Anda di halaman 1dari 123

POLA SEBARAN SPASIAL DAN DINAMIKA POPULASI

KERANG DARAH (Anadara granosa, L)


DI PERAIRAN TELUK LADA DAN TELUK BANTEN,
PROVINSI BANTEN

WIDYA DHARMA LUBAYASARI

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Pola Sebaran Spasial dan Dinamika Populasi Kerang Darah (Anadara granosa,
L) di Perairan Teluk Lada dan Teluk Banten, Provinsi Banten

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2010

Widya Dharma Lubayasari


C24062161
RINGKASAN

Widya Dharma Lubayasari. C24062161. Pola Sebaran Spasial dan Dinamika


Populasi Kerang Darah (Anadara granosa, L) di Perairan Teluk Lada dan
Teluk Banten, Provinsi Banten. Dibimbing oleh Mennofatria Boer dan
Fredinan Yulianda.

Kerang darah (Anadara granosa, L) yang merupakan salah satu Bivalvia


dalam famili Arcidae, banyak dimanfaatkan untuk konsumsi dan dijual. Kegiatan
yang terjadi di sekitar Teluk Lada dan Teluk Banten berupa kegiatan penangkapan,
budidaya, perkebunan, dan masukan limbah domestik maupun industri dapat
merusak habitat kerang darah. Selain itu, meningkatnya kegiatan penangkapan
dikhawatirkan dapat mengganggu kelestarian populasi kerang darah di alam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh perbedaan kondisi habitat
kerang darah di Perairan PLTU Labuan, Teluk Lada dan Bojonegara, Teluk Banten
terhadap pola sebaran dan struktur populasi kerang darah (Anadara granosa, L).
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi untuk nelayan dan bermanfaat bagi
para pengambil kebijakan dalam pengelolaan kerang darah secara tepat dan lestari.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Mei 2010 di
perairan PLTU Labuan, Teluk Lada dan Bojonegara, Teluk Banten, Provinsi Banten.
Penentuan lokasi dilakukan berdasarkan kondisi perairan yang berbeda, sedangkan
pengambilan contoh kerang dilakukan dengan alat tangkap garok dan cara manual
menggunakan tangan. Alat dan bahan yang digunakan antara lain: perahu, garok,
transek ukuran 1×1 m, GPS, eikman grab, van dorn water sampler, secchi disk,
thermometer, refraktometer, kertas pH, stopwatch, kompas bidik, alat titrimetrik,
akuades, es, dan bahan-bahan untuk titrasi. Parameter yang diamati meliputi jumlah,
panjang, dan bobot (total, cangkang, dan daging) kerang darah. Analisis data
mengenai kepadatan dan pola sebaran jenis dilakukan dengan menggunakan
persamaan densitas dan indeks Sebaran Morisita dengan bantuan M. Excell,
sedangkan pemisahan kelompok umur dilakukan dengan metode Bhattacharya
dengan software FISAT II.
Anadara granosa, L di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada memiliki
kepadatan rata-rata berkisar antara 29–35 ind/m2, sedangkan di perairan Bojonegara,
Teluk Banten memiliki kisaran kepadatan rata-rata antara 3-31 ind/m2. Kepadatan
kerang darah banyak ditemukan di perairan Bojonegara, Teluk Banten dibandingkan
dengan di PLTU Labuan, Teluk Lada Hal ini dikarenakan pada lokasi tersebut
tingkat eksplotasi masih rendah. Pola sebaran jenis di perairan PLTU Labuan, Teluk
Lada dan Bojonegara, Teluk Banten dengan nilai Id masing-masing sebesar 1,09 dan
2,27; setelah dilakukan uji lanjut menunjukkan pola sebaran bersifat mengelompok.
Jumlah contoh kerang yang diamati sebanyak 368 individu dengan kisaran panjang
antara 8,8-32,1 mm dan 429 individu dengan kisaran panjang antara 15,2–31,9 mm
di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada dan Bojonegara, Teluk Banten. Nilai
koefisien pertumbuhan (K) di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada lebih kecil
daripada nilai K di perairan Bojonegara, Teluk Banten, yang berarti kerang di lokasi
tersebut pertumbuhannya lebih lambat daripada kerang darah yang di perairan
Bojonegara, Teluk Banten yaitu sebesar 0,130 dan 0,410. Pada perairan PLTU
Labuan, Teluk Lada memiliki nilai mortalitas alami (M), mortalitas penangkapan
(F), mortalitas total (Z), dan laju eksploitasi (E) berturut-turut yaitu 0,4611 per
tahun; 6,9549 per tahun; 7,4160 per tahun, dan 93,78 %. Sementara itu pada
perairan Bojonegara, Teluk Banten memiliki nilai mortalitas alami (M), mortalitas
penangkapan (F), mortalitas total (Z), dan laju eksploitasi (E) berturut-turut yaitu
0,2677 per tahun; 2,4653 per tahun; 2,7330 per tahun; dan 90,21 %. Laju
penangkapan kerang darah di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada lebih tinggi
daripada di perairan Bojonegara, Teluk Banten. Pola pertumbuhan seluruh kerang
darah yang dijadikan contoh di kedua lokasi penelitian menunjukkan pola
pertumbuhan (hubungan panjang dan bobot total) yaitu cenderung gemuk dengan
persamaan pertumbuhan W=0,0013L2,9695 (α=0,05 dan n=369) pada perairan PLTU
Labuan, Teluk Lada dan cenderung kurus dengan persamaan pertumbuhan
W=0,0398L1,8162 (α=0,05 dan n=429) pada perairan Bojonegara, Teluk Banten. Pola
pertumbuhan (hubungan panjang dan bobot cangkang) yaitu cenderung gemuk
dengan persamaan pertumbuhan W=0,0006L3,1249 (α=0,05 dan n=369) pada perairan
PLTU Labuan, Teluk Lada dan cenderung kurus dengan persamaan pertumbuhan
W=0,0327L1,7943 (α=0,05 dan n=429) pada perairan Bojonegara, Teluk Banten. Pola
pertumbuhan (hubungan panjang dan bobot daging) yaitu cenderung kurus di kedua
lokasi dengan persamaan pertumbuhan W=0,0006L2,7303 (α=0,05 dan n=369) pada
perairan PLTU Labuan, Teluk Lada dan persamaan pertumbuhan W=0,0059L1,9159
(α=0,05 dan n=369) pada perairan Bojonegara, Teluk Banten
Kesimpulan: parameter kualitas air di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada dan
Bojonegara, Teluk Banten menunjukkan kisaran yang baik untuk mendukung
kehidupan kerang darah. Kepadatan kerang darah paling banyak ditemukan di
perairan Teluk Banten daripada Teluk Lada. Pola sebaran pada ke dua lokasi bersifat
mengelompok. Koefisien pertumbuhan (K) kerang darah di Teluk Lada lebih kecil
daripada di Teluk Banten. Laju eksploitasi kerang darah di Teluk Lada lebih tinggi
dibandingkan dengan Teluk Banten. Pola pertumbuhan kerang darah di Teluk Lada
cenderung gemuk dibandingkan dengan Teluk Banten (hubungan panjang dengan
bobot total dan bobot cangkang), sedangkan pola pertumbuhan kerang darah
cenderung kurus di kedua lokasi pada hubungan panjang dengan bobot daging.
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh rencana pengelolaan yang
disarankan antara lain yaitu pengaturan upaya penangkapan meliputi pengaturan alat
tangkap berupa ukuran mata jaring dan kerapatan besi garok serta pengaturan ukuran
kerang yang tertangkap. Selain itu, diperlukannya instalansi pengolahan air limbah
untuk masukan limbah dari domestik maupun industri.

Kata kunci: Anadara granosa, L (kerang darah), kepadatan, pola sebaran,


pertumbuhan, laju eksploitasi, dan pola pertumbuhan
POLA SEBARAN SPASIAL DAN DINAMIKA POPULASI
KERANG DARAH (Anadara granosa, L)
DI PERAIRAN TELUK LADA DAN TELUK BANTEN,
PROVINSI BANTEN

WIDYA DHARMA LUBAYASARI


C24062161

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Pola Sebaran Spasial dan Dinamika Populasi Kerang Darah
(Anadara granosa, L) di Perairan Teluk Lada dan Teluk
Banten, Provinsi Banten
Nama : Widya Dharma Lubayasari
NIM : C24062161
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.Ir. Mennofatria Boer, DEA Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc.


NIP. 19570928 198103 1 006 NIP. 19630731 198803 1 002

Mengetahui,
Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc.


NIP. 19660728 199103 1 002

Tanggal Lulus : 23 Agustus 2010


PRAKATA

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan


karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini
berjudul Pola Sebaran Spasial dan Dinamika Populasi Kerang Darah (Anadara
granosa, L) di Perairan Teluk Lada dan Teluk Banten, Provinsi Banten;
disusun berdasarkan hasil penelitian di Provinsi Banten yang dilaksanakan pada
bulan Desember 2009 sampai dengan bulan Mei 2010 dan merupakan salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana perikanan pada Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah banyak membantu dalam pemberian bimbingan, masukan,
dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari
skripsi ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan keterbatasan pengetahuan penulis.
Namun demikian penulis mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat
untuk berbagai pihak.

Bogor, Agustus 2010

Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:


1. Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA selaku dosen pembimbing I dan Dr. Ir.
Fredinan Yulianda, M.Sc. selaku dosen pembimbing II atas bimbingan, arahan,
dan masukan yang diberikan selama penyusunan skripsi.
2. Dr. Ir. Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc selaku dosen penguji tamu, Ir. Agustinus
M. Samosir, M.Phil dan Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS selaku komisi pendidikan
program S1 atas saran, nasehat, dan perbaikan yang diberikan.
3. Dr. Ir. Niken Tunjung Murni Pratiwi, M.Si selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan selama penulis
menempuh pendidikan di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.
4. Ir. Nurlisa A. Butet, M.Sc yang telah mengikutsertakan penulis dalam penelitian
beliau atas finansial penelitian, saran, nasehat dan motivasi yang diberikan.
5. Keluarga tercinta; Ibu, Bapak, Ayuk Endah, Abang Agung dan semua keluarga
besar atas doa, kasih sayang, dukungan, dan motivasinya.
6. Para staf Lab. Produktifitas dan Lingkungan Perairan (Proling) terutama Bu Ana
Mariana, Tata Usaha MSP terutama Mba Widaryanti dan Mba Yani, Bagian
Manajemen Sumberdaya Perikanan (MSPi) serta seluruh civitas Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, atas bantuan dan dukungan yang telah
diberikan kepada penulis.
7. Nelayan di Panimbang dan Bojonegara yang telah banyak membantu selama
penulis melakukan penelitian. Sahabatku Euis Marlina dan Anadara team (Silvi,
Frida, Kiki, Yuli, Intan, Siti, Tyo, Yesti, dan Danang) atas suka duka,
perjuangan, kerjasama dan semangatnya. Rekan-rekan MSP 41, 42, 43
(khususnya Novi, Elin, dan Chika), 44, dan ITK (Resni, Daniel, Oliver, Yudhi,
Kak Steven) serta driver (Tajudin, Fazlur, Rezha, Cindera) atas doa, bantuan,
dukungan, kesabaran, kerjasama, dan semangatnya kepada penulis selama masa
perkuliahan hingga pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi serta seluruh
pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sungailiat pada tanggal 27 Juni 1988 yang


merupakan anak ke-3 dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak
Imam Sobirin Faqich, B.Sc. dan Ibu Anikawarti. Pendidikan
formal penulis dimulai di TK Pertiwi (1993-1994) dan SDN 15
Parit Padang (1994-2000). Setelah menyelesaikan pendidikan
dasar penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 2 Sungailiat
(2000) dan SLTPN 8 Bekasi (2000-2003), serta menempuh pendidikan menengah
atas di SMAN 2 Bekasi (2003-2006).
Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Setelah melewati tahap Tingkatan
Persiapan Bersama selama 1 tahun, penulis diterima di Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fekultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam kepengurusan Himpunan
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) sebagai staf Divisi
Sosial Lingkungan (2007/2008) dan Kepala Divisi Scientific Education (2008/2009).
Penulis diberi kesempatan dan kepercayaan menjadi Asisten Mata Kuliah Metode
Statistika (2008/2009 dan 2009/2010), Asisten Mata Kuliah Dinamika Populasi Ikan
(2009/2010), Asisten Mata Kuliah Dasar-dasar Pengkajian Stok Ikan (2009/2010),
dan Asisten Mata Kuliah Oseanografi Umum (2009/2010).
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana, penulis menyusun
skripsi dengan judul “Pola Sebaran Spasial dan Dinamika Populasi Kerang
Darah (Anadara granosa, L) di Perairan Teluk Lada dan Teluk Banten,
Provinsi Banten”.
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3. Tujuan ................................................................................................ 4
1.4. Manfaat .............................................................................................. 4

2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 6


2.1. Biologi kerang darah (Anadara granosa, L) ..................................... 6
2.2. Habitat kerang darah (Anadara granosa, L) ..................................... 7
2.3. Faktor lingkungan yang mempengaruhi
kehidupan Anadara granosa, L ........................................................ 8
2.3.1. Substrat atau sedimen .............................................................. 8
2.3.2. Suhu ........................................................................................ 10
2.3.3. Arus ......................................................................................... 10
2.3.4. Salinitas .................................................................................... 11
2.3.5. Derajat keasaman (pH) ............................................................ 12
2.3.6. Oksigen terlarut (DO) ............................................................. 13
2.3.7. Struktur Populasi ..................................................................... 13
2.3.7.1. Analisis frekuensi panjang ........................................ 13
2.3.7.2. Pertumbuhan dan mortalitas ...................................... 14
2.3.7.3. Hubungan panjang bobot ........................................... 15

3. METODE PENELITIAN .................................................................... 17


3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................. 17
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................... 18
3.3. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 19
3.3.1. Penentuan stasiun penelitian ................................................... 19
3.3.2. Pengambilan contoh Anadara granosa, L ............................... 19
3.3.3. Analisis kualitas air .................................................................. 21
3.3.4. Analisis substrat ........................................................................ 22
3.4. Analisis Data ...................................................................................... 22
3.4.1. Densitas (kepadatan) populasi ................................................. 22
3.4.2. Pola sebaran jenis ...................................................................... 23
3.4.3. Distribusi frekuensi panjang ................................................... 23

x
xi

3.4.4. Pertumbuhan dan mortalitas ................................................... 25


3.4.5. Hubungan panjang bobot ........................................................ 27

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 29


4.1. Kondisi Umum Perairan .................................................................. 29
4.1.1. Perairan PLTU Labuan, Teluk Lada .................................... 29
4.1.2. Perairan Bojonegara, Teluk Banten ...................................... 29
4.2. Substrat atau Sedimen ..................................................................... 30
4.3. Suhu ................................................................................................. 31
4.4. Arus ................................................................................................. 33
4.5. Salinitas ........................................................................................... 34
4.6. Derajat keasaman (pH) .................................................................... 36
4.7. Oksigen terlarut (DO) ....................................................................... 37
4.8. Kepadatan ........................................................................................ 38
4.9. Pola Sebaran Jenis ............................................................................ 40
4.10. Distribusi Frekuensi Panjang ........................................................... 41
4.11. Pertumbuhan dan Mortalitas ............................................................ 45
4.12. Hubungan Panjang Bobot ................................................................ 52
4.12.1. Hubungan panjang bobot total ............................................. 52
4.12.2. Hubungan panjang bobot cangkang .................................... 56
4.12.3. Hubungan panjang bobot daging ......................................... 59

5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 63


5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 63
5.2. Saran ................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 65


LAMPIRAN ................................................................................................... 69

xi
xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Kecepatan arus dan efeknya terhadap organisme dasar ......................... 11
2. Posisi stasiun .......................................................................................... 18
3. Komponen parameter fisika-kimia yang diukur
beserta alat/ metode pengukurannya ...................................................... 21
4. Tipologi substrat di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada dan
Bojonegara, Teluk Banten ..................................................................... 30
5. Kecepatan arus (cm/detik)
di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada .................................................. 33
6. Kecepatan arus (cm/detik)
di perairan Bojonegara, Teluk Banten ................................................... 34
7. Pola sebaran jenis Anadara granosa pada perairan PLTU Labuan,
Teluk Lada dan perairan Bojonegara, Teluk Banten ............................. 41
8. Hasil analisis masing-masing kelompok ukuran kerang darah
di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada .................................................. 47
9. Hasil analisis masing-masing kelompok ukuran kerang darah
di perairan Bojonegara, Teluk Banten ................................................... 47
10 Parameter pertumbuhan (K dan L∞) dari beberapa penelitian .............. 49
11. Parameter mortalitas (M, F, Z, dan E) ................................................... 49
12. Hasil perhitungan hubungan panjang dan bobot total kerang pada perairan
PLTU Labuan, Teluk Lada selama pengamatan .................................... 53
13. Hasil perhitungan hubungan panjang dan bobot total kerang pada perairan
Bojonegara, Teluk Banten selama pengamatan ..................................... 54
14. Hasil perhitungan hubungan panjang dan bobot cangkang kerang
pada perairanPLTU Labuan, Teluk Lada selama pengamatan .............. 57
15. Hasil perhitungan hubungan panjang dan bobot cangkang kerang pada
perairan Bojonegara, Teluk Banten selama pengamatan ....................... 58
16. Hasil perhitungan hubungan panjang dan bobot daging kerang
pada perairanPLTU Labuan, Teluk Lada selama pengamatan .............. 59
17. Hasil perhitungan hubungan panjang dan bobot daging kerang
pada perairan Bojonegara, Teluk Banten selama pengamatan .............. 61

xii
xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Skema perumusan masalah .................................................................... 5
2. Kerang Darah (Anadara granosa, L) ..................................................... 6
3. Stasiun pengamatan di perairan Teluk Lada .......................................... 17
4. Stasiun pengamatan di perairan Teluk Banten ....................................... 18
5. Garok ..................................................................................................... 20
6. Transek kuadrat 1 x 1 meter ................................................................... 21
7. Segitiga Millar ....................................................................................... 22
8. Suhu di perairan (a) PLTU Labuan, Teluk Lada,
(b) Bojonegara, Teluk Banten ................................................................ 32
9. Salinitas (‰) pada (a) perairan PLTU Labuan, Teluk Lada dan
(b) perairan Bojonegara, Teluk Banten .................................................. 35
10. pH rata-rata pada (a) perairan PLTU Labuan, Teluk Lada dan
(b) perairan Bojonegara, Teluk Banten ................................................... 36
11. Nilai DO (mg/l) rata-rata pada (a) perairan PLTU Labuan, Teluk Lada
dan (b) perairan Bojonegara, Teluk Banten 37
12. Kepadatan (ind/m2) kerang darah pada (a) perairan PLTU Labuan,
Teluk Lada dan (b) perairan Bojonegara,Teluk Banten ......................... 39
13. Sebaran frekuensi panjang kerang darah di perairan PLTU Labuan,
Teluk Lada pada bulan (a) Desember, (b) Maret, (c) Mei,
dan (d) total pengambilan contoh .......................................................... 42
14. Sebaran frekuensi panjang kerang darah di perairan Bojonegara,
Teluk Banten pada bulan (a) Desember, (b) April, (c) Mei,
(d) total pengambilan contoh .................................................................. 43
15. Kelompok ukuran kerang darah pada bulan (a) Desember,
(b) Maret, dan (c) Mei ............................................................................. 46
16. Kelompok ukuran kerang darah pada bulan(a) Desember,
(b) April, dan (c) Mei .............................................................................. 48
17. Hubungan panjang bobot total kerang darah di perairan PLTU Labuan,
Teluk Lada pada (a) bulan Desember, (b) bulan Maret,
(c) bulan Mei, (d) secara total ................................................................ 52
18. Hubungan panjang bobot total kerang darah di perairan Bojonegara,
Teluk Banten pada (a) bulan Desember, (b) bulan April, (c) bulan Mei,
(d) secara total ......................................................................................... 53
xiii
xiv

19. Hubungan panjang bobot cangkang kerang darah di perairan PLTU


Labuan, Teluk Lada pada (a) bulan Desember, (b) bulan Maret, (c)
bulan Mei, (d) secara total ..................................................................... 56
20. Hubungan panjang bobot kerang darah di perairan Bojonegara, Teluk
Banten pada (a) bulan Desember, (b) bulan April, (c) bulan Mei,
(d) secara total ......................................................................................... 57
21. Hubungan panjang bobot daging kerang darah di perairan PLTU Labuan,
Teluk Lada pada (a) bulan Desember, (b) bulan Maret,
(c) bulan Mei, (d) secara total ................................................................ 60
22. Hubungan panjang bobot kerang darah di perairan Bojonegara, Teluk
Banten pada (a) bulan Desember, (b) bulan April, (c) bulan Mei,
(d) secara total ......................................................................................... 61

xiv
xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Peta pola arus di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada ............................ 69
2. Peta pola arus di perairan Bojonegara, Teluk Banten ............................. 71
3. Kerang darah (Anadara granosa) .......................................................... 73
4. Gambar kondisi stasiun pengamatan di perairan Teluk Lada ................ 74
5. Gambar kondisi stasiun pengamatan di perairan Teluk Banten ............. 75
6. Alat yang digunakan dalam penelitian ................................................... 76
7. Data panjang dan bobot (bobot total, bobot daging, dan bobot cangkang)
kerang darah pada waktu pengamatan di perairan PLTU Labuan,
Teluk Lada .............................................................................................. 78
8. Data panjang dan bobot (bobot total, bobot daging, dan bobot cangkang)
kerang darah pada waktu pengamatan di perairan Bojonegara,
Teluk Banten Laut ................................................................................. 85
9. Parameter kualitas air di perairan Teluk Lada ..................................... 98
10. Parameter kualitas air di perairan Teluk Banten .................................... 99
11. Contoh perhitungan kepadatan (densitas) .............................................. 100
12. Pola sebaran jenis kerang darah ............................................................. 102
13. Tampilan FISAT II ................................................................................ 105
14. Contoh perhitungan Uji t nilai b pada hubungan panjang bobot
(bobot total ) kerang darah ..................................................................... 106
15. Uji t kepadatan kerang darah di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada
dan Bojonegara, Teluk Banten ............................................................... 107

xv
1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Anadara granosa (kerang darah) merupakan salah satu Bivalvia yang
termasuk famili Arcidae. Kerang darah memiliki dua keping cangkang yang
setangkup, umbo menonjol, engsel lurus, kaki seperti kapak, mempunyai insang
yang lebar, tipis dan berlapis-lapis diantara mantel. Kerang darah hidup di perairan
pantai yang memiliki substrat pasir berlumpur dan dapat juga ditemukan pada
ekosistem estuari, mangrove, dan padang lamun. Kerang A. granosa hidup
mengelompok dan umumnya banyak ditemukan pada substrat yang kaya kadar
bahan organik. Distribusi kerang tersebut meliputi Red Sea, New Caledonia, China,
Hong Kong (Xianggang), Jepang, Vietnam, Thailand, Philippines, South China Sea,
Indonesia, Tropical Indo-West Pacific, dan Australia yang tersebar di kawasan
pesisir pantai (Nurdin et al. 2006). Sementara menurut Tang et al. (2009) bahwa di
Indonesia kerang darah banyak ditemukan hidup di daerah pesisir Sumatera Barat,
Selatan Jawa, Selat Malaka, Pantai Utara Jawa, Pantai Timur Jawa, Bali, Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Selatan dan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Utara, Maluku, dan Papua.
Produksi kerang darah pada rentang tahun 1994-2004 (Alamiah 2007)
mengalami peningkatan setiap tahunnya terutama untuk kebutuhan ekspor. Tahun
2004 produksi mengalami kenaikan rata-rata sebesar 26,39% dari 839 ton menjadi
1500 ton. Informasi tersebut sebatas data produksi tetapi belum ada informasi
memadai yang menjelaskan pola pemanfaatan kerang darah yang optimal dan tetap
lestari.
Kerang darah banyak dimanfaatkan untuk konsumsi dan dijual. Daging kerang
darah mengandung protein sebesar 17,1 g; Ca 31 mg, lemak yang rendah sebesar
0,76 g; dan vitamin A (Agustinus 2009). Selain dikonsumsi dagingnya, cangkang
kerang darah pun dapat dibuat menjadi kerajinan tangan. Kerajinan tangan yang
dibuat dari cangkang kerang darah antara lain kerai pintu, mainan anak-anak, lampu
gantung, dan pajangan.
Kabupaten Pandeglang memiliki luas wilayah sekitar 2,75 ribu km2 dengan
jumlah penduduk sekitar 5,22 ribu yang berprofesi sebagai nelayan atau penangkap
2

ikan (DKP Banten 2009). Pantai Kabupaten Pandeglang yang menghadap Selat
Sunda memiliki panjang pantai sekitar 182,8 km. Perairan Teluk Lada merupakan
salah satu perairan yang berada di Kabupaten Pandeglang. Garis pantai yang cukup
panjang ini potensial untuk kegiatan perikanan khususnya penangkapan maupun
budidaya kerang-kerangan. Namun demikian potensi sumberdaya kerang ini
mendapat tekanan dari aktivitas manusia di sekitar pesisir Teluk Lada. Di sekitar
perairan Teluk Lada terdapat industri berskala kecil dan masukan bahan organik dari
Sungai Ciliman, Sungai Cibungur, dan Sungai Bama. Selain itu pada bulan Januari
2010 telah didirikan PLTU Labuan di wilayah pesisir perairan Teluk Lada. Adanya
aktivitas tersebut diduga dapat mempengaruhi kondisi lingkungan perairan Teluk
Lada. Perairan Teluk Banten merupakan daerah pesisir kota Serang dengan luas
wilayah 150 km2. Perairan Bojonegara termasuk ke dalam perairan Teluk Banten
yang terletak di sebelah barat (sekitar 130 km) dari ibukota DKI Jakarta. Disekitar
kawasan tersebut telah berdiri kawasan industri berupa industri logam dasar, kimia
dasar, rekayasa dan rancang bangun serta pelabuhan internasional. Selain kegiatan
industri, buangan dari limbah rumah tangga juga dapat menambah masukan bahan
organik kebeberapa sungai seperti Sungai Cimoyan, Ciujung, Kaliangke, Cirarap,
dan Cibanten. Bahan organik yang terkandung dalam air sungai dan berasal dari
limbah domestik maupun industri dapat mempersubur perairan laut. Hal ini
sangatlah menguntungkan bagi keberadaan kerang sebagai filter feeder. Perairan
yang subur memacu pertumbuhan kelimpahan plankton sebagai makanan kerang.
Melimpahnya fitoplankton ini akan mempercepat pertumbuhan kerang. Belum
adanya informasi mengenai kondisi perairan tersebut yang memadai.
Kerang darah menjadi salah satu sumberdaya yang banyak dieksploitasi oleh
nelayan baik di perairan Teluk Lada maupun Teluk Banten. Selain dieksploitasi
kerang darah juga menjadi salah satu biota yang dibudidayakan. Alat tangkap yang
digunakan untuk mengambil kerang yaitu dengan sekop, saringan, langsung diambil
dengan tangan, dan “garok” yang merupakan modifikasi dari trawl (Ippah 2007).
Penggunaan alat tangkap garok cukup berbahaya bagi kelestarian sumberdaya yang
ada karena alat tangkap tersebut tidak selektif dalam ukuran kerang yang terambil.
Eksploitasi yang dilakukan tanpa pertimbangan dikhawatirkan akan mempengaruhi
populasi kerang tersebut di alam, bahkan dapat menyebabkan penurunan populasi.
3

Eksploitasi kerang secara terus menerus menyebabkan perubahan lingkungan


dan populasinya di alam. Perubahan populasi berupa penurunan terhadap hasil
tangkapan nelayan dan ukuran yang tertangkap semakin kecil. Eksploitasi yang
terjadi terus menerus tanpa memperhatikan pola pemanfaatan lestari dan pengaruh
dari kualitas lingkungan yang menurun dapat menyebabkan terjadinya kepunahan
pada jenis ini. Oleh karena itu diperlukan suatu kajian mengenai beberapa aspek
penting antara lain: pola kepadatan, pola sebaran jenis, struktur populasi, dan
kondisi perairan. Dengan adanya kajian ini diharapkan kemampuan populasi untuk
tetap tersedia di alam dapat diketahui. Selain itu bagi para pengambil kebijakan
informasi ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengelolaan secara lestari agar
manfaatnya dapat dirasakan secara terus menerus.

1.2. Perumusan Masalah


Habitat mempunyai tiga peranan penting bagi biota yaitu sebagai tempat
hidup, tempat berkembangbiak (reproduksi), dan tempat pemasok sumber makanan.
Peranan habitat sebagai tempat hidup ditentukan oleh sifat fisika-kimia perairan
tersebut. Substrat atau sedimen merupakan tempat kerang untuk membenamkan diri
dan tempat penyedia sumber makanan. Perubahan yang terjadi pada sifat fisika-
kimia air maupun sedimen akan mempengaruhi ekosistem. Ekosistem perairan
Teluk Lada mengalami tekanan dari kegiatan yang terjadi di sekitar perairan tersebut
meliputi PLTU, budidaya perikanan, perkebunan, dan penangkapan dengan
menggunakan alat tangkap yang kurang ramah lingkungan dapat menyebabkan
terjadinya perubahan kondisi perairan pada sifat fisika-kimia air dan sedimen.
Kegiatan industri pembuatan kapal, penyimpanan batubara, kegiatan penangkapan,
dan adanya masukan limbah di sekitar perairan Teluk Banten akan mempengaruhi
kondisi perairan tersebut. Adanya masukan limbah dari muara sungai dan kegiatan
di sekitar perairan, baik bahan organik maupun bahan anorganik akan menyebabkan
terjadinya sedimentasi sehingga akan mempengaruhi kondisi substrat. Perubahan
lingkungan ini dapat menggangu kestabilan hidup kerang darah.
Kerang darah banyak dieksploitasi dan dikonsumsi oleh nelayan. Nelayan
mengambil kerang darah langsung dari alam. Menurut DKP Banten (2007) bahwa
produksi kerang darah pada tahun 2000-2007 mengalami peningkatan yaitu sebesar
4

30% dari 1000,30 ton menjadi 1339,50 ton. Tingginya permintaan akan kerang
darah membuat semakin banyaknya penangkapan yang dilakukan.
Kepadatan populasi kerang darah sudah mulai menurun berdasarkan hasil
tangkapan nelayan yang menurun dan ukuran kerang yang semakin kecil. Faktor
yang mempengaruhi menurunnya populasi kerang darah pada kawasan tersebut
belum banyak informasi, sehingga perlu dikaji dalam upaya pengelolaan terutama
mengenai pola sebaran dan dinamika populasi.
Kegiatan-kegiatan ini akan memberikan dampak terhadap kehidupan biota
yang ada termasuk pada populasi kerang darah. Agar keberadaan populasi dapat
diestimasi di alam maka diperlukan data mengenai biologi kerang darah antara lain:
kepadatan, pola sebaran jenis, struktur populasi, dan kondisi perairan sebagai
sumber dasar untuk membuat suatu kebijakan dalam rencana pengelolaan (Gambar
1).

1.3. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dipaparkan di
atas, penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh perbedaan kondisi habitat kerang
darah di Perairan Teluk Lada dan Teluk Banten terhadap pola sebaran dan struktur
populasi kerang darah (Anadara granosa).

1.4. Manfaat
Penelitian tentang pola sebaran dan dinamika populasi Anadara granosa
diharapkan dapat bermanfaat untuk nelayan sebagai informasi dasar dalam
melakukan kegiatan penangkapan dan bermanfaat bagi para pengambil kebijakan
dalam pengelolaan kerang darah secara tepat dan lestari di Perairan Teluk Lada dan
Teluk Banten, Provinsi Banten.
5

Faktor lingkungan
perairan

Kegiatan industri Habitat Penangkapan


dan budidaya Kerang Darah

Parameter Fisika:
Sedimen Parameter Biologi: Parameter kimia:
Suhu Pola pertumbuhan pH
Arus populasi DO
Salinitas

Pola sebaran Pertumbuhan Mortalitas


Kepadatan
jenis

Pengelolaan

Gambar 1. Skema perumusan masalah


6

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi kerang darah (Anadara granosa, L)


Menurur Broom (1985) klasifikasi kerang darah secara sistematika adalah
sebagai berikut:
Filum : Moluska
Kelas : Bivalvia
Famili : Arcidae
Sub Famili : Anadarinae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara granosa (Linnaeus 1758)
Nama Umum : Blood cockle
Nama Lokal : Kerang darah

Gambar 2. Kerang darah (Anadara granosa, L)

Genus Anadara mempunyai ciri yaitu kedua cangkang yang sama atau setangkup,
jika tidak maka salah satu cangkang lebih besar pada bagian tepinya melebihi bagian
tepi yang lain. Umbo menonjol, engsel lurus dengan beberapa gigi yang memiliki
bentuk tertentu dan mengecil di bagian tengah. Permukaan beralur dengan rusuk
yang kuat dan jelas. Bentuk alur pada kedua cangkang kurang lebih sama (Olsson
1961 in Hery 1998).
Menurut Storer et al. (1977) in Erianto (2005) bahwa morfologi dari spesies ini
adalah simetris bilateral dengan tubuh lunak yang memadati antara dua cangkang
lateral yang secara dorsal berhimpitan. Bivalvia tidak memiliki kepala tetapi
memiliki kaki yang berbentuk seperti kapak. Cangkang yang melindungi tubuh
7

berbentuk bulat yang ditandai dengan garis pertumbuhan kosentris yang berputar
memusat kearah tempat yang lebih besar (umbo) dekat dengan ujung anterior bagian
dorsal. Sendi ligamen menahan cangkang bagian dorsal secara bersama-sama dan
membentang untuk membuat kedua belah cangkang berpisah sacara ventral.
Permukaan interior pada masing-masing cangkang memiliki tanda yang
menandakan dimana beberapa otot melekat. Otot ini berperan dalam membuka
cangkang dan menggerakkan kakinya.
Selanjutnya menurut Dance (1977), bahwa kerang darah mempunyai cangkang
yang tebal, berbentuk agak elips, dan terdapat 20-21 garis vertikal pada permukaan
yang dimulai pada bagian ventral sampai dengan bagian dorsal. Terdapat juga duri-
duri kecil yang pendek, berwarna putih agak kecoklatan pada lapisan periostracum.
Kerang ini mencapai kematangan seksual pada ukuran panjang anterior-
posterior 18 sampai 20 mm ketika umurnya mencapai 6 bulan. Gonad kerang darah
mulai berkembang pada ukuran terkecil 15 sampai 16 mm. Musim pemijahan terjadi
sepanjang tahun akan tetapi puncak musimnya terjadi pada bulan-bulan tertentu
dimulai bulan Mei atau Juni (Pathansali 1966 in Erianto 2005).

2.2. Habitat kerang darah (Anadara ganosa, L)


Menurut Pathansali (1963) dan Broom (1980) in Arfiati (1986) bahwa kerang
darah bersifat kosmopolitan dan terdapat di perairan tropis dan subtropis. Hidup di
perairan pantai yang berdasar lumpur atau lumpur berpasir halus dan dipengaruhi air
sungai. Kerang darah mempunyai daya tahan tinggi terhadap perubahan kadar garam
yaitu sekitar 0,5 sampai 35 permil. Aspek ekologi yang diperlukan bagi kehidupan
kerang adalah substrat, salinitas, dan makanan serta hubungan dengan biota lain
yang ada di sekitarnya. Daerah hidup kerang darah berada antara pertengahan air
pasang penuh sampai air pasang terendah, serta pada teluk yang banyak hutan bakau
dan banyak mengeluarkan air payau. Pertumbuhannya akan lebih baik pada substrat
berlumpur lunak daripada lumpur berpasir. Lumpur yang baik bagi pertumbuhan
kerang darah yaitu lunak tersusun dari 90% lumpur atau lebih, dengan diameter
partikel lebih kecil atau sama dengan 0,124 mm.
Moluska hidup dan tumbuh dengan cepat pada zona intertidal. Sebagian besar
dari spesies Anadara tersebar di daerah intertidal atau berbatasan dengan daerah
8

subtidal. Puncak kepadatan kerang darah biasanya di sekitar pertengahan daerah


pasang. Di beberapa daerah populasi, kerang darah berlimpah di daerah subtidal. Di
Penang, Malaysia, koloni kerang darah terdapat diantara pertengahan daerah pasang
sampai pasang purnama terendah. Sementara di Perak, Malaysia, dari pertengahan
daerah pasang sampai pasang perbani terendah. Variasi ini dianggap karena
pengaruh dari perbedaan salinitas. Kerang darah hidup baik pada tingkat kemiringan
tanah 200 cm (Broom 1980 in Arfiati 1986).
Warga Anadarinae mempunyai organ siphon yang tidak berkembang dengan
sempurna, aliran air masuk (inhalent) dan keluar (exhalent) terjadi melalui organ
yang berada di bagian butir (posterior margin) dari cangkangnya. Dengan tipe
habitat tersebut, lumpur dengan mudah diserap sehingga kerang darah memperoleh
makanan yang terkandung dalam lumpur yang dapat berbentuk detritus (Tetelepte
1990 in Erianto 2005).
Menurut Broom (1982) in Arfiati (1986) bahwa makanan kerang darah adalah
mikro algae dasar yang sebagian besar berupa bentik diatom yang banyak diproduksi
di zone euphotik beberapa milimeter di atas permukaan lumpur. Apabila makanan
yang ada di permukaan lumpur ini sedikit sekali sehingga tidak mencukupi
kebutuhannya, kerang akan memakan bahan organik yang tersuspensi didalam air.

2.3. Faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan Anadara granosa, L


2.3.1. Substrat atau sedimen
Jenis substrat sangat menentukan kepadatan dan komposisi hewan benthos.
Substrat itu sendiri didefinisikan sebagai campuran dari fraksi lumpur, pasir, dan liat
dalam tanah (Brower et al. 1990). Nybakken (1988a) menjelaskan bahwa tipe
substrat berpasir dibagi menjadi dua, yaitu tipe substrat berpasir halus dan tipe
substrat berpasir kasar. Tipe substrat berpasir halus kurang baik untuk pertumbuhan
organisme perairan, karena memiliki pertukaran air yang lambat dan dapat
menyebabkan keadaan toksik, sehingga proses dekomposisi yang berlangsung di
substrat pada keadaan anaerob, dapat menimbulkan bau serta perairan yang
tercemar. Sementara itu, tipe substrat berpasir kasar memiliki laju pertukaran air
yang cepat dan kandungan bahan organik yang rendah, sehingga oksigen terlarut
selalu tersedia, proses dekomposisi di substrat dapat berlangsung secara aerob serta
9

terhindar dari keadaan toksik. Penggali pemakan deposit cenderung melimpah pada
substrat lumpur dan substrat lunak yang merupakan daerah kandungan bahan
organik yang tinggi, sedangkan pemakan suspensi terdapat lebih melimpah pada
substrat yang lebih mengandung pasir dengan kandungan bahan organik yang lebih
sedikit.
Semua spesies Anadara termasuk ekonomis penting dan umumnya mendiami
substrat yang lunak. Kerang darah dapat ditemukan pada substrat lumpur berpasir
tetapi densitas tertinggi di daerah intertidal berbatasan dengan mangrove (Phatansali
1966 in Hery 1998). Hasil penelitian tentang populasi alami kerang darah pada dua
lokasi di pantai Selangor, Malaysia, ditemukan bahwa kandungan air substratnya 55-
62%. Proporsi diameter partikel yang berukuran < 53 µm di dua lokasi 80-90% pasir
(diameter partikel > 63 µm). Kandungan air substratnya 47-51% menunjukkan
bahwa substrat didominasi oleh pasir (Broom 1988 in Hery 1998).
Discoll & Brandon (1973) in Pratami (2005) menyatakan bahwa distribusi dan
kelimpahan jenis moluska dipengaruhi oleh diameter rata-rata butiran sedimen,
kandungan debu, dan liat, adanya cangkang-cangkang organisme yang telah mati
dan kestabilan substrat. Kestabilan substrat dipengaruhi oleh penangkapan kerang
secara terus-menerus, dikarenakan substrat teraduk oleh alat tangkap. Kelimpahan
dan keanekaragaman jenis epifauna meningkat pada substrat yang banyak
mengandung cangkang organisme yang telah mati. Jenis-jenis dari kelas gastropoda
dan bivalvia dapat tumbuh dan berkembang pada sedimen halus, karena memiliki
alat-alat fisiologi khusus untuk dapat beradaptasi pada lingkungan perairan yang
memiliki tipe substrat berlumpur (seperti siphon yang panjang).
Peningkatan buangan sedimen ke dalam ekosistem perairan pesisir akibat
semakin tingginya laju erosi tanah yang disebabkan oleh kegiatan pengusahaan
hutan, pertanian, dan pembangunan sarana dan prasarana, dapat membahayakan di
lingkungan pesisir. Dampak negatif sedimentasi terhadap biota perairan pesisir
secara garis besar melalui beberapa mekanisme. Pertama, sedimen yang menutupi
tubuh biota laut terutama yang hidup di dasar perairan (organisme bentik). Kedua,
sedimentasi menyebabkan peningkatan kekeruhan air dan menghalangi penetrasi
cahaya yang masuk ke dalam air, sehingga dapat menggangu kehidupan organisme
(Dahuri et al. 1996).
10

2.3.2. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses
kehidupan dan penyebaran organisme (Nybakken 1992b). Suhu air di permukaan
dipengaruhi oleh curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan
angin, dan intensitas matahari. Suhu air permukaan di perairan Indonesia umumnya
berkisar antara 28-31 °C (Nontji 2002). Suhu air di dekat pantai biasanya sedikit
lebih tinggi daripada yang di lepas pantai.
Menurut Squires et al. (1975) in Hery (1998), Anadara spp. selalu berlindung
pada mangrove dengan kisaran suhu dalam lumpur antara 26,0-37,5 °C disesuaikan
dengan waktu dan puncak sinar matahari. Sementara menurut Russel-Hunter (1983)
menyatakan bahwa secara langsung maupun tidak langsung, perbedaan panas dan
intensitas cahaya pada saat pantai tidak tergenang dan tergenang akan menentukan
pola penyebaran moluska di daerah pasang surut. Di daerah ini moluska akan
mengalami tekanan suhu (Temperature Stress).

2.3.3. Arus
Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh
tiupan angin, karena perbedaan dalam densitas air laut atau disebabkan oleh gerakan
gelombang (Nontji 2002). Estuaria merupakan perairan yang sempit dan dangkal
sehingga ombak di daerah ini sangat kecil jika dibandingkan dengan lautan. Akibat
dari proses ini, menjadikan estuaria sebagai daerah yang tenang (Nybakken 1992b).
Arus di estuaria terutama disebabkan oleh kegiatan pasang surut dan aliran sungai.
Arinardi (1987) in Pratami (2005) mengatakan bahwa organisme akuatik yang
hidup menetap pada arus yang kuat dapat mengakibatkan ketidakseimbangan dasar
perairan yang lunak seperti dasar perairan yang berpasir atau berlumpur. Pergerakan
arus yang cukup lambat di daerah berlumpur menyebabkan partikel-partikel halus
mengendap dan melimpahnya detritus. Hal ini merupakan media yang baik bagi
pemakan deposit, seperti bivalvia dan gastropoda.
Pergerakan air yang ditimbulkan oleh gelombang dan arus juga memiliki
pengaruh yang penting terhadap bentos, mempengaruhi lingkungan sekitar, seperti
ukuran sedimen, kekeruhan, dan banyaknya fraksi debu juga stress fisik yang
dialami organisme-organisme dasar. Pada daerah yang sangat tertutup dimana
11

kecepatan arusnya sangat lemah, yaitu kurang dari 10 cm/detik, organisme bentik
dapat menetap, tumbuh dan bergerak bebas tanpa terganggu (Tabel 1).

Tabel 1. Kecepatan arus dan efeknya terhadap organisme dasar

Kecepatan arus
Kategori Keterangan
(cm/detik)
Organisme bentik sangat terpengaruh oleh arus
yang cepat sehingga dapat menyebabkan stress
> 100 Cepat fisik, sangat sulit untuk menetap
Menguntungkan bagi organisme dasar dan
perairan terbuka, terjadi pencampuran dan
pembauran antara bahan organik dan anorganik,
10-100 Sedang tidak terjadi akumulasi
Organisme bentik dapat menetap, tumbuh dan
bergerak bebas, pencampuran mulai berkurang,
begitu pula dengan pembaruan gas-gas terlarut
< 10 Sangat lemah dan bahan-bahan penting lain
Kurangnya pencampuran, terjadi stratifikasi
Sangat lemah kolom air, oxycline dan berkurangnya oksigen
<5 sekali bagi organisme dasar
(Sumber : Wood 1987)

2.3.4. Salinitas
Menurut Boyd (1982), salinitas adalah total konsentrasi dari seluruh ion
terlarut dalam perairan yang dinyatakan dalam satuan gr/kg atau ‰. Salinitas
mempunyai peranan penting dalam kehidupan organisme, misalnya dalam distribusi
biota akuatik. Penurunan salinitas di perairan estuari akan mengubah komposisi dan
dinamika populasi organisme. Tanggapan atau respon organisme terhadap kadar
salinitas berbeda-beda (Levinton 1982 in Ippah 2007). Salinitas optimum bagi
bivalvia berkisar antara 2-36 ‰ (Setyobudiandi 1995 in Ippah 2007).
Effendi (2003) mengatakan bahwa salinitas perairan payau antara 0,5-30 ‰
dan perairan laut berkisar antara 30-40‰. Menurut McLusky (1989) in Pratami
(2005) bahwa pembagian zona estuari berdasarkan salinitas, yakni (1) Head, daerah
hulu, air tawar memasuki estuari dan masih ada pengaruh arus dari sungai,
salinitasnya < 5‰. (2) Upper reaches, di muara, daerah pencampuran antara air
tawar dan air laut yang memiliki arus yang lemah, deposit lumpur, salinitasnya 15-
18‰. (3) Middle reaches, bagian tengah, arus terjadi dikarenakan gelombang,
12

lumpur dan pasir terdeposit seiring dengan semakin cepatnya arus, salinitasya 18-
25‰. (4) Lower reaches, bagian bawah, arusnya semakin cepat, substrat berpasir
atau lumpur jika arus melemah, salinitas 25-30‰. (5) Mouth, mulut (hilir), arusnya
kuat, bersedimen pasir atau pantai berbatu, salinitas hampir sama dengan laut, yakni
> 30‰.
Menurut Venberg dan Venberg (1972) bahwa suhu dan salinitas merupakan
parameter yang penting diukur, karena fluktuasinya sangat tinggi di daerah estuari.
Fluktuasi alami salinitas di daerah pasang surut dapat disebabkan oleh penguapan
besar, curah hujan, dan berbagai aktivitas manusia, terutama di daerah pesisir dekat
muara sungai yang mengeluarkan sejumlah besar air tawar. Kemudian Broom
(1988) in Hery (1998) menjelaskan bahwa kelimpahan larva kerang darah
menunjukkan hubungan dengan penurunan salinitas. Lamanya musim penghujan
yang menyebabkan terjadinnya penurunan suhu di daerah intertidal yang berlumpur
juga merupakan tanda-tanda lingkungan untuk menentukan musim pemijahan.

2.3.5. Derajat Keasaman (pH)


Nilai derajat keasaman (pH) di perairan mempengaruhi toksisitas suatu
senyawa kimia. Kondisi pH juga dipengaruhi oleh suatu perairan, oksigen terlarut,
ion-ion terlarut, dan jenis serta stadia organisme hidup (Yonvitner 2001). Sebagian
besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-
8,5. Nilai pH akan mempengaruhi proses biologi kimiawi perairan. Keanekaragaman
bentos mulai menurun pada pH 6-6,5 (Effendi 2003). Sementara menurut Russel-
Hunter (1986) in Ippah (2007) menyatakan bahwa nilai pH berpengaruh pada proses
pemijahan kerang. Pemijahan kerang akan dipercepat pada suasana basa dan
pemijahan kerang yang optimum bagi moluska bentik berkisar antara 6,5-7,5.
Odum (1971) menyatakan bahwa perubahan pH pada perairan laut biasanya
sangat kecil karena adanya turbulensi massa air yang selalu menstabilkan kondisi
perairan. Perubahan pH sedikit saja akan mengakibatkan nilai alami sistem buffer
terganggu yang selanjutnya akan mempengaruhi keseimbangan faktor kimia
perairan. Derajat keasaman atau pH juga mempengaruhi spesiasi unsur-unsur kimia.
Derajat keasaman ini akan mempengaruhi BOD5, ketersediaan fosfat, nitrogen,
13

silikat, serta unsur-unsur nutrien lainnya di perairan (Dodjlido dan Best 1993 in
Ippah 2007).

2.3.6. Oksigen terlarut (DO)


Oksigen terlarut merupakan salah satu bentuk gas terlarut yang paling penting
dalam sistem kehidupan perairan. Kadar oksigen di perairan dipengaruhi oleh suhu,
salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen berfluktuasi tergantung
pada proses pencampuran, pergerakan massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan
limbah yang masuk ke dalam badan perairan (Effendi 2003).
Oksigen terlarut merupakan unsur yang paling penting sebagai pengatur
metabolisme bagi tumbuh dan berkembang biak (Razak 1992). Penurunan oksigen
terlarut secara temporer selama beberapa hari biasanya tidak mempunyai pengaruh
yang berarti karena kerang dapat melakukan metabolisme secara aerob namun
metabolisme ini dapat menyebabkan kerang kekurangan energi sehingga
mempengaruhi aktivitas lainnya seperti reproduksi dan pertumbuhan (Setyobudiandi
2000 in Ippah 2007). Kadar oksigen terlarut optimum bagi moluska bentik adalah
4,1-6,6 ppm, sedangkan kadar minimal yang masih dalam batas toleransi adalah 4
ppm (Clark 1974).

2.3.7. Struktur populasi


2.3.7.1. Analisis frekuensi panjang
Analisis frekuensi panjang digunakan untuk menentukan kelompok ukuran
ikan yang didasarkan kepada anggapan bahwa frekuensi panjang individu dalam
suatu spesies dengan kelompok umur yang sama akan bervariasi mengikuti sebaran
normal (Effendie 1997). Panjang ikan dapat ditentukan dengan mudah dan cepat di
lapangan, karena panjang ikan dari umur yang sama cenderung membentuk suatu
distribusi normal sehingga umur bisa ditentukan dari distribusi frekuensi panjang
melalui analisis kelompok umur. Kelompok umur bisa diketahui dengan
mengelompokkan ikan dalam kelas-kelas panjang dan menggunakan modus panjang
kelas tersebut untuk mewakili panjang kelompok umur. Hasil identifikasi kelompok
14

umur dapat digunakan untuk menghitung pertumbuhan dan laju pertumbuhan


(Shreck & Moyle 1990).
Ketika suatu contoh besar yang tidak bias diambil dari suatu stok ikan atau
invertebrata, panjang masing-masing individu bisa diukur dan digambarkan sebagai
diagram frekuensi panjang. Jika pemijahan terjadi sebagai suatu peristiwa diskret,
hal ini akan menghasilkan kelompok ukuran atau kelas yang berbeda yang
dibuktikan dengan puncak atau modus pada distribusi frekuensi panjang (King
1995). Setelah komposisi umur diketahui melalui analisis frekuensi panjang, maka
parameter pertumbuhan dapat ditentukan dengan metode-metode estimasi yang
sesuai.

2.3.7.2. Pertumbuhan dan mortalitas


Pertumbuhan pada tingkat populasi merupakan pertambahan jumlah dan
biomassa totalnya. Kajian pertumbuhan pada dasarnya menyangkut ukuran badan
sebagai suatu fungsi dari umur populasi. Pertumbuhan populasi sebagai bagian
dalam mempercepat penambahan anggota baru ke dalam suatu kelompok baik berat
maupun jumlah atau suplai baru berasal dari pertumbuhan reproduksi melalui
tahapan tertentu dalam daur hidupnya dan mencapai ukuran tertentu dari
pertumbuhan somatik (Ricker 1975). Dalam pengukuran petumbuhan populasi
kerang dengan mengukur pertambahan cangkang. Pertumbuhan ikan dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam umumnya
adalah faktor yang sulit dikontrol seperti keturunan, sex, umur, parasit, dan penyakit.
Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan ikan yaitu suhu dan makanan
(Effendie 1997).
Laju penambahan populasi dipengaruhi oleh pertumbuhan dan laju reproduksi
dan selanjutnya nilai kematian didasarkan pada kepadatan (Russel-Hunter 1968 in
Ippah 2007). Kepadatan yang tinggi akan mempengaruhi tingginya produksi dari
bivalvia karena tingginya biomassa per satuan luas dari organisme dalam
memberikan kesempatan stadia dewasa untuk melakukan proses produksi (Burke
1980 in Ippah 2007).
Mortalitas alami adalah mortalitas yang terjadi karena berbagai sebab selain
penangkapan seperti pemangsaan, penyakit, stress pemijahan, kelaparan, dan usia
15

tua (Sparre dan Venema 1999). Menurut Beverton & Holt (1957), menduga bahwa
depresi merupakan faktor eksternal yang umum sebagai penyebab mortalitas alami.
Nilai laju mortalitas alami berkaitan dengan nilai parameter pertumbuhan Von
Bertalanffy K dan L∞. Ikan yang pertumbuhannya cepat (nilai K tinggi) mempunyai
M tinggi dan sebaliknya. Nilai M berkaitan dengan nilai L∞ karena pemangsa ikan
besar lebih sedikit dari ikan kecil. Berdasarkan penelitian Pauly (1980) in Sparre dan
Venema (1999) menyatakan bahwa pada 175 stok ikan yang berbeda, faktor
lingkungan yang mempengaruhi nilai M adalah suhu rata-rata perairan selain faktor
panjang maksimum (L∞) dan laju pertumbuhan. Sedangkan mortalitas penangkapan
adalah mortalitas yang terjadi akibat adanya aktivitas penagkapan (Sparre dan
Venema 1999).
Pada daerah yang tereksploitasi, awalnya jumlah populasi stadia induk
mengalami penurunan. Apabila terjadi peningkatan eksploitasi maka akan
mempengaruhi penurunan stadia di bawahnya karena ketersediaan individu baru
dipengaruhi oleh berkurangnya atau hilangnya induk yang matang gonad. Menurut
Miller (1973) in Ippah (2007) bahwa suatu populasi bentik yang tereksploitasi dan
mengalami pemulihan stok baru akan bergantung pada jumlah induk yang
menghasilkan telur dan upaya penangkapan yang dilakukan. Jika upaya
penangkapan begitu besar atau tepat menyamai ketersediaan populasi induk yang
tersedia maka populasi ini akan mengalami penurunan secara terus menerus dan
pada tingkat tertentu organisme ini akan mengalami kepunahan, sedangkan apabila
ketersediaan populasi induk lebih besar sedang yang tertangkap dalam jumlah yang
kecil maka akan memberikan kesempatan kepada penambahan individu baru untuk
tumbuh menjadi dewasa. Suatu tingkat pemanfaatan yang optimal adalah tingkat
pemanfaatan dimana jumlah populasi yang ditangkap sebanding dengan tambahan
jumlah atau kepadatan karena perkembangbiakan dan pertumbuhan serta penyusutan
karena kematian alami (Parson et al. 1993 in Ippah 2007).

2.3.7.3. Hubungan panjang bobot


Analisis hubungan panjang bobot bertujuan untuk mengetahui pola
pertumbuhan ikan dengan menggunakan parameter panjang dan bobot. Bobot dapat
dianggap sebagai salah satu fungsi dari panjang. Nilai yang didapat dari perhitungan
16

panjang bobot ini adalah untuk menduga bobot dari panjangnya atau sebaliknya.
Selain itu juga dapat diketahui pola pertumbuhan, kemontokan, dan pengaruh
perubahan lingkungan terhadap pertumbuhan ikan (Effendie 1997).
Panjang ikan sering lebih mudah didapatkan dibandingkan dengan umur atau
bobotnya. Menurut Effendie (1997) menyatakan bahwa jika panjang dan bobot
diplotkan dalam suatu gambar maka akan didapatkan persamaan W = aLb, dimana
W adalah bobot, L adalah panjang, a dan b adalah suatu konstanta. Nilai b
berfluktuasi antara 2 dan 4 tetapi kebanyakan mendekati 3 karena pertumbuhan
mewakili peningkatan dalam tiga dimensi sedangkan pengukuran panajng diambil
dari satu dimensi. Nilai b yang merupakan konstanta adalah nilai pangkat yang
menunjukkan pola pertumbuhan ikan. Hubungan ini juga memungkinkan untuk
membandingkan individu dalam satu populasi maupun antar populasi (Lagler et al.
1977). Nilai b sama dengan 3 menggambarkan pertumbuhan isometrik, yang akan
mencirikan ikan yang mempunyai bentuk tubuh tidak berubah (Ricker 1975) atau
pertambahan panjang ikan seimbang dengan pertambahan bobotnya. Nilai b tidak
sama dengan 3 menggambarkan pertumbuhan allometrik. Jika b kurang dari 3
menunjukkan keadaan ikan yang kurus dimana pertambahan panjang lebih cepat
dibandingkan pertambahan bobotnya. Jika b lebih dari 3 menunjukkan pertambahan
bobot lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan panjangnya (Effendie 1997).
17

3. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Mei 2010
di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada dan Bojonegara, Teluk Banten, Provinsi
Banten setiap dua bulan sekali (Gambar 3 dan Gambar 4). Pemilihan stasiun
berdasarkan asumsi bahwa ketiga stasiun di perairan Teluk Lada dan kedua stasiun
di perairan Teluk Banten memiliki kondisi perairan yang berbeda. Pengukuran
kualitas air dan substrat dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan
Perairan (Proling), analisis biota di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Posisi stasiun lokasi pengamatan di perairan Teluk Lada dan Teluk
Banten dapat ditunjukkan pada Tabel 2.

Gambar 3. Stasiun pengamatan di perairan Teluk Lada


18

Gambar 4. Stasiun pengamatan di perairan Teluk Banten

Tabel 2. Posisi stasiun pengamatan

Lokasi Stasiun Letak


Teluk Lada 1 6°26'20,77" LS 105°48'45,1" BT
2 6°27'12,42" LS 105°48'04,5" BT
3 6°28'59,69" LS 105°46'33,5" BT
Teluk Banten 1 5°59'37,80" LS 106°06'34,3" BT
2 5°58'55,00" LS 106°06'04,9" BT

3.2. Alat dan Bahan


Selama pengambilan contoh, dibutuhkan alat dan bahan untuk menunjang
penelitian dilapangan. Alat yang digunakan yaitu: perahu, “garok”, GPS, alat tulis,
spidol permanen, kertas label, papan jalan, eikman grab, van dorn water sampler,
ice box, polybag, secchi disk, thermometer, refraktometer, kertas pH, stopwatch,
kompas bidik, transek ukuran 1×1 m, tali tambang berskala, alat titrimetrik, botol
BOD, botol contoh, jangka sorong, dan timbangan analitik. Bahan yang digunakan
yaitu: akuades, es, dan bahan-bahan untuk titrasi. Analisis pengukuran panjang
19

kerang darah menggunakan jangka sorong dengan tingkat ketelitian 0,01 mm dan
untuk mengukur bobot digunakan timbangan analitik dengan ketelitian 0,0001 gr.

3.3. Metode Pengumpulan Data


3.3.1. Penentuan stasiun penelitian
Stasiun penelitian ditentukan secara sistematik horizontal pada setiap lokasi
pengamatan dan dibedakan berdasarkan asumsi bahwa terjadi perbedaan kondisi
lingkungan pada masing-masing stasiun. Perairan Panimbang terdiri dari 3 stasiun
dengan kedalaman rata-rata perairan 3–4 meter, yaitu stasiun 1 merupakan stasiun
yang berdekatan dengan PLTU yang berjarak 1 km dari sekitar Muara Bama, stasiun
2 terletak di Tegal Papak dengan di sekitarnya terdapat tambak udang dan
perkebunan kelapa, dan stasiun 3 terletak di Muara Panimbang dengan banyaknya
pemukimam di sepanjang Sungai Ciliman. Sementara Perairan Bojonegara dengan
kedalaman rata-rata perairan 60 cm, terdapat dua stasiun yang juga memiliki kondisi
lingkungan yang berbeda. Stasiun 1 terletak di Kali Teratai dengan di sekitarnya
terdapat industri minyak kelapa dan stasiun 2 terletak di Kali Wadas dengan di
sekitarnya terdapat industri penyimpanan batu bara dan industri gula. Pada saat
pengambilan contoh kerang darah diambil pada setiap stasiun dengan ulangan
sebanyak 2 kali.

3.3.2. Pengambilan contoh Anadara granosa, L


Kerang darah di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada diambil dengan
menggunakan alat tangkap “garok” yang ditarik oleh kapal motor pada setiap
stasiun. Alat ini menyerupai kantong yang bagian mulutnya diberi bingkai yang
terbuat dari besi berbentuk segitiga sama sisi. Pada bagian bawah bingkai diberi
gigi-gigi dari besi (gigi garok). Pengoperasian alat garok ini bisa mencapai
kedalaman sekitar 3-6 meter. Alat ini dioperasikan dari atas perahu, dimana pada
saat penarikan garok, nelayan menggunakan semacam garden (alat penggulung tali)
(Gambar 5).
Cara pengoperasian garok adalah sebagai berikut: mula-mula garok
dilemparkan ke perairan. Eksploitasi dilakukan dengan menurunkan garok dari salah
20

satu sisi perahu, kemudian ditarik menelusuri dasar perairan melalui tali panjang
yang salah satu ujungnya diikatkan pada salah satu patok. Kerang-kerangan yang
terkena garok akan masuk ke dalam kantong yang ada di bagian belakang alat-alat
tersebut.

Gambar 5. Garok

Sementara itu, di perairan Bojonegara pengambilan biota dilakukan dengan


cara tradisional yaitu dengan menggunakan perahu menuju stasiun. Di setiap stasiun
digunakan transek kuadrat ukuran 1×1 m (Gambar 6) secara purposive sampling dan
pengambilan kerang dengan menggunakan tangan.
Kerang yang ditangkap kemudian dimasukkan kedalam polybag yang sudah
diberi label dan dimasukkan ke dalam ice box yang berisi es. Setelah itu dibawa ke
laboratorium untuk diidentifikasi yang kemudian diukur panjang, lebar, tebal, tinggi
umbo, simetri kiri dan kanan, dan Hinge Line Ligament (HLL) dengan
menggunakan jangka sorong serta berat total dan berat daging dengan menggunakan
timbangan analitik. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kelompok ukuran dari
kerang darah. Data panjang yang digunakan yaitu tinggi kerang dimana berupa
ukuran dari bagian dorsal (umbo) menuju bagian ventral.
21

Gambar 6. Transek kuadrat 1 x 1 meter

3.3.3. Analisis kualitas air


Pengukuran parameter fisika yang dilakukan secara in situ adalah suhu,
salinitas, dan arus sedangkan parameter kimianya adalah oksigen telarut (DO) dan
pH (Tabel 3).

Tabel 3. Komponen parameter fisika-kimia yang diukur beserta alat/ metode


pengukurannya
Parameter Satuan Alat/Metode Tempat analisis
FISIKA SEDIMEN
Eikman grab/grafik segitiga
Tekstur % Millar Laboratorium
BIOLOGI
Garok dan manual dengan
Bivalvia ind/m2 tangan in situ & Lab
FISIKA AIR
Arus cm/detik Floating droadge/visual in situ
0
Suhu C Termometer/pemuaian in situ
Salinitas ‰ Hand refraktometer/ in situ
refraksi cahaya
KIMIA AIR
pH Kertas pH in situ
DO mg/l Titrasi/modifikasi titrasi in situ
Winkler
22

3.3.4. Analisis substrat


Contoh substrat dasar perairan diambil sebelum dilakukan pengambilan contoh
kerang dan dimasukkan ke dalam kantong plastik hitam. Contoh substrat dasar
perairan yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui komposisi (%) liat, debu, pasir,
di laboratorium. Penentuan tipe ini menggunakan segitiga Millar yang
menggolongkan tipe substrat berdasarkan perbandingan liat, pasir, dan debu
(Gambar 7). Alat/ metode yang digunakan yaitu Eikman grab/ grafik segitiga Millar
dan lokasi pengukuran contoh substrat dilakukan di laboratorium (Tabel 3).

Gambar 7. Segitiga Millar (Brower et al. 1990)

3.4. Analisis Data


3.4.1. Densitas (kepadatan) populasi
Kepadatan adalah jumlah individu per satuan luas atau volume (Brower et al.
1990). Kepadatan jenis Anadara per satuan luas dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:



Keterangan:
D = Kepadatan jenis Anadara (individu/m2)
x = Jumlah individu jenis Anadara per kuadrat yang diukur (individu)
m = Luas kuadrat pengambilan contoh (m2)
23

3.4.2. Pola sebaran jenis


Untuk mengetahui pola sebaran jenis suatu organisme pada habitat, digunakan
Indeks Sebaran Morisita (Brower et al. 1990). Rumus untuk menghitung Indeks
Sebaran Morisita adalah sebagai berikut:


  
  

Keterangan:
Id = Indeks Sebaran Morisita
q = Jumlah kuadrat pengambilan contoh
ni = Jumlah individu jenis pada kuadrat contoh ke-i
N = Jumlah total individu jenis dari semua kuadrat contoh

Hasil perhitungan Indeks Sebaran Morisita dibandingkan dengan kriteria


sebagai berikut:
Id < 1 : Pola sebaran individu jenis bersifat seragam
Id = 1 : Pola sebaran individu jenis bersifat acak
Id > 1 : Pola sebaran individu jenis bersifat mengelompok

Untuk menguji kebenaran Indeks Sebaran Morisita diatas, digunakan suatu uji
statistik, yaitu Uji Chi-Kuadrat (Brower et al. 1990) dengan persamaan sebagai
berikut:
∑ 
 


Keterangan:
χ2 = Nilai Chi-Kuadrat
n = Jumlah unit pengambilan contoh
xi = Jumlah individu tiap stasiun
N = Jumlah total individu yang diperoleh
i = 1, 2, 3,…, s

Nilai χ2 hitung dibandingkan dengan nilai χ2 tabel. Jika nilai χ2 hitung lebih besar
dari χ2 tabel maka penyebaran adalah mengelompok, dan jika χ2 hitung lebih kecil
dari χ2 tabel maka penyebaran adalah acak.

3.4.3. Distribusi frekuensi panjang


Pendugaan kelompok ukuran dilakukan dengan menganalisis frekuensi
panjang. Distribusi frekuensi panjang dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok
24

umur yang diasumsikan menyebar normal, masing-masing dicirikan oleh nilai


tengah (µ) dan simpangan baku (σ). Menurut Boer (1996), jika fi adalah frekuensi
ikan dalam kelas panjang ke-i (i = 1, 2, ...,N), µ j adalah rata-rata panjang kelompok
umur ke-j, σj adalah simpangan baku panjang kelompok umur ke-j dan pi adalah
proporsi ikan dalam kelompok umur ke-j (j = 1, 2, ...,G), maka fungsi objektif yang
digunakan untuk menduga { µˆ j , σˆ j , p̂ } adalah fungsi kemungkinan maksimum

(maksimum likelihood function) :


 

L    log   
 
(1)

 xi − µ j  2
1 
1 2
 σj 

qij = e yang merupakan fungsi kepekatan sebaran normal dengan
σ j 2π
nilai tengah µ j dan simpangan baku σj. xi adalah titik tengah kelas panjang ke-i.
Fungsi objektif L ditentukan dengan cara mencari turunan pertama L masing-masing
terhadap µ j, σj dan pj sehingga diperoleh dugaan µˆ j , σˆ j , dan p̂ yang akan digunakan

untuk menduga parameter pertumbuhan.


Distribusi frekuensi panjang didapatkan dengan menentukan selang kelas, nilai
tengah kelas, dan frekuensi dalam setiap kelompok panjang. Adapun langkah-
langkahnya sebagai berikut:
1. Menentukan nilai minimum dan nilai maksimum dari seluruh data panjang
total kerang.
2. Dengan melihat hasil pengamatan frekuensi pada setiap selang kelas panjang
kerang ditetapkan jumlah kelas dan interval kelas.
3. Menentukan limit bawah kelas bagi selang kelas yang pertama dan kemudian
limit atas kelas. Limit atas kelas didapatkan dengan cara menambahkan lebar
kelas pada limit bawah kelas.
4. Mendaftarkan semua limit kelas untuk setiap selang kelas.
5. Menentukan nilai tengah kelas bagi masing-masing kelas dengan merata-
ratakan limit kelas.
6. Menentukan frekuensi bagi masing-masing selang kelas.
25

Distribusi frekuensi panjang yang telah ditentukan dalam masing-masing


kelas, diplotkan dalam sebuah grafik untuk melihat jumlah distribusi normalnya.
Dari grafik tersebut terlihat jumlah puncak yang menggambarkan jumlah kelompok
umur yang ada. Pergeseran distribusi frekuensi panjang menggambarkan jumlah
kelompok umur yang ada (kohort). Bila terjadi pergeseran modus distribusi
frekuensi panjang berarti terdapat lebih dari satu kohort. Bila terdapat lebih dari satu
kohort, maka dilakukan pemisahan distribusi normal. Metode yang dapat digunakan
untuk memisahkan distribusi komposit ke dalam distribusi normal adalah metode
Bhattacharya (1967) dengan bantuan software program FISAT II (Sparre dan
Venema 1999).

3.4.4. Pertumbuhan dan mortalitas


Plot Ford-Walford merupakan salah satu metode paling sederhana dalam
menduga persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy dengan interval waktu
pengambilan contoh yang sama (Sparre dan Venema 1999). Persamaan
pertumbuhan Von Bertalanffy dapat dinyatakan sebagai berikut:

!"  !# $ %&'"&"( ) (2)

Keterangan: Lt = panjang ikan pada saat umur t (satuan waktu)


L∞ = panjang maksimum yang dapat dicapai ikan (panjang asimtotik)
K = koefisien pertumbuhan
t0 = umur teoritis pada saat panjang sama dengan nol

Untuk t0 sama dengan nol, maka persamaan (2) dapat ditulis menjadi:

L*  L∞ $1 e&-* ) (3)

 L∞ L∞ e&-* (4)

L∞  L* . L∞ e&-* (5)

L∞ L*  L∞ e&-* (6)

Untuk t = t +1 dan t = t, maka L t+1 - Lt pada persamaan (3) menjadi:


26

L*/ L*  L∞ 01 e&- */ 1 L∞ $1 e&-* ) (7)

 L∞ e&- */ . L∞ e&-* (8)


 L∞ e&-* $1 e&- ) (9)

Menyubstitusikan persamaan (6) ke persamaan (9) diperoleh persamaan:


L*/ L*  $L∞ L* )$1 e&- ) (10)
 L∞ $1 e&- ) L* . L* e&- (11)

L*/  L∞ $1 e&- ) . L* e&- (12)

Lt dan Lt+1 merupakan panjang ikan pada saat t dan panjang ikan yang dipisahkan
oleh interval waktu yang konstan (1=tahun, bulan, atau minggu) (Pauly 1984).
Persamaan (12) dapat diduga dengan persamaan regresi linear y = b0 + b1 x, jika Lt
sebagai sumbu x (absis) diplotkan terhadap Lt+1 sebagai sumbu y (ordinat) maka
terbentuk kemiringan (slope) sama dengan dan titik potong dengan sumbu x

sama dengan L∞ $ 1 e&- ) . Dengan demikian, nilai K dan L∞ diperoleh dengan cara
sebagai berikut:

K = - ln (b) (13)

dan

2
L∞  (14)
&3

Mortalitas di bagi menjadi dua, yaitu mortalitas alami dan mortalitas


penangkapan. Mortalitas alami meliputi peristiwa seperti kematian karena penyakit,
predasi, kompetisi, tua, dan pencemaran, sedangkan mortalitas penangkapan
meliputi peristiwa seperti kematian karena disebabkan oleh penangkapan.
Mortalitas total (Z) menggunakan persamaan Jones dan Van Zalinge dan mortalitas
alami (M) menggunakan rumus empiris Pauly dengan bantuan software dalam
program FISAT II.
27

Mortalitas total (Z) diperoleh dengan menggunakan Persamaan Jones dan Van
Zalinge yaitu:
8
Ln CL, L∞   a . 9 lnL∞ L (15)
-

dimana C (L,L∞) adalah hasil tangkapan kumulatif pada panjang L dan diatasnya.
Kemiringan regresi linier yang dihitung dengan persamaan diatas adalah Z/K
sehingga dugaan Z dapat diperoleh dari:
Z = K * kemiringan
Sedangkan untuk mortalitas alami (M) digunakan rumus empiris Pauly (Sparre dan
Venema 1999) yaitu:

Ln M = - 0,152 – 0,279*ln L∞ + 0,6543*lnK + 0,463*lnT

dimana M (per tahun) adalah mortalitas alami, K (per tahun) adalah koefisien
pertumbuhan, L∞ (mm) adalah panjang infinitif yang merupakan panjang dugaan
yang mungkin dicapai oleh ikan yang diamati, dan T adalah rata-rata suhu
permukaan air tahunan dalam derajat Celsius.
Setelah didapatkan nilai Z (mortalitas total) dan nilai M (mortalitas alami),
maka didapatkan pula nilai F (mortalitas penangkapan) (Pauly 1984) dari
persamaan:
F=Z–M
Sehingga didapatkan pula laju eksploitasi dengan menggunakan rumus:

3.4.5. Hubungan panjang bobot


Hubungan panjang bobot ini digambarkan dalam dua bentuk yaitu isometrik
dan allometrik (Hile 1963 in Effendie 1997). Untuk kedua pola ini terdapat pada
persamaan:
W=aLb
Jika dilinearkan melalui transformasi logaritma, maka diperoleh persamaan:
Log W = Log a + b Log L
28

Untuk mendapatkan parameter a dan b, digunakan analisis regresi linier sederhana


dengan Log W sebagai variabel tak bebas dan Log L sebagai variabel bebas.
Untuk menguji b ≥ 3 (pertambahan bobot lebih cepat daripada pertambahan
panjang) atau b < 3 (pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan bobot)
(Sukimin et al. 2006) dilakukan uji-t satu arah dengan hipotesis:
H0 : β ≥ 3, hubungan panjang dengan bobot adalah allometrik positif
H1 : β < 3, hubungan panjang dengan bobot adalah allometrik negatif
Allometrik positif, jika b ≥ 3 (pertambahan bobot lebih cepat daripada pertambahan
panjang) dan allometrik negatif, jika b < 3 (pertambahan panjang lebih cepat
daripada pertambahan bobot).
thitung =

b1 adalah nilai b (hubungan dari panjang berat), b0 adalah 3, dan sb1 adalah
simpangan koefisien b.
Selanjutnya, nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada selang
kepercayaan 95%. Kemudian untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan, kaidah
keputusan yang diambil mengacu pada Nasoetion & Barizi (1980) yaitu: jika thitung >
ttabel maka tolak H0 (hipotesis nol) dan jika thitung < ttabel maka gagal tolak H0
(hipotesis nol).
29

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Perairan


4.1.1.Perairan PLTU Labuan, Teluk Lada
Secara geografis Kabupaten Pandeglang terletak antara 6º21’-7º10’ LS dan
104º48’-106º11’ BT, memiliki luas wilayah 2,747 km2 (274.689,91 ha) atau sebesar
29,98% dari luas Provinsi Banten dengan panjang pantai mencapai 307 km. Secara
administratif dibagi menjadi 322 desa, 13 kelurahan, dan 31 kecamatan, dengan
batas-batas administrasi, yaitu:
- sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang
- sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda
- sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia
- sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak
Perairan PLTU Labuan, Teluk Lada, merupakan wilayah yang terletak diantara
Kecamatan Panimbang dan Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang yang
dibatasi olah Tanjung Ketapang disebelah Timur dan Tanjung Citereup disebelah
Barat, sehingga daerah tersebut merupakan teluk kecil di dalam Teluk Lada. Di
sekitar perairan terdapat berbagai aktivitas diantaranya PLTU, perkebunan kelapa,
budidaya, penangkapan, dan pemukiman penduduk.

4.1.2.Perairan Bojonegara, Teluk Banten


Perairan Bojonegara memiliki batas-batas administratif yaitu:
- sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa
- sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Terate
- sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kerang Kepuh
- sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Banten
Menurut Yulianda et al. (1994) bahwa perairan Bojonegara relatif dangkal dengan
kedalaman rata-rata 5-7 meter. Suhu berkisar 28,6-31,4 OC dan arus sedang dengan
kecepatan berkisar 0-33,9 cm/detik dengan arah dominan. Salinitas bervariasi antara
28-35 ‰. Perairan Bojonegara didominasi oleh masukan air tawar dari Sungai
Wadas. Di sekitar pantai Bojonegara sudah berdiri beberapa pabrik kimia, plastik,
30

industri perakitan dan gelanggang kapal serta jenis lainnya. Selanjutnya di sekitar
Keragilan dan Cikande juga berkembang berbagai aneka industri (tekstil, kulit, dan
kertas) yang sebagian besar berkolerasi disepanjang Sungai Ciujung yang airnya
juga memasuki Teluk Banten. Semua kegiatan tersebut akan menghasilkan berbagai
limbah yang secara langsung maupun tidak langsung dapat masuk ke dalam perairan
yang selanjutnya dapat menggangu kehidupan dan kelestarian biota di dalamnya
(Mayunar et al. 1995).

4.2. Substrat atau Sedimen


Substrat merupakan parameter yang sangat penting bagi kehidupan kerang
darah sebagai habitat atau tempat hidupnya. Tipologi substrat di perairan PLTU
Labuan, Teluk Lada pada umumnya adalah pasir hingga lempung berpasir,
sedangkan di perairan Bojonegara, Teluk Banten adalah pasir berlempung hingga
lempung berpasir (Tabel 4).

Tabel 4. Tipologi substrat di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada dan Bojonegara,
Teluk Banten

Stasiun
Lokasi pengamatan Pasir (%) Debu (%) Liat (%) Tipe substrat

Muara Bama 92,73 3,84 3,43 Pasir


PLTU Pasir
Labuan, Tegal Papak 77,02 8,24 14,74 berlempung
Teluk Lada Lempung
Muara Panimbang 67,74 15,36 16,90 berpasir
Pasir
Bojonegara, Kali Teratai 85,97 8,48 5,55 berlempung
Teluk Banten Lempung
Kali Wadas 69,14 18,35 12,51 berpasir

Stasiun Muara Bama memiliki tipe substrat yaitu berupa pasir dengan
komposisi fraksi tanah yang terdiri dari 92,73% pasir; 3,84% debu; dan 3,43% liat.
Stasiun Tegal Papak memiliki tipe substrat yaitu berupa pasir berlempung dengan
komposisi fraksi tanah yang terdiri dari 77,02% pasir; 8,24% debu; dan 14,74% liat.
Stasiun Muara Panimbang memiliki tipe substrat yaitu berupa lempung berpasir
dengan komposisi fraksi tanah yang terdiri dari 67,74% pasir; 15,36% debu; dan
31

16,90% liat. Stasiun Kali Teratai memiliki tipe substrat yaitu berupa pasir
berlempung dengan komposisi fraksi tanah yang terdiri dari 85,97% pasir; 8,48%
debu; dan 5,5% liat. Sementara itu stasiun Kali Wadas memiliki tipe substrat yaitu
berupa lempung berpasir dengan komposisi fraksi tanah yang terdiri dari 69,14 %
pasir; 18,35% debu; dan 12,51% liat.
Spesies kerang darah banyak ditemukan di stasiun Muara Bama, perairan
PLTU Labuan, Teluk Lada dengan tipe substrat berupa pasir, sedangkan di stasiun
Tegal Papak dan Muara Panimbang belum ditemukannya kerang darah selama
waktu pengamatan. Menurut Phatansali (1966) in Hery (1998) bahwa semua spesies
Anadara umumnya mendiami substrat yang lunak dan dapat ditemukan pada
substrat lumpur berpasir tetapi densitas tertinggi di daerah intertidal berbatasan
dengan mangrove. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan kondisi habitat saat di
lokasi pengamatan dengan literatur yang didapatkan. Kerang darah di perairan
PLTU Labuan, Teluk Lada, diduga memiliki kemampuan adaptasi yang cukup
tinggi terhadap tipe substrat berupa pasir namun belum ada kajian lebih lanjut.
Penelitian tentang populasi alami kerang darah pada dua lokasi di pantai Selangor,
Malaysia, ditemukan bahwa lokasi tersebut memiliki kandungan pasir sebesar 80-
90% (diameter partikel > 63 µm) yang menunjukkan bahwa substrat didominasi oleh
pasir (Broom 1988 in Hery 1998). Stasiun Kali Teratai dan Kali Wadas pada
perairan Bojonegara, Teluk Banten, masing-masing-masing memiliki tipe substrat
berupa pasir berlempung dan lempung berpasir. Hal ini menunjukkan bahwa kerang
darah dapat hidup di kedua lokasi pengamatan tersebut.

4.3. Suhu
Kondisi perairan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan biota kerang darah yang ada di perairan. Suhu di perairan PLTU Labuan,
Teluk Lada berkisar antara 28-32 °C, sedangkan suhu di perairan Bojonegara, Teluk
Banten berkisar antara 26-30°C (Gambar 8).
Stasiun Muara Bama memiliki suhu yaitu 29 °C, 29 °C, dan 32 °C pada bulan
Desember, Maret, dan Mei. Stasiun Tegal Papak memiliki suhu yaitu 28 °C, 29 °C,
dan 31 °C pada bulan Desember, Maret, dan Mei. Stasiun Muara Panimbang
memiliki suhu yaitu 28 °C, 28 °C, dan 31 °C pada bulan Desember, Maret, dan Mei.
32

(a) (b)
Gambar 8. Suhu di perairan (a) PLTU Labuan, Teluk Lada,(b) Bojonegara,
Teluk Banten

Sementara itu, stasiun Kali Teratai memiliki suhu yaitu 28 °C, 30 °C, dan 30
°C pada bulan Desember, April, dan Mei. Stasiun Kali Wadas memiliki suhu yaitu
26 °C, 30 °C, dan 30 °C pada bulan Desember, April,dan Mei. Sebaran suhu yang
diperoleh memiliki kisaran yang sempit, relatif homogen, dan berbeda nyata pada
pengamatan tiap bulannya.
Stasiun Muara Bama memiliki suhu yang relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan Stasiun Muara Panimbang dan Tegal Papak. Hal ini dikarenakan stasiun
pengamatan tersebut lebih dekat ke arah muara sungai sehingga mendapat bahang
dari limpasan daratan yang menyebabkan suhu relatif lebih tinggi. Menurut Nontji
(2002) bahwa suhu air di dekat pantai biasanya sedikit lebih tinggi daripada yang di
lepas pantai. Suhu di stasiun Kali Teratai dan Kali Wadas memiliki kisaran suhu
yang relatif sama karena pada ke dua lokasi terletak di daerah estuari yang mendapat
masukan bahang dari limpasan daratan.
Suhu pada bulan Desember lebih rendah daripada bulan Maret, April, dan Mei
di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada dan Bojonegara, Teluk Banten. Hal ini
dikarenakan pada bulan tersebut merupakan musim barat dimana curah hujan cukup
tinggi. Pada musim barat pusat tekanan udara tinggi berkembang diatas benua Asia
dan pusat tekanan udara rendah terjadi diatas benua Australia sehingga angin
berhembus dari barat laut menuju Tenggara. Setiap bulan November, Desember, dan
Januari Indonesia bagian barat sedang mengalami musim hujan dengan curah hujan
yang cukup tinggi (Wyrtki 1961).
33

Suhu di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan perairan Bojonegara, Teluk Banten. Hal ini dikarenakan pada daerah
pengamatan di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada terdapat buangan limbah cair
panas dari PLTU Labuan 2 dengan suhu 40 °C setiap harinya ke dalam perairan.
Suhu perairan sangat berpengaruh dalam mengatur proses-proses alamiah organisme
akuatik baik pengaturan terhadap aktifitas metabolisme untuk pertumbuhan,
fisiologi, maupun reproduksinya. Menurut Clark (1974) bahwa suhu juga
berpengaruh terhadap efisiensi metabolisme organisme dalam suatu ekosistem
perairan. Suhu perairan di daerah penelitian masih cukup baik bagi kehidupan
kerang darah seperti yang dijelaskan oleh Squires et al. (1975) in Hery (1998),
Anadara spp. hidup pada kisaran suhu antara 26,0-37,5 °C.

4.4. Arus
Arus adalah gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal massa
air. Angin yang mendorong bergeraknya air permukaan, menghasilkan suatu
gerakan arus horizontal yang mampu mengangkat massa air yang sangat banyak.
Kecepatan arus di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada pada bulan Desember, Maret,
dan Mei berkisar antara 2,67–36,10 cm/detik (Tabel 5), sedangkan di perairan
Bojonegara, Teluk Banten memiliki kecepatan arus pada bulan Desember, April, dan
Mei berkisar antara 4,79–15,91 cm/detik (Tabel 6).

Tabel 5. Kecepatan arus (cm/detik) di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada


Desember Maret Mei
Stasiun
pengamatan Kec. arus Kec. arus Kec. arus
Arah (°) Arah (°) Arah (°)
(cm/detik) (cm/detik) (cm/detik)
Muara
10,19 21 2,85 230 3,92 225
Bama
Tegal
15,29 320 2,81 263 3,27 320
Papak
Muara
36,10 205 2,77 270 2,67 335
Panimbang
34

Tabel 6. Kecepatan arus (cm/detik) di perairan Bojonegara, Teluk Banten


Desember April Mei
Stasiun
pengamatan Kec. arus Kec. arus Kec. arus
Arah (°) Arah (°) Arah (°)
(cm/detik) (cm/detik) (cm/detik)
Kali Teratai 15,26 210 2,20 145 15,91 95

Kali Wadas 14,17 135 9,46 35 5,32 250

Stasiun Muara Bama memiliki kecepatan arus pada bulan Desember, Maret,
dan Mei yaitu 10,19 cm/detik; 15,29 cm/detik; dan 36,10 cm/detik. Stasiun Tegal
Papak memiliki kecepatan arus pada bulan Desember, Maret, dan Mei yaitu 2,85
cm/detik; 2,81 cm/detik; dan 2,77 cm/detik. Stasiun Muara Panimbang memiliki
kecepatan arus pada bulan Desember, Maret, dan Mei yaitu 3,92 cm/detik; 3,27
cm/detik; dan 2,67 cm/detik. Stasiun Kali Teratai memiliki kecepatan arus pada
bulan Desember, April, dan Mei yaitu 15,26 cm/detik; 2,20 cm/detik; dan 15,91
cm/detik. Stasiun Kali Wadas memiliki kecepatan pada bulan Desember, April, dan
Mei yaitu 14,17 cm/detik; 9,46 cm/detik; dan 5,32 cm/detik.
Dengan kisaran nilai tersebut kedua perairan ini termasuk kedalam perairan
berarus sangat lemah sekali hingga sedang dimana organisme bentik dapat menetap,
tumbuh dan bergerak bebas, pencampuran mulai berkurang, begitu pula dengan
pembaruan gas-gas terlarut dan bahan-bahan penting lain (Wood 1987). Pola arus di
perairan PLTU Labuan, Teluk Lada dominan menunjukkan ke arah barat, sedangkan
pola arus di perairan Bojonegara, Teluk Banten menunjukkan ke arah barat-timur.
Umumnya sifat perairan muara sungai, kecepatan dan arah arus di perairan PLTU
Labuan, Teluk Lada dan Bojonegara, Teluk Banten tidak mengikuti pola tertentu
(Lampiran 1), dikarenakan kondisi perairan yang sangat kompleks yang disebabkan
oleh pengaruh kombinasi beberapa faktor, seperti pasang surut dan aliran dari
sungai.

4.5. Salinitas
Salinitas di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada pada bulan Desember, Maret,
dan Mei berkisar antara 25,0–36,0 ‰, sedangkan di perairan Bojonegara, Teluk
Banten memiliki salinitas rata-rata pada bulan Desember, April, dan Mei berkisar
35

antara 19,0–30,0 ‰ (Gambar 9). Stasiun Muara Bama memiliki salinitas pada bulan
Desember, Maret, dan Mei yaitu 34,0 ‰; 25,0 ‰; dan 36,0 ‰. Stasiun Tegal Papak
memiliki salinitas pada bulan Desember, Maret, dan Mei yaitu 35,0 ‰; 26,0 ‰; dan
29,0 ‰. Stasiun Muara Panimbang memiliki salinitas pada bulan Desember, Maret,
dan Mei yaitu 35,0 ‰; 25,0 ‰; dan 29,0 ‰. Stasiun Kali Teratai memiliki salinitas
pada bulan Desember, April, dan Mei yaitu 20‰, 19‰, dan 23‰. Stasiun Kali
Wadas memiliki salinitas rata-rata pada bulan Desember, April, dan Mei yaitu 30,0
‰; 20,0 ‰; dan 27,0 ‰.

(a) (b)
Gambar 9. Salinitas (‰) pada (a) perairan PLTU Labuan, Teluk Lada
dan (b) perairan Bojonegara, Teluk Banten

Kadar salinitas di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada dan Bojonegara, Teluk
Banten berfluktuasi. Fluktuasi nilai salinitas di perairan daerah pasang surut
umumnya dipengaruhi oleh penguapan besar, curah hujan, dan berbagai aktivitas
manusia, terutama di daerah pesisir dekat muara sungai yang mengeluarkan
sejumlah besar air tawar (Venberg dan Venberg 1972). Salinitas di perairan
Bojonegara memiliki kisaran yang relatif rendah daripada di perairan PLTU Labuan.
Hal ini dikarenakan pada lokasi tersebut berdekatan dengan muara sungai sehingga
masukan air tawar lebih memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai salinitas
pada stasiun pengamatan tersebut. Nilai salinitas di kedua lokasi tersebut masih
cukup baik untuk kehidupan kerang darah. Menurut Setyobudiandi (1995) in Ippah
(2007) bahwa salinitas optimum bagi bivalvia berkisar antara 2,0–36,0 ‰. Kisaran
salinitas yang sangat besar ini menunjukkan bahwa stasiun pengamatan terpengaruh
36

dengan kondisi pasang, dimana pada saat ini aliran laut lebih berperan mendorong
air sungai masuk ke dalam sungai.

4.6. Derajat keasaman (pH)


Air laut merupakan penyangga (buffer) yang baik terhadap keadaan asam dan
basa yang disebabkan oleh datangnya air tawar dari sungai sehingga nilai pH di
perairan pantai relatif stabil. Nilai pH di perairan perairan PLTU Labuan, Teluk
Lada pada bulan Desember, Maret, dan Mei berkisar antara 7,00–8,00; sedangkan di
perairan Bojonegara, Teluk Banten memiliki pH pada bulan Desember, April, dan
Mei berkisar antara 7,08–8,00 (Gambar 10).

(a) (b)
Gambar 10. pH rata-rata pada (a) perairan PLTU Labuan, Teluk Lada
dan (b) perairan Bojonegara, Teluk Banten

Stasiun Muara Bama memiliki pH yaitu 8,00; 7,50; dan 7,50 pada bulan
Desember, Maret, dan Mei. Stasiun Tegal Papak memiliki pH yaitu 7,50; 7,00; dan
8,00 pada bulan Desember, Maret, dan Mei. Stasiun Muara Panimbang memiliki pH
yaitu 7,50; 7,50; dan 8,00 pada bulan Desember, Maret, dan Mei. Stasiun Kali
Teratai memiliki pH yaitu 8,00; 8,00; dan 7,81 pada bulan Desember, April, dan
Mei. Stasiun Kali Wadas memiliki pH yaitu 8,00; 8,00; dan 7,08 pada bulan
Desember, April, dan Mei.
Nilai pH pada ke dua lokasi pengamatan tersebut masih dikatakan normal bagi
pertumbuhan kerang darah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yonvitner (2001)
menjelaskan bahwa sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan
37

menyukai nilai pH sekitar 7,0-8,5. Nilai pH akan mempengaruhi proses biologi


kimiawi perairan. Keanekaragaman bentos mulai menurun pada pH 6,0-6,5 (Effendi
2003). Sementara menurut Russel-Hunter (1986) in Ippah (2007) menyatakan bahwa
nilai pH berpengaruh pada proses pemijahan kerang. Pemijahan kerang akan
dipercepat pada suasana basa dan pemijahan kerang yang optimum bagi moluska
bentik berkisar antara 6,5-7,5.

4.7. Oksigen telarut (DO)


Oksigen terlarut (DO) merupakan salah satu bentuk gas terlarut yang paling
penting dalam sistem kehidupan perairan. Nilai DO di perairan PLTU Labuan,
Teluk Lada pada bulan Desember, Maret, dan Mei berkisar antara 4,09-7 ,66 mg/l,
sedangkan di perairan Bojonegara, Teluk Banten pada bulan Desember, April, dan
Mei memiliki nilai DO berkisar antara 3,44-9,80 mg/l (Gambar 11).

(a) (b)
Gambar 11. Nilai DO (mg/l) rata-rata pada (a) perairan PLTU Labuan, Teluk Lada
dan (b) perairan Bojonegara, Teluk Banten

Stasiun Muara Bama memiliki nilai DO yaitu 6,66 mg/l; 5,83 mg/l; dan 4,84
mg/l pada bulan Desember, Maret, dan Mei. Stasiun Tegal Papak memiliki DO yaitu
4,05 mg/l; 5,00 mg/l; dan 6,45 mg/l pada bulan Desember, Maret, dan Mei. Stasiun
Muara Panimbang memiliki DO yaitu 5,00 mg/l; 5,41 mg/l; dan 7,66 mg/l pada
bulan Desember, Maret, dan Mei. Stasiun Kali Teratai memiliki DO yaitu 3,44 mg/l;
4,45 mg/l; dan 6,40 mg/l pada bulan Desember, April, dan Mei. Stasiun Kali Wadas
38

memiliki DO yaitu 4,80 mg/l; 9,80 mg/l; dan 4,80 mg/l pada bulan Desember, April,
dan Mei.
Kadar oksigen pada bulan Mei di stasiun Muara Bama, perairan PLTU
Labuan, Teluk Lada lebih rendah dibandingkan dengan bulan Desember dan Maret
karena suhu pada bulan tersebut relatif lebih tinggi. Sementara itu, di stasiun Tegal
Papak dan Muara Panimbang memiliki kadar oksigen yang meningkat pada bulan
Mei karena pada ke dua stasiun ini memiliki kadar salinitas yang relatif lebih
rendah. Selain itu juga kecepatan arus rata-rata pada waktu pengamatan sangat
lemah sehingga pergerakan massa air kurang begitu berpengaruh. Kadar oksigen di
perairan dipengaruhi oleh suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar
oksigen berfluktuasi tergantung pada proses pencampuran, pergerakan massa air,
aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah yang masuk ke dalam badan perairan
(Effendi 2003). Perairan Bojonegara, Teluk Banten pada bulan Desember memiliki
kadar DO yang rendah karena arus yang lebih cepat sehingga pengadukan air lebih
cepat terjadi yang dapat menyebabkan masuknya partikel tersuspensi ke dalam
perairan. Penurunan oksigen terlarut biasanya berasal dari penambahan zat-zat
organik ke dalam badan air (Connel dan Gregory 1995 in Pratami 2005). Menurut
Clark (1974) bahwa kadar oksigen terlarut optimum bagi moluska bentik adalah 4,1-
6,6 ppm, sedangkan kadar minimal yang masih dalam batas toleransi adalah 4 ppm
sehingga nilai DO di kedua lokasi tersebut masih dapat ditolerir oleh kerang darah.

4.8. Kepadatan
Kepadatan merupakan jumlah individu yang tertangkap persatuan luas area
pengambilan contoh. Anadara granosa, L di PLTU Labuan, Teluk Lada memiliki
kepadatan rata-rata berkisar antara 29–35 ind/m2, sedangkan di perairan Bojonegara,
Teluk Banten memiliki kisaran kepadatan rata-rata antara 3-31 ind/m2 (Gambar 12).
Stasiun Muara Bama pada Desember, Maret, dan Mei memiliki kepadatan rata-
rata masing-masing sebesar 30 ± 19,1 ind/m2; 29 ± 11,3 ind/m2; dan 35 ± 6,5 ind/m2.
Stasiun Kali Teratai memiliki kepadatan rata-rata pada bulan Desember, April, dan
Mei masing-masing sebesar 3 ± 3,5 ind/m2; 14 ± 2,8 ind/m2; dan 19 ± 0,7 ind/m2.
39

(a) (b)
2
Gambar 12. Kepadatan (ind/m ) kerang darah pada (a) perairan PLTU Labuan,
Teluk Lada dan (b) perairan Bojonegara, Teluk Banten

Stasiun Kali Wadas memiliki kepadatan rata-rata pada bulan Desember, April, dan
Mei masing-masing sebesar 31 ± 19,8 ind/m2; 25 ± 2,1 ind/m2; dan 16 ± 14,8
ind/m2. Besarnya simpangan baku yaitu sebesar 3,5 ind/ m2 (dengan kepadatan 3
ind/m2) pada bulan Desembar di stasiun Kali Teratai dan 14,8 ind/ m2 (dengan
kepadatan 16 ind/m2) pada bulan Mei 2010 di stasiun Kali Wadas dikarenakan
jumlah contoh kerang yang ada kurang mewakili populasinya yang sebenarnya.
Anadara granosa, L ditemukan di stasiun Muara Bama, perairan PLTU
Labuan, Teluk Lada, sedangkan di stasiun Tegal Papak dan Muara Panimbang tidak
ditemukan adanya kerang spesies tersebut. Hal ini dikarenakan pada stasiun Muara
Bama kualitas air menunjukkan kisaran nilai yang baik untuk mendukung kehidupan
kerang darah. Selain itu kerang darah memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi
terhadap tipe substrat pasir. Stasiun Tegal Papak dan Muara Panimbang tidak
ditemukannya kerang darah diduga karena pada daerah ini telah dilakukannya
penangkapan secara berlebihan oleh nelayan.
Kepadatan kerang darah di Kali Teratai mengalami peningkatan karena diduga
pada daerah tersebut merupakan daerah pembesaran bagi kerang darah. Ukuran
kerang yang tertangkap pada daerah ini sudah mencapai dewasa yaitu berkisar antara
18,3-41,3 mm. Kerang ini mencapai kematangan seksual pada ukuran panjang
anterior-posterior 18 sampai 20 mm ketika umurnya mencapai 6 bulan. Gonad
kerang darah mulai berkembang pada ukuran terkecil 15 sampai 16 mm (Pathansali
1966 in Erianto 2005). Hasil analisis kualitas air dan substrat pada stasiun ini juga
menunjukkan kisaran nilai yang baik untuk mendukung kehidupan kerang darah.
Pada stasiun Kali Wadas kepadatan rata-rata kerang yang tertangkap mengalami
40

penurunan. Hal ini dikarenakan pada daerah ini banyak dilakukan penangkapan oleh
nelayan.
Jumlah kepadatan rata-rata kerang darah di perairan PLTU Labuan, Teluk
Lada lebih rendah dibandingkan dengan perairan Bojonegara, Teluk Banten (P <
0,05). Hal ini dikarenakan pada perairan PLTU Labuan, Teluk Lada telah dilakukan
penangkapan secara berlebihan. Selain itu penggunaan alat tangkap garok yang
dapat merusak substrat dan merubah kondisi fisika-kimia perairan dan akan
berpengaruh pada kehidupan kerang darah pada stadia juvenil atau stadia dewasa.
Sesuai dengan pernyataan Russel-Hunter (1983) yang menyatakan bahwa perubahan
karakteristik sedimen dapat berakibat pada penurunan produktivitas kerang dan
stadia juvenil-dewasa. Penangkapan yang dilakukan di perairan Bojonegara, Teluk
Banten masih menggunakan cara tradisional dengan manual menggunakan tangan
sehingga belum terjadi penangkapan secara berlebihan.

4.9. Pola Sebaran Jenis


Kondisi lingkungan perairan pada saat pengamatan sangat mempengaruhi pola
sebaran jenis suatu perairan. Penentuan sebaran jenis dengan menggunakan Indeks
Morisita dimaksudkan untuk mengetahui pola sebaran jenis yang didapat, berupa
seragam, mengelompok, atau acak. Jenis dengan pola sebaran seragam sangat jarang
ditemukan di alam, walaupun bukan tidak mungkin dapat terjadi. Kriteria pola
sebaran Morisita (Id) ada tiga yaitu Id < 1 pola sebaran bersifat seragam, Id = 1 pola
sebaran bersifat acak, dan Id >1 pola sebaran bersifat mengelompok. Kriteria ini
menggambarkan kondisi ekologis habitat daerah penelitian (Brower et al. 1990).
Berdasarkan hasil pengukuran Indeks Morisita diketahui bahwa pola sebaran jenis
kerang darah di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada dan Bojonegara, Teluk Benten
memiliki pola sebaran jenis bersifat mengelompok (Tabel 7).
Pola sebaran kerang darah di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada setiap waktu
pengamatan bersifat mengelompok, tetapi pada bulan Mei pola sebaran kerang darah
bersifat acak mengelompok. Sementara itu, bulan April di perairan Bojonegara,
Teluk Banten memiliki pola sebaran bersifat acak mengelompok, sedangkan pada
bulan pengamatan lainnya bersifat mengelompok berarti suatu individu jenis hanya
dapat ditemukan di tempat tertentu sesuai dengan preferensi habitatnya. Hal ini
41

diduga berhubungan dengan tipe substrat dan ketersediaan makanan yang ada di
sekitar tempat hidupnya.

Tabel 7. Pola sebaran jenis Anadara granosa, L pada perairan PLTU Labuan, Teluk
Lada dan perairan Bojonegara, Teluk Banten

Daerah
Sampling n Id χ2hitung χ2 (0,05) Pola Sebaran
pengamatan
Teluk Lada 1 116 1,21 25,1379 3,8415 Mengelompok
2 114 1,07 8,9825 3,8415 Mengelompok
3 138 1,01 2,3478 3,8415 Acak mengelompok
Gabungan 368 1,09 37,6522 3,8415 Mengelompok
Teluk Banten 1 251 2,33 335,151 7,8143 Mengelompok
2 77 1,04 6,377 7,8143 Acak mengelompok
3 121 1,65 80,752 7,8143 Mengelompok
Gabungan 449 2,27 740,016 7,8143 Mengelompok

Pola sebaran mengelompok berkaitan erat dengan kemampuan larva hewan


bentik untuk memilih daerah yang akan ditempatinya. Larva tidak menetap begitu
saja pada perairan atau substrat yang ada jika tiba waktunya untuk bermertamorfosis
menjadi dewasa. Larva bereaksi terhadap faktor-faktor fisik kimia tertentu, jika
substrat tidak baik biota ini tidak menetap atau bermertamorfosis. Ini berarti bahwa
tipe substrat tertentu akan menarik jenis larva tertentu dan menolak jenis yang lain.
Larva juga bereaksi terhadap adanya organisme dewasa dari jenis yang sama.
Dengan terdapatnya biota dewasa berarti daerah tersebut cocok untuk habitat hidup.
Kemampuan larva memilih daerah untuk menetap serta kemampuannya untuk
menunda metamorphosis membuat penyebarannya tidak acak (Nybakken 1998).

4.10. Distribusi Frekuensi Panjang


Ukuran kerang darah di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada berturut-turut
pada bulan Desember, Maret, dan Mei adalah 8,8-32,7 mm; 10,8–24,7 mm; dan
8,8–24,7 mm. Frekuensi tertinggi di bulan Desember terletak pada ukuran 15,8–16,7
mm sebanyak 24 individu, bulan Maret pada ukuran 19,8–20,7 mm sebanyak 22
individu, dan bulan Mei pada ukuran 10,8–11,7 mm sebanyak 27 individu. Secara
42

keseluruhan frekuensi tertinggi pada ukuran 17,8-18,7 mm sebanyak 41 individu


(Gambar 13).

(a)

(b)

(c)

(d)
Gambar 13. Sebaran frekuensi panjang kerang darah di perairan PLTU Labuan,
Teluk Lada pada bulan (a) Desember, (b) Maret, (c) Mei, dan (d) total
pengambilan contoh
43

Ukuran kerang darah di perairan Bojonegara, Teluk Banten berturut-turut pada


bulan Desember, April, dan Mei adalah 15,2–32,1 mm; 15,2–31,1 mm; dan 15,2–
32,1 mm. Frekuensi tertinggi di bulan Desember terletak pada ukuran 22,2-23,1 mm
sebanyak 36 individu, bulan April pada ukuran 21,2–22,1 mm sebanyak 14
individu, dan bulan Mei pada ukuran 23,2–24,1 mmsebanyak 19 individu. Secara
keseluruhan frekuensi tertinggi pada ukuran 22,2–23,1 mm sebanyak 56 individu
(Gambar 14).

(a)

(b)

(c)

(d)
Gambar 14. Sebaran frekuensi panjang kerang darah di perairan Bojonegara,
Teluk Banten pada bulan (a) Desember, (b) April, (c) Mei, (d) total
pengambilan contoh
44

Frekuensi kelompok ukuran yang ditemukan berbeda-beda dan cenderung


meningkat setiap bulannya. Kerang darah yang diamati selama penelitian di perairan
PLTU Labuan, Teluk Lada berjumlah 368 individu masing-masing pada bulan
Desember, Maret, dan Mei yaitu 116 indvidu, 114 indvidu, dan 138 individu.
Panjang minimum dan maksimum kerang darah adalah 8,8 mm dan 32,1 mm.
Jumlah kerang darah yang tertangkap di perairan Bojonegara, Teluk Banten
sebanyak 429 individu, masing-masing pada bulan Desember, April, dan Mei yaitu
236 individu, 76 individu, dan 117 individu. Panjang minimum dan maksimum
kerang darah adalah 15,2 mm dan 31,9 mm.
Selang ukuran kerang darah yang tertangkap di perairan PLTU Labuan, Teluk
Lada lebih kecil daripada kerang darah di perairan Bojonegara, Teluk Banten. Hal
ini dikarenakan kerang darah di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada ditangkap
dengan alat tangkap garok sehingga ukuran yang tertangkap tidak selektif,
sedangkan kerang darah di perairan Bojonegara, Teluk Banten ditangkap dengan
menggunakan tangan sehingga kerang berukuran kecil yang rapuh tidak ikut
terambil. Adanya perbedaan metode ini menyebabkan ukuran kerang darah yang
terambil juga berbeda.
Modus distribusi frekuensi panjang kerang mengalami pergeseran selama
bulan Desember-Mei 2010 (Gambar 13). Pergeseran pertama dimulai dari distribusi
panjang pada bulan Desember dan Maret ke sebelah kanan kemudian pada bulan
Maret dan Mei distribusi frekuensi bergeser ke kiri. Hal ini menujukkan selama
bulan Desember hingga Mei terdapat dua kelompok ukuran. Pada bulan Maret dan
Mei terjadi penambahan kelompok umur yang lebih kecil dapat dijadikan sebagai
indikasi adanya rekruitmen pada interval waktu pengamatan. Namun untuk
menentukan musim pemijahan dan rekruitmen kerang darah di perairan PLTU
Labuan, Teluk Lada perlu dilakukan kajian lebih lanjut. Pergeseran selang ukuran
panjang kerang darah yang banyak tertangkap ke dalam selang ukuran yang lebih
besar dapat dijadikan sebagai indikasi adanya pertumbuhan pada interval waktu
pengamatan.
Gambar 14 menunjukkan adanya pergeseran selang ukuran panjang kerang
darah yang banyak tertangkap ke dalam selang ukuran yang lebih besar dapat
dijadikan sebagai indikasi adanya pertumbuhan pada interval waktu pengamatan.
45

Pertumbuhan somatik pada bivalvia dipengaruhi oleh ketersediaan makanan, siklus


tahunan, suhu, oksigen terlarut, umur, ukuran cangkang, cahaya, struktur populasi,
dan faktor-faktor lainnya (Bayne 1976 in Ippah 2007). Dengan adanya pertumbuhan
dalam interval waktu yang singkat maka dapat diduga bahwa kerang darah memiliki
laju pertumbuhan yang relatif kecil sehingga perlunya kajian lebih lanjut dalam
subbab pertumbuhan.
Panjang total maksimum kerang darah di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada
dan Bojonegara, Teluk Banten masing-masing adalah 32,1 dan 31,9 mm. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Narasimham (1969) in Broom (1982) bahwa panjang
total kerang darah dapat mencapai 49,5 mm. Adanya perbedaan panjang maksimum
yang diperoleh dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu perbedaan
lokasi, pengambilan contoh, keterwakilan contoh yang diambil, dan kemungkinan
terjadinya tekanan penangkapan yang tinggi. Spesies yang sama pada lokasi yang
berbeda akan memiliki pertumbuhan yang berbeda pula karena perbedaan faktor
dalam maupun faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan biota tersebut. Selain
itu, karena adanya pengacakan ketika pengambilan contoh sehingga peluang biota
besar terambil lebih besar.
Menurut Effendie (1997) faktor dalam adalah faktor yang sulit dikontrol
seperti keturunan, jenis kelamin, umur, parasit, dan penyakit. Faktor luar yang utama
mempengaruhi pertumbuhan biota air yaitu suhu dan makanan. Dapat dilihat bahwa
suhu pada perairan PLTU Labuan memiliki suhu rata-rata 29,56 0C sedangkan
perairan Bojonegara 25,75 0C, sehingga sebaran frekuensi panjang maksimumnya
berbeda. Dengan mengasumsikan bahwa kerang contoh sudah mewakili populasi
yang ada maka ukuran panjang total maksimum yang lebih kecil bisa
mengindikasikan adanya tekanan penangkapan yang tinggi. Namun untuk
menyimpulkan hal ini perlu dilakukan pembandingan spesies dan lokasi yang sama
serta kajian lebih lanjut.

4.11. Pertumbuhan dan Mortalitas


Parameter pertumbuhan Von Bertalanffy yaitu K dan L∞ dapat diduga dengan
menggunakan metode Plot Ford-Walford. Metode ini dapat digunakan karena data
diambil pada interval waktu yang tetap yaitu dua bulan sekali. Dalam pemisahan
46

kelompok ukuran kerang dengan menggunakan metode Battacharya indeks separasi


(separation index, SI) sangat penting untuk diperhatikan. Jika nilai indeks separasi
kurang dari 2 maka pemisahan kelompok ukuran tidak mungkin dilakukan karena
terjadi tumpang tindih yang besar antar kelompok ukuran kerang (Sparre dan
Venema 1999). Nilai simpangan baku yang semakin besar menunjukkan bahwa
kerang yang semakin tua mempunyai ukuran yang semakin beragam. Hasil
pemisahan kelompok ukuran di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada menunjukkan
bahwa kerang contoh terdiri dari 2 kelompok ukuran (Gambar 15).
12 Desember 2009
n = 89

(a)
13 Maret 2010
n = 69

(b)

29 Mei 2010
n = 112

(c)

Gambar 15. Kelompok ukuran kerang darah pada bulan (a) Desember, (b) Maret,
dan (c) Mei
47

Kelompok ukuran kerang di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada di atas memiliki
panjang rata-rata, jumlah populasi, simpangan baku, dan indeks separasi (Tabel 8).

Tabel 8. Hasil analisis masing-masing kelompok ukuran kerang darah di perairan


PLTU Labuan, Teluk Lada

Waktu Ukuran contoh Simpangan baku Indeks Separasi


L(t)
pengamatan (n) (S) (SI)
Desember (1) 13,01 11 1,010 -
(2) 17,07 78 1,350 3,440
Total 89
Maret (1) 13,06 9 0,690 -
(2) 19,72 60 1,050 7,660
Total 69
Mei (1) 10,86 72 1,040 -
(2) 20,69 40 1,820 6,870
Total 112

Pemisahan kelompok ukuran di perairan Bojonegara, Teluk Banten menunjukkan


bahwa kerang contoh terdiri dari 2 sampai 3 kelompok ukuran (Gambar 16).
Kelompok ukuran kerang di perairan Bojonegara, Teluk Banten memiliki panjang
rata-rata, jumlah populasi, simpangan baku, dan indeks separasi (Tabel 9).

Tabel 9. Hasil analisis masing-masing kelompok ukuran kerang darah di perairan


Bojonegara, Teluk Banten

Waktu Ukuran contoh Simpangan baku Indeks Separasi


L(t)
pengamatan (n) (S) (I)
Desember (1) 16,85 24 0,690 -
(2) 22,51 87 1,200 5,990
(3) 28,50 44 1,210 4,970
Total 145
April (1) 21,58 41 1,130 -
(2) 25,49 20 0,990 3,710
(3) 28,79 8 0,720 3,880
Total 69
Mei (1) 20,65 46 1,380 -
(2) 27,50 16 0,660 6,720
Total 62
48

26 Desember 2009
n = 145

(a)

3 April 2010
n = 69

(b)

16 Mei 2010
n = 62

(c)

Gambar 16. Kelompok ukuran kerang darah pada bulan(a) Desember, (b) April, dan
(c) Mei

Parameter pertumbuhan dari persamaan Von Bertalanffy dapat diduga dengan


menggunakan metode plot Ford-Walford. Perameter pertumbuhan K dan L∞ dari
pengamatan dan beberapa penelitian dengan menggunakan metode Ford-Walford
(Tabel 10).
49

Tabel 10. Parameter pertumbuhan (K dan L∞) dari beberapa penelitian

Lokasi Parameter pertumbuhan


pengamatan K (per tahun) L∞ (mm) Penelitian
PLTU Labuan,
0,130 33,90
Teluk Lada
Bojonegara,
0,410 33,23
Teluk Banten
Kuala Selangor 1,010 44,40 Broom (1982b, 1983a)
Jelutong 3,390 35,90 Pathansali (1966)
Kuala Jarum Mas 4,130 30,30 Pathansali (1966)
Batu Muang 2,110 29,60 Pathansali (1966)

Hasil analisis kematian (mortalitas) digunakan untuk menduga laju eksploitasi yang
terjadi pada kedua lokasi pengamatan. Parameter mortalitas di kedua lokasi dapat
dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Parameter mortalitas (M, F, Z, dan E)


Mortalitas (kematian)
Lokasi Mortalitas Mortalitas Mortalitas Laju
pengamatan alami (M) penangkapan (F) total (Z) eksploitasi
per tahun per tahun per tahun (E)
PLTU Labuan, 0,4611 6,9549 7,4160 0,9378
Teluk Lada
Bojonegara, Teluk
0,2677 2,4653 2,7330 0,9021
Banten

Hasil analisis pemisahan kelompok ukuran kerang darah di perairan PLTU


Labuan, Teluk Lada pada bulan Desember menunjukkan bahwa jumlah total kerang
darah yang diamati yaitu 89 individu, sedangkan pada bulan Maret hasil pemisahan
kelompok ukuran kerang darah menunjukkan bahwa jumlah total kerang yang
diamati yaitu 69 individu dan hasil analisis pemisahan kelompok ukuran kerang
darah pada bulan Mei menunjukkan bahwa jumlah total kerang darah yang diamati
yaitu 112 individu.
Pemisahan kelompok ukuran kerang darah di perairan Bojonegara, Teluk
Banten pada saat bulan Desember menunjukkan bahwa jumlah total kerang darah
yang diamati yaitu 145 individu, sedangkan pada bulan April hasil pemisahan
kelompok ukuran kerang darah menunjukkan bahwa jumlah total kerang yang
50

diamati yaitu 69 individu dan hasil analisis pemisahan kelompok ukuran kerang
darah pada bulan Mei menunjukkan bahwa jumlah total kerang darah yang diamati
yaitu 62 individu. Jumlah ini dapat bernilai lebih besar atau kecil dibandingkan
dengan jumlah kerang contoh yang diobservasi. Perbedaan teoritis yang digunakan
merupakan contoh acak yang sempurna nilai observasi akan tetap mengalami
fluktuasi seputar penyebaran yang sesungguhnya (distribusi dari populasi) (Sparre
dan Venema 1999).
Nilai indeks separasi antar kelompok ukuran kerang darah di perairan PLTU
Labuan, Teluk Lada pada bulan Desember (Tabel 8) yaitu sebesar 3,440. Nilai
indeks separasi antar kelompok ukuran kerang pada bulan Maret yaitu 7,660. Nilai
indeks separasi antar kelompok ukuran kerang pada bulan Mei yaitu 6,870.
Hasil pemisahan kelompok ukuran kerang darah di perairan Bojonegara, Teluk
Banten pada bulan Desember yang disajikan pada Tabel 9 diketahui bahwa nilai
indeks separasi antara kelompok ukuran yaitu 5,990 dan 4,970. Nilai indeks separasi
antar kelompok ukuran kerang pada bulan April yaitu 3,710 dan 3,880. Nilai indeks
separasi antar kelompok ukuran kerang pada bulan Mei yaitu 6,780. Nilai indeks
separasi di kedua lokasi tersebut lebih dari 2 sehingga dapat menunjukkan bahwa
pemisahan kelompok ukuran kerang darah diatas dapat diterima dan digunakan
untuk analisis selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sparre dan Venema
(1999) bahwa jika nilai SI<2 maka pemisahan kelompok ukuran tidak mungkin
dilakukan karena terjadi tumpang tindih yang besar antar kelompok ukuran ikan.
Kelompok ukuran pertama kerang darah di perairan PLTU Labuan, Teluk
Lada mengalami pergeseran nilai tengah rata-rata panjang pada penarikan contoh
pertama dan kedua (12 Desember 2009 dan 13 Maret 2010) sebesar 13,01 mm dan
13,06 mm, sedangkan kelompok ukuran kedua mengalami pergeseran nilai tengah
rata-rata panjang sebesar 17,07 mm pada penarikan contoh pertama (12 Desember
2009) hingga 20,69 mm pada akhir penarikan contoh (29 Mei 2010).
Kerang darah di perairan Bojonegara, Teluk Banten pada kelompok ukuran
pertama mengalami pergeseran nilai tengah rata-rata panjang pada penarikan contoh
pertama dan kedua (26 Desember 2009 dan 3 April 2010) sebesar 16,85 mm dan
21,58 mm. Kelompok ukuran kedua mengalami pergeseran nilai tengah rata-rata
panjang sebesar 22,51 mm pada penarikan contoh pertama (26 Desember 2009)
51

hingga 27,50 mm pada akhir penarikan contoh (3 April 2010). Kelompok ukuran
ketiga mengalami pergeseran nilai tengah rata-rata panjang pada penarikan contoh
pertama dan kedua (26 Desember 2009 dan 3 April 2010) sebesar 28,50 mm dan
28,79 mm.
Nilai panjang asimtotik (L∞) pada perairan PLTU Labuan, Teluk Lada yaitu
33,90 mm; sedangkan nilai panjang asimtotik (L∞) pada perairan Bojonegara, Teluk
Banten yaitu 33,23 mm. Nilai koefisien pertumbuhan (K) di perairan PLTU Labuan,
Teluk Lada yaitu 0,130 per tahun, sedangkan nilai koefisien pertumbuhan (K) di
perairan Bojonegara, Teluk Banten yaitu 0,410 per tahun. Nilai K pada perairan
PLTU Labuan, Teluk Lada lebih kecil daripada nilai K pada perairan Bojonegara,
Teluk Banten. Menurut Sparre dan Venema (1999) bahwa nilai K yang rendah maka
kemampuan untuk mencapai L∞ akan semakin lama sehingga umurnya semakin
panjang dan sebaliknya. Pertumbuhan memiliki karakteristik tertentu pada masing-
masing kelompok ikan. Pada periode ini variasi yang sangat bergantung pada suplai
makanan (Nikolsky 1963).
Nilai mortalitas alami (M), mortalitas penangkapan (F), mortalitas total (Z),
dan laju eksploitasi (E) di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada berturut-turut yaitu
0,4611 per tahun; 6,9549 per tahun; 7,4160 per tahun, dan 93,78 %, sedangkan di
perairan Bojonegara, Teluk Banten nilai mortalitas alami (M), mortalitas
penangkapan (F), mortalitas total (Z), dan laju eksploitasi (E) berturut-turut yaitu
0,2677 per tahun; 2,4653 per tahun; 2,7330 per tahun; dan 90,21 %. Dari hasil
analisis tersebut dapat diketahui bahwa laju penangkapan atau eksploitasi di perairan
PLTU Labuan, Teluk Lada lebih besar dibandingkan dengan perairan Bojonegara,
Teluk Banten. Adanya aktivitas penangkapan menggunakan alat tangkap garok di
perairan PLTU Labuan, Teluk Lada yang kurang ramah lingkungan sehingga ukuran
kerang yang tertangkap kurang selektif. Menurut Miller (1973) in Ippah (2007)
bahwa suatu populasi bentik yang tereksploitasi dan mengalami pemulihan stok baru
akan bergantung pada jumlah induk yang menghasilkan telur dan upaya
penangkapan yang dilakukan. Jika upaya penangkapan begitu besar atau tepat
menyamai ketersediaan populasi induk yang tersedia maka populasi ini akan
mengalami penurunan secara terus menerus dan pada tingkat tertentu organisme ini
akan mengalami kepunahan, sedangkan apabila ketersediaan populasi induk lebih
52

besar sedang yang tertangkap dalam jumlah yang kecil maka akan memberikan
kesempatan kepada penambahan individu baru untuk tumbuh menjadi dewasa.

4.12. Hubungan Panjang Bobot


4.12.1. Hubungan panjang bobot total
Contoh kerang pada perairan PLTU Labuan, Teluk Lada secara total adalah
sebanyak 368 individu yang terdiri dari 116 individu pada pengamatan bulan
Desember, 114 individu pada pengamatan bulan Maret, dan 138 individu pada
pengamatan bulan Mei. Hubungan panjang dan bobot total kerang darah secara
keseluruhan memiliki persamaan W=0,0013L2,9695 (Gambar 17).

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 17. Hubungan panjang bobot total kerang darah di perairan PLTU Labuan,
Teluk Lada pada (a) bulan Desember, (b) bulan Maret, (c) bulan Mei,
(d) secara total

Hasil analisis menunjukkan bahwa kerang darah di perairan PLTU Labuan, Teluk
Lada pada bulan Desember memiliki persamaan hubungan panjang bobot
W=0,0015L2,1208, bulan Maret kerang darah memiliki persamaan hubungan panjang
53

bobot W=0,0119L2,1467, dan bulan Mei kerang darah memiliki persamaan hubungan
panjang bobot W=0,0001L3,0274 (Tabel 12).

Tebel 12. Hasil perhitungan hubungan panjang dan bobot total kerang pada perairan
PLTU Labuan, Teluk Lada selama pengamatan

Waktu Pola
n a b R2 thitung ttabel
pengamatan pertumbuhan

12 Desember 09 116 0,0015 2,1208 0,7135 6,9850 1,9808 Kurus

13 Maret 10 114 0,0119 2,1467 0,8277 9,2202 1,9812 Kurus


29 Mei 10 138 0,0001 3,0274 0,9655 5,2993 1,9774 Gemuk
Total 368 0,0013 2,9695 0,9187 0,6606 1,9774 Gemuk

Pada perairan Bojonegara, Teluk Banten contoh kerang secara total adalah
sebanyak 429 individu yang terdiri dari 246 individu pada pengamatan bulan
Desember, 77 individu pada pengamatan bulan April, dan 121 individu pada
pengamatan bulan Mei (Gambar 18).

s
(a) (b)

(c) (d)
Gambar 18. Hubungan panjang bobot total kerang darah di perairan Bojonegara,
Teluk Banten pada (a) bulan Desember, (b) bulan April, (c) bulan Mei,
(d) secara total
54

Hasil analisis menunjukkan bahwa kerang darah di perairan Bojonegara, Teluk


Banten pada bulan Desember memiliki persamaan hubungan panjang bobot
W=0,0356L1,8431, bulan Maret kerang darah memiliki persamaan hubungan panjang
bobot W=0,0417L1,8051, dan bulan Mei kerang darah memiliki persamaan hubungan
panjang bobot W=0,0518L1,7418. Secara keseluruhan kerang darah memiliki
persamaan hubungan panjang bobot W=0,0398L1,8162 (Tabel 13).

Tabel 13. Hasil perhitungan hubungan panjang dan bobot total kerang pada perairan
Bojonegara, Teluk Banten selama pengamatan

Waktu Pola
n a b R2 thitung ttabel
pengamatan pertumbuhan
26 Desember 09 246 0,0356 1,8431 0,7119 15,4501 1,9697 Kurus
3 April 10 77 0,0417 1,8051 0,8048 47,1314 1,9917 Kurus
16 Mei 10 121 0,0518 1,7418 0,7152 12,4870 1,9799 Kurus
Total 429 0,0398 1,8162 0,7418 22,8308 1,9799 Kurus

Berdasarkan hasil analisis pola pertumbuhan kerang darah di perairan PLTU


Labuan, Teluk Lada (Tabel 12) pada bulan Desember memiliki nilai koesfisien
b=2,1208. Hal ini berarti bahwa nilai yang didapatkan kurang dari 3 sehingga bisa
diindikasikan kerang darah memiliki pola pertumbuhan dimana pertambahan
panjang lebih besar daripada pertambahan bobotnya (kurus). Kerang darah memiliki
nilai koefisien b=2,1467 pada bulan Maret. Hal ini berarti bahwa nilai yang
didapatkan kurang dari 3 sehingga bisa diindikasikan pola pertumbuhan dimana
pertambahan panjang lebih besar daripada pertambahan bobotnya (kurus). Pada
bulan Mei, kerang darah memiliki nilai koefisien b=3,0274. Hal ini berarti bahwa
nilai yang didapatkan lebih dari 3 sehingga bisa diindikasikan kerang darah memiliki
pola pertumbuhan cenderung gemuk dimana pertambahan bobot lebih cepat
daripada pertambahan panjangnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor
lingkungan , makanan yang lebih banyak, ataupun faktor tingkat kematangan gonad.
Secara keseluruhan memiliki nilai koefisien b=2,9695. Hal ini berarti bahwa nilai
yang didapatkan kurang dari 3, tetapi setelah dilakukan uji lanjut menunjukkan pola
pertumbuhannya cenderung gemuk dimana pertambahan bobot lebih besar daripada
pertambahan panjangnya.
55

Pola pertumbuhan kerang darah di perairan Bojonegara, Teluk Banten (Tabel


13) pada bulan Desember, April, dan Mei memiliki nilai koefisien b secara berturut-
turut yaitu 1,8431; 1,8051; dan 1,7418. Hal ini berarti setiap waktu pengamatan nilai
yang didapatkan kurang dari 3 sehingga bisa diindikasikan pertambahan panjang
lebih besar daripada pertambahan bobotnya (kurus). Secara keseluruhan memiliki
nilai koefisien b=1,8162. Hal ini berarti bahwa nilai yang didapatkan kurang dari 3
sehingga bisa diindikasikan pertambahan panjang lebih besar daripada pertambahan
bobotnya (kurus).
Selanjutnya menurut Bagenal (1978) faktor-faktor yang menyebabkan
perbedaan nilai b selain perbedaan spesies adalah faktor lingkungan, berbedanya
stok ikan dalam spesies yang sama, tahap perkembangan ikan, jenis kelamin, tingkat
kematangan gonad, bahkan perbedaan waktu dalam hari karena perubahan isi perut.
Menurut Moutopoulos dan Stergiou (2002) in Kharat et al. (2008) menambahkan
bahwa perbedaan nilai b juga dapat disebabkan oleh perbedaan jumlah dan variasi
ukuran ikan yang diamati.
Contoh kerang di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada memiliki kisaran
panjang antara 8,8-32,1 mm dan kisaran bobot 0,7070–14,830 gram. Sementara itu
di perairan Bojonegara, Teluk Banten memiliki kisaran panjang antara 15,2-31,9
mm dan kisaran bobot 2,2992–28,1991 gram. Kerang ini mencapai kematangan
seksual pada ukuran panjang anterior-posterior 18 sampai 20 mm ketika umurnya
mencapai 6 bulan. Gonad kerang darah mulai berkembang pada ukuran terkecil 15
sampai 16 mm (Pathansali 1966 in Erianto 2005). Hal ini mengindikasikan bahwa
kerang darah yang tertangkap oleh garok di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada
belum memiliki ukuran yang optimal untuk tertangkap karena ukuran tersebut masih
dalam tahap dewasa yang seharusnya belum boleh ditangkap. Lain halnya di
perairan Bojonegara, ukuran yang tertangkap sudah matang gonad sehingga ukuran
tangkapan sudah memiliki ukuran ekonomis.
Nilai koefisien b di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada lebih besar
dibandingkan koefisien b di perairan Bojonegara, Teluk Banten. Hal ini diduga
karena pada perairan PLTU Labuan masih mempunyai kondisi lingkungan yang
baik untuk menopang kehidupan kerang darah misalkan saja masih banyak
tersediaanya makanan. Menurut Effendie (1997) ada beberapa faktor yang
56

mempengaruhi pertumbuhan, diantaranya adalah faktor dalam dan faktor luar yang
mencakup jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, jumlah makanan yang
menggunakan sumber makanan yang tersedia, suhu, okesigen terlarut, faktor
kualitas air, umur, dan ukuran ikan serta matang gonad.

4.12.2. Hubungan panjang bobot cangkang


Kerang darah di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada pada bulan Desember
memiliki persamaan hubungan panjang bobot cangkang W=0,0009L2,9937, bulan
Maret kerang darah memiliki persamaan hubungan panjang bobot W=0,0119L2,1368,
dan bulan Mei kerang darah memiliki persamaan hubungan panjang bobot
W=0,0006L3,0831. Secara keseluruhan kerang darah memiliki persamaan hubungan
panjang bobot W=0,0006L3,1249 (Gambar 19).

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 19. Hubungan panjang bobot cangkang kerang darah di perairan PLTU
Labuan, Teluk Lada pada (a) bulan Desember, (b) bulan Maret, (c)
bulan Mei, (d) secara total
57

Koefisien nilai a dan b dari pola pertumbuhan kerang darah di perairan PLTU
Labuan, Teluk Lada (Tabel 14).

Tebel 14. Hasil perhitungan hubungan panjang dan bobot cangkang kerang pada
perairan PLTU Labuan, Teluk Lada selama pengamatan
Waktu Pola
n a b R2 thitung ttabel
pengamatan pertumbuhan

12 Desember 09 116 0,0009 2,9937 0,5889 0,0269 1,9808 Gemuk


13 Maret 10 114 0,0119 2,1368 0,8210 9,1552 1,9812 Kurus
29 Mei 10 138 0,0006 3,0831 0,9587 6,0459 1,9774 Gemuk
Total 368 0,0006 3,1249 0,8864 2,3161 1,9664 Gemuk

Hubungan panjang dan bobot cangkang kerang darah di perairan Bojonegara, Teluk
Banten pada bulan Desember memiliki persamaan hubungan panjang bobot
W=0,0289L1,8246, bulan Maret kerang darah memiliki persamaan hubungan panjang
bobot W=0,0383L1,7524, dan bulan Mei kerang darah memiliki persamaan hubungan
panjang bobot W=3,9236L0,0171. Secara keseluruhan kerang darah memiliki
persamaan hubungan panjang bobot W=0,0327L1,7943 (Gambar 20).

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 20. Hubungan panjang bobot kerang darah di perairan Bojonegara, Teluk
Banten pada (a) bulan Desember, (b) bulan April, (c) bulan Mei,
(d) secara total
58

Hasil analisis menunjukkan bahwa kerang darah di perairan Bojonegara, Teluk


Banten (Tabel 15).

Tabel 15. Hasil perhitungan hubungan panjang dan bobot cangkang kerang pada
perairan Bojonegara, Teluk Banten selama pengamatan

Waktu Pola
n a b R2 thitung ttabel
pengamatan pertumbuhan
26 Desember 09 246 0,0289 1,8246 0,7158 11,6310 1,9697 Kurus
3 April 10 77 0,0383 1,7542 0,8001 12,3339 1,9917 Kurus
16 Mei 10 121 3,9236 0,0171 0,0004 38,3642 1,9799 Kurus
Total 429 0,0327 1,7943 0,7374 23,2651 1,9799 Kurus

Berdasarkan hasil analisis pola pertumbuhan kerang darah di perairan PLTU


Labuan, Teluk Lada (Tabel 14) pada bulan Desember memiliki nilai koesfisien
b=2,9937. Hal ini berarti bahwa nilai yang didapatkan kurang dari 3, tetapi setelah
dilakukan uji lanjut (P>0,05) bisa diindikasikan kerang darah memiliki pola
pertumbuhan dimana pertambahan bobot lebih besar daripada pertambahan
panjangnya (gemuk). Kerang darah memiliki nilai koefisien b=2,1368 pada bulan
Maret. Hal ini berarti bahwa nilai yang didapatkan kurang dari 3 sehingga bisa
diindikasikan pertambahan panjang lebih besar daripada pertambahan bobotnya
(kurus). Pada bulan Mei, kerang darah memiliki nilai koefisien b=3,0831. Hal ini
berarti bahwa nilai yang didapatkan lebih dari 3 sehingga bisa diindikasikan kerang
darah memiliki pola pertumbuhan dimana pertambahan bobot lebih besar daripada
pertambahan panjangnya (gemuk). Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor
lingkungan, makanan yang lebih banyak, ataupun faktor tingkat kematangan gonad.
Secara keseluruhan memiliki nilai koefisien b=3,1249. Hal ini berarti bahwa nilai
yang didapatkan lebih dari 3 sehingga bisa diindikasikan pertambahan bobot lebih
besar daripada pertambahan panjangnya (gemuk).
Pola pertumbuhan kerang darah di perairan Bojonegara, Teluk Banten (Tabel
15) pada bulan Desember, April, dan Mei memiliki nilai koesfisien b secara
berturut-turut yaitu 1,8246; 1,7542; dan 0,0171. Hal ini berarti bahwa nilai yang
didapatkan kurang dari 3 sehingga bisa diindikasikan pertambahan panjang lebih
besar daripada pertambahan bobotnya (kurus). Secara keseluruhan memiliki nilai
59

koefisien b=1,7943. Hal ini berarti bahwa nilai yang didapatkan kurang dari 3
sehingga dapat diindikasikan bahwa pertambahan panjang lebih besar daripada
pertambahan bobotnya (kurus).
Nilai koefisien b di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada lebih besar
dibandingkan koefisien b di perairan Bojonegara, Teluk Banten. Hal ini diduga
karena pada perairan PLTU Labuan masih mempunyai kondisi lingkungan yang
baik untuk menopang kehidupan kerang darah misalkan saja masih banyak
tersediaanya makanan. Menurut Effendie (1997) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan, diantaranya adalah faktor dalam dan faktor luar yang
mencakup jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, jumlah makanan yang
menggunakan sumber makanan yang tersedia, suhu, okesigen terlarut, faktor
kualitas air, umur, dan ukuran ikan serta matang gonad.

4.12.3. Hubungan panjang bobot daging


Kerang darah di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada pada bulan Desember
memiliki persamaan hubugan panjang bobot daging W=0,0102L1,7547, bulan Maret
kerang darah memiliki persamaan hubungan panjang bobot W=0,0028L2,2049, dan
bulan Mei kerang darah memiliki persamaan hubungan panjang bobot
2,8682
W=0,0004L . Secara keseluruhan kerang darah memiliki persamaan hubungan
panjang bobot W=0,0006L2,7303 (Gambar 21). Koefisien nilai a dan b dari pola
pertumbuhan kerang darah di perairan PLTU Labuan (Tabel 16).

Tebel 16. Hasil perhitungan hubungan panjang dan bobot daging kerang pada
perairanPLTU Labuan, Teluk Lada selama pengamatan

Waktu Pola
n a b R2 thitung ttabel
pengamatan pertumbuhan
12 Desember
116 0,0102 1,7547 0,4750 5,3158 1,9808 Kurus
09
13 Maret 10 114 0,0028 2,2049 0,6241 4,9170 1,9812 Kurus
29 Mei 10 138 0,0004 2,8682 0,9700 5,3686 1,9774 Kurus
Total 368 0,0006 2,7303 0,8730 4,9958 1,9664 Kurus
60

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 21. Hubungan panjang bobot daging kerang darah di perairan PLTU
Labuan, Teluk Lada pada (a) bulan Desember, (b) bulan Maret, (c)
bulan Mei, (d) secara total

Pada perairan Bojonegara, Teluk Banten contoh kerang secara total adalah
sebanyak 429 individu yang terdiri dari 246 individu pada pengamatan bulan
Desember, 77 individu pada pengamatan bulan April, dan 121 individu pada
pengamatan bulan Mei. Hubungan panjang dan bobot daging kerang darah pada
bulan Desember memiliki persamaan hubungan panjang bobot W=0,0048L2,0030,
bulan Maret kerang darah memiliki persamaan hubungan panjang bobot
W=0,0055L1,9707, dan bulan Mei kerang darah memiliki persamaan hubungan
panjang bobot W=0,01321,7247. Secara keseluruhan kerang darah memiliki
persamaan hubungan panjang bobot W=0,0059L1,9159 (Gambar 22).
61

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 22. Hubungan panjang bobot kerang darah di perairan Bojonegara, Teluk
Banten pada (a) bulan Desember, (b) bulan April, (c) bulan Mei,
(d) secara total

Hasil analisis menunjukkan bahwa kerang darah di perairan Bojonegara, Teluk


Banten (Tabel 17).

Tabel 17. Hasil perhitungan hubungan panjang dan bobot daging kerang pada
perairan Bojonegara, Teluk Banten selama pengamatan

Waktu Pola
n a b R2 thitung ttabel
pengamatan pertumbuhan
26 Desember 09 246 0,0048 2,0030 0,7158 3,9392 1,9697 Kurus
3 April 10 77 0,0055 1,9707 0,6950 6,2884 1,9917 Kurus
16 Mei 10 121 0,0132 1,7247 0,6155 10,1199 1,9799 Kurus
Total 429 0,0059 1,9159 0,4062 9,1773 1,9799 Kurus
62

Pola pertumbuhan kerang darah di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada (Tabel
16) pada bulan Desember, Maret, dan Mei memiliki nilai koefisien b secara
berturut-turut yaitu 1,7547; 2,2049; dan 2,8682. Hal ini berarti bahwa nilai b kurang
dari 3 sehingga dapat diindikasikan kerang darah memiliki pola pertumbuhan
dimana pertambahan panjang lebih besar daripada pertambahan bobotnya (kurus).
Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor lingkungan, makanan yang kurang tersedia
cukup banyak, ataupun faktor tingkat kematangan gonad. Secara keseluruhan
memiliki nilai koefisien b=2,7303. Hal ini berarti bahwa nilai yang didapatkan
kurang dari 3 sehingga dapat diindikasikan pertambahan panjang lebih besar
daripada pertambahan bobotnya (kurus).
Pola pertumbuhan kerang darah di perairan Bojonegara, Teluk Banten (Tabel
17) pada bulan Desember, April, dan Mei memiliki nilai koefisien b secara berturut-
turut yaitu 2,0030; 1,9707; dan 1,7247. Hal ini berarti bahwa nilai yang didapatkan
kurang dari 3 sehingga dapat diindikasikan pertambahan panjang lebih besar
daripada pertambahan bobotnya (kurus). Secara keseluruhan memiliki nilai koefisien
b=1,9159. Hal ini berarti bahwa nilai yang didapatkan kurang dari 3 sehingga dapat
diindikasikan pertambahan panjang lebih besar daripada pertambahan bobotnya
(kurus).
Secara umum di kedua lokasi pengamatan, kerang darah memiliki pola
pertumbuhan dimana pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat
(kurus). Nilai koefisien b di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada lebih besar
dibandingkan koefisien b di perairan Bojonegara, Teluk Banten. Hal ini diduga
karena pada perairan PLTU Labuan masih mempunyai kondisi lingkungan yang
baik untuk menopang kehidupan kerang darah misalkan saja masih banyak
tersediaanya makanan. Menurut Effendie (1997) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan, diantaranya adalah faktor dalam dan faktor luar yang
mencakup jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, jumlah makanan yang
menggunakan sumber makanan yang tersedia, suhu, okesigen terlarut, faktor
kualitas air, umur, dan ukuran ikan serta matang gonad.
63

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Secara umum nilai parameter kualitas air di kedua lokasi penelitian yaitu
perairan PLTU Labuan, Teluk Lada dan Bojonegara, Teluk Banten menunjukkan
kisaran nilai yang baik untuk mendukung kehidupan Anadara granosa, L. Hasil
analisis substrat di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada berupa pasir hingga lempung
berpasir. Sementara itu di perairan Bojonegara, Teluk Banten berupa pasir
berlempung hingga lempung berpasir. Secara umum kondisi substrat di lokasi
penelitian masih cukup baik untuk habitat Anadara granosa, L.
Kepadatan kerang darah di kedua lokasi yang paling banyak terdapat di
perairan Bojonegara, Teluk Banten karena belum dilakukannya penangkapan secara
berlebihan. Pola sebaran jenis kerang darah di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada
dan Bojonegara, Teluk Banten yaitu bersifat mengelompok.
Selang ukuran kerang darah yang tertangkap di perairan PLTU Labuan, Teluk
Lada lebih kecil daripada kerang darah di perairan Bojonegara, Teluk Banten. Nilai
koefisien pertumbuhan (K) di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada lebih kecil
daripada nilai K di perairan Bojonegara, Teluk Banten. Laju penangkapan kerang
darah di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada lebih besar daripada di perairan
Bojonegara, Teluk Banten, namun keduanya telah menunjukkan keadaan tangkap
lebih. Pola pertumbuhan seluruh kerang darah yang dijadikan contoh di kedua lokasi
penelitian menunjukkan pola pertumbuhan (hubungan panjang dan bobot total) yaitu
cenderung gemuk dengan persamaan pertumbuhan W=0,0013L2,9695 pada perairan
PLTU Labuan, Teluk Lada dan cenderung kurus dengan persamaan pertumbuhan
W=0,0398L1,8162 pada perairan Bojonegara, Teluk Banten. Pola pertumbuhan
(hubungan panjang dan bobot cangkang) yaitu cenderung gemuk dengan persamaan
pertumbuhan W = 0,0006L3,1249 pada perairan PLTU Labuan, Teluk Lada dan
cenderung kurus dengan persamaan pertumbuhan W = 0,0327L1,7943 pada perairan
Bojonegara, Teluk Banten. Pola pertumbuhan (hubungan panjang dan bobot daging)
yaitu cenderung kurus di kedua lokasi dengan persamaan pertumbuhan
64

W=0,0006L2,7303 pada perairan PLTU Labuan, Teluk Lada dan persamaan


pertumbuhan W=0,0059L1,9159 pada perairan Bojonegara, Teluk Banten.
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh rencana pengelolaan yang
disarankan antara lain yaitu pengaturan upaya penangkapan meliputi pengaturan alat
tangkap berupa ukuran mata jaring dan kerapatan besi garok serta pengaturan ukuran
kerang yang tertangkap. Selain itu adanya pembuatan instalansi pengolahan air
limbah untuk limbah yang berasal dari limbah domestik dan industri untuk
mencegah adanya masuknya bahan pencemar ke dalam perairan.

5.2. Saran
Dalam penelitian selanjutnya disarankan untuk dilakukan penelitian
mengenai beberapa aspek biologi sumberdaya kerang darah yang masih belum dikaji
lebih lanjut seperti aspek reproduksi secara menyeluruh, kebiasaan makan dan
makanan, dan faktor lingkungan perairan lainnya yang dapat memberikan pengaruh
terhadap kehidupan kerang darah. Selain itu disarankan penelitian yang sama dengan
waktu pengamatan di bulan yang berbeda agar dapat melihat sebaran dan dinamika
populsi kerang darah selama satu tahun di lokasi yang sama agar interpretasi yang
tepat pada hasil pengamatan contoh tunggal yang dilakukan saat ini dapat mewakili.
Pada akhirnya melalui studi intensif dapat dibuat suatu kebijakan pengelolaan yang
efektis dan tujuan pengelolaan sumberdaya kerang darah dapat tercapai.
65

DAFTAR PUSTAKA

Agustinus. 2009. Kerang darah (Anadara granosa). [terhubung berkala].


http://www.asiamaya.com/nutrients/keranglaut.htm. [14 Desember 2009].

Alamiah IN. 2007. Pola dan alternatif strategi pemanfaatan kerang simping,
(Placuna placenta Linn, 1758) di Kecamatan Kronjo, Kab. Tangerang, Banten
[skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Arfiati D. 1986. Survei habitat dan sebaran populasi kerang (Anadara sp.) di Pantai
Desa Pesisir, Probolinggo, Jawa Timur [laporan penelitian]. Universitas
Brawijaya. Malang.

Bagenal T. 1987. Methods for assesment of fish production in freshwater. Third


edition. Blackwell Scientific Publication. Oxford. 365p.

Beverton RJH & Holt SJ. 1957. On the dynamics of exploited fish population. Her
Majessty’s Statinery Office. London. 533 p.

Boer M. 1996. Pendugaan koefisien pertumbuhan (L∞, K, t0) berdasarkan data


frekuensi panjang. Jurnal-jurnal ilmu perairan dan perikanan Indonesia.
IV(1):75-84.

Boyd CE. 1982. Water quality management in fish ponds culture. International
Center of Aquaculture Experiment Station. Auburn University. Auburn,
Alabama. 318 hlm.

Broom MJ. 1985. The Biology and culture of marine bivalve molluscs of the genus
Anadara. ICLARM Studies and Reviews 12, 37 p. International Center for
Living Aquatic Resources Management, Manila, Philippines.

Brower JE, Zar JH, & Von Ende CN. 1990. Field and laboratory methods for
general ecology ed ke-3. Wm. C. Brown Publishers. Dubuque, lowa. 237 hlm.

Clark J. 1974. Coastal ecosystem: ecologycal consideration for management of the


coastal zone. The consideration for management of the coastal zone. The
concervation foundation. Washington, D. C.

Dahuri RH, Rais J, Putra SG, & Sitepu MJ. 1996. Pengelolaan sumberdaya wilayah
pesisir dan lautan secara terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. 301p.

Dance SP. 1974. The Encyclopedia of shells. Blandford Press. London.


66

[DKP Banten] Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten. 2007. Statistik
Perikanan Tangkap Banten 2007. Banten. 52 hlm.

[DKP Banten] Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten. 2009. Kawasan
komoditas unggulan Sektor Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Tangerang.
[terhubung berkala]. http://www.dkp-banten.go.id/p_wil/p_kabtng.php. [28
November 2009].

Effendi H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya lingkungan


perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Effendie MI. 1997. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163
hlm.

Erianto D. 2005. Analisis pengelolaan dan pengembangan budidaya Kerang Darah


(Anadara granosa) di Kecamatan Kuala Indragiri, Kabupaten Indragiri Hilir,
Propinsi Riau [tesis]. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

FAO. 2009. Kerang Darah (Anadara granosa). [terhubung berkala].


http//:www.fao.org. [11 Januari 2010].

Hery I. 1998. Struktur Populasi Anadara spp. Secara Spasial dan Hubungannya
dengan Gradien Lingkungan di Perairan Pesisir Teluk Lada, Desa Mekarsari,
Pandeglang, Jawa Barat [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Ippah I. 2007. Pola perubahan kepadatan dan biomassa populasi simping (Placuna
placenta Linn, 1758) di perairan Kronjo, Kabupaten Tangerang, Banten
[skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kharat SS, Khilarre YK, & Dahanukar N. 2008. Allometric scalling in growth and
reproduction of a freshwater loach Nemacheilus mooreh (Sykes, 1983).
Electronic Journal of Ichthyology, Volume 1: April, 2008. P.8-17. [terhubung
berkala]. http://ichthyology.tau.ac.il/. [20 Juli 2010].

King M. 1995. Fisheries biology; assessment & management. Fishibg News Books
in UK. 341 p.

Lagler KF, Bardach JE, Miller RR, & Passino DR. 1977. Ichtyology. John Wiley 7
Sons USA. 506 p.

Mayunar, Ismail A, & Purwanto BE. 1995. Kondisi perairan Teluk Banten ditinjau
dari beberapa parameter fisika-kimia serta kaitannya dengan usaha budidaya.
Prosiding perikanan pantai Bojonegara-Serang. 61-67 hal.

Nasoetion AH & Barizi. 1980. Metode statistika. PT Gramedia. Jakarta. 223 hlm
67

Nikolsky GV. 1963. The ecology of fishes. Academic Press. London & New York.
203 p.

Nontji A. 2002. Laut nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Nurdin J, Marusin N, Asmara IA, Deswandi R, & Marzuki J. 2006. Kepadatan


populasi dan pertumbuhan kerang darah Anadara antiquate L. (Bivalvia:
Arcidae) di Teluk Sungai Pisang,Kota Padang, Sumatera Barat. Makara Sains.
10(2): 96-101. [terhubung berkala]. http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/
07_JanagNurdin_KEPADATAN%20POPULASI_Layout.PDF. [21 Juli 2009].

Nybakken JW. 1988a. Biologi laut: suatu pendekatan ekologis. [Terjemahan dari
Marine biologi: An ecological approach, 3 rd edition]. Eidman HM,
Koesoebiono, Bengen DG, Hutomo M, & Sukardjo S (penerjemah). PT
Gramedia. Jakarta. xv + 443 hlm.

Nybakken JW. 1992b. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologi. Alih Bahasa:
Muhammad Eidman, dkk. P.T. Gramedia. Jakarta.

Odum EP. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Saunders Company. Philadelphia.


106-139 p.

Pauly D. 1983. Studying single species dynamic in a trophical multispecies contex,


p 33-70 in D. Pauly & G. I Murphy (editor). Theory and management of
tropical fisheries. Proceedings of the ICLARM/CSRIO, Workshop on the
theory & management of tropical multispecies stocks, 12021 January 1981.
Cronulla, Australia.

Pratami CE. 2005. Sebaran moluska (Bivalvia dan Gastropoda) di Peraiaran Teluk
Jobokuto, Pantai Kartini Jepara, JawaTengah [skripsi]. Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Bogor. hlm:1-9.

Razak A. 2002. Dinamika karakteristik fisika-kimiawi sedimen dan hubungannya


dengan struktur komunitas moluska bentik (Bivalvia dan Gastropoda) di
Muara Bandar Bakali Padanng [tesis]. Program Pasca Sarjana. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. hal:6-17.

Ricker WE. 1975. Conputation & interpretation of biological statistiscs of fish


population. Departemen of The Environment. Fisheries & Marine Service.
Pasific Biological Station. Ottawa. 382 p.

Russel-Hunter WD. 1983. The Mollusca volume 6: the ecology. Academic Press,
Inc. Orlando, Fo. 695p.

Shreck CB & Moyle PB. 1990. Methods for fish biology. American Fisheries
Society. Maryland. USA. 684 p.
68

Sparre PS & Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Buku 1-
Manual. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta. 438p.

Tang UM, Rengi P, Erianto D, & Sumarto. 2009. Budidaya kerang (Anadara
granosa) di Bengkalis Riau. Prosiding Seminar Nasional Moluska 2
“Moluska: Peluang Bisnis dan Konservasi”. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
58p.

Venberg WB & Venberg FJ. 1972. Environmental Physiology of Marine Animals.


Springer, Verlag. Berlin, Germany. 346 p.

Yonvitner. 2001. Struktur Komunitas Makrozoobenthos dan Pertumbuhan Kerang


Hijau (Perna viridis, Linn, 1758) di Perairan Muara Kamal dan Bojonegoro
[tesis]. Program Pasca Sarjana, Institut Petanian Bogor. Bogor. 131p.

Yulianda F, Yusli W, & Ario D. 1994. Studi ekologi dan peranan beberapa faktor
lingkungan hidup terhadap penyebaran ubur-ubur di wilayah pesisir Pantai
Utara Jawa Barat. [abstrak]. Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Maysarakat, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wood MS. 1987. Subtidal ecology. Edward Amold Pty. Limited, Australia.

Wyrtki K. 1961. Physical oceanography of southeast asean waters. Naga Report \',I.
2. The University of California, La Jolla, California. [terhubung berkala].
http://www.ilmukelautan.com/oseanografi/fisika-oseanografi/405-pola-umum-
angin-di-indonesia. [21 Juli 2010]
76

LAMPIRAN
69

Lampiran 1. Peta pola arus di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada

A. Bulan Desember

B. Bulan Maret
9.5 cm/detik
8.5 cm/detik
2.825 cm/detik
7.5 cm/detik
6.5 cm/detik
2.8 cm/detik
5.5 cm/detik
4.5 cm/detik
2.775 cm/detik
3.5 cm/detik
70

Lampiran 1. (lanjutan)

2.7 cm/detik

3.2 cm/detik

3.7 cm/detik

C. Bulan Mei
71

Lampiran 2. Peta pola arus di perairan Bojonegara, Teluk Banten

A. Bulan Desember

B. Bulan April
15 cm/detik
8 cm/detik
13 cm/detik
11 cm/detik
6 cm/detik
9 cm/detik
7 cm/detik
4 cm/detik
5 cm/detik
3 cm/detik 2 cm/detik
72

C. Bulan Mei
13 cm/detik
11 cm/detik
9 cm/detik
7 cm/detik
5 cm/detik
3 cm/detik
Lampiran 2. (lanjutan)

1 cm/detik
73

Lampiran 3. Kerang darah (Anadara granosa, L)

A. Kerang darah (Anadara granosa, L)

B. Panjang kerang C. Cangkang dan daging kerang


74

Lampiran 4. Gambar kondisi stasiun pengamatan di perairan Teluk Lada

PLTU

A. Stasiun 1

B. Stasiun 2

C. Stasiun 3
75

Lampiran 5. Gambar kondisi stasiun pengamatan di perairan Teluk Banten

A. Stasiun 1

B. Stasiun 2
Pabrik
76

Lampiran 6. Alat yang digunakan dalam penelitian

A. Perahu B. Global Position System (GPS) C. Kertas pH indikator

D. Floating droadge E. Refraktometer F. Secchi disk


77

Lampiran 6. (lanjutan)

G. Termometer H. Kompas bidik I. Ekman grab J. Van Dorn Water Sampler

K. Timbangan digital L. Kaliper M. Alat titrimetrik


78

Lampiran 7. Data panjang dan bobot (bobot total, bobot daging, dan bobot cangkang) kerang darah pada waktu pengamatan di perairan
PLTU Labuan, Teluk Lada

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3


No. 12 Desember 2009 13 Maret 2010 29 Mei 2010
PT WT WD WC PT WT WD WC PT WT WD WC
(mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram)
1 18,10 7,2570 1,6030 5,6540 20,10 10,9021 2,7766 8,1255 21,0 10,4097 2,5827 7,8270
2 18,60 7,0600 2,0010 5,0590 20,10 8,4629 2,0100 6,4529 19,5 12,5667 2,9196 9,6471
3 18,60 7,8160 1,7760 6,0400 20,40 8,0373 1,2963 6,7410 18,3 9,0973 2,0906 7,0067
4 18,10 7,1050 1,8890 5,2160 20,00 10,0574 2,0257 8,0317 17,4 8,0416 1,8377 6,2039
5 18,30 6,7920 1,6400 5,1520 20,00 9,8042 2,4869 7,3173 18,7 10,0008 2,1224 7,8784
6 17,60 6,3220 1,6640 4,6580 19,10 8,5931 2,3534 6,2397 21,7 11,8166 2,9887 8,8279
7 17,00 7,6110 2,1850 5,4260 20,30 9,9954 2,3282 7,6672 19,5 8,8956 2,0073 6,8883
8 17,70 6,8790 1,8900 4,9890 22,60 11,2313 2,4617 8,7696 17,8 6,9261 1,5660 5,3601
9 17,40 6,5150 1,7230 4,7920 22,30 11,8692 3,1151 8,7541 15,3 6,0797 1,3971 4,6826
10 18,80 8,2870 2,6170 5,6700 20,90 7,5505 1,7158 5,8347 16,1 6,4078 1,2354 5,1724
11 16,20 5,2490 1,3870 3,8620 22,00 10,6767 2,3166 8,3601 19,5 7,6795 1,8399 5,8396
12 18,20 6,8060 1,7950 5,0110 16,90 5,3536 1,0151 4,3385 18,4 6,7411 1,5071 5,2340
13 19,00 5,5950 1,4520 4,1430 21,60 9,9503 2,3014 7,6489 18,4 5,0728 1,3946 3,6782
14 17,10 6,3320 1,6710 4,6610 18,30 6,5555 1,4398 5,1157 17,5 4,9732 1,2571 3,7161
15 16,20 6,1220 1,7410 4,3810 20,00 8,8679 2,0218 6,8461 20,5 7,9960 1,8283 6,1677
16 19,10 6,2550 1,7290 4,5260 21,80 10,5813 2,8036 7,7777 16,7 3,0872 0,9916 2,0956
17 19,00 6,9910 1,9000 5,0910 23,30 14,7015 3,7504 10,9511 14,2 2,8208 0,7921 2,0287
18 17,10 6,4520 1,6360 4,8160 19,90 9,3890 2,1118 7,2772 16,5 3,8321 0,9831 2,8490
19 21,00 11,0010 3,2910 7,7100 19,00 6,7694 1,4065 5,3629 14,4 2,8604 0,7499 2,1105
79

Lampiran 7. (lanjutan)

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3


No. 12 Desember 2009 13 Maret 2010 29 Mei 2010
PT WT WD WC PT WT WD WC PT WT WD WC
(mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram)
20 19,10 5,7000 1,5000 4,2000 19,90 10,0172 2,5518 7,4654 14,5 3,0274 0,7905 2,2369
21 19,40 7,7000 1,9000 5,8000 15,90 4,2075 1,4350 2,7725 12,2 1,8909 0,5374 1,3535
22 19,50 7,8000 1,9000 5,9000 22,80 10,1456 1,0123 9,1333 11,0 1,8412 0,5509 1,2903
23 17,60 6,2000 1,5000 4,7000 17,40 8,0498 1,9513 6,0985 13,1 2,1287 0,5524 1,5763
24 18,00 7,6000 2,1000 5,5000 23,40 12,8556 3,1511 9,7045 12,6 1,6530 0,4311 1,2219
25 20,50 7,8000 1,7000 6,1000 19,80 8,1122 1,9675 6,1447 18,2 5,4769 1,3591 4,1178
26 19,50 7,6000 2,0000 5,6000 21,50 8,1037 1,4607 6,6430 12,7 1,8770 0,5301 1,3469
27 18,40 6,3000 1,4000 4,9000 20,80 9,8668 2,5405 7,3263 13,4 1,6662 0,4519 1,2143
28 16,80 5,4000 1,4000 4,0000 21,50 9,8503 2,6113 7,2390 14,7 3,7262 0,8913 2,8349
29 16,30 5,6000 1,4000 4,2000 20,40 10,5809 2,8120 7,7689 14,5 3,4653 0,7585 2,7068
30 21,20 10,0000 2,7000 7,3000 22,20 8,7718 1,6632 7,1086 12,5 1,4816 0,4571 1,0245
31 15,70 4,0000 1,0000 3,0000 18,30 8,2538 2,1139 6,1399 12,7 1,6294 0,4868 1,1426
32 18,40 5,7000 1,4000 4,3000 20,60 9,5905 2,7369 6,8536 13,0 2,0043 0,6082 1,3961
33 15,70 4,8000 1,2000 3,6000 20,60 9,9815 2,1652 7,8163 15,7 3,4893 0,8991 2,5902
34 16,20 5,8000 1,5000 4,3000 21,70 10,3572 2,5254 7,8318 20,5 8,8659 2,2924 6,5735
35 17,00 6,4000 1,4000 5,0000 19,10 9,3768 1,9937 7,3831 21,2 11,0492 2,5497 8,4995
36 15,00 5,3000 1,8000 3,5000 22,80 11,9205 2,5013 9,4192 24,0 13,1240 2,6884 10,4356
37 16,00 5,4000 1,3000 4,1000 18,00 7,6425 1,6551 5,9874 21,4 9,9110 2,3074 7,6036
38 15,00 4,5000 1,0000 3,5000 22,40 11,9170 3,2114 8,7056 22,0 11,4730 2,7620 8,7110
39 16,10 6,4000 1,6000 4,8000 20,50 10,5630 2,4384 8,1246 23,4 10,9004 2,8468 8,0536
80

Lampiran 7. (lanjutan)

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3


No. 12 Desember 2009 13 Maret 2010 29 Mei 2010
PT WT WD WC PT WT WD WC PT WT WD WC
(mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram)
40 14,80 4,1091 0,8599 3,2492 19,60 10,8541 3,3762 7,4779 20,3 8,7419 2,3085 6,4334
41 14,60 4,4221 0,9610 3,4611 15,60 6,4088 1,2780 5,1308 19,1 8,0872 2,1926 5,8946
42 14,90 4,4486 0,9235 3,5251 20,30 9,0998 2,2557 6,8441 19,4 8,2229 1,9877 6,2352
43 16,80 6,4455 1,5285 4,9170 21,30 9,6362 1,7081 7,9281 23,4 12,1074 2,5548 9,5526
44 16,00 6,0048 1,1803 4,8245 17,40 6,3557 0,9554 5,4003 20,3 7,9802 2,0955 5,8847
45 16,50 5,8671 1,5012 4,3659 16,40 5,6880 0,9716 4,7164 17,5 5,0174 1,2037 3,8137
46 17,00 2,6971 0,5174 2,1797 15,20 5,6996 0,9307 4,7689 10,0 0,9512 0,2564 0,6948
47 11,90 6,8656 1,4334 5,4322 20,00 9,9417 1,9891 7,9526 16,6 4,0746 1,0329 3,0417
48 16,20 5,1350 0,9826 4,1524 22,40 11,3182 2,7866 8,5316 16,0 4,0637 1,1322 2,9315
49 18,70 7,4495 2,1417 5,3078 15,40 5,1662 1,1480 4,0182 12,6 2,0056 0,5505 1,4551
50 16,70 5,3738 1,2232 4,1506 18,40 5,5586 1,0881 4,4705 12,0 1,6758 0,5057 1,1701
51 14,70 4,6674 1,1169 3,5505 12,10 3,9976 0,8074 3,1902 9,5 0,7695 0,1930 0,5765
52 17,50 6,6189 1,5830 5,0359 16,30 5,4000 1,7584 3,6416 13,0 2,1057 0,5733 1,5324
53 16,10 5,6819 1,2299 4,4520 17,40 6,7781 1,5293 5,2488 10,5 1,2880 0,2895 0,9985
54 16,00 6,6526 1,5067 5,1459 18,00 10,1395 2,1073 8,0322 11,0 1,2967 0,3596 0,9371
55 17,00 6,2773 1,4586 4,8187 18,00 9,5842 1,6757 7,9085 9,5 0,9818 0,2536 0,7282
56 16,20 5,1793 1,1664 4,0129 19,60 6,6068 1,3511 5,2557 9,5 0,8779 0,2075 0,6704
57 15,40 5,5192 1,2488 4,2704 18,20 7,2018 1,5749 5,6269 9,5 0,7258 0,1981 0,5277
58 15,10 4,3954 0,7922 3,6032 18,10 7,4474 1,4178 6,0296 11,1 1,5402 0,4427 1,0975
59 13,40 3,0609 0,7025 2,3584 17,70 7,2055 1,4346 5,7709 11,7 1,4956 0,4062 1,0894
81

Lampiran 7. (lanjutan)

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3


No. 12 Desember 2009 13 Maret 2010 29 Mei 2010
PT WT WD WC PT WT WD WC PT WT WD WC
(mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram)
60 22,50 10,3127 2,2284 8,0843 15,30 5,1476 0,8307 4,3169 10,0 1,3563 0,3771 0,9792
61 18,50 6,3020 1,2955 5,0065 20,00 8,7699 1,5208 7,2491 11,1 1,5701 0,3821 1,1880
62 18,00 6,2680 1,4319 4,8361 21,30 11,1088 2,2898 8,8190 10,6 1,2162 0,3349 0,8813
63 16,20 4,6857 0,9790 3,7067 13,70 3,5006 0,6011 2,8995 12,8 1,7278 0,4946 1,2332
64 15,40 7,0215 1,7890 5,2325 19,60 7,9459 1,3544 6,5915 10,4 1,0388 0,2818 0,7570
65 18,40 3,9678 0,8858 3,0820 19,10 7,2972 1,1563 6,1409 9,9 1,1001 0,2849 0,8152
66 18,00 8,1417 2,1821 5,9596 17,40 6,9411 1,2198 5,7213 10,8 1,0263 0,2717 0,7546
67 15,00 5,5632 1,0730 4,4902 20,80 10,5906 2,4312 8,1594 11,4 1,9857 0,4358 1,5499
68 16,40 5,6278 1,5163 4,1115 21,80 11,5400 3,2400 8,3000 11,5 1,4257 0,3580 1,0677
69 18,10 8,2241 1,5768 6,6473 24,70 14,3200 3,3500 10,9700 9,1 1,1047 0,2787 0,8260
70 19,00 6,3934 1,2693 5,1241 21,80 11,4400 3,2000 8,2400 10,0 1,1969 0,3333 0,8636
71 16,60 5,4104 1,2228 4,1876 20,60 10,4800 2,1400 8,3400 14,5 2,5704 0,7249 1,8455
72 17,00 6,0510 0,9705 5,0805 21,60 9,7200 2,3400 7,3800 11,0 1,5915 0,4119 1,1796
73 12,00 2,5051 0,5643 1,9408 13,50 3,6900 0,8000 2,8900 10,5 0,9905 0,2704 0,7201
74 15,00 4,7068 1,0647 3,6421 23,50 13,0200 1,9700 11,0500 10,5 0,7070 0,2221 0,4849
75 17,50 5,2669 1,1819 4,0850 13,70 3,8000 0,9100 2,8900 11,7 1,5263 0,4209 1,1054
76 17,00 5,6552 1,2870 4,3682 14,60 4,2800 1,6700 2,6100 11,7 1,6164 0,4517 1,1647
77 17,20 5,8474 1,3171 4,5303 14,60 3,6800 0,9400 2,7400 10,2 1,1083 0,3211 0,7872
78 16,30 5,7377 1,3735 4,3642 16,60 4,5000 1,0000 3,5000 10,0 1,1566 0,2986 0,8580
79 16,00 6,2103 1,3045 4,9058 12,90 3,2400 0,6500 2,5900 20,0 9,3608 2,4637 6,8971
82

Lampiran 7. (lanjutan)

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3


No. 12 Desember 2009 13 Maret 2010 29 Mei 2010
PT WT WD WC PT WT WD WC PT WT WD WC
(mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram)
80 17,10 4,4077 1,0757 3,3320 14,80 4,3200 0,9600 3,3600 22,9 12,8122 3,1756 9,6366
81 13,00 3,9803 0,8979 3,0824 14,60 4,0900 0,9800 3,1100 21,5 11,0700 2,7779 8,2921
82 15,00 5,6963 1,4790 4,2173 13,70 3,5000 0,7000 2,8000 12,8 2,1899 0,5926 1,5973
83 16,00 6,8241 1,6598 5,1643 19,50 9,9532 2,3974 7,5558 21,9 10,1951 2,3782 7,8169
84 16,40 3,6012 0,8270 2,7742 22,40 10,7846 2,2696 8,5150 19,9 7,8034 1,8270 5,9764
85 13,10 4,2806 1,0547 3,2259 19,50 11,6415 3,2103 8,4312 20,3 8,9226 1,7559 7,1667
86 15,00 4,2806 1,0547 3,2259 22,00 11,1737 2,2412 8,9325 22,3 11,1511 2,4575 8,6936
87 15,00 4,1804 0,9175 3,2629 19,00 12,1390 2,9613 9,1777 22,0 11,2113 2,6029 8,6084
88 22,20 12,4804 3,0107 9,4697 20,90 10,3054 2,1975 8,1079 21,2 11,7596 2,5175 9,2421
89 13,50 3,5190 1,0352 2,4838 18,00 9,3013 1,8864 7,4149 21,5 10,3317 2,5276 7,8041
90 22,50 14,8304 2,9871 11,8433 21,50 10,3785 2,3353 8,0432 21,9 11,0150 2,5219 8,4931
91 10,50 1,5982 0,6002 0,9980 22,90 11,9582 3,0551 8,9031 18,6 7,2400 1,7364 5,5036
92 21,10 12,0947 3,0182 9,0765 19,40 8,2335 1,7173 6,5162 16,6 4,9590 1,2893 3,6697
93 19,40 10,9660 2,9846 7,9814 18,80 7,8794 1,6581 6,2213 19,9 8,8922 2,0405 6,8517
94 9,20 1,4636 1,4261 0,0375 21,50 9,9187 2,0138 7,9049 23,9 13,1930 3,2606 9,9324
95 23,90 14,5857 3,3630 11,2227 11,60 3,0227 0,6259 2,3968 22,5 12,7575 3,2633 9,4942
96 20,20 9,1687 1,8729 7,2958 18,40 9,2430 2,2619 6,9811 22,9 13,2385 3,4540 9,7845
97 18,50 7,8835 1,0489 6,8346 15,00 4,9885 1,2712 3,7173 16,7 5,0524 1,2110 3,8414
98 21,90 12,5595 3,0034 9,5561 18,00 8,9182 2,2488 6,6694 12,1 1,7766 0,4826 1,2940
99 15,50 4,8403 1,2785 3,5618 18,50 9,4210 2,7727 6,6483 13,5 2,6333 0,8031 1,8302
83

Lampiran 7. (lanjutan)

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3


No. 12 Desember 2009 13 Maret 2010 29 Mei 2010
PT WT WD WC PT WT WD WC PT WT WD WC
(mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram)
100 16,30 6,8000 1,7400 5,0600 19,00 11,1750 2,4802 8,6948 21,9 10,3585 2,3856 7,9729
101 19,20 12,0600 2,6200 9,4400 17,00 6,5631 1,8049 4,7582 20,6 10,1369 2,6397 7,4972
102 17,50 7,9000 2,0000 5,9000 18,50 8,5194 1,7325 6,7869 21,5 9,7465 2,6752 7,0713
103 20,20 9,0000 2,3500 6,6500 18,00 9,3040 2,2514 7,0526 11,9 1,8992 0,4465 1,4527
104 19,20 9,1100 1,9600 7,1500 18,00 8,7884 2,1982 6,5902 11,7 1,7865 0,4886 1,2979
105 19,60 8,8100 2,5600 6,2500 19,00 9,7560 2,0353 7,7207 11,6 1,6746 0,4324 1,2422
106 17,40 5,8900 0,9800 4,9100 18,00 8,9104 2,0389 6,8715 11,5 1,5744 0,3920 1,1824
107 16,40 5,6500 1,4700 4,1800 18,00 8,0902 2,3568 5,7334 12,8 2,2317 0,6247 1,6070
108 16,50 6,3200 1,4900 4,8300 17,70 8,0838 1,5726 6,5112 12,8 1,9272 0,5801 1,3471
109 17,50 7,0600 1,5200 5,5400 19,30 10,9463 2,4135 8,5328 11,7 1,9939 0,5182 1,4757
110 17,40 7,1300 1,9100 5,2200 16,20 6,3698 0,9633 5,4065 12,5 2,0514 0,5853 1,4661
111 17,40 6,4400 1,5900 4,8500 20,30 11,4958 2,8234 8,6724 11,9 2,0197 0,5740 1,4457
112 15,30 6,3100 1,5000 4,8100 20,50 11,4265 2,8114 8,6151 11,3 1,2196 0,5130 0,7066
113 16,50 5,5400 1,1000 4,4400 18,00 9,7497 2,1765 7,5732 11,5 1,5930 0,4058 1,1872
114 15,30 4,6200 0,9400 3,6800 20,00 10,6006 2,5423 8,0583 10,9 1,3917 0,3897 1,0020
115 14,60 5,2200 1,1100 4,1100 12,4 1,8169 0,4895 1,3274
116 15,60 5,6300 1,2500 4,3800 12,7 2,1079 0,6056 1,5023
117 11,7 1,6088 0,3941 1,2147
118 11,9 1,3943 0,3487 1,0456
119 11,7 1,8356 0,4526 1,3830
84

Lampiran 7. (lanjutan)

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3


No. 12 Desember 2009 13 Maret 2010 29 Mei 2010
PT WT WD WC PT WT WD WC PT WT WD WC
(mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram)
120 11,8 1,7442 0,3962 1,3480
121 9,2 1,0289 0,2670 0,7619
122 9,8 0,9745 0,2680 0,7065
123 11,9 1,4373 0,4214 1,0159
124 9,9 0,8989 0,2153 0,6836
125 11,7 1,6614 0,4198 1,2416
126 11,4 1,4152 0,3730 1,0422
127 11,7 1,6497 0,4972 1,1525
128 12,3 1,9891 0,5143 1,4748
129 10,9 1,4771 0,3524 1,1247
130 9,7 1,0103 0,2776 0,7327
131 10,5 1,3352 0,3569 0,9783
132 11,5 1,5050 0,4042 1,1008
133 10,3 1,6550 0,3171 1,3379
134 11,8 1,4345 0,3741 1,0604
135 10,1 1,3090 0,3446 0,9644
136 10,9 1,4790 0,4266 1,0524
137 11,5 1,4165 0,3648 1,0517
138 8,8 0,7285 0,2093 0,5192
85

Lampiran 8. Data panjang dan bobot (bobot total, bobot daging, dan bobot cangkang) kerang darah pada waktu pengamatan di perairan
Bojonegara, Teluk Banten

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3


No. 26 Desember 2009 3 April 2010 16 Mei 2010
PT WT WD WC PT WT WD WC PT WT WD WC
(mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram)
1 27,30 21,8504 4,8989 16,9515 21,30 10,0731 2,6336 7,4395 19,50 9,5052 2,3775 3,9980
2 31,40 25,5304 6,1826 19,3478 21,80 11,3218 2,6118 8,7100 20,30 7,5251 2,2157 3,3963
3 25,70 12,6666 3,0336 9,6330 23,50 14,5332 3,3520 11,1812 21,00 8,5927 2,2376 3,8401
4 24,20 16,2940 4,0426 12,2514 21,30 10,5752 2,5575 8,0177 20,90 8,9609 2,0926 4,2822
5 22,40 14,2528 3,2794 10,9734 24,40 12,7374 3,2742 9,4632 19,30 9,6284 2,7342 3,5215
6 26,80 14,8968 3,5201 11,3767 23,70 12,2047 2,8666 9,3381 19,60 8,8315 2,2905 3,8557
7 25,80 16,1083 3,9988 12,1095 24,60 13,4155 3,3318 10,0837 18,90 8,7988 2,2348 3,9372
8 17,90 6,1170 1,2642 4,8528 23,30 12,4196 2,2766 10,1430 18,60 7,3161 1,8401 3,9759
9 32,50 23,3371 5,8607 17,4764 22,10 9,7012 2,4467 7,2545 19,10 7,9833 2,0855 3,8280
10 25,60 12,9843 3,4872 9,4971 25,40 13,0148 2,9427 10,0721 18,20 9,7486 2,3575 4,1351
11 24,20 10,1366 2,2651 7,8715 23,70 11,7298 2,9586 8,7712 16,90 7,0908 1,7966 3,9468
12 25,50 14,3216 3,5983 10,7233 28,50 18,3767 5,0433 13,3334 19,70 8,7568 2,073 4,2242
13 25,00 13,4591 3,8916 9,5675 23,40 10,4027 2,1402 8,2625 29,10 21,0842 5,4774 3,8493
14 23,10 11,8382 2,5495 9,2887 26,10 14,5565 3,3365 11,2200 25,80 19,7798 5,626 3,5158
15 24,30 13,0599 3,1195 9,9404 23,70 11,9931 2,4642 9,5289 26,00 15,0794 3,9764 3,7922
16 31,90 21,5420 5,5055 16,0365 24,40 12,6973 2,7802 9,9171 22,10 13,2337 3,1027 4,2652
17 26,90 14,6615 3,1245 11,5370 27,80 17,4717 4,5831 12,8886 24,90 18,2323 4,3545 4,1870
18 25,00 14,5426 2,9843 11,5583 26,30 12,7056 1,7138 10,9918 28,10 17,2111 5,1467 3,3441
19 22,90 11,3405 2,4008 8,9397 26,50 15,6992 4,0766 11,6226 23,50 14,5835 3,8573 3,7808
86

Lampiran 8. (lanjutan)

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3


No. 26 Desember 2009 3 April 2010 16 Mei 2010
PT WT WD WC PT WT WD WC PT WT WD WC
(mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram)
20 26,40 16,4427 3,5007 12,9420 26,30 16,1332 3,8791 12,2541 22,10 12,7942 3,311 3,8641
21 26,90 15,7012 3,4399 12,2613 24,60 13,5055 3,0928 10,4127 22,50 13,2094 3,3637 3,9270
22 26,00 14,2611 2,9428 11,3183 28,40 15,5071 4,3183 11,1888 32,40 20,4416 5,6392 3,6249
23 26,50 13,5935 2,8485 10,7450 26,10 17,8582 4,1042 13,7540 21,20 12,1784 2,5495 4,7768
24 28,70 16,2289 3,844 12,3849 25,40 13,4530 3,1804 10,2726 23,80 14,0400 3,1815 4,4130
25 22,50 14,5589 3,2021 11,3568 25,30 15,3402 4,1926 11,1476 24,10 14,7225 3,7486 3,9275
26 21,50 9,5733 1,8396 7,7337 25,50 13,2124 2,8904 10,3220 21,30 12,6400 2,9255 4,3206
27 29,10 20,7936 4,662 16,1316 29,60 19,5166 4,9196 14,5970 23,40 14,1965 3,0955 4,5862
28 22,40 9,9460 2,2814 7,6646 23,90 12,1259 2,4949 9,6310 22,40 14,7566 3,7361 3,9497
29 18,70 6,5314 0,7898 5,7416 22,90 10,7717 2,2869 8,4848 24,40 15,1673 3,6128 4,1982
30 21,30 10,2215 2,2967 7,9248 25,40 11,7155 2,6903 9,0252 22,10 13,1701 3,817 3,4504
31 29,50 20,1314 3,9016 16,2298 16,10 5,1275 1,0187 4,1088 24,00 13,4837 3,2701 4,1233
32 26,00 18,4362 4,9242 13,5120 20,20 6,5498 1,2906 5,2592 23,10 13,0474 3,3469 3,8984
33 28,70 18,7721 4,0182 14,7539 17,70 6,0488 1,3892 4,6596 24,50 15,0672 3,7112 4,0599
34 24,50 11,3097 2,4593 8,8504 21,10 10,7680 2,1872 8,5808 23,20 13,7183 3,2476 4,2241
35 24,10 13,7992 3,1053 10,6939 22,10 12,5614 3,1150 9,4464 26,00 17,8915 4,384 4,0811
36 25,00 15,1861 2,9655 12,2206 20,40 9,8185 2,0405 7,7780 25,30 14,5145 3,2122 4,5186
37 26,00 16,1077 3,5449 12,5628 23,10 9,8376 1,9818 7,8558 20,00 7,0606 1,5543 4,5426
38 26,00 15,3939 2,4049 12,9890 22,40 12,3216 2,6342 9,6874 23,10 13,9725 3,2984 4,2361
39 25,20 13,0419 3,8863 9,1556 22,00 10,6310 2,1798 8,4512 24,50 14,8414 4,0535 3,6614
87

Lampiran 8. (lanjutan)

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3


No. 26 Desember 2009 3 April 2010 16 Mei 2010
PT WT WD WC PT WT WD WC PT WT WD WC
(mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram)
40 26,10 15,1679 4,1592 11,0087 24,40 12,4440 2,5843 9,8597 23,10 14,2831 2,9812 4,7911
41 27,30 23,6449 4,8084 18,8365 19,40 10,7674 2,3924 8,3750 25,00 16,3088 3,863 4,2218
42 25,50 13,4575 3,1846 10,2729 26,70 13,4265 2,8753 10,5512 27,60 16,6506 4,0197 4,1422
43 25,20 13,8343 3,3092 10,5251 21,80 11,3525 2,7192 8,6333 25,00 17,1602 3,4346 4,9963
44 26,00 16,0691 3,1748 12,8943 21,30 12,2421 2,8392 9,4029 20,60 12,1187 3,0165 4,0175
45 25,40 12,6097 2,706 9,9037 21,00 12,4762 3,0534 9,4228 22,30 11,8268 2,1487 5,5042
46 26,00 15,4070 3,4544 11,9526 20,50 11,5757 2,4169 9,1588 23,70 14,6502 3,1472 4,6550
47 26,50 13,0154 2,743 10,2724 23,00 14,0813 3,2516 10,8297 24,70 16,3390 3,3051 4,9436
48 26,30 20,4472 4,7683 15,6789 25,20 14,5649 2,9337 11,6312 23,60 16,1805 3,9192 4,1285
49 29,10 19,8917 4,9432 14,9485 20,60 12,5640 2,8141 9,7499 24,90 18,3359 3,7968 4,8293
50 27,00 13,7265 2,7791 10,9474 29,00 16,6395 3,4315 13,2080 25,50 13,1100 2,9972 4,3741
51 28,20 18,5445 3,9209 14,6236 21,80 12,2664 2,6582 9,6082 20,10 7,2292 1,5534 4,6538
52 24,30 17,4238 3,6116 13,8122 22,00 9,9637 1,1773 8,7864 23,80 12,6446 3,5507 3,5612
53 20,70 10,0973 2,3287 7,7686 22,00 11,0241 2,3526 8,6715 23,20 9,6218 2,6889 3,5783
54 24,60 14,1554 3,5183 10,6371 29,40 18,4913 3,8926 14,5987 26,90 15,0038 3,7982 3,9502
55 25,30 10,0612 2,3626 7,6986 20,60 9,4495 2,1357 7,3138 23,40 13,9431 2,929 4,7604
56 21,90 11,9149 2,4757 9,4392 21,30 10,6953 2,3593 8,3360 21,60 9,4028 1,8796 5,0026
57 21,80 14,2972 3,1569 11,1403 19,40 8,8191 2,0340 6,7851 24,20 11,5258 2,4138 4,7750
58 25,40 11,1374 2,5351 8,6023 20,70 12,9625 2,8094 10,1531 21,10 14,3794 2,8134 5,1110
59 22,50 11,9756 2,6144 9,3612 24,30 11,9365 2,2493 9,6872 27,30 11,5409 2,5238 4,5728
88

Lampiran 8. (lanjutan)

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3


No. 26 Desember 2009 3 April 2010 16 Mei 2010
PT WT WD WC PT WT WD WC PT WT WD WC
(mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram)
60 22,30 8,9224 2,0061 6,9163 15,20 4,4912 1,0818 3,4094 20,60 13,5225 3,2757 4,1281
61 21,80 12,0225 2,5568 9,4657 19,10 7,8655 1,6867 6,1788 26,80 14,9306 3,6403 4,1015
62 26,40 13,5715 3,394 10,1775 27,20 15,1230 3,0952 12,0278 24,60 15,1792 4,087 3,7140
63 27,40 18,3878 3,7913 14,5965 19,40 8,6117 1,9219 6,6898 26,00 13,5578 3,3538 4,0425
64 24,80 14,8786 3,1474 11,7312 20,60 10,1913 1,8799 8,3114 24,40 17,6931 4,1793 4,2335
65 25,20 13,0720 3,0192 10,0528 22,30 12,8519 3,0430 9,8089 25,10 17,1343 3,8205 4,4848
66 24,50 12,2327 2,7257 9,5070 19,60 8,3924 1,7411 6,6513 27,50 16,2274 4,0728 3,9843
67 21,30 11,1315 2,451 8,6805 22,40 14,0332 2,8350 11,1982 23,90 15,3693 4,2388 3,6259
68 27,30 17,3267 3,8107 13,5160 17,50 7,7244 1,4575 6,2669 33,80 23,4430 5,9711 3,9261
69 26,30 17,2769 3,6725 13,6044 22,40 11,8517 2,4843 9,3674 32,80 23,1377 5,521 4,1909
70 22,20 9,7602 2,3476 7,4126 21,40 12,5741 2,8959 9,6782 23,10 12,7484 3,105 4,1058
71 20,30 11,5671 2,5612 9,0059 21,30 11,6520 2,4828 9,1692 24,20 9,5535 2,4662 3,8738
72 27,20 15,1908 3,7651 11,4257 22,40 13,2831 2,9028 10,3803 23,80 13,1365 3,603 3,6460
73 24,60 14,0711 3,4596 10,6115 22,40 12,8397 2,7747 10,0650 26,40 12,1824 3,2286 3,7733
74 19,50 6,4415 1,427 5,0145 20,70 10,1665 1,8698 8,2967 28,10 15,0102 3,8188 3,9306
75 24,60 15,8942 3,2769 12,6173 30,20 19,0287 4,4220 14,6067 19,10 7,1167 1,6604 4,2861
76 25,40 12,7277 2,8474 9,8803 28,50 19,3311 4,5470 14,7841 23,40 12,8767 3,188 4,0391
77 24,10 13,3038 3,1438 10,1600 18,60 7,7838 1,7742 6,0096 24,90 12,0326 2,9158 4,1267
78 25,30 14,1068 3,309 10,7978 23,40 10,8588 2,8918 3,7550
79 25,70 12,2002 2,9003 9,2999 25,40 13,6194 3,6085 3,7743
89

Lampiran 8. (lanjutan)

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3


No. 26 Desember 2009 3 April 2010 16 Mei 2010
PT WT WD WC PT WT WD WC PT WT WD WC
(mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram)
80 21,40 11,0506 2,6899 8,3607 22,10 8,9185 2,2367 3,9873
81 22,90 12,7450 2,9472 9,7978 26,80 14,4560 2,2514 6,4209
82 26,30 16,0421 3,3967 12,6454 31,70 21,3145 4,6609 4,5730
83 19,90 6,2619 0,9783 5,2836 23,50 12,6072 3,2279 3,9057
84 19,20 8,5114 1,1661 7,3453 24,50 14,0043 3,8548 3,6330
85 29,10 17,5657 4,2636 13,3021 28,50 15,2413 3,6476 4,1784
86 24,40 10,1685 2,0268 8,1417 27,30 12,5801 3,152 3,9911
87 19,20 10,9633 2,595 8,3683 21,30 13,3417 3,8602 3,4562
88 23,10 13,8789 3,1939 10,6850 31,10 18,1161 4,6661 3,8825
89 24,30 11,4963 2,9515 8,5448 31,80 20,9637 3,9796 5,2678
90 23,10 14,7899 3,6533 11,1366 32,60 23,3183 5,2135 4,4727
91 23,70 11,7093 2,8279 8,8814 27,90 16,8866 4,1607 4,0586
92 28,50 18,2967 3,7301 14,5666 24,50 11,5199 3,1874 3,6142
93 23,10 11,8055 2,6065 9,1990 25,20 9,4935 1,5389 6,1690
94 23,10 11,9821 2,9724 9,0097 23,90 13,1140 3,5877 3,6553
95 24,80 12,0118 3,2257 8,7861 19,60 8,8052 2,1954 4,0107
96 21,30 9,2561 2,0849 7,1712 25,30 14,4611 3,3464 4,3214
97 24,80 12,2163 3,0512 9,1651 19,60 9,2907 2,0539 4,5234
98 18,50 8,3350 1,8752 6,4598 19,60 8,9666 2,1745 4,1235
99 26,70 14,2216 3,1945 11,0271 17,30 6,1639 1,5183 4,0597
90

Lampiran 8. (lanjutan)

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3


No. 26 Desember 2009 3 April 2010 16 Mei 2010
PT WT WD WC PT WT WD WC PT WT WD WC
(mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram)
100 24,10 14,6383 3,2881 11,3502 20,90 10,0193 2,4615 4,0704
101 26,00 14,7515 3,4658 11,2857 20,90 8,8945 2,1392 4,1579
102 25,40 13,2865 3,1141 10,1724 21,30 10,2991 3,0476 3,3794
103 28,50 14,8430 4,0197 10,8233 21,10 10,5405 1,9356 5,4456
104 29,40 20,0031 5,0457 14,9574 20,30 9,4381 2,1221 4,4475
105 27,40 17,3003 4,9435 12,3568 19,60 9,1822 2,2876 4,0139
106 24,80 12,5350 2,9335 9,6015 27,50 15,8064 3,7735 4,1888
107 28,50 18,8691 4,833 14,0361 22,70 13,2381 3,3702 3,9280
108 26,00 15,5598 3,6453 11,9145 27,60 17,0921 3,5365 4,8331
109 26,10 14,7612 3,932 10,8292 25,90 11,0388 3,8691 2,8531
110 25,20 13,4658 3,0442 10,4216 20,20 11,7472 2,8099 4,1806
111 27,00 16,2694 3,4819 12,7875 29,40 19,9788 5,1462 3,8822
112 25,10 11,2813 2,5517 8,7296 25,20 13,0806 3,1969 4,0917
113 26,00 15,4301 3,4943 11,9358 23,60 15,9494 4,4156 3,6121
114 24,00 14,3626 3,7699 10,5927 23,50 13,6994 3,2782 4,1789
115 29,70 19,8375 5,4742 14,3633 22,80 9,9591 2,4087 4,1346
116 26,00 15,6416 3,753 11,8886 20,80 8,5010 2,1117 4,0257
117 23,20 12,1563 2,9355 9,2208 22,70 11,8997 2,3613 5,0395
118 23,00 12,0422 3,0111 9,0311 21,40 9,7521 2,3736 4,1086
119 24,90 13,0698 3,535 9,5348 22,90 10,1975 2,286 4,4608
91

Lampiran 8. (lanjutan)

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3


No. 26 Desember 2009 3 April 2010 16 Mei 2010
PT WT WD WC PT WT WD WC PT WT WD WC
(mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram)
120 23,00 10,0812 1,2852 8,7960 20,90 10,5275 2,2098 4,7640
121 23,60 10,6189 2,3049 8,3140 18,50 7,1749 1,684 4,2606
122 23,00 14,7608 3,7576 11,0032
123 30,80 19,6410 4,7155 14,9255
124 20,00 14,6296 3,9036 10,7260
125 20,00 7,7106 1,8775 5,8331
126 24,00 11,7452 2,9374 8,8078
127 25,20 8,0480 1,9152 6,1328
128 24,60 11,5468 2,5615 8,9853
129 22,20 9,9916 2,3226 7,6690
130 30,00 20,4292 4,7929 15,6363
131 21,80 11,3967 2,7937 8,6030
132 23,10 12,1101 2,4109 9,6992
133 24,10 13,0526 3,2677 9,7849
134 22,40 10,2799 2,725 7,5549
135 23,50 11,8618 2,9033 8,9585
136 23,10 12,1121 2,7567 9,3554
137 20,70 15,4123 3,7437 11,6686
138 29,20 13,1274 3,2566 9,8708
139 21,40 9,6839 2,0567 7,6272
92

Lampiran 8. (lanjutan)

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3


No. 26 Desember 2009 3 April 2010 16 Mei 2010
PT WT WD WC PT WT WD WC PT WT WD WC
(mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram)
140 23,30 11,4450 3,0122 8,4328
141 29,10 18,3668 4,717 13,6498
142 26,00 7,7269 1,1619 6,5650
143 22,40 11,3019 2,6479 8,6540
144 23,10 13,0772 3,1569 9,9203
145 22,40 10,4121 2,1317 8,2804
146 19,50 6,7180 1,487 5,2310
147 22,60 10,2768 2,3947 7,8821
148 22,20 10,4383 2,6414 7,7969
149 23,90 11,3905 3,1554 8,2351
150 29,80 12,2321 2,9578 9,2743
151 27,90 16,2063 2,979 13,2273
152 24,40 12,3550 2,831 9,5240
153 24,10 12,5191 2,883 9,6361
154 23,20 17,2388 4,3844 12,8544
155 28,10 10,9232 2,403 8,5202
156 23,10 10,2061 1,9613 8,2448
157 28,90 13,4060 2,538 10,8680
158 25,90 11,5761 2,39 9,1861
159 22,40 10,1488 2,7432 7,4056
93

Lampiran 8. (lanjutan)

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3


No. 26 Desember 2009 3 April 2010 16 Mei 2010
PT WT WD WC PT WT WD WC PT WT WD WC
(mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram)
160 26,80 13,9991 3,4883 10,5108
161 23,80 11,7870 2,7849 9,0021
162 23,20 12,5520 2,895 9,6570
163 22,20 9,5557 2,1777 7,3780
164 24,20 12,7091 2,512 10,1971
165 22,40 11,1713 2,5682 8,6031
166 26,30 13,7729 3,6681 10,1048
167 21,10 12,5889 2,6272 9,9617
168 22,40 10,2720 2,6951 7,5769
169 21,10 8,9125 1,995 6,9175
170 24,60 12,9221 3,0359 9,8862
171 21,20 8,5212 0,9955 7,5257
172 22,10 17,9980 4,534 13,4640
173 29,50 17,8619 4,697 13,1649
174 28,30 18,1005 4,0424 14,0581
175 23,10 15,2294 3,2732 11,9562
176 25,50 12,8042 3,0051 9,7991
177 25,10 12,4538 2,6675 9,7863
178 24,70 19,4619 4,5138 14,9481
179 29,20 10,1919 2,3844 7,8075
94

Lampiran 8. (lanjutan)

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3


No. 26 Desember 2009 3 April 2010 16 Mei 2010
PT WT WD WC PT WT WD WC PT WT WD WC
(mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram)
180 22,20 9,5170 2,3718 7,1452
181 25,00 12,4141 3,1183 9,2958
182 29,60 18,0751 4,5775 13,4976
183 26,20 13,3276 3,4512 9,8764
184 27,60 11,3983 2,885 8,5133
185 27,30 16,2238 3,7061 12,5177
186 21,20 9,5480 2,2461 7,3019
187 27,50 17,2094 4,5202 12,6892
188 22,80 10,1802 2,6295 7,5507
189 20,10 11,8374 3,3391 8,4983
190 28,60 17,7905 4,5196 13,2709
191 21,20 9,7243 1,9076 7,8167
192 31,20 19,3790 5,7722 13,6068
193 20,70 14,3380 3,5581 10,7799
194 26,40 16,3785 3,835 12,5435
195 22,40 10,5630 2,2371 8,3259
196 27,10 15,7726 3,1277 12,6449
197 26,00 13,7928 3,6089 10,1839
198 22,50 14,5729 3,2684 11,3045
199 26,50 14,2006 3,4481 10,7525
95

Lampiran 8. (lanjutan)

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3


No. 26 Desember 2009 3 April 2010 16 Mei 2010
PT WT WD WC PT WT WD WC PT WT WD WC
(mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram)
200 29,30 17,4466 4,1519 13,2947
201 17,10 5,0721 0,4707 4,6014
202 19,00 5,8675 1,2222 4,6453
203 26,60 13,1829 2,7758 10,4071
204 17,10 6,2965 1,4272 4,8693
205 16,70 5,4055 1,2116 4,1939
206 17,10 7,3210 1,8874 5,4336
207 18,30 5,0641 0,9607 4,1034
208 22,60 10,1056 2,1789 7,9267
209 18,60 8,3674 2,0609 6,3065
210 27,00 18,0638 3,5698 14,4940
211 28,00 17,9131 4,3952 13,5179
212 20,00 9,5514 2,1999 7,3515
213 16,50 5,6354 1,4847 4,1507
214 16,00 5,0693 1,2096 3,8597
215 17,50 6,1044 1,5092 4,5952
216 25,30 13,1342 3,3615 9,7727
217 29,00 19,8607 5,1702 14,6905
218 23,40 11,4453 2,5745 8,8708
219 15,80 5,5734 1,2069 4,3665
96

Lampiran 8. (lanjutan)

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3


No. 26 Desember 2009 3 April 2010 16 Mei 2010
PT WT WD WC PT WT WD WC PT WT WD WC
(mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram)
220 17,50 6,7904 1,6326 5,1578
221 16,30 6,8170 1,8018 5,0152
222 23,00 5,9478 1,4258 4,5220
223 22,00 10,7922 2,6489 8,1433
224 17,00 5,0970 1,1757 3,9213
225 17,70 8,9200 2,0587 6,8613
226 16,30 8,8945 2,026 6,8685
227 21,10 12,0393 3,4825 8,5568
228 25,50 7,5110 1,182 6,3290
229 15,20 7,2143 1,7938 5,4205
230 18,70 10,0141 2,4263 7,5878
231 21,00 7,8003 0,0092 7,7911
232 19,30 5,9363 1,6226 4,3137
233 16,30 7,4903 1,9641 5,5262
234 19,20 12,9690 3,1441 9,8249
235 24,10 7,8761 1,8616 6,0145
236 18,50 7,4911 1,7951 5,6960
237 16,30 5,3590 1,5121 3,8469
238 17,40 6,1679 1,4687 4,6992
239 17,50 6,0862 1,4844 4,6018
97

Lampiran 8. (lanjutan)

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3


No. 26 Desember 2009 3 April 2010 16 Mei 2010
PT WT WD WC PT WT WD WC PT WT WD WC
(mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram) (mm) (gram) (gram) (gram)
240 16,20 5,2593 1,3136 3,9457
241 19,60 6,3970 1,5806 4,8164
242 19,10 6,7577 1,6942 5,0635
243 16,50 5,5747 1,3521 4,2226
244 16,90 6,2382 1,4446 4,7936
245 17,40 6,2663 1,5413 4,7250
246 18,70 7,5873 2,0063 5,5810
98

Lampiran 9. Parameter kualitas air di perairan Teluk Lada

Tanggal 12 Desember 2009 13 Maret 2010 29 Mei 2010


Stasiun St.1 St.2 St.3 St.1 St.2 St.3 St.1 St.2 St.3
Pukul 07.55 09.35 10.22 07.15 09.45 07.26 07.46 09.41 11.16
Warna Biru Hijau Hijau
Kecokelatan Kecokelatan Kecokelatan Kecokelatan Hijau Hijau
Perairan kehijauan kecokelatan kecokelatan
pH 8,00 7,05 7,50 7,50 7,00 7,50 7,50 8,00 8,00
Suhu (°C) 29,0 28,0 28,0 29,0 29,0 28,0 32,0 31,0 31,0
Salinitas
34,0 35,0 35,0 25,0 26,0 25,0 36,0 29,0 29,0
(‰)
Kec, arus
10,19 15,29 36,10 2,84 2,81 2,77 3,92 3,27 2,67
(cm/detik)
320 335
21 320 205 230 263 270 225
Arah (°) (Barat (Barat
(Utara) (Barat laut) (Selatan) (Barat daya) (Barat) (Barat) (Barat daya)
laut) laut)
DO (mg/l) 6,66 4,05 5,00 5,83 5,00 5,41 4,84 6,45 7,66
99

Lampiran 10. Parameter kualitas air di perairan Teluk Banten

Tanggal 26 Desember 2009 3 April 2010 16 Mei 2010


Stasiun St.1 St.2 St.1 St.2 St.1 St.2
Pukul 17.05 18.20 08.30 09.50 13.02 15.28
Warna Perairan Kecokelatan Kecokelatan Kecokelatan Kecokelatan Hijau Kecokelatan Hijau Kecokelatan
pH 8,00 8,00 8,00 8,00 7,81 7,08
suhu (°C) 28,0 26,0 30,0 30,0 30,0 30,0
Salinitas (‰) 20,0 30,0 19,0 20,0 23,0 27,0
Kec, arus
15,26 14,17 2,21 9,46 15,91 5,32
(cm/s)
210 135 145 35 95 250
Arah (°C)
(Tenggara) (Tenggara) (Tenggara) (Timur Laut) (Timur) (Barat)
DO (mg/l) 3,44 4,80 4,45 9,80 6,40 4,80
100

Lampiran 11. Contoh perhitungan kepadatan (densitas)

A. Kerang darah di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada

Simpangan
2 2 Rata-rata
Waktu Stasiun Ulangan x (ind) m (m ) D (ind/m ) baku
Kepadatan
Kepadatan
1 85 2 43
1 30 19,1
2 31 2 16
1 0 2 0
12 Desember 2009 2 - -
2 0 2 0
1 0 2 0
3 - -
2 0 2 0
1 41 2 21
1 29 11,3
2 73 2 37
1 0 2 0
13 Maret 2010 2 - -
2 0 2 0
1 0 2 0
3 - -
2 0 2 0
1 78 2 39
1 35 6,4
2 60 2 30
1 0 2 0
29 Mei 2010 2 - -
2 0 2 0
1 0 2 0
3 - -
2 0 2 0
101

Lampiran 11. (lanjutan)

B. Kerang darah di perairan Bojonegara, Teluk Banten

Simpangan
2 2 Rata-rata
Waktu Stasiun Ulangan x(ind) m (m ) D (ind/m ) baku
Kepadatan
Kepadatan
1 5 1 5
1 3 3,5
2 0 1 0
26 Desember 2009
1 180 4 45
2 31 19,8
2 66 4 17
1 16 1 16
1 14 2,8
2 12 1 12
3 April 2010
1 23 1 23
2 25 2,1
2 26 1 26
1 19 1 19
1 19 0,7
2 71 4 18
16 Mei 2010
1 5 1 5
2 16 14,8
2 26 1 26

Menghitung kepadatan kerang di stasiun 1 perairan Bojonegara, Teluk Banten pada waktu pengamatan ke-3 (16 Mei 2010):

19 ind
D
1 m

= 19 ind/m2
102

Lampiran 12. Pola sebaran jenis kerang darah

A. Kerang darah di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada

Waktu q ni ni2 N ni2- N Id


85 7225 116 6857
12 Desember 2009 2
31 961 593 1,2099
Total 8186 116 7450
41 1681 114 1313
13 Maret 2010 2
73 5329 4961 1,0706
Total 7010 114 6274
78 6084 138 3876
29 Mei 2010 2
60 3600 1392 1,0098
Total 9684 138 5268
85 7225 368 6857
31 961 368 593
41 1681 368 1313
Gabungan 6 1,0890
73 5329 368 4961
78 6084 368 5716
60 3600 368 3232
Total 368 24880 2208 22672
103

Lampiran 12. (lanjutan)

B. Kerang darah di perairan Bojonegara, Teluk Banten

Waktu q ni ni2 N ni2 - N Id


26 Desember 2009 4 5 25 251 25 2,3286
0 0 0
180 32400 32400
66 4356 4356
Total 251 36781 251 36781
3 April 2010 4 16 256 77 256 1,0444
12 144 144
23 529 529
26 676 676
Total 77 1605 77 1605
16 Mei 2010 4 19 361 121 240 1,6479
71 5041 5041
5 25 25
26 676 676
Total 121 6103 121 5982
Gabungan 12 449 44489 5762 38727 2,2683

Pola sebaran kerang darah di perairan Bojonegara, Teluk Banten pada waktu pengamatan ke-3 (16 Mei 2010):


Id  4 = 1,6479

 

104

Lampiran 12. (lanjutan)


Hipotesis:
H0 : Id = 1 bersifat seragam

Id > 1, bersifat mengelompok


H1 : Id ≠ 1
Id < 1, bersifat acak

Uji Lanjut (A)

Waktu N n xi2 χ2hitung χ2 (0,05) Pola sebaran


12 Desember 2009 116 2 9147 25,1379 3,8415 Mengelompok
13 Maret 2010 114 2 12339 8,9825 3,8415 Mengelompok
29 Mei 2010 138 2 13284 2,3478 3,8415 Acak mengelompok

Gabungan 368 6 42535 37,6522 3,8415 Mengelompok

Uji lanjut (B)


Waktu N n xi2 χ2hitung χ2 (0,05) Pola sebaran
26 Desember 2009 251 4 36781 335,151 7,8143 Mengelompok
3 April 2010 77 4 1605 6,377 7,8143 Acak mengelompok
16 Mei 2010 121 4 6103 80,752 7,8143 Mengelompok
Gabungan 449 12 44489 740,016 7,8143 Mengelompok

Misalkan Id = 1,6479 (16 Mei 2010 di perairan Bojonegara, Teluk Banten), maka uji lanjutnya yaitu:

χ
hitung  4  449 = 740,016; χ2 (0,05) = 7,8143 maka Tolak H0 (Mengelompok)

105

Lampiran 13. Tampilan FISAT II


106

Lampiran 14. Contoh perhitungan Uji t nilai b pada hubungan panjang bobot (bobot total ) kerang darah
• Kerang darah di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada
Hipotesis:
H0 :b≥3
H1 :b<3
SUMMARY OUTPUT

Statistik regresi
r 0,9585
R2 0,9187

Tabel Sidik Ragam


dB JK KT Fhit Significance F
Regresi 1 36,2265 36,2265 4136,048 1,5E-201
Sisa 366 3,2057 0,0088
Total 367 39,4322

Simpangan
Koefisien baku
Intersep (a) -2,8983 0,0563
Slope (b) 2,9695 0,0462

, #
t  !  = 0,6602; t(α = 0,05) = 1,9665 Gagal tolak H0 (Allometrik positif, cenderung gemuk)
,

107

Lampiran 15. Uji t kepadatan kerang darah di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada dan Bojonegara, Teluk Banten
H0 : µ1 ≥µ2
H1 : µ1< µ2
Keterangan:
µ1 adalah rata-rata kepadatan kerang darah di perairan PLTU Labuan, Teluk Lada
µ2 adalah rata-rata kepadatan kerang darah di perairan Bojonegara, Teluk Banten

t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances

Variable 1 Variable 2
Rata-rata 32 18
Ragam 11,0833 94,8750
db 7
t Stat 2,2528
P(T<=t) one-tail 0,0295
t Critical one-tail 1,8946
t hitung > t tabel yaitu 2,2528 > 1,8946 Tolak H0
Interpretasi: Pada selang kepercayaan 95% bahwa kepadatan rata-rata kerang darah di perairan PLTU Labuan Teluk Lada lebih rendah
daripada perairan Bojonegara, Teluk Banten,

Anda mungkin juga menyukai