3.370738 5.34782 28.59918 7.794951
15 6 3.9 1.791759 1.360977 3.210402 10.30668 2.438543
16 12.6 28 2.533697 3.332205 6.41962 41.21152 8.442796
17 9.2 27.3 2.219203 3.306887 4.924864 24.25429 7.338654
18 13.5 34.2 2.60269 3.532226 6.773994 45.88699 9.193287
19 10 29.3 2.302585 3.377588 5.301898 28.11012 7.777183
20 6.5 3.8 1.871802 1.335001 3.503643 12.27552 2.498858
21 6 4.1 1.791759 1.410987 3.210402 10.30668 2.528149
22 8.5 8.9 2.140066 2.186051 4.579883 20.97533 4.678294
23 6.5 3.2 1.871802 1.163151 3.503643 12.27552 2.177188
24 7.2 4.9 1.974081 1.589235 3.896996 15.18658 3.137279
25 10.8 29.2 2.379546 3.374169 5.66224 32.06096 8.02899
26 12.7 27.2 2.541602 3.303217 6.459741 41.72825 8.395463
27 9.3 7 2.230014 1.94591 4.972964 24.73037 4.339408
28 13.7 37.2 2.617396 3.616309 6.850761 46.93293 9.465311
29 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
30 6 8 1.791759 2.079442 3.210402 10.30668 3.725859
31 12.7 27.1 2.541602 3.299534 6.459741 41.72825 8.386102
32 9.3 8 2.230014 2.079442 4.972964 24.73037 4.637185
33 13.7 2 2.617396 0.693147 6.850761 46.93293 1.814241
34 10 26.7 2.302585 3.284664 5.301898 28.11012 7.563217
35 6.17 8.1 1.819699 2.091864 3.311304 10.96473 3.806563
36 6 27 1.791759 3.295837 3.210402 10.30668 5.905347
37 8.2 9 2.104134 2.197225 4.427381 19.6017 4.623255
38 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 6.709604 1.768148
39 6.2 3.3 1.824549 1.193922 3.32898 11.08211 2.17837
40 8.2 8 2.104134 2.079442 4.427381 19.6017 4.375424
41 12.8 27.1 2.549445 3.299534 6.499671 42.24572 8.41198
61

P (cm)
No
X B (gr) Y Ln.B Ln.P X2 Y2 XY
42 9.4 10 2.24071 2.302585 5.02078 25.20823 5.159425
43 13.8 36.7 2.624669 3.602777 6.888885 47.45674 9.456095
44 10 28.9 2.302585 3.363842 5.301898 28.11012 7.745532
45 7 6.5 1.94591 1.871802 3.786566 14.33808 3.642359
46 12.8 28.3 2.549445 3.342862 6.499671 42.24572 8.522443
47 7 4.1 1.94591 1.410987 3.786566 14.33808 2.745654
48 13.4 34 2.595255 3.526361 6.735347 45.3649 9.151804
49 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
50 7 6.5 1.94591 1.871802 3.786566 14.33808 3.642359
51 11 27 2.397895 3.295837 5.749902 33.06137 7.903072
52 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 6.709604 1.768148
53 4.2 2.6 1.435085 0.955511 2.059468 4.241407 1.37124
54 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
55 8 4 2.079442 1.386294 4.324077 18.69764 2.882718
56 12 27 2.484907 3.295837 6.174761 38.12767 8.189847
57 9.5 25.1 2.251292 3.222868 5.068315 25.68781 7.255616
58 13.9 34.9 2.631889 3.552487 6.926839 47.9811 9.34975
59 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
60 6.3 3.8 1.84055 1.335001 3.387623 11.47599 2.457136
61 12.3 30 2.509599 3.401197 6.298088 39.66592 8.535642
62 9.5 25.1 2.251292 3.222868 5.068315 25.68781 7.255616
63 13 34 2.564949 3.526361 6.578965 43.28278 9.044936
64 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
65 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
66 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
67 6 2.5 1.791759 0.916291 3.210402 10.30668 1.641773
68 9.3 24.2 2.230014 3.186353 4.972964 24.73037 7.105612
69 8 4 2.079442 1.386294 4.324077 18.69764 2.882718
70 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
71 12 37.2 2.484907 3.616309 6.174761 38.12767 8.98619
72 9 26.2 2.197225 3.265759 4.827796 23.30761 7.175607
73 12 10 2.484907 2.302585 6.174761 38.12767 5.721709
74 9 24.9 2.197225 3.214868 4.827796 23.30761 7.063787
75 13 34 2.564949 3.526361 6.578965 43.28278 9.044936
76 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
77 6.5 2.14 1.871802 0.760806 3.503643 12.27552 1.424078
78 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
79 8 7.1 2.079442 1.960095 4.324077 18.69764 4.075903
80 10 28.1 2.302585 3.33577 5.301898 28.11012 7.680893
81 6 2.9 1.791759 1.064711 3.210402 10.30668 1.907706
82 7 3.4 1.94591 1.223775 3.786566 14.33808 2.381357
83 7 3.4 1.94591 1.223775 3.786566 14.33808 2.381357
62

P (cm)
No
X B (gr) Y Ln.B Ln.P X2 Y2 XY
84 7 3.4 1.94591 1.223775 3.786566 14.33808 2.381357
85 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
86 6 2.9 1.791759 1.064711 3.210402 10.30668 1.907706
87 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
88 11 26.9 2.397895 3.292126 5.749902 33.06137 7.894174
89 9.1 10.4 2.208274 2.341806 4.876476 23.78002 5.17135
90 13.5 26.7 2.60269 3.284664 6.773994 45.88699 8.54896
91 10.8 30.4 2.379546 3.414443 5.66224 32.06096 8.124824
92 6.5 3 1.871802 1.098612 3.503643 12.27552 2.056385
93 6.8 4.7 1.916923 1.547563 3.674592 13.50263 2.966558
94 8.9 8.6 2.186051 2.151762 4.77882 22.83712 4.703863
95 10 28.6 2.302585 3.353407 5.301898 28.11012 7.721504
96 6 3.2 1.791759 1.163151 3.210402 10.30668 2.084086
97 4 2.4 1.386294 0.875469 1.921812 3.693362 1.213657
98 12.6 30.5 2.533697 3.417727 6.41962 41.21152 8.659483
99 9.2 8.9 2.219203 2.186051 4.924864 24.25429 4.851293
100 13.6 34.2 2.61007 3.532226 6.812464 46.40967 9.219355
101 10.1 29.1 2.312535 3.370738 5.34782 28.59918 7.794951
102 6 3.9 1.791759 1.360977 3.210402 10.30668 2.438543
103 12.6 28 2.533697 3.332205 6.41962 41.21152 8.442796
104 9.2 27.3 2.219203 3.306887 4.924864 24.25429 7.338654
105 13.5 34.2 2.60269 3.532226 6.773994 45.88699 9.193287
106 10 29.3 2.302585 3.377588 5.301898 28.11012 7.777183
107 6.5 3.8 1.871802 1.335001 3.503643 12.27552 2.498858
108 6 4.1 1.791759 1.410987 3.210402 10.30668 2.528149
109 8.5 8.9 2.140066 2.186051 4.579883 20.97533 4.678294
110 6.5 3.2 1.871802 1.163151 3.503643 12.27552 2.177188
111 7.2 4.9 1.974081 1.589235 3.896996 15.18658 3.137279
112 10.8 29.2 2.379546 3.374169 5.66224 32.06096 8.02899
113 12.7 27.2 2.541602 3.303217 6.459741 41.72825 8.395463
114 9.3 7 2.230014 1.94591 4.972964 24.73037 4.339408
115 13.7 37.2 2.617396 3.616309 6.850761 46.93293 9.465311
116 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
117 6 8 1.791759 2.079442 3.210402 10.30668 3.725859
118 12.7 27.1 2.541602 3.299534 6.459741 41.72825 8.386102
119 9.3 8 2.230014 2.079442 4.972964 24.73037 4.637185
120 13.7 2 2.617396 0.693147 6.850761 46.93293 1.814241
121 10 26.7 2.302585 3.284664 5.301898 28.11012 7.563217
122 6.17 8.1 1.819699 2.091864 3.311304 10.96473 3.806563
123 6 27 1.791759 3.295837 3.210402 10.30668 5.905347
124 8.2 9 2.104134 2.197225 4.427381 19.6017 4.623255
125 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 6.709604 1.768148
63

P (cm)
No
X B (gr) Y Ln.B Ln.P X2 Y2 XY
126 6.2 3.3 1.824549 1.193922 3.32898 11.08211 2.17837
127 8.2 8 2.104134 2.079442 4.427381 19.6017 4.375424
128 12.8 27.1 2.549445 3.299534 6.499671 42.24572 8.41198
129 9.4 10 2.24071 2.302585 5.02078 25.20823 5.159425
130 13.8 36.7 2.624669 3.602777 6.888885 47.45674 9.456095
131 10 28.9 2.302585 3.363842 5.301898 28.11012 7.745532
132 7 6.5 1.94591 1.871802 3.786566 14.33808 3.642359
133 12.8 28.3 2.549445 3.342862 6.499671 42.24572 8.522443
134 7 4.1 1.94591 1.410987 3.786566 14.33808 2.745654
135 13.4 34 2.595255 3.526361 6.735347 45.3649 9.151804
136 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
137 7 6.5 1.94591 1.871802 3.786566 14.33808 3.642359
138 11 27 2.397895 3.295837 5.749902 33.06137 7.903072
139 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 6.709604 1.768148
140 4.2 2.6 1.435085 0.955511 2.059468 4.241407 1.37124
141 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
142 8 4 2.079442 1.386294 4.324077 18.69764 2.882718
143 12 27 2.484907 3.295837 6.174761 38.12767 8.189847
144 9.5 25.1 2.251292 3.222868 5.068315 25.68781 7.255616
145 13.9 34.9 2.631889 3.552487 6.926839 47.9811 9.34975
146 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
147 6.3 3.8 1.84055 1.335001 3.387623 11.47599 2.457136
148 12.3 30 2.509599 3.401197 6.298088 39.66592 8.535642
149 9.5 25.1 2.251292 3.222868 5.068315 25.68781 7.255616
150 13 34 2.564949 3.526361 6.578965 43.28278 9.044936
151 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
152 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
153 11 25.6 2.397895 3.242592 5.749902 33.06137 7.775397
154 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
155 9 24.9 2.197225 3.214868 4.827796 23.30761 7.063787
156 8 4 2.079442 1.386294 4.324077 18.69764 2.882718
157 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
158 12 37.2 2.484907 3.616309 6.174761 38.12767 8.98619
159 9 26.2 2.197225 3.265759 4.827796 23.30761 7.175607
160 12 10 2.484907 2.302585 6.174761 38.12767 5.721709
161 9 24.9 2.197225 3.214868 4.827796 23.30761 7.063787
162 13 34 2.564949 3.526361 6.578965 43.28278 9.044936
163 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
164 6.5 2.14 1.871802 0.760806 3.503643 12.27552 1.424078
165 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
166 8 7.1 2.079442 1.960095 4.324077 18.69764 4.075903
167 10 28.1 2.302585 3.33577 5.301898 28.11012 7.680893
64

P (cm)
No
X B (gr) Y Ln.B Ln.P X2 Y2 XY
168 6 2.9 1.791759 1.064711 3.210402 10.30668 1.907706
169 7 3.4 1.94591 1.223775 3.786566 14.33808 2.381357
170 7 3.4 1.94591 1.223775 3.786566 14.33808 2.381357
171 7 3.4 1.94591 1.223775 3.786566 14.33808 2.381357
172 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
173 6 2.9 1.791759 1.064711 3.210402 10.30668 1.907706
174 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
175 12 28 2.484907 3.332205 6.174761 38.12767 8.280217
176 12.3 30 2.509599 3.401197 6.298088 39.66592 8.535642
177 9.5 25.1 2.251292 3.222868 5.068315 25.68781 7.255616
178 13 34 2.564949 3.526361 6.578965 43.28278 9.044936
179 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
180 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
181 11 25.6 2.397895 3.242592 5.749902 33.06137 7.775397
182 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
183 9 24.9 2.197225 3.214868 4.827796 23.30761 7.063787
184 8 4 2.079442 1.386294 4.324077 18.69764 2.882718
185 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
186 12 37.2 2.484907 3.616309 6.174761 38.12767 8.98619
187 9 26.2 2.197225 3.265759 4.827796 23.30761 7.175607
188 12 10 2.484907 2.302585 6.174761 38.12767 5.721709
189 9 24.9 2.197225 3.214868 4.827796 23.30761 7.063787
190 13 34 2.564949 3.526361 6.578965 43.28278 9.044936
191 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 28.11012 7.672684
192 6.5 2.14 1.871802 0.760806 3.503643 12.27552 1.424078
193 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 10.30668 1.968449
194 8 7.1 2.079442 1.960095 4.324077 18.69764 4.075903
195 10 28.1 2.302585 3.33577 5.301898 28.11012 7.680893
196 6 2.9 1.791759 1.064711 3.210402 10.30668 1.907706
197 7 3.4 1.94591 1.223775 3.786566 14.33808 2.381357
198 7 3.4 1.94591 1.223775 3.786566 14.33808 2.381357
Jumlah 428.0404 474.5144 943.9381 4837.608 1076.906
Rata-
rata 2.16182 2.396537 4.767364 24.43236 5.438919

N 61 Σx2-((Σx)2/n) Σx² 7.573673


∑X 128.0537 Σxy-(Σx*Σy/n) Σxy 18.87288
∑Y 140.2278 Σy2-((Σy)2/n) Σy² 60.32256
∑XY 313.2447 Σxy/Σx2 b 2.491907
∑X² 276.3892 ¯y-(b*¯x) a' -2.9323
∑Y² 382.6804 exp(a') a 0.053275
(∑X)² 16397.74 correl(x,y) r 0.999253
65

(∑Y)² 19663.83 r^2 r2 0.998506


¯X 2.099241
¯Y 2.298816 Σy2-((Σxy^2)/Σx2 ∑d²yx 13.2931
Σd2yx/n S²yx 0.21792
s2yx/Σx2 S²b 0.028773
s2b^0.5 Sb 0.169627

T.
(3-b)/sb Hitung 2.995358
tinv(0.05,n) T.Tabel 1.999624
tinv(0.01,n) 2.658857
66

Lampiran 3. Data Hubungan Panjang – Berat Ikan Nila Merah Situ Gede

P (cm) x B (gr) y Ln.B Ln.P X2 Y2 XY


1 9 8.3 2.197225 2.116256 4.827796 4.478537 4.649889
2 6.2 3 1.824549 1.098612 3.32898 1.206949 2.004472
3 6 2.9 1.791759 1.064711 3.210402 1.133609 1.907706
4 10.8 30.4 2.379546 3.414443 5.66224 11.65842 8.124824
5 6.5 3 1.871802 1.098612 3.503643 1.206949 2.056385
6 6.8 4.7 1.916923 1.547563 3.674592 2.39495 2.966558
7 8.9 8.6 2.186051 2.151762 4.77882 4.630081 4.703863
8 10 28.6 2.302585 3.353407 5.301898 11.24534 7.721504
9 6 3.2 1.791759 1.163151 3.210402 1.35292 2.084086
10 4 2.4 1.386294 0.875469 1.921812 0.766446 1.213657
11 12.6 30.5 2.533697 3.417727 6.41962 11.68086 8.659483
12 9.2 8.9 2.219203 2.186051 4.924864 4.77882 4.851293
13 13.6 34.2 2.61007 3.532226 6.812464 12.47662 9.219355
14 10.1 29.1 2.312535 3.370738 5.34782 11.36188 7.794951
15 6 3.9 1.791759 1.360977 3.210402 1.852257 2.438543
16 12.6 28 2.533697 3.332205 6.41962 11.10359 8.442796
17 9.2 27.3 2.219203 3.306887 4.924864 10.9355 7.338654
18 13.5 34.2 2.60269 3.532226 6.773994 12.47662 9.193287
19 10 29.3 2.302585 3.377588 5.301898 11.4081 7.777183
20 6.5 3.8 1.871802 1.335001 3.503643 1.782228 2.498858
21 6 4.1 1.791759 1.410987 3.210402 1.990884 2.528149
22 8.5 8.9 2.140066 2.186051 4.579883 4.77882 4.678294
23 6.5 3.2 1.871802 1.163151 3.503643 1.35292 2.177188
24 7.2 4.9 1.974081 1.589235 3.896996 2.525669 3.137279
25 10.8 29.2 2.379546 3.374169 5.66224 11.38501 8.02899
26 12.7 27.2 2.541602 3.303217 6.459741 10.91124 8.395463
27 9.3 7 2.230014 1.94591 4.972964 3.786566 4.339408
28 13.7 37.2 2.617396 3.616309 6.850761 13.07769 9.465311
29 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 11.10359 7.672684
30 6 8 1.791759 2.079442 3.210402 4.324077 3.725859
31 12.7 27.1 2.541602 3.299534 6.459741 10.88692 8.386102
32 9.3 8 2.230014 2.079442 4.972964 4.324077 4.637185
33 3 2 1.098612 0.693147 1.206949 0.480453 0.7615
34 10 26.7 2.302585 3.284664 5.301898 10.78901 7.563217
35 6.17 3.5 1.819699 1.252763 3.311304 1.569415 2.279651
36 6 27 1.791759 3.295837 3.210402 10.86254 5.905347
37 8.2 9 2.104134 2.197225 4.427381 4.827796 4.623255
38 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 1.206949 1.768148
39 6.2 3.3 1.824549 1.193922 3.32898 1.425451 2.17837
40 8.2 8 2.104134 2.079442 4.427381 4.324077 4.375424
41 12.8 27.1 2.549445 3.299534 6.499671 10.88692 8.41198
42 9.4 10 2.24071 2.302585 5.02078 5.301898 5.159425
67

P (cm) x B (gr) y Ln.B Ln.P X2 Y2 XY


43 4 2.9 1.386294 1.064711 1.921812 1.133609 1.476002
44 10 28.9 2.302585 3.363842 5.301898 11.31543 7.745532
45 7 6.5 1.94591 1.871802 3.786566 3.503643 3.642359
46 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 1.206949 1.968449
47 7 4.1 1.94591 1.410987 3.786566 1.990884 2.745654
48 13.4 34 2.595255 3.526361 6.735347 12.43522 9.151804
49 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 11.10359 7.672684
50 7 6.5 1.94591 1.871802 3.786566 3.503643 3.642359
51 11 27 2.397895 3.295837 5.749902 10.86254 7.903072
52 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 1.206949 1.768148
53 4.2 2.6 1.435085 0.955511 2.059468 0.913002 1.37124
54 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 1.206949 1.968449
55 8 4 2.079442 1.386294 4.324077 1.921812 2.882718
56 12 27 2.484907 3.295837 6.174761 10.86254 8.189847
57 9.5 25.1 2.251292 3.222868 5.068315 10.38688 7.255616
58 13.9 34.9 2.631889 3.552487 6.926839 12.62016 9.34975
59 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 11.10359 7.672684
60 6.3 3.8 1.84055 1.335001 3.387623 1.782228 2.457136
61 12.3 30 2.509599 3.401197 6.298088 11.56814 8.535642
Jumlah 128.0537 140.2278 276.3892 382.6804 313.2447
Rata-
rata 2.099241 2.298816 4.53097 6.273449 5.135159

N 61 Σx2-((Σx)2/n) Σx² 7.573673


∑X 128.0537 Σxy-(Σx*Σy/n) Σxy 18.87288
∑Y 140.2278 Σy2-((Σy)2/n) Σy² 60.32256
∑XY 313.2447 Σxy/Σx2 b 2.491907
∑X² 276.3892 ¯y-(b*¯x) a' -2.9323
∑Y² 382.6804 exp(a') a 0.053275
(∑X)² 16397.74 correl(x,y) r 0.999253
(∑Y)² 19663.83 r^2 r2 0.998506
¯X 2.099241
¯Y 2.298816 Σy2-((Σxy^2)/Σx2 ∑d²yx 13.2931
Σd2yx/n S²yx 0.21792
s2yx/Σx2 S²b 0.028773
s2b^0.5 Sb 0.169627

T.
(3-b)/sb Hitung 2.995358
tinv(0.05,n) T.Tabel 1.999624
tinv(0.01,n) 2.658857
68

Lampiran 4. Data Hubungan Panjang – Berat Ikan Gabus Situ Gede


P (cm)
B (gr) Y Ln.B Ln.P X2 Y2 XY
X
1 6 3.2 1.791759469 1.16315081 3.210401996 1.352919806 2.084086478
2 14 31 2.63905733 3.433987204 6.964623589 11.79226812 9.062489102
3 12 28.8 2.48490665 3.360375387 6.174761058 11.29212274 8.350219145
4 11 27.5 2.397895273 3.314186005 5.749901739 10.98382887 7.947070954
Jumlah 9.313618721 11.27169941 22.09968838 35.42113954 27.44386568
Rata-
rata 2.32840468 2.817924852 5.524922096 8.855284886 6.86096642

n 4 Σx2-((Σx)2/n) Σx² 0.413815


∑X 9.313619 Σxy-(Σx*Σy/n) Σxy 1.198788
∑Y 11.2717 Σy2-((Σy)2/n) Σy² 3.658338
∑XY 27.44387 Σxy/Σx2 b 2.896918
∑X² 22.09969 ¯y-(b*¯x) a' -3.92727
∑Y² 35.42114 exp(a') a 0.019697
(∑X)² 86.74349 correl(x,y) r 0.998749
(∑Y)² 127.0512 r^2 r2 0.997499
¯X 2.328405
Σy2-
¯Y 2.817925 ((Σxy^2)/Σx2 ∑d²yx 0.185547
Σd2yx/n S²yx 0.046387
s2yx/Σx2 S²b 0.112095
s2b^0.5 Sb 0.334806

T.
(3-b)/sb Hitung 0.307885
tinv(0.05,n) T.Tabel 2.776445
tinv(0.01,n) 4.604095
69

Lampiran 5. Data Hubungan Panjang – Barat Ikan Sapu-sapu Situ Gede


P (cm) B (gr)
Ln.B Ln.P X2 Y2 XY
X Y
1 15 34 2.7 3.526361 7.333536 12.43521855 9.549561328
2 13 29.2 2.6 3.374169 6.578965 11.38501448 8.654571863
3 14 31 2.6 3.433987 6.964624 11.79226812 9.062489102
4 11 26.9 2.4 3.292126 5.749902 10.83809549 7.89417406
5 16 34.4 2.8 3.538057 7.687248 12.51784425 9.809575729
6 14 31 2.6 3.433987 6.964624 11.79226812 9.062489102
7 13 28.9 2.6 3.363842 6.578965 11.31543028 8.628083338
8 15 34 2.7 3.526361 7.333536 12.43521855 9.549561328
9 11 26.9 2.4 3.292126 5.749902 10.83809549 7.89417406
10 16 34.4 2.8 3.538057 7.687248 12.51784425 9.809575729
11 13 28.9 2.6 3.363842 6.578965 11.31543028 8.628083338
Jumlah 29 37.68291 75.20751 129.1827279 98.54233898
Rata-rata 2.6 3.425719 6.837047 11.74388435 8.958394452

n 11 Σx2-((Σx)2/n) Σx² 0.169816


∑X 28.73003112 Σxy-(Σx*Σy/n) Σxy 0.121315
∑Y 37.68291306 Σy2-((Σy)2/n) Σy² 0.091643
∑XY 98.54233898 Σxy/Σx2 B 0.714392
∑X² 75.2075145 ¯y-(b*¯x) a' 1.559855
∑Y² 129.1827279 exp(a') A 4.758133
(∑X)² 825.4146884 correl(x,y) R 0.99997
(∑Y)² 1420.001937 r^2 r2 0.99994
¯X 2.611821011
Σy2-
¯Y 3.425719369 ((Σxy^2)/Σx2 ∑d²yx 0.004976
Σd2yx/n S²yx 0.000452
s2yx/Σx2 S²b 0.002664
s2b^0.5 Sb 0.051614

T.
(3-b)/sb Hitung 44.28257
tinv(0.05,n) T.Tabel 2.200985
tinv(0.01,n) 3.105807
70

Lampiran 6. Data Hubungan Panjang – Berat Ikan Nila Hitam Situ Tamansari

P (cm) x B (gr) y Ln.B Ln.P X2 Y2 XY


1 9 12 2.197225 2.484907 4.827796 6.174761 5.459898
2 12 38.2 2.484907 3.642836 6.174761 13.27025 9.052106
3 9.1 10.4 2.208274 2.341806 4.876476 5.484054 5.17135
4 9.3 7 2.230014 1.94591 4.972964 3.786566 4.339408
5 13.7 37.2 2.617396 3.616309 6.850761 13.07769 9.465311
6 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 11.10359 7.672684
7 6 8 1.791759 2.079442 3.210402 4.324077 3.725859
8 12.7 27.1 2.541602 3.299534 6.459741 10.88692 8.386102
9 9.3 8 2.230014 2.079442 4.972964 4.324077 4.637185
10 3 2 1.098612 0.693147 1.206949 0.480453 0.7615
11 10 26.7 2.302585 3.284664 5.301898 10.78901 7.563217
12 6.17 3.5 1.819699 1.252763 3.311304 1.569415 2.279651
13 6 27 1.791759 3.295837 3.210402 10.86254 5.905347
14 8.2 9 2.104134 2.197225 4.427381 4.827796 4.623255
15 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 1.206949 1.768148
16 6.2 3.3 1.824549 1.193922 3.32898 1.425451 2.17837
17 8.2 8 2.104134 2.079442 4.427381 4.324077 4.375424
18 12.8 27.1 2.549445 3.299534 6.499671 10.88692 8.41198
19 9.4 10 2.24071 2.302585 5.02078 5.301898 5.159425
20 4 2.9 1.386294 1.064711 1.921812 1.133609 1.476002
21 10 28.9 2.302585 3.363842 5.301898 11.31543 7.745532
22 7 6.5 1.94591 1.871802 3.786566 3.503643 3.642359
23 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 1.206949 1.968449
24 7 4.1 1.94591 1.410987 3.786566 1.990884 2.745654
25 13.4 34 2.595255 3.526361 6.735347 12.43522 9.151804
26 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 11.10359 7.672684
27 7 6.5 1.94591 1.871802 3.786566 3.503643 3.642359
28 11 27 2.397895 3.295837 5.749902 10.86254 7.903072
29 9 12 2.197225 2.484907 4.827796 6.174761 5.459898
30 12 38.2 2.484907 3.642836 6.174761 13.27025 9.052106
31 9.1 10.4 2.208274 2.341806 4.876476 5.484054 5.17135
32 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 1.206949 1.768148
33 6.2 3.3 1.824549 1.193922 3.32898 1.425451 2.17837
34 8.2 9 2.104134 2.197225 4.427381 4.827796 4.623255
35 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 1.206949 1.768148
36 10 28.9 2.302585 3.363842 5.301898 11.31543 7.745532
37 7 6.5 1.94591 1.871802 3.786566 3.503643 3.642359
38 6 3 1.791759 1.098612 3.210402 1.206949 1.968449
39 7 4.1 1.94591 1.410987 3.786566 1.990884 2.745654
40 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 11.10359 7.672684
41 7 6.5 1.94591 1.871802 3.786566 3.503643 3.642359
42 6.17 3.5 1.819699 1.252763 3.311304 1.569415 2.279651
71

P (cm) x B (gr) y Ln.B Ln.P X2 Y2 XY


43 6 27 1.791759 3.295837 3.210402 10.86254 5.905347
44 8.2 9 2.104134 2.197225 4.427381 4.827796 4.623255
45 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 1.206949 1.768148
46 6.2 3.3 1.824549 1.193922 3.32898 1.425451 2.17837
47 6 8 1.791759 2.079442 3.210402 4.324077 3.725859
48 12.7 27.1 2.541602 3.299534 6.459741 10.88692 8.386102
49 9.3 8 2.230014 2.079442 4.972964 4.324077 4.637185
50 8.2 8 2.104134 2.079442 4.427381 4.324077 4.375424
51 4 2.9 1.386294 1.064711 1.921812 1.133609 1.476002
52 13.4 34 2.595255 3.526361 6.735347 12.43522 9.151804
53 10 26.7 2.302585 3.284664 5.301898 10.78901 7.563217
54 8.2 9 2.104134 2.197225 4.427381 4.827796 4.623255
55 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 1.206949 1.768148
56 6.2 3.3 1.824549 1.193922 3.32898 1.425451 2.17837
57 6 8 1.791759 2.079442 3.210402 4.324077 3.725859
58 12.7 27.1 2.541602 3.299534 6.459741 10.88692 8.386102
59 9.3 8 2.230014 2.079442 4.972964 4.324077 4.637185
60 7 4.1 1.94591 1.410987 3.786566 1.990884 2.745654
61 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 11.10359 7.672684
62 7 6.5 1.94591 1.871802 3.786566 3.503643 3.642359
63 13.4 34 2.595255 3.526361 6.735347 12.43522 9.151804
64 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 11.10359 7.672684
65 8.2 9 2.104134 2.197225 4.427381 4.827796 4.623255
66 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 1.206949 1.768148
67 8.2 9 2.104134 2.197225 4.427381 4.827796 4.623255
68 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 1.206949 1.768148
69 8.2 9 2.104134 2.197225 4.427381 4.827796 4.623255
70 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 1.206949 1.768148
71 6.2 3.3 1.824549 1.193922 3.32898 1.425451 2.17837
72 6 8 1.791759 2.079442 3.210402 4.324077 3.725859
73 12.7 27.1 2.541602 3.299534 6.459741 10.88692 8.386102
74 9.3 8 2.230014 2.079442 4.972964 4.324077 4.637185
75 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 11.10359 7.672684
76 7 6.5 1.94591 1.871802 3.786566 3.503643 3.642359
77 6.17 3.5 1.819699 1.252763 3.311304 1.569415 2.279651
78 6 27 1.791759 3.295837 3.210402 10.86254 5.905347
79 8.2 9 2.104134 2.197225 4.427381 4.827796 4.623255
80 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 1.206949 1.768148
81 6.2 3.3 1.824549 1.193922 3.32898 1.425451 2.17837
82 6 8 1.791759 2.079442 3.210402 4.324077 3.725859
83 12.7 27.1 2.541602 3.299534 6.459741 10.88692 8.386102
84 13.4 34 2.595255 3.526361 6.735347 12.43522 9.151804
85 10 28 2.302585 3.332205 5.301898 11.10359 7.672684
72

P (cm) x B (gr) y Ln.B Ln.P X2 Y2 XY


86 8.2 9 2.104134 2.197225 4.427381 4.827796 4.623255
87 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 1.206949 1.768148
88 8.2 9 2.104134 2.197225 4.427381 4.827796 4.623255
89 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 1.206949 1.768148
90 6.17 3.5 1.819699 1.252763 3.311304 1.569415 2.279651
91 6 27 1.791759 3.295837 3.210402 10.86254 5.905347
92 6.2 3.3 1.824549 1.193922 3.32898 1.425451 2.17837
93 6 8 1.791759 2.079442 3.210402 4.324077 3.725859
94 12.7 27.1 2.541602 3.299534 6.459741 10.88692 8.386102
95 9.3 8 2.230014 2.079442 4.972964 4.324077 4.637185
96 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 1.206949 1.768148
97 8.2 9 2.104134 2.197225 4.427381 4.827796 4.623255
98 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 1.206949 1.768148
99 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 1.206949 1.768148
100 6.2 3.3 1.824549 1.193922 3.32898 1.425451 2.17837
101 6 8 1.791759 2.079442 3.210402 4.324077 3.725859
102 12.7 27.1 2.541602 3.299534 6.459741 10.88692 8.386102
103 9.3 8 2.230014 2.079442 4.972964 4.324077 4.637185
104 5 3 1.609438 1.098612 2.59029 1.206949 1.768148
105 6.2 3.3 1.824549 1.193922 3.32898 1.425451 2.17837
106 6 8 1.791759 2.079442 3.210402 4.324077 3.725859
107 12.7 27.1 2.541602 3.299534 6.459741 10.88692 8.386102
Jumlah 216.9027 231.8664 451.3218 587.6522 496.5139
Rata-
rata 2.027128 2.166976 4.21796 5.492077 4.640317

n 107 Σx2-((Σx)2/n) Σx² 11.63219


∑X 216.9027054 Σxy-(Σx*Σy/n) Σxy 26.49101
∑Y 231.8664125 Σy2-((Σy)2/n) Σy² 85.20328
∑XY 496.5139239 Σxy/Σx2 b 2.277387
∑X² 451.3217584 ¯y-(b*¯x) a' -2.44958
∑Y² 587.6521893 exp(a') a 0.08633
(∑X)² 47046.78363 correl(x,y) r 0.999421
(∑Y)² 53762.03323 r^2 r2 0.998843
¯X 2.027128088
Σy2-
¯Y 2.166975817 ((Σxy^2)/Σx2 ∑d²yx 24.873
Σd2yx/n S²yx 0.232458
s2yx/Σx2 S²b 0.019984
s2b^0.5 Sb 0.141365

T.
(3-b)/sb Hitung 5.111686
73

tinv(0.05,n) T.Tabel 1.982383


tinv(0.01,n) 2.62256
74

Lampiran 7. Data Hubungan Panjang – Berat Ikan Nila Merah Situ Tamansari

P (cm) x B (gr) y Ln.B Ln.P X2 Y2 XY


1 12.8 27.1 2.549445 3.299534 163.84 734.41 8.41198
2 9.4 10 2.24071 2.302585 88.36 100 5.159425
3 4 2.9 1.386294 1.064711 16 8.41 1.476002
4 10 28.9 2.302585 3.363842 100 835.21 7.745532
5 7 6.5 1.94591 1.871802 49 42.25 3.642359
6 6 3 1.791759 1.098612 36 9 1.968449
7 7 4.1 1.94591 1.410987 49 16.81 2.745654
8 13.4 34 2.595255 3.526361 179.56 1156 9.151804
9 10 28 2.302585 3.332205 100 784 7.672684
10 7 6.5 1.94591 1.871802 49 42.25 3.642359
11 11 27 2.397895 3.295837 121 729 7.903072
12 9 12 2.197225 2.484907 81 144 5.459898
13 12 38.2 2.484907 3.642836 144 1459.24 9.052106
14 9.1 10.4 2.208274 2.341806 82.81 108.16 5.17135
15 5 3 1.609438 1.098612 25 9 1.768148
16 6.2 3.3 1.824549 1.193922 38.44 10.89 2.17837
17 8.2 9 2.104134 2.197225 67.24 81 4.623255
18 5 3 1.609438 1.098612 25 9 1.768148
19 10 28.9 2.302585 3.363842 100 835.21 7.745532
20 7 6.5 1.94591 1.871802 49 42.25 3.642359
21 6 3 1.791759 1.098612 36 9 1.968449
22 7 4.1 1.94591 1.410987 49 16.81 2.745654
23 10 28 2.302585 3.332205 100 784 7.672684
24 7 6.5 1.94591 1.871802 49 42.25 3.642359
25 6.17 3.5 1.819699 1.252763 38.0689 12.25 2.279651
26 6 27 1.791759 3.295837 36 729 5.905347
27 8.2 9 2.104134 2.197225 67.24 81 4.623255
28 5 3 1.609438 1.098612 25 9 1.768148
29 6.2 3.3 1.824549 1.193922 38.44 10.89 2.17837
30 6 8 1.791759 2.079442 36 64 3.725859
31 12.7 27.1 2.541602 3.299534 161.29 734.41 8.386102
32 9.3 8 2.230014 2.079442 86.49 64 4.637185
33 8.2 8 2.104134 2.079442 67.24 64 4.375424
34 4 2.9 1.386294 1.064711 16 8.41 1.476002
35 13.4 34 2.595255 3.526361 179.56 1156 9.151804
36 10 26.7 2.302585 3.284664 100 712.89 7.563217
37 8.2 9 2.104134 2.197225 67.24 81 4.623255
38 5 3 1.609438 1.098612 25 9 1.768148
39 6.2 3.3 1.824549 1.193922 38.44 10.89 2.17837
40 6 8 1.791759 2.079442 36 64 3.725859
41 12.7 27.1 2.541602 3.299534 161.29 734.41 8.386102
42 9.3 8 2.230014 2.079442 86.49 64 4.637185
75

P (cm) x B (gr) y Ln.B Ln.P X2 Y2 XY


43 7 4.1 1.94591 1.410987 49 16.81 2.745654
44 10 28 2.302585 3.332205 100 784 7.672684
45 7 6.5 1.94591 1.871802 49 42.25 3.642359
46 13.4 34 2.595255 3.526361 179.56 1156 9.151804
47 10 28 2.302585 3.332205 100 784 7.672684
48 8.2 9 2.104134 2.197225 67.24 81 4.623255
Jumlah 99.07598 107.5164 3608.839 15481.36 233.8554
Rata-
rata 2.064083 2.239924 75.18414 322.5283 4.871987

n 48 Σx2-((Σx)2/n) Σx² 3404.338


∑X 99.07598473 Σxy-(Σx*Σy/n) Σxy 11.93267
∑Y 107.5163578 Σy2-((Σy)2/n) Σy² 15240.53
∑XY 233.8553568 Σxy/Σx2 b 0.003505
∑X² 3608.8389 ¯y-(b*¯x) a' 2.232689
∑Y² 15481.36 exp(a') a 9.324909
(∑X)² 9816.05075 correl(x,y) r 0.998663
(∑Y)² 11559.76718 r^2 r2 0.997329
¯X 2.064083015
Σy2-
¯Y 2.23992412 ((Σxy^2)/Σx2 ∑d²yx 15240.49
Σd2yx/n S²yx 317.5102
s2yx/Σx2 S²b 0.093266
s2b^0.5 Sb 0.305395

T.
(3-b)/sb Hitung 9.811853
tinv(0.05,n) T.Tabel 2.010635
tinv(0.01,n) 2.682204
76

Lampiran 8. Data Hubungan Panjang – Berat Ikan Sapu-sapu Situ Tamansari

P (cm) x B (gr) y Ln.B Ln.P X2 Y2 XY


1 14 36 2.639057 3.583519 6.964624 12.84161 9.457112
2 8.2 9 2.104134 2.197225 4.427381 4.827796 4.623255
3 15 36.9 2.70805 3.608212 7.333536 13.01919 9.771218
4 11 28 2.397895 3.332205 5.749902 11.10359 7.990277
5 14 25.8 2.639057 3.250374 6.964624 10.56493 8.577925
6 13 33.8 2.564949 3.520461 6.578965 12.39364 9.029804
Jumlah 15.05314 19.49199 38.01903 64.75076 49.44959
Rata-
rata 2.508857 3.248666 6.336505 10.79179 8.241598

n 6 Σx2-((Σx)2/n) Σx² 0.252842


∑X 15.05314364 Σxy-(Σx*Σy/n) Σxy 0.546958
∑Y 19.49199487 Σy2-((Σy)2/n) Σy² 1.427783
∑XY 49.44959096 Σxy/Σx2 b 2.163243
∑X² 38.01903055 ¯y-(b*¯x) a' -2.1786
∑Y² 64.75075992 exp(a') a 0.1132
(∑X)² 226.5971336 correl(x,y) r 0.999063
(∑Y)² 379.9378641 r^2 r2 0.998128
¯X 2.508857274
Σy2-
¯Y 3.248665812 ((Σxy^2)/Σx2 ∑d²yx 0.24458
Σd2yx/n S²yx 0.040763
s2yx/Σx2 S²b 0.161221
s2b^0.5 Sb 0.401523

T.
(3-b)/sb Hitung 2.083958
tinv(0.05,n) T.Tabel 2.446912
77

Lampiran 9. Dokumentasi

Penurunan Secchi disk Penyaringan air untuk Plankton

Ikan gabus yang tertangkap; Pancing Mengeluarkan ikan dari jaring nilon

Tahap Pengujian COD Pak Hendra, sebagai nelayan


78

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat pada


tanggal 13 Mei 2000, anak pertama dari 3 bersaudara dari
pasangan Bapak Amir dan Ibu Heryani. Penulis menyelesaikan
3x4 pendidikan PAUD Dramaga pada tahun 2003 dan Taman
Pendidikan Agama Islam Al-Istiqomah pada tahun 2004. Dan
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar selama 6 tahun di SDN
Sinar Sari di selesaikan pada tahun 2011. Pada tahun 2014 penulis
menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 2 Dramaga. Pada tahun 2017
penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di Labschool SMA
KORNITA IPB. Selanjutnya penulis melaksanakan praktik akhir di Situ Situ Gede dan
Situ Situ Tamansari, kemudian untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Perikanan di
Politeknik Ahli Usaha Perikanan, penulis menyusun Karya Ilmiah Praktik Akhir (KIPA)
pada semester VIII dengan judul “Struktur Komunitas Ikan Di Situ Gede dan Situ
Tamansari, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat”.

Anda mungkin juga menyukai