Anda di halaman 1dari 14

STRUKTUR POPULASI IKAN KATAMBA Lethrinus lentjam YANG TERTANGKAP

DI PERAIRAN SPERMONDE, SULAWESI SELATAN

Budimawan*1, Sutia Budi, Kasmawati, Rahmi, M. Achmad Zaky dan Darmawati


Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea, Makassar
Email: budimawan@yahoo.com

ABSTRAK
Struktur populasi ikan merupakan salah satu strategi dalam memprediksi kondisi populasi
dalam suatu kawasan perairan. Ikan Katamba merupakan salah satu spesies ekonomis penting
yang terus mengalami eksploitasi di perairan Spermonde Provinsi Sulawesi Selatan. Peneltian
ini bertujuan untuk mengetahui struktur populasi ikan Katamba yang ditangkap di perairan
Spermode Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di tempat
pendaratan ikan yang berada di Kabupaten Takalar, Barru dan Kota Makassar. Pengambilan
sampel dilakukan secara acak. Jumlah sampel sebanyak 100 ekor per lokasi sampel. Frekuensi
pengambilan sampel sebanyak 2 kali pada bulan April – Mei. Pengukuran parameter berupa
kelompok umur, laju pertumbuhan, laju mortalitas, laju eksploitasi ikan Katamba. Hasil
pengukuran menunjukkan struktur populasi pada tiga lokasi sampel menunjukkan nilai yang
berbeda dan tingkat eksploitasi sudah melewati batas optimum (overfishing)..
Kata Kunci: Ikan Katamba, Struktur Populasi, Spermonde, Sulawesi Selatan

Pengantar
Kepulauan Spermonde (Spermonde shelf) terdapat di bagian selatan Selat Makassar,
tepatnya di pesisir barat daya Pulau Sulawesi. Sebaran pulau karang yang terdapat di
Kepulauan Spermonde terbentang dari utara ke selatan sejajar pantai daratan Pulau Sulawesi
(de Klerk, 1983). Perairan Spermonde terletak di sebelah luar Sulawesi Selatan, terpisah
sepenuhnya dari Paparan Sunda yang terletak di seberang Selat Makassar, terdiri dari banyak
pulau-pulau dan shelf banks. Batas geografis kawasan Kepulauan Spermonde adalah pulau-
pulau yang berada di sebelah barat jasirah Sulawesi Selatan (west shelf), mulai dari pulau-
pulau di Kabupaten Takalar (batas Selatan) sampai Kabupaten Polmas (batas utara), sehingga
secara administratif meliputi paling tidak delapan kabupaten. Jumlah pulau yang diidentifikasi
berdasarkan pembacaan data citra satelit adalah sebanyak 98 buah pulau dan luasan terumbu
karangnya adalah sekitar 60.000 ha (COREMAP–PSTK, 2002). Bentuk pulau-pulau di perairan
Spermonde sangat bervariasi, namun lebih banyak yang membentang dari utara ke selatan
karena dipengaruhi oleh arus Selat Makassar (de Klerk,1983). Perairan ini memilki potensi
sumberdaya perikanan karang yang cukup tinggi. Untuk daerah reef top umumnya terdapat
jenis ikan Wrasse tanda Halichoeres chloropterus (Labridae), ikan betok biru Pomacentrus pavo
(Pomacentridae), beberapa jenis ikan kakatua Scarus sp. (Scaridae), dan ikan Lencam
Lethrinus sp (Nemipteridae). Sementara pada reef edge didapatkan ikan betok cagak Chromis
ternatensis dan ikan sersan Amblyglyphidodon curacao (Pomacentridae), jenis ikan kakatua
Scarus dimidiatus dan S. capistratoides (Scaridae), serta ikan ekor kuning dan pisang-pisang
Caesio sp (Caesionidae) (COREMAP–PSTK, 2002). Kegiatan eksploitasi sumberdaya laut di
Kepulauan Spermonde telah berlangsung ratusan tahun. Jompa et al., (2006) perkembangan
sektor perikanan di perairan Spermonde berlangsung sangat pesat. Perkembangan tersebut
tidak terbatas pada pertumbuhan jenis usaha yang berhubungan dengan pemanfaatan
sumberdaya laut, tetapi juga pada dinamika perkembangan usaha perikanan. Pesatnya
perkembangan usaha perikanan di kawasan ini terutama terlihat pada dinamika teknik dan
teknologi penangkapan yang dipacu oleh permintaan pasar akan biota laut. Pasar yang
menjanjikan pendapatan tinggi dari hasil tangkapan didominasi oleh jenis biota bernilai ekspor,
terutama jenis ikan karang dan beberapa jenis ikan pelagis, salah satunya spesies ikan
Katamba Lethrinus lentjam.
Ikan Katamba atau ikan Lencam merupakan salah satu potensi sumberdaya perikanan
yang memiliki nilai ekonomis diwilayah provinsi Sulawesi Selatan khususnya yang di wilayah
perairan Spermonde. Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat di wilayah ini dan banyak dikonsumsi baik dalam bentuk segar maupun dalam
bentuk olahan. Ikan ini memiliki tekstur dan rasa yang digemari oleh masyarakat. Ikan ini juga
telah diekspor ke Negara-negara asia seperti Singapura, Taiwan, Jepang dan Korea. Umumnya
ikan ini bersifat bentik yang dominan ditemukan di perairan karang dan lamun berpasir (Sevtian,
2012). Djamal & Hasan (1998) ikan Katamba Lethrinus lentjan merupakan salah satu ikan
family Lethrinidae yang termasuk dalam sepuluh family utama ikan karang penyumbang
produksi perikanan karang.
Secara umum, ciri morfologi ikan Katamba Lethrinus lentjam yaitu bentuk badan agak
tinggi dan pipih. Lengkung kepala bagian atas sampai setelah mata hampir lurus, dari mata
sampai awal dasar sirip punggungnya agak cembung dan sirip ekor berlekuk. Kepala dan
bagian atas hijau kecoklatan, dibagian bawah lebih terang. Badan dengan sirip yang
mempunyai bercak putih, kuning dan merah muda. Bagian belakang poerkulum dan dekat
dengan sirip dada terdapat garis merah. Mulut yang tipis memanjang dengan bibir yang tebal
berwarna merah (FAO, 2001). Data sebaran frekuensi panjang digunakan untuk mengetahui
frekuensi sebaran ikan di perairan berdasarkan ukuran panjangnya. Sebaran frekuensi panjang
yang dibuat ini selanjutnya digunakan untuk pendugaan kelompok umur ikan. Analisis data
frekuensi panjang ditujukan untuk menentukan umur terhadap kelompok-kelompok panjang
tertentu. Analisis ini berguna dalam pemisahan suatu sebaran frekuensi panjang yang kompleks
kedalam sejumlah kelompok ukuran (Sparre & Venema 1999). Menurut Busacker et al. (1990)
umur ikan dapat ditentukan dari sebaran frekuensi panjang melalui analisis kelompok umur
karena panjang ikan dari kelompor umur yang sama cenderung akan membentuk suatu
sebaran normal.
Pemanfaatan sumberdaya perikanan ikan lencam perlu dikelola secara
berkesinambungan artinya pemanfaatannya tidak boleh melebihi potensi lestari yang tersedia.
Permintaan ikan Katamba terus mengalami peningkatan, sehingga eksploitasi sumberdaya ikan
ini akan terus menerus, sehingga tanpa memperhatikan aspek pengelolaan yang sesuai
dengan kondisi populasinya, sumberdaya ikan ini akan mengalami ancaman kepunahan.
Produksi ikan Katamba pada tahun 2011 tercatat 5.443,3 ton (DKP Sulsel, 2011). Ikan
Katamba Lethrinus lentjam yang ada di Perairan Spermonde sudah sejak lama dieksploitasi
oleh nelayan, namun informasi tentang pemanfaatan ikan ini serta aspek dinamika populasinya
belum banyak dilakukan. Selain itu, terdapat indikasi bahwa penangkapan ikan lencam oleh
nelayan setempat ada yang menggunakan bahan-bahan beracun dan bom yang dapat merusak
populasi dan habitat ikan Katamba Lethrinus lentjam. Oleh karena itu perlu suatu usaha
pengelolaan melalui penyediaan data dan informasi mengenai aspek biologi ikan ini, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi dasar bagi pengelolaan
sumberdaya ikan Katamba sehingga keberadaannya di alam tetap bisa dipertahankan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa parameter struktur populasi yakni
kelompok umur, laju pertumbuhan, laju mortalitas, laju eksploitasi ikan Katamba Lethrinus
lencam di Perairan Spermonde khususnya pada daerah perairan Kabupaten Takalar,
Kabupaten Barru dan Kota Makassar. Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai bahan informasi bagi pembangunan perikanan serta pengelolaan sumberdaya
perikanan, khususnya pelestarian populasi ikan Katamba Lethrinus lentjam pada perairan
Spermonde khususnya pada daerah Kabupaten Takalar, Kabupaten Barru dan Kota Makassar.

Bahan dan Metode

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April – Mei 2013. Lokasi pengambilan sampel
dilakukan di tempat pendaratan ikan yang berada di Kabupaten Takalar (Beba), Barru
(Sumpangbinangae) dan Kota Makassar (Paotere). Pengkuran ikan Katamba dilakukan di
masing-masing lokasi pengambilan sampel. Pengambilan ikan contoh berdasarkan hasil
tangkapan nelayan pancing ulur di sekitar perairan Spermonde (Lokasi pengambilan sampel
dilakukan di tempat pendaratan ikan yang berada di Kabupaten Takalar, Kabupaten Barru dan
Kota Makassar) dengan menggunakan alat tangkap pancing ulur.
Gambar 1. Perairan Spermonde Provinsi Sulawesi Selatan
Pengambilan ikan sampel dilakukan sebanyak 2 kali selama penelitian. Ikan sampel
diambil secara acak, yaitu pengambulan seluruh ikan hasil tangkapa ikan pada saat
pengambilan sampel. Ikan sampel diperolh dari nelayan yang menangkap di perairan
Spermonde yang menggunakan alat tangkap samba dan pancing serta menggunakan perahu
sebagai alat bantu penangkapan. Jumlah sampel sebanyak 100 ekor per lokasi sampel. Ikan
sampel yang diperoleh dilakukan pengukuran panjang total, yaitu mengukur mulai dari ujung
terdepan dari kepala sampai ujung sirip ekor yang paling belakang dengan menggunakan
jangka sorong berketelitian 0,5 mm, sedangkan pengkuran bobot ikan menggunakan timbangan
ohause berketelian 0,1 gram (Effendie, 2002).
Pengukuran parameter uji berupa parameter struktur populasi yakni kelompok umur, laju
pertumbuhan, laju mortalitas, laju eksploitasi ikan Katamba Lethrinus lencam di Perairan
Spermonde, yakni:

Kelompok Umur

Kelompok umur dapat diduga dengan menggunakan metode teknik logaritma frekwensi
panjang total (Bhattacharya dalam Sparre et al, 1989) yaitu dengan membagi ikan ke dalam
kelompok panjang total (L) dan selanjutnya dilakukan perhitungan logaritma dari frekwensi
masing-masing kelompok panjang. Dari hasil perhitungan logaritma, dicari selisih logaritma
diantara kelompok kelas panjang kemudian dilakukan pemetaan nilai tengah kelas masing-
masing. Nilai tengah kelas panjang sebagai sumbu X terhadap selisih logaritma frekwensi kelas
panjang sebagai sumbu Y kelompok tersebut. Dengan menarik garis lurus dari titik yang
menyatakan nilai selisih logaritma yang besar ke titik yang terkecil, maka diperoleh kelompok
umur ikan serta modus panjang pada setiap kelompok umur pada perpotongan sumbu X
dengan garis lurus.

Laju Pertumbuhan

Model pertumbuhan yang dapat digunakan yaitu mengikuti formula pertumbuhan Von
Bertalanffy dalam pauly (1980), sebagai berikut :
Lt = L∞ (l-e-k ( t – to ) )
Dimana : Lt = Panjang ikan pada umur t (mm)
L∞ = Panjang asimtot (mm)
k = Koefisien laju pertumbuhan / (tahun)
t0 = Umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol (tahun)
t = Umur (tahun)

Dalam menentukan nilai L∞ dan k digunakan metode Gulland dan Holt dalam Sparre et
al. (1980) yaitu dengan memplotkan laju pertumbuhan relatif (dl/dt) dengan panjang rata-rata
(Lm), dimana :
(𝑳𝟏+𝑳𝟐)
dl/dt = kL~ - kLm dan 𝑳𝒎 =
𝟐

Setelah mendapatkan persamaan regresi dari kedua hubungan tersebut kemudian


dimisalkan :
Y = a + bx Y = dl/dt
a = kL∞
b = -k
x = Lm

dari persamaan di atas diperoleh : L ∞ = a/k


k = -b
untuk menentukan to adalah dengan penurunan persamaan Von Bertalanffy menjadi :
L ∞ − 𝐋𝐭
-Ln ( ) = - kto + kt
L∞

Dengan memasukkan kedalam persamaan linier yaitu Y = a + bx, dimana :


L ∞ − Lt
Y = -Ln ( L∞
) a = - kto
b=k
Bila Y = 0 to = -a/b

Untuk mendapatkan umur relatif pada berbagai ukuran panjang ikan digunakan
penurunan rumus Von Bertalanffy oleh Gulland (1969), sebagai berikut :
𝟏 L∞
t = 𝒌 . Ln ( L ∞−𝑳𝒕
) + (-to)

Umur teoritis pada waktu panjang ikan sama dengan nol (to) diduga dengan rumus
empiris Pauly (1979), yaitu :
Log (-to) = -0,3922 – 0,2752 Log L ∞ + 1,038 Log k
Laju Mortalitas

Laju mortalitas total (Z) merupakan laju penurunan stok. Laju mortalitas ditentukan
dengan formula Gulland (1969) dengan persamaan :
𝒌 (L ∞−𝑳)
Z=
𝑳̅−𝑳𝒄

Dimana : Z = Laju mortalitas seketika


L∞ = Panjang maksimum yang dapat dicapai
L̅ = Panjang rata-rata ikan yang tertangkap
Lc = Ukuran terkecil ikan yang tertangkap
k = koefisien laju pertumbuhan

Sedangkan laju mortalitas alami (M) dapat dihitung berdasarkan metode empiris Pauly
(1983), yaitu :
Log M = -0,0066 – 0,279 Log L ∞ + 0,6543 Log k + 0,4634 Log T
Dimana : M = Laju mortalitas alami
k = Koefisien laju pertumbuhan
L∞ = Panjang total
T = Rata-rata suhu perairan dimana ikan ditangkap

Laju mortalitas penangkapan (F) dapat dihitung dengan cara mengurangkan nilai M
kepada nilai Z, sebagai berikut :
F = Z–M
Dimana : F = Laju mortalitas penangkapan
Z = Laju mortalitas total
M = Laju mortalitas alami
Laju Eksploitasi

Untuk mengetahui laju pemanfaatan atau pengusahaan (eksploitasi rate) perikanan


khususnya pada ikan Katamba Lethrinus lentjam yang tertangkap di Perairan Spermonde,
maka dapat digunakan rumus Beverton dan Holt (1966), sebagai berikut :
𝑭 𝑭
E = 𝑭+𝑴 = 𝒁

Dimana : E = Laju eksploitasi


F = Laju mortalitas penangkapan seketika
Z = Laju mortalitas total
M = Laju mortalitas alami
Pengumpulan data dan informasi lainnya yang berkaitan dengan penangkapan ikan
Katamba dilakukan dengan cara observasi dan wawancara kepada nelayan setempat.
Informasi ini kemudian digunakan untuk mendeskripsikan kegiatan perikanan ikan Katamba di
perairan Spermonde.

Hasil dan Pembahasan

A. Deskripsi Alat Tangkap


1. Pancing Ulur (Hand lines)
Pancing adalah salah satu jenis alat penangkapan ikan yang pada prinsipnya yaitu
dengan meletakkan umpan pada mata pancing, lalu pancing diberi tali, setelah umpan dimakan
ikan maka, mata pancing akan termakan juga dan dengan tali manusia menarik ikan itu ketas.
Pancing ulur adalah suatu alat penangkapan ikan yang terdiri dari sejumlah utas tali dan
sejumlah pancing yang terdiri dari banyak mata pancing yang disusun menyerupai jangkar.
Pada beberapa sentimeter di atas mata pancing diikatkan umpan. Pancing ulur termasuk ke
dalam klasifikasi alat tangkap hook and line (DKP, 2008).
Pancing ulur adalah jenis pancing yang paling sederhana. Alat ini hanya terdiri dari tali
pancing, pemberat, mata pancing dan umpan. Konstruksi pancing ulur yang digunakan oleh
nelayan untuk menangkap ikan karang disekitar perairan Spermonde yaitu tali pancing ulur
yang terbuat dari benang PA dengan ukuran No. 200 dan 500, mata pancing dibuat dari kawat
baja atau bahan lain yang tahan karat dan pemberatnya terbuat dari bahan timah dengan berat
1 kilo gram (kg), penggulungan tasi yang digunakan terbuat dari bahan plastik dengan ukuran
diameter 10 cm (Gambar 2). Pada ujung mata pancing tersebut berkait balik. Jumlah mata
pancing pada tiap unit pancing ulur hanya tunggal (satu buah). Ukuran mata pancing untuk
menangkap ikan Katamba Lethrinus lentjam bervariasi antara no. 8- 9 dan 12, sedangkan
umpan yang digunakan pada saat memancing adalah ikan tembang dan sibula atau ikan-ikan
kecil lainnya. Umpan ikan tembang dan sibula berupa ikan-ikan kecil atau ikan segar yang
dipotong-potong ada pula langsung per ekor. Pemancingan dilakukan pada kedalaman 20-50
meter (15-45 depa). Pancing yang telah dibuang ke laut, dihentak-hentakkan sampai umpan
termakan oleh ikan. (Gambar 3).
Gambar 2. Penggulung Tasi ( MonoFilamen ) pada Alat Tangkap Pancing Ulur .

Gambar 3 . Bagian-bagian Alat Tangkap Pancing Ulur .


Keterangan gambar :
1) Tali utama yang terbuat dari bahan PA No. 500 diameter 1,5–2,5 mm
2) Swivel (kili-kili) dengan ukuran No.4 mm yang terbuat dari besi
3) Wire Leader yang terbuat dari PA No. 200
4) Mata pancing yang terbuat dari besi dengan ukuran No.9
2. Kapal dan Perahu

Armada yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan Katamba Lethrinus lentjam
dengan sistem pancing ulur yaitu kapal dan perahu, kapal dan perahu terbuat dari bahan
utama kayu, panjang kapal 17 meter, lebar 4 meter dan tinggi 3 meter dilengkapi 1 mesin
diesel (Gambar 4), sedangkan perahu dengan panjang 4,5 meter, lebar 1,5 meter dan tinggi ½
meter dengan dilengkapi Fungsi utamanya untuk mengoperasikan pancing ulur yang hasil
tangkapan utama berupa ikan Katamba Lethrinus lentjam dan ikan-ikan lainnya, dan (Gambar
5).
Tenaga pendorong perahu nelayan yang dipakai untuk menangkap ikan sebagian
menggunakan dayung dan sebagian menggunakan mesin katinting 5,5 -9 HP, sedangkan
kapal pengangkut menggunakan mesin TF 300.

Gambar 4. Perahu yang Digunakan Nelayan untuk Menangkap ikan Katamba Lethrinus
lentjam dengan Alat Tangkap Pancing Ulur di sekitar Perairan Spermonde.

Gambar 5. Illustrasi Cara Penangkapan ikan Katamba Lethrinus lentjam yang Dilakukan
Nelayan Diatas Kapal dengan Menggunakan Pancing Ulur

B. Struktur Populasi

Hasil penelitian pada Perairan Spermonde dengan ketiga lokasi diperoleh jumlah ikan
Katamba Lethrinus lentjam yang terkumpul selama penelitian adalah 300 ekor dengan masing-
masing sampel 100 ekor yang didapatkan dari hasil tangkapan nelayan dengan menggunakan
alat tangkap pancing ulur, dengan kisaran panjang antara 80 mm – 370 mm. untuk daerah
Perairan Kabupaten Takalar terbanyak diwakili oleh kelas panjang ikan yang berukuran 245 –
274 mm, sedangkan frekwensi kelas panjang terkecil diwakili kelas panjang yang berukuran
panjang ikan 155 – 184 mm, untuk Kab. Barru adalah terbanyak diwakili oleh kelas panjang
ikan yang berukuran 240 – 271 mm, sedangkan frekwensi kelas panjang terkecil diwakili kelas
panjang yang berukuran panjang ikan 80 – 111 mm sedangkan Kota Makassar terbanyak
diwakili oleh kelas panjang ikan yang berukuran 208 – 239 mm, sedangkan frekwensi kelas
panjang terkecil diwakili kelas panjang yang berukuran panjang ikan 144 – 175 mm (Tabel 1).
Tabel 1. Jumlah dan Komposisi Ukuran interval kelas Panjang ikan Katamba Lethrinus lentjam
yang Tertangkap di Perairan Spermonde

Interval Klas Jumlah Interval Klas Jumlah


Kep. Spermonde
Terbanyak (Ekor) Sedikir (Ekor)

Kab. Takalar 245 – 274 28 155 – 184 3


Kab. Barru 240 – 271 27 80 - 111 6
Kota Makassar 208 – 239 24 144 – 175 4

Tabel 1, menunjukkan bahwa ikan Katamba yang tertangkap pada daerah Kepulauan
Spermonde mempunyai ukuran yang cukup besar dan dengan jumlah hasil tangkapan yang
banyak maka diduga bahwa sebagian besar ikan Katamba Lethrinus lentjam tersebut berada
pada tingkat menjelang dewasa dan sebagian lagi sudah dewasa sehingga dikatakan bahwa
ikan Katamba Lethrinus lentjam yang tertangkap telah masuk masa memijah.
Hasil pengamatan terhadap Kelompok Umur (tahun) dengan Modus Panjang (mm) ikan
Katamba Lethrinus lentjam yang Tertangkap di Perairan Spermonde menunjukan hanya tiga
kelompok umur yang terbentuk (Tabel 2) dan mempunyai perbedaan yang tidak begitu nyata
diantara ketiga daerah tersebut.
Tabel 2. Kelompok Umur (Tahun) dengan Modus Panjang (mm) ikan Katamba Lethrinus
lentjam yang Tertangkap di Perairan Spermonde

Kelompok Umur (Tahun) dengan Modus


Kep. Spermonde panjang (mm)
I II III
Kab. Takalar 135,35 219,15 314,07
Kab. Barru 151,61 262,65 328,13
Kota Makassar 102,82 214,53 348,55

Laju pertumbuhan dengan menggunakan metode Gulland dan Holt dalam Sparre et. al
(1989) dapat diketahui panjang ikan Katamba Lethrinus lentjam maksimum (L∞) dan laju
pertumbuhan (K) dengan memplotkan pertumbuhan relatif (dl/dt) dan panjang rata-rata (Lm)
yang diperoleh dari masing-masing modus panjang, kemudian di dapatkan pula persamaan
regresi dari kedua hubungan tersebut, diperoleh nilai a dan b, maka diperoleh masing-masing
panjang maksimal (L∞) ikan, koefisien laju pertumbuhan (K) pada daerah Kepulauan
Spermonde, (Tabel 3). Adanya perbedaan nilai koefisien pertumbuhan yang sangat besar
menunjukkan bahwa pada daerah Kabupaten Barru dijumpai ikan yang pertumbuhannya cepat
untuk mencapai panjang maksimumnya yaitu sekitar 1 - 3 tahun dibandingkan dengan daerah
lainnya, hal ini disebabkan karena diduga bahwa daerah tempat pengambilan sampel tersebut
merupakan daerah pembesaran dan pemijahan dari pada ikan. Everthart dan Yuono S (1981
dalam Hasnawati, 1995) mengatakan bahwa koefisien laju pertumbuhan (K) akan
mempengaruhi panjang maksimum ikan dan hal ini kemungkinan disebabkan beberapa faktor
yaitu jumlah dan jenis makanan, suhu, oksigen serta faktor kualitas air dan lingkungan.
Tabel 3. Koefisien Pertumbuhan ikan Katamba Lethrinus lentjam yang Tertangkap di
Perairan Spermonde

Koefisien Pertumbuhan
Kep. Spermonde
L Maks (mm) K (m/thn) to (tahun)

Kab. Takalar 496,16 0,12 0,32


Kab. Barru 422,24 0,51 0,152
Kota Makassar 456,53 0,18 0.37

Sparre et. al (1989) dan Baharuddin (1978) dalam Sakinah (1996) mengatakkan jenis-
jenis ikan dengan nilai K yang rendah mempunyai kecepatan pertumbuhan yang rendah,
sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai panjang maksimumnya, dengan
demikian ikan tersebut cenderung berumur panjang. Sedangkan untuk ikan dengan nilai K
yang tinggi berarti mempunyai kecepatan pertumbuhan yang tinggi yang biasanya ikan tersebut
hanya memerlukan waktu yang pendek untuk mencapai panjang maksimumnya.
Hasil perhitungan menyatakan umur teoritis (t0) (Tabel 3), pada Perairan Spermonde
menunjukan nilai yang hampir sama. Menurut Sparre et. al (1989) secara biologi umur teoritis
ikan Katamba Lethrinus lentjam pada saat permulaan (t0) tidak mempunyai artinya. Adanya
pernyataan ini menunjukan bahwa ikan-ikan yang digunakan untuk analisis pertumbuhan Von
Berthalanffy adalah ikan-ikan yang sudah dapat di eksploitasi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sparre et. al (1989) mengatakan jenis-jenis ikan dengan
nilai K yang rendah mempunyai kecepatan pertumbuhan yang rendah, sehingga membutuhkan
waktu yang lama untuk mencapai panjang maksimumnya, dengan demikian ikan tersebut
cenderung berumur panjang. Sedangkan untuk ikan dengan nilai K yang tinggi berarti
mempunyai kecepatan pertumbuhan yang tinggi yang biasanya ikan tersebut hanya
memerlukan waktu yang pendek untuk mencapai panjang maksimumnya.
Dengan mengunakan formula Gulland (1969), ikan Katamba Lethrinus lentjam yang
tertangkap dengan alat tangkap pancing ulur di Perairan Kepulauan Spermonde dapat
diperoleh nilai laju kematian total (Z).
Berdasarkan nilai parameter pertumbuhan dan data suhu rata-rata perairan, maka
mortalitas alami (M) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus empiris Pauly (1980)
diperoleh nilai laju kematian alami (M) sehingga dapat diketahui bahwa kematian penangkapan
(F), (Tabel 4).
Tabel 4. Laju Mortalitas dan Tingkat eksploitasi ikan Katamba Lethrinus lentjam yang
Tertangkap di Perairan Spermonde

Laju mortalitas
Kep. Tingkat
Spermonde Mortalitas Mortalitas Mortalitas Eksploitasi
Total (Z) Alami (M) Penangkapan (F)
Kab. Takalar 0,188 0,166 0,353 1,886
Kab. Barru 0,26 0,599 1,099 2,19
Kota Makassar 0.26 0.25 0.51 0,67

Seperti telah dikatakan di atas, bahwa laju kematian penagkapan (F) jauh lebih besar
dari pada kematian alami (M), sehingga dapat dikatakan bahwa ikan Katamba Lethrinus
lentjam yang tertangkap dengan alat tangkap pancing ulur di Perairan Kepulauan Spermonde
mengalami tekanan penangkapan, karena laju kematian penangkapan merupakan parameter
yang tidak dapat dikontrol atau diamati secara langsung, maka perlu dilakukan pengontrolan
yaitu hasil tangkapan, upaya penangkapan dan alat yang digunakan.
Gulland (1982) dalam Nuraeni (2007), hasil tangkapan terhadap suatu populasi ikan
akan mencapai hasil tangkapan yang lestari (MSY) jika mortalitas penangkapan lebih besar dari
mortalitas alami (F > M), sehingga dengan demikian penangkapan mengalami peningkatan atau
over fishing (E = F/ Z) atau E > 0,5.
Hasil perhitunggan menunjukan nilai E untuk Kepulauan Spermonde digunakan sebagai
indikator bahwa tingkat eksploitasi sudah melewati batas optimum (overfishing), dengan melihat
nilai E tersebut maka laju eksploitasi ikan Katamba Lethrinus lentjam yang tertangkap dengan
alat tangkap dengan pancing ulur sudah melewati batas maksimum sustainabel yield. Hal ini
dapat dilihat dengan semakin besarnya ukuran panjang ikan Katamba Lethrinus lentjam yang
tertangkap, semakin besarnaya jumlah hasil tangkapan ikan pada ukuran panjang ikan yang
tinggi.
Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa frekwensi kelas panjang ikan ikan
Katamba Lethrinus lentjam yang tertangkap dengan alat tangkap pancing ulur di Perairan
Kepulauan Spermonde berkisar antara 80 – 370 mm. Kelompok umur dari struktur populasi
panjang ikan Katamba Lethrinus lentjam yang tertangkap dengan alat tangkap pancing ulur di
Perairan Kepulauan Spermonde terdiri dari atas tiga kelompok umur. Parameter struktur
populasi ikan Katamba Lethrinus lentjam yang tertangkap dengan alat tangkap pancing ulur di
perairan Kepulauan Spermonde terdiri dari panjang maksimal (L∞) ikan adalah 422,24 – 495,16
mm, koefisien laju pertumbuhan (K) adalah 0.12 – 0,50 mm / tahun dan umur teoritis (t0)
adalah 0.15 – 0,32 / tahun. Nilai laju kematian total (Z) ikan Katamba Lethrinus lentjam yang
tertangkap dengan alat tangkap pancing ulur di Perairan Kepulauan Spermonde adalah 0,188 -
0.26 % pertahun, kematian alami (M) 0.166 - 0,599 % per tahun dan kematian penangkapan
(F) adalah 0.35 -0,51 % per tahun, sehingga nilai E= 0.8 per tahun nilai ini digunakan sebagai
indikator bahwa tingkat eksploitasi sudah melewati batas optimum (overfishing).
Melihat kondisi ikan Katamba Lethrinus lentjam yang tertangkap dengan alat tangkap
pancing ulur di Perairan Kepulauan Spermonde memiliki nilai ekonomis penting maka untuk
menjaga kelestariannya diharapkan agar dilakukan pengelolaan yang baik seperti penggunaan
alat tangkap yang ramah lingkungan, tidak menangkap ikan yang ukurannya relatif masih kecil
dan ikan yang sementara memijah dan membatasi ukuran ikan yang tertangkap.

Daftar Pustaka

Bertalanffy, L. Von,1938. A quantitative Theory of Organic Growth (Inguirises on Growth Laws


II). Human Biology, 10 (2) : 181 – 213 p.
Battaccharya, C. G, 1967. Simple Method of Resolution A. Distributor A. Distributor Into
Guussion Componen. Biometris 23.
Beverton, R. T. and S. J. Holt, 1966. Manual of Methods of Fish Stock Assesment. Part II.
Table of Yield Function. FAO, Fish The Paper, (38) Rev. 1 : 67.
COREMAP–PSTK, 2002. Final Report: Ecological Assessment of the Spermode Archipelago,
South Sulawesi. 131 hal. dan lamp. PSTK-Unhas, Sulawesi Selatan, Indonesia.
Busacker GP, Adelman IR, & Goolish EM. 1990. Growth. p.363-382 in Schreck, C. B and P. B.
Moyle (editor), Methods for Fish Biology. American Fisheries Society, Maryland. USA.
de Klerk, L.G., 1983. Zeespigel Riffen en Kustflakten in Zuitwest Sulawesi, Indonesia, PhD
Thesis Utrecht Netherland
Djamali A & Hasan M. 1998. Sumberdaya ikan konsumsi perairan karang. LIPI. Oseanologi.
1(12): 195-200.
DKP Sulsel, 2011. Perikanan dalam Angka. Laporan. Makassar
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Cetakan Pertama. Yayasan Pustaka Nusantara,
Yogyakarta. 163 hal.
Effendie, M.I. 2002. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 hlm.
FAO. 2001. Food and Agriculture Organization: spesies identification guide for fishery purposes,
the lining marine resources of the western cetral pacific, Volume 5. Synop. 3004-3006.
Gulland, J. A. 1969. Manual of Methods for Fish Stock. Assesment Part I : Fish Population
Analisys. FAO, Man. Fish.
. 1983. Fish Stock Assesment A Manual of Basic Methods. Wiley New York.
Hasnawati, 1995. Dinamika populasi dan Tingkat Eksploitasi Ikan Kembung Lelaki (R.
kanagurta) Disekitar Perairan Kabupaten Dati II Poso. UMI. Ujung Pandang.
Jompa, J., Dewi Yanuarita, Muh. Neil dan Syahruni M. Ilyas. 2006. Pemanfaatan Sumberdaya
Laut di Kepulauan Spermonde. Prosiding. Konferensi Nasional V (KONAS V) Pesisir,
Laut, dan Pulau-pulau Kecil, Batam.
Pauly, D. 1980. A Selection of Simple Methode for the Assesment Tropical Fish Stock FAO.
Fish Tech. New York.
D. 1983. Some Simple Method For The Assessment Tropical Fish Stock. FAO. Fish
Tech New York.
Sevtian, A., 2012. Distribusi dan Aspek Pertumbuhan Ikan Lencam Lethrinus lentjan di
Perairan Dangkal Karang Congkak, Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor
Sparre P dan Venema SC. 1999. Introduksi pengkajian stok ikan tropis buku-i manual (Edisi
Terjemahan). Kerjasama Organisasi Pangan, Perserikatan Bangsa Bangsa dengan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Jakarta. 438 hlm.

Anda mungkin juga menyukai