Anda di halaman 1dari 5

EKPLOITASI IKAN KERAPU DI SELAT MAKASSAR, SULAWESI

SELATAN
By : Qinan Gisella Darmawan XI-10

Pendahuluan

Ikan kerapu merupakan salah satu jenis ikan laut, yang biasanya hidup di karang-karang.
Ikan kerapu memiliki harga nilai jual yang tinggi di pasar dunia dikarenakan ketersediaannya di alam
yang mulai berkurang, sedangkan permintaan di pasar dunia semakin tinggi. Akibat tingginya nilai
ikan kerapu di pasar dunia terjadi perningkatan ekploitasi, dan menyebabkan overfishing di
beberapa wilayah peraian karang seperti ikan kerapu macan hasil tangkap dari nelayan di kepulauan
Spermonde.

Penangkapan ikan oleh nelayan dapat mengganggu proses pemijahan dan menyebabkan
populasi ikankerapu berkurang secara signifikan jika penangkapan yang dilakukan oleh nelayan tidak
memperhatikanmasa pemijahan dan aspek biologis ikan kerapu yaitu jenis ikan, berat ikan dan
panjang ikan yang dapatdigunakan sebagai perkiraan umur ikan karena ikan kerapu memiliki batas
usia untuk menjadi kelaminbetina maupun jantan.

Potensi perikanan tangkap Indonesia sangat melimpah dan belum optimal pemanfaatannya
namunharus tetap menghindari over eksploitasi agar tidak terjadi kepunahan dari spesies ikan
tertentu. Pengetahuantentang aspek biologi ikan dapat memberikan informasi bagaimana
mengelola sumberdaya tersebut secaralestari.
Rumusan Masalah

Selat makassar adalah salah satu daerah tangkapan utama kerapu di Indonesia. Sulawesi
Selatan. Misalkan usaha penangkapan terus ditingkatkan tanpa mempertimbangkan potensi dan
kondisi dari populasi. Hal ini dikhawatirkan dapat mengganggu kelestarian sumber daya ikan kerapu
di masa mendatang. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian parameter populasi dan laju eksploitasi
untuk menjaga kelestariannya sumber daya kerapu.
Pembahasan

Hasil pengukuran rata-rata panjang total ikan kerapu sunu yang tertangkap di Pulau Sarappo
Kabupaten Pangkep sebesar 29,84 cm. Ikan kerapu Epinephelus aerolatus yang tertangkap di Pulau
Kambing berukuran antara 26,0-29,9 cm

Pada umumnya ikan kerapu hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5-3 m,
Ketika kelak menginjak dewasa para ikan kerapu akan berpindah ke perairan yang lebih dalam
antara 7-40 m. Telur dan larva ikan kerapu bersifat pelagis, sedangkan yang muda dan dewasa
bersifat demersal. Parameter-parameteroseanogafis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu
yaitu temperatur 24-31°C, salinitas 30-33 ppt,oksigen terlarut >3,5 ppm dan PH 7,8-8 yang mana
perairan dengan kondisi seperti ini terdapat di perairan terumbu karang

Kerapu warsawa (Hyporthodus nigritus) yang tertangkap dengan total panjang berkisar
antara 457 mm hingga 1.003 mm total panjang (rata-rata ± SE = 695 ± 90 mm). Saat mereka matang
beberapa spesies kerapu atlantik mengalami perubahan ontogenetik, dibandingkan dengan ikan
yang lebih besar atau ditangkap pada perairan yang lebih dalam. Tekanan penangkapan yang tinggi
di daerah agregasi perkembang biakan ikan berdampak pada populasi ikan target dan menurunnya
panjang rata-rata. Gejala overfishing dapat dilihat dari menurunnya hasil tangkapan persatuan
penangkapan dan semakin kecil ukuran ikan yang tertangkap

Laju Eksploitasi

Laju eksploitasi sangat penting untuk menjaga keadaan stok apakah optimal, pemanfaatan
rendah atau pemanfaatan berlebih. Laju eksploitasi ikan kerapu macan (E. fuscoguttatus) di
Kepulauan Spermonde sebesar 0,61. Laju eksploitasi ikan kerapu macan di Kepulauan Spermonde
telah berada pada laju eksploitasi maksimal sebesar 0,61.

Gejala tekanan eksploitasi di daerah penangkapan juga dapat dikaitkan dengan parameter
dinamis populasi ikan. Russ (1991) mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara tekanan
eksploitasi dengan nilai mortalitas, jika tekanan eksploitasi ditingkatkan maka mortalitas akan
semakin tinggi. Di Kepulauan Spermonde, proporsi ukuran yang ditangkap berbeda, tetapi ukuran
kecil cenderung memiliki proporsi tangkapan yang lebih besar dan menurun dengan bertambahnya
ukuran ikan.

Hasil wawancara dengan nelayan setempat menunjukkan bahwa intensitas penangkapan


ikan kerapu cukup tinggi, dimana nelayan menangkapnya setiap hari dengan menggunakan berbagai
alat tangkap. Selain itu, Kepulauan Spermonde merupakan kawasan yang sangat rentan dengan
berbagai aktivitas penangkapan ikan yang menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan,
seperti penggunaan bahan peledak, bahan beracun dan penangkapan ikan yang dibius. Laju
eksploitasi kerapu totol jingga (Epinephelus coioides) di Oman Utara adalah 0,81/tahun. Yang
menjadi perhatian khusus dalam populasi Oman dari kerapu tutul oranye (E. coioides) adalah
terjadinya penangkapan ikan yang berlebihan dan berkurangnya kelompok umur dari kelompok
umur tersebut.

Eksploitasi ikan Kerapu Sunu di kepulauan Spermonde

Hasi penelitian Sudirman (1997) mendapatkan ikan kerapu sunu (P. leopardus) di Kepulauan
Spermonde terdiri atas 5 kelompok umur dengan panjang rata-rata yang lebih besar sedangkan
kelompok umur ikan kerapu Sunu (P. leopardus) di Pulau Lumulumu Kab Pangkep terdiri atas 3
kelompok umur. Adanya perbedaan kelompok umur dan panjang rata-rata kohor yang didapatkan
diduga terjadinya perubahan sub populasi akibat tekanan penangkapan, yang mana kecenderungan
pada tekanan eksploitasi yang lebih tinggi sub populasi makin berkurang artinya ada penghilangan
ukuran yang lebih besar. Kelompok umur Epinephelus. summana mencapai 10 kelompok umur dari
kelompok umur 1 hingga 10 tahun, sedangkan Cephalopolis argus mencapai 6 dari kelompok umur 1
hingga 6 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata dalam distribusi ukuran
dan usia dari waktu ke waktu.

Pada penelitian lain yang dilakukan di perairan Spermonde, Sulawesi Selatan, diketahui hasil
tangkapan pada musim peralihan di bulan April – Mei 2009 di beberapa lokasi penangkapan,
menunjukkan fluktuasi pada beberapa kondisi kecepatan arus. Sedangkan pada bulan Juni 2009,
yang merupakan hasiltangkapan pada awal musim timur dimana kondisi hasil tangkapan cenderung
semakin tinggi hingga padakecepatan arus 0,032 m/detik yakni 187,9 kg, dan cenderung menurun
dengan meningkatnya kecepatan arus.Pada kecepatan arus tertinggi yakni 0,216 m/detik, hasil
tangkapan 112 kg (Jalil, 2013 dalam Cahya, 2016).Arus memberikan pengaruh terhadap dua hal,
yaitu terhadap ikan pelagis kecil dan kestabilan alat tangkapyang digunakan.

Kesimpulan

tingkat eksploitasi ikan kerapu menunjukkan bahwa pemanfaatan ikan kerapu macan (E.
fuscoguttatus) di kepulauan Spermonde menunjukkan kondisi tangkap lebih (Over fishing). Hasil
kajian ini menjadi dasar dalam pengelolaan tangkap ikan kerapu macan (E. fuscoguttatus), terkait
pengaturan dan ukuran mata pancing yang digunakan agar ikan yang tertangkap berada dalam
ukuran layak tangkap dan dieksploitasi tidak melebihi batas lestari.

Potensi penangkapan ikan kerapu sunu di Selat Makassar sekitar Kepulauan Pangkajene
memiliki luas sangat sesuai 3.194.381 km2 dan luas sesuai 482.877 km2. Namun saat ini sudah
jarang ditemukan di Selat Makassar karena penangkapan yang terus menerus dan tidak melihat
aspek biologis ikan kerapu, terutama masa pemijahannya.

Penutup

Sebagai penutup saya ingin mengucapkan terima kasih kepada guru geografi saya bapak
Sugiyanto Utomo S.Pd. juga terimakasih kepada saya yang telah membantu saya dan berjuang dalam
pengerjaan karya tulis ini. Semoga dari karya tulis ini bisa membantu menjaga polulasi ikan kerapu di
laut Indonesia.

Sumber

http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/bawal/article/view/10923/7913

http://www.upacaya.com/mengenal-ikan-kerapu/

http://sinasinderaja.lapan.go.id/files/sinasja2019/prosiding/47_Pemetaan%20Zona
%20Penangkapan%20dan%20Waktu%20Penangkapan%20Ikan%20Kerapu%20Sunu%20di
%20Selat%20Makassar,%20Sulawesi%20Selatan.pdf

Anda mungkin juga menyukai