Anda di halaman 1dari 4

PRESENTASI

SLIDE 1 -3

Asslamu’alaikum wr.wb yang terhormat bapak Dr. Sc. Asep Awaludin P., S.Pi, MP dan bapak
abdul aziz jaziri S.Pi. M.Sc selaku dosen pembimbing yang kami hormati ibu Dr. Ir. Titik Dwi
Sulistiyati, MP dan bapak bayu kusuma, S.Pi, M.Sc selaku dosen penguji pada ujian akhir
skripsi pada kali ini, disini saya Muhammad Restu Baihaqi akan mempresentasikan hasil
penelitian saya yang berjudul ”Pengaruh Perbedaan Rasio dan Lama Waktu Perendaman Asam
Asetat Terhadap Karakteristik Ekstraksi Kolagen Kulit Ikan Bader (Barbonymus gonionotus.

Topik yang dibahas pada kali ini antara lain (pendahuluan, Metode Penelitian, Hasil dan
Pembahasan serta Penutup).

SLIDE 4 (Latar Belakang)

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi sumber daya perikanan yang sangat
besar. Hasil perikanan tersebut tidak hanya dipasarkan dalam bentuk segar, namun dapat
diolah menjadi produk yang lebih tinggi. Pada proses produksinya, seringkali menghasilkan
limbah yang cukup melimpah. Baik limbah padat (kepala, sirip, sisik, kulit dsb) maupun limbah
cair(darah, lendir dsb). Saat ini limbah tersebut hanya diolah sebagai tepung ikan yang
merupakan bahan baku pembuatan pakan ternak. Padahal limbah perikanan memiliki nilai
tambah yang tinggi karena dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kolagen.

Kolagen Merupakan komponen struktural utama dari jaringan ikat putih, struktur serat protein
yang meliputi hampir 30% dari total protein pada tubuh. Umumnya diisolasi dari jaringan kulit
hewan darat ( sapi dan babi) yang bahaya akan penyakit BSE dari sapi dan penggunaan babi
yang diharamkan oleh masyarakat muslim. Kondisi ini memberikan peluang besar untuk
pemanfaatan hasil perikanan (kulit) sebagai sumber kolagen.

Salah satu limbah perikanan yang bisa menjadi alternatif bahan baku kolagen adalah ikan
bader. Ikan bader merupakan salah satu spesies ikan air tawar yang hidup didaerah tropis. Ikan
bader merupakan ikan non ekonomis yang sebagian besar ikan bader hanya dimanfaatkan
bagian dagingnya saja, namun limbah dari ikan bader (kulit) tidak dimanfaatkan. Oleh karena itu
jika limbah tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik, maka akan berpotensi sebagai sumber
kolagen yang aman dan halal. Selain itu dapat mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan.

Untuk mendapatkan kolagen dari kulit ikan bader dilakukan dengan metode hidrolisis
menggunakan asam (ASC) dan metode hidrolisis menggunakan enzim (PSC). Menurut
Kittiphattanabawon, et al. 2005, Umumnya kolagen larut dalam pelarut asam, tetapi pada pH
yang sangat asam kelarutan menjadi sedikit menurun. Oleh karena itu, ekstraksi kolagen
dilakukan dengan menggunkan asam lemah dengan konsentrasi rendah seperti asam asetat.
Yang memilik kemampuan ekstrak yang cukup tinggi

Rendemen merupakan persentase kolagen berdasarkan nilai bahan baku awal. Perbedaan nilai
rendemen tersebut disebabkan oleh perbedaan metode ekstraksi, konsentrasi atau rasio larutan
untuk menghilangkan protein non kolagen, jenis bahan, suhu dan lama waktu produksi.

Karakteristik kolagen merupakan sifat penting untuk mengetahui potensi yang terdapat pada
kolagen. Kolagen yang dihasilkan dari perlakuan pada penelitian tahap sebelumnya akan
dikarakterisasi baik sifat kimia maupun fisika.
Berdasarkan informasi diatas, pembuatan kolagen dari kulit ikan bader dengan menggunakan
metode ekstraksi asam atau acid soluble collagen (ASC) yang bertujuan mendapatkan berapa
rasio dan lama waktu perendaman asam asetat tertinggi terhadap rendemen kolagen dari kulit
ikan bader serta mengetahui karakteristik kolagen dari kulit ikan bader.

SLIDE 5

 Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


Baca di slide
 Adapun tujuan penelitian adalah:
Baca di slide

SLIDE 6

 Hipotesis dari penelitian yang dilakukan adalah:


Baca di slide

 Waktu dan Tempat


Baca di slide

SLIDE 7

Ekstraksi kolagen menggunakan asam asetat dari berbagai sampel ikan air tawar, dari berbagai
sumber, tertera pada tabel di slide.

SLIDE 8

Metode Penelitian terdiri dari Materi penelitian yaitu bahan penelitian dan alat penelitian,
Metode yaitu metode eksperimen dan metode deskriptif, Tahap penelitian yaitu tahap penelitian
1 dan tahap penelitian 2.

SLIDE 9

Alat dan Bahan baca di slide

SLIDE 10

Metode penelitian teridiri dari metode eksperimen yang pada penelitian ini digunakan untuk
parameter rendemen dan metode deskriptif yang pada penelitian ini digunakan untuk parameter
karakteristik kolagen kulit ikan bader yaitu FTIR, SDS-PAGE dan Komposisi Asam Amino.

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) faktorial, menggunakan dua faktor. Faktor pertama adalah rasio pemberian asam asetat
dalam hal ini rasio 1:10 dan 1:20 (A). Faktor kedua adalah lama perendaman asam asetat yaitu
24 jam dan 36 jam (B), dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan serta uji beda nyata jujur (BNJ)
atau uji Tuckey dengan soft ware SPSS 25.0.

SLIDE 11-12

Penelitian tahap 1 bertujuan untuk menganalisis dan mendapatkan ekstrak kolagen dari limbah
kulit ikan bader (Barbonymus gonionotus) melalui metode ekstraksi hidrolidis menggunakan
asam atau acid soluble collagen (ASC). Ekstraksi kolagen mengacu pada metode
Kittiphattanabawon, et al. (2005) dengan sedikit modifikasi. Metode ekstraksi untuk
mendapatkan kolagen terdapat dua tahapan yaitu preparasi sampel dan dilanjutkan ekstraksi
kolagen menggunakan pelarut asam.

Proses ekstraksi (Baca di slide)

SLIDE 13

Penelitian tahap 2 bertujuan untuk menganalisis dan mengkarakterisasi kolagen dari kulit ikan
bader (Barbonymus gonionotus) yaitu dengan menganalisis hasil pengujian diantaranya nilai
rendemen, FTIR, berat molekul (SDS-PAGE) dan komposisi asam amino.

SLIDE 14 (Rendemen)

Rata-rata persentase rendemen kolagen dari kulit ikan bader dapat dilihat pada grafik tersebut

Hasil analisa menunjukkan nilai rendemen tertinggi kolagen dari kulit ikan bader (Barbonymus
gonionotus) didapatkan pada perlakuan A2B2 yaitu perlakuan ektraksi kolagen menggunakan
asam asetat 0,5 M rasio 1:20 (b/v) dengan lama waktu perendaman 36 jam senilai 52,54% .
Sedangkan rata-rata rendemen terendah pada perlakuan A1B1 yaitu perlakuan ektraksi kolagen
menggunakan asam asetat 0,5 M rasio 1:10 (b/v) dengan lama waktu perendaman 24 jam
senilai 42,17%. Rata-rata tertinggi rendemen yang didapat mendekati dari yang dilaporkan
Potaros (2009), yang menyebutkan rendemen kolagen dari kulit ikan tawar yaitu ikan nila
(Oreochromis niloticus) sebesar 48,21%. Rata-rata terendah rendemen yang didapat mendekati
dari yang dilaporkan Duan, et al. (2009), yaitu rendemen kulit ikan mas (Cyprinus carpio)
sebesar 41,30%

Hasil tersebut menunjukkan bahwa rasio 1:20 memiliki nilai rendemen lebih tinggi dari 1:10, dan
lama waktu perendaman 36 jam memiliki nilai rendemen lebih tinggi dari lama waktu
perendaman 24 jam

Hal ini sesuai dengan pernyataan Sadowska, et al. (2003), bahwa ekstraksi kolagen tergantung
pada perbandingan kulit dan asam, persentase rasio dari kulit ikan baltic cod (Gadus morhua)
didapatkan lebih besar pada rasio 1:20 (b/v) daripada 1:10 (b/v).

Dan sesuai dengan pernyataan Wang, et al. (2008), hasil kolagen yang larut dalam asam asetat
meningkat dengan perpanjangan waktu, peningkatan ditunjukkan ketika waktu lebih lama dari
24 jam dan hasil tertinggi ekstraksi kolagen dari kulit ikan grass crap (Ctenopharyngodon idella)
yaitu 19,18 mg/g yang diamati setelah 36 jam

SLIDE 15

Analisis FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy) yang dilakukan pada penelitian ini
bertujuan memastikan senyawa yang dihasilkan merupakan kolagen berdasarkan gugus-gugus
fungsi penyusunnya. Hasil spektrum infrared kolagen kulit ikan bader (Barbonymus gonionotus)
dapat dilihat pada slide dan karakteristik

Sesuai dengan yang dinyatakan chen, 2016

Sumber: (1)(Li, et al. 2018); (2)(Coates, 2006); (3)(Kong dan Yu, 2007).
SLIDE 17

Berdasarkan hasil SDS-PAGE pada slide, menunjukkan kolagen dari kulit ikan bader memiliki
nilai bervariasi dari tiap perlakuan.....baca slide

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Duan (2009), yang menyatakan bahwa kolagen ikan
mas (Cyprinus carpio) memiliki struktur α-1 dan α-2 dengan nilai berat molekul berkisar antata
97 kDa sampai 116 kDa.

Kolagen hasil ekstraksi dari kulit ikan bader merupakan kolagen tipe 1 karena terdapat dua
strukur α, yang sering disebut dengan (α-1) dan (α-2), namun tidak teramati secara jelas karena
masih tampak behimpitan. Kondisi ini dapat disebabkan komposisi asam amino rantai α-1
dan α-2 yang tidak jauh berbeda (bobot molekul relatif sama). Hema, et al. (2013),
menyatakan bahwa kolagen tipe I mengandung dua struktur α yang identik, yaitu α-1 dan α-2.
Kedua struktur α pada kolagen ikan dapat dipisahkan dengan SDS-PAGE berdasarkan
perbedaan afinitasnya terhadap SDS, dimana α-2 memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap
SDS dibandingkan dengan α-1.

SLIDE 18

Tujuan analisis komposisi asam amino adalah mengetahui jenis dan komposisi asam amino
kolagen hasil ekstraksi dari perlakuan rasio dan lama waktu perendaman asam asetat 0.05 M
dari kulit ikan bader (Barbonymus gonionotus) yang ditentukan oleh hidrolisis asam dari kolagen
limbah kulit ikan. Hasil dari analisis komposisi asam amino kolagen kulit ikan bader dapat dilihat
dislide.

Hasil analisis komposisi asam amino kolagen dari kulit ikan bader dinyatakan sebagai
persentase dari total komposisi asam amino yang diujikan. Hasil analisis menunjukkan bahwa
komposisi asam amino dengan hasil tertinggi dari kolagen kulit ikan bader adalah glisin dengan
persentase 24.64 %, dilanjutkan oleh prolin dengan persentase 12.60 % dari total asam amino
kolagen kulit ikan bader.

Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa dapat menggambarkan ekstrak protein yang
dihasilkan dari kulit ikan bader (Barbonymus gonionotus) sudah termasuk dalam kolagen
karena memiliki komposisi asam amino glisin, prolin dan alanin dalam jumlah yang tinggi..

SLIDE 19 (kesimpulan)

Baca dislide

SLIDE 20 (saran)

Baca dislide

SLIDE 21 Terimakasih......

Anda mungkin juga menyukai