ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi morfometrik pada populasi ikan tongkol
abu-abu (thunnus tonggol) di perairan laut Aceh. Penelitian ini dilaksakan pada bulan
September 2019. Pengambilan sampel ikan tongkol abu-abu dilakukan di lima lokasi, yaitu
Langsa (TPI Kuala Langsa), Aceh Barat (TPI Lhok Bubon), Aceh Barat Daya (TPI Ujong
Serangga), Aceh Timur (PPN IDI Rayeuk) dan Banda Aceh (TPI Lampulo). Sebanyak 65
ekor ikan tongkol abu-abu diambil pada masing-masing lokasi. Pengukuran sampel
morfometrik mengunakan metode truss morfometrik dan analisa data menggunakan uji
multivariate discriminant analysis. Hasil menunjukan adanya variasi morfometrik pada ikan
tongkol abu-abu diperairan laut aceh. Fungsi pertama variasi karakter morfologi ikan tongkol
abu-abu yang terdapat di lima lokasi perairan laut Aceh lebih dominan yaitu panjang
sirip dorsal satu dan panjang sirip ventral dibandingkan dengan 3 fungsi yang lain.
Morfometrik pada populasi ikan tongkol abu-abu di perairan laut Aceh mengelompok
menjadi empat populasi, dimana ikan tongkol abu-abu dari perairan Langsa sangat mirip
dengan ikan dari perairan Aceh Timur, dan keduanya cenderung lebih mirip dengan ikan dari
Banda Aceh. Sedangkan Aceh Barat Daya dan Aceh Barat terpisah membentuk kelompok
tersendiri. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa secara geografis, lokasi
penangkapan Aceh Barat Dayadan Aceh Barat membentuk suatu populasi tersendiri, dimana
daerahnya berada pada bagian Barat Selatan Propinsi Aceh, sementara Langsa dan Aceh
Timur memiliki karakteristik tersendiri pula yang mewakili bagian Timur Utara Proponsi
Aceh, sedangkan Banda Aceh berada ditengah-tengah Propinsi Aceh yang memiliki karakter
morpometrik tersendiri.
Kata kunci: Morfometrik, Tongkol abu-abu, Thunnus tonggol, Laut Aceh
ABSTRACT
This study aims to determine the morphometric variations of longtail tuna (Thunnus
tonggol) population in the Aceh sea waters. This research was conducted in September2019.
Sampling was conducted out in five locations, namely; Langsa (TPI Kuala Langsa), Aceh
Barat (TPI Lhok Bubon), Aceh Barat Daya (TPI Ujong Serangga), Aceh Timur (PPN IDI
Rayeuk) and Banda Aceh (TPI Lampulo). A total of 65 samples were taken from its location.
The morphometric sample was measured using a morphometric truss method, then data were
analyzed with multivariate discriminant analysis. The results showed a morphometric
variation in longtail tuna in Aceh sea waters. Based on morphometric variation the population
34
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 5, Nomor 1: 34-43
Februari 2020
ISSN. 2527-6395
of longtail tuna in the Aceh sea waters was grouped into four populations, where the longtail
tuna from Langsa waters was very similar to fish from Aceh Timur waters, and both were
somewhat similar to fish from Banda Aceh. While the population at Aceh Barat Daya and
Aceh Barat were grouped separately. From this research, it can be concluded that
geographically, Aceh Barat Daya and Aceh Barat formed its population, where these areas
are close to the South West of Aceh Province, while Langsa and Aceh Timur represent
the North East of Aceh Province had their characteristics of fish morphometric and Banda
Aceh as in the center of those four population had the different characteristic of fish
morphometric from those remaining populations.
Keywords: Morphometrics, Longtail tuna, Thunnus Tonggol, Aceh Sea
PENDAHULUAN
Ikan tongkol abu (Thunnus tonggol) merupakan salah satu spesies ikan pelagis
penting yang banyak ditemukan di perairan Indo-Pasifik, hidup di daerah
neritik.Penyebarannya secara geografis meliputi di Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik Barat bagian tengah terdapat pada garis lintang antara 23,1oLU dan 37,2oLS
serta garis bujur antara 65 154,25oBT (Yesaki, 1994). Indonesia adalah salah satu
negara penyumbang produksi ikan tongkol abu-abu terbesar di dunia. Pada tahun
2009, Indonesia memberi kontribusi sekitar 29% dari total produksi dunia dan
pada tahun 2011 meningkat menjadi 31% (Abdussamad et al., 2012). Oleh karena
itu ikan tongkol abu-abu menjadi salah satu komunitas ekspor penting bagi Indonesia.
Menurut Matthews (1998), variasi morfologi pada ikan dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah faktor genetik yang diturunkan dari induknya yang
membatasi atau membedakannya dengan spesies yang lain, adaptasi bentuk tubuh dan
sirip untuk kondisi lingkungan perairan dimana ikan tersebut hidup, adaptasi bentuk
kepala dan rahang dalam memperoleh makanan. Salah satu metode kajian morfologi
ikan yang sering digunakan adalah truss networks morphometric (Muchlisin, 2013),
dan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan metode truss morfometrik lebih
unggul berbanding tradisional morfometrik (Cadrin 2000; Muchlisin 2010). Oleh
karena itu teknik truss morfometrik tersebut digunakan dalam penelitian ini.
Kajian morphometrik ikan di perairan Aceh selama ini lebih banyak difokuskan pada
ikan air tawar, misalnya ikan Rasbora (Muchlisin, 2013), Barbonymus (Batubara et al.,
2018), lima spesies ikan air tawar yang dominan tertangkap yaitu nila (Oreochromis
niloticus), ikan mujair (O. mossambicus), ikan sepat siam (Trichopodus pectoralis), ikan
gurami (Osphronemus gorami) dan ikan gabus (Channa striata) di Danau Aneuk laot Kota
Sabang (Khayra et al., 2016). Sedangkan ikan laut khususnya ikan tongkol abu-abu
yang terdapat diperairan laut Aceh belum pernah dilakukan. Oleh karena itu penelitian
ini dirasa penting untuk dilakukan sebagai upaya penyedia data awal tentang kondisi
ikan tongkol abu-abu diperairan estuaria laut Aceh. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa panjang maksimum ikan tongkol akan bertambah sesuai dengan
bertambahnya garis lintangdan mempunyai sifat memijah menuju air yang lebih
hangat diluar zona neritik. Menurut Yesaki (1994) jenis ikan tongkol abu-abu pada
umumnya menjadi target penangkapan pada perikanan pukat cincin, jaring ingsang
dan pancing, meliputi mackerel tuna (Euthynnus affinis) dan frigate tuna (Auxis
thazard dan Auxis rochei).
Menurut Jackson (2014), ekplorasi yang tinggi harus diikuti dengan suatu
pendekatan yang dilakukan tanpa mengubah atau merusak ekosistem atau cenderung
untuk melindungi dan melestarikannya. Hal ini membutuhkan strategi dalam upaya
pencegahan hilangnya sumberdaya ikan khususnya ikan tongkol abu- abu. Informasi
35
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 5, Nomor 1: 34-43
Februari 2020
ISSN. 2527-6395
tentang struktur populasi ikan tongkol dapat digunakan sebagai upaya konservasi dan
pengelolaan perikanan untuk spesies pelagis bernilai komersil di Indonesia.Tingkat
eksploitasi ikan tongkol abu-abu di Samudera Hindia diperkirakan mencapai nilai
sebesar 0,59 E (kategori tinggi dan pencapaian terjadi seacara berlebih. Mengenai
eksplorasi yang tinggi dan variasi morfometrik ikan tongkol abu-abu yang penting
untuk diketahui sebagai acuan dasar kelangsungan hidup jangka panjang ikan tongkol
abu-abu dan juga dapat menjamin populasi spesies ikan tongkol abu-abu. Oleh karena
itu, perlu dilakukan penelitian mengenai variasi morfometrik ikan tongkol abu-abu di
perairan Aceh agar dapat diketahui variasi populasinya antar daerah penangkapan serta
mengetahui kelangsungan hidup dari ikan tongkol abu-abu dari beberapa populasi.
Beberapa aspek penting yang telah dikaji oleh peneliti terkait aspek bio-ekologi ikan
tongkol abu-abu ini beberapa diantaranya yaitu mengenai laju pertumbuhan,
reproduksi dan parameter populasi (Motlagh et al., 2010). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui variasi morfometrik pada populasi ikan tongkol abu-abu sehingga
bisa menentukan status hidup populasi ikan tongkol abu-abu di perairan laut Aceh
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitan ini telah dilakukan pada bulan September 2019. Pengambilan sampel ikan
tongkol abu-abu (Thunnus tonggol) dilakukan di lima lokasi, yaitu Langsa (TPI Kuala
Langsa), Aceh Barat (TPI Lhok Bubon), Aceh Barat Daya (TPI Ujong Serangga),
Aceh Timur (PPN IDI Rayeuk) dan Banda Aceh (TPI Lampulo) dapat dilihat pada
(Gambar 1). Pengukuran morfometrik dilakukan di Laboratorium Biologi Perikanan
Fakultas Kelautan dan Perikanan. Penelitian ini dilakukan di lima (5) Kabupaten
yang terdapat di Aceh yang memang di kabupaten tersebut terdapat spesies ikan
tongkol abu-abu.
Gambar 1 Peta Provinsi Aceh yang menunjukkan lokasi pengambilan sampel (tulisan
warna merah)
Pengumpulan Sampel Ikan
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode purposive
sampling (pengumpulan data). Sebelum melakukan sampling pada ikan-ikan
tersebut, terlebih dahulu dilakukan wawancara atau diskusi dengan para nelayan yang
36
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 5, Nomor 1: 34-43
Februari 2020
ISSN. 2527-6395
telah menangkap ikan-ikan itu, dari keterangan para nelayan itu kemudian diketahui
bahwa ikan-ikan tersebut ditangkap dari beberapa titik yang berbeda, karena para
nelayan tersebut tidak hanya mengambil ikan pada satu titik saja. Para nelayan biasa
menangkap ikan pada beberapa titik yang berbeda yang telah mereka perkirakan
sebelumnya.Proses pengambilan sampel dilakukan di Tempat Penampungan Ikan
(TPI) di masing-masing titik lokasi yang sudah dilakukan penelitian yaitu Langsa,
Aceh Barat, Aceh Barat Daya, Aceh Timur dan Banda Aceh. Setelah sampel diambil
kemudian dilakukan pengukuran di Lab Biologi Perikanan Fakultas Kelautan dan
Perikanan Universitas Syiah Kuala. Total semua sampel dari 5 (lima) lokasi diambil
berjumlah 65 sampel ikan tongkol abu-abu (rata-rata 13 sampel per stasiun). Pada
dasarnya pengambilan sampel tersebut didasarkan pada setiap lokasi yang terdapat
tempat penampungan ikan (TPI). Pada setiap titik lokasi tersebut dilakukan 1 kali
sampling perbulan dan dimulai dari bulan September 2019. Dari 65 sampel ikan yang
didapatkan, kemudian dilakukan penelitian morfometrik, sehingga terdapat perbedaan
dari ikan yang berasal dari satu daerah dengan daerah lainnya, misalnya meliputi
panjang total, panjang kepala, tinggi badan dan panjang rahang antar spesies
(Vatandoust et al., 2015)
Analisa Data
Dari metode truss morfometrik di atas tersebut data yang telah ditransformasikan
dimasukkan dalam aplikasi Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi
22.0. Selanjutnya dilakukan uji multivariate discriminant analysis (dipergunakan
untuk mengetahui variabel-variabel penciri yang membedakan kelompok populasi
yang ada, juga dapat dipergunakan sebagai kriteria pengelompokkan). Hasil akan
menentukan karakter-karakter yang dominan memberikan pengaruh dalam
mengelompokkan jenis ikan yang diuji (Schindler dan Schmidt, 2006).
37
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 5, Nomor 1: 34-43
Februari 2020
ISSN. 2527-6395
Tabel 1 Nilai eigenvalues, persentase varian, dan pemuatan karakter DFA. Karakter
yang memiliki pengaruh yang besar ditunjukkan dalam tipe tebal.
Fungsi 1 2 3 4
Nilai eigen 3,171 1,866 ,539 ,063
% of Variance 56,2 33,1 9,6 1,1
Canonical Correlation ,872 ,807 ,592 ,243
Panjang sirip dorsal kedua(D) ,561(*) ,258 -,429 ,092
Panjang sirip ventral (J) -,379(*) ,273 ,142 -,091
Jarak antara ujung kepala hingga awal
sirip dorsal (A) ,057 ,567(*) ,458 -,044
Jarak antara awal sirip dorsal hingga
awal sirip ventral (M) ,038 ,459(*) -,340 ,007
Jarak antara awal sirip ventral hingga
ujung mulut (K) -,064 ,325(*) ,251 ,115
Jarak antara awal sirip dorsal hingga
akhir sirip ventral (N) ,067 ,315(*) ,003 ,103
Panjang sirip dorsal pertama (B) Jarak,033 ,282(*) ,121 ,112
antara akhir sirip dorsal hingga
akhir sirip ventral (O) ,181 ,212(*) ,099 ,141
Jarak antara ujung mulut hingga
pangkal ekor atas (L) ,149 ,405 ,701(*) -,058
Jarak antara akhir sirip dorsal kedua
hingga awal pangkal ekoratas (E) Jarak,171 ,184 ,577(*) ,274
antara akhir sirip dorsal hingga
pangkal ekor bawah (R) ,350 ,217 ,439(*) ,288
Panjang sirip anal (H) ,162 ,096 -,251(*) ,053
Jarak antara akhir sirip dorsal hingga
akhir sirip anal (Q) ,223 ,110 ,243(*) ,055
Jarak antara akhir sirip dorsal hingga
awal sirip dorsal kedua (C) ,042 -,159 ,186(*) ,096
Jarak antara akhir sirip dorsal hingga
awal sirip anal (P) ,049 ,112 ,169(*) -,001
Jarak antara awal sirip anal hingga
akhir sirip ventral (I) ,033 ,356 ,155 ,901(*)
Jarak antarapangkal ekor bawah
hingga akhir sirip anal (G) ,128 ,146 ,393 ,400(*)
Tinggi batang ekor (F) ,153 ,091 ,036 -,157(*)
38
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 5, Nomor 1: 34-43
Februari 2020
ISSN. 2527-6395
Fungsi pertama variasi karakter morfologi ikan tongkol abu-abu yang terdapat di
lima lokasi perairan laut Aceh lebih dominan dibandingkan dengan 3 fungsi yang lain.
Bagian fungsi 1 Panjang sirip dorsal kedua (D) dan Panjang sirip ventral (J) lebih
dominan dibandikan dengan karakter yang lain. Bagian fungsi 2. Jarak antara ujung
kepala hingga awal sirip dorsal (A), Jarak antara awal sirip dorsal hingga awal sirip
ventral (M), Jarak antara awal sirip ventral hingga ujung mulut (K), Jarak antara awal
sirip dorsal hingga akhir sirip ventral (N), Panjang sirip dorsal pertama (B), Jarak
antara akhir sirip dorsal hingga akhir sirip ventral (O) lebih dominan dibandingkan
dengan karakter lain. Bagian fungsi 3 Jarak antara ujung mulut hingga pangkal ekor
atas (L), Jarak antara akhir sirip dorsal kedua hingga awal pangkal ekoratas (E), Jarak
antara akhir sirip dorsal hingga pangkal ekor bawah (R), Panjang sirip anal (H), Jarak
antara akhir sirip dorsal hingga akhir sirip anal (Q), Jarak antara akhir sirip dorsal
hingga awal sirip dorsal kedua (C), Jarak antara akhir sirip dorsal hingga awal sirip
anal (P) lebih dominan dibandingkan karakter lain. Sedangkan fungsi 4 Jarak antara
awal sirip anal hingga akhir sirip ventral (I), Jarak antarapangkal ekor bawah hingga
akhir sirip anal (G), Tinggi batang ekor (F) lebih dominan dari pada karakter yang lain
dapat dilihat pada Tabel 1.
Hasil uji Canonical Discriminant Functions menghasilkan 4 (empat) sebaran group
terpisah, group I adalah populasi Aceh Barat Daya, group II populasi Aceh Barat
dan group III populasi Banda Aceh dan group IV terdiri dari populasi Aceh Timur dan
Langsa. Populasi Langsa dan Aceh Timur overlapping dan keduanya sangat
berdekatan (mirip) dengan populasi ikan tongkol di Banda Aceh (Gambar 2).
Gambar 4.1 Sebaran fungsi 1 terhadap fungsi 2 karakter truss network morfometrik.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukan terdapat variasi morfometrik ikan tongkol abu-abu
diperairan Aceh. dari 5 (lima) lokasi sampel mengelompok menjadi 4 (empat)
kelompok, dimana ikan tongkol abu-abu dari perairan Langsa sangat mirip dengan
ikan sampel dari perairan Aceh Timur, dan keduanya agak mirip dengan ikan sampel
dari Banda Aceh. Sedangkan Aceh Barat Daya dan Aceh. Barat terpisah
membentuk kelompok tersendiri. Kemiripan morfometrik ikan tongkol abu-abu dari
39
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 5, Nomor 1: 34-43
Februari 2020
ISSN. 2527-6395
perairan Aceh Timur dan Langsa mungkin disebabkan keduanya diduga populasi yang
sama, keduanya ditangkap pada fishing ground yang sama namun didaratkan ditempat
terpisah, dan keduanya tempat pendaratan ikan tersebut saling berdekatan.
Matthews (1998) menjelaskan bahwa variasi morfologi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu faktor genetik yang diturunkan oleh induknya yang membatasi
atau membedakannya dengan spesies yang lain; adaptasi bentuk tubuh, warna dan
sirip pada kondisi lingkungan perairan dimana mahkluk tersebut hidup; dan adaptasi
bentuk kepala dalam memproses makanan.
Haryono (2001) juga menyatakan bahwa ikan bertulang sejati (Osteichthyes)
menunjukkan adanya variasi karakter morfologis pada letak geografis yang
berbeda. Secar geografis, lokasi penangkapan Aceh Barat Daya dan Aceh Barat
berdekatan bagian Barat Selatan, sementara Langsa dan Aceh Timur mewakili Timur
Utara dan sedangkan Banda Aceh ditengah keempat kabupaten tersebut. Kehadiran
suatu populasi ikan di suatu tempat dan penyebaran (distribusi) spesies ikan tersebut,
selalu berkaitan dengan masalah habitat dan sumber dayanya.
Keberhasilan populasi tersebut untuk dapat hidup dan bertahanpada habitat tertentu,
tidak terlepas dengan adanya penyesuaian atau adaptasi yang dimiliki anggota populasi
tersebut. Dewantoro (2001) menyatakan bahwa perbedaan ciri- ciri yang berkaitan
dengan jumlah bagian tertentu pada tubuh ikan dapat disebabkan oleh faktor
lingkungan seperti suhu perairan, arus dan salinitas, atau karena faktor genetik.
Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ikan,
dengan demikian walaupun umur ikan dari suatu spesies sama, ukuran mutlaknya
dapat berbeda. Fungsi pertama sirip dorsal dua dan sirip vetral terlihat lebih banyak
percepatan pertumbuhan dibandingkan dengan karakter lain, diduga dalam siklus
hidup ikan harus bertahan hidup dengan cara mengembangkan fungsi-fungsi sirip
menjadi lebih cepat panjang untuk lebih cepat mendapatkan makanan dan menghindari
pemangsa. Karakter morfometrik yang diukur pada ikan tongkol abu-abuini terdiri dari
18 dari daerah perairan laut aceh. Data hasil tiap pengukuran karakter dibandingkan
karakter yang telah diukur sehingga mengetahui variasinya. Kondisi lingkungan
hidup ikan seperti kelimpahan makanan, predator, serta kualitas air sangat
mempengaruhi kondisi pertumbuhan dan perkembangan ikan. Selain arus dan
ketersediaan makanan, salinitas dan suhu adalah dua faktor penting lainnya yang
mempengaruhi distribusi dan migrasi ikan di laut. Menurut Andrianto (2005) salinitas
merupakan parameter lingkungan yang mempengaruhi proses biologi dan secara
langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme antara lain yaitu
mempengaruhi laju pertumbuhan, dan jumlah makanan yang dikonsumsi.Perairan
merupakan habitat bagi ikan dalam proses pembentukan struktur tubuh ikan, proses
pernafasan, cara pergerakan, memperoleh makanan, dan reproduksi sehingga wajar
jika ditemukan berbagai jenis, morfologi, dan habitat pada ikan (Iqbal 2008)
.Lingkungan tempat hidup ikan dapat mempengaruhi bentuk tubuh ikan, ikan-ikan
akan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan tempat dimana mereka hidup.
Penyebaran ikan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyebaran
horizontal atau penyebaran menurut letak geografis perairan dan penyebaran
vertikal atau penyebaran menurut kedalaman perairan (Statistik, 2007). Sudirman
dan Mallawa (2004) menyatakan penyebaran ikan pelagis sering mengikuti
sirkulasi arus dan kepadatannya sangat berhubungan dengan kondisi arus.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Selat Makassar, terdapat indikasi
bahwa penyebaran berbagi jenis tuna terdapat di sepanjang poros arus. Sepanjang
40
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 5, Nomor 1: 34-43
Februari 2020
ISSN. 2527-6395
daerah penyebaran tersebut, kelimpahan ikan cenderung lebih banyak pada lapisan
renang yang lebih dalam.Sumberdaya ikan yang tersedia cukup melimpah namun
diperlukan ketrampilan dan pengelolaan sumberdaya dengan mempertimbangkan
berbagai aspek-aspek yang harus yaitu aspek teknologi, sumberdaya manusia,
bio- teknologi, aspek sosial dan aspek ekonomi. Salah satu unsur kegiatan yang
penting adalah perlindungan terhadap sumber daya ikan. Kegiatan ini berupa
perlindungan terhadap: sumber daya ikan yang telah mengalami tekanan ekologis
akibat penangkapan maupun akibat kejadian alam, dan eksploitas di habitat ikan
(Subekti, 2010). Pengelolaan populasi ikan tingkol di perairan Aceh perlu dilakukan
beberapa aspek perlindungan terhadap sumber daya ikan, tujuan tata kelola perikanan
adalah menjamin keberlanjutan pemanfaatan perikanan. Dalam konteks ini, diperlukan
keterlibatan pelaku utama, yaitu nelayan, untuk berperan lebih aktif menentukan
arah kebijakan pengelolaan perikanan. Sehingga pemberian “mandat” terhadap
akses daerah tangkapan ikan memberikan manfaat bagi nelayan Adrianto (2016).
Aspek aspek pengelolaannya adalah meliputi : Mengurangi frekuensi penangkapan
ikan, Ukuran tangkapan dan Menggunakan alat tangkap ramah lingkungan (yang baik
dan yang sesuai).
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian morfometrik pada populasi ikan tongkol abu- abu di
perairan laut Aceh mengelompok menjadi 4 (empat) populasi, dimana ikan tongkol
abu-abu dari perairan Langsa sangat mirip dengan ikan dari perairan Aceh Timur, dan
keduanya agak mirip dengan ikan dari Banda Aceh. Sedangkan Aceh Barat Daya dan
Aceh Barat terpisah membentuk kelompok tersendiri. Secara geografis, lokasi
penangkapan Aceh Barat Daya dan Aceh Barat berdekatan bagian Barat Selatan,
sementara Langsa dan Aceh Timur mewakili Timur Utara dan sedangkan Banda Aceh
ditengah keempat kabupaten tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdussamad, E.M., K.P.S. Koya, S. Ghosh, P. Rohit, K.K. Joshi, B. Manojkumar, D.
Prakasan,S. Kemparaju, M.N.K. Elayath, H.K. Dhokia, M. Sebastine, K.K. Bineesh.
2012. Fishery, Biologi and population characteristic of longtail tuna, thunnus tonggol
(Bleeker, 1851) Caught a Long the Indian Coast Indian. Journal of Fisheries, 59 (2):
7-16.
Adrianto, L. 2005. Strategi makro revitalisasi perikanan. PKSPL-IPB Adrianto, L. 2016.
Perikanan inklusif.Kompas, 17 Oktober 2016.
Affandi, R., D.S. Safei, M.F. Raharjo, Sulistiono. 1992. Ikhtiologi : Suatu Pedoman
Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebuadayaan. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. Bogor. Institut Pertanian
Bogor.
Batubara, A.S., Z.A. Muchlisin, D. Efizon, R. Elvyra, N. Fadli, M. Irham. 2018. Morphometric
variations of the Genus Barbonymus (Pisces, Cyprinidae) harvested from Aceh
Waters, Indonesia. Fisheries and Aquatic Life, 26: 231 - 237
41
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 5, Nomor 1: 34-43
Februari 2020
ISSN. 2527-6395
42
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 5, Nomor 1: 34-43
Februari 2020
ISSN. 2527-6395
43